Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

4.1. Peralatan
Untuk menunjang kelancaran Kegiatan Pembangunan Preservasi Pelebaran
Jalan BTS. Banyumas/Brebes-Ajibarang-Wangon, diperlukan berbagai peralatan
konstruksi, baik alat-alat berat maupun peralatan lainnya. Penggunaan peralatan di
lokasi proyek dan jumlah alat yang digunakan disesuaikan dengan berbagai faktor
yang ada di lapangan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Lokasi pekerjaan
2. Keadaan lapangan
3. Jenis pekerjaan
4. Volume pekerjaan
5. Waktu yang tersedia
6. Biaya yang tersedia
7. Metode pelaksanaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja antara lain :
1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan. Sebelum
dipakai, diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin, air untuk
pendingin dan sebagainya
2. Diusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang
telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya
3. Dipilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman.
Peralatan yang digunakan pada Kegiatan Pembangunan Preservasi Pelebaran
Jalan BTS. Banyumas/Brebes-Ajibarang-Wangon, dapat dikelompokkan dalam
alat pekerjaan pembetonan, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan kayu.

4.1.1. Peralatan Pekerjaan Pembetonan


Peralatan yang digunakan pada saat pekerjaan pembetonan adalah
sebagai berikut :
28

a. Sendok semen
Alat ini digunakan pada finishing pekerjaan beton

Gambar 4.1 Sendok semen

b. Gerobak dorong
Kedua alat ini digunakan untuk mengangkut pasir dan material campuran
beton ke lokasi pekerjaan.

Gambar 4.2 Gerobak dorong

c. Mobil pengangkut (dump truck)


Mobil angkut sangat berguna dalam menunjang kelancaran pekerjaan,
yaitu untuk menjamin ketersediaan bahan bangunan di lapangan.
29

Gambar 4.3 Dump truck

d. Mesin aduk beton (Concrete Mixer)


Alat ini digunakan untuk membuat beton yang digunakan pada pengecoran
non struktur seperti lantai kerja. Satu unit concrete mixer mempunyai
kapasitas 0.3 m3– 0.6 m3. Adukan beton yang didapatkan oleh alat ini akan
lebih homogen jika dibandingkan cara adukan manual.
Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1) Bagian pengaduk yang berupa silinder atau drum yang dapat berputar.
2) Bagian penggerak yang di jalankan oleh diesel.
3) Kemudi (setir).
4) Pengunci.
Bagian pertama dan kedua dihubungkan dengan penghubung roda gigi
atau karet. Dinding dalam drum pengaduk dilengkapi dengan sirip-sirip
pengaduk yang dapat mencampur adukan dengan lebih homogen. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari alat ini adalah :
1) Pemakaian alat terbatas pada kapasitas maksimal.
2) Jangan menghentikan alat sebelum beton teraduk minimal 15 menit
setelah campuran masuk.
3) Kebersihan alat sebelum campuran beton masuk harus diperhatikan.
30

Pengoperasian alat ini menggunakan satu orang operator sebagai


pengontrol mesin dan beberapa tenaga kerja yang bertugas mengisi bahan
campuran adukan. Cara pencampuran beton adalah air dimasukkan ke
dalam concrete mixer yang kemudian dituang semen selanjutnya pasir dan
kerikil sampai tercampur sempurna. Namun sebelum pelaksanaan
campuran adukan, mesin harus diberi pelumas pada bagian-bagian
penting, misalnya roda gigi dan as putar.

Gambar 4.4 Concrete mixer

e. Truck mixer
Pada proyek ini menggunakan beton ready mix diproduksi dari PT. Panca
Karya Sentosa, jadi diperlukan truck mixer untuk mengangkut adukan
beton, kapasitas truck ini yaitu 7 m3.

Gambar 4.5 Truck mixer


31

f. Concrete Pump
Alat ini berfungsi untuk memompa beton dari truck mixer ke tempat
pengecoran yang letaknya sulit dijangkau.

Gambar 4.6 Concrete pump

g. Concrete Vibrator
Alat ini digunakan untuk proses pemadatan adukan beton pada saat
pengecoran. Concrete Vibrator ini digunakan selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi besi tulangan. Pada prinsipnya alat penggetar ini terdiri
dari:
1) Sumber tenaga (mesin diesel).
2) Batang penggetar.
Batang penggetar (tongkat besi) dengan jarum penggetar di ujungnya yang
dihubungkan dengan motor kompresor sehingga dapat berputar
menggetarkan adukan beton. Batang penggetar ini bisa digerakkan
melengkung sesuai dengan arah yang dikehendaki. Dalam penggunaan alat
penggetar ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Ujung batang penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira
vertikal, tetapi dalam keadaan khusus diperbolehkan miring 45˚.
2) Selama penggetaran, ujung batang penggetar tidak boleh horizontal
karena dapat menyebabkan pemisahan bahan.
32

3) Selama penggetaran harus dijaga agar tidak mengenai cetakan atau


bagian beton yang mulai mengeras.
4) Lapisan adukan beton tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
penggetar atau tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm, sebab pada
pemadatan konstruksi yang tebal yang tidak dilakukan lapis demi lapis,
hasil pemadatannya tidak akan sempurna.
5) Ujung batang penggetar ditarik dari adukan beton apabila sudah mulai
nampak di sekitar jarum atau sekitar 10-15 detik untuk satu posisi (air
semen mulai memisah dari agregat).
6) Ujung batang vibrator diusahakan tidak mengenai tulangan.

Gambar 4.7 Concrete Vibrator

h. Perancah
Perancah yang digunakan pada proyek ini menggunakan scaffolding.
Perancah berfungsi sebagai penahan tulangan plat dan adukan beton (plat
beton atau plat lantai).

Gambar 4.8 Perancah Besi


33

4.1.2. Peralatan Pekerjaan Besi


Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian adalah sebagai
berikut :
a. Alat Pembengkok Besi Tulangan
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk membengkokkan
besi tulangan guna mendapatkan bentuk pembesian yang sesuai
dengan rencana.

Gambar 4.9 Pembengkok besi

b. Alat Pemotong Besi


Alat yang digunakan untuk memotong besi tulangan pada proyek ini,
yaitu mesin pemotong besi untuk memotong besi berdiameter besar
dan kecil.

Gambar 4.10 Pemotong besi


34

4.1.3. Peralatan Pekerjaan Kayu


a. Gergaji
Digunakan untuk memotong kayu papan pada pembuatan bekisting.
Gergaji yang digunakan ada dua macam yaitu gergaji pembelah dan
gergaji pemotong.
b. Meteran
Meteran ini berfungsi untuk mengukur kayu sesuai dengan ukuran
yang diinginkan.
c. Penggaris Siku dan Pensil
Kedua alat ini berfungsi untuk memberi garis batas kayu yang akan
dipotong atau dibelah.
d. Palu dan Catut
Palu digunakan untuk memasang paku pada pekerjaan bekisting dan
sambungan kayu atau untuk keperluan lain yang serupa.
e. Waterpass / slang air
Waterpass / slang air digunakan untuk menentukan elevasi atau
perbedaan tinggi antar ruang.

4.2. Material
Material sebagai komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil
pekerjaan, maka mutu bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat ( RKS ).
Penggunaan bahan bangunan hendaknya bahan yang baru, sedangkan pemakaian
bahan bekas atau lama harus mendapatkan persetujuan dari pengawas dan atau
pemberi tugas.
Agar bahan bangunan tetap dalam kondisi yang layak pakai, maka cara
penyimpanannya harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab pelaksana.
Apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak pakai, maka pelaksana
wajib mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
35

Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek pembangunan gedung


ASRAMA Putra Al-Irsyad Al-Islamiyyah Boarding School, tiga lantai antara lain
adalah sebagai berikut ini:
a. Semen
Semen yang digunakan untuk kegiatan ini adalah semen merk Tiga Roda
dengan tipe I dan memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam SNI
2847-2013 warna abu-abu (sesuai RKS). Kecuali untuk pengecoran
pekerjaan struktur (balok, plat lantai) menggunakan Semen Gresik (ready
mix).

