Anda di halaman 1dari 74

Laporan Pra Proyek

Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang


BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS

DIVISI 1
UMUM

S1.06 TEMPAT KERJA (WORKING AREA)

Kontraktor harus melakukan segala tata cara, termasuk pembayaran bila perlu,
untuk memakai bidang tanah yang dibutuhkan untuk tempat kerja di luar
Rumija, dan Pengguna Jasa tidak bertanggungjawab atas pemakaian tanah
tersebut. Kecuali bila ditentukan dalam Spesifikasi Khusus. Pembayaran untuk
tempat kerja ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal S1.20 “Mobilisasi”.

S1.08 TEMPAT TINGGAL/BARAK PEKERJA DAN GUDANG

Kontraktor harus menyediakan dan memelihara tempat tingal untuk pekerja


dan gudang-gudang yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan, dan harus
mengaturnya sendiri dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan pemilik
tanah yang bersangkutan serta bila perlu membayar kepada pemilik tersebut.

Penyediaan dan pemeliharaan tempat tinggal dan gudang-gudang tersebut dibayar


menurut Pasal S1.20 "Mobilisasi".

S1.09 KANTOR DAN FASILITAS LAPANGAN

S1.09 (1) Kontraktor harus memasok, melengkapi, memelihara selama masa Kontrak,
semua tempat tinggalnya sendiri, barak dan gudang yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pekerjaan, dan harus melakukan pengaturannya sendiri dengan
pemilik tanah yang akan ditempati, sesuai dengan persetujuan Konsultan
Pengawas, dan jika perlu, membayar untuk penggunaanya. Kebutuhan kantor dan
fasilitas lapangan diuraikan dalam Spesifikasi Khusus.

S1.09 (2) Pengadaan dan pemeliharaan tempat tinggal, barak dan gudang akan dibayar
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal S.1.20 Mobilisasi

S1.10 LABORATORIUM

Kontraktor harus menyediakan, melengkapi dan memelihara, selama berlaku


Kontrak, 2 (dua) laboratorium yang memadai, satu digunakan oleh Kontraktor dan
lainnya digunakan oleh Konsultan Pengawas, dan masing-masing bisa
dipindah-pindah lengkap dengan fasilitas, furniture, peralatan, personil,
perlengkapan dan instalasinya; untuk melaksanakan pengujian pengendalian
mutu dan kecakapan kerja yang disyaratkan dalam Kontrak ini. Umumnya
Kontraktor harus bertanggungjawab atas pelaksanaan semua pengujian menurut
perintah dan koordinasi Manager Kendali Mutu dan menurut pengawasan dari
Konsultan Pengawas.

Laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan dan material yang dibutuhkan


untuk melakukan pemeriksaan (tes) standar yang ditentukan dalam Spesifikasi ini.

RIFKI MUCHNI
II - 1
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium, termasuk personil, air, fasilitas
listrik dan seluruh pengeluaran lainnya yang harus disiapkan
denganpenyewaan akan dibayar menurut Pasal S1.20. Pada akhir Kontrak,
pembayaran semacam ini hanya untuk penggunaannya saja bukan kepemilikan
peralatan, perlengkapan dan instalasi laboratorium yang akan tetap menjadi milik
Kontraktor.

S1.12 PEMBERITAHUAN MEMULAI PEKERJAAN

S1.12 (1) Pekerjaan tetap harus selalu disertai persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
dikerjakan. Sebelum mulai melaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
penjelasan lengkap secara tertulis kepada Konsultan Pengawas agar Konsultan
Pengawas dapat mengatur waktu untuk pemeriksaan/inspeksi.

S1.12 (2) Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan
penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan
tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

S1.13 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

S1.13 (1) Uraian Pekerjaan

(a) Pasal ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan


kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.

(b) Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan


perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang
kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat
resiko yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa.

(c) Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang


dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi Jalan dan
Jembatan No.004/BM/2006 serta peraturan terkait lainnya.
(d) Kontraktor harus harus menyediakan manual K3 berupa gambar dan petunjuk
praktis pada setiap jenis pekerjaan yang mudah untuk dipahami oleh setiap
pekerja di lapangan.

S1.13 (2) Sistem Manajemen K3 Konstruksi

(a) Kontraktor harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk


identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara
berkesinambungan sesuai dengan Rencana K3 Kontrak (RK3K) yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas sebagaimana dijelaskan dalam Pasal S.1.20
Mobilisasi.

(b) Kontraktor harus melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3


Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan

RIFKI MUCHNI
II - 2
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(c) Kontraktor harus mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan ditanda tangani oleh
Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

(d) Kontraktor harus melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada paket pekerjaan dengan
risiko K3 tinggi atau sekurang-kurangnya Petugas K3 Konstruksi pada paket
pekerjaan dengan risiko K3 sedang dan kecil. Ahli K3. Konstruksi atau
Petugas K3 bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi. Tingkat risiko K3 ditetapkan
oleh Pengguna Jasa

(e) Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3) bila :


i) Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan pekerja dengan jumlah paling
sedikit 100 orang

ii) Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan pekerja kurang dari 100


orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.

P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusahaan dan tempat
kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Unsur P2K3 terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak organisasi
Kontraktor dan Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 Konstruksi.

(f) Kontraktor harus membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga
Kerja setempat dan tembusannya disampaikan kepada Konsultan Pengawas.

(g) Kontraktor harus melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang


Pekerjaan Umum.

(h) Kontraktor harus melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian
yang memang perlu dilakukan kaji ulang) setiap bulan secara berkesinambungan
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.

(i) Konsultan Pengawas dapat sewaktu-waktumelaksanakan inspeksi K3


Konstruksi

S1.13 (3) K3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya

(a) FasilitasPencucian

Kontraktor harus menyediakan fasilitas pencucian yang memadai dan sesuai


dengan pekerjaan yang dilakukan untuk seluruh pekerja konstruksi. Fasilitas
pencucian termasuk penyediaan air panas dan zat pembersih untuk kondisi
berikut ini:

- Jika pekerja beresiko terpapar kontaminasi kulit yang diakibatkan oleh zat
beracun, zat yang menyebabkan infeksi dan iritasi atau zat sensitif lainnya;

- Jika pekerja menangani bahan yang sulit dicuci dari kulit jika
RIFKI MUCHNI
II - 3
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
menggunakan air dingin;

- Jika pekerja harus membersihkan seluruh badannya;

- Jika pekerja terpapar pada kondisi panas atau dingin yang berlebih, atau
bekerja pada kondisi basah yang tidak biasa sehingga menyebabkan para pekerja
harus membersihkan seluruh badannya, maka Kontraktor harus menyediakan
pancuran air (shower) dengan jumlah yang memadai.

- Untukkondisi normal, Kontraktor harus menyediakan pancuran air untuk


mandi dengan jumlah sekurang-kurangnya satu untuk setiap 15 orang.

(b) Fasilitas Sanitasi

i) Kontraktor harus menyediakan toilet yang memadai baik toilet khusus pria
maupun toilet khusus wanita yang diperkerjakan di dalam atau di sekitar
tempat kerja serta tempat sampah dengan kapasitas yang memadai.

ii) Jika Kontraktor mempekerjakan lebih dari 15 orang tenaga kerja, maka
persyaratan minimumnya adalah:

1) Satu peturasanuntuk jumlah pekerja 15 orang, apabila jumlah


pekerja lebih dari 15 orang sampai dengan tambahan 30 orang maka
harus ditambah satu peturasan;

2) Satu kloset untuk jumlah pekerja kurang dari 15 orang, apabila jumlah
pekerja lebih dari 15 orang sampai dengan tambahan 30 orang maka
harus ditambah satu kloset.

iii) Jika Kontraktor mempekerjakan wanita, toilet harus disertai fasilitas


pembuangan pembalut wanita.

iv) Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan dinding tertutup penuh.
Toilet harus mudah diakses, mempunyai penerangan dan ventilasi yang
cukup, dan terlindung dari cuaca. Jika toilet berada di luar, harus disediakan
jalur jalan kaki yang baik dengan penerangan yang memadai di sepanjang
jalur tersebut. Toilet harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehinga
dapat menjaga privasi orang yang menggunakannya dan terbuat dari bahan
yang mudah dibersihkan.
v) Kontraktor dapat menyediakan satu toilet jika: setiap jumlah pria dan setiap
jumlah wanita kurang dari 10 orang; toilet benar-benar tertutup; mempunyai
kunci dalam; tersedia fasilitas pembuangan pembalut wanita; tidak terdapat
urinal di dalam toilet tersebut.

vi) Dalam segala hal toilet harus menyediakan sekurang-kurangnya air bersih
dengan debit yang cukup dan lancar, plumbing system yang memisahkan air
bersih dan air kotor serta pembuangannya melalui saluran drainase dengan
sanitasi baik.

(c) Air Minum

Kontraktor harus menyediakan pasokan air minum yang memadai bagi seluruh
pekerja dengan persyaratan:

RIFKI MUCHNI
II - 4
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Mudah diakses oleh seluruh pekerja dan diberi label yang jelas sebagai
air minum;

- Kontainer untuk air minum harus memenuhi standar kesehatan yang berlaku;

- Jika disimpan dalam kontainer, kontainer harus: bersih dan


terlindungi dari kontaminasi dan panas; harus dikosongkan dan diisi air minum
setiap hari dari sumber yang memenuhi standar.

(d) Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

i) Peralatan P3K harus tersedia dalam seluruh kendaraan konstruksi dan di


tempat kerja. Standar isi kotak P3K tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.PER.15/MEN/VIII/2006 tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di Tempat Kerja

ii) Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/atau
bertanggung jawab dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

(e) Akomodasi untuk Makan dan Baju

i) Akomodasi yang memadai bagi pekerja harus disediakan oleh


Kontraktor sebagai tempat untuk makan, istirahat, dan perlindungan dari
cuaca.

ii) Akomodasi tersebut harus mempunyai lantai yang bersih, dilengkapi meja dan
kursi, serta furnitur lainnya untuk menjamin tersedianya tempat istirahat
makan dan perlindungan dari cuaca.

iii) Tempat sampah harus disediakan, dikosongkan dan dibersihkan secara


periodik.

iv) Tempat ganti baju untuk pekerja dan tempat penyimpanan pakaian yang
tidak digunakan selama bekerja harus disediakan.Setiap pekerja harus
disediakan lemari penyimpan pakaian (locker).

(f) Penerangan

i) Penerangan harus disediakan di seluruh tempat kerja, termasuk di


ruangan, jalan, jalan penghubung, tangga dan gang. Semua
penerangan harus dapat dinyalakan ketika setiap orang melewati atau
menggunakannya.

ii) Penerangan tambahan harus disediakan untuk pekerjaan detil, proses


berbahaya, atau jika menggunakan mesin.

iii) Penerangan darurat yang memadai juga harus disediakan.

(g) Pemeliharaan Fasilitas

Kontraktor harus menjamin terlaksananya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang


disediakan dalam kondisi bersih dan higienis, serta dapat diakses secara nyaman

RIFKI MUCHNI
II - 5
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
oleh pekerja

(h) Ventilasi

i) Seluruh tempat kerja harus mempunyai aliran udara yang bersih.

ii) Pada kondisi tempat kerja yang sangat berdebu misalnya tempat
pemotongan beton, penggunaan bahan kimia berbahaya seperti perekat, dan
pada kondisi lainnya, Kontraktor harus menyediakan alat pelindung nafas
seperti respirator dan pelindung mata.

S1.13 (4) Ketentuan Bekerja Pada Tempat Tinggi

(a) Bekerja di tempat kerja yang tinggi harus dilakukan oleh pekerja yang
mempunyai pengetahuan, pengalaman dan mempunyai sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan selamat.

(b) Keselamatan kerja untuk bekerja pada tempat tinggi dapat menggunakan satu atau
beberapa pelindung sebagai berikut: terali pengaman lokasi kerja, jaring
pengaman, sistem penangkap jatuh.

(c) Pengamanan disekeliling pelataran kerja atau tempat kerja

i) Terali pengaman lokasi kerja harus dibuat sepanjang tepi lantai kerja
atau tempat kerja yang terbuka sesuai dengan Pasal S1.13 (4) (d).

ii) Jika pelataran kerja atau tempat kerja berada di atas jalan umum dan jika ada
bahaya material atau barang lain jatuh pada pengguna jalan, maka daerah di
bawah pelataran kerja atau tempat kerja harus dibebaskan dari akses orang
atau dapat digunakan jaring pengaman.

(d) Terali pengaman lokasi kerja

Jika terali pengaman lokasi kerja digunakan di sekeliling bangunan, atau bukaan
di atap, lantai, atau lubang lift, maka terali pengaman harus memenuhi
syarat:

- 900 – 1100 mm dari pelataran kerja;

- Mempunyai batang tengah (mid-rail);

- Mempunyai papan bawah (toeboard) jika terdapat resiko jatuhnya alat kerja
atau material dari atap/tempat kerja.

(e) Jaring pengaman

i) Pekerja yang memasang jaring pengaman harus dilindungi dari bahaya


jatuh. Sebaiknya digunakan kendaraan khusus (mobile work platform) saat
memasang jaring pengaman. Akan tetapi jika peralatan mekanik
tersebut tidak tersedia maka pekerja yang memasang jaring harus
dilindungi dengan tali pengaman (safety harness) atau menggunakan
perancah (scaffolding)

ii) Jaring pengaman harus dipasang sedekat mungkin pada sisi dalam area
kerja.

RIFKI MUCHNI
II - 6
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

iii) Jaring pengaman harus dipasang dengan jarak bersih yang cukup dari
permukaan lantai/tanah sehingga jika seorang pekerja jatuh pada jaring
tidak akan terjadi kontak dengan permukaan lantai/tanah.

(f) Sistem pengaman jatuh individu (individual fall arrest system)

i) Sistem pengaman jatuh individu (individual fall arrest system)


termasuk sistem rol inersia (inertia reel system), safety harness dan tali
statik. Pekerja yang diharuskan menggunakan alat ini harus dilatih
terlebih dahulu.

ii) Jenis sabuk pinggang tidak boleh digunakan untuk pekerjaan atap.

iii) Pekerja yang menggunakan safety harness tidak diperbolehkan bekerja


sendiri. Pekerja yang jatuh dan tergantung pada safety harness harus
diselamatkan selama-lamanya 20 menit sejak terjatuh.

iv) Perhatian harus diberikan pada titik angker untuk tali statik, jalur rel inersia,
dan/atau jaring pengaman.

(g) Tangga

Jika tangga akan digunakan, maka Kontraktor harus:

- Memilih jenis tangga yang sesuai dengan pekerjaan yang akan


dilakukan;

- Menyediakan pelatihan penggunaan tangga;

- Mengikat bagian atas dan bawah tangga untuk mencegah


kecelakaan akibat bergesernya tangga;

- Tempatkan tangga sedekat mungkin dengan pekerjaan;

- Jika tangga digunakan untuk naik ke lantai kerja di atas, pastikan bahwa
tangga berada sekurang-kurangnya 1 m di atas lantai kerja;

(h) Perancah(scaffolding)

i) Perancah dengan tinggi lebih dari 5 m dari permukaan hanya dapat


dibangun oleh orang yang mempunyai kompetensi sebagai
scaffolder.

ii) Seluruh perancah harus diinspeksi oleh orang yang berkompeten pada
saat: sebelum digunakan, sekurang-kurangnya seminggu sekali saat
digunakan, setelah cuaca buruk atau gangguan lain yang dapat
mempengaruhi stabilitasnya, jika perancah tidak pernah digunakan dalam
jangka waktu lama. Hasil inspeksi harus dicatat, termasuk kerusakan yang
diperbaiki saat inspeksi. Catatan tersebut harus ditandatangani oleh orang
yang melakukan inspeksi.

iii) Orang yang melakukan inspeksi harus memastikan bahwa:

RIFKI MUCHNI
II - 7
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Tersedia akses yang cukup pada lantai kerja perancah.

- Semua komponen tiang diletakkan di atas pondasi yang kuat dan


dilengkapi dengan plat dasar. Jika perlu, gunakan alas kayu atau cara
lainnya untuk mencegah tiang bergeser dan/atau tenggelam.

- Perancah telah terhubung dengan bangunan/struktur dengan kuat


sehingga dapat mencegah runtuhnya perancah dan menjaga agar
ikatannya cukup kuat.

- Jika beberapa pengikat telah dipindahkan sejak perancah


didirikan, maka ikatan tambahan atau cara lainnya untuk mengganti
harus dilakukan.

- Perancah telah diperkaku (bracing) dengan cukup untuk


menjamin stabilitas.

- Tiang, batang, pengaku (bracing), atau strut belum


dipindahkan.

- Papan lantai kerja telah dipasang dengan benar, papan harus


bersih dari cacat dan telah tersusun dengan baik.

- Seluruh papan harus diikat dengan benar agar tidak terjadi


pergeseran.

- Tersedia pagar pengaman dan toeboard di setiap sisi dimana suatu


orang dapat jatuh.

- Jika perancah didesain dan dibangun untuk menahan beban


material, pastikan bahwa bebannya disebarkan secara merata.

- Tersedia penghalang atau peringatan untuk mencegah orang


menggunakan perancah yang tidak lengkap.

S1.13 (5) Elektrikal

(a) Pasokan Listrik

Alat elektrik portabel yang dapat digunakan di situasi lembab hanyalah alat yang
memenuhi syarat:

- Mempunyai pasokan yang terisolasi dari pentanahan dengan voltase antar


konduktor tidak lebih dari 230 volt.

- Mempunyai sirkuitpentanahan yang termonitor dimana pasokan listrik


pada alat akan secara otomatis terputus jika terjadi kerusakan pada pentanahan.

- Alat mempunyai insulasi ganda.

- Mempunyai sumber listrik yang dihubungkan dengan pentanahan


sedemikian rupa sehingga voltase kepentanahan tidak akan melebihi 55
volt AC; atau

RIFKI MUCHNI
II - 8
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Mempunai alat pengukur arus sisa (residual).

(b) Supply Switchboard sementara

- Seluruh supply switchboard yang digunakan di lokasi pekerjaan harus


menjadi perhatian utama dan ,

- Jika ditempatkan di luar ruangan, harus dibuat sedemikian rupa sehingga


tidak akan terganggu oleh cuaca.

- Dilengkapi dengan pintu dan kunci. Pintu harus dirancang dan dan ditempel
sedemikian rupa sehingga tidak akan merusak kabel lentur yang tersambung
dengan panel dan harus dapat melindungi switch dari kerusakan mekanis.
Pintu harus diberi tanda: HARAP SELALU DITUTUP.

- Mempunyai slot yang terinsulasi di bagian bawah.

- Ditempelkan pada dinding permanen atau struktur yang didesain khsus


untuk ini.

- Jika ditempel, pastikan menempel dengan baut.

(c) Inspeksi Peralatan

Seluruh alat dan perlengkapan kelistrikan harus diinspeksi sebelum digunakan


untuk pertama kali dan setelahnya sekurang-kurangnya tiap tiga bulan. Seluruh
alat dan perlengkapan kelistrikan harus mempunyai tanda identifikasi yang
menginformasikan tanggal terakhir inspeksi dan tanggal inspeksi selanjutnya.

(d) Jarak Bersih dari Saluran Listrik

Alat crane, excavator, rig pengebor, atau plant mekanik lainnya, struktur atau
perancah tidak boleh berada kurang dari 4 m di bawah saluran listrik udara tanpa
ijin tertulis dari pemilik saluran listrik.

S1.13 (6) Material dan Kimia Berbahaya

(a) Alat Pelindung Diri

Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan alat pelindung diri bagi


pekerjanya dengan ketentuan:

- Seluruh pekerja dan personil lainnya yang terlibat harus dilatih cara
penggunaan alat pelindung diri dan harus memahami alasan
penggunaannya.

- Jika dipandang tidak praktis untuk melindungi bagian atas dan jika ada resiko
terluka dari objek jatuh, maka Kontraktor menyediakan helm pelindung dan
seluruh personil yang terlibat di lapangan harus menggunakannya.

- Perlindungan mata harus digunakan jika terdapat kemungkinan kerusakan


mata akibat pekerjaan las, atau dari serpihan material seperti potongan
gergaji kayu, atau potongan beton.

- Sepatu yang digunakan harus mampu melindungi kaki pekerja. Gunakan

RIFKI MUCHNI
II - 9
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
sepatu dengan ujung besi di bagian jari kaki.

- Pelindung kebisingan harus digunakan jika tingkat kebisingan tinggi.

- Sarung tangan akan diperlukan pada beberapa pekerjaan.

- Perlindungan pernafasan harus disediakan untuk pekerja yang terekspos


pada bahaya seperti asbes, asap dan debu kimia.

(b) Bahaya pada Kulit

- Setiap pekerja harus melapor jika mendapatkan masalah kulit, terutama


di tangan akibat penggunaan bahan berbahaya.

- Tangan dan mata pekerja harus dilindungi terhadap kontak dengan semen.
Usahakan kontak dengan semen seminimum mungkin. Penggunaan krim
pelindung dapat mengurangi resiko kerusakan kulit.

- Sedapat mungin, pakaian pelindung harus digunakan selama


pekerjaan. Pakaian ini termasuk baju lengan panjang, sarung tangan dan sepatu
pelindung.

- Kontraktor harus menyediakan fasilitas untuk mencuci badan dan


mengganti pakaian seperti tertulis pada Pasal 1.19 (3).

