Anda di halaman 1dari 38

I-0

Pelaksanaan
Pembuatan Beton
- Pencampuran
- Pengangkutan
- Persiapan Lokasi
- Peralatan Pengecoran
- Pengecoran
- Pemadatan
- Finishing
- Peralatan
- Evaluasi
Pelaksanaan Pembuatan Beton

1. PENCAMPURAN/MIXING

a. Site-Mix

1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis
2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.
Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk
penggunaan bahan tambahan yang digunakan.
2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar
dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang
dibagi dalam dua golongan, yaitu:
• Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri,
contoh: pan mixer dan batching plant
• Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan,
contoh: mollen dan winget

Pencampuran
a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran
seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi
kembali.

b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton


dituang.

c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan


SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685.
Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan
pencampuran menerus.

1
Pelaksanaan Pembuatan Beton

d. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai


berikut:
1) Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus
dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen.
Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama 1/2
menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan,
bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan
tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang
ditentukan.
2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang
disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat
menggunakan pendekatan pada Tabel 4.1
3) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama
sekurang-kurangnya 1,5 menit (lihat Tabel 4.1) setelah semua
bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat
diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi
persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997.
Spesifikasi beton siap pakai.
4) Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus
memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997.
Spesifikasi beton siap pakai.
5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
o Jumlah adukan yang dihasilkan
o Proporsi bahan yang digunakan
o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur
o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran

Tabel 1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton


Jenis Mesin Kapasitas Maksimum Lama Pencampuran
3
Pencampur (m ) Minimum (menit)
<1.0 1.5
1.0-2.5 2.0
Blade berputar sendiri 2.5-3.0 2.5
3.0-5.0 3.0
5.0-7.0 3.5
Blade berputar
bersamaan dengan 0.5 3.0
mesin

e. Toleransi berat pencampuran bahan beton:


o Semen dan air +/-2%
o Pasir +/-3%
o Agregat kasar +/-5%
o Air +/-2%
o Aditif +/-5%

2
Pelaksanaan Pembuatan Beton

b. Ready-Mix

Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk


pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada
skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton
pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba
di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus
perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di
lapangan.

1. Kontrol Kualitas
Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang
penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab
komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari
komposisi ready-mix.
Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi
adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena
kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di
berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.
Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang,
maka prosedur berikut dapat dilakukan:
a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk
mixer
b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya
c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut
d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka
muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah
kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test
slump lagi
e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak

2. Penanganan Beton Pra Campur di Lapangan


a. Site yang dilalui dan tempat parkir truk mixer harus kuat dan
mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur yang
beratnya sekitar 24 ton, dan jelas bahwa jalanan ini harus lebih
kuat daripada yang diperlukan untuk lalu lintas biasa di lapangan.
Sehingga akan lebih ekonomis untuk membuat jalan masuk yang
memadai di awal pekerjaan, daripada pekerjaan ”tambal sulam”
permukaan tanah yang lemah. Disarankan untuk keadaan umum,
memberi perkerasan inti yang sangat padat setebal 200 mm atau
yang ekuivalen
b. Truk yang berjalan dekat sisi galian harus diperhatikan. Galian perlu
ditopang dengan baik untuk mencegah runtuhnya sisi galian akibat
berat kendaraan.

3
Pelaksanaan Pembuatan Beton

2. PENGANGKUTAN

a. Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih.

b. Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran


selama proses pengangkutan.

c. Diusahakan tidak timbul laitance/kelembapan tinggi diatas beton segar.

d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih
dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak
lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat

4
Pelaksanaan Pembuatan Beton

3. PERSIAPAN LOKASI

a. Persiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan


bahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan
bekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar.

b. Semua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari


cetakan yang akan diisi beton.

c. Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah


dibongkar.

d. Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata
pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam
kondisi basah.

e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

f. Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran,


kecuali bila digunakan tremie.

g. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang
kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran
lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.

h. Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari,


dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan
menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilai
slump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubang-
lubang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bonding
agent.

i. Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan


penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudah
terlaksana sebelum beton siap dicor.

5
IV-6

Pelaksanaan Pembuatan Beton

4. PERALATAN PENGECORAN

a. Agitator Truck

• Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix,


dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting,
berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus
mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas)
• Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk
mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini
mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator
disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki
• Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan
mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah
aus sebesar 25 mm dari design pabriknya
• Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam
waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan
agregat.

Dibawah ini diuraikan kapasitas dan spesifikasi rata-rata dari beberapa


agitator truck di pasaran:

Kapasitas geometris drum : 8-14 m3


Kapasitas pencampuran : 5-8 m3
Kecepatan putar drum : 0-18 rpm
Tekanan water system : 2 bar
Volume water tank : 400-600 liter
Berat agitator truck kosong : 2800-3200 kg
Kecepatan maksimum : 60 km/jam

Satuan panjang: mm

6
Pelaksanaan Pembuatan Beton
b. Concrete Pump

• Concrete pump diperlengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung


jangkauan horisontalnya
• Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi
tergantung juga pada spesifikasi pabrik)
• Diperlengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton
mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan
• Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom

Spesifikasi rata-rata alat:


O
Temperatur pengecoran optimal : -20 s.d +40 C
Jangkauan vertikal : 16-58 m
Jangkauan horizontal : 13-53 m
Kedalaman jangkauan : 8-42 m
Tinggi alat dalam keadaan terlipat : 4.1-15.4 m
Output : 48-154 m3/jam
Tekanan dalam pipa : 71-130 bar
Diameter pipa : 200x1400 – 280x2100 mm
Stroke : 18-34 per
menit

c. Tremie

• Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat
rigid maupun fleksibel
• Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang
mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara
langsung melalui concrete pump
• Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang
monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi

7
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Syarat pengecoran dengan tremie:


• Diameter minimum 250 mm
• Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm
• Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3
• Slump berkisar 6-9 in
• Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hati-
hati
• Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu

d. Placing Boom

• Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan
boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork
struktur
• Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang
dioperasikan dengan kabel remote control
• Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur
bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada
apapun
• Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat
menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas
• Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom

Spesifikasi rata-rata alat:


Jangkauan horizontal : 16-50 m
Berat alat : 4050-9650 kg
Jumlah section dalam satu lengan : 4-5 buah

8
Pelaksanaan Pembuatan Beton

e. Internal Vibrator

Pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah:


• Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan
• Hal penting yang perlu diperhatikan: udara terperangkap bergerak keatas
dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0, 3
inch pada nilai slump 4-5 inch)

Spesifikasi umum rata-rata dari beberapa vibrator, antara lain:


Diameter head : 38-65 mm
Panjang vibrator : 345-490 mm
Berat : 2.2-9.2 kg
Protective hose : 4-5 m
Berat pengoperasian : 10.5-22.5 kg
Diameter pemadatan efektif
(tergantung konsistensi beton) : 50-120 cm
Getaran : 11000-14000 VPM

Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab
tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada
produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.

½ dari radius penggetaran

Benar Salah

Internal Vibrator dengan Generator


9
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Vibrator tanpa Generator

5. PENGECORAN

Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang
kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara
sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan
kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.

Beton yang Tidak Boleh Digunakan


a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain.

b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.

Pedoman Umum
a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada
cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca
yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan
panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton
akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.
Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,
karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu
untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.

10
Pelaksanaan Pembuatan Beton

b. Segregasi-Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya


untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali
atau akibat pengaliran.

c. Kontinu-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut


harus dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
atau penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan
dan hindarkan terjadinya cold-joint.

d. Kontrol posisi-Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar


beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi
ruang diantara tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut
cetakan tetapi tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta
embedded material.

e. Kecepatan pengecoran-Untuk menghindari tekanan yang berlebihan


pada bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak
lebih dari 1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk
mencegah retak-retak, interval antara pengecoran slab, balok, dan
girder dengan pengecoran kolom dan dinding yang mendukungnya
minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah 24 jam.

Cold-joint

f. Siar Pelaksanaan-Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan


harus dibuat sesuai Subbab 8.4 SNI 03-2847-2002

g. Pengecoran berlapis-setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm


dengan satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi,
ukuran bekisting dan jumlah tulangan) dan harus dipadatkan terlebih
dahulu sebelum pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah
terjadinya lubang-lubang (sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera
harus dituang sebelum lapisan sebelumnya mengalami pengikatan
awal.

11
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Hindarkan terjadinya over vibrate saat pemadatan lapisan, karena akan


menyebabkan segregasi dan permukaan yang lemah.

h. Tinggi jatuh maksimum-Jika menggunakan concrete pump, pengecoran


langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta
dorong, pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan
ketinggian maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah
terjadinya lubang-lubang pada beton yang dihasilkan.