Gambar 4.11 Sement Portland

b. Agregat Halus (Pasir)


Pada proyek ini digunakan pasir yang diambil dari daerah sekitar
Banyumas yaitu sungai Serayu. Pasir yang digunakan harus pasir yang
berbutir tajam dan keras. Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak
boleh lebih besar dari 5%. Pasir harus memenuhi persyaratan PUBB 1970
atau NI-3.
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan. Memiliki koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan.
36

Gambar 4.12 Agregat halus

c. Agregat Kasar
Agregat kasar pada proyek ini diambil dari tempat penggilingan batu di
pegunungan desa Ajibarang, yang digunakan berupa batu-batuan yang
diperoleh dari pemecahan batu (split). Bahan ini terdiri dari butir-butir
yang keras dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang pipih
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Selain itu, agregat kasar ini
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat keringnya,
serta bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang
reaktif alkali.

Gambar 4.13 Agregat kasar


37

d. Besi Tulangan
Kondisi fisik besi tulangan harus baru, berwarna abu-abu dan tidak
berkarat. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi tulangan yang
dipersyaratkan, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus
dimintakan sertifikat contoh dari laboratorium pada saat pengujian kuat
tarik (stress strain) yang dilakukan secara periodik minimal dua untuk
setiap 20 ton baja tulangan.
Pada proyek ini digunakan besi tulangan mutu BJTP-32 dan BJTD-32.
Untuk tulangan sengkang digunakan tulangan diameter 8 mm. Sedangkan
pada pekerjaan struktur digunakan tulangan diameter 12 mm, diameter 10
mm untuk tulagan bagi balok dan diameter 16 tulangan utama.

Gambar 4.14 Besi tulangan

e. Air
Persyaratan teknis air yang dipergunakan dalam proyek ini adalah air yang
bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan
organis, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. Apabila terdapat keraguan
mengenai kualitas air, harus dilakukan uji laboratorium untuk
mendapatkan kepastian tentang kelayakan air.
38

f. Batu bata
Pada pelaksanaan pekerjaan hanya menggunakan sata jenis pasangan batu
bata yaitu, bata merah. Pemasangan bata merah ini menggunakan spesi
adukan campuran 1 Pc : 3 Ps : 10 Kp dan plesteran MU-382 tebal 1 cm
serta acian dengan murni semen MU-382. Untuk setiap pasangan harus
diperkuat dengan kolom praktis ukuran 11/11 cm. Untuk plesteran harus
dijaga agar tidak terjadi retak-retak dengan cara disiram air selama tiga
hari.

Gambar 4.15 Bata merah


g. Papan bekisting
Bekisting merupakan cetakan beton lengkap dengan konstruksi pendukung
yang memungkinkan pengecoran beton sampai mengeras. Bekisting harus
menggunakan bahan yang kuat, tidak berlubang, bersih dan permukaannya
rata. Pada proyek ini, bekisting menggunakan multiplek. Untuk pekerjaan
kolom dan balok menggunakan multiplek dengan tebal 12 - 18 mm.
Bekisting diikat menggunakan sabukan bekisting agar kuat dan tidak
mudah lepas saat pengeoran. Berikut contoh gambar bekisting pada suatu
konstruksi :
39

Gambar 4.16 Papan bekisting pada kolom

Gambar 4.17 Papan bekisting pada balok

Gambar 4.18 Papan bekisting pada tangga dan plat


40

4.3. Tenaga Kerja


Sebagian besar tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini adalah tenaga
lepas yang umumnya bukan berasal dari daerah setempat. Tenaga kerja ini terdiri
dari mandor, tukang, dan pembantu tukang yang diperkerjakan secara harian selama
berlangsungnya proyek.
1. Tenaga Ahli
Tenaga ahli meliputi tenaga kerja yang mempunyai pendidikan sarjana
atau sarjana muda yang berpengalaman yang sesuai dengan bidangnya,
atau tenaga kerja yang mempunyai pengalaman bertahun–tahun di bidang
bangunan khususnya masalah pembangunan jalan beton.
2. Tenaga Menengah
Tenaga menengah meliputi tenaga pembantu pelaksanaan ataupun
pengawasan sehari–hari dengan latar belakang pendidikan SMP atau
SMA.
3. Tenaga Kerja Tingkat Bawah
Tenaga kerja tingkat bawah meliputi mandor, tukang, dan pekerja / buruh
kasar.