- Alat pelindung pernapasan harus digunakan selama proses


pemeraman beton dimana debu mulai terbentuk.

(c) Penggunaan Bahan Kimia

i) Kontraktor harus mempunyai prosedur yang mengatur tata cara


menangani bahan kimia atau zat berbahaya dengan sehat, tata cara
penyimpanan, tata cara pembuangan limbah.

ii) Seluruh bahan kimia harus disimpan di kontainer asalnya dalam suatu
tempat yang aman dan berventilasi baik.
iii) Seluruh pekerja harus dilatih jika menangani bahan kimia atau zat
berbahaya termasuk tindakan darurat yang perlu dilakukan jika terjadi
masalah.

iv) Kontraktor yang menggunakan material mengandung B3 pada pekerjaan


jalan dan/atau jembatan wajib menyusun dokumen pengelolaan, termasuk di
dalamnya adalah pengangkutan, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
dan/atau pengolahan material tersebut, dan diajukan kepada Kementerian
Lingkungan Hidup atau BLHD

v) Daftar B3 yang dapat dipergunakan, dilarang, maupun terbatas


penggunaannya mengacu PP Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun beserta Lampirannya.

(d) Asbestos

i) Seluruh pekerja yang terlibat harus menggunakan pakaian overall sekali


pakai atau overall yang dapat dicuci ulang.

RIFKI MUCHNI
II -10
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

ii) Perlengkapan pernafasan harus selalu digunakan.

iii) Gunakan jaring dengan lembar yang tidak lulus udara. Lakukan uji udara
sebelum menggunakan daerah kerja

(e) Pemotongan dan Pengelasan dengan Gas Bertekanan Tinggi

i) Kontraktor harus memperhatikan potensi bahaya sebagai berikut:

- Kebakaran akibat kebocoran bahan bakar (propana, asetilen),


biasanya dari kerusakan pada selang atau pada sambungan selang.

- Ledakan tabung akibat kebocoran oksigen dari selang atau alat pijar
pemotong.

- Menghisap asap berbahaya dari pengoperasian las.

- Kebakaran dari material yang mudah terbakar di sekeliling


tempat las.

ii) Penanganan tabung

- Tabung tidak boleh digelindingkan di permukaan tanah atau


ditangani dengan kasar. Jika memungkinkan, gunakan troli dengan
mengikat tabung dengan rantai.

- Tabung tidak boleh ditempatkan berdiri bebas sendiri untuk


mencegah jatuhnya tabung.

- Tabung harus diberi waktu beberapa saat ketika diposisikan


berdiri sebelum digunakan

iii) Penyimpanan

- Seluruh selang dan aksesoris pemotong harus dibuka ketika


pekerjaan selesai dan disimpan jauh dari tabung.

- Tabung harus disimpan dalam posisi jauh dari bahan mudah


terbakar dan sumber api.

iv) Peralatan

- Hanya selang yang memenuhi standar yang dapat digunakan.


Selang harus diperiksa setiap hari untuk memeriksa tanda
kerusakan.

- Selang yang digunakan harus sependek mungkin. Jika selang harus


disambung akibat adanya bagian yang rusak, gunakan hose coupler
dan hoseclamps.

- Jika terjadi kebocoran dan tidak bisa dihentikan, tabung harus


dipindahkan ke tempat aman dan dalam udara terbuka dan

RIFKI MUCHNI
II -11
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
segera kontak suppliernya.

v) Peralatan pemadam kebakaran dan alat pelindung

- Bahan mudah terbakar harus dipindahkan dari daerah kerja dan alat
pemadam yang memadai harus disediakan oleh Kontraktor.

- Pekerja harus menggunakan pelindung mata dan pakaian


pelindung untuk melindungi dari api.

S1.13 (7) Penggunaan Alat-alat Bermesin

(a) Umum

Seluruh alat-alat bermesin harus dilengkapi dengan manual penggunaan dan


keselamatan yang salinannya dapat diakses secara mudah oleh operator atau
pengawas lapangan.

(b) Alat Pemaku dan Stapler Otomatis dan Portabel

Jika Kontraktor menggunakan pemaku dan stapler otomatis dan portabel,


maka ketentuan keselamatan di bawah ini harus dipenuhi:

i) Alat tidak boleh diarahkan pada orang, walaupun alat tersebut


memiliki pengaman.

ii) Pemicu pada alat pemaku dan stapler tidak boleh ditekan kecuali ujung
alat diarahkan pada suatu permukaan benda yang aman.

iii) Perhatian khusus harus diberikan jika memaku di daerah tepi suatu benda.

iv) Jika sumber tenaga alat pemaku dan stapler otomatis menggunakan tenaga
pnematik, tidak diperkenankan menggunakan sumber gas yang berbahaya
dan mudah terbakar.

v) Alat yang rusak tidak boleh digunakan.

vi) Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus digunakan
saat menggunakan alat tersebut.

(c) Alat Portabel lBermesin (Portable Power Tools)

i) Gergaji mesin, mesin pengaduk beton, alat pemotong beton dan alat
bermesin lainnya harus dilengkapi dengan alat pengaman sepanjang waktu.

ii) Kontraktor harus memenuhi ketentuan keselamatan berikut:

- Setiap operator harus telah dilatih untuk menggunakan alat- alat


tersebut di atas.

- Gunakan hanya alat dan metoda yang tepat untuk setiap jenis
pekerjaan yang dilakukan.

- Alat atau mesin yang rusak tidak boleh digunakan.

RIFKI MUCHNI
II -12
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Alat pemotong harus terjaga ketajamannya.

- Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus


digunakan saat menggunakan alat tersebut.

- Daerah di sekitar alat atau mesin harus bersih.

- Kabel penyambung (extension) harus ditempatkan sedemikian rupa


agar terhindar dari kerusakan dari peralatan dan material.

- Penerangan tambahan harus diberikan ketika menggunakan alat


atau mesin tersebut.

(d) Alat Kerekan (Hoist) Pengangkat Material dan Orang

i) Alat pengangkat material dan orang harus didirikan oleh orang yang
berkompeten.

ii) Operator harus orang yang terlatih dan diberikan izin khusus untuk
mengoperasikan alat.

iii) Alat pengangkat harus berada di atas pondasi yang kokoh dan diikat pada
bangunan atau struktur.

iv) Akses untuk operator dan personil yang melakukan pemeliharaan harus
aman.

v) Keranjang alat pengangkat mempunyai ketinggian minimum 2 m, dengan


sisi dan pintu tertutup penuh (solid) atau ditutup dengan ram kawat dengan
diameter kawat minimum 3 mm dan dengan bukaan maksimum 9 mm.
Keranjang alat pengangkat harus ditutup dengan atap sekurang-kurangnya
dari papan kayu atau plywood dengan tebal minimal 18 mm.

vi) Tinggi pintu keranjang minimum 2 m dan mempunyai kunci yang aman.
Pintu solid harus mempunyai panel yang tembus pandang.
vii) Jarak dari lantai keranjang ke permukaan tanah tidak boleh lebih dari 50
mm.

viii) Keranjang alat pengangkat harus mempunyai mekanisme pengunci elektro-


mekanik yang hanya dapat dibuka dari keranjang dan hanya dapat dibuka
ketika keranjang berada di permukaan tanah serta dapat mencegah
beroperasinya alat pengangkat ketika keranjang sedang dibuka.

ix) Pengangkatan dikendalikan di dalam keranjang alat pengangkat.

x) Semua bagian dari metal harus dihubungkan ke bumi (earth).

xi) Alat penyelamat harus ada untuk menghentikan keranjang jika jatuh atau
bergerak terlalu cepat.

xii) Keterangan pabik pembuat, model dan kapasitas beban harus


ditempel dalam keranjang.

xiii) Harus tersedia suatu mekanisme untuk keadaan darurat dan untuk
mengeluarkan orang yang terjebak dalam keranjang.

RIFKI MUCHNI
II -13
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

xiv) Harus tersedia alarm darurat di dalam keranjang.

xv) Jika memungkinkan, sediakan alat komunikasi antara operator dan personil
yang bekerja

(e) Crane dan Alat Pengangkat

i) Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan pemindahan atau


pengangkatan barang/material dengan resiko gangguan fisik terhadap
pekerja tanpa menggunakan alat pengangkat.

ii) Pekerjaan pemindahan atau pengangkatan barang-barang/material dengan


perbedaan ketinggian lebih dari 5 m dan berat lebih dari 500 kg harus
menggunakan crane, excavator atau forklift.

iii) Crane harus diperiksa setiap minggu, dan diperiksa secara


menyeluruh setiap 12 bulan oleh orang yang berkompeten. Hasil inspeksi
harus dicatat.

iv) Harus tersedia sertifikat pengujian alat yang terbaru.

v) Operator harus terlatih, kompeten dan berusia di atas 18 tahun.

vi) Alat kendali (tuas, saklar, dan sebagainya) harus diberi keterangan yang
jelas.

vii) Sebelum dilakukan pengangkatan, beban yang dapat diangkat hanya


ditentukan oleh operator.

viii) Setiap jib crane dengan kapasitas lebih dari 1 ton harus mempunyai
indikator beban aman (safe load indicator) yang diperiksa setiap minggu.

ix) Crane harus didirikan di atas pondasi yang kokoh.

x) Harus disediakan ruang yang cukup untuk pelaksanaan


pengangkatan yang aman.

xi) Asisten operator harus dilatih untuk memberikan sinyal pada operator
dan untuk mengikatkan beban secara benar dan mengetahui
kapasitas pengangkatan crane.

xii) Crane harus secara rutin menjalani pemeliharaan menyeluruh.

xiii) Gigi pengangkat harus dalam kondisi baik dan telah diperiksa secara
menyeluruh.

S1.13 (8) Pengukuran dan Pembayaran

(a) Pembayaran yang diberikan kepada Kontraktor harus mencakup seluruh biaya
untuk penanganan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) termasuk biaya untuk Ahli

RIFKI MUCHNI
II -14
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
K3 Konstruksi pada paket pekerjaan yang mempunyai risiko K3 tinggi atau Petugas
K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang mempunyai risiko K3 sedang dan
kecil. Ahli 3 adalah seseorang yang mempunyai sertifikat dari yang berwenang
dan sudah berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam pelaksanaan
K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan referensi
pengalaman kerja. Petugas K3 adalah petugas di dalam organisasi Kontraktor yang
telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan UmuM

(b) Perhitungan biaya penangananan K3 tersebut sudah merupakan satu kesatuan


dengan biaya pelaksanaan konstruksi, yang diperhitungkan dalam masing-masing
Harga Satuan atau Biaya Tak Terduga (Overhead) sebagaimana peraturan yang
berlaku pada setiap jenis pekerjaan yang mengandung risiko K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.

(c) Tanpa mengabaikan ketentuan-ketentuan dari Syarat-syarat Umum dan Syarat-


syarat Khusus Kontrak, Konsultan Pengawas akan memberi surat peringatan secara
bertahap kepada Kontraktor apabila Kontraktor menyimpang dari ketentuan yang
berkaitan dengan Pedoman SMK3

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dengan cara memberi surat peringatan ke-1
dan ke-2. Apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti, maka Pengguna Jasa
dapat menghentikan pekerjaan dan akan mengurangi pembayaran semua item
pekerjaan sebesar 1% (satu persen) dari tagihan bulanan (Monthly Certificate
of Payment) Kontraktor hingga rencana SMK3 Konstruksi dapat terpenuhi
sesuai jadwalnya.

S1.20 MOBILISASI DAN PEKERJAAN PERSIAPAN

S1.20 (1) Bila di dalam Daftar Kuantitas dan Harga (Bid Schedule) tercantum mata
pembayaran untuk “Mobilisasi” maka pembayaran yang dimaksud adalah
mencakup hal-hal sebagai berikut :

(a) Pengangkutan peralatan konstruksi (Constructional Plant) berdasarkan daftar


alat-alat konstruksi yang diajukan bersama Penawaran, dari tempat
pembongkarannya di Indonesia ke lokasi di mana alat itu akan digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan Kontrak ini, dan instalasi dari alat-alat itu.

(b) Pembangunan Kantor, tempat tinggal/barak, tempat kerja (base camp), bengkel,
gudang dan lain-lain;

(c) Penyediaan, instalasi dan pemeliharaan kendaraan, barak, kantor, alat-alat


laboratorium, ruang laboratorium, bengkel, gudang, fasilitas komunikasi dan lain-
lain; dan

(d) Butir-butir lain yang telah diuraikan dalam Spesifikasi Umum dan
Spesifikasi Khusus dan termasuk ke dalam "Mobilisasi".

S1.20 (2) Kontraktor dapat, selalu dengan persetujuan Konsultan Pengawas, setiap saat
selama pekerjaan, melakukan setiap perubahan, pengurangan dan/atau
penambahan Peralatan Konstruksi dan pemasangan.

Pekerjaan juga akan meliputi demobilisasi dari tempat kerja oleh Kontraktor pada

RIFKI MUCHNI
II -15
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
akhir Kontrak, termasuk pembongkaran semua instalasi, instalasi
konstruksi dan peralatan dari tanah milik Pemerintah, serta pemulihan tempat
kerja pada kondisi semula sebelum permulaan pekerjaan.

S1.20 (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari Perintah Mulai Kerja (Noticeto
Proceed), Kontraktor harus menyiapkan, menyerahkan dan mendapatkan
persetujuan program mobilisasi dari Pengguna Jasa. Mobilisasi ini harus
diselesaikan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari dari tanggal mulai kerja
kecuali kantor, laboratorium dan tempat tinggal harus sudah diselesaikan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh lima) hari dari Tanggal Mulai Kerja.

Apabila beberapa instalasi atau peralatan atau perlengkapan diminta oleh


Pengguna Jasa setelah pekerjaan diserahterimakan berdasarkan pembayaran
yang disetujui oleh kedua belah pihak. Apabila begitu, maka kedua belah pihak
juga dapat bersepakat mengenai pengurangan atas biaya pembersihan tempat
kerja, dan pengurangan ini akan berlaku pada tanggal disetujuinya serah-
terima tersebut.

Mobilisasi peralatan utama dan personel dapat dilakukan secara bertahap


sesuai dengan jadwal mobilisasi yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Tahapan Mobilisasi ini harus diubah dalam Adendum

S1.20 (4) Pembayaran-pembayaran dalam Pasal ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali
angsuran untuk setiap mata pembayaran sebagai berikut :

- 30 % (tiga puluh persen) setelah selesai kantor, ruang laboratorium, tempat


tinggal/barak dan fasilitas lainnya untuk kepentingan Kontraktor;

- 50 % (lima puluh persen) setelah mobilisasi lengkap dan diterima oleh


Konsultan Pengawas dan,

- 20 % (dua puluh persen) setelah demobilisasi lengkap dan diterima oleh


Konsultan Pengawas.

Bilamana Kontraktor tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan batas


waktu yang disyaratkandalam S1.20.(3) atau keterlambatan setiap tahapan
mobilisasi peralatan utama,maka jumlah yang disahkan Konsultan Pengawas
untuk pembayaran adalah persentase angsuran penuh dari harga lump sum
Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1 % (satu persen) nilai angsuran untuk
setiap keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima
puluh) hari.

S1.24 PAPAN INFORMASI PROYEK

Kontraktor, selama jangka waktu mobilisasi harus memasang papan-papan


informasi proyek pada simpangan-simpangan jalan utama dan pada awal dan
akhir lokasi pekerjaan. Ukuran papan informasi proyek dan kata-kata
penerangannya akan ditentukan oleh Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
Papan informasi proyek ini harus terpelihara dan berfungsi selama masa

RIFKI MUCHNI
II -16
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
konstruksi.

Pembayaran untuk papan informasi dan pemeliharaannya selama masa konstruksi


dianggap sudah termasuk ke dalam pembayaran lump sum sebagaimana
ditentukan pada Pasal S1.20 "Mobilisasi

DIVISI 4

PEKERJAAN TANAH

S4.03 GALIAN BIASA (COMMON EXCAVATION)

S4.03 (1) Uraian

Galian Biasa mencakup semua pekerjaan penggalian dalam batas ruang milik
jalan kecuali galian struktur dan galian batu; pemindahan, pemuatan,
pengangkutan, penimbunan dan penyempurnaannya atau pembuangan,
pembentukan bidang galian, dan penyempurnaan bidang galian yang terbuka
(exposed), sesuai dengan Spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran
dan penampang melintang yang tercantum dalam Gambar dan petunjuk
Konsultan pengawas.

S4.03 (2) Ketentuan lain yang dapat diberlakukan

Ketentuan yang sesuai dari Pasal S4.02 merupakan bagian dari Pasal S4.03
"Galian Biasa" ini.

S4.03 (3) Pelaksanaan Pekerjaan

Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang


ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas dan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

S4.03 (4) Penggunaan Material Galian

Material yang memenuhi persyaratan dan berasal dari galian menurut Pasal ini
harus dipergunakan sejauh mungkin untuk pekerjaan-pekerjaan permanen
menurut Pasal S4.06, atau material galian dianggap sebagai material buangan
(waste) bila Konsultan Pengawas menentukan demikian dan diperlakukan sesuai
ketentuan Pasal S4.07.

S4.03 (5) Pembuangan Material yang Tidak Memenuhi Persyaratan

Bila diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus


membongkar material yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan
timbunan dan harus membuangnya sesuai dengan ketentuan Pasal S4.07.

Bila dari penggalian diperoleh material baik yang memenuhi syarat maupun
yang tidak, Kontraktor harus melaksanakan penggalian sedemikian rupa
sehingga material yang memenuhi syarat digali secara terpisah tanpa tercampur
dengan material lain yang tidak memenuhi syarat, untuk digunakan dalam

RIFKI MUCHNI
II -17
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
pekerjaan.

Bila material yang tidak memenuhi syarat berada di bawah subgrade pada daerah
galian atau di bawah dasar timbunan diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
untuk dibuang, maka tanah bekas galian tersebut harus dipadatkan, sampai
kedalaman 20 cm, terhadap 100 persen dari kepadatan kering maksimum
menurut SNI 1742 : 2008 (AASHTO T99-15-(2015)). Pembayaran untuk
pekerjaan pemadatan ini sudah harus tercakup dalam Harga Satuan untuk
pekerjaan Galian Biasa.

S4.03 (6) Conglomerate atau Batuan Lunak

Bila material galian adalah batuan konglomerat atau batuan lunak sedemikian rupa
sehingga menurut pendapat Konsultan Pengawas material tersebut mempunyai
kuattekan uniaksial 300 – 400 kg/cm2 sesuai dengan ASTM D7012 Standard
Test Methods for Compressive Strength and Elastic Moduli of Intact Rock Core
Specimens under Varying States of Stress and Temperatures Metoda C dan
menurut pendapat Konsultan Pengawas tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan excavator bucketsehingga tidak perlu dibor dan diledakkan, maka
Kontraktor dapat menggunakan excavator bucketyang dilengkapi dengan kuku
baja khusus, jenis penetration plus tipdengan kuat leleh 10.200 kg/cm2 (1.000)
MPa.

S4.03 (7) Metoda Pengukuran

Kuantitas yang harus dibayar adalah jumlah meter kubik material yang telah
disetujui untuk digali. Material harus diukur didasarkan pada posisi semula pada
tanah asli, setelah pekerjaan Pembersihan Tempat Kerja (Divisi 2) dan
Pembongkaran (Divisi 3).

Volume material yang digali untuk pengalihan jalan sementara yang dibuat
Kontraktor, tidak akan diukur untuk berdasarkan Pasal ini (S4.03), karena
pekerjaan ini dibayar menurut ketentuan dalam Pasal S1.19 "Manajemen dan
KeselamatanLalulintas"

Pengukuran harus mencakup kerusakan yang tak terhindarkan karena longsoran


yang bukan diakibatkan oleh kecerobohan Kontraktor.

S4.03 (8) Dasar Pembayaran

Bila Konsultan Pengawas memerintahkan penggunaan material yang diperoleh


dari Galian Biasa atau Galian Batu Lunak untuk melaksanakan pekerjaan lain
(sepertipasanganbatu atau agregat untuk perkerasan atau beton)material galian
ituakan dibayarmenurut Harga Satuan untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang
menggunakan material itu.

Kuantitas pekerjaan galian biasa harus dibayar dalam Harga Satuan Kontrak per
meter kubik sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga
dan pembayaran itu merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
galian, meliputi penggalian, pemindahan, pengangkutan,
penempatan, penambahan/pengurangan kadar air, pemadatan, atau pembuangan
dan penggalian badan jalan; untuk pekerjaan membentuk dan menyelesaikan

RIFKI MUCHNI
II -18
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
permukaan, dan untuk penyediaan tenaga kerja, material pendukung, peralatan,
perlengkapan, dan keperluan insidentil untuk menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana tercantum dalam Gambar dan ditentukan dalam Spesifikasi ini,
serta petunjuk Konsultan Pengawas.

Nomor Nama Mata Pembayaran Satuan Pengukuran

4.03 (1) Galian Biasa untuk Timbunan meter kubik

4.03 (2) Galian Biasa untuk Material Pengisi di Median meter kubik

4.03 (3) Galian Biasa untuk Dibuang[Waste] meter kubik

4.03 (4) Galian Batu Lunak untuk Timbunan meter kubik

4.03 (5) Galian Batu Lunak untuk dibuang [Waste] meter kubik

DIVISI 10
STRUKTUR BETON

S10.01 BETON

S10.01 (1) Uraian

(a) Lingkup Kerja

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut jenis-jenis


beton bertulang atau tidak bertulang, yang dibuat sesuai dengan
Spesifikasi ini dan garis, ketinggian, kelandaian dan ukuran yang tertera
pada Gambar, dan sesuai dengan arahan dari Konsultan Pengawas.