Teknik Pengecoran (lihat Gambar 1)

a. Pengecoran dinding
o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah
air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.
o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan
pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat
permukaan yang rata dan bersih.
o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada
poin 4.3.h

b. Site datar
o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke
arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).
o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik
tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar
mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan
segregasi.

c. Site miring/dengan slope tertentu


o Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang
lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi
akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan
campuran yang lebih kental lebih dianjurkan.
o Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses
terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk
menghemat waktu, energi dan kenyamanan

12
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Benar Salah
2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas
Bekisting Dinding

Benar Salah
3. Pengecoran Beton pada Site Datar
Benar Salah
1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah
Bekisting Dinding

Benar Salah
4. Pengecoran Beton pada Site Miring

Gambar 1 Teknik Pengecoran

13
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Pengecoran pada temperatur udara tinggi:

Jika temperatur harian >35o Celcius , maka diusahakan pengecoran


dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses
pencampuran, seperti :
z Pendinginan material dengan siraman air
z Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari,
misalnya dengan menggunakan tenda
z Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap
panas)
z Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau
air chiller
z Menyemprot acuan/bekisting dengan air
z Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar
matahari

14
Pelaksanaan Pembuatan Beton

6. PEMADATAN/COMPACTING

Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang


dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan
membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan
yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya,
durabilitasnya dan homogenitasnya.

Kapan Pemadatan Dapat Dimulai?


Segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis
(workable)

Pedoman Umum

a. Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop,


tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi
yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus
dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk
ke celah-celah tulangan.

b. Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan


embedded material.

c. Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya


gravitasi.

Teknik Pemadatan

a. Pemadatan manual
o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang
baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan
dibawahnya.
o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan
masuk kedalam beton.

Ujung pipa:
sambungan
dan rata

Gambar 2 Pemadatan Manual


15
Pelaksanaan Pembuatan Beton
Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi:

o Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan


mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual
o Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari
5 inchi.
o Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting

b. Pemadatan mekanis (Internal Vibrator)


o Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk
beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air
entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut
tergantung pada nilai slump-nya.
o Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area
pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator
berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat
gravitasi kedalam beton.
o Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor,
tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya
(yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya
ikatan yang baik antar lapisan.
o Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul
kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar
menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai nampak
disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik.
o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat
turun kedalam adukan beton secara gravitasional.

Tabel 2 Getaran Minimum dengan


Internal Vibrator

Diameter Getaran Minimal


(RPM)
> 80mm 8.000
< 80 mm 12.000

Sebelum Pemadatan Setelah Pemadatan

Gambar 3 Pemadatan Mekanis


16
Pelaksanaan Pembuatan Beton

7. FINISHING
Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan
efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu,
finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi
lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak
memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan
screeding untuk memperbaiki kontur.

Macam Finishing:

a. Screeding
b. Hand Tamping
c. Floating
d. Edging
e. Trowelling
f. Brooming
g. Grinding
h. Sack-Rubbed Finish
i. Exposed Aggregate Finish

Kapan Finishing Dapat Dimulai?


Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban
satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit
bekas pada permukaannya.

a. SCREEDING

Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada


pengecoran slab, trotoar atau jalan.

a. Screeding Manual
Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian
bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang
rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.
Teknik sceed yang baik:
o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan
beton seperti gerakan menggergaji
o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi
disepanjang bekisting
o Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin
terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket)
kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah
screed dengan logam
o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang
permukaan beton yang bergelombang akibat screeding
sebelumnya

17
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk


operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed
sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian
depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara
ini adalah 200 ft2/jam

b. Screeding Mekanis
Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek
jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan
untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah.
Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah
menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar,
finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi
perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan
kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin
berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis
yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup
berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu
memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan
dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan
tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai
slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding
dengan alat ini adalah:
o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam
o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan
beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian
dibawah screed beam
o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua
ujungnya
o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah
screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera
diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan
dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali

18
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Gambar 4 Alat Screed Mekanis

Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan


pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena
akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan
genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton
atau saat mix desain gunakan bahan aditif air entraining.

b. HAND TAMPING

Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton


menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar
dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga
memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai
keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai
slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung
dilanjutkan dengan floating.

Dapat digunakan untuk:


Pinggiran kolam, driveways, patio, entry dan courtyard

19
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Gambar 5 Alat Hand Tamping

c. FLOATING

Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang


diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan
raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian
mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat
permukaan yang lebih halus.

Kapan Floating Dapat Dilakukan?


Segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton,
untuk mencegah retak dan pengelupasan beton

Raskam Kayu & Magnesium Alat Float Bertangkai


Gambar 6 Floating

20
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena
akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan
karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan
mengelupas saat penggunaan.

d. EDGING

Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya
harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi
beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton
lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.

