DISUSUN OLEH :
1. I Gusti Ayu Manik Kristiani Putri ( 2215124023 )
2. Baiq Risnia Zalva Adila (2215124043 )
3. Komang Vedanta Prayascitta ( 2215124098 )
4. Kadek Anna Giorgina ( 2215124083 )
5. Dimas Ramadhani (2215124123 )
I. UMUM
Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama
dinamika dan aktivitas ekonomi – baik di pusat maupun daerah – dan
pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama
bagi perekonomian nasional. Pembangunan jalan diharapkan dapat
dilaksanakan dengan baik sehingga tercapailah hasil yang diinginkan sesuai
dengan rencana baik secara kualitas dan kuantitas. Dengan tercapainya
kualitas pekerjaan yang baik maka diharapkan konstruksi jalan dapat bertahan
lama dan awet. Untuk itu perlu disusun suatu Metode Pelaksanaan Pekerjaan
yang baik dan terencana sehingga tercapailah hasil pelaksanaan pembangunan
Jl. Ibrahim adjie sesuai dengan yang direncanakan.
Seluruh staf inti proyek tersebut beserta staf lainnya sesuai dengan usulan di dalam
Struktur Organisasi Kerja, akan dimobilisasikan ke lokasi proyek dalam kurun waktu 7
(tujuh) hari sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Sedangakan mobilisasi
tenaga kerja akan disesuaikan dengan kebutuhan yang tercermin dari Rencana
Kerja/Schedule.
C. PERALATAN
Daftar jenis peralatan yang akan dimobilisasi ke lapangan untuk menunjang
pelaksanaan pekerjaan utama pada paket proyek ini, sesuai dengan
kebutuhan alat untuk melaksanakan pekerjaan
Quality Control
Pengujian Beton
Test kubus
Slump test
Uji kuat tekan
Uji kelenturan
E. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pembangunan Jalan Ibrahim Adjie adalah pekerjaan dengan Produk Akhir Perkerasan
Beton. Perkerasan beton semen (rigid pavement) merupakan suatu struktur perkerasan yang
umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau
tanpa tulangan. Perkerasan beton dapat menanggung beban dari pejalan kaki dan kenderaan
hingga 8 ton, dan dapat bertahan sampai 5 atau 10 tahun. Perkerasan jalan beton semen atau
secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis
pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih
adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan
beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban
ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur
perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan.Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalamperencanaan tebal
perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari
tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural
perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap
sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk
menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih
spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
2. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k),
menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
3. Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
4. Menyediakan lantai kerja bagi alat alat berat selama masa konstruksi.
Metode pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan dibawah ini akan dijelaskan mengenai
tahapan dan tata carapelaksanaan yang menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari awal
sampai akhir, yang disusun berdasarkan dokumenlelang, gambar teknis, dan spesifikasi.
Penjelasan ini akan meliputi :
1. Program Mobilisasi
2. Pengendalian Mutu Pekerjaan
Perbedaan Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur