Anda di halaman 1dari 8

METODE PELAKSANAAN

PENINGKATAN JALAN BENDANPETE - BUARAN

Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian mekanisme kegiatan atau pekerjaan yg


rumit, berlapis-lapis, dan saling tergantung sama lain. Selain itu pekerjaanya sangat terurai, terbagi-
bagi dan terpisah-pisah sesuai karakteristik dan profesi pekerjanya. Sehingga untuk mewujudkan
keterpaduan dan integritas keseluruhan kegiatan serta pekerjaan hingga menghasilkan suatu
bangunan, mutlak diperlukan upaya-upaya koordinasi dan pengendalian melalui cara-cara yang
sitematis.
Agar pelaksanaan konstruksi berhasil dengan baik diperlukan sistem koordinasi serta
pengendalian yang searah, perlu diperhatikan banwa tujuan, sasaran dan teknik-teknik pelaksanaan
setiap pekerjaan hendaknya dilaksanakan secara terperinci. Sehinnga secara lengkap dapat dipakai
untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. Setiap
pekerjaan tentu memerlikan rencana kerja, jadwal waktu kegiatan, dan rencana anggaran yang
realistis. Kemudian juga diperlukan kejelasan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab
diantara satuan semua organisasi dan individu yang terlibat didalam proses konstruksi untuk berbagai
strata jabatan. Sehingga pelaksanaan selesai sesuai dengan harapan.

I PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Terdiri atas pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi, pembuatan papan nama proyek, brak kerja/
direksikeet yang di tempatkan pada tempat yang strategis yang tidak mengganggu jalannya
pekerjaan.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam proyek adalah
mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di
lapangan, dan bahan-bahan material yang diperlukan sesuai mutu dan kebutuhan ditempatkan di
tempat tempat yang aman dan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selain pekerja-
pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas lapangan baik
dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.
c. Koordinasi dengan masyarakat sekitar proyek dengan direksi untuk memberikan informasi akan
dimualainya pekerjaan serta memberikan penjelasan tentang maksud dan manfaat dari pekerjaan
yang akan dikerjakan, serta mendapatkan dukungan, kesepakatan dan izin.
d. Mobilisasi bahan material dilaksanakan sejak penerbitan SPMK dengan meminta persetujuan
direksi.
II. PEKERJAAN UTAMA
3.1.(8) GALIAN PERKERASAN BERBUTIR

Pekerjaan galian perkerasan berbutir untuk Peningkatan Jalan Bendanpete – Buaran hanya dilakukan
pada titik oprit atau leveling jalan lama menuju jalan baru yaitu Jalan Bendanpete – Buaran
Tahapan pekerjaan galian perkerasan berbutir adalah sebagai berikut :
Pekerjaan Persiapan
 Mempersiapkan alat bantu kerja  , baik peralatan yang digunakan secara manual (termasuk alat
ukur dan alat pelindung diri) atau peralatan bermesin (jack hammer) yang perlu digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan galian.
 Lakukan pemeriksaan pada kondisi lingkungan di sekitar lokasi penggalian mengenai
kemungkinan adanya jaringan pipa, kabel, dan kemungkinan adanya lokasi-lokasi yang
memerlukan penanganan khusus
 Menentukan daerah atau batas pekerjaan galian yang akan dikerjakan

Pelaksanaan
 Tanah digali menggunakan alat jack hammer dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar
kerja atau petunjuk direksi pekerjaan.
 Rapikan dasar permukaan jalan yang hendak dilakukan perkerjaan beton
 Pasang rambu peringatan dan barikade di sekitar lokasi pekerjaan agar tidak membahayakan para
pengguna jalan 

Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan lapisan atas tanah ini harus
dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3.2.(2A) TIMBUNAN PILIHAN DARI SUMBER GALIAN


Persiapan Pekerjaan
 Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan, personil kerja
dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum
pekerjaan dimulai.
 Mengajukan permohonan penggunaan material kepada Direksi.
 Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya
pelaksanaan pekerjaan

Uraian Pengerjaan
 Melakukan persiapan lokasi pekerjaan berupa : pengukuran dan pemasangan marking pada area
pekerjaan, pembersihan lokasi pekerjaan, dimana harus bebas dari material organik dan anorganik.
 Melakukan request material dan pekerjaan kepada direksi, konsultan dan pengawas.
 Memuat material timbunan pilihan dari sumber galian pada lokasi galian
 Timbunan dihampar ke bahu jalan dalam pekerjaan ini
 Perapihan hasil pekerjaan, setiap material sisa diangkut utuk dibuang pada area yang telah ditentukan.