Gambar 7 Edger

Kapan Edging Dapat Dilakukan?


Dimulai saat kilau air mulai menghilang dari permukaan.

e. TROWELLING

Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton


setelah proses floating dan beton telah cukup keras.

Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton,


sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu
keras untuk dapat dikerjakan dengan baik.
Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing
tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau
dibersihkan.

21
Pelaksanaan Pembuatan Beton

a. Trowel Baja
o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan
trowel berhadapan secara datar dengan beton
o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup
keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel
dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan
beton
o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan
sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah
padat sepenuhnya

Gambar 8 Trowel Baja

b. Trowel Mekanis
Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini
dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya,
jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian
rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun
operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak
semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu
pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh
pabriknya.

22
Pelaksanaan Pembuatan Beton

f. BROOMING

Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat
diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya.
Dilakukan setelah floating.

Hasil Brooming Motif Geometris

Hasil Brooming Motif Persegi

Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone


bahkan lingkaran

o Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan


sikat halus setelah satu kali trowelling
o Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu
kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.
o Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang
dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

Hasil Brooming motif Lengkung

23
Pelaksanaan Pembuatan Beton

g. GRINDING

Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah
permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya
partikel agregat.

o Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan


dengan menyikat dan membilas dengan air
o Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat
ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian grain-
carborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini
diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu
dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan
beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras
selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan
yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.
o Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan
penyiraman air secara keseluruhan.

h. SACK RUBBED FINISHING


(untuk Lantai Beton)

Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton
yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-
perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika
menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan
lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak
perlu dilakukan rubbing lagi.

o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu


Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak
akan tertarik keluar
o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan
o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing
akhir
o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan
o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan
harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton
disiapkan untuk dirawat
o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk
menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan
permukaan beton.

24
Pelaksanaan Pembuatan Beton

i. EXPOSED AGGREGATE FINISHING


Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan
yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural

• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material


finishing
• Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas
permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas
dengan air

Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian


untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

7. PERAWATAN
Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu
tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara
perlahan-lahan namun efektif.

Gambar 9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak) 25


Pelaksanaan Pembuatan Beton

Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi
sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan
tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).

Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang


digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan
bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan
yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya
membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Gambar 9 menunjukkan
bagaimana perawatan mempengaruhi kuat tekan beton.

Keuntungan
a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat
b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,
sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.
c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni


Basah

26
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Gambar 10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi

Gambar 11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof

Metode Dasar Curing


a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan
Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah:
o Penyiraman
o Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah,
karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya
Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama
pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan
yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan
beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu
sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah
adalah yang paling banyak digunakan. Caranya:
o Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin
setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan
o Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan
o Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan
dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau
merendam beton secara keseluruhan didalam air.
Cara ini dapat dilihat pada Gambar 10

27
Pelaksanaan Pembuatan Beton

b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing


Metode ini terdiri dari beberapa cara:
o Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan
untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang
memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus
cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton.
Caranya:
• Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang
halus
• Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara
keseluruhan
• Biarkan di tempat selama masa perawatan
Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat
menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan
di-finishing menggunakan trowel baja.
o Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membran
forming compounds)
Sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk
perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian
lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau
menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan
menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan
merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi
bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi
beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian
lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus
disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi
beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah
digunakan.
Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan
antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika
ingin ikatan tersebut terbentuk.

28
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Tabel 3 Metode Curing


Metode Keuntungan Kerugian
Penyiraman air Hasil yang sempurna jika Memungkinkan
atau penutupan dapat menjaga mengering saat jeda
dengan goni pengairan secara penyiraman, kesulitan
basah konstan penerapan pada dinding
vertikal, volume air yang
dibutuhkan besar
Penutupan Berperan sebagai Dapat mengering,
dengan jerami insulator saat musim terbang tertiup angin
dingin atau terbakar
Moist Murah tapi berantakan Meninggalkan noda
earth/ditutup dan kotor pada beton, dapat
dengan tanah mengering dan kesulitan
basah pembersihan
Dibiarkan saja Hasil yang sempurna, Tidak bisa dilakukan
pada permukaan menjaga suhu yang pada cuaca yang dingin
yang datar seragam atau terlalu panas
Curing Mudah dan murah Penutupan yang tidak
compound sempuna menyebabkan
pengeringan, film dapat
sobek maupun
meninggalkan noda
sebelum proses
perawatan selesai dan
dapat menyebabkan
suhu didalam beton
menjadi terlalu panas
Lapisan Perlindungan sempurna Mahal, harus tetap
Waterproof dan mencegah dalam bentuk gulungan
pengeringan dan permasalahan
penyimpanan serta
pemakaian
Plastik film Kedap air absolut, Harus diberi warna
perlindungan sempurna, untuk perlindungan
ringan dan mudah panas, memerlukan
dipakai baik pada perawatan khusus, jika
struktur dengan bentuk sobek harus ditambal
sederhana maupun rumit dan harus dibebani
untuk mencegah agar
tidak tertiup angin

