Anda di halaman 1dari 15

NAMA : NIKMA HAERUDDIN

NIM : 31118017

KELAS : 1A D3 TEKNIK KOSTRUKSI GEDUNG

BAB IV

PELAKSANAAN PEMBETONAN

Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar suatu komposisi yang


solid dari bahan-bahan peyusun rancangan campuran beton. Komposisi yang baik akan
menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi jika pelaksanaannya tidak dikontrol dengan baik
kemungkinan dhasilkan beton yang tak sesuai dengan rencana akan semakin besar. Cara
pengolahan ini akan menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat.

4.1. Tahapan pelaksanaan pembetonan

I. Persiapan

Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih dahulu
harus diperhatikan :

1. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.


2. Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu.
3. Untuk memudahkan pembukaan acuan,permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan
bahan khusus, antara lain lapisan minyak, mineral, lapisan bahan kimia (form release
agent) atau lembaran polyurethene.
4. Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang
dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.
6. Air yang terdapat pada ruangan yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli.
7. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada permukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton yang telah mengeras tersebut.

II. Penakaran

Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil rancangan harus
mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Pasal (3.3.2) SK.SNI.T-28-1991-03 tentang Tata
Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM C.685 Standard Made By Volumetric
Batching and Continous Mixing serta ASTM.94.
III. Pengadukan (Pencampuran)

Secara umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis dalam
campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan merata, kecelakaan yang cukup dan
tampak homogen. Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan
dengan mesin. Ketentuan waktu pengadukan yang ditetapkan dalam AST C.94 SK.SNI. T-
28-1991 03 Ps. (3.3.3) yaitu waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang
volumenya lebih kecil atau sama dengan 1𝑚3 adalah 1,5 menit dan ditambahkan selama 0.5
menit untuk penambahan 1𝑚3 beton serta pengadukan 1,5 menit setelah semua bahan
tercampur. Waktu pengadukan ini akan berpengaruh pada mutu beton.

IV. Pengangkutan Beton

Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir


(sebelum dituang) harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan
atau kehilangan material. Alat angkut pun dibedakan menjadi dua,yakni alat angkut manual
dan mesin. Alat angkut manual menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana
(dapat berupa ember, gerobang dorong, dan lain-lain) dan mempunyai kapasitas kecil. Alat
angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara
tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh contohnya yaitu truck mixer,
belt conveyor, pompa dan tower crane.

V. Penuangan Adukan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penuangan beton tertuang dalam PB, 1989:28. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah : (1) Tinggi jatuh tidak boleh dari 1.50 meter. (2) Tidak dilakukan
penuangan selama terjadi hujan agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika pengecoran
dilakukan dibawah atap. (3) Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimum 30-45 cm, agar
pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah. (4) Penuangan hanya berhenti momen sam
dengan nol.

VI. Pemadatan Beton

Pemadatan dilakukan sebelum terjadingan initial setting time pada beton. Pemadatan
dimaksudkan untuk menghilangkan rongga rongga udara yang terdapat dalam beton segar.
Bertambahnya kandungan udara dalam beton akan menyebabkan kekuatan beton berkurang.
Pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa kayu atau besi tulangan.
Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 𝑚3 , alat pemadat mesin harus
digunakan yaitu “Vibrator” alat getar. Campuran beton akan mengalir dan memadat karena
rongga-rongga akan terisi dengan butir-butir yang lebih halus.

VII. Pekerjaan Akhir (Finishing)

Pekerjaan finishing biasanya dilakukan pada saat beton belum mencapai final setting,
karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk sehingga permukaan beton dapat diratakan
dan dimuluskan. Alat yang digunakan biasanya ruskam, jidar, dan alat-alat perata lainnya.
4.2. BETON PRA CAMPUR

Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Pracampur (Ready Mix)

Pada proyek kecil, biasanya lebih mendapatkan beton dari beton pra campur (ready
mix). Pada sebagian besar kontraktor harus memproduksi beton sendiri secara ekonomis dan
juga harus mempunyai sistem operasi yang sepenuhnya. Suatu perbandingan biaya nyata
antara beton dicampur dilapangan dan beton pra campur, hanya diadakan dengan
mempertimbangkan seluruh aspek sampai ke tempat pengecoran. Kekurangan dan kebetulan
tak ada ruangan sedkitpun untuk instalasi pencampur dilapangan dan untuk menimbun
agregat persediaan (sebaiknya memilih beton pra campur).

