Anda di halaman 1dari 12

METODE PELAKSANAAN JALAN DAN JEMBATAN

1. PENDAHULUAN
Tahap Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap realisasi design rencana menjadi
sebuah bangunan yang utuh. Pada tahap ini dibutuhkan metodologi yang efektif
dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan shop drawing. Metode yang dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan dapat berbeda meskipun untuk pekerjaan yang sama,
hal ini tergantung dari sumber daya dan kondisi lingkungan yang dihadapi.
Perencanaan yang matang mengenai tahapan-tahapan dalam menyelesaikan pekerjaan
dilapangan mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan. Selain menjamin mutu yang dihasilkan, perencanaan
juga harus memperhitungkan keselamatan kerja semua yang terlibat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga tercapai ZERO ACCIDENT sesuai dengan standar
OHSAS dalam proyek.

2. LATAR BELAKANG
Pekerjaan Pembangunan jembatan berlokasi di daerah dengan kondisi
lingkungan yang cukup padat dengan mobilisasi masyarakat, untuk itu maka harus
diperhatikan mengenai dampak lingkungan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan
terutama lalu lintas kendaraan.

3. PEKERJAAN ADMINISTRASI
a. PASCA LELANG
Setelah diputuskan pemenang lelang dalam paket pekerjaan Pembangunan
jembatan maka selaku pemenang lelang hal pertama yang kami lakukan adalah
menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan sebagai syarat keluarnya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) dan dilanjutkan dengan melengkapi dokumen yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut antara lain:
 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Permanen yang berbentuk Barchat dan Kurva
“S” serta Network Planning.
 Jadwal penugasan personil inti.
 Jadwal pengiriman peralatan proyek (MOB DEMOB)
 Jadwal Pengiriman bahan-bahan material proyek.
 Rincian metode pelaksanaan masing-masing bagian pekerjaan secara lebih
mendetail.
 Menyerahkan surat pemberitahuan secara tertulis, bahwa pekerjaan tersebut
akan segera kami laksanakan dengan tembusan kepada Instansi yang terkait.
 Koordinasi dengan petugas terkait dan instansi terkait, baik dengan konsultan
perencana, wakil dari pengguna jasa maupun dengan konsultan pengawas dan
bersosialisasi dengan lingkungan setempat, untuk dapat mengantisifasi hal-hal
yang dapat mengganggu dan menghambat aktifitas pada saat pelaksanaan
pekerjaan

b. ADMINISTRASI LAPANGAN
Selama masa pelaksanaan pekerjaan dilapangan juga dilakukan proses
administrasi untuk tertib laporan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pekerjaan Pembangunan jalan dan jembatan. Dokumen yang dipersiapkan selama
masa pelaksanaan pekerjaan meliputi :
 Laporan kegiatan,
 Laporan Surat-menyurat,
 Laporan hasil pertemuan rapat koordinasi dengan pihak yang terkait.
 Foto-foto terkait dengan pelaksanaan pekerjaan;

4. PEKERJAAN FISIK LAPANGAN


a. PEKERJAAN UMUM
• MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

Tahap awal pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memobilisasi semua


keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan seperti tenaga
kerja lapangan, personil inti dan alat kerja. Proses mobilisasi alat berat dilakukan
secara betahap sesuai keperluaannya sehingga tidak ada alat yang menumpuk tidak
terpakai sehingga berpotensi menghambat pelaksanaan dilapangan. Proses mobilisasi
pada kegiatan pembangunan jalan dan jembatan meliputi:
Tenaga Kerja:

 Personil inti lapangan.


 Tenaga kerja harian

Bahan :

 Papan nama proyek


 Direksi Keet
 Pagar sementara
 Tenda pengecoran
 Rambu lalu lintas
 Lampu pengaman.