Beton semen portland harus berupa campuran semen, air, agregat kasar
dan agregat halus.

(b) Kelas Beton dan Penggunaannya

Jenis beton dan penggunaannya adalah seperti dijelaskan, di bawah ini,


kecuali bila ada ketentuan lain dalam Gambar, atau diperintahkan
Konsultan Pengawas.

Kelas Penggunaannya:

A-1
- Precast prestressed concrete box girders
- Precast prestressed concrete I-girders
- Precast prestressed concrete U-girders
- Prestressed concrete box girders
- Precast prestressed concrete hollow core slab units

A-2
- Prestressed Concrete Cantilevered Pier Heads and Columns
- Prestressed Concrete Portal Pier

RIFKI MUCHNI
II -19
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Prestressed Concrete Hollow Slabs
- Precast Cross Beams

B-1
- Reinforced concrete slab bridges
- Reinforced concrete deck slabs
- Diapragms of Prestressed Concrete I-girder and U-girder bridges
- Reinforced concrete hollow slab
- Concrete Barriers
- Pipe Culverts
- Reinforced concrete centilever pier columns and heads
- Stairs and Pier Column for Pedestrian Bridges
- Reinforced Concrete Piled Slabs
- Kerb (bertulang dan tanpa tulangan)

B-2
- Cast - in place reinforced concrete piles

C
- Wall Piers
- Abutments,footing of piers, retaining walls
- Approach slabs
- Stairs on embankment and foundations of street lighting poles
- Box culverts (termasuk dinding sayap/wing walls)
- RC frames and encasement of pipe culverts
- Planting Boxes
- Curbs (reinforced) and precast plates for slabs
- Stairs of pedestrian bridge
- Piers of pedestrian bridge
- U-ditches

D.
- Dinding penahan tanah tipe gravitasi
- Concrete foot paths
- Head walls, penopang gorong-gorong pipa

E.
- Levelling concrete, backfill concrete pada stone masonry
sebagimana disebutkan dalam Gambar

AA
- Segmental precast prestressed concrete , U-girders
- Preccast/Segmental prestressed concrete I-girders
- Segmental prestressed concrete U-girders
- Prestressed concrete spun pile

P
- Concrete Pavement.

(c) Menentukan Perbandingan Campuran dan Takaran Berat


Pekerjaan beton struktur dapat mulai dikerjakan bila campurannya telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

RIFKI MUCHNI
II -20
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Perbandingan campuran dan takaran berat untuk beton ditentukan seperti di
bawah ini dan harus dilakukan bila material yang disediakan oleh
Kontraktor sudah disetujui.

i) CampuranPercobaan

Selambat-lambatnya 35 hari sebelum pekerjaan beton dimulai,


Kontraktor harus membuat campuran percobaan di laboratorium
dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

Campuran percobaan ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga


mempunyai kuat tekan atau kekuatan lentur sesuai dengan ketentuan
(Preliminary Test Result) dengan margin yang cukup, sehingga
probabilitas nilai kekuatan beton pada pelaksanaan yang lebih
rendah dari kekuatan minimum yang ditentukan, pada Tabel 10-1- 1,
tidak lebih dari 5%.

Konsultan Pengawas akan menentukan perbandingan berdasarkan


campuran percobaan yang dilakukan dengan memakai material yang
harus dipergunakan dalam pekerjaan.

Perbandingan campuran untuk campuran percobaan tersebut didasarkan


pada nilai-nilai dalam Tabel 10-1-1 dan disesuaikan dengan ketentuan
di bawah ini. Tetapi nilai-nilai tersebut hanya perkiraan saja, untuk
memudahkan Kontraktor, dengan ketentuan sebagai berikut :
- Perbandingan air dan semen merupakan nilai maksimum
mutlak.
- Kadar semen merupakan nilai minimum mutlak.
- Nilai kuat tekan minimum diambil dari nilai kekuatan rata-rata
minimum pada pelaksanaan.

Tabel 10-1-1 Standar Proporsi Campuran Beton untuk Struktur

RIFKI MUCHNI
II -21
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Catatan :
1) Jenis beton sebagaimana Pasal S.10.01 (1)(b)
2) Slump harus ditentukan menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-09 atau JISA1101).
3) Uji kuat tekan beton menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22-07), SNI 03-6813-2002
(ASTM C943-80)
4) Uji kuat tekan beton menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22-07) dan SNI 03-4810-1998
(AASHTO T23-04).
5) Bila ada perselisihan mengenai kesesuaian dengan Spesifikasi ini, hasil uji silinder
merupakan jawaban terakhir, kecuali bila Konsultan Pengawas secara tertulis menyetujui uji
silinder untuk tujuan pengendalian.
6) Kuat lentur diuji dengan Metoda Pembebanan Tiga Titik menurut SNI 03-4431-1997
(AASHTO T97-03).

Berat agregat per meter kubik beton dalam Tabel 10-1-1 adalah
berdasarkan pemakaian agregat dengan bulk specific gravity 2,65 pada
keadaan permukaan kering jenuh; pasir alam bergradasi seragam
yang mempunyai modulus kehalusan sebesar 2,75; agregat kasar
bergradasi seragam dengan ukuran tertentu.

Untuk agregat dengan specific gravity berbeda, takaran beratnya


harus disesuaikan dengan cara mengalikan berat pada tabel dengan
specific gravity yang bersangkutan lalu dibagi 2,65.

Bila digunakan pasir pecah (angular), atau pasir hasil crusher atau pasir
yang modulus kehalusannya lebih dari 2,75, jumlah agregat halus harus
ditambah dan agregat kasar dikurangi. Bila modulus kehalusan pasir
kurang dari 2,75, agregat halus harus dikurangi dan agregat kasar
ditambah. Untuk setiap perubahan modulus kehalusan sebesar 0,10
(sebanding dengan 2,75), persentase jumlah pasir berubah 1% terhadap
berat total agregat kasar dan agregat halus.

Modulus kehalusan agregat halus harus dihitung dengan menambah


persentase kumulatif, berdasarkan beratnya, dari material yang tertahan
pada setiap saringan standard ASTM ukuran 4,75, 2,36,
1,18, 0,600, 0,300 dan 0,150 mm dan kemudian dibagi 100.

Penyesuaian modulus kehalusan harus dilakukan sebelum penyesuaian


nilai berat pada ketentuan Tabel 10-1-1, untuk setiap variasi perbedaan

RIFKI MUCHNI
II -22
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
dari 2,65.

Bila disetujui oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meng-


gunakan agregat kasar dengan ukuran selain pada Tabel 10-1-1.

Bila penggunaan agregat kasar dengan ukuran lain itu menghasilkan


beton yang kadar airnya melebihi ketentuan, sehingga perlu
tambahan semen, tidak ada kompensasi untuk Kontraktor atas tambahan
semen itu. Ukuran agregat kasar yang ditentukan tidak perlu dipilah
dengan fraksi ukuran yang berbeda. Namun 2 fraksi ukuran bisa
digunakan bila ukuran maksimumnya lebih dari 2,5 cm. Bila salah satu
ukuran fraksi atau lebih yang digunakan tidak memenuhi gradasi yang
ditentukan, sedangkan bila dikombinasikan harus bisa memenuhi
gradasi, maka hal itu bisa digunakan bila ada ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.

ii) Perbandingan campuran dan takaran berat. Konsultan Pengawas


harus menentukan kilogram berat agregat halus dan kasar (dalam
kondisi permukaan kering jenuh) untuk per meter kubik kelas beton
tertentu, dan perbandingan tersebut harus tidak diubah kecuali
dengan ketentuan seperti pada paragraf berikut. Selain itu,
Konsultan Pengawas juga harus menentukan takaran berat bahan
agregat setelah menentukan kadar airnya mengkoreksi berat volume
pada keadaan kering permukaan jenuh untuk suatu kadar air
tertentu.

Dalam mengukur agregat untuk struktur dengan volume beton


kurang dari 25 meter kubik. Kontraktor dapat mengganti alat timbangan
dengan alat pengukur volume yang disetujui Konsultan Pengawas.
Dalam hal ini penimbangan tidak diperlukan, tetapi volume agregat
kasar dan agregat halus diukur dengan takaran masing-masing harus
sesuai dengan ketentuan Konsultan Pengawas.

iii) Penyesuaian untuk berbagai kemudahan dalam pelaksanaannya


(workability). Bila ternyata tidak mungkin diperoleh beton dengan
placeability dan workability yang dikehendaki dengan perbandingan
campuran yang telah ditentukan Konsultan Pengawas, maka Konsultan
Pengawas dapat merubah ketentuan berat agregat, tetapi kadar semen
yang telah ditentukan tetap tidak berubah dan Konsultan Pengawas
boleh meminta Kontraktor untuk mengadakan pengendalian yang lebih
ketat pada prosedur penakarannya.

iv) Penyesuaian untuk berbagai hasil campuran. Bila kadar semen pada
beton, setelah diuji menurut AASHTO T121-05, berbeda lebih dari plus
atau minus 2 (dua) % dari yang ditentukan dalam Tabel 10-1- 1, maka
perbandingan campuran harus diubah oleh Konsultan Pengawas agar
kadar semen tetap dalam batas yang ditentukan kadar air tidak boleh
melebihi ketentuan.

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, atas


persetujuan Konsultan Pengawas kadar semen dapat ditingkatkan
asalkan tidak melebihi batas kadar semen maksimum karena
pertimbangan panas hidrasi (AASHTO LRFD Bridge Construction

RIFKI MUCHNI
II -23
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Specification 8.4.3 Maximum Cementitious 593 kilogram/m3 for
High Performance Concrete). Cara lain dapat juga dengan menurunkan
rasio air/semen dengan pemakaian bahan tambahan jenis plasticizer
yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton
tanpa menambah air atau mengurangi penggunaan air dalam campuran
beton tanpa mengurangi kelecakan adukan beton.

v) Penyesuaian untuk kelebihan kadar air.

Bila dengan kadar semen yang ditentukan, tidak mungkin membuat


beton dengan konsistensi yang dikehendaki tanpa melebihi kadar air
maksimum yang ditentukan dalam Tabel 10-1-1, maka Konsultan
Pengawas harus menaikkan kadar semen sehingga kadar air maksimum
tidak melebihi ketentuan.

vi) Penyesuaian untuk material baru.

Sumber material tidak boleh diganti sebelum memberitahu


Konsultan Pengawas, dan material baru tidak boleh digunakan sebelum
Konsultan Pengawas menyetujuinya dan membuat rumus perbandingan
campuran yang baru berdasarkan campuran percobaan bila
penggantian material baru menyebabkan perlu tambahan jumlah
semen, maka harus tidak ada kompensasi atas tambahan material
semen tersebut.

(d) Contoh Beton

Untuk menilai kesesuaian mutu beton selama pelaksanaan kerja,


Kontraktor harus menyediakan contoh (specimen) beton untuk diuji pada umur
7 hari dan 28 hari sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, atau dengan interval
lainnya sesuai dengan kebutuhan, untuk menentukan kekuatan beton.

Kontraktor harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji
beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-
rata dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3
buah benda uji ), yang selisih nilai antara keduanya ≤ 5% untuk satu umur,
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.

Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masing-masing mutu beton ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
maksimum 5 m3 beton dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil
untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah
60 m3, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah
60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.

Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah masing-masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji
untuk setiap maksimum 15 m3 beton secara acak, dengan minimum satu hasil
uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari
empat. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah 60 m3, maka untuk setiap
maksimum 20 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus

RIFKI MUCHNI
II -24
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
diperoleh satu hasil uji. Contoh beton untuk pengujian harus diuji oleh
Kontraktor di laboratorium lapangan atau di laboratorium yang letak dan
kelengkapannya memadai. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga
dan mencegah kerusakan contoh beton untuk pengujian, selama penanganan,
pengangkutan dan penyimpanannya.

(e) Ketentuan Kekuatan Beton

i) PersiapanSpecimen

Kuat tekan ultimate beton harus ditentukan pada contoh yang dibuat
menurut SNI 03-6813-2002 (ASTM C943-80) atau, bila tidak
memungkinkan, dengan SNI 2458 : 2008 (AASHTO T141-05 atau
ASTM C172-04) dan SNI 03-4810-1998 (AASHTO T23-04 atau
ASTM C31). Silinder uji yang dibuat di laboratorium harus sesuai
dengan SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126-90 atau ASTM C192- 07).
Pengujian tekan dengan silinder harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-
1974-1990 (AASHTO T22-07 atau ASTM C39-05). (ii) Kuat tekan
dan Kuat Lentur.

Nilai kuat tekan dan kuat lentur dalam pelaksanaan (site working
strength) pada umur beton 28 hari tidak boleh kurang dari kekuatan
minimum menurut Tabel 10-1-1, sesuai kelas betonnya dan dihitung
dengan menggunakan persamaan S.10.01.(1).e.(iii). Bila ternyata
hasil uji contoh tersebut tidak memenuhi syarat, maka beton yang
diproduksi pada saat pengambilan contoh tersebut dianggap semua tidak
memenuhi syarat.Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi
syarat, apabila dipenuhi syarat-syarat berikut :
- Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20
atau 30) nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi
kurang dari fc’ atau ’bk.

- Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-


masing mutu beton dapat terkumpul jumlah minimum benda uji,
maka hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut harus
memenuhi fck  f’c atau bk  ’bk

- Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum


yang telah ditentukan, maka nilai standar deviasi (S) harus
ditingkatkan dengan faktor modifikasi yang diberikan berikut di
bawah ini

RIFKI MUCHNI
II -25
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

ii) Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-


masing mutu beton terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum,
maka apabila tidak dinilai dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil
matematika statistik yang lain, tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4
hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4 terjadi tidak kurang
dari 1,15 fc‘. Masing- masing hasil uji tidak boleh kurang dari 0,85 fc‘.

iii) Kekuatan Karakteristik

Catatan :
Simbol-simbol fck, fcm, fci digunakan untuk benda uji silinder 150 mm –
300 mm sedangkan untuk benda uji kubus 150 x 150 x 150 mm dapat
digunakan simbol-simbol bk, bm dan i sebagai pengganti fck,
fcm, dan fci.

iv) Penyimpangan dari Ketentuan Kuat Tekan

Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa


kapasitas daya dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka
apabila pengecoran belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan
dan dalam waktu singkat harus diadakan pengujian beton inti (core
drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian
yang berlaku. Dalam hal dilakukan pengambilan beton inti, harus
diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada tempat- tempat yang
tidak membahayakan struktur dan atas persetujuan Konsultan
Pengawas. Tidak boleh ada satupun dari benda uji beton inti mempunyai
kekuatan kurang dari 0,75fc’. Apabila kuat tekan rata-rata dari
pengujian beton inti yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat dan pekerjaan
yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal ini, perbedaan
umur beton saat pengujian terhadap umur beton yang disyaratkan
untuk penetapan kuat tekan beton perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.

v) Pemeliharaan Conton Beton

Biaya membuat contoh beton dan mengadakan pengujian, termasuk


biaya pembuatan tempat contoh beton yang kuat dan biaya pengapalan
atau pengangkutan contoh beton uji dari lokasi kerja ke laboratorium,
sudah termasuk pada harga satuan beton semen Portland. Kontraktor

RIFKI MUCHNI
II -26
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
harus bertanggung jawab untuk mencegah kerusakan pada contoh uji
selama pembuatan dan pengangkutannya.

vi) Dokumen Hasil Pengujian

Dokumen hasil pengujian harus disimpan oleh Konsultan Pengawas,


tetapi selalu terbuka untuk Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab
untuk membuat penyesuaian seperlunya untuk membuat beton sesuai
ketentuan Spesifikasi. Dokumen hasil uji harus mencakup apakah
beton itu sesuai atau tidak.

(f) Kondisi Cuaca yang Dijinkan untuk Bekerja

Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar,


dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar
selalu di bawah 32oC sepanjang waktu pengecoran. Pada kondisi ekstrim,
dimana pengecoran terpaksa dilakukan pada suhu di atas 32C, maka metode
pelaksanaan pekerjaan pengecoran harus mengacu kepada ACI 305R-10 Hot
Weather Concreting. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan
pengecoran bilamana :

i) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam sesuai dengan petunjuk


Gambar 10.01-1

Gambar 10.01-1 Diagram Penentuan Tingkat Penguapan Air Rata-rata

ii) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.

iii) Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

RIFKI MUCHNI
II -27
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Beton massa (mass concrete) tidak boleh melampaui panas hidrasi
lebih dari 70ºC, perbedaan temperatur luar dan dalam tidak boleh
melampaui 20ºC.

(g) Toleransi

i) Toleransi dimensi
- Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
- Panjang keseluruhan lebih dari 6 m +15 mm
- Panjang balok,pelat dek, kolom dinding atau antara
0 dan +10 mm
kepala jembatan

ii) Toleransi bentuk


- Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
- Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari 12 mm
garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang
3m – 6m 15 mm
- Kelurusan atau lengkungan untu panjang >
6m 20 mm

iii) Toleransi kedudukan (dari titik patokan)


- Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm
- Kedudukan permukaan horizontal dari ± 10 mm
rencana
± 20 mm
- Kedudukan permukaan vertikal dari renana

iv) Toleransi alinyemen vertikal : ± 10 mm


Penyimpangan ketegakan kolom dan dindig

v) Toleransi ketinggian (elevasi)


- Puncak lantai kerja dibawah pondasi ± 10 mm
- Puncak lantai kerja dibawah pelat injak ± 10 mm
- Puncak kolom, tembok kepala, balok
± 10 mm
melintang

vi) Toleransi alinyemen horizontal 10 mm dalam 4 m


panjang mendatar
vii) Toleransi untuk penutup/selimut beton
tulangan 0 dan +5 mm
- Selimut beton sampai 30 mm 0 dan +10 mm
- Selimut beton 30 mm - 50 mm
± 10 mm
- Selimut beton 50 mm – 100 mm

S10.01 (2) Material

(a) Umum

Semua material yang harus disediakan dan dipergunakan, yang tidak dibahas
dalam pasal ini, harus sesuai dengan ketentuan dari bagian lain.

RIFKI MUCHNI
II -28
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(b) Semen

Kontraktor harus menggunakan satu jenis/tipe semen dari satu merek,


dengan mutu yang sama untuk satu proyek. Semen yang digunakan pada
pekerjaan beton adalah semen Portland, kecuali bila ada petunjuk lain
dalam Gambar atau dari Konsultan Pengawas. Ordinary Portland Cement
(OPC) Tipe I harus memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 “Semen
Portland” (JIS R5210 atau AASHTO M85-07).

Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent), IIA


(Semen Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen
Portland tipe III dengan air-entraining agent), dapat digunakan apabila
diizinkan oleh Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut diizinkan, maka
Kontraktor harus mengajukan kembali desain campuran beton sesuai dengan
merek semen yang digunakan.

(c) Admixture (Campuran Tambahan)

Admixture tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan


Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan contoh admixture kepada
Konsultan Pengawas paling lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya
pekerjaan struktur tertentu atau bagian dari struktur yang harus memakai
material admixture itu. Yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang
berupa serbuk pozzolanik sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.

i) BahanKimia

Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran


beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI 03-2495-1991 Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk
Beton atau AASHTO M194-06, Chemical Admixtures for Concrete.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton segar, bahan tambahan campuran
beton dapat digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan
kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air; mengurangi
penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan;
mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton; mengurangi
kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss); mengurangi susut
beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton (ekspansi);
mengurangi terjadinya bleeding; mengurangi terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan


tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan- keperluan :
meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung); meningkatkan
kekuatan pada beton muda; mengurangi atau memperlambat panas
hidrasi pada proses pengerasan beton, terutama untuk beton dengan
kekuatan awal yang tinggi; meningkatkan kinerja pengecoran beton di
dalam air atau di laut; meningkatkan keawetan jangka panjang beton;
meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton);
mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat; meningkatkan
daya lekat antara beton baru dan beton lama; meningkatkan daya lekat
antara beton dan baja tulangan; meningkatkan ketahanan beton terhadap
abrasi dan tumbukan.
RIFKI MUCHNI
II -29
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Penggunaan jenis bahan tambahan kimia untuk maksud apapun


harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa
hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

ii) Mineral

Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk
abu terbang (fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila
digunakan bahan tambahan berupa abu terbang, maka bahan tersebut
harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI
03-2460-1991 tentang Spesifikasi abu terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton atau ASTM C618-15 Coal Fly Ash
and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete.

Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus


berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa
hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas

(d) Air

Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Air yang dipergunakan dalam pencampuran, pengawetan, atau pekerjaan
lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula,
tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan. Bila diminta oleh
Konsultan Pengawas, air harus diuji dengan diperbandingkan terhadap air
suling.

Perbandingan harus memakai cara uji semen standar untuk kekerasan,


waktu pembuatan (setting time), dan kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan,
perubahan waktu pengikat ± 30 menit atau lebih, penurunan kekuatan adukan
lebih dari 10% dibandingkan dengan air suling, cukup menjadi alasan
ditolaknya air yang tengah diuji itu.

Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar


lumpur, rumput, atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa.