4.4. Pengendalian Pekerjaan


Pengendalian pekerjaan dalam suatu proyek meliputi pengendalian mutu,
waktu, dan biaya. Oleh karena itu perlu diperhatikan pengendalian proyek agar
dicapai standar yang dipersyaratkan. Pengendalian dilakukan dengan melalui
pengawasan, atau pengujian terhadap semua pekerjaan yang dilakukan agar sesuai
dengan rencana kerja dan syarat-syarat.
4.4.1. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah mengendalikan jalannya pelaksanaan proyek
agar mendapatkan mutu yang baik dan sesuai dengan syarat yang ditentukan
dalam kontrak.. Pada proyek ini dilakukan pengendalian mutu terhadap material,
antara lain :
41

1. Pengujian nilai slump adukan beton


Pengujian dilakukan untuk mengukur tingkat kekentalan adukan
beton, yang berguna pada saat pekerjaan beton (workability).
Pengujian ini dilakukan pada setiap adukan beton sebelum digunakan
untuk pengecoran. Alat yang digunakan adalah kerucut Abrams,
berupa corong baja berbentuk conus
berlubang pada kedua ujungnya, bagian bawah berdiameter 10 cm,
diameter atas 5 cm, dan tingginya 30 cm. Cara pengujiannya adalah
sebagai berikut :
a. Kerucut Abrams diletakkan di atas papan yang rata dan tidak
menyerap air dengan diameter yang besar dibagian bawah,
b. Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut secara hati-hati dan
dijaga agar kerucut tidak bergerak,
c. Kerucut diisi adukan beton sebanyak 1/3 volume, kemudian
ditusuk-tusuk dengan tongkat baja (diameter 16 mm, panjang 60
cm) sebanyak 25 kali tusukan,
d. Langkah c tadi diulang sampai kerucut penuh dengan adukan
beton, selanjutnya permukaan adukan diratakan dan didiamkan
selama 1 menit,
e. Corong ditarik vertikal ke atas, dan diukur penurunan adukan yang
terjadi. Hasil pengukuran ini menunjukan nilai slump adukan
beton.
f. Menurut RKS nilai slump yang digunakan yaitu 12cm +/-2cm, dan
berdasarkan pengujian didapatkan hasil nilai slump 8-12cm. Yang
pada ketentuan nilai slump menurut PBI 1971 NI 2(Peraturan
Beton Bertulang Indonesia) yaitu maksimal nilai slump 12,5 cm
dan mininal 5 cm.
Gambar 4.19 di bawah ini menunjukkan cara pengujian slump adukan
beton.
42

Gambar 4.19 Pengujian Slump

2. Pengujian kuat tekan beton


Mutu beton selama pelaksanaan harus diperiksa secara berkelanjutan
dengan pemeriksaan benda uji yang dibuat. Benda uji dibuat setiap
adukan beton 5 m. Hasil pengujian ini dipakai untuk
memperhitungkan apakah perlu diadakan perubahan dalam
perbandingan campuran adukan beton. Cara pembuatan benda uji
adalah sebagai berikut :
a. Adukan beton yang telah diperiksa nilai slumpnya, dimasukkan ke
dalam cetakan silinder beton yang terbuat dari besi / baja dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
b. Sebelum adukan dimasukkan ke dalam cetakan, cetakan diolesi
dulu dengan oli, kemudian adukan beton dimasukkan dan
dipadatkan,
c. Cetakan dibuka setelah tiga hari dan kemudian direndam dalam air.
Kemudian benda uji tersebut diuji kekuatan tekan beton
karakteristiknya pada umur 28 hari.
d. Hasil uji kuat beton di laboraturium didapat nilai kuat tekan f’c 25
MPa.
43