Operasi Instalasi Beton Pra Campur :

Ada dua jenis utama dari depot beton pra campur :

(1) Sebuah pusat instalasi penakaran dan pencampuran, dimana semua bahan ditakar dan
dimasukkan langsung ke dalam alat campur. Beton dicampur rata sebelum
dimasukkan ke dalam sebuah truk pencampur (atau kendaraan lain) untuk
mengangkutnya ke lapangan.
(2) Instalasi penakar kering yang memasukkan bahan yang ditakar ke dalam truk
pencampur dan diangkat ke lapangan.

Kontrol Kualitas Beton :

Prinsip kontrol kualitas beton pra campur sama dengan beton lainnya. Produksi beton
yang berkualitas baik, jelas tergantung pada cukup tidaknya waktu pencampuran. Waktu
pencampuran dalam satu truk pencampur harus sekurang-kurangnya tujuh menit pada
kecepatan pencampuran sekitar 12 putaran permenit. Bilamana waktu ini diperpendek, maka
menyebabkan sukarnya finishing permukaan dan masalah segregasi (pemisahan butir).

Penanganan Beton Pra Campur

Pada pekerjaan pondasi dan pekerjaan pada permukaan tanah , truk beton pra campur
seringkali dapat berjalan pada suatu posisi sepanjang pekerjaan dan menuang beton langsung
ke dalam tempat yang akan dicor. Untuk penuangan langsung dengan memakai cara ini,
harus ada jalan bebas untuk truk pencampur dan harus ada ruangan untuk berputarnya. Tanah
harus kuat dan mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur.

Alternatif lain ialah, truk pencampur mencurahkan muatannya ke dalam pompa beton
yang akan membawa eton melalui perpipapaan sampai tempat yang dikehendaki.

4.3. Perawatan Beton Curing

Mulyono (2004) menyatakan bahwa perawatan ini dilakukan setelah beton telah
mengeras (final setting), agar proses hidrasi berjalan normal. Perawatan dilakukan minimal 7
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal 3 hari serta harus dipertahankan dalam
kondisi lembab kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat. Perawatan ini tidak
hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga
dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.

Macam Perawatan Beton :

1) Perawatan dengan pembasahan : dilakukan dilaboratorium ataupun dilapangan.

2) Perawata dengan penguapan : terbagi atas dua yaitu perawatan dengan tekanan rendah dan
perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan dengan penguapann berguna pada daerah yang
mempunyai musim dingin.

3) Perawatan dengan membran : Memubran yang digunakan untuk perawatan merupakan


penghalang fisik untuk menghalangi penguapan air.

4) Perawatan dengan sinar infra merah : dengan melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada
suhu 90°C. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi.

4.4. Sifat-sifat Beton Segar

Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus selalu diperhatikan
adalah :

1. Kemudahan pengerjaan : Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang
identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah
pengerjaannya.
2. Segregation (sarang kerikil) : Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari
campuran beton.
3. Bleeding (naiknya air) : kecenderungan air untuk naik ke permukaan pada beton yang
baru dipadatkan.

4.5. Pekerjaan Perancah dan Cetakan (Formwork)

Bekisting ialah cetakan yang dipakai pada pekerjaan pengeccoran hingga


menghasilkan suatu bentuk tertentu. Perancah adalah struktur bangunan sementara yang
berfungsi menopang bekisting, agar tidak berubah selama proses pengecoran.

Pertimbangan Pemilihan dan Tipe Perancah dan Bekisting :

a. Pertimbangan jenis pekerjaan


b. Pertimbangan penguasaan teknologi dan ketersediaan peralatan
c. Pertimbangan ekonomi

Beban yang Bekerja pada Perancah dan Bekisting :

Campuran beton dalam keadaan basah mempunyai berat yang lebih besar
dibandingkan dengan beton yang telah mengeras. Selain berat sendiri campuran perancah dan
bekisting harus menahan gelombang getaran yang timbul dari alat penggetar. Beban kejut
akan terjadi akibat proses pengangkutan campuran atau ketika menghidupkan dan
mematikann mesin-mesin pencampur (mixer) yang digunakan. Beban vertikal yang terjadi
adalah beban peralatan pekerja. Beban horizontal yang bekerja antara lain: angin, tarikan
kabel, kemiringan perancah,dan pengaruh penumpahan campuran.

Bahan-bahan untuk Pekerjaan Bekisting

a. Bahan organik : bahan gergajian dalam bentuk papan atau balok atau dalam bentuk
alami seperti bambu atau dolken dari kayu bakau, galam,dsb.
b. Bahan pasangan : pasangan bata
c. Bahan logam : baja, aluminium, dan alloy
d. Bahan lain : bahan dasar pterokimia seperti bahan thermolasi (PVC) ,
Thermohardener (SBR).