(e) Agregat Halus

i) Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam atau, bila
disetujui Konsultan Pengawas, material lembut lainnya dengan sifat
sama, mempunyai butir yang bersih, keras dan awet, serta harus
bersih dan bebas dari debu, lumpur, lempung, bahan organik, dan
kotoran lainnya, dalam jumlah melebihi batas toleransi.
ii) Agregat halus harus bergradasi merata dan harus memenuhi
ketentuan gradasi sebagai berikut :

RIFKI MUCHNI
II -30
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Gradasi Agregat Halus

Ukuran Kumulatif
Ayakan presentase berat
(mm)
9,5 yang lolos
100
4,75 95 – 100
2,36 80 - 100
1,18 50 - 85
0,600 25 - 60
0,300 10 - 30
0,15 2 – 10

Analisa saringan agregat halus harus dilakukan menurut SNI 03-


1968-1990 (JIS A1102 atau AASHTO T27-06).

Ketentuan gradasi di atas merupakan batas ekstrim yang harus


digunakan dalam menentukan kesesuaian material dari setiap
sumber. Gradasi material dari satu sumber tidak boleh berlainan
komposisi melebihi batas ketentuan. Untuk menentukan kadar
keseragaman gradasi, harus dibuat suatu penentu modulus
kehalusan untuk contoh masing-masing sumber, dan diajukan oleh
Kontraktor.

Bila modulus kehalusan berbeda-beda lebih dari 0.20 dari nilai yang
digunakan untuk menentukan perbandingan campuran beton, maka
agregat halus itu harus ditolak, kecuali bila perbandingan campuran
disesuaikan, dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

iii) Kadar zat yang mengganggu dalam agregat halus tidak boleh
melebihi batas yang ditentukan dalam Tabel 10-1-2. Terhadap zat
pengganggu lainnya yang tidak tercakup dalam tabel itu, harus
ditentukan cara penanganannya dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas.

Pengujian untuk material yang lebih halus dari saringan 0,075 mm harus
dilakukan menurut SNI 03-4142-1996 (JIS A1103 atau AASHTO T11-
05).

iv) Kekerasan agregat halus harus memenuhi kehilangan berat tidak


lebih dari 10 % bila diuji dengan sodium sulfat atau 15 % dengan
magnesium sulfat melalui pengujian SNI 3407 : 2008 (AASHTO
T104-99(2003)).

Tabel 10-1-2 Sifa tAgregat Halus Batas Zat Pengganggu dalam Agregat
Halus (%Berat)

RIFKI MUCHNI
II -31
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

v) Semua agregat halus harus bersih dari kotoran organik. Penentuan


kandungan kotoran organik dalam pasir alam dilakukan menurut SNI
03-2816-1992 (AASHTO T21-05 atau JIS A1105). Apabila agregat
yang harus diuji menunjukkan warna yang lebih gelap dari warna standar
berdasarkan colourmetric test, harus ditolak.

Tetapi, pasir yang tidak memenuhi ketentuan di atas masih dapat


digunakan, dengan syarat, kuat tekan contoh adukan yang menggunakan
pasir tersebut lebih dari 95% kekuatan pada adukan dengan pasir yang
sama yang dicuci dengan larutan 3% sodium hidroksida dan kemudian
dicuci dengan air, serta disetujui oleh Konsultan Pengawas. Umur
contoh adukan yang harus diuji adalah 7 hari dan 28 hari, untuk semen
Portland normal.

Kekuatan Tekan contoh adukan harus ditentukan menurut


AASHTO T71-07, “Pengaruh Kotoran Organik dalam Agregat Halus
terhadap kekuatan adukan”.

(f) Agregat Kasar

i) Agregat kasar harus terdiri dari satu atau lebih dari satu material
berikut : batu pecah, kerikil, ampas tanur tinggi, atau material lembam
lainnya yang disetujui dengan sifat yang sama, mempunyai dengan sifat
yang sama, mempunyai butir-butir yang bersih, keras dan awet.

ii) Agregat kasar harus bersih dan bebas dari butiran-butiran yang
panjang atau bulat, bahan organik dan bahan pengganggu lainnya dalam
melebihi batas toleransi.

iii) Agregat kasar harus bergradasi merata dan harus memenuhi


ketentuan gradasi berikut ini :

Gradasi Agregat Kasar

RIFKI MUCHNI
II -32
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Analisa saringan agregat halus harus dilakukan menurut SNI 03-
1968-1990 (JIS A1102 atau AASHTO T27-06). Dalam menetapkan
ukuran maksimum batuan harus selalu mempertimbangkan jarak bersih
antar tulangan pada setiap struktur beton.

iv) Agregat kasar harus mempunyai ketahanan abrasi dengan mesin Los
Angeles tidak lebih dari 30 % sesuai dengan pengujian SNI 2417 :
2008 (AASHTO T96-02(2006)) dan kekekalan agregat tidak lebih dari
12 % dengan sodium sulfat sesuai dengan pengujian SNI 3407 : 2008
(AASHTO T104-99(2003)) .

v) Kadar zat pengganggu dalam agregat kasar tidak boleh melebihi


batas dalam Tabel 10-1-3. Penanganan zat penganggu lebih yang tidak
tercakup dalam tabel itu harus ditentukan berdasarkan petunjuk
Konsultan Pengawas.

Tabel 10-1-3 Sifat Agregat Kasar Batas kadar zat Pengganggu dalam Agregat Kasar
(Persentase Berat)

Keterangan :
1) Untuk agregat pecah, bila material yang lebih halus dari saringan 0,075 mm terdiri dari debu yang
butirannya bersih dari lempung dan serpihan (shale), maka persentase ini dapat dinaikkan
menjadi 1,5.
2) Ketentuan ini tidak berlaku pada pasir buatan dari ampas tanur tinggi.

vi) Pengujian untuk material yang lebih halus dari saringan 0,075 mm
harus dilakukan menurut SNI 03-4142-1996 (JIS A1103 atau AASHTO
T11-05)

vii) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran


partikel terbesar tidak lebih dari ¾ (tiga per empat) jarak bersih
minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

(g) Pengujian Agregat

Sebelum digunakan, hasil uji agregat dari setiap sumber harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Uji agregat yang sedang digunakan harus berdasarkan
perintah Konsultan Pengawas.

(h) Expansion Joint Filler (Asphaltic Joint Filler)

Expansion joint filler harus memenuhi ketentuan AASHTO M33-


99(2003).

RIFKI MUCHNI
II -33
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Filler untuk setiap sambungan (joint) harus disediakan satu lempengan untuk
seluruh kedalaman dan lebar yang ditentukan, kecuali bila ada ketentuan lain
dari Konsultan Pengawas. Bila untuk satu sambungan diperbolehkan
menggunakan lebih dari satu lempengan, ujung yang hendak dihubungkan
harus disambung erat dan rapat, dengan bentuk yang tepat, dengan memakai
alat penjepit atau cara yang disetujui Konsultan Pengawas.

(i) Penyimpanan Material

i) Penyimpanan Semen

Semen dapat diangkut dengan bin yang disetujui di pabrik. Semen harus
disimpan di gudang anti lembab dengan ketinggian lantai sekurang-
kurangnya 30 cm dari tanah, sedemikian rupa mudah untuk
diperiksa dan digunakan. Semen karung tidak boleh ditumpuk lebih dari
13 sak. Semen yang menjadi basah atau keadaannya tidak memadai tidak
boleh digunakan. Semen yang disimpan oleh Kontraktor lebih dari 60
hari harus disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas, bila harus digunakan.
Bila Konsultan Pengawas mengijinkan penggunaannya, semen dari
berbagai merek, tipe, atau dari pabrik lain harus disimpan terpisah.
Semen dari karung bekas tidak boleh digunakan.

ii) Penyimpanan Agregat

Agregat halus dan agregat kasar harus disimpan terpisah agar tidak
tercampuri material asing satu sama lain. Agregat harus disimpan
sedemikian rupa agar kadar air selalu merata, dan harus ditangani
sedemikian rupa agar tidak terjadi segregasi. Agregat harus
disimpan terlindung dari sorotan langsung sinar matahari. Agregat dari
sumber yang berbeda tidak boleh disimpan dalam tempat yang sama
tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.

(j) Perekat

i) Pendahuluan

Perekat damar epoxy (epoxy resin adhesive) harus digunakan untuk


menyambung balok beton precast.

ii) Standar Kualitas

Standar kualitas perekat adalah seperti di bawah ini

RIFKI MUCHNI
II -34
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Keterangan :
1) “Suhu Kamar” berarti kondisi suhu standar Kelas - 2 menurut JIS Z8703 atau ASTM D5854-96(2015)

(standard atmospheric conditions for testing) yaitu 200C ± 20C.


2) “Suhu Kerja Standar” merujuk kepada 3 kategori, yaitu summer Tipe, spring-and-autumn Tipe, dan

winter Tipe; yang besarnya, secara berturut-turut adalah 300C ± 20 C, 200C ± 20C, dan 100C ± 20C.
3)
“Umur campuran” (Pot life) adalah 70% dari jangka waktu sejak pencampuran sampai saat mulai
pengentalan.
4) “Ketebalan kendur minimum” berarti ketebalan minimum lapisan perekat yang terbentuk dengan

memakai perekat itu pada permukaan tegak lurus sampai ketebalan kira-kira 1 mm, dan diukur setelah
perekat itu dikendurkan ke bawah.
5) Daya rekat diukur melalui uji geser (shearing test).

S10.01(3) Peralatan dan Alat-alat Bantu

Peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk menangani material


dan melaksanakan pekerjaan, dengan jenis, kapasitas dan kondisi mekanis
yang disetujui Konsultan Pengawas, harus sudah berada di lokasi kerja
sebelum pekerjaan dimulai.

Bila peralatan itu tidak dipelihara kebaikan kerjanya, atau bila peralatan
itu terbukti tidak memadai, ketika digunakan oleh kontraktor, untuk mencapai
hasil kerja yang ditentukan, peralatan tersebut harus diperbaiki, atau diganti
atau ditambah, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

(a) Batching Plant dan Peralatannya

i) Umum

Semua material untuk campuran harus ditakar perbandingannya menurut


berat. Batching Plant harus dilangkapi bin, hopper timbangan dan
timbangan agregat halus dan untuk masing-masing fraksi ukuran
agregat kasar. Bila digunakan semen curah, maka harus disediakan
bin (tempat penyimpanan), hopper dan timbangan semen. Tempat
penyimpanan material tersebut harus kedap air. Seluruh sistem kendali
dalam penimbangan, pencampuran, dan penuangan harus secara
terkomputerisasi.

RIFKI MUCHNI
II -35
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Perlengkapan untuk mencampur komponen lain dari campuran harus
disediakan pada batching plant, sesuai dengan permintaan Konsultan
Pengawas, bisa jenis stasioner atau pun jenis yang dapat berpindah-
pindah. Alat tersebut harus selalu dijaga agar sesuai degan ketentuan
untuk melakukan mekanisme penimbangan yang benar.

ii) Bin dan Hopper

Pada batching plant harus disediakan bin dengan kompartemen-


kompartemen (ruang) terpisah yang memadai untuk agregat halus dan
untuk setiap fraksi agregat kasar. Setiap kompartemen harus dapat
mengeluarkan material secukupnya dan dengan lancar ke hopper
timbangan. Harus disediakan juga alat kontrol sehingga begitu jumlah
yang dikehendaki dalam hopper timbangan hampir terpenuhi, material
mengalir pelan-pelan dan berhenti setelah jumlahnya tercapai tepat.
Untuk membuang kelebihan jumlah material dalam hopper, harus
disediakan lubang atau sarana lainnya. Hopper timbangan harus dapat
mengosongkan seluruh material tanpa sisa.

iii) Timbangan

Timbangan agregat dan semen harus dari tipe palang (beam Tipe)
ataupun tipe cakram non-pegas. Alat timbangan harus mempunyai
ketepatan sampai 0,5% untuk berbagai pemakaian. Untuk memeriksa
ketepatan, harus disediakan sepuluh anak timbangan dengan berat
masing-masing 25 kg. Tiang tumpu, gandar dan suku cadang lainnya
yang terbuka harus selalu bersih.

Bila menggunakan timbangan palang (beam Tipe) harus ada alat yang
dapat menunjukkan bahwa beban dalam hopper timbangan hampir
mencapai berat yang diinginkan. Alat penunjuk ini harus bisa
menunjukkan angka timbangan sekurang-kurangnya 100 kg dan
sampai beban ekstra 25 kg.

Semua alat penimbang dan penunjuk harus bisa dilihat keseluruhannya


oleh operator pada waktu mengisi hopper, dan memungkinkannya
sambil harus bisa menangani alat kontrol.

Semen dapat diukur menurut beratnya, atau menurut sak standar. Bila
diukur menurut beratnya, harus disediakan hopper dan timbangan
tersendiri dengan dilengkapi alat untuk mentransfer semen dari
hopper ke timbangan. Penanganan harus dilakukan sebaik-baiknya.

Penakaran harus sedemikian rupa agar berat material hasil


campuran sesuai dengan ketentuan, dengan toleransi 1% untuk
semen dan 2% untuk agregat.

(b) Mixer

i) Umum - Beton harus diaduk dalam pengaduk campuran (batch


mixer). Pengadukan dapat dilakukan di lokasi kerja, di pusat khusus
pengadukan, atau di perjalanan. Pada setiap mixer harus tertera
lempeng logam dari pabrik yang menunjukkan keterangan kapasitas
drum dalam hal volume beton adukan dan kecepatan rotasi drum adukan.
ii) Mixer dilokasikerja - Mixer yang berada di lokasi kerja harus tipe drum
yang mampu mengaduk semen, agregat dan air secara merata dalam

RIFKI MUCHNI
II -36
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
waktu tertentu dan mengeluarkan adukan tanpa segregasi.

Mixer harus dilengkapi dengan hopper pengisi yang memadai,


tempat air, dan alat pengukur air yang dengan ketepatan sampai
batas 1%. Harus dilakukan kontrol agar air hanya bisa dipakai bila mixer
sedang berisi. Level pembuangan harus bisa terkunci secara otomatis,
sampai material campuran teraduk dalam waktu tertentu setelah semua
material berada dalam mixer. Juga harus disediakan alat pengeluaran
beton ke atas jalan. Dalam interval waktu tertentu mixer harus
dibersihkan. Mata pisau (blade) pick-up dan throw-over dalam drum
harus diganti bila telah mengalami keausan 10%.

iii) Central Plant Mixer - Mixer ini harus tipe drum, yang bisa
mengaduk agregat, semen dan air secara merata dalam jangka waktu
tertentu, dan bisa mengeluarkan adukan tanpa menimbulkan segregasi.
Central Plantsmixer harus dilengkapi dengan alat kontrol timing yang
dapat mencegah material campuran keluar sebelum jangka waktu
pengadukan terpenuhi.

Sistem penyaluran air untuk mixer bisa memakai tank pengukur yang
ditera atau meteran, dan tidak harus menjadi bagian integral dari
mixer.

Setiap interval waktu tertentu mixer harus selalu dibersihkan. Keadaan


bagian dalamnya harus diperiksa setiap hari. Mata pisau (blade) pick-up
dan throw-over dalam drum harus diganti bila jangkauan kedalamannya
menyusut 10%.

iv) Truck Mixer atau Transit Mixer - Mixer ini harus dilengkapi alat
penghitung bertenaga listrik untuk memperlihatkan jumlah putaran drum
atau mata pisaunya, dan alat penghitung ini harus dihidupkan bersamaan
dengan dimulainya pelaksanaan pengadukan pada kecepatan tertentu. Isi
mixer tidak boleh melebihi 60% volume kotor drum. Mixer harus bisa
mengaduk bahan-bahan beton secara merata, dan bisa mengeluarkan
beton secara merata tanpa segregasi.

Kecuali bila akan dipakai hanya sebagai agitator truck mixer, harus
dilengkapi dengan alat pengukur jumlah air untuk setiap takaran. Jumlah
air yang dipakai harus sesuai ketentuan dengan toleransi 1%.

(c) Vibrator

Kecuali bila ada ketentuan lain, beton harus dipadatkan (consolidated) dengan
vibrator mekanik yang bekerja di dalam beton. Bila perlu, vibrasi harus
dibantu dengan pemadat dengan tangan menggunakan alat yang memadai
untuk menjamin kepadatan yang memadai.

Tipe vibrator yang digunakan harus disetujui Konsultan Pengawas, dan


mempunyai frekuensi minimum 3500 getaran per menit, dan harus bisa
membuat beton menjadi merosot 2 cm pada daerah dengan radius 45 cm.
Jumlah vibrator yang digunakan harus dalam jumlah minimum sebagaimana
yang ditunjukkan tabel di bawah ini untuk memadatkan beton secara
memadai dalam waktu 10 menit setelah dicor ke cetakan; dan selain itu, harus
disediakan vibrator cadangan.

RIFKI MUCHNI
II -37
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Minimum Alat


4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

(d) Cetakan

i) Cetakan harus terbuat dari kayu atau logam, harus sesuai dengan
bentuk, garis dan ukuran yang ditentukan dalam Gambar, dan harus
kokoh sehingga bentuknya harus tidak berubah bila diisi, atau
karena pengeringan dan pembasahan, vibrasi dan lain-lain.

ii) Cetakan harus dilengkapi dengan rangka, penjepit, penopang, dan alat
lain, agar posisi dan bentuknya tetap sesuai dengan ketentuan dalam
Gambar.

iii) Cetakan harus bisa dibongkar dengan mudah dan aman. Sambungan
pada tepi atau bidang harus horisontal atau pun vertikal setepat
mungkin, dan harus cukup rapat agar material tidak bocor.

iv) Cetakan lengkung harus beradius sesuai dengan ketentuan Gambar, dan
cetakan fleksibel yang memadai harus dibuat sesuai dengan radius
tersebut.

v) Setelah cetakan terpasang pada tempatnya, Konsultan Pengawas


harus memeriksanya dan menyetujuinya, sebelum beton dicorkan

vi) Cetakan harus bebas dari debu, pelumas, atau bahan asing lainnya.
Dilarang menggunakan material atau cara yang akan mengakibatkan
material melekat pada beton atau menghitamkan beton. Cetakan
harus diminyaki sebelum tulangan baja dipasang dan selain itu,
cetakan kayu harus disirami air segera sebelum beton dicor.

vii) Untuk dinding, tiang yang sempit dan lain-lain, yang mana alas
cetakan tidak bisa dicapai, maka papan bawah cetakan harus bisa dilepas
agar mempermudah pembersihan material asing segera sebelum beton
dicor.

viii) Cetakan untuk permukaan yang nampak / terbuka (exposed) harus dibuat
dengan lis segitiga berukuran tidak kurang dari 2 x 2 cm, untuk
mencegah agar mortar tidak tumpah dan untuk membuat champer
(sudut) yang lurus pada setiap tepian beton yang tajam.

RIFKI MUCHNI
II -38
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(e) Penakaran dan Pengangkutan Material

Untuk pengadukan di tempat kerja, agregat harus diangkut dari batching plant
ke mixer dalam bak takaran, bak kendaraan, atau kontainer lainnya yang
kapasitas dan konstruksinya cukup memadai untuk mengangkut material.
Pemisahan kelompok-kelompok material harus memadai sehingga material
tidak bocor dari satu kompartemen kekompartemen lain, selama dalam
perjalanan atau waktu dikeluarkan.

Semen yang masih dalam wadah aslinya dapat ikut diangkut di atas
agregat. Jumlah sak semen yang ditentukan untuk setiap kelompok
material harus disimpan di atas agregat untuk kelompok itu. Semen dari sak
harus ditumpahkan dulu ke agregat sebelum dicorkan ke mixer.

Kelompok-kelompok material harus dicorkan ke mixer secara terpisah dan


utuh. Setiap kontainer kelompok material (batch) harus dicorkan sampai
kosong ke mixer tanpa kehilangan semen, atau tercampurinya atau
kebocoran material dari satu kompatemen ke kompartemen lain.

(f) Pengadukan Beton

i) Umum - Beton harus diaduk di tempat pekerjaan, di pusat


pencampuran, pada mixer truk, atau kombinasi keduanya. Bila diijinkan
oleh Konsultan Pengawas, bisa digunakan pengadukan dengan tangan.
Bila cahaya alam kurang, beton tidak boleh diaduk, dicor/dicor, atau
diselesaikan, kecuali bila ada sistem penerangan dengan lampu yang
memadai.

ii) Pengadukan di tempat pekerjaan - Beton harus diaduk dalam batch mixer
yang tipe dan kapasitasnya disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Lamanya pengadukan harus ditentukan oleh Konsultan Pengawas


menurut JIS A119 (Method of Test for Variation in Unit Weight of Air
Free Mortar in Freshly Mixed Concrete). Bila hasil pengujian tersebut
tidak ada, maka lamanya pengadukan harus lebih dari 1 ½ menit sejak
semua material dimasukkan ke dalam mixer, namun lamanya
pengadukan jangan lebih dari tiga kali jangka waktu di atas.
Pengisian air ke dalam mixer dimulai sebelum pengisian semen dan
agregat. Selama pengadukan, drum harus berkecepatan rotasi menurut
ketentuan pabrik. Mata pisau (blade) pick-up dalam drum mixer yang
sudah menyusut 2 cm atau lebih harus diganti.