Peralatan :

 Excavator
 Vibrator roller
 Tandem roller
 Tire Roller
 Asphalt finisher;
 Asphalt sprayer
 Genset;
 Stamper;
 Concrete Vibrator;
 Air Compressor
 Mobil crane
 Mobil Concrete Pump
 Bar bender
 Bar cutter
 Boogey trailer

b. PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian tanah, urugan limestone, urugan
tanah dan pemadatan menggunakan alat berat dan stamper. Volume pekerjaan
galian tanah memiliki variasi tergantung kedalaman penggaliannya. Adapun
kedalaman galian yang disyaratkan beserta volume penggaliannya antara lain:
 Galian tanah biasa, dalam s/d 1 m 262.50 m3
 Galian tanah biasa, dalam 1 m s/d 2 m 262.50 m3
 Galian tanah biasa, dalam 2 m s/d 3 m 262.50 m3
 Galian tanah biasa, dalam 3 m s/d 4 m 262.50 m3
 Galian tanah biasa, dalam 4 m s/d 5 m 262.50 m3
 Galian tanah biasa, dalam 5 m s/d 6 m 131.25 m3

Pekerjaan Galian dilaksanakan menggunakan excavator dan dilaksanakan


selama 2 Minggu. Tanah hasil galian galian excavator dituang kedalam dump
truck dan dibuang ke areal pembuangan. Selama pembuangan dengan dump truck,
tanah hasil galian ditutup dengan terpal sehingga tidak berceceran dijalan yang
dilaluinya. Setelah tiba dilokasi pembuangan tanah di turunkan dan dump truck
kembali kelokasi penggalian. Jumlah dump truck disesuaikan dengan kapasitas
produksi excavator sehingga tidak terjadi spot delay untuk masing-masing alat
yang dipakai. Pengurugan limestone dilaksanakan setelah penggalian selesai
dikerjakan. Pengurugan dengan ketebalan 45 cm padat Volume pekerjaan sebesar
324 m3 dan dikerjakan dalam waktu 3 minggu . Alat yang digunakan untuk
pekerjaan ini Dump Truck untuk mengangkut Limestone dan Vibrator Roller
untuk memadatkan. produksi tiap minggunya sebesar 114 m3. Urugan tanah
merah dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian tanah selesai dilaksanakan,
proses pengurugan dimulai dengan memasukan tanah merah ke lokasi kerja dan
diletakan pada tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Urugan di lakukan
secara berlapis dengan ketebalan maksimum tiap lapisan 30 cm sesuai dengan
spesifikasi pemadatan tanah. Setelah tanah dihamparkan pada lokasi kerja
dilanjutkan dengan meratakan hamparan tanah menggunakan bulldozer sehingga
tercapai ketebalan yang diinginkan. Tahap terakhir adalah memadatkan
menggunakan vibrator roller 8-10 ton, pemadatan melalui vibrator roller
dilakukan beberapa kali lintasan. Untuk menjamin kualitas pemadatan maka
dilakukan pengujian untuk mengetahui kepadatan lapangan yang didapat dari hasil
penggilasan dengan mesin gilas.
Simulasi Proses Penggalian Tanah

c. PEKERJAAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN


Pekerjaan meliputi pembuatan perkerasan jalan beton K-400 lebar 3.5 m,
(t=25cm; FS 45 Kg/cm2) termasuk bekisting, membran plastik, curing, joint
sealant, tulangan dowel dan tiebars. Volume beton untuk perkerasan sebesar 180
m3 dan semua proses diatas dilaksanakan selama 3 Minggu.
Peralatan yang digunakan antara lain:
 Concrete Vibrator
 Concrete Pump
 Concrete Cutter

Pekerjaan dimulai dengan membuat lantai kerja beton B0 dan dilapisi dengan
membran plastik untuk mencegah beton struktur K-400 mengalami kontaminasi
dengan sekitarnya dan juga tidak menempel pada permukaan bekisting. Setelah
membrane plastic selesai digelar dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dari
kayu. Bersamaan dengan dipasangnya bekisting maka tiebar dan dowel juga
dipasang. Setelah semua persiapan selesai dan telah mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas maka pekerjaan pengecoran dapat dimulai. Pengecoran
dilakukan dari titik terjauh jalan sehingga tidak terganggu proses pengecoran yang
lain. Beton disemprotkan pada tempatnya menggunakan concrete pump kemudian
diratakan dan digetarkan menggunakan vibrator. Penggetaran dilakukan tidak
terlalu lama agar tidak terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus.