Tipe Pekerjaan Perancah dan bekisting

a. Tipe Sederhana
Biasanya hanya digunakan satu kali atau lebih dengan bentuk tidak beraturan atau
bentuk khusus.
b. Tipe Semi Sistem
Biasanya dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran komponen tertentu dengan satu
kali penggunaan atau pengulangan penggunaan.
c. Tipe Sistem Penuh
Tipe ini merupakan pengembangan dari tipe tradisional dan tipe semi sistem.
Tujuannya adalah untuk digunakan berbagai komponen bentuk dan perbedaan ukuran
geometris bangunan. Karena perancah ini telah direncanakan untuk penggunaan
berbagai bentuk komponen konstruksi, maka biasanya sistem ini telah dilengkapi
gambar kerja yang dapat dengan mudah dipasangkan oleh berbagai tingkat
keterampilan kerja

Pembongkaran Perancah dan Bekisting

Pembongkaran harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan memerlukan perhitungan


secara cermat. Kegagalan dalam membongkar perancah atau bekisting dapat mengakibatkan
kerusakan pada perfoma beton atau dapat mengakibatkan runtuhnya bangunan.

Berikut ini diberikan beberapa hal yang harus dipertimbangkan waktu pembongkaran
perancah atau bekisting.

1) Perancah bekisting dapat dibongkar dengan memperhatikan agar tidak berdampak


merugikan pada kekuatan dan performa bangunan.
2) Perancah dan bekisting dibongkar bila kekuatan beton telah mencapai kekuatan yang
ditentukan berdasarkan analisis sebelumnya.
3) Pembongkaran perancah dan bekisiting harus didasarkan pada data hasil uji pada
komponen yang akan di bongkar.
4) Pembongkaran perancah harus memperhatikan beban yang ada di atasnya melebihi
kemampuan komponen yang dibongkar perancahnya.
5) Pembongkaran perancah dan bekisting harus disetujui oleh penanggung proyek.
BAB V

PELAKSANAAN PEMBETONAN KHUSUS

5.1. Pembetonan Massal

Konstruksi beton masif, seperti yang dilaksanakan pada sebuah bendungan air, harus
mempunyai perubahan volume akibat panas yang kecil, kekedapan yang terhadap air, tahan
terhadap retak dan cukup untuk menahan beban dengan aman atau tanpa menunjukkan
penambahan ukuran sebagian dari bangunan dengan berlebihan akibat pembebanan.

Konstruksi beton biasa, panas hydrasi segera tertampung dan menyebabkan timbulnya
pemuaian dalam beton namun masih berlangsung dalam batas-batas yang diizinkan. Suhu
yang disebabkan oleh perkembangan panas dalam sebuah bangunan beton biasa yang masif
dengan kadar semen rendah dapat berkisar antara 40°C-50°C, dengan kadar semen tinggi
berkisar antara 10°C-30°C.

Terdapat dua cara untuk mengontrol suhu yang biasa dilakukan: pra pendinginan dan
purna pendinginan. Pertama, komponen-komponen beton didinginkan terlebih dahulu sampai
mencapai suhu 4°C atau didinginkan dengan menggunakan serpih-serpih atau pecahan-
pecahan es yang berfungsi sebagai air campuran. Kedua, air dingin dialirkan melalui sistem
pipa zig zag yang tertanam di dalam beton, dengan dilakukan perubahan arah aliran setiap 24
jam sekali. Setiap lapisan didinginkan dalam jangka waktu yang cukup lama guna menjamin
agar suhu beton dipertahankan dibawah 30°C selama 5 hari.

Dengan cara purna-pendinginan selama 3-6 minggu,sebuah busur bendung dapat


didinginkan sampai mencapai suhu yang stabil, atau 3°C dibawah suhu tersebut sebelum
dilaksanakan pengisian sambungan kontraksi dengan grout.

Kekuatan tekan beton harus bernilai kira-kira 30 Mpa pada umur 90 hari atau 4 kali
tegangan yang dihitung dalam bangunan pada umur 1 tahun. Ukuran nominal dari agregat
kasar dalam campuran-campuran beton ini adalah berturut-turut 150 mm dan 75 mm.

5.2. Pembetonan Dibawah Air

Secara umum, pembetonan dibawah air hanya dilakukan pada pekerjaan struktur yang
agak masif. Penyebabnya adalah hanya untuk alasan praktis, dimana adanya permasalahan
prosedur pengawasan dan kontrol kualitas yang sulit. Penggunaan tipikal pembetonan
dibawah air adalah untuk pekerjaan tiang jembatan pondasi telapak struktur offshore, pondasi
caisson, pondasi cofferdam, dll.