Volume setiap batch tidak boleh melebihi kapasitas mixer yang


ditentukan pabrik, tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Dilarang menggunakan mixer yang kapasitasnya kurang dari kapasitas
batch satu sak semen.

Beton harus diaduk sebanyak volume beton yang harus segera diperlukan
atau dikerjakan, dan beton yang kekentalannya tidak sesuai
ketentuan, pada waktu dicor, tidak boleh digunakan.

Mengaduk kembali beton yang telah mengeras tidak boleh


dilakukan. Seluruh isi mixer harus dikeluarkan dari drum sebelum
material campuran berikutnya dimasukkan. Bila pengadukan dihentikan

RIFKI MUCHNI
II -39
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
untuk waktu yang cukup lama, mixer harus bersih. Bila pengadukan
dimulai lagi, material campuran yang pertama dimasukkan ke dalam
mixer harus memiliki kadar air, pasir dan semen yang cukup untuk
menutupi permukaan dalam dari drum tanpa mengurangi jumlah
bahan adukan yang ditentukan.

iii) Central Mixing Plant - Bila beton diaduk di central plant, mixer dan
metoda yang digunakan harus memenuhi ketentuan Sub pasal S
10.01 (3)(b)(iii). Beton hasil adukan harus diangkut dari central
mixing plant ke lokasi pekerjaan dengan truk pengaduk (agiator truck)
atau Dump Truck, sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Kecuali bila ada ijin tertulis lain dari Konsultan Pengawas, truk
pengaduk harus dilengkapi dengan drum putar kedap air, dan harus bisa
mengangkut dan mengeluarkan beton tanpa segregasi. Kecepatan
pengadukan drum harus antara 2 s/d 6 putaran per menit. Volume beton
adukan dalam drum tidak boleh melebihi ketentuan pabrik, atau lebih
dari 70% volume kotor drum.

Bila Konsultan Pengawas menyetujui truck mixer dapat digunakan


sebagai pengganti truk pengaduk, untuk mengangkut beton dari central
mixing plant. Volume kotor wadah pengaduk, dalam meter kubik, harus
sesuai dengan ketentuan pabrik mixer. Jangka waktu antara pengisian air
ke drum mixer dan pengeluaran beton adukan karena sesuai dengan
ketentuan Konsultan Pengawas. Selama jangka waktu ini, adukan
harus diaduk terus-menerus.

Bak dari dump truck harus licin dan kedap air. Harus disediakan penutup
untuk melindungi material dari hujan. Truk ini harus mengangkut beton
ke lokasi pekerjaan dalam keadaan campuran jadi dan teraduk
sempurna. Adukan dianggap merata, bila contohdari batas
seperempat dan tiga perempat muatan tidak mempunyai slump yang
berbeda lebih dari 2,5 cm. Pengecoran beton harus selesai dalam 30
menit sejak pengisian air ke dalam campuran semen dan agregat.

iv) Pengadukan dalam truk - Beton dapat diaduk pada truk mixer
dengan desain yang disetujui. Pengadukan dalam truk harus sesuai
dengan ketentuan berikut. Mixer-nya dapat berupa drum putar tertutup
yang kedap air atau tipe dayung/mata pisau putar atap terbuka (open top
revolving blade). Mixer harus dapat menyatukan semua bahan menjadi
adukan yang merata, dan harus mengeluarkan beton secara merata pula.
Perbedaan maksimum slump dari contoh yang diambil dari batas
seperempat dan tiga perempat dari muatan yang dikeluarkan adalah 2,5
cm. Kecepatan pengadukan untuk mixer tipe drum putar tidak boleh
kurang dari 4 putaran per menit, atau tidak boleh melebihi kecepatan
keliling drum yang sebesar 1 m/detik. Untuk mixer yang atap terbuka,
kecepatan pengadukan harus antara 4 dan 16 putaran per menit pada
mata pisaunya. Kecepatan pengadukan untuk mixer tipe drum putar
maupun tipe mata pisau putar adalah antara 2 dan 6 putaran per menit
drum atau mata pisau.

Kapasitas truck mixer harus sesuai dengan ketentuan pabrik, kecuali bila
penambahan kapasitas tidak melebihi batas yang ditentukan di sini.
Standard kapasitas normal, dalam persentase volume kotor drum,

RIFKI MUCHNI
II -40
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
tidak boleh lebih dari 50% untuk truck mixer dan 70% untuk agitator
truck.

Beton harus diantarkan ke lokasi pekerjaan dan pengeluarannya


harus selesai dalam waktu 45 menit setelah penambahan air ke
dalam campuran semen dan agregat, atau bila digunakan admixture maka
batas waktunya harus ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Bila beton diaduk dalam truck mixer, pengadukan harus dimulai


dalam batas 30 menit setelah semen dicampur dengan agregat. Kecuali
bila harus digunakan hanya sebagai pengaduk, truck mixer harus
dilengkapi dengan alat pengukur jumlah air yang harus mengukur secara
tepat jumlah air pada tiap pencampuran. Jumlah air yang dicampurkan
harus sesuai dengan jumlah yang ditentukan dengan toleransi sampai
1%.

v) Pengadukan dengan tangan - Dilarang mengaduk beton dengan


tangan, kecuali dalam keadaan darurat, tanpa ada ijin dari Konsultan
Pengawas. Bila sudah ada ijin, pengaduk harus dilakukan hanya pada
wadah kedap air dari logam, dll. Beton harus dibolak-balik wadah itu
paling sedikit 6 kali, sampai butiran agregat kasar terlapisi adukan dan
adukan sudah merata.

(g) Melembekkan kembali adukan beton

Dilarang melembekkan kembali adukan beton yang telah mengeras dengan


menambah air atau cara lainnya. Beton yang tidak memenuhi batas slump pada
saat dicorkan tidak boleh digunakan. Penggunaan admixture untuk menambah
workability atau mempercepat waktu pengerasan tidak boleh dilakukan,
kecuali bila ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

(h) Kekentalan

Slump harus diukur menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-07 atau JIS
A1101), dan harus memenuhi ketentuan Tabel 10-1-1. Untuk beton Self
Compacted Concrete (SCC), penilaian mengenai kelecakan (workability) harus
dilakukan melalui uji slump flow (ASTM C1611-14).

S10.01 (4) Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Umum

Kontraktor harus menyediakan Pelaksana dan Supervisi yang berpengalaman


di lokasi pekerjaan untuk mengontrol pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan lain
selain beton harus sesuai dengan ketentuan bagian lain atau pasal lain untuk
beberapa pekerjaan yang menjadi satu kesatuan dengan pekerjaan beton.

(b) Pondasi

Persiapan pondasi harus sesuai dengan detail dalam Gambar, menurut


ketentuan pasal S5.01 Elevasi dasar telapak (footing), sebagaimana tertera
dalam Gambar, hanya merupakan pekerjaan. Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan penggalian yang lebih dalam, bila perlu, untuk membuat
pondasi yang sebaik-baiknya.

RIFKI MUCHNI
II -41
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Pondasi yang mempunyai beton leveling kelas E (atau batuan) harus digali
dengan toleransi 0-5 cm. Setiap kelebihan harus diisi dengan material dari
lapisan atasnya, tidak boleh ditimbun dengan material galian.

Pondasi tiang pancang (pile foundation) harus dibuat sesuai dengan ketentuan
dalam pasal-pasal yang terkait dan sesuai ketentuan dengan Gambar.

(c) Perancah (Falsework)

Perancah harus dibuat dengan pondasi yang cukup kuat untuk mendukung /
menopang berat / muatan beton tanpa mengalami lendutan yang berarti.
Perancah yang tidak bisa dibuat pada pondasi dengan dasar telapak yang
padat, harus ditopang dengan tiang pancang perancah, atas biaya dari
Kontraktor.

Sebelum membuat cetakan atau perancah, bila diminta atau diperlukan


Kontraktor harus menyampaikan Gambar detail mengenai cetakan dan
perancah untuk diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Persetujuan
Konsultan Pengawas tidak membebaskan Kontraktor dari tanggungjawab untuk
menyelesaikan pekerjaan struktur yang sebaik mungkin.

Untuk falsework, harus dipertimbangkan faktor lendutan sesuai dengan


Gambar kerja yang dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

(d) Cetakan (formwork)

Sebelum beton dicor, Konsultan Pengawas harus memeriksa seluruh cetakan


(formwork) dan perancah, dan beton tidak boleh dicorkan sebelum Konsultan
Pengawas memeriksa dan menyetujui cetakan dan perancahnya. Adanya
persetujuan dari Konsultan Pengawas tidak mengurangi tanggungjawab
Kontraktor dalam penyelesaian struktur sebaik-baiknya.

Bagian dalam cetakan untuk hollow slab harus dibuat dari plywood, logam tipis
atau bahan lainnya. Kekuatan bahan-bahan itu harus cukup untuk melawan
tekanan beton dan daya apungnya.

Tipe dan struktur sambungan dan penutup cetakan bentuk silinder harus rapat
beton tidak bocor, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Diameter
nominal silinder berarti diameter bagian luar atau diameter luar dari bagian
tonjolan bila logam cetakan yang tipis mempunyai tonjolan. Tinggi tonjolan
(projection) harus kurang dari 10 mm.

Cetakan dalam (internal form) harus didudukan pada posisi yang tepat sehingga
tidak rusak waktu beton dicor. Untuk mengencangkan internal forms, harus
digunakan baut bentuk - U dan metoda penopang atau penguat cetakan ini
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Baut bentuk U dan suku cadangan
lainnya harus dapat menahan daya apung cetakan.

Untuk formwork, harus dipertimbangkan faktor lendutan sesuai dengan


Gambar kerja yang dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

RIFKI MUCHNI
II -42
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(e) Tulangan Beton

Konsultan Pengawas harus memeriksa tulangan beton yang telah


terpasang dan menyetujuinya bila sesuai dengan ketentuan Pasal S10.02, saat
sebelum beton dicor. Selama pengecoran beton, harus ada tukang pasang
tulangan beton yang perpengalaman, untuk menjaga agar tulangan beton tidak
ada yang lepas pada waktu beton, dicor, dan bila ada, tulang harus dibetulkan
sebelum pengecoran diteruskan.

(f) Penuangan/Pengecoran beton

i) Umum - Beton harus dicor dalam batas waktu menurut Sub-pasal


S10.01 (3)(f). Pengecoran beton harus sedemikian rupa agar tidak terjadi
segregasi dan perubahan kedudukan tulangan dan harus dihamparkan
berupa lapisan horisontal. Bila perlu, beton dicorkan ke dalam cetakan
dengan sekop tangan, dan vibrator tidak boleh digunakan untuk
menyebarkan beton dalam cetakan. Campuran beton jangan sampai
memerciki cetakan dan tulangan, sehingga sampai mengering sebelum
akhirnya tertutup dengan beton.

Bila sudah melimpah lebih dulu, cetakan dan baja tulangan harus
dibersihkan dengan sikat kawat sebelum beton dicor ke cetakan.

Talang, pipa, atau corong yang digunakan sebagai alat bantu pengecoran
beton harus diletakkan sedemikian rupa agar beton tidak mengalami
segregasi. Alat-alat tersebut harus selalu bersih dari beton atau
mortar yang melekat.

Beton harus dicorkan secara kontinyu keseluruh bagian struktur atau


antara sambungan bila ada dalam Gambar, atau menurut petunjuk
Konsultan Pengawas dan tidak boleh dicorkan dari ketinggian melebihi
1,5 m.

Bila dalam keadaan darurat pengecoran beton harus dihentikan sebelum


selesai, maka harus dibuat sekat, dan sambungan yang diakibatkannya
dianggap sebagai sambungan konstruksi, dan diatur seperti di bawah ini.

ii) Tiang Beton - Beton untuk tiang atau untuk balok harus dicorkan
dalam satu kali pengecoran secara kontinyu, kecuali bila ditentukan lain
dalam Gambar atau oleh Konsultan Pengawas.

iii) Concrete slab dan girder spans - Slab dan girder dengan bentang 10
m atau kurang harus dicor dalam satu kali pengecoran secara kontinyu,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar. Sebaiknya beton mulai
dicor mulai tengah bentang menuju ujung-ujungnya.

Beton untuk slab (lantai) harus dicor sekali pengecoran secara kontinyu
dan satu lapisan untuk setiap bentang, kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar.

Beton untuk girder dengan bentang lebih dari 10 m dapat dicor


dalam dua kali pengecoran. Yang pertama beton dicor meliputi batang
girder sampai batas pangkal slab. Paling lambat 24 jam setelah itu,

RIFKI MUCHNI
II -43
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
harus dilanjutkan pengecoran beton untuk bagian slabnya.

Prosedur konstruksi untuk concrete deck slab pada box girder harus
sedemikian rupa untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada beton
yang baru dicor.

Segera sebelum beton dicor, permukaan atas dari beton yang dicor
terdahulu harus dikerik (hammered) sampai agregatnya timbul dan
dibersihkan. Kontraktor harus memeriksa penyusutan dan pelonggaran
falsework dan harus mengencangkan baut untuk memperkecil lendutan
cetakan.

iv) Wall, pier dan lain-lain - Bila tembok, pier, kolom, dan struktur
lainnya membentuk sambungan konstruksi horisontal, beton tidak boleh
dicor di atas beton lain yang tidak boleh berumur kurang dari 12 jam.

Pekerjaan tidak boleh dihentikan pada batas 45 cm dari bagian


permukaan kecuali bila ada ketentuan yang mengijinkan, yang
mana, bila diijinkan Konsultan Pengawas, sambungan konstruksi
dapat dibuat pada bagian bawah kepala dinding/tembok yang tebalnya
kurang dari 45 cm.

v) Gorong-gorong (culvert) - Slab untuk box culvert harus dikerjakan


sekaligus sampai selesai dan harus dibiarkan tidak kurang dari 12 jam
sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.

Sebelum beton dicor ke dinding, slab bawah/alas harus bersih dari segala
serpihan kayu, bekas gergajian, dan lain-lain. Kontraktor harus
mengajukan proposal, untuk disetujui Konsultan Pengawas, mengenai
pengecoran dinding gorong-gorong sebelum pekerjaan gorong-gorong
dimulai. Beton tidak boleh untuk lapisan y a n g tingginya lebih
dari 1 m relatif terhadap beton yang dicorkan terlebih dahulu
Pengecoran harus dilakukan secara sistematis.

vi) Menuang Beton di dalam air - Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa
persetujuan dan pengawasan dari Konsultan Pengawas, dan metoda
seperti berikut ini : Untuk mencegah segregasi, beton harus dicor dalam
bentuk massa padat, memakai alat tabung atau pipa atau ember (bucket)
atau alat lain, dan tidak boleh diganggu setelah dicor. Pada tempat
perletakan beton air harus dijaga agar tenang. Beton jangan dicorkan
dalam air yang mengalir. Metode pengecoran atau pengecoran beton
harus teratur agar tercipta permukaan yang horisontal.

Dalam satu kali pengecoran yang kontinyu harus diletakkan sekat beton.
Bila menggunakan tabung atau pipa, sekat ini harus terdiri dari sebuah
tabung atau pipa dengan diameter tidak kurang dari 25 cm dikerjakan
pada bagian-bagian yang mempunyai kopeling flens (flanged coupling)
yang dipasang dengan paking.

Penopang tabung tremie jangan sampai menghambat gerakan ujung


pengeluaran di atas beton, dan gerakan waktu turun untuk
memperlambat arus pengeluaran. Tabung tremie ini harus diisi dengan

RIFKI MUCHNI
II -44
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
metoda sedemikian rupa agar beton tidak rusak karena air. Ujung
pengeluaran (discharge end) terbenam dalam beton dan tabung
tremie harus harus berisi beton secukupnya agar air tidak masuk.

Bila beton dicorkan dengan ember (bottom-dump bucket), maka


kapasitas ember tidak boleh kurang dari 1,20 meter kubik, dan
dilengkapi dengan penutup bagian atas yang dipasang longgar. Bagian
bawah harus dapat dibuka ke bawah ketika beton akan dicor. Ember
harus diisi penuh dan diturunkan perlahan-lahan sampai tiba pada
permukaan dimana beton akan dicor. Selama pengeluaran isinya, ember
harus dinaikkan perlahan-lahan, untuk mencegah air ke lubang
pengeluaran dan mencegah adukan beton teraduk-aduk.

Pengeringan dikerjakan bila sekat beton (concrete seal) sudah cukup


kuat menahan tekanan-tekanan. Konsultan Pengawas akan menentukan
kapan pekerjaan ini bisa dimulai. Material-material yang tidak
berguna harus disingkirkan dari permukaan yang tampak dengan
digosok, dikupas dan lain-lain cara asal jangan merusak sekat.

vii) Sambungan Konstruksi (Construction Joint) - Sambungan


konstruksi harus terletak sesuai dengan ketentuan Gambar, atau instruksi
Konsultan Pengawas. Sambungan Konstruksi harus tegak lurus terhadap
garis tegangan, dan secara umum harus terletak pada daerah dengan
gaya lintang minimum.

Pada sambungan konstruksi horizontal, detailnya harus sesuai dengan


petunjuk Konsultan Pengawas. Sebelum beton dicorkan, permukaan
sambungan konstruksi harus digosok dengan sikat kawat sampai tampak
agregat yang bersih, diguyur air dan harus tetap basah sampai beton
baru dicor. Segera sebelum beton baru dicorkan, cetakan harus
dikencangkan rapat ke beton yang sudah keras dan permukaan yang
lama harus dilapisi adukan semen halus. Beton untuk substruktur
harus dicorkan sedemikian rupa agar seluruh sambungan konstruksi
horizontal benar-benar horisontal.

Pada tempat yang memerlukan sambungan konstruksi vertikal, batang-


batang tulangan harus melampaui sambungan sedemikian rupa agar
struktur menjadi monolit. Sambungan konstruksi jangan sampai menerus
ke dinding sayap atau permukaan yang luas lainnya yang akan
diselesaikan secara arsitektur. Paku-paku, alat pengikat dan alat transfer
beban, harus terletak sesuai dengan ketentuan Gambar atau petunjuk
Konsultan Pengawas.

viii) Sambungan Ekspans (Expansion Joints) - Sambungan ini harus


berupa asphaltic joint filler tebal 20 mm atau filler lain yang
disetujui Konsultan Pengawas, dan harus diletakkan dan dipasang sesuai
dengan ketentuan Gambar. Asphaltic joint filler akan diukur dan dibayar
menurut mata pembayaran 10.01 (21).

Cut-off plate untuk water stop yang digunakan untuk sambungan sendi
ekspansi haruslah PVC fleksibel sesuai dengan JIS K6773 dan harus
ditempatkan sesuai dengan Gambar.

RIFKI MUCHNI
II -45
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Water stop harus dipasang dengan teguh untuk mencegah
pergeseran selama pengecoran. Jika pengecoran beton untuk water stop
salah posisi atau bentuk, maka beton sekitarnya harus dibuang, water
stop dipasang ulang, dan beton diganti, semua biaya ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Water stop harus disediakan dengan panjang penuh untuk setiap


bagian lurus dari sambungan (joint), tanpa adanya sambungan (splice) di
tempat. Water stop harus Berhenti air harus dipotong dan diberi celah
sambung pada perubahan arah yang mungkin diperlukan untuk
menghindari tekuk atau distorsi. Semua sambungan (splice) di tempat
harus dibentuk dengan pemanas yang menutup permukaan yang
berdampingan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya untuk
membentuk sambungan kedap air yang menerus.

Water stop harus diukur dan dibayar sebagaimana yang disyaratkan


dalam Mata Pembayaran 10.01 (20).

ix) Sambungan terbuka(open joint) - Sambungan terbuka harus dibuat


sesuai dengan ketentuan Gambar, dengan menyisipkan dan
kemudian mencabut lagi bilah kayu, pelat logam, atau material
lainnya yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan mal (template) jangan
sampai mengakibatkan rusaknya bagian sudut beton. Tulangan
tidak boleh dipasang melewati sambungan terbuka, kecuali bila
dibolehkan dalam Gambar.

x) Sambungan Baja (Steel joint) - Pelat atau bentuk - bentuk struktur


lainnya harus dibuat dengan bentuk yang tepat di bengkel, sesuai dengan
ketentuan penampang lantai beton. Pembuatan dan pengecatannya harus
sesuai dengan ketentuan Spesifikasi untuk pekerjaan tersebut. Bila ada
ketentuannya dalam Gambar atau dalam Spesifikasi material ini harus
digalvanisasi sebagai pengganti bila tidak dicat. Permukaan bidang yang
sudah selesai harus benar dan tidak melengkung. Penempatan
sambungan harus sedemikian rupa agar kedudukannya tetap selama
pengecoran beton. Celah pada sambungan ini harus sesuai dengan
ketentuan Gambar pada suhu normal, dan harus diperhatikan agar tidak
terjadi celah yang tidak memenuhi syarat.

xi) Baut angkur (anchor bolts) - Semua baut angkur pada pier atau
abutment harus dipasang tepat pada lubang yang dibuat pada saat
pengecoran beton. Lubang dapat dibuat dengan menusukkan batang
kayu, pipa logam, atau alat lainnya yang sudah diminyaki, ke dalam
beton baru, dan mencabutnya lagi setelah beton agak mengeras.
Diameter lubang paling sedikit 10 mm. Baut harus dipasang dengan tepat
dan ditutup dengan mortar kasar (grout) yang memenuhi lobang. Grout
ini harus berupa adukan (mortar) yang tidak susut, dengan jenis yang
disetujui Konsultan Pengawas.