Proses Pemadatan Tanah


Setelah pengecoran selesai dilakukan dengan proses curing menggunakan
karung basah sampai mencapai umurnya. Pada usia lebih dari 10 hari setelah
pengecoran atau ditentukan lain oleh konsultan pengawas, maka beton sudah siap
untuk dilaksanakan proses cutting dan joint sealant. Setelah mendapat persetujuan
dari konsultan pengawas, Beton yang berumur lebih dari 10 hari di cutting
menggunakan concrete cutter. Kemudian rongga yang dipotong tadi diisikan
dengan sealent dari aspal.

d. PERKERASAN ASPAL
Setelah perkerasan jalan beton selesai dikerjakan dan memiliki umur yang
memenuhi syarat untuk pelapisan laston maka Pekerjaan perkerasan aspal dapat
dimulai. Pekerjaan ini dimulai dengan penyemprotan Prime Coat dengan
menggunakan aspal emulsi jenis CSS-1 sebanyak 0.4 l/m2. volume pekerjaan
pelapisan prime coat sebanyak 1.628,70 Ltr dan dilaksanakan selama 1 Minggu
dengan produktifitas penyelesaian per-minggu sebanyak 814 Ltr. penyemprotan
menggunakan asphalt sprayer dimulai dari sisi terjauh perkerasan beton sehingga
Prime Coat yang sudah selesai dikerjakan tidak terganggu oleh aktifitas
penyemprotan prime coat bagian lain. Setelah selesai penyemprotan maka
hasilnya dijaga dari terkena debu dan kotoran yang dapat merusak kualitas prime
coat. Pekerjaan dilaksanakan dalam kondisi kering dan cuaca cerah. Bila kondisi
cuaca berpotensi hujan maka pekerjaan dihentikan. Bersamaan dengan
penyemprotan lapis prime coat maka dikerjakan penghamparan LASTON,
Hotmix, density lapangan 97 – 100 % dengan ketebalan padat 5 cm. besar
pekerjaan penghamparan laston ini seluas 4.071,76 m2 dan dilaksanakan selama 4
Minggu sehingga dalam 1 minggu dapat menyelesaikan 1017.94 m2 lokasi
penghamparan LASTON.
Alat yang digunakan untuk pelaksanaan penghamparan laston ini antara lain:
 Dump truck
 Asphalt Finisher
 Tandem roller
 Tire roller
Proses penghamparan dilakukan dari sisi ujung lapisan jalan beton, kegiatan
dimulai ketika Dump Truck yang mengangkut HOTMIX dari Asphalt Mixing
Plant mengisi asphalt finisher. kemudian asphalt finisher menghamparkan hotmix
diatas lapisan prime coat dengan ketebalan sebelum dipadatkan sebesar 6 cm dan
lebar 4 m. Setelah selesai menghamparkan, Dibelakang Asphalt Finisher diikuti
dengan tandem roller untuk memadatkan asphalt sehingga tercapai ketebalan
padat 5 cm sesuai yang disyaratkan. Pemadatan dilakukan dengan beberapa kali
lintasan sehingga pemadatan merata. Untuk menghaluskan hasil pemadatan maka
laston dipadatkan kembali dengan menggunakan tire roller sampai bekas lintasan
tidak terlihat diatas permukaan laston.

e. PEKERJAAN STRUKTUR
Pekerjaan beton untuk pembuatan pondasi jembatan dilaksanakan dengan cor
ditempat, proses pengerjaan dimulai dengan pembuatan bekisting mengunakan
bekisting berat. Mutu beton yang dipakai K.300, volume pekerjaan 978 m3, dan
dilaksanakan dalam 8 minggu. Karena pembuatan struktur dinding penutup dan
pondasi jembatan menggunakan volume beton yang cukup besar maka perlu
diperhatikan suhu beton agar tidak berbeda terlalu jauh waktu pegecoran
berlangsung, oleh karena itu pengecoran dilakukan secara berkelanjutan dan
dilakukan perawatan selama masa curing time dengan menggunakan karung
basah. Selain itu juga akan dilakukan penyemprotan secara berkala untuk
menurunkan suhu beton yang ada pada pondasi jembatan selama masa curing.

>> Launching PCI Girder L=45 m H = 210 cm


PCI Girder didatangkan kelokasi kerja dalam bentuk potongan, hal ini Karen
panjang bentang yang mencapai 45 m, setelah PCI Girder sampai dilokasi maka
dilanjutkan dengan penyatuan dengan cara stressing. Hal yang harus diperhatikan
dalam proses stressing ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning
harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami
perpindahan dalam arah lateral. Pemotongan kabel strand dilakukan seminimal
mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang.
Launching PCI Girder dilaksanakan menggunakan truss crane dimana pada
prosesnya diperlukan 2 (Dua) tahap dalam memasang PCI girder pada tempatnya.
 Tahap 1; Instal Steel Truss Crane
 Tahap 2; Launching PCI Girder
Sebelum dilaksanakan pemasangan PCI Girder maka dilakukan terlebih
dahulu pemasangan truss crane. Truss crane di pasang membentuk Box Balance
Cantilever dimana tumpuannya berada pada tiga titik kaki jembatan yang sudah
selesai dibangun sebelumnya.