4.2.(1) LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A


Persiapan :
 Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium atau di UMPKL Dinas Pekerjaan
Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis material diambil dari
sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh material (batu, abu batu, pasir)
dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan konsultan Pengawas.
 Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium Kontraktor
itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
 Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu dilaksanakan
segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
 Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material (mengacu JMF), tebal
hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui faktor gembur), kadar
air optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai spesifikasi
teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji
kepadatan (Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji
CBR Lapangan (DCP).
 Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.
Pelaksanaan :
 Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan komposisi
berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap maksimal ≤ 50 m3
agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan peralatan excavator dan Wheel Loader.
 Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel Loader,
jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil percobaan
pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
 Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan pelaksanaan,
dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan
peralatan sesuai keperluan lapangan. Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air,
sehingga akan dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan dilaksanakan. Dimensi dan
kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
 Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari bagian yang
rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil
percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan yang disyaratkan.
 Pengujian dan pengukuran :
 Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di laboratorium), uji kepadatan (sand cone di lapangan), uji CBR
Lapangan (DCP).
 Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual), kelandaian
(menggunakan pesawat waterpass atau theodolit) dan kerataan permukaan (menggunakan mistar
ukur).
5.3.(3) LAPIS PONDASI BAWAH BETON KURUS (FC' 10 MPA)
Tahap pelaksanaan

 Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat kasar dan air)

 Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran dilakukan menggunakan concerete pan mixer.

 Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke dalam cetakan yang sudah disiapkan
pada lapangan

 Diratakan perlahan-lahan sampai rata karena Lapis pondasi bawah atau B 0 merupakan tumpuan dari
langkah kerja selanjutnnya pada pekerjaan beton FC 20 Mpa

7.1 (7) BETON MUTU SEDANG FC’20 MPA (Oprit Jalan Beton)
1. Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat kasar dan air)
2. Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran dilakukan menggunakan concerete pan
mixer
3. Bersihkan lokasi yang sudah dilakukan galian perkersan berbulir, selanjutnya pasang,
bekisting
4. Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke dalam cetakan.
5. Padatkan adukan beton secara merata menggunakan Concerete Vibrator.
6. Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan menggunakan Towel dan
dilanjutkan menggunakan mistar lurus sampai permukaan menjadi rata dan halus.
7. Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton menggunakan karung basah.
8. Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting dibongkar.
5.3.(1) PERKERASAN BETON SEMEN

Bahan :
 Semen
 Pasir Beton
 Agregat Kasar
 Kayu Perancah
 Paku
 Besi yang dibutuhkan sesuai RAB
Alat :
 Con Pan. Mixer
 Truck Mixer
 Water Tanker
 Alat Bantu
Adapun Pelaksanaan Pekerjaanya Sebagai Berikut :
Bila tidak ditentukan lain, adukan beton harus dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton atau ready
mix. Penentuan jenis dan ukuran beton molen harus sepengetahuan Direksi. Permukaan bagian dalam molen
harus selalu bersih, tidak diperbolehkan ada kerak - kerak beton sisa adukan yang dibuat
sebelumnya.
Campuran Adukan Beton
Campuran adukan beton harus dibuat sesuai dengan Rencana Campuran Beton yang sesuai dengan RKS.
Sehubungan dengan hal itu, jumlah PC, bahan - bahan adukan dan air untuk membuat adukan beton harus ditakar
dengan alat - alat penakar yang tertera dalam RKS.
Waktu Pengadukan
 Lamanya waktu yang digunakan untuk mengaduk semua campuran beton adalah paling sedikit 1
 1/2 menit untuk 1 m3 beton dihitung dari saat sesudah semua bahan kecuali air, dimasukkan ke
dalam molen.
 Lamanya waktu pengadukan harus ditambah bila kapasitas mesin lebih besar dari l m3. Contoh :
untuk 2 m3, waktu pengadukan adalah : 1 1/2 menit + 1 menit = 2 1/2 menit dan seterusnya.
Kekentalan Adukan Beton
 Kekentalan adukan beton harus diperiksa, sesuai dengan (SKSNI T15-1990-03).
 Pemeriksaan kekentalan ini harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas.
 Untuk memenuhi persyaratan kekentalan adukan beton ini, jumlah air yang digunakan dapat
dirubah, disesuaikan perubahan keadaan cuaca atau kelembapan bahan - bahan adukan.
Pengecoran Beton
 Pelaksanaan pengecoran beton harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas.
 Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bila keadaan cuaca buruk.
 Adukan beton yang tidak memenuhi syarat tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari
tempat pekerjaan.
 Pada waktu pengecoran, adukan beton tidak boleh dijatuhkan tinggi jatuh lebih dari 1,5 m. Bila
tinggi jatuh adukan beton lebih dari 1,5 m maka kerikil akan terpisah dari adukan dan akan
membentuk sarang - sarang kerikil yang berongga.
 Untuk pengecoran yang dalam/tinggi, dapat menggunakan saluran vertikal dan/ atau corong
yang licin agar adukan beton yang melaluinya tetap homogen.