Pekerjaan pembetonan dibawah air dikenal empat metode dasar yaitu:

1. Pengecoran Tremie
Tremie adalah berupa pipa yang pada bagian ujung atas dilengkapi corong untuk
memasukkan bahan dan kait untuk mengangkat tremie dengan kran atau derek.
2. Metode Pengecoran Intrusi-Grout
Cetakan diisi dengan agregat kasar dengan pipa intrusi yang diberi jarak tertentu
terhadap massanya. Campuran grouting kemudian dipompakan ke dalam sela butiran
agregat, dan mulai dari dasar dan bergerak keatas.
3. Pengecoran dengan Dump-Bucket
Wadah (Bucket) pengangkut beton dengan kran standar biasa digunakan untuk
pembetonan dibawah air, dimana prosesnya penggunaannya meliputi penggunaan
wadah yang dilengkapi dengan pintu pembuka bagian bawah dan pintu penutup
bagian atas yang dapat dibuat dari bahan kain kanvas.
4. Metode Penempatan Karung oleh Penyelam
Metode ini mencakup penggunaan karung yang diisi dengan beton segar secara
parsial dan ditempatkan penyelam pada suatu bidang permukaan kasar yang datar.
Metode ini diterapkan untuk pengecoran bila air tidak dapat dihindarkan.

Pencampuran :

1. Campuran untuk metode tremie


a. Digunakan batu kerikil, bukan batu pecah. Untuk massa yang besar digunakan
agregat berukuran 2.5-12 mm dan untuk ukuran yang lebih kecil, atau jika adanya
tulangan dalam penampang atau tiang type H, digunakan agregat dengan ukuran
maksimum 18 mm- 20 mm.
b. Digunakan pasir secukupnya antara 42-45% dengan nilai minimum 40% untuk
memperoleh kemudahan pengerjaan.
c. Biasanya digunakan campuran yang kaya semen, yaitu 10 sak untuk per meter
kubik beton, dan 11-12 sak untuk pengecoran yang kecil dan rumit serta 8 sak
untuk pekerjaan untuk massa yang besar.
d. Disarankan menggunakan slump dengan nilai 15-18cm dengan nilai minimum
12.5 cm dan maksimum 20 cm.
e. Berdasarkan pengalaman, penggunaan zat penunda dan plastisizer memberikan
hasil memuaskan dengan atau tanpa unsur air entraining agent.
2. Campuran untuk Metode Intrusi Grout
Pada umumnya metode jenis ini dipatentkan atau digunakan terkait dengan
lisensi admixture. Campuran tipikal grouting (prepack) adalah 1 semen, 1.2 bagian
halus yang terdiri dari bahan silika aktif, ½ bagian pasir halus dan 200 gram bahan
admixture untuk setiap meter kubik campuran.
3. Campuran untuk Metode Dump Bucket
Secara umum menggunakan campuran yang banyak semen (sekurang-
kurangnya) 10 sak/𝑚3 ) dan harus digunakan dengan perbandingan seperti pada
campuran tremie. Slump yang diperlukan lebih kecil dari campuran tremie tetapi tidak
boleh kurang dari 10-12.5 cm.
4. Campuran pada Metode Penempatan Karung oleh Penyelam
Semen yang digunakan sama seperti pada campuran tremie, tetapi proporsi
agregat halus dapat dikurangi sedikit dengan maksud untuk tidak terlalu
mempengaruhi kemudahan pengerjaan.
Rekomendasi dan Gangguan yang merugikan :

Kebanyakan campuran beton dibawah air berhubungan dengan penggunaan admixture


jenis retarder untuk memberikan waktu kerja yang lebih longgar dan untuk menghasilkan
aliran plastis dalam cetakan. Oleh karena itu, tekanan hidrostatis yang agak besar akan
terbentuk pada cetakan sebelum beton setting yang besarnya tekanan ini tergantung pada
kecepatan pengecoran.

Hal yang paling banyak dijumpai pada pengecoran bawah air akibat
ketidakseragaman dan berkualitas rendah adalah terbentuknya lapisan tipis yang tidak
mengeras atau kantong batuan.Cacat seperti itu pada pekerjaan tremie biasanya disebabkan
oleh jarak tulangan atau teknik pengecoran yang kurang tepat dan perencanaan cetakan yang
kurang baik untuk pengecoran tremie atau dump bucket, baja tulangan digunakan dengan
ukuran dan jarak praktis yang sebesar mungkin.

Beberapa hal yang dapat terjadi akibat penundaan pada pengecoran tremie antara lain
seringnya penyumbatan, segregasi, campuran yang terlalu kering, atau tatoilasnya pasta
semen melalui sambungan pipa. Metode yang disarankan untuk membersihkan sumbatan
adalah dengan cara mengangkat pipa secepatnya beberapa sentimeter pada setiap
pengangkatan. Permasalahan umum lain pada pengecoran tremie adalah hilang atau lepasnya
seal akibat koreksi yang berlebihan atau terlalu bersemangatnya pekerja ketika membersihkan
sumbatan. Tremie harus diberi seal ulang dengan prosedur yang sama ketika pengecoran
dimulai dan umumnya mengakibatkan pembentukan lapisan tipis lunak secara berlebihan,
dimana hal ini harus dicegah dalam semua kesempatan.