Baut angkur yang pemakaiannya berkaitan dengan rocker, roller, dan


expansion shoe harus dipasangkan sedemikian rupa menurut suhu
pada waktu pemasangan. Gerakan bangunan atas jangan sampai
menjadi terbatas akibat pemasangan yang tidak benar pada bearing, baut
angkur dan mur.

RIFKI MUCHNI
II -46
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

xii) Shoes dan bearing plate - Daerah bridge seat bearing harus dibuat
tinggi dan sesuai dengan level yang ditentukan. Shoes dan bearing plate
harus dipasang menurut ketentuan Pasal S10.10.

xiii) Lubangdrainasedanlubangcucuran - Lubang drainase dan lubang cucuran


(weep holes) harus dibuat dengan cara dan pada tempat menurut
ketentuan Gambar atau perintah Konsultan Pengawas. Lubang angin
untuk menyamakan tekanan hidrostatis harus dibuat di bawah muka
air yang rendah. Cetakan lubang cucuran harus berupa pipa PVC.
Permukaan pipa yang tampak harus disiram beton

xiv) Pipa, saluran kabel atau pipa kabel-Pipa, saluran kabel atau pipa kabel
yang tertanam dalam beton akan dipasang oleh Kontraktor sebelum
beton dicorkan. Kecuali bila ditentukan lain, pipa yang ditanam
dalam beton harus pipa standar, ringan dan anti karat. Pipa harus diikat
kuat-kuat agar tidak bergeser waktu beton dicorkan.

xv) Pier dan abutment - Tidak boleh meletakkan beban bangunan atas di
atas pier atau abutment yang sudah selesai, sebelum ada perintah
Konsultan Pengawas, tetapi jangka waktu minimum untuk pengerasan
beton bangunan bawah, sebelum beban bangunan atas diletakkan di
atasnya, adalah 7 hari, bila yang digunakan adalah semen portland
normal.

(g) Perawatan Beton

Segera setelah cetakan beton dibongkar dan finishing sudah selesai,


seluruh beton harus dilakukan perawatan dengan salah satu metode
berikut. Konsultan Pengawas akan menentukan permukaan beton yang
harus dirawat dan metode yang digunakan.

i) Metoda air - Seluruh permukaan yang terbuka selain slab, harus


dilindungi dari sinar matahari dan seluruh struktur harus dilapisi / ditutup
kain goni, atau kain lain yang dibasahi sekurang-kurangnya selama 7
hari. Material - material harus tetap basah selama jangka waktu tersebut.
Kerb, dinding, dan permukaan lain yang harus di- finishing dengan
digosok bisa dibuka dulu penutupnya sementara tetapi harus segera
ditutup lagi setelah finishing selesai. Seluruh concrete slab harus
secepat mungkin ditutupi dengan pasir, tanah atau material lain yang
memadai dan harus selalu basah sekurang- kurangnya selama tujuh hari.
Material penutup ini tidak boleh dibersihkan dari permukaan
concreteslab sebelum beton mencapai umur 21 hari.Bila cetakan dari
kayu boleh tetap di tempat selama jangka waktu perawatan, maka harus
dibuat selalu basah agar tidak menyusut.

ii) Selaput Pengawet(membrane - forming curing compound).

Seluruh permukaan harus di-finishing dulu, sebelum dirawat dengan


dilapisi bahan ini. Selama masa finishing, beton harus dilindungi dengan
metoda perawatan air.

Bahan pengawet selaput harus digunakan setelah cetakan dibongkar,


atau bila air permukaan sudah hilang. Bahan ini harus disemprotkan
pada permukaan beton satu kali lapisan atau lebih dengan kecepatan
sesuai instruksi dari pabrik pembuatnya.
RIFKI MUCHNI
II -47
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Bila bahan pengawet selaput pecah atau rusak sebelum berakhirnya


perioda perawatan, daerah yang rusak akan segera diperbaiki dengan
memberikan tambahan material pengawet selaput.

Kontraktor dapat menggunakan bahan pengawet selaput cair (liquid


membrane curing compound) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

(h) Pembongkaran Formwork dan Falsework

i) Waktu pembongkaran - Cetakan (formwork) dan Perancah


(falsework) tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan
Pengawas. Persetujuan tersebut tetap tidak membebaskan tanggungjawab
Kontraktor untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Rangka dan
balok penopangnya harus dibongkar bersamaan dengan cetakan dan
potongan kayu cetakan tidak ada yang boleh tertinggal di dalam beton.
Pembongkaran cetakan untuk struktur menerus atau cantilevered
structures harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas, atau harus
sedemikian rupa agar struktur dibongkar tahap demi tahap menurut gaya
beratnya.

Bila waktu untuk membongkar cetakan dan penopangnya


ditentukan berdasarkan uji kekuatan beton, pelaksanaannya tidak
boleh dimulai sebelum beton mencapai persentase kekuatan tertentu
seperti tertera dalam tabel di bawah ini.

Bila pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak dikontrol dengan uji kuat


tekan, maka waktu yang tertera dalam tabel di bawah itu harus dianggap
sebagai batas minimum.

Pada struktur menerus, falsework tidak boleh dibongkar sebelum bentang


(spans) pertama dan kedua pada kedua sisinya mencapai kekuatan
sebagaimana ditentukan di sini atau dalam Spesifikasi Khusus.
Untuk cast-in-place post tensioned bridges, falsework-nya harus tetap
di tempat sampai proses posttensioning selesai dilakukan.

Falsework di bawah bentang struktur menerus harus dibongkar sebelum


pekerjaan beton untuk parapet jembatan atau pagar (railing)
jembatan di mulai.

Cetakan dan falsework pada bagian bawah beton tidak boleh dibongkar,

RIFKI MUCHNI
II -48
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
sebelum dipastikan beton tersebut sudah mencapai kekuatan cukup,
tanpa memperhatikan umur beton. Bila tidak ada ketentuan kekuatan,
cetakan dan falsework tidak boleh dibongkar sebelum ada ijin dari
Konsultan Pengawas.

Cetakan untuk telapak (footing) yang dibuat dalam cofferdam atau crib
dapat dibiarkan ditempatnya bila menurut Konsultan Pengawas
pembongkarannya dapat membahayakan cofferdam atau crib, dan bila
cetakan yang tidak dibongkar itu harus tidak terlihat pada struktur
yang telah selesai. Cetakan-cetakan lain harus dibongkar, baik yang
berada di atas maupun di bawah muka tanah atau muka air.

Semua cetakan harus dibongkar dan disingkirkan dari lubang (cells)


dalam concrete box girder yang digunakan untuk utilitas, dan semua
cetakan, kecuali yang diperlukan untuk menopang deck slab, harus
dibongkar dari lubang pada box girder.

Untuk mempermudah finishing, cetakan yang digunakan dalam


pekerjaan ornamental. Pagar jembatan (railings), parapet jembatan dan
permukaan vertikal yang tampak, harus dibongkar sekurang- kurangnya
setelah 12 jam tetapi tidak lebih dari 48 jam, tergantung pada keadaan
cuaca.

Untuk menentukan kondisi beton pada kolom, cetakannya harus


sudah dibongkar sebelum dilakukan pembongkaran penopang
bawah balok atau girder.

Falsework yang menahan plat lantai pada struktur rangka kaku,


tidak boleh dibongkar bila bagian pondasinya belum diurug.

ii) Penambalan (Patching) - Segera setelah pembongkaran cetakan,


semua kawat-kawat pengikat (projecting wires), atau alat-alat
logam yang digunakan untuk mengikat cetakan harus dibongkar atau
dipotong sekurang-kurangnya 2,5 cm di bawah permukaan beton. Sisa-
sisa mortar (adukan) dan semua ketidak rataan akibat sambungan
cetakan harus dibersihkan sampai hilang. Lubang- lubang, lekukan dan
rongga-rongga yang terletak pada permukaan beton harus ditambal
dengan mortar (adonan) semen, dengan perbandingan campuran sama
dengan yang dipergunakan untuk pekerjaan pokok, tetapi tanpa agregat.

Permukaan tambalan adonan semen ini harus digosok dengan penggosok


kayu sebelum pengikatan awal terjadi. Warna tambalan harus sama
dengan warna beton sekitarnya dan rapih.

iii) Penyebab hasil kerja ditolak - Bila lubang-lubang atau rongga- rongga
kecil terlalu banyak (keropos), maka bagian struktur yang berlubang
terlalu banyak itu harus ditolak, dan dengan perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membongkar dan mengulangi
pekerjaan pada bagian struktur tersebut, dengan biaya sendiri.

(i) Pekerjaan finishing pada beton


Semua permukaan beton harus tetap tampak (exposed) pada pekerjaan yang
sudah selesai, harus sesuai dengan ketentuan (iii). Finishing biasa (ordinary

RIFKI MUCHNI
II -49
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
finishing), kecuali bila ada ketentuan lain.

i) Deckbeton(concrete decks) - Segera setelah beton dicor, deck beton harus


ditempa dengan mal lengkung untuk membuat penampang melintang
yang benar dan harus di-finishing dengan tangan sampai sesuai dengan
permukaan beton yang ditentukan. Hasil finishing harus
agakdikasarkan secara merata dengan disikat (brooming).
Permukaan yang sudah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 10 mm
pada pemeriksaan dengan mal datar (straigh ledge) 4 m yang di pasang
sejajar dengan garis 10 mm pada pemeriksaan dengan mal
lengkung (template) yang dipasang melintang memotong badan
jalan.

ii) Permukaan kerb dan footpath- Permukaan kerb dan footpath yang
tampak harus di-finishing sesuai dengan garis dan kelandaiannya.
Permukaan kerb harus digosok dengan alat dari kayu sampai halus tetapi
tidak licin. Permukaan footpath harus agak dikasarkan secara merata
dengan disikat arah melintang jalan.

iii) Finishing biasa(ordinary finish) - Ordinary finish adalah finishing pada


permukaan setelah cetakan dibongkar, di mana lubang-lubang bekas
ikatan cetakan ditambal dan kerusakan - kerusakan kecil pada
permukaan diperbaiki. Permukaan beton harus rata, tidak ada
lekukan dan warnanya cukup merata/sama.

Permukaan yang tidak rata dan penampilannya jelek, harus ditempa


dengan mal datar dan digosok menurut ketentuan item (iv) Finishing
Gosok (Rubbed finish).

Beton pada jembatan, caps, dan bagian atas dinding harus ditempa
dengan mal datar dan digosok sampai grade yang ditentukan.
Kecuali bila ada dalam Gambar, permukaan beton tidak boleh
dilapisi adukan semen (mortar).

iv) Finishing gosok(rubbed finish) - Setelah cetakan dibongkar, beton harus


segera digosok bila kondisi sudah mengijinkan. Segera sebelum
digosok, beton harus dibasahi air. Sebelum dibasahi, adonan
tambalan pada permukaan beton harus sudah kering.

Permukaan yang harus di-finishing harus digosok dengan batu


karborundum medium kasar, menggunakan sedikit adukan (mortar)
semen pada permukaannya. Adonan terdiri dari semen dan pasir halus
dengan perbandingan yang sama dengan beton yang sedang di-
finishing. Penggosokan harus sampai menghilangkan bekas- bekas
cetakan dan segala ketidakrataan, lubang-lubang ditambal, dan
permukaan menjadi rata. Pasta hasil penggosokan ini harus
dibiarkan tetap pada permukaan. Setelah semua beton diatas permukaan
itu dihilangkan, finishing akhir adalah dengan menggosok permukaan
dengan batu karborundum halus dan air. Penggosokan harus terus
sampai seluruh permukaan halus dan sama warna.

Setelah penggosokan akhir itu selesai dan permukaan menjadi


kering, permukaan harus digosok lagi dengan kain goni untuk

RIFKI MUCHNI
II -50
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
membuang butir/partikel lepas. Permukaan akhir tidak boleh mempunyai
tambalan, pasta, bubuk-bubuk dan bekas-bekas lain yang tidak
dikehendaki.

v) Pengurugan (backfill and road fill) - Rongga-rongga hasil


penggalian yang tidak terisi penuh oleh struktur beton harus diurug dan
dipadatkan dengan material yang semestinya sesuai dengan ketentuan
S5.01(6) dari Spesifikasi ini.

Bila ada genangan air di balik dinding, urugan tidak boleh


diletakkan sebelum dinding penahan, sekat-sekat atau dinding spandrel
berumur 28 hari. Balok pelengkung (arches) dan slabs tidak boleh
diurug, sebelum beton berumur 28 hari atau sebelum ada petunjuk dan
Uji contohbahwa beton sudah mencapai kekuatan umur 28 hari.

vi) Pembebanan (loading) - Lalu lintas atau peralatan konstruksi ukuran


besar tidak boleh masuk melintasi struktur beton bertulang sebelum
jangka waktu 28 hari sejak pengecoran terakhir beton, kecuali secara
berikut ini. Bila struktur beton itu harus digunakan lebih dini / awal,
harus diadakan pengujian contoh extra. Struktur beton sudah dapat
digunakan bila pengujian menunjukkan bahwa beton sudah
mencapai umur 28 hari.

(j) Perekat (adhesive)


i) Metoda Pelaksanaan Pekerjaan

- Penghalusan Permukaan Sambungan

Permukaan balok beton yang harus diberi perekatan harus disikat


dengan sikat kawat sampai halus, untuk membuang butir-butir
lepas (sheath) yang menonjol pada permukaan sambungan.

- Pembersihan minyak dan debu

Setelah permukaan sambungan halus dan rata, debu dan


kotoran harus dibersihkan dengan pompaan udara atau cara
lainnya. Bila ada zat yang melekat, gunakanlah larutan
organik.

- Pengeringan Beton

Setelah melepaskan cetakan dari balok beton (PC), permukaan


beton harus ditutupi agar terlindung dari air hujan hingga
balok beton tetap kering. Bila pekerjaan perlindungan ini
harus dilakukan padahal balok PC masih basah, maka harus
dilakukan pengeringan dengan alat lampu obor, gas pembakar (gas
burner) dan lain-lain.

(ii) Pemakaian perekat

- Mencampur dan mengaduk


Setelah pekerjaan permukaan selesai, bahan dan pengeras
harus dicampur dengan perbandingan tertentu dan diaduk merata.

RIFKI MUCHNI
II -51
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
- Cara Pemakaian

Perekat harus dipakai secara menyeluruh pada kedua permukaan


dengan menggunakan karet atau sudip (spatula) dari logam.
Ketebalan optimal lapisan perekat untuk setiap permukaan beton
adalah 1 mm, dan perekat harus melebar menyeberang
sambungan bila balok itu bersambungan, lalu diberi tekanan
awal (prestressing).

- Penyambungan

Suhu udara pada waktu balok disambungkan harus antara 5-


35C dan penekanan awal (first - prestresing) harus selesai
selambat-lambatnya dalam batas waktu umur kerusakan
perekat (pot life time). Karena dengan penekanan awal,
perekat harus melebar ke luas daerah sambungan dan, pada waktu
yang sama, tertekan ke dalam lubang sheath, maka harus
disisakan daerah 10 - 20 mm sekeliling lubang sheath tetap tidak
terlapisi perekat.

Untuk hasil yang memuaskan, lubang sheath bisa ditutupi dengan


pita getah (gum tape).

- Pengawetan (Curing)

Selama sekurang-kurangnya 24 jam setelah penyambungan


(bonding), bagian beton yang disambungkan harus dilindungi dari
air hujan atau benturan.

(k) Pembersihan

Setelah pekerjaan struktur selesai dan sebelum persetujuan akhir dari


Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menyingkirkan segala falsework dan
lain-lain, sampai 1,0 meter di bawah garis tanah yang sudah selesai. Material
galian atau material yang tidak berguna dll, harus disingkirkan dari lokasi
kerja sampai lokasi menjadi bersih dan rapih sesuai dengan perintah Konsultan
Pengawas.

(l) Penyimpanan unit beton pracetak.

Unit beton pracetak harus disimpan atau ditumpuk di lapangan setelah


pembongkaran acuan sehingga tidak terjadi distorsi atau lendutan. Bilamana
unit pracetak ditumpuk diataspermukaan tanah, permukaan tanah harus
dibuat rata dan menjadi bahan yang keras seperti tidak ada pelunakan pada
tanah, atau penurunan pada tumpukan, akan terjadi ketika tanah dalam kondisi
basah. Dua buah kayu perletakan (dengan ukuran minimum 50 mm kali 100
mm) akan ditempatkan di permukaan tanah, dan didudukkan dengan kokoh
dan dibuat rata dan sejajar sebelum setiap unit pracetak ditaruh diatasnya.
Palet kayu dapat digunakan sebagai pengganti dua buah kayu perletakan tadi
dengan persetujuan Konsutan Pengawas.

Perhatiaan harus dilakukan untuk menghindari kerusakan pada unit beton


pracetak selama penanganan dan penyimpanan. Setiap unit yang rusak
harus ditolak dan disingkirkan dari lokasi pekerjaan.

RIFKI MUCHNI
II -52
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
S10.01(5) Metoda Pengukuran

Beton diukur menurut jumlah meter kubik menurut kelas beton yang selesai
dan sudah disetujui. Dalam menghitung jumlah tersebut, ukuran yang
digunakan adalah sesuai dengan ketentuan dalam Gambar dan perintah tertulis
Konsultan Pengawas, namun pengukuran ini tidak berlaku untuk beton pada
konstruksi sementara. Jumlah yang diukur harus tidak dikurangi oleh
volume yang ditempati pipa yang berdiameter kurang dari 20 cm, ataupun
ditempati baja tulangan, baut angkur (anchor), pipa, lubang cucuran (weep
holes) atau tiang yang tertanam dalam beton. Pengurangan hanya akan
diadakan untuk volume baja struktur, termasuk tiang pancang baja dalam
beton. Pengukuran juga harus tidak dilakukan untuk beton yang digunakan
pada Konstruksi Cofferdam, Falsework atau volume formwork dan falsework.

Tidak ada tambahan pembayaran untuk setiap tambahan kadar semen, untuk
bahan additive, tidak juga untuk penyelesaian setiap pekerjaan beton yang
diuraikan atau lantai beton. Beton kelas B yang diijinkan untuk digunakan
pada struktur yang ditentukan menggunakan beton kelas C atau D harus diukur
dan dibayar sebagai beton kelas C dan D. Beton kelas C yang diijinkan
untuk digunakan, pada struktur yang seharusnya menggunakan beton kelas D
harus diukur dan dibayar sebagai beton kelas D.

Pelat beton pracetak tidak diukur untuk pembayaran tetapi akan dianggap
telah termasuk dalam harga satuan dari lantai beton bertulang.

Beton yang digunakan pada pekerjaan untuk mata pembayaran Divisi 6, 12


dan
13 (kecuali untuk pondasi tiang lampu yang tinggi), tidak akan diukur
secara terpisah untuk pembayaran menurut Pasal S10.01 ini.

Kuantitas baja tulangan dan mata pembayaran lainnya dalam Kontrak lain yang
termasuk dalam struktur yang telah selesai dan diterima harus diukur untuk
pembayaran seperti yang diuraikan untuk mata pembayaran yang tercakup.

S10.01(6) Dasar Pembayaran

Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas untuk masing-masing kelas beton
tertentu, harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per meter kubik beton
seperti diuraikan di bawah ini. Pembayaran ini merupakan konpensasi penuh
untuk penyediaan dan pemakaian semua material, termasuk tenaga kerja,
peralatan, cetakan (formwork), falsework (perancah dan penopang); termasuk
pemancanganformwork untuk balok dan slab; untuk pekerjaan pencampuran,
pengecoran, finishing dan perawatan beton dan lain-lain; dan semua pekerjaan
insidentil yang diperlukan termasuk penyediaan dan pelaksanaan bangunan
terjunan (drainage fall) dan sistemnya serta suling-suling. Penyediaan,
pemasangan dan finishing sambungan ekspansi dan baja tulangan harus
dibayar tersendiri dan tidak termasuk ke dalam pembayaran untuk beton.

RIFKI MUCHNI
II -53
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

10.01(4b) Beton Struktur KelasB-1-1b Meter Kubik


(Lantai Beton Bertulang dari
Gelagar Baja Kotak)

10.01(5) Beton Struktur KelasB-1-2 Meter Kubik


(Diafragma dari Gelagar Beton
Pratekan U/I)

10.01(5a) Beton Struktur KelasB-1-3 Meter Kubik


(Kepala Pier Beton Bertulang)

10.01(6) Beton Isian Kelas B untuk Rongga Meter Kubik


Beton Pratekan

10.01(7a) Beton Struktur KelasB-1-4a Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari
Pier Tipe Dinding)

10.01(7b) Beton Struktur KelasB-1-4b Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari
Pier Tipe Y)

10.01(7c) Beton Struktur KelasB-1-4c Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari
Pier Tipe T)

10.01(7d) Beton Struktur KelasB-1-4d Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari
Pier Tipe Portal)

RIFKI MUCHNI
II -54
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

10.01(7e) Beton Struktur KelasB-1-4e Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari
Pier Ramp)

10.01(7f) Beton Struktur KelasB-1-4f Meter Kubik


(Kolom Beton Bertulang dari Pier)

10.01(8) Beton Struktur KelasB-1-5 Meter Kubik


(Pelat Beton Bertulang diatas
Tiang Pancang)

10.01(9) Beton Struktur KelasB Meter Kubik


(Beton Penghalang)

10.01(9a) Beton Struktur KelasB Meter Kubik


(Kerb)

10.01(10) Beton Struktur KelasC-1 Meter Kubik


(Abutments, Telapak Pier, Dinding
Penahan Tanah, Pelat Injak, Kotak Tanaman)

10.01(11) Beton Struktur KelasC-2 Meter Kubik


(Gorong-gorong Kotak)

10.01(13) Beton Struktur KelasC-4 Meter Kubik


(Pelat Pracetak untuk Lantai Jembatan)

10.01(14) Beton Struktur KelasD Meter Kubik

10.01(15) Beton Struktur KelasE Meter Kubik

10.01(16) Cut Off Plate untuk Water Stop Meter Panjang

S10.02 BAJA TULANGAN

S10.02 (1) Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pembuatan dan pemasangan batang-batang


baja tulangan dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan Spesifikasi, Gambar
dan petunjuk Konsultan Pengawas.