29
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Bahkan dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak


menguntungkan, tuntutan waktu, dll), beberapa metode diatas dapat
digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi.

Sebagai contoh: Proyek WIKA di PLTU Cilacap, beton dirawat menggunakan


tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrofoam dan
terakhir ditutup dengan pasir basah. (lihat gambar dibawah ini)

Pedoman Umum Curing Beton

a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10
o
C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali
jika dirawat sesuai Poin c.

c. Perawatan dipercepat
o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama
dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang
dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan
yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b.
o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji
kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai
dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa
proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan

30
Pelaksanaan Pembuatan Beton

8. EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU


BETON
Tujuan: mengontrol tingkat kekuatan & variabilitas mutu beton yg
dihasilkan dari suatu produksi beton dalam periode tertentu secara rutin

Rencana
Modifikasi atas
perencanaan

Membandingkan Melaksanakan
Dengan rencana tindakan perbaikan Pelaksanaan

PENGUJIAN
Selama proses

Gambar 12 Diagram Proses Pengendalian

Variabilitas:
suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton
dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu
beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat
Gambar 13)
Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada:
z Karakteristik masing-masing bahan dasar
z Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji,
peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan
perawatan
z Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji

Deviasi tinggi menunjukkan kurangnya tingkat pengendalian kualitas


material, pelaksanaan pekerjaan dan pengujian

31
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Gambar 13 Variabilitas `

a. PENGUJIAN KUALITAS BETON

Pengujian beton segar:


1. Konsistensi
2. Kadar udara

Pengujian beton keras:


1. Destruktif
a. uji kuat tekan
b. uji lentur
c. uji tarik

2. Non-destruktif
a. hammer test
b. uji beban langsung
c. pulse velocity crack recorder (UPV = Ultrasonic Pulse
Velocity)

32
Pelaksanaan Pembuatan Beton

Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI
1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( ± 0.06 ) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB ’89 :
Menurut PB’89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton
adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian
benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan
korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :

fc’ = { 0,76 + 0,2 log ( fck/15) } fck

dimana : fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa


fck = kuat tekan beton, MPa didapat dari benda uji kubus dengan
sisi 150 mm = 15 cm

contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 432 kg/cm2 ( benda uji silinder )

BENTUK DAN UKURAN BENDA UJI


cm atau dengan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :

Tabel 4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji


Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder 15 x 30 cm 0,83

contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 415 kg/cm2 ( benda uji silinder )

33
Pelaksanaan Pembuatan Beton

MENURUT PBI 1971 :

SAMPLING BENDA UJI

Untuk mendapatkan hasil pengujian kuat tekan beton maka ditentukan


jumlah benda uji ( sampling ) yang bisa mewakili.
Jumlah benda uji ( sesuai PBI 1971 ) yang dianggap bisa mewakili untuk
memberikan hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 5 Sampling Benda Uji


No. Volume Jumlah Benda Uji Catatan
Beton
1 Lebih dari Untuk masing-masing mutu beton Pada saat permulaan
atau sama harus dibuat 1 buah benda uji proyek
dengan 60 setiap 5 m3 beton
m3 ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton )
Untuk waktu selanjutnya
maka masing-masing
mutu beton harus dibuat
1 buah benda uji setiap
5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji
tiap hari
( 1 buah / 5 m3 / mutu
beton / hari )

2 Kurang dari Minimal harus terkumpul 20 buah Unutk keperluan


60 m3 benda uji per mutu beton s/d evaluasi mutu beton
proyek selesai
Evaluasi sesuai pasal
Bila benda uji kurang dari 20 sub bab 1.d.
buah, maka sesuaikan nilai k

Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi atau
persyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktu
pengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)

Disarankan untuk mempunyai cadangan benda uji yang dapat dimanfaatkan


untuk pengujian pada umur 56 hari, apabila ditemui kejadian pada pengujian
umur 28 hari tidak memenuhi syarat