Gambar. Proses Pengecoran Dengan Menggunakan Corong Dengan Ketinggian Sesuai


 Pengecoran harus dilakukan dengan merata, adukan beton yang telah dicorkan, tidak boleh
didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah datar.
 Bagian struktur yang pengecorannya harus dilakukan lapis demi lapis, tiap lapis harus
mempunyai tinggi yang merat/seragam dan tidak melebihi 100 cm, harus dihindarkan
terjadinya lapisan, yang tingginya tidak seragam dan berbentuk miring. Pengecoran lapisan
yang berikutnya harus dilakukan pada waktu lapisan sebelumnya masih lunak. Pemakaian
conveyor belt untuk mengangkut adukan beton harus seijin Direksi.
 Dalam cuaca panas, Rekanan harus melakukan langkah – langkah pengamanan agar adukan
beton tidak terlalu cepat mengering, misalnya dengan cara melindunginya dari panas matahari
secara langsung.
 Adukan beton yang telah dicor ke dalam bekisting, harus digetarkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator) agar diperoleh beton yang padat dan homogen serta tidak terjadi sarang -
sarang kerikil.

Gambar. Proses menggunakan alat penggetar (vibrator)

 Pada waktu digunakan, jarum penggetar tidak boleh menyentuh bekisting atau besi tulangan.
 Pencelupan jarum penggetar kedalam adukan beton tidak boleh terlalu lama sebab bisa
mengakibatkan pemisahan unsur – unsur adukan beton.
 Ukuran diameter jarum penggetar yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan/dimensi
bagian yang harus dicor.

Pembentukan Tekstur Permukaan

Gambar. Tekstur Permukaan Beton

 Setelah dipadatkan, permukaan beton semen harus diratakan


 Beton yang masih plastis diberi tekstur permukaan dengan mendirikan burlap, penyikatan
dengan kawat dan pembuatan alur
 Menyikat melintang, cocok untuk lalulintas sedang atau tinggi, dapat dikerjakan secara manual
atau mekanis, penyikatan dilakukan secara melintang dan kedalaman tekstur ± 1,5 mm
 Perawatan Selama Proses Pengerasan Beton
 Beton yang telah dicor harus dijaga tetap basah sekurang - kurangnya selama 14 (empat belas)
hari setelah dicor, dengan cara disirami air, atau ditutup dengan karung goni yang dibasahi atau
dengan cara lain yang dapat dibenarkan.
 Air tidak diperbolehkan mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan
aliran yang bisa merusak permukaan beton tersebut.
 Sama sekali tidak diijinkan menaburkan semen kering dan pasir di permukaan beton yang
masih basah.
Perlindungan Dari Air Hujan/Perawatan Beton

Gambar. Perawatan Jalan Beton

 Lembaran plastik dan baja sisi acuan atau papan kayu harus tersedia setiap saat untuk
melindungi permukaan dan sisi perkerasan beton yang baru dihampar, bila terjadi hujan
 Bila hujan menerpa perkerasan beton yang baru dihampar belum mengeras, tutup permukaan
dengan lembaran plastik
 Tambahan air pada permukaan perkerasan akan menaikkan rasio air semen yang berpotensi
mengurangi durabilitas
Pembukaan Bekisting
 Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi/ Pengawas, dalam keadaan normal bekisting pelat hanya
boleh dibongkar setelah beton berumur 28 hari.
 Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan tenaga statis tanpa getaran, goncangan atau
pukulan yang bisa merusak beton.
III PEMELIHARAAN

Setelah pekerjaan selesai sampai dengan dilaksanakannya serah terima pertama ( PHO ) kami
masih berkewajiban melakukan perawatan menjaga kondisi fisik jalan dan bangunan lainnya supaya
tetap dalam kondisi baik selama waktu yang ditentukan oleh pengguna barang / jasa ( 180 hari kalender
) sampai dengan penyerahan akhir / kedua ( FHO ).
Adapun pasca pelaksanaan untuk paket pekerjaan ini, adalah sebagai berikut :
1. Penyedia Jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga pada saat PHO sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan kondisi bangunan / hasil
pekerjaan tetap seperti semula pada saat dilakukan serah terima pekerjaan selesai pertama.
2. Langkah – langkah yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa adalah :
a. Menyediakan personil / struktur organisasi untuk melaksanakan pemeliharaan sesuai waktu
yang ada di dalam kontrak.
b. Memantau secara periodik dilakukan bersama – sama antara petugas Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa minimal 1 ( satu ) kali setiap bulan.
c. Membuat Berita Acara hasil peninjauan bersama dan membuat laporan secara periodik.
d. Membuat dokumentasi hasil peninjauan / inspeksi.
e. Dalam hal terjadi kerusakan, Penyedia Jasa harus segera melakukan perbaikan dan
diabadikan dengan foto dokumentasi meliputi : letak kerusakan, masa perbaikan dan setelah
selesai perbaikan serta disusun sedemikian rupa sebagai laporan periodik.
f. Segala biaya yang timbul pada masa pemeliharaan menjadi Tanggung jawab Penyedia Jasa.

Semua hasil kegiatan pada masa pemeliharaan wajib diketahui / ditandatangani bersama dan
merupakan bahan untuk penyerahan akhir pekerjaan ( FHO ).

Jepara, 24 Mei 2019


CV. SUMBER JAYA

A N S O R I , SH
Direktur

Anda mungkin juga menyukai