SIFAT DATAR
I. Mengukur beda tinggi 1 rambu ukur
Peralatan yang digunakan :
1. Satu set pesawat sifat datar
2. Rambu ukur (1)
3. Tripot (1)
Prosedur kerja
1. Tempatkan rambu ukur di titik yang sudah ditentukan, dalam praktek ini rambu
ukur di tempatkan diatas titik T26. Posisi rambu ukur harus menghadap pesawat
sifat datar.
2. Pesawat sifat datar di tempatkan di titik yang sudah ditentukan pulak, dalam
praktek ini pesawat sifat datar ditempatkan di titik T27.
3. Setting pesawat sifat datar hingga gelembung nivo tepat berada di tengah
4. Lalu arahkan teropong pesawat sifat datar ke rambu ukur, bidik dengan pembidik
kasar yang berada di bagian paling atas pesawat sifat datar.
5. Setelah tepat diarahkan maka bisa dilihat dari skrup lensa mata apakah objek
sudah jelas atau tidak, kalau belum jelas bisa di perjelas dengan memutar tombol
fokus disebelah kanan.
6. Setelah semua nya jelas lihat juga apakah benang benang didalam lensa sudah
jelas, apabila sudah jelas terlihat maka rambu ukur bisa dibaca. Hasil bacaan
dicatat
Gambar Kerja
BA
BT
BB
T27 T26
Hasil Pengukuran
Tinggi pesawat sifat datar dari muka air laut rata rata (i) = 0.970 m
Benang atas (Ba) = 0.957 m
Benang tengah (Bt) = 0.808 m
Benang bawah (Bb) = 0.659 m
H = (i)-Bt
= (0.970- 0.808) m
= 0.162 m
Apabila tinggi T27 100 m dari muka laut, maka berapa tinggi T26?
T27 + AH = T26
T26 = 100 + 0.162
T26 = 100.162 m
TITIK BA BT BB Tinggi (H) Beda tinggi
(m) (m) (m) (m) (AH)
(m)
T26 0.957 0.808 0.659 1.132
T27 0.970 0.162
II. MENGUKUR BEDA TINGGI POSISI SIFAT DATAR di LUAR 2 RAMBU
UKUR
Prosedur Kerja
1. Tempatkan rambu ukur pada posisi yang ditentukan, dalam praktek ini rambu
ukur diletakkan di titik T26 dan di titik T27. Rambu ukur harus menghadap ke
pesawat sifat datar
2. Pesawat sifat datar posisinya diluar kedua rambu ukur tersebut, dalam praktek
ini tempat nya sudah ditentukan
3. Setting pesawat sifat datar hingga gelembung nivo berada di tengah.
4. Lalu arah kan teropong pesawat sifat datar ke rambu ukur yang berada di titik
T26 dengan alat bidik kasar, setelah itu lihat objek dari lensa mata apakah
sudah jelas begitu juga dengan benang benang didalam lensa, semuanya harus
kelihatan jelas, baru lah bisa dilakukan pengukuran atau membaca hasil nya.
Hasilnya di catat.
5. Setelah selesai pembacaan pada rambu ukur di titik T26 selanjutnya arah kan
teropong pesawat sifat datar ke titik T27 dengan alat bidik kasar, lalu lakukan
penyetelan apakah objek dan benang benang didalam lensa sudah jelas,
apabila sudah jelas maka lakukan pengukuran atau membaca hasil dari
pengukuran rambu ukur di titik T27. Hasil bacaan di catat.
BA
Gambar Kerja
BT
BB
T27 T26
Hasil Pengukuran
Di Titik 26 (T26)
Benang atas = 1.089 m
Benang tengah = 0.890 m
Benang bawah = 0.692 m
Di titik 27 (T27)
Benang atas = 1.100 m
Benang tengah = 1.050 m
Benang bawah = 1.001 m
Prosedur Kerja
1. Kedua rambu ukur di tempatkan masing masing di titik 26 (T26) dan di titik 27
(T27).