Gangguan pemompaan bahan grouting dapat menyebabkan kesukaran serius seperti


pompa terhenti atau pipa intrusi dicabut (untuk pembersihan), sehingga perhatian yang sangat
ketat harus dilakukan untuk menjamin penempatan posisi ulang dari pipa.

5.3. Pembetonan Cuaca Panas

Tindakan pencegahan diterapkan terhadap beton yang masih lunak maupun yang
sudah mengeras. Tujuan utamanya untuk mengendalikan semaksimal mungkin penguapan air
beton yang dapat sangat berlebihan bila suhunya tinggi. Keadaan ini akan semakin kritis
bilamana suhu yang tinggi diikuti oleh kelembaban relatif yang rendah dan oleh tiupan angin
kering. Keadaan semacam ini menyebabkan terbentuknya retak-retak beton, sebelum maupun
setelah pengerasan.

Suhu beton maksimum 32°C disarankan oleh American Concrete Institute (ACI)
sebagai batasan atas yang dapat dipertanggungjawabkan. Spesifikasi yang ada dari US
Bureau of Reclamation mempersyaratkan agar beton ketika dicor harus mempunyai suhu tak
lebih daripada 27°C untuk beton yang dicor pada daerah yang beriklim panas dan kering serta
32°C untuk beton lainnya.

Tindakan pencegahan agar sifat-sifat beton segar dapat terjaga ini meliputi bahan-
bahan pencampur dan pelaksanaan pada beton segar.
1. Bahan-bahan pencampur: a. Portland semen, b.Agregat
2. Pelaksanaan pada beton segar
Salah satu masalah yang dialami pada pembetonan dimusim panas adalah
beton cepat kaku setelah dicampur. Sifat kaku ini menimbulkan kesukaran di dalam
penanganan dan pemadatan beton. Ada bahaya retak-retak susut yang timbul setelah
pengecoran, bilamana campuran menjadi terlalu basa. Begitu juga, penggunaan kadar
air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan segregsi beton yang serius ketika beton ini
diangkut dan dikelola. Cara lain untuk mengatasi masalah pencegahan beton cepat
menjadi kaku selama penanganannya adalah penggunaan admixture ke dalam
campuran yang bersifat memperlambat pengerasan beton.
Pada musim panas, disarankan untuk menghindari bekerja selama tengah hari
serta memusatkan pembetonan pada pagi hari atau sore hari. Pada iklim yang sangat
panas, kadang-kadang perlu pekerjaannya dilaksanakan pada malam hari.

Perlindungan terhadap beton dan pengendalian retak

Beton memperoleh panasnya tak hanya dari pemanasan hidrasi saja, tetapi juga dari
sinar matahari langsung, terutama bila digunakan pada lantai, jalan raya, dan perkerasan
lapangan terbang. Jika beton menjadi dingin pada malam harinya, kontraksi yang
diakibatkannya dapat memberikan kenaikan regangan tarik yang tinggi sehingga
menyebabkan retak-retak. Retak beton jalan raya yang dicor di Leicestershire
memperlihatkan bahwa factor utama yang menyebabkan retak-retak adalah penyinaran
matahari secara terus menerus dan suhu tinggi yang terjadi selama periode tertentu.
Ditemukan juga bahwa retak-retak terjadi di bagian pinggir jalan yang dicor pada pagi hari
selama periode penyinaran matahari terus menerus dan suhu maksimum harian melebihi
21°C. Terdapat juga masalah penyusutan plastis yang disebabkan oleh penguapan air dari
permukaan beton yang tak terlindung dengan cepat.

Disarankan untuk menutup permukaan beton dengan lembaran polythene dalam


stengah jam setelah beton dihaluskan (finishing). Oleh karena ini diharapkan untuk
mengimbangi kenaikan suhu beton dan mencegah retak yang disebabkan oleh gradient suhu
dan kontraksi yang berikutnya. Pelindung untuk perawatan harus berisi zat warna putih atau
aluminium untuk memantulkan sinar matahari di sni mungkin perlu untuk menyelimuti seluru
beton sekitar 4- 5 bjam untuk mencegah panas yang berlebihan dari sinar matahari. Cara lain
yang disarankan adalah menyelimuti permukaan beton dengan “hessian” (sejenis karung)
yang dapat mencegah kelembapannya secara terus menerus dan alternative lain ialah
menyemprot permukaan beton secara berkala dengan air yang dikabutkan.