S10.02 (2) Material

Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi berikut ini,


kecuali berat batang ukuran tanpa standar ditentukan dalam Tabel 10-2-1 dan
Tabel 10-2-2 dengan mengabaikan Spesifikasi dalam pembuatan.

Batang berdiameter 9 mm atau kurang dan batang dowel berdiameter 25


mm, 29mm, 30 mm : SNI 07-2052-2002 (Grade BJTP 24); atau JIS G3112
atau ASTM A 615-92b (Grade SR 24); atau AASHTO M31-07 (Grade 40).
Batang berdiameter 10 mm atau lebih: SNI 07-2052-2002 (Grade BJTD 40);
atau JIS G3112 atau ASTM A 615-92b (Grade SD 40); atau AASHTO M31-

RIFKI MUCHNI
II -55
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
07 (Grade 60). Penulangan anyaman baja harus mengikuti AASHTO M55-07.

Baja tulangan tidak boleh disimpan diletakkan di atas tanah dan harus
disimpan dalam bangunan atau tertutup dengan baik. Baja tulangan ulir
harus diangkut dan dipelihara lurus atau dibengkokkan dengan bentuk
seperti terlihat pada Gambar. Tidak boleh dibengkokan dan diluruskan
kembali atau dibengkokan dua kali pada titik yang sama pada baja tulangan.

S10.02 (3) Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Pembuatan (pabrikasi)

i) Batang-batang tulangan harus dibuat secara akurat menurut bentuk dan


ukuran dalam Gambar, dan pengerjaannya jangan sampai merusak
material baja itu.Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokan baja
tulangan, batang tulangan tidak boleh dibengkokan kembali tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas yang sedemikian rupa akan
melemahkan bahan

ii) Kecuali bila ditentukan lain, semua batang tulangan yang harus
dibengkokkan maka harus dibengkokan dalam keadaan dingin. Bila
batang tulangan dibengkokan dengan pemanasan, maka cara
pengerjaannya harus disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas; dan harus
dilakukan sedemikian rupa agar sifat fisik baja tidak berubah.

iii) Batang tulangan yang tidak bisa diluruskan tidak boleh digunakan.
Batang tulangan yang telah tertanam sebagian dalam beton tidak
boleh dibengkokan, kecuali bila tertera dalam Gambar atau ada
ketentuan lain.

iv) Untuk pemotongan dan pembengkokan, harus disediakan pekerja


yang ahli dan alat-alat yang memadai.

v) Bila Konsultan Pengawas perlu memeriksa mutu batang tulangan,


Kontraktor harus menguji batang tulangan dengan tanggungan biaya
sendiri, dengan cara menurut ketentuan Konsultan Pengawas.

(b) Pemasangan

i) Sebelum dipasang, batang tulangan harus dibersihkan dari karat,


kotoran, lumpur, serpihan yang mudah lepas; dari cat minyak, atau bahan
asing lainnya yang dapat merusak ikatan.
ii) Batang-batang tulangan harus ditempatkan pada kedudukan
semestinya sehingga tetap kokoh pada waktu beton dicor. Batang
tulangan yang dibutuhkan untuk keperluan sehubungan dengan cara
pelaksanaan struktur, bila perlu, harus digunakan.

iii) Batang tulangan harus diikat pada setiap titik pertemuan dengan
kawat besi yang diperkuat, dengan diameter 0,9 mm atau lebih, atau
dengan jepitan yang sesuai.

iv) Jarak batang-batang tulangan dari cetakan harus dijaga agar tidak
berubah, dengan gantungan logam (metal hanger), balok adukan

RIFKI MUCHNI
II -56
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
penopang dari logam, atau penopang lainnya yang disetujui
Konsultan Pengawas.

v) Setelah ditempatkan, batang-batang tulangan harus diperiksa oleh


Konsultan Pengawas bila batang tulangan telah terlalu lama
terpasang, harus dibersihkan dan diperiksa lagi oleh Konsultan
Pengawas sebelum dilakukan pengecoran beton.

(c) Penyambungan

i) Bila batang tulangan harus disambung pada titik-titik selain yang


ditentukan Gambar, kedudukan dan cara penyambungan harus
didasarkan pada perhitungan kekuatan beton, yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

ii) Pada sambungan melingkar, batang harus dilingkarkan dengan


panjang tertentu dan diikat kawat pada beberapa titik temu dengan kawat
besi diameter yang lebih besar dari 0,9 mm.

iii) Batang tulangan yang tampak, yang harus disambung nantinya,


harus dilindungi dengan semestinya dari kerusakan dan karat.

iv) Pengelasan baja tulangan harus dikerjakan hanya bila ada detailnya
dalam Gambar, atau ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

v) Penggantian batang tulangan dengan ukuran yang berbeda dari ketentuan


dapat dilakukan bila ada ijin khusus dari Konsultan Pengawas. Bila
batang baja tulangan harus diganti, penggantinya harus sama atau
lebih besar.

(d) Toleransi

i) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-
6816-2002.

ii) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton


yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :

Tabel 10-2-1.Selimut beton untuk acuan dan pemadatan standar

Tabel 10-2-2 Selimut beton untuk acuan dan pemadatan intensif

RIFKI MUCHNI
II -57
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

Tabel 10-2-3Selimut beton untuk komponen yang dibuat dengan cara diputar

Persyaratan ini berlaku untuk struktur dan komponen beton bertulang dan beton
prategang dengan umur rencana 50 tahun atau lebih. Persyaratan ini diberlakukan
sehubungan dengan kondisi dan klasifikasi lingkungan. Klasifikasi lingkungan
yangberpengaruh terhadap struktur beton seperti berikut:

Tabel 7.3.1.(4) Klasifikasi Lingkungan

Keadaan permukaan dan lingkungan Klasifikasi lingkungan


1. Komponen struktur yang berhubungan langsung
dengan tanah:
a. Bagian komponen yang dilindungi lapisan A
tahan lembab atau kedap air.
b. Bagian komponen lainnnya di dalam tanah A
yang tidak agresif
c. Bagian komponen di dalam tanah yang U
agresif (tanah permeable dengan pH<4, atau
dengan air tanah yang mengandung ion sulfat
> 1gr/liter)
2. Komponen struktur di dalam ruangan tertutup di A
dalam bangunan, kecuali untuk keperluan
pelaksanaan dalam waktu yang singkat.
3. Komponen struktur di atas permukaan tanah
dalam lingkungan terbuka:
a. Daerah di pedalaman (>50 km dari pantai) di
mana lingkungan adalah :
(i) bukan daerah industri dan berada A
dalam iklim yang sejuk
(ii) bukan daerah industri namun beriklim B1
tropis
(iii) daerah industri dalam iklim sembarang B1
b. Daerah dekat pantai (1 km sampai 50 km dari B1
garis pantai), iklim sembarang)
c. Daerah pantai (<1 km dari garis pantai tetapi B2
tidak dalam daerah pasang surut), iklim
sembarang
4. Komponen struktur di dalam air

RIFKI MUCHNI
II -58
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
a. Air tawar B1
b. Air laut
(i) terendam secara permanen B2
(ii) berada di daerah pasang surut C
c. Air yang mengalir U
5. Komponen struktur di dalam lingkungan lainnya U
yang tidak terlindung dan tidak termasuk dalam
kategori yang disebutkan di atas.

Khusus untuk klasifikasi lingkungan “U”, mutu dan karakteristik beton harus
ditentukan secara khusus agar dapat menjamin keawetan jangka panjang
komponen struktur dalam lingkungan tidak terlindung yang khusus.

S10.02 (4) Metoda Pengukuran

Jumlah batang tulangan yang harus dibayar adalah jumlah berat (kg) batang
tulangan yang dipasang menurut ketentuan Gambar atau perintah tertulis
Konsultan Pengawas Berat dihitung berdasarkan tabel-tabel berikut :

Tabel 10-2-1 Berat Satuan Batang BajaTulangan Polos

Ukuran Batang (Bars) (dia.mm) 6 9


Berat per linier meter dalam kilogram 0,222 0,499

Tabel 10-2-2 Berat Satuan Batang BajaTulangan Berulir

Ukuran Batang D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
(Bars) (diameter.mm)
Berat per liner meter 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31
dalam kilogram

Panjang yang harus diukur dalam menghitung berat material untuk dibayar ini
harus tertera dalam Gambar atau diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas. Penulangan anyaman baja, harus diukur sebagai meter persegi luas
anyaman. Sambungan tambahan yang dilakukan Kontraktor untuk
kepentingan sendiriatau sambungan yang tidak tertera dalam Gambar atau tidak
disetujui Konsultan Pengawas, harus tidak diukur dan dibayar.

Penjepit, tali dan material lain penguat kedudukan batang tulang harus tidak
diukur untuk pembayaran. Batang tulangan yang digunakan pada
pekerjaan pada butir pembayaran dalam Divisi 6, 12 dan 13 (kecuali pondasi
untuk tinag lampu yang tinggi), harus tidak diukur untuk pembayaran menurut
Pasal S.10.02 ini.

S10.02 (5) Dasar Pembayaran

Jumlah batang tulang baja yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar
menurut Harga Satuan Kontrak per kilogram batang yang sudah terpasang dan

RIFKI MUCHNI
II -59
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
diterima. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan
tenaga kerja, peralatan dan material, yang diperlukan untuk pembuatan,
pembengkokan, pembentukan, pemasangan dan jika perlu, pengelasan
batang baja dengan tenaga gas, penyimpanan dan pengangkutan batang baja
tulangan.

S10.03 BETON PRA-TEKAN (PRESTRESSED CONCRETE)

S10.03 (1) Uraian

(a) Umum

Pekerjaan ini meliputi struktur beton pra-tekan dan bagian beton pra-tekan dari
struktur gabungan (composite) yang dibangun sesuai dengan garis, grade,
disain dan ukuran yang tertera dalam Gambar, atau ketentuan Konsultan
Pengawas, dan ketentuan Spesifikasi ini dan lainnya.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan alat-alat sistem pra- tekan
yang harus digunakan, termasuk juga pipa saluran, angkur (anchorage) dan
grout yang digunakan untuk pressure grouting ducts.

Pekerjaan ini meliputi pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, slab,


dan bagian struktural lain dari beton precast yang telah diproses pra- tekan
dengan metoda pre-tensioning atau post-tensioning. Juga meliputi pemasangan
seluruh bagian beton pra-tekan precast.

Untuk beton pra-tekan cast-in-place, istilah “suku” yang digunakan dalam


bagian ini, berarti beton yang tidak diproses pra-tekan.

(b) Definisi-definisi

Post-tensioning adalah metoda pra-tekan beton di mana tulang


ditegangkan setelah beton dituang. Pre-tensioning adalah metoda pra-
tekan beton dimana tulangan ditegangkan sebelum beton dituang.
Tulangan pra-tekan adalah tulangan penguat yang dikenai proses pra-
tekan dengan cara post-tensioning atau pre-tensioning.

S10.03 (2) Material

(a) Umum

Semua material yang harus disediakan dan digunakan, yang tidak tercakup
dalam pasal ini, harus sesuai dengan ketentuan dalam pasal lain yang
berhubungan.

(b) Baja tulangan-umum

i) Tulangan penguat non-pra-tekan harus sesuai dengan Pasal S10.02


atau, bila kualitas pratekan ditentukan dalam Gambar,
RIFKI MUCHNI
II -60
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
harus diselesaikan dengan kebutuhan untuk baja pra-tekan.
ii) Baja pratekan harus kawat baja (wire) berdaya tarik tinggi, batang
(bars) baja berdaya tarik atau untaian kawat (strand) baja berdaya tarik
tinggi.

(c) BajaPra-tegang

i) Kawat baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan tegangannya


(stress relieved) dan harus sesuai dengan ketentuan SNI 07-1155-
1989 atau JIS G3536 atau AASHTO M204-06 “Uncoated Stress
Relieved Wire for Presstressed Concrete”.

ii) Untaian kawat baja berdaya tarik tinggi harus dibebaskan dari patri
(weld free) dan dari tegangannya setelah dihampar, dan harus sesuai
dengan ketentuan SNI 07-1154-1989 atau JIS G3536 atau AASHTO
M203-07 “Uncoated Seven Wire Stress Relieved Strand for Prestressed
Concrete”.

iii) Batang baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan tegangannya


(stress relieved), dan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO
M275-06 atau JIS G3109 atau ASTM A722.

iv) Pengujian - pengujian tulangan pre-tegang harus menurut ketentuan


Spesifikasi AASHTO untuk tipe sistem pra-tekan yang digunakan.
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar, tulangan dan kabel PC
yang digunakan sbb :

Keterangan Diameter Penggunaan


Nominal
(mm)
PC Wire SWPR 1 (tipe C) 7 PC Pile
PC Wire SWPR 1 (tipe B) 8 Diafragma PC Box Girder
PC-7 Wire Strand SWPR T12.4 PC Core Slab
7A (tipe D)
PC 7 Wire Strand SWPR T12.7 PC-I-Girder & U-Girder
7 B (tipe A) dan PC Hollow Slab.
PC 19-Wire Strand SWPR T19.3 Diafragma PC 1-Girder
19 (tipe E)
PC Bar SBPR 80/95 23 Diafragma untuk PC Box
Girder

(d) Angkur(Anchorages)

Semua baja pra-tekan post-tensioning harus dikunci pada ujung-ujungnya


dengan alat angkur (anchoring) tipe permanen.

Semua alat angkur untuk post-tensioning harus bisa menahan baja pra-
tekan dari beban yang memberikan tegangan yang tidak kurang dari 95% daya
tarik minimum baja pra-tekan.

(e) Pipagrouting (ducts)

Semua pipa saluran harus dari bahan logam dan kedap adonan semen

RIFKI MUCHNI
II -61
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(mortar tight). Pipa harus cukup kuat untuk mempertahankan bentuknya
menahan tekanan kerja. Bila ada ketentuan mengenai grouting, lubang udara
dan grout harus dibuat dengan pipa atau alat lainnya, agar semprotan
grout dapat mengisi seluruh rongga sepanjang pipa saluran.

(f) Grout

Material grouting tersusun dari semen portland, air dan adukan muai
(expansive admixture) plus retarder, sesuai dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Air harus dapat diminum (potable). Adukan yang mengandung
klorida atau nitrat tidak boleh digunakan.

Kontraktor harus mengajukan proposal perbandingan campuran untuk disetujui


Konsultan Pengawas.

Yang pertama dimasukkan ke mixer adalah air, lalu disusul semen dan adukan.
Grout harus dicampur/diaduk dalam alat pengaduk mekanik dengan tipe yang
mampu menghasilkan grout yang merata. Grout tidak boleh dilembekkan
kembali dengan air. Sebelum dipompakan, grout harus terus diaduk.

(g) Beton

Beton harus sesuai dengan ketentuan Beton kelas A-1, A-2 atau AA Pasal
S10.01 dari Spesifikasi ini, dan dengan ketentuan di bawah ini, kecuali bila
dinyatakan lain dalam Gambar.

Kontraktor harus membuat rancangan campuran yang kemudian diajukan


untuk disetujui Konsultan Pengawas. Ukuran maksimum agregat yang
harus digunakan untuk membuat beton pra-tekan adalah 2 cm.

S10.03 (3) Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Umum

Kontraktor harus menyediakan seorang teknisi yang harus mengawasi


dalam pemakaian sistem pra-tekan, yang akan mengawasi pekerjaan, dan
memberikan bantuan tertentu kepada Konsultan Pengawas bila diperkirakan
perlu.

Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang diperlukan untuk


pekerjaan konstruksi dan pra-tekan. Pekerjaan pra-tekan harus dikerjakan
dengan peralatan dongkrak yang disetujui. Bila memakai dongkrak hidrolik,
maka harus lengkap dengan meteran penunjuk tekanan. Kombinasi
dongkrak dan meteran harus disesuaikan ukuran dasarnya, dan Kontraktor
harus menyerahkan grafik hubungan kedua alat itu kepada Konsultan
Pengawas. Bila menggunakan dongkrak tipe lain, maka harus lengkap dengan
cincin (ring) penunjuk yang sudah kalibrasi ukurannya (calibrated), untuk
mengetahui kekuatan dongkrakan secara tepat.

Semua ketentuan yang dapat diberlakukan dari Pasal S10.01 (4) “Pelaksanaan
Pekerjaan” harus ditaati, kecuali yang mungkin harus diubah dalam pasal
ini. Beton pra-tekan harus dicetak, ditekan, diberi pengawetan, dan
dilindungi di bengkel, tempat pembuatan, dan lain-lain lokasi yang disetujui
Konsultan Pengawas, dimana pembuatan bagian- bagiannya dapat diperiksa
dan dikontrol.

RIFKI MUCHNI
II -62
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

(b) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

Bila diminta, Kontraktor harus mempersiapkan, memeriksa dan mengarahkan,


kepada Konsultan Pengawas, detail lengkap Gambar Kerja atau Jadwal,
mengenai :

i) Rencana alternatif Kontraktor bila alternatif yang diajukan disetujui.

ii) Detail proposal pabriknya dan pelaksanaannya.

iii) Urutan pekerjaan, dan

iv) Uraian mengenai ukuran dan lain-lain secara lengkap, mengenai


peralatan, sambungan, bearing, dan jangkar (anchorages), yang tidak
ditentukan atau dirinci dalam Dokumen-dokumen Kontrak.

Beton tidak boleh dicetak sebelum Konsultan Pengawas menyetujui Gambar


dari Kontraktor, bila ada, mengenai campuran beton, cetakan, metoda pra-
tekan, metoda penuangan, pengecoran, pengawetan, perlindungan, penanganan
dan pemasangan suku-suku penguat. Setiap alternatif rencana dalam
Dokumen Kontrak harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, sebelum
Pelaksanaan Konstruksi dan pembuatan.

Kontraktor harus memberi tahu Konsultan Pengawas, tidak kurang dari 3 hari
sebelumnya, tanggal dimulainya pembuatan dan tanggal mulai
dilaksanakannya pekerjaan penekanan beton, pencetak unit-unit, dan
pemindahan tekanan.

(c) MenempatkanBajaTulang

Semua unit baja tulangan harus ditempatkan secara tepat menurut


Gambar, dan tetap pada posisinya pada waktu beton dituang dan dikeringkan.
Jarak unit baja tulangan dari cetakan harus dijaga dengan memakai ruji
penopang, balok, tali, hanger, atau penahan lain yang disetujui. Balok penahan
bahu penahan yang bersentuhan dengan cetakan harus terbuat dari balok
pracetak (precast mortar blocks) dengan bentuk dan ukuran yang sudah
disetujui, lapisan-lapisan unit harus dipisahkan dengan balok ini atau alat lain
yang sama baiknya. Balok kayu tidak boleh digunakan.

(d) MetodePretensioning

Elemen-elemen pra-tekan harus tepat posisinya dan ditekan dengan dongkrak.


Penekanan harus sampai menghasilkan tekanan yang dikehendaki pada kawat
atau untaian (strand) baja segera setelah penangkuran (anchorage), sesuai
dengan Gambar atau perintah konsultan Pengawas. Pergeseran dongkrak,
angkur atau pencengkram harus diberi kelonggaran.

Harus ada catatan mengenai kekuatan pendongkrakan dan perpanjangan


(elongations) yang ditimbulkan, serta umur minimum (dalam jam) beton pada
saat tendon dilepas. Beberapa unit dapat dicetak dalam satu barisan kontinyu
dan ditekan sekaligus, tetapi di antara ujung-ujung unit harus dibuat/disisakan
ruang secukupnya untuk pemotongan beton bila kekuatan beton sudah
mencapai yang ditentukan.

RIFKI MUCHNI
II -63
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
Tekanan ikat (bond stress) tidak boleh diberikan kepada beton atau angkur
akhir (end anchors) tidak boleh dilepas sebelum beton mencapai kuat
tekan tidak kurang dari 85% kekuatan umur 28 hari yang telah ditentukan oleh
contoh standar yang dibuat dan diberi pengawetan sama dengan suku- sukunya.
Elemen-elemen pra-tekan harus dipotong atau dilepaskan dengan cara
tertentu sehingga eksentrisitas pra-tekan minimum.

(e) Pengawetan(Curing)

Proses pengawetan uap dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengawetan


air. Alas pengecoran untuk setiap unit yang harus diberi pengawetan harus
ditutup rapat agar uap tidak lari ke luar, dan udara luar tidak masuk.