2. Lalu pasangkan atau setel pesawat sifat datar diantara titik 26 dan titik 27,
setelah itu setel sifat datar sampai gelembung nivo berada di tengah.
3. Setelah di setel pertama kali lakukan pengukuran terhadap titik 27, setelah
selesai dibaca rambu ukur di titik 27 baru teropong pesawat sifat datar diputar
menghadap rambu ukur yang ada di titik 26
4. Tentunya harus dibidik dengan alat bidik kasar agar pesawat sifat datar tepat
ke rambu ukur.
5. Setelah hasil bacaan rambu ukur didapat dari kedua titik, maka carilah beda
tingginya.
Gambar Kerja
BA
BA
BT BT
BB
BB
T27 T26
Hasil Pengukuran
Di titik 27 (T27) di titik 26 ( T26)
Benang atas = 1.225 m benang atas = 1.089 m
Benang tengah = 1.155 m benang tengah = 0.999 m
Benang bawah = 1.085 m benang bawah = 0.909 m
Prosedur Kerja
1. Kedua rambu ukur dan pesawat sifat datar harus berada dalam satu garis lurus.
2. Pertama sekali letakkan yalon di titik 27, lalu letakkan juga yalon di titik 26,
dan letakkan yalon di tengah tengah kedua yalon tadi. Lalu bidik agar yalon
membentuk garis lurus.
3. Apabila sudah berada didalam satu garis lurus, maka yalon yang berada di
tengah di cabut dan diganti dengan patok, lalu diatas patok tersebut dipasang
atau di setel pesawat sifat datar.
4. Yalon yang berada di titik 26 dan di titik 27 di ganti dengan rambu ukur
5. Pesawat sifat datar pertama kali mengukur rambu ukur di titik 27 setelah itu di
putar ke belakang untuk membaca rambu ukur di titik 26.
6. Setelah bacaan rambu didapat carilah beda tinggi dan jarak.
Gambar Kerja
BA BA
BT BT
BB BB
T27 T26
Hasil Pengukuran
Di titik 27 di titik 26
Benang atas = 1.227 m benang atas = 0.919 m
Benang tengah = 1.153 m benang tengah = 0.842 m
Benang bawah = 1.079 m benang bawah = 0.768 m
total 29.9
V. MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN RAMBU UKUR TERBALIK
Prosedur kerja
1. Pada praktek pengukuran yang kelima ini, salah satu orang memegang rambu ukur
dengan keadaan terbalik di depan salah satu kolom bangunan.
2. Lalu pesawat sifat datar yang sudah di pasang di ukur tingginya dari muka air laut.
3. Dilakukan 3 kali pembacaan rambu ukur terbalik, dengan posisi yang berbeda
4. Hanya benang tengah lah yang di baca dari rambu ukur untuk mendapatkan
tingginya
5. Karena posisi rambu ukur terbalik maka sewaktu mendapatkan bacaan harus di
catat dengan memberikan tanda minus (-)
Gambar Kerja
BA
BT
BB
i
a. Pada pengukuran pertama didapat data sebagai berikut :
Benang atas = (-2.253) m
Benang tengah= (-2.374) m
Benang bawah= (-2.494) m
Dengan tinggi pesawat dari atas patok (i) = 1.270 m
Maka beda tinggi rambu terbalik AH = i – (-bt)
AH = 1.270 – (- 2.374)
AH = 3.644 m
BT
(i)
BT
(i)
Data yang didapat dari pengukuran yang ketiga yaitu
Benang tengah = (-2.500) m
Maka beda tinggi AH = i – (-bt)
AH = 1.270 – (-2.500)
AH = 3.77 cm
Karena pada praktek ini, saat rambu ukur terbalik di posisikan tepat dibawah talang air dan
di depan kolom bangunan, maka bisa di dapat kemiringan talang air yaitu
Panjang perkolom (2.125 X 8 ) = 17 m (1700 cm)
Maka kemiringan talang = 3.77 : 1700
= 1 : 450.92