5.4. Pembetonan cuaca dingin

Keika suhu beton turun, kecepatan pengerasan dan peningkatan kekuatan menjadi
lambat sehingga pada suatu suhu dibawah titik beku, proses kimia pengerasan berhenti sama
sekali. Jika suhu naik lagi proses pengerasan berlangsung lagi. Jika pembetonan berlangsung
pada musimdingin dan bila suhu turun dibawah titik beku, tindakan seperlunya harus diambil.
Disarankan agar menghentikan pembetonan jikaa suhu memuai sekitar 2°C (36 F).
Air Pencampur :

Seacara umum diketahui bahwa cara yang paling murah dan mudah untuk pemanasan
awal beton ialah dengan manasan air campurannya. Suhu yang dibutuhkan pada air ini ialah
antara 50°C- 60°C, dan harus diperhatikan agar suhu air dipastikan tak lebih dari 70°C. Jika
tersedia uap air, air pipa dapat dipanaskan dengan suatu pipa diameternya sekitar 40mm dari
ketel sampai pada suatu persediaan air yang didekat alat pencampur.

Alternatif lain ialah penggunaan kalor gas yang tahun-tahun ini penggunaannya cukup
meluas. Kalor gas dimasukkan ke dalam pipa ke unit bakar yang memanaskan udara yang
dimasukkan ke dalam tangki penyediaan air. Air yang sudah dimasukkan ke dalam tangki
pengukur pada alat pencampur, yang harus disekat luarnya dengan busa
“polystyrene”,”fiberglass”, atau isolasi sejenisnya agar kehilangan panas dapat dihindari.

Penakaran dan Pencampuran :

Suhu beton ketika meninggalkan alat campur tak boleh kurang 10°C terdapat
kehilangan panas yang tak terhindarkan selama pengangkutan dan pengecoran liat dibawah
ini. Sebagai patokan umum, suhu beton ketika sedang dicampur harus 3°C-8°C lebih tinggi
dari pada suhu yang dibutuhkan setelah pengecoran; nilai lebihnya tergantung pada suhu
disekitarnya.

Pengecoran :

Beton harus dicor secepat mungkin setelah pencampuran karena panas hilang dengan
cepat dan bahkan bila pekerjaan berlangsung dengan sangat efisien, turunnya suhu dari
pencampuran sampai pengecoran mungkin sebesar 3°C sampai 8°C. Di bawah keadaan
normal kehilangan sebesar 3°C dapat terjadi selama pengangkutan saja tetapi suatu
pengangkutan yang berlebihan, mungkin tak terhindarkan kehilangan suhu sampai 5°C.

Perlindungan beton setelah dicor :

Diadakan dalam bentuk isolasi terhadap permukaannya atau pemasangan tutup


sementara dengan pemanasan di dalamnya.

Acuan (Formwork)

Sebelum pembetonan dimulai, semua acuan dan penulangan mutlak perlu bebas es.

Pembukaan Acuan :

Waktu minimum untuk membukanya dapat ditentukan paling baik dengan percobaan
dilapangan, karena hal ini dipengaruhi oleh factor-faktor seperti jenis dan jumlah semen, suhu
perawatan, ukuran bagian konstruksi, dan jenis acuan.
BAB VI

BETON PRACETAK DAN PRATEGANG

6.1. Beton pracetak

Istilah “produksi beton pracetak “ di pergunakan untuk menguraikan berbagai unit


beton yang dicetak dalam acuan , baik di pabrikmmaupun di lapangan. Produk beton pracetak
dapat dibagi atas lima kelompok antara lain :

a. Batu cetak yang arsitektoris dan jenis lain dan ornament (hiasan) beton.
b. Injakan beton, kerb (tepian jalan) tanda – tanda pada pekerasan jalan.
c. Unit bangunan yang menahan beban : balok, bantalan, rel kereta dan lain – lain.
d. Genting yang kadap air dan tahan terhadap cuaca.
e. Blok beton, pelat, dan batu bata.

Batu Cetak Arsitektoris

Batu cetak arsitektoris terutama dipergunakan untuk melapisi bangunan dengan batu
alam dan biasanya dibuat untuk memenuhi contoh batu alam atau bahan lain yang
dikehendaki oleh arsitek. Agrerat yang digunakan tidak lebih besar dari pada 20 mm dan
untuk pelapisan permukaan dapat dibatasi sampai maksimum 5 mm. Bahan yang umumnya
di pergunakan adalah batu pecah, blue penant (sejenis batu), granit, pasir alam lainyang
terang warnanya , pecahan marmer, dan lain – lain.