Ilustrasi Steel Truss

Setelah Truss selesai diinstal maka dilanjutkan dengan pemasangan PCI


Girder tapi terlebih dahulu apakah elastomerik terpasang dengan sempurna.
Setelam mendapat persetujuan dari konsultan pengawas maka pelaksanaan
launching girder dapat dilanjutkan. PCI Girder di masukan kelokasi kerja dan
diposisikan pada tempat yang dapat dijangkau oleh hook crane yang terpasang
pada steel truss. Setelah PCI girder terkait dengan kuat pada truss crane
selanjutnya dengan perlahan PCI Girder diluncurkan keposisinya pada elastomerik
di kedua sisi kepala jembatan.

Ilustrasi proses launching girder


Proses launching dilaksanakan secara simultan, untuk menghindari kesalahan
pemasangan maka ditempatkan personil untuk memandu posisi PCI Girder sehingga
tepat pada tempat yang diinginkan. Begitu pemasangan girder selesai dilaksanakan
maka dilanjutkan memasang diafragma beton dengan cara cor ditempat. Diafragma
berfungsi mengakukan PCI Girder dari pengaruh gaya melintang. Volume beton
untuk pekerjaan ini sebesar 18.38 m3 dan peralatan yang digunakan antara lain :

 Concrete pump
 Concrete vibrator
 Air Compressor
 Genset untuk penerangan.

Pekerjaan dilaksanakan selama 2 Minggu dengan penyelesaian tiap minggunya


sebesar 9.19 m3 . Proses pembuatan diafragma dimulai dari pemasangan bekisting
diafragma dilanjutkan dengan penulangan dan dilanjutkan dengan pengecoran
menggunakan Beton Radymix K.350. waktu pengecoran dilaksanakan pada siang dan
malam hari secara menerus untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

>> Perletakan elastomerik ukuran 600x400x60 mm

Elastomerik merupakan tumpuan dari PCI Girder sehingga harus terpasang


dengan baik dan benar. Elastomerik diselesaikan sebelum launching girder dilaksanakan,
pekerjaan dilaksanakan selama 1 minggu. pekerjaan dilakukan dengan mengangkur
elastomerik pada abudment jembatan dan dilanjutkan dengan grouting untuk menutup
hasil angkur.

f. PERLENGKAPAN JALAN DAN UTILITAS


 Bingkai beton lurus uk.18/22 x 25 – 60 cm, K.400
 Mulut Air uk.18/22 x 25 – 60 cm, K.400
 Trotoar lebar 0.78 m dengan komposisi conblok 4.6 abu K.300 + batu koral
sikat merah hati + batu alam tempel
 Moveable concrete barier
Perlengkapan jalan dan utilitas dilakukan setelah pekerjaan struktur
selesai dilaksanakan.
5. MANAGEMEN ALAT DAN BAHAN
Untuk mencegah penumpukan bahan material dan mengurangi resiko
kehilangan dalam masa pelaksanaan pekerjaan maka dilakukan pengaturan jadwal
pemasukan bahan material yang akan digunakan selama pelaksanaan pekerjaan.
Material yang mudah terpengaruh cuaca seperti semen diletakan pada gudang
penyimpanan. Pendatangan semua material paling lambat 1 minggu sebelum proses
pekerjaan dimulai dan selalu diperhatikan ketersediaan barang yang ada digudang
sehingga tidak menghambat pekerjaan. Alat berat didatangkan menurut keperluannya
dan di keluarkan dari lokasi kerja bila sudah tidak ada pekerjaan yang berkaitan
dengan alat berat tersebut.