34
Pelaksanaan Pembuatan Beton
TESTING / PENGUJIAN – ASTM C-39

- Pengujian kuat tekan beton harus dilakukan dengan menggunakan mesin


yang mempunyai kapasitas beban cukup serta mempunyai rangka yang
kaku. Disamping itu mesin uji tekan juga harus dalam kondisi terkalibrasi.
- Kedua sisi permukaan benda uji harus dalam kondisi rata. Bila tidak rata,
harus dilakukan chipping dengan material mortar semen atau belerang.
- Kecepatan penekanan diatur pada posisi 20 – 50 psi/s ( 0.14 to 0.34
MPa/detik ).
- Benda uji harus ditekan sampai pecah ( failure ) bukan sampai kualitas
tertentu.
- Nilai kuat tekan benda uji adalah :

fc’ ( σb ) = P / A

dimana :
fc’ ( σb ) = nilai kuat tekan benda uji
P = beban yang dapat dipikul hingga runtuh
A = luas penampang yang menerima beban

- Catat bentuk keruntuhan benda uji :

cone cone & split cone & shear shear columnar

catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selain
itu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya

EVALUASI HASIL UJI TEKAN


1. BERDASARKAN PBI 1971 :
a. Jumlah benda uji kubus minimal 20 buah
b. σbk ≥ σbm – k.SD, dimana nilai k = 1,68 untuk jumlah benda uji kubus 20
buah dengan prosentase kegagalan 5%

dimana :
σbk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
σbm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai
k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji
dan tingkat kepercayaan
SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji
pada umur dan periode tertentu.
35
Pelaksanaan Pembuatan Beton

n
Σ (σ’bm - σb )
1
SD =
n-1

Dimana :
n = jumlah benda uji
σb = nilai kuat tekan masing-masing benda uji

c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( σ’b ) < σ’bk maksimum 1 buah
d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan ≥ σ’bk + 0,82.SD
e. σbmax - σbmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD

BERDASARKAN PB 1989 / ACI 318 / ASTM C-39 :


- Benda uji direkomendasikan berbentuk silinder 15 x 30 cm
- Satu data terdiri dari nilai rata-rata 2 buah benda uji silinder
- Nilai rata-rata dari 3 buah data yang berurutan tidak boleh lebih kecil dari f’c
- fc ≥ fc’ - 500 Psi

b. LANGKAH PEMERIKSAAN MUTU BETON DI LAPANGAN

MUTU BETON < σbk

CHECK MUTU PRODUK


DENGAN HAMMER Yes
OK DITERIMA
σb > 80% σbk

Check mutu produk dengan core drill Yes

(bila memungkinkan)
No
Ditentukan bersama dengan konsultan, misal:
- Uji Beban Langsung

Gambar 14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di


Lapangan

36
Pelaksanaan Pembuatan Beton

System quality control dan program quality assurance dapat pula


dilakukan dengan bantuan perangkat lunak terpadu, seperti: CONAD
system yang dikembangkan oleh Ken W. Day, seorang ahli teknologi
beton dari Australia. Perangkat lunak ini dapat mempercepat deteksi
problem dan cara mengatasinya. CONAD system terdiri dari enam buah
paket program dan fungsinya masing-masing adalah:
a. QUSUM QC
o Dapat mendeteksi problem dengan lebih cepat berdasarkan hasil
tes kuat tekan beton pada umur muda
o Memberikan peringatan dan informasi sebanyak mungkin mengenai
sifat perubahan yang terjadi sehingga dapat segera dicari
penyelesaiannya dan proses produksi dapat berlanjut

b. BATCH ANAL
Dapat menampilkan grafik yang komprehensif setiap error dari setiap
material dari setiap truk mixer dalam 1 hari

c. MIXTUNE MIX CONTROL


Dapat menunjukkan dengan tepat sifat material apa yang
menyebabkan perubahan performance beton dan sistem akan
melakukan penyesuaian proporsi campuran sedemikian hingga agar
performance beton kembali ke keadaan semula. Jika material yang
sama hendak dipakai untuk performance yang berbeda, sistem akan
melakukan perubahan proporsi campuran sesuai permintaan (baik
kekuatan, slump, kohesi dan lain-lain)

d. NEW QC
Mengintegrasi data-data yang disimpan dan dianalisis dengan ketiga
program diatas

e. MIXEVAL
Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk
dibuat

f. ERLIEST
Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan “equivalent
age” specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur
yang dikehendaki

Sumber : Buku Pedoman Beton WIKA 37


Penerbit Biro Enjiniring PT WIJAYA KARYA Tbk.

Anda mungkin juga menyukai