Gambar 4.20 Uji kuat tekan beton silinder

3. Pengujian baja tulangan


Baja tulangan yang didapatkan sesuai persyaratan dilakukan uji kuat
tarik untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja.
Baja yang digunakan berdiameter 8, 10, 12 dan 16 mm dengan mutu
fy 320 MPa. Pada pabrik yang ditunjuk untuk menyediakan baja
tulangan dimintakan hasil uji pada baja tulangan tersebut. Selain
dengan hasil uji dari pabrik, diminta pula hasil dari laboratorium
tempat pengujian baja tulangan tersebut.

Gambar 4.21 Uji kuat tarik baja


44

4.4.2. Pengendalian Waktu


Pengendalian Waktu merupakan kegiatan yang akan mempengaruhi
cepat atau terlambatnya suatu proyek sehingga dibutuhkan suatu perencanaan
yang cermat dalam proses pelaksanaan kegiatan.
4.4.3. Pengendalian Biaya
Pengendalian Biaya merupakan suatu kontrak/surat perjanjian dimaksudkan
agar pengawas mengetahui dan mengendalikan agar biaya Proyek tidak melebihi
anggaran yang sudah direncanakan.

4.5. Pelaksanaan Pekerjaan


4.5.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah semua pekerjaan yang dilakukan sebelum
proyek dimulai dengan tujuan mempersiapkan lokasi proyek. Pekerjaan
persiapan ini meliputi site instalation, pembersihan lapangan, pengadaan sumber
air dan listrik, dan pengadaan sarana penunjang.

4.5.1.1. Rencana Lapangan (Site Instalation)


Merupakan suatu rencana perletakan bangunan-bangunan
pembantu/darurat/ sementara yang diperlukan sebagai sarana pendukung
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta letak bahan-bahan bangunan dan
peralatan, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien,
lancar, dan aman.

4.5.1.2. Pembersihan Lapangan


Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor,
gudang, los kerja, dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap
bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah, dan lain-lain.

4.5.1.3. Pengadaan Sumber Air Dan Listrik


Air dan Listrik merupakan sarana yang sangat penting dalam
pelaksanaan proyek. Dalam proyek ini air diperoleh dari jaringan PDAM,
sedangkan listirik diperoleh dari jaringan PLN.
45

4.5.1.4. Pengadaan Sarana Penunjang


Bangunan Penunjang adalah bangunan yang dibuat dengan maksud
dan tujuan agar mendukung mobilisasi alat dan bahan. Selain itu juga
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengelola proyek
dalam pengawasan dan koordinasi di lapangan. Bangunan ini bersifat non
permanen, yaitu bangunan yang dapat dibongkar pasang kembali. Selama
proyek masih berlangsung bangunan akan tetap digunakan hingga
berakhirnya proyek. Adapun yang termasuk sarana penunjang adalah sebagai
berikut :

1. Direksi Keet
2. Gudang Material dan Barak Pekerja
4.5.2. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
Pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan dari awal sampai seluruh
pekerjaan selesai dilaksanakan. Pekerjaan pada tahap ini memerlukan kecermatan,
ketelitian dan ketepatan, karena ketidaktepatan dalam pengukuran akan dapat
mengakibatkan berubahnya rencana dan perhitungan konstruksi. Setelah
dilakukan pengukuran maka dilakukan pemasangan bouwplank.