6. MONITORING DAN PELAPORAN


Sebagai kewajiban kontraktor dalam memberikan hasil nyata sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan maka kontraktor akan melakukan monitoring semua hasil
pekerjaan yang dicapai dan memberikan laporannya secara tertulis kepada Pengguna
Jasa, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. Adapun bentuk laporan yang kami berikan terdiri dari
beberapa bagian meliputi:
 Laporan Harian; Berisi rangkaian kegiatan yang dilakukan pada hari yang
dilaporkan dalam bentuk Buku Harian Lapangan (BHL). Laporan harian berisi:
a) Kegiatan harian;
b) Jumlah tenaga kerja yang terlibat untuk setiap macam pekerjaan;
c) Laporan cuaca;
d) Laporan surat-menyurat;
e) Laporan barang yang masuk dan barang yang ditolak berikut kuantitas dan
macamnya;
f) Laporan barang dipakai;
g) Jumlah, jenis dan kondisi peralatan;
h) Laporan kunjungan;
i) Laporan masalah yang dihadapi dan tindakan yang diambil.
 Laporan Mingguan; Laporan mingguan berisi rekapitulasi dari laporan harian,
laporan kemajuan prestasi minggu yang dilaporkan dan target rencana kemajuan
pekerjaan minggu yang akan datang serta dilampiri dengan laporan harian.
 Laporan Bulanan; Laporan Bulanan berisi rekapitulasi dari laporan harian, dan
Laporan bulanan serta laporan kemajuan prestasi Bulan yang dilaporkan dan
target rencana kemajuan pekerjaan Bulan yang akan datang serta dilampiri dengan
laporan harian dan laporan mingguan.
 Laporan Akhir. Laporan Akhir berisi rekapitulasi semua pekerjaan yang
dilaksanakan dan dilampiri dengan laporan harian, mingguan dan bulanan. Dalam
Laporan akhir dijabarkan semua kejadian yang terjadi selama pelaksanaan proyek
secara objektif dan lengkap.

7. MANAGEMEN LALU LINTAS


Pekerjaan konstruksi terutama yang berada pada jalur lalu lintas memerlukan
perhatian khusus dalam pengaturan lalu lintas, pada pembuatan jembatan ini tidak
lepas dari persoalan lalu lintas, terutama pada pekerjaan yang dilakukan simultan dan
tanpa terputus prosesnya, untuk meminimalisir terjadinya gangguan baik pada proyek
maupun pada pihak sekitar pengguna jalan maka akan dilakukan koordinasi dengan
pihak yang terkait mengenai pengaturan arus lalu lintas sehingga tidak terjadi
kemacetan yang memprihatinkan.
Selain koordinasi dengan pihak yang terkait, kontraktor juga akan membuat
beberapa rambu lalu lintas dan himbauan untuk mencari jalan alternative sehingga
proses pengguna jalan tidak mengalami hambatan yang berarti.

8. KONTROL MUTU

Dalam menjamin kualitas pekerjaan yang dicapai sesuai dengan spesifikasi


yang disyaratkan, maka kontraktor akan melaksanakan serangkaian uji material yang
digunakan dalam kegiatan ini. Diantaranya adalah;

 Pengujian tanah
Uji tanah dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi tanah sudah
memenuhi syarat dalam spesifikasi teknis seperti uji Sand Cone, DCP, CBR dan
pengujian lain yang dibutuhkan.
 Pengujian Beton
Beton termasuk bahan utama dalam paket kegiatan ini sehingga perlu
dijaga kualitasnya, pengujian yang dilakukan terhadap beton dilakukan sejak awal
pengerjaan. Pada material yang digunakan untuk membuat beton dilaksanakan
pengujian dari batching plant untuk mengetahui kualitas bahan yang dipakai selain
itu mix design yang dibuat akan diajukan kepada pengawas untuk disetujui
mengenai komposisi campuran beton yang dibuat. Sebelum pengecoran dilakukan
terlebih dahulu dilakukan slump test sehingga didapatkan tingkat keenceran dalam
beton segar. Selain itu juga dibuat benda uji kubus untuk diuji di laboratorium
kekuatan tekannya melalui uji tekan kubus. Waktu pengujian beton dilakukan
sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan PBI ‘71 serta SNI.
 Pengujian aspal
Pengujian aspal dilakukan pada saat design trial mix dan tes marshal untuk
mengetahui kekuatannya dalam menerima beban.
 Pengujian besi
Besi tulangan yang dipakai adalah U-24 untuk besi tulangan polos dan U-
39 untuk besi tulangan ulir.

Anda mungkin juga menyukai