Dua sampai empat jam setelah penuangan beton dan setelah beton
mencapai tahap kering awal, proses awal pengawetan uap harus
dilakukan. Bila beton diberi campuran pelambat (retardingadmixture),
maka tenggang waktu itu harus ditambah menjadi 4 sampai 6 jam. Metode
pengawetan air harus digunakan sejak beton dituang sampai pengawetan uap
mulai diberikan. Kelembaban uap harus 100% agar kadar air tidak hilang, dan
agar kadar air cukup untuk proses hidrasi pada semen. Pengawetan uap tidak
boleh langsung pada beton.

Selama pemakaian uap, suhu udara sekitar harus naik tidak lebih dari 22C per
jam sampai tercapai suhu maksimum, dan suhu itu harus
dipertahankan sampai beton mencapai kekuatan yang diinginkan. Dalam
menghentikan proses pengawetan uap, suhu udara sekitar tidak boleh lebih
dari 22C per jam sampai tercapai suhu 10C lebih tinggi dari suhu udara
tempat beton harus dibuka. Maksimum suhu pengawetan harus 60C
sampai 67C.

Bila Kontraktor memilih pengawetan dengan metoda khusus yang lain, metoda
dan detail harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.Kecuali ditentukan lain
dan disetujui, pengawetan harus sesuai dengan ketentuan pada Pasal S10.01.

(f) MetodePost-tensioning

Penekanan tulangan pra-tekan (prestressed reinforcement) tidak boleh dimulai


sebelum pengujian silinder beton, yang dibuat dari beton yang sama dengan
suku masing-masing yang harus diberi proses pra-tekan, menunjukkan
bahwa beton sudah mencapai kuat tekan yang ditentukan dalam Gambar atau
petunjuk Konsultan Pengawas.

Setelah semua beton mencapai kekuatan yang dikehendaki, tulangan pra-


tekan (prestressing reinforcement) harus ditekan dengan alat dongkrak
sampai tegangan yang dikehendaki, dan tekanan ini harus dipindahkan ke
angkur (anchorage) akhir.

Beton cast-ini-place tidak boleh diberi post-tensioning sebelum 10 hari


(sekurang-kurangnya) setelah beton terakhir dituang ke dalam suku unit yang
harus diberi Post-tensioning, dan sebelum kekuatan kompresi dari beton yang
sudah dituang itu mencapai tingkat yang ditentukan untuk beton pada saat
ditekan.

Semua cetakan sisi dan dalam untuk girder harus dibongkar sebelum

RIFKI MUCHNI
II -64
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
pelaksanaan post-tensioning. Falsework di bawah slab yang menyangga
struktur utama tidak boleh dilepaskan sebelum jangka waktu minimum 48 jam
setelah proses grouting pada tendon post-tensioning, atau pun sebelum
syarat-syarat lain dalam spesifikasi ini terpenuhi. Falsework penyangga harus
dibangun sedemikian rupa sehingga bagian struktur utama dapat bebas
melepaskan falsework dan mengalami pemendekan pada waktu proses post-
tensioning.

Proses penarikan (tensioning) harus sedemikian rupa agar tekanan yang


diberikan pada perpanjangan elemen pra-tekan dapat diukur setiap waktu.

Harus ada catatan mengenai tekanan (gauge pressure) dan perpanjangan pada
setiap waktu, dan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Gaya dari alat angkur (anchoring devices) harus disebarkan pada beton dengan
alat yang disetujui yang dapat menyebarkan tekanan beban secara efektif pada
beton.

Bila ujung unit yang sudah diberi post-tensioning harus tidak ditutupi beton,
peralatan angkur (anchoring devices) harus dihentikan agar ujung baja pra-
tekan dan semua bagian peralatan angkur berada sekurang- kurangnya 50 mm
ke dalam permukaan akhir dari suku unit, kecuali bila ada penanaman
(embedment) yang lebih besar pada Gambar Rencana. Setelah proses post-
tensioning, ceruk-ceruk harus ditambal dengan beton, dan diberi finishing
sesuai dengan Gambar.

(g) Baja pengikat (Bonding steel)

Baja post-tensioned harus diikat ke beton. Semua baja Pra-tekan yang harus
diikatkan ke beton harus bersih dari kotoran, karat, minyak, atau bahan-bahan
lain yang berbahaya.

Baja pra-tekan harus diikatkan ke beton dengan menambal rongga antara pipa
(ducts) dan tendon dengan adukan grout. Semua pipa (ducts) harus bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya yang dapat merusak ikatan grout atau
mengganggu proses grouting (Pengisian adukan semen).

Semua grout harus disaring dengan kasa berlubang ukuran 1,20 mm


maksimum, sebelum dimasukan ke pompa grouting.

Pipa injeksi grout harus dipasangi katup penutup mekanis. Lubang angin dan
pipa semprotan harus dipasangi katup (klep), sumbat atau alat lain yang
dapat menahan tekanan pompa. Katup (klep dan sumbat itu tidak boleh dilepas
atau dibuka hingga adukan benar-benar terisi dan padat.

(h) Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan

Beton pra-tekan precast tidak boleh dipindahkan dari posisi pencetakan


sebelum mencapai kekuatan kompresi 85% dari kekuatan beton umur 28 hari
yang sudah ditentukan, atau tidak boleh diangkut sebelum mencapai kekuatan
90% dari kekuatan beton umur 28 hari.

Penanganan dan pemindahan beton pra-tekan precast harus hati-hati. Slab dan
girder precast harus diangkut dengan posisi tegak lurus,
RIFKI MUCHNI
II -65
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
tidak boleh ada guncangan pada titik-titik penyanggaan dan arah reaksi
yang berkenaan dengan suku unit harus ditentukan bila suku unit sudah
mencapai posisi final. Bila Kontraktor menganggap lebih baik mengangkut
atau menyimpan unit-unit beton pra-tekan precast dengan posisi lain, maka
resikonya ditanggung sendiri setelah memberitahu Konsultan Pengawas. Unit-
unit yang oleh Konsultan Pengawas dianggap tidak memenuhi standar harus
diganti atas tanggungan biaya Kontraktor sendiri.

(i) Menandai bagian / suku beton pra-tekan precast

Setiap suku beton pra-tekan precast harus ditandai untuk menunjukkan tipe,
tanggal pencetakan/pengecoran dan penguatan.

(j) Menguji bagian / suku beton pra-tekan precast

Bila ada perintah dari Konsultan Pengawas, satu tiang atau lebih harus diuji
beban (loading test). Kontraktor harus meminta persetujuan Konsultan
Pengawas terlebih dahulu, mengenai detail tata cara pengujian. Balok yang
harus diuji pada titik-titik dudukan (bearing), harus diberi penyangga, dan
defleksi naiknya akibat tenaga pra-tekan harus diukur relatif terhadap garis
yang menghubungkan titik-titik itu.

Kemudian beban-beban yang sama harus diberikan kepada titik ketiga


dengan sepuluh kali kenaikan yang sama, yang keseluruhannya diteruskan
selama 5 menit. Kemudian beban dilepas dari tiang itu.

Defleksi rentang tengah (midspan deflection) relatif terhadap garis acuan harus
diukur untuk setiap penambahan beban. Kurva defleksi beban, yang tersusun
dari nilai-nilai pengukuran itu, harus menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang berarti dengan garis lurus. Gambar harus menunjukkan, atau Konsultan
Pengawas harus menentukan, beban-beban yang harus diberikan dan
defleksi-defleksinya yang tidak boleh dilewati.

Balok yang, menurut Konsultan Pengawas, gagal dalam pengujian, harus


ditolak, dan seluruh balok yang dicor dan dicetak dalam baris yang sama
dengan tiang itu juga harus ditolak, kecuali bila diuji sendiri-sendiri atas biaya
Kontraktor, dan ternyata memenuhi syarat.

Kontraktor harus memberikan, kepada Konsultan Pengawas, catatan pengujian


yang berisi tentang tanggal pengujian, beban, defleksi, dan kurva defleksi
beban, nilai “E” dan nilai kekuatan beton, ketika lepas beban, sebagaimana
ditunjukkan dari hasil uji silinder ataupun uji kubus.

Tes/pengujian dilakukan pada unit-unit yang dipilih oleh dan dihadapan


Konsultan Pengawas, setelah ia menyetujui metoda pengujian dan bentuk
pencatatan. Biaya pengujian dan pencatatan sudah termasuk ke dalam
Harga Satuan Kontrak.

RIFKI MUCHNI
II -66
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

S10.03 (4) Metoda Pengukuran

Jumlah beton pra-tekan (I-girder dan U-girder) yang harus diukur untuk
pembayaran adalah jumlah suku/bagian struktur beton pra-tekan precast
disediakan, dipasang ditempat, lengkap dan diterima. Setiap bagian meliputi
beton, tulang penguat dan baja pra-tekan, dan material lain yang
terkandung atau terpasang dalam unit balok atau lempeng (slab).

Suku/bagian beton pratekan cast-in-place dibayar berdasarkan jumlah meter


kubik beton,berat (kg) baja tulangan.

Untuk beton, pengukuran mangacu ke Pasal S10.01, dan untuk baja tulangan
ke Pasal S10.02.

Plat pracetak (concrete plate) dibayar berdasarkan jumlah meter persegi sesuai
dengan Gambar.

Baja pra-tekan yang digunakan pada Butir Pembayaran dalam Spesifikasi ini
harus tidak diukur tersendiri untuk pembayaran dalam Pasal S10.03 ini.

S10.03 (5) Dasar Pembayaran

Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut


Harga Satuan Kontrak untuk nota pembayaran terdaftar di bawah ini, yang
tertera dalam bid schedule. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan dan penempatan seluruh material, termasuk seluruh
tenaga kerja, peralatan, dan kebutuhan insidentil yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan menurut Pasal ini. Pembayaran untuk kabel PC
meliputi pekerjaan penarikan, grouting, angkur (anchorages) dan pipa
grouting (ducts). Harga Satuan untuk I-girder dan U-girder tercakup ke dalam
harga beton, tulangan, kabel PC, pengangkutan dan pemasangan/erection.

Nomor Nama Mata Pembayaran Satuan Pengukuran

10.03(1a) Gelagar PC-Ubentang nominal 35,5m, Buah


H= 1.95m (Tipe RB), penyediaan

10.03(1b) Gelagar PC-U bentang nominal 35,5m, Buah


H= 1.95m (Tipe RB), pemasangan

10.03(2a) Gelagar PC-Ubentang nominal 31,3m, Buah


H= 1.95m (Tipe RC), penyediaan

10.03(2b) Gelagar PC-Ubentang nominal 31,3m, Buah


H= 1.95m (Tipe RC), pemasangan

10.03(3a) Gelagar PC-Ubentang nominal 26,5m, Buah


H= 1.95m (Tipe RD), penyediaan

10.03(3a) Gelagar PC-Ubentang nominal 26,5m, Buah


H= 1.95m (Tipe RD), pemasangan

RIFKI MUCHNI
II -67
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

10.03(4a) Gelagar PC-Ubentang nominal 18,5m, Buah


H= 1.85m (Tipe A), penyediaan

10.03(4b) Gelagar PC-Ubentang nominal 18,5m, Buah


H= 1.85m (Tipe A), pemasangan

10.03(5a) Gelagar PC-Ubentang nominal 23m, Buah


H= 1.85m (Tipe B), penyediaan

10.03(5b) Gelagar PC-Ubentang nominal 23m, Buah


H= 1.85m (Tipe B), pemasangan

10.03(6a) Gelagar PC-Ubentang nominal 26m, Buah


H= 1.85m (Tipe C), penyediaan

10.03(6b) Gelagar PC-Ubentang nominal 26m, Buah


H= 1.85m (Tipe C), pemasangan

10.03(7a) Gelagar PC-Ubentang nominal 28,5m, Buah


H= 1.85m (Tipe D), penyediaan

10.03(7b) Gelagar PC-Ubentang nominal 28,5m, Buah


H= 1.85m (Tipe D), pemasangan

RIFKI MUCHNI
II -68
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

RIFKI MUCHNI
II -69
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

S10.11 BRIDGE BEARINGS

S10.11 (01) Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan bearing shoes dan bearing
pads untuk bangunan atas jembatan, dan lembaran karet untuk RC frame
dan plat injak (approach slabs).

S10.11 (02) Material

(a) Bearing Shoes

Material untuk bearing shoes tipe umum harus memenuhi ketentuan berikut:

JIS G3101 : Baja Gulung untuk struktur umum SS-41 (ASTM A36-91)

JIS G5101 : Baja Karbon Tuang SC-46 (ASTM A27-91)

JIS G5102 : Kuningan Tuang Kuat Tarik Tinggi HBsC3 (ASTM A216-
89)

Kontraktor harus meminta Persetujuan Konsultan Pengawas sebelum


menyediakan bearing shoes.

(b) Bearing Pads

Bearing Pads terdiri lapisan elastometer dan logam, atau elastometer dan kain
direkatkan menjadi satu kesatuan, dan harus memenuhi ketentuan berikut:

Bearing stress : 15 - 50 Kg/cm2

Compression strain : 15 % max

Horizontal/deformation : 50 % max

Bagian elastomer yang merupakan senyawa elastomer haruslah 100 persen


karet alam yang memenuhi ketentuan Kolom A atau 100 persen chloroprene
asli yang memenuhi ketentuan Kolom B dari Tabel 10-11-1.

Laminasi haruslah lembaran baja ringan rol yang tertanam dengan tebal
minimum elastomer sebesar 3,2 mm.
Sebelum pengadaan bridge bearing Kontraktor harus mengajukan, bersama-
sama dengan contoh, kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuan sertifikat
pabrik yang menyatakan bahwa bridge bearing tersebut memenuhi ketentuan
dari spesifikasi.

Sampel yang dipilih secara acak hingga 5 unit harus diambil dari setiap 100
unit dan diuji untuk mengkonfirmasi apakah memenuhi ketentuan
spesifikasi.

Tabel 10-11-1 Sifat-sifat Elastomer

RIFKI MUCHNI
II -70
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

(c) Rubber Sheet

Material untuk rubber sheet adalah karet sintetis chloroprene atau styrene -
butadiene.
Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pabrik, untuk disetujui
Konsultan Pengawas sebelum menyediakan lembaran karet.

S10.11 (3) Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Bearing Shoes

i) Bearing shoes umumnya harus dipasang tepat pada posisi yang


ditentukan, sebelum pelaksanaan pekerjaan bagian bangunan atas
jembatan dilakukan. Pekerjaan pemasangan ini harus dikerjakan hati-
hati dengan adukan mortar khusus yang tidak susut (non-shrink mortar)
sehingga alas bearing shoes melekat pada bagian atas pier atau abutment
secara kokoh.

Bila Konsultan Pengawas memberikan persetujuan dan bearing


shoes dipasang setelah pelaksanaan bangunan atas jembatan, adonan anti
susut harus disebar di bawah alas bearing shoes, dan kemudian
dilekatkan pada bagian atas bangunan bawah jembatan
(substructure).

ii) Memasang baut angkur - pemasangan baut angkur sesuai ketentuan


Pasal S10.01 (4) (f) (xi).

RIFKI MUCHNI
II -71
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(b) Bearing Pads

Bearing pads harus dipasang tepat pada tempatnya sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas atau ketentuan dalam Gambar.

Bila dipasang diatas lapisan tipis adukan semen (mortar), adukan itu harus
diberi pengawet dan harus sudah mencapai kekuatan yang cukup sebelum
balok jembatan diletakkan.

Bearing pads harus dijaga tetap pada posisinya selama penempatan belok
jembatan. Bila balok jembatan telah terpasang, bearing pads dan daerah
sekitarnya harus dibersihkan.

(c) Rubber Sheet

Lembaran karet harus dipasang pada Mesnager hinge (concrete hinge) slab
jembatan menerus pada ujung RC frame dan approach slab yang berdekatan
sebagaimana nampak pada Gambar atau atas petunjuk Konsultan Pengawas.

S10.11 (4) Metoda Pengukuran

(a) Bearing Shoes

Kuantitas bearing shoes akan diukur berdasarakan jumlah dari tiap jemis yang
lengkap dan diterima.

Klasifikasi bearing shoes haruslah sebagai berikut:

Tipe Beban Rancangan (P)

Tipe A; 125 ton (Movable Bearing)

Tipe B; 150 ton (Movable Bearing)

Tipe C; 175 ton (Movable Bearing)

Tipe D; 275 ton (Movable Bearing)

Tipe E; 450 ton (Movable Bearing)

Tipe F; 450 ton (Fixed Bearing)

Tipe G; 162 ton (Movable Bearing)


Tipe H; 175 ton (Fixed Bearing)

Tipe I; 200 ton (Movable Bearing)

Tipe J; 300 ton (Movable Bearing)

Tipe K; 300 ton (Fixed Bearing)

Tipe L; 350 ton (Fixed Bearing)

RIFKI MUCHNI
II -72
1511051021
Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang
(b) Bearing Pads

Kuantitasbearing padsakan diukur berdasarkan jumlah dari tiap jenis yang


lengkap di tempat sesuai dengan Gambar

(c) Rubber Sheet

Kuantitas rubber sheet harus diukur berdasarkan jumlah dalam mjeter


persegi yang lengkap di tempat dan diterima.

Klasifikasi bearing padsharuslah sebagai berikut :

Beban Deformasi Geser yang


Tipe
Rancangan diijinkan
Tipe A; 60 ton 20 mm
Tipe B; 70 ton 20 mm
Tipe C; 70 ton 22 mm
Tipe D; 85 ton 22 mm
Tipe E; 110 ton 22 mm
Tipe F; 70 ton 25 mm
Tipe G; 95 ton 25 mm
Tipe H; 110 ton 25 mm
Tipe I; 150 ton 25 mm
Tipe J; 125 ton 29 mm
Tipe K-1; 35 ton 15 mm
Tipe K-2; 35 ton 15 mm

S10.11 (5) Dasar Pembayaran

Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan,
pembuatan, pengangkutan, pengecatan dan pemakaian segala material,
termasuk tenaga kerja, peralatan, dan kebutuhan-kebutuhan insidental lainnya.
Detail asesori seperti tertera dalam Gambar, dan mencakup batang angkur dan
penutupnya, baja tulangan, dan lain-lain.

Nomor Nama Mata Pembayaran Satuan


Penguk
10.11(1) Elastomeric Bearing Pad 460 x 550 x 75 (Mov.)
Buran
10.11(2) Elastomeric Bearing Pad 450 x 520 x 75 (Mov.) u Buah
a
10.11(3) Elastomeric Bearing Pad 420 x 500 x 75 (Mov.) h Buah

10.11(4) Elastomeric Bearing Pad 400 x 450 x 75 (Mov.) Buah

10.11(5) Elastomeric Bearing Pad 460 x 550 x 49 (Fix) Buah

10.11(6) Elastomeric Bearing Pad 450 x 520 x 49 (Fix) Buah

10.11(24) Elastomeric
Elastomeric Bearing
Bearing Pad
Pad untukPC
420 x 500Void
x 49 100
(Fix)Buah Buah
x 500 x 38(Move)
10.11(7)
10.11(25) Rubber Bearing Sheet 200 x 200 x 20 Buah
RIFKI MUCHNI
II -73
1511051021
10.11(26) Rubber Bearing Sheet 250x25 Meter Panjang

10.11(27) Anchor Bar dengan Perlengkapannya Kg


Laporan Pra Proyek
Pembangunan Jembatan STA 34 + 675 Jalan Tol Pandaan-Malang

10.11(8) Elastomeric Bearing Pad 400 x 450 x 49 (Fix) Buah

10.11(9) Elastomeric Bearing Pad 450 x 550 x 83 (Mov.) Buah

10.11(10) Elastomeric Bearing Pad 600 x 600 x 83 (Mov.) Buah

10.11(11) Elastomeric Bearing Pad 400 x 450 x 83 (Mov.) Buah

10.11(12) Elastomeric Bearing Pad 700 x 750 x 48 (Fix) Buah

10.11(13) Elastomeric Bearing Pad 850 x 850 x 52 (Fix) Buah

10.11(14) Elastomeric Bearing Pad 650 x 650 x 52 (Fix) Buah

10.11(15) Elastomeric Bearing Pad 300 x 350 x 36 (Mov.) Buah

10.11(16) Elastomeric Bearing Pad 350 x 400 x 40 (Mov.) Buah

10.11(17) Elastomeric Bearing Pad 450 x 500 x 60 (Mov.) Buah

10.11(18) Elastomeric Bearing Pad 300 x 350 x 36 (Fix.) Buah

10.11(19) Elastomeric Bearing Pad 350 x 400 x 40 (Fix.) Buah

10.11(20) Elastomeric Bearing Pad 450 x 500 x 60 (Fix.) Buah

10.11(21) Elastomeric Bearing Pad 350 x 400 x 52 (Mov.) Buah

10.11(22) Elastomeric Bearing Pad 350 x 400 x 52 (Fix.) Buah

10.11(22a) Elastomeric Bearing Pad 450 x 400 x 52 (Mov.) Buah

10.11(22b) Elastomeric Bearing Pad 450 x 400 x 52 (Fix.) Buah

10.11(23) Elastomeric Bearing PaduntukPC Void 100 x 500 x 29 (Fix) Buah

10.11(42) Elastomeric Bearing Shoe untuk Gelajar Baja 4.700kN (Fix) Buah
10.11(43) Elastomeric Bearing Shoe untuk Gelajar Baja 4.700kN (Move) Buah
10.11(44) Pot Bearing,1900/220/80 kN Buah

RIFKI MUCHNI
II -74
1511051021

Anda mungkin juga menyukai