4.5.3. Pekerjaan Struktur Beton


4.5.3.1 Pekerjaan Bekisting (Acuan)
Bekisting adalah cetakan beton yang biasanya terbuat dari kayu/
multipleks dan berfungsi untuk membuat beton bertulang supaya mempunyai
bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Bekisting juga berfungsi sebagai
penyangga sementara untuk semua beban sebelum struktur beton dapat
berfungsi penuh. Hal-hal yang diperhatikan dalam pekerjaan pemasangan
acuan ini antara lain :
1) Acuan harus mempunyai ukuran/dimensi yang tepat, agar
diperoleh dimensi beton sesuai dengan yang direncanakan,
2) Acuan harus cukup, kuat, rapat, dan tidak melendut sehingga
tidak berubah bentuk selama pengecoran dan pelaksanaan,
46

3) Sambungan acuan harus rata, sehingga tidak ada bagian yang


menonjol atau menggelembung,
4) Bekisting dan tiang penyangga bekisting harus mampu
mendukung berat sendiri dan adukan beton selama pelaksanaan
pekerjaan,
5) Bekisting mudah dibongkar sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada beton dan dapat dipergunakan kembali apabila
kondisi bekisting masih layak untuk dipakai kembali.
4.5.3.2 Pekerjaan Penulangan
Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk
struktur beton, karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari
hasil kerja sama antara beton dan tulangan, maka pekerjaan penulangan harus
diperhatikan sebaik mungkin. Pekerjaan penulangan meliputi pemotongan,
pembengkokkan, dan perakitan besi tulangan.
Pada pertemuan antar balok, seperti pertemuan antar balok induk,
balok anak, kolom, dan plat, pemasangan baja tulangan perlu diperhatikan,
karena terjadi persilangan antar tulangan bisa mengakibatkan tumpang tindih.
Apabila terjadi demikian, kemungkinan akan mengurangi kekuatan
konstruksi. Untuk itu besi tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya. Untuk menjaga
ketebalan selimut beton, dipasang concrete decking yang terbuat dari beton
dengan mutu sama dengan beton yang akan dicor. Pekerjaan penulangan yang
digunakan dalam proyek pembangunan gedung ASRAMA Putra Al-Irsyad
Al-Islamiyyah Boarding School meliputi pemotongan, pembengkokan
tulangan dan pemasangan tulanga pada balok, kolom, tangga dan plat lantai
yang dapat dilihat pada Gambar berikut :
47

1) Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan

Gambar 4.22 Pemotongan dan Pembengkokan tulangan


2) Pemasangan Tulangan

Gambar 4.23 Penulangan Plat Lantai

Gambar 4.24 Penulangan Balok


48

Gambar 4.25 Penulangan Kolom

Gambar 4.26 Penulangan Tangga

4.5.3.3 Pekerjaan Pengecoran


Dalam pekerjaan pengecoran ini terdapat beberapa tahap pengecoran
yaitu:
a. Pekerjaan persiapan, yaitu meliputi :
1) Pemeriksaan mengenai jumlah, letak, diameter tulangan,
selimut beton dan kekuatan ikatan.
2) Persiapan peralatan, alat bantu, alat kerja sesuai kebutuhan
berupa : vibrator, concrete mixer, concrete pump, truck mixer,
cetok, dan sekop.
3) Pemeriksaan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang memadai
49

yang terbuat dari beton dengan mutu minimal sama dengan


mutu beton yang akan dicor.
4) Seluruh permukaan bekisting dan instalasi yang akan ditanam
di dalam beton harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton
sebelum beton disekelilingnya atau beton yang berdekatan
dicor.
5) Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa izin jelas dan tertulis
dari pengawas.
b. Pengadukan
Untuk pekerjaan non struktur pengadukan beton dilakukan
dengan menggunakan concrete mixer. Selama pengadukan beton
berlangsung, kekentalan adukan beton diawasi dan diperiksa nilai
slumpnya. Sedangkan untuk pekerjaan struktur menggunakan
truk mixer. Pada proyek pembangunan gedung ASRAMA Putra
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Boarding School tiga lantai ini beton
ready mix berasal dari perusahaan PT. Varia Usaha Beton yang
beralamat produksi di Jl. Raya Pageraji KM 7,5 , Cilongo, Cilacap
Dusun II, Pageraji, Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. Sehingga jarak tempuh ready mix kelokasi pembangunan
sangat jauh. Menurut perhitungan jarak tempuh yang disyaratkan
harus kurang dari waktu pengerasan beton (>1 jam maka perlu
ditambahkan zat adiktif), sehingga campuran beton yang dibawa
kelokasi masih segar dan masih sesuai karakteristik beton yang
ditentukan. Dalam proyek ini, PT Varia Usaha Beton sebagai
partner dalam sub pekerjaan pengecoran beton dengan jarak
tempuh lebih dari 1 jam ke lokasi proyek tepatnya di Jl. Raya
Kebumen-Baturaden KM10 RT 08 RW 04, Purwokerto, maka
dipastikan menggunakan penambahan zat adiktif untuk
memperlambat pengerasan beton dalam perjalanan.
50