Beton Tanah Aus

Persyaratan prinsip unit beton yang perlu ketahanan terhadap aus oleh pejalan kaki
dan lalu lintas lain adalah bahwa unit ini harus memiliki suatu permukaan yang tahan aus
yang padat dan kuat, hal ini dapat dicapai sebaik –baiknya dengan teknik penambahan yang
baik untuk menghindari lapisan luar aus.

Unit Bangunan Yang Memiliki Beban

Unit beton precast untuk memikul beban bangunan misalnya : balok, plat, kolom, dan
lain – lain. Keuntungan utama yang diperoleh pada pengunaan unit pracetak ini adalah suatu
penghematan dalam acuan dan penopangnya, manfaat lain ialah : mengurangi acuan dengan
mencetak pada sis – sisinya, penghematan kuantitas beton, serta sebagai konsekuensinya
berat dari unit itu.

Pada unit pracetak yang memikul beban, ketelitian ukuran adalah hal yang paling
penting dan bilamana diperkirakan akan adanya pekerjaan yang berulang – ulang. Pada unit
yang memiliki beban seringkali diperlukan beton kekuatan tinggi, sehingga perlu penggunaan
penakaran bahan berdasarkan berat.
Unit beton

Unit semacam ini seperti ambang pintu/jendela , balok, pegangan pintu, tangki air,
pipa beton dst dibuat mengikuti pembuatan beton secara normal, ukuran minimum
agregatnya dibatasi oleh ukuran cetakannya atau jarak antara tulangan yang rapai. Disini juga
bermanfaat untuk memberi tulangan pada rangka pintu/jendela.

Bantalan rel kereta api harus berupa beton mutu tinggi dan mencukupi tulanganya
agar dapat menahan beban yang memuaskan (kuat tekan beton minimum beton sebesar 35 –
40 n/mm2). Pipa beton dapat dibuat menurut berbgai cara yaitu :

1. Dicor dalam cetakan kayu


2. Dipadatkan dengan tangan penumbuk mekanis
3. Di buat dengan mesin khusus

Genting

Genting dibuat dalam suatu batasan ukuran standar yang tertera dalam BS 550 : part 2
: 1971 disini diberi batasan variasi menurut ukuran dan bentuk.

Persyaratan genting yang baik antara lain :

a. Harus kedap air


b. Tahan terhadap cuaca
c. Tidak menjadi kusam
d. Harus kuat, untuk mengurangi seminimal mungkin resiko rusak baik pada
pengangkutannya maupun setelah di pasang.

Blok beton : Pelat dan Batu Bata

Untuk beton untuk konstruksi dinding biasanya dihasilkan oleh mesin, dimana suatu
ampuran beton menyerupai tanah ditumbuk/ ditekan ke dalam cetakan baja yang dapat
dibuka. Harus diperhatikan untuk menghindari penggunaan campuran yang terlalu kering,
oleh karena itu akan menyebabkan kehilangan kekuatan, mudah pecah bagian sudut blok
beton ini. Campuran yang digunakan untuk blok beton dan pelat bias any 1:6 atau 1:8 dengan
ukuran maksimum agregat 20mm.

Blok beton dibagi atas 3 jenis :

1. Jenis A : penggunaan umum pada bangunan termasuk dibawah permukaan tanah


dengan lapisan tahan lembab.
2. Jenis B : seperti jenis tapi tidak diperuntukkan dibawah tanah dengan lapisan
yang kedap air, kecuali bila dibuat dengan kuat tekan minimum 7 N/mm2
3. Jenis C : dipergunakan untuk dinding sebelah dalam yang tidak memikul beban.
Pada umumnya merupakan dinding penyekat atau panel dalam suatu konstruksi.
Blok “ Clinker” (yang keras setelah dibakar)

Blok “Clinker” yang dibuat secara pracetak secara meluas untuk menyekat sebelah
dalam rumah atau bangunan lain. Bilamana konstruksi dinding mempergunaka “ clinker” atau
blok beton ringan hal – hal berikut harus diperhatikan :

a. Dinding blck beton ringan yang panjang dan tak terputus dihindari dengan
memberi bagian yang terputus atau sambungan lentur yang diisi campuran aspal
dan damar (mastic) setiap interpal 6 – 10 m.
b. Adukan semen 1 semen : 2 kapur : 9 pasir, untuk keadaan musim dingin atau
bagian tak terlindung 1 semen : 1 kapur : 6 pasir.
c. Bila blok dipergunakan diluar dan diplaster, maka dipergunakan plaster yang
berpori dan relative lemah.