Gambar 4.27 Ready mix dari PT. Varia Usaha Beton

Gambar 4.28 concrete mixer

c. Pengangkutan
Adukan beton secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan
menggunakan cara sepraktis mungkin, sehingga tidak
menimbulkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya
dengan kotoran lain. Pada proses pengakutan adukan beton untuk
pengecoran kolom pada lantai 2 gedung ASRAMA Putra
Boarding School Al Irsyad Al Islamiyyah dikarenakan jarak
kolom yang sulit dicapai maka digunakan Pipa Semi Long Bumb.
d. Pengecoran dan Pemadatan
Pengecoran beton dilakukan setelah semua persyaratan
pelaksanaan pekerjaan pengecoran dipenuhi. Pemadatan beton
merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan
kekuatan dan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan beton
karena kurangnya pemadatan dan terjadi keropos pada beton.
Adukan beton dituang ke dalam bekisting dengan menggunakan
concrete pump truck, kemudian adukan beton dituang dan
51

dipadatkan dengan vibrator. Pemadatan dilakukan dengan cara


mengarahkan selang ke area beton basah, kemudian kepala atas
vibrator didorong ke dalam beton. Posisi kepala vibrator tidak
boleh bersinggungan langsung dengan bekisting dan tidak
mengenai tulangan.
4.5.3.4 Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan apabila bagian
konstruksi yang dibongkar acuannya telah mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat sendiri dan beban pelaksanaannya.
Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar harus
dilepas dengan tenaga statis, tanpa goncangan, getaran, atau kerusakan pada
beton. Pemasangan kembali penunjang atau re-shoring harus dilakukan
segera setelah pembongkaran cetakan dan harus tetap di tempat sampai beton
mencapai kriteria kekuatan umur 28 hari dan sampai seluruh pekerjaan
pengecoran beton tiga lantai di atasnya selesai dilaksanakan.
Pembongkaran bekisting dan perancah pada pembangunan gedung
ASRAMA Putra Al-Irsyad Al-Islamiyyah Boarding School dilakukan pada
28 hari setelah pengecoran.
4.5.3.5 Pekerjaan Perawatan Beton
Pekerjaan perawatan beton pada pembangunan gedung ASRAMA
Putra Al-Irsyad Al-Islamiyyah Boarding School dilakukan ketika beton mulai
mengeras sehingga mendapatkan hasil pengerasan yang optimal dan
menghindari hal-hal sebagai berikut :
a. Kehilangan zat cair ketika pengerasan beton pada jam-jam awal,
b. Penguapan air pada pengerasan beton hari pertama,
c. Perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan retak-
retak.
Untuk mencegah hal tersebut, maka beberapa metode yang
dilakukan untuk perawatan beton dilapangan antara lain:
52

1. Membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya


selalu lembab selama perawatan.
2. Merendam beton dalam air dengan penggenangan permukaan
beton.
3. Membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan
penguapan air, misalnya dengan plastik dan lain sebagainnya.
4. Menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala, misalnya dengan
plastik berpori, dan disiram secara berkala selama perawatan.
5. Menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing
compound).
Pada pembangunan gedung ASRAMA Putra Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Boarding School digunakan metode membasahi permukaan beton secara
berkala dengan air dan merendam beton dalam air dengan penggenangan
permukaan beton.

Anda mungkin juga menyukai