6.2. Beton Prategang

Struktur beton prategangan atau pratekanan adalah suatu sistem struktur beton khusus
dengan cara memberikan tegangan awal tertentu pada komponen sebelum digunakan untuk
mendukung beban luar sesuai degan yang diinginkan. Tujuan memberikan tegangan awal
yaitu : menimbulkan tegangan awal tekan beton pada kondisi dimana nantinya akan timbul
tegangan tarik pada waktu komponen mendukung beban sedemikian sehingga diharapkan
sewaktu beban seluruhnya bekerja tegangan tarik total berkurang atau hilang sama sekali.

Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton prategang padakenyataannya adala
beton bertulang mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan cara menyatukan dan
membiarkan keduanya beerja bersama - sama, sedangkan beton prategang
mengkombinasikan beton berkekuatan tinggi dan baja mutu tinggi dengan cara “aktif”. Hal
ini dicapai dengan cara menarik baja tersebut dan menahannya ke beton. Jadi membuat beton
dalam keadaan tertekan, kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku yang lebih baik dari
kedua bahan tersebut.

Keuntungan dan kekurangan beton prategang :

Keutungan:

1. Mengurangi atau bahkan menghilngkan penurunan.


2. Dengan menggunakan material baja dan beton mutu tinggi, maka luas penampang
yang dibutuhkan dapat diperkecil.
3. Sangat sesuai apabila dipergunakan pada bentang panjang
4. Karena seluruh penampang dalam keadaan tertekan , maka tak akan terjadi retak
dan karat pada tulangan dapat dicegah , tulangan lebih terlindungi
5. Meningkatkan kemampuan terhadap geser dan puntir
6. Menghilangkan kehancuran karena kelelahan.
Kekurangan

1. Konstruksi ini memerlukan pengawasan kualitas yang teliti, baik dari segi material
maupun dari segi pelaksanaan
2. Membutuhkan teknologi dan peralatan canggih
3. Sangat sensitif terhadap pengaruh luar.
4. Memerlukan biaya mahal

System pemberian gaya pratekan:

Ditinjau dari segi transfer gaya pratekan dari tendon kepada beton, maka beton
pratekan dapat dibedakan menjadi :

1. Prestensioned Prestressed Concrete,system gaya ini dipindahkan dari tendon ke


beton melalui ikatan (bond) antar beton dengan tendon (tendon ditarik lebih awal
kemudian beton dicor)
 Beton dirawat 1@2 hari
 Kemudian beton dipotong
 Transfer gaya pratekan terjadi karena ikatan atau lekatan antara tendin dan
beton
 Pada kondisi awal beton harus mampu memikul tegangan yang diakibatkan
oleh gaya pratekan, tegangan akibat berat sendiri gelagar umumnya tidak
berpengaruh, karena konstruksi ini dikerjakan dipabrik dan balok akan
tertumpu pada seluruh panjangnya.
2. Postensioned Prestressed Concrete, system ini gaya pratekan dipindahkan dari
tendon ke betin melalui angker yang ditempatkan pada ujung balok setelah tendon
ditegangkan (beton dicor kemudian tendon ditarik dan digrouting). Di Indonesia
sebagian besar konstruksi beton pratekan menggunakan system ini.
 Beton dirawat 14 hari
 Kemudian tendon ditarik dengan gaya pratekan sesuai perhitungan
 Transfer gaya pratekan terjadi karena penjangkaran pada ujung penampang
beton
 Pada kondisi awal beton ini beton harus mampu memikul tegangan yang
diakibatkan oleh gaya pratekan dan berat sendiri gelagar. Pemberian gaya
pratekan ini dilaksanakan di lapangan
 Setelah pemasangan aangker, duck dapat diisi dengan adukan (grout), hal ini
bertujuan untuk melindungi tendon terhadap pengaruh udara dan meratakan
pembagian tegangan pratekan

Tendon yang dipergunakan dapat berupa

1. Wires, tipe yang paling banyak digunakan adalah BBRV, permukaan halus dan terbuat
dari baja tegangan tinggi. Wires ini menggunakan angker biasa dan dibentuk dalam
keadaan dingin.
2. Strands, merupakan sekelompok wires, yang diuntai mengelilingi sumbu memanjang.
Modukus elastisitas lebih rendah dari wires.
3. Tendons, merupakan sekelompok strands.

Persyaratan baja pratekan:

a) Dapat menghasilkan ikatan yang kuat antara beton dan baja (terutama pada
pretensioning)
b) Terbuat dari material mutu tinggin (high strength materials)
c) Bersifat elastis
d) Mempunyai daktalitas cukup yaitu kemampuan mengalami perubahan bentuk
sebelum hancur
e) Modukus elastisitas yang rendah
f) Relaksasi yang rendah
g) Tahan terhadap korosi dan karat
h) Mudah dikerjakan

Persyaratan beton : mutu beton yang umum dipakai adalah : beton mutu tinggi 40 MPa
sampai 60 MPa

Anda mungkin juga menyukai