Anda di halaman 1dari 15

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1 PRAKTIKUM BETON

4.1.1 PEMERIKSAAN SLUMP

4.1.1.1 Tujuan
Dengan pratikum ini diharapkan dapat menentukan kekentalan adukan
beton dan pada akhirnya dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanan penentuan slump beton.
2. Membuktikan hasil penentuan slump beton dalam pembuatan rancangan
adukan beton, sehingga jika ada ketidaksesuaian dengan kenyataan yang
sebenarnya maka kadar air bebas dengan segera dapat diubah sesuai
dengan slump yang diijinkan.
3. Trampil dalam menggunakan peralatan yang diperlukan.
4. Trampil dalam menggunakan peralatan yang diperlukan.

4.1.1.2 Peralatan dan Bahan.

1. Peralatan
a. Alat slump, lengkap dengan plat dasar ukuran kerucut terpancung.
b. Tongkat pemadat, terbuat dari baja dengan  16 mm, panjang 60
cm, salah satu ujungnya berbentuk bulat.
c. Sendok spesi.
d. Ember.

2. Bahan
Beton untuk contoh uji diambil langsung dari mesin pengaduk dengan
menggunakan peralatan yang tidak menyerap air, misalnya ember.
Kemudian diaduk lagi sebelum dimasukkan ke cetakan.

4.1.1.3 Prosedur Pelaksanaan


1. Basahi cetakan dan plat slump dengan lap basah.
2. Letakkan cetakan di atas plat slump.
3. Masukkan adukan beton ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira
sama tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan menusuk-nusuk tongkat
pemadat masing-masing lapisan 25 kali.
4. Ratakan permukaan adukan beton dan biarkan selama 30 detik. Selama
waktu menunggu ini cetakan dan plat slump di bersihkan dari adukan
beton yang berjatuhan.

IV - 1
5. Angkat cetakan perlahan-lahan. Dalam pengangkatan, posis cetakan
harus dijaga tetap dalam keadaan vertikal.
6. Ukur penurunan dari adukan beton (slump).
Pengukuran dilakukan pada 4 titik, yang nilai penurunan diambil harga
rata-ratanya.

Catatan :
 Penentuan slump beton biasanya dilakukan 2 kali pemeriksan dengan
adukan yang sama dan dilaporkan hasilnya dengan mengambil nilai rata-
rata dari ketinggian yang berbeda (lihat gambar)

 Nilai slump dilaporkan dalam satuan cm.


 Jika terjadi shear slump maka pemeriksaan harus diulang kembali.

4.1.2 PEMERIKSAAN BOBOT ISI

4.1.2.1 Tujuan
Secara umum pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bobot isi dari
beton yang dibuat, dan pada akhirnya dapat untuk :
1. Membuktikan kebenaran hasil rancangan pehitungan bobot isi beton
sesuai dengan kenyataan, sekaligus mengoreksinya jika tidak tepat.
2. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi beton.
3. Terampil dalam menggunakan peralatan yang dipakai.

4.1.2.2 Peralatan dan Bahan


1. Peralatan.
a. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
b. Tongkat pemadat yang terbuat dari baja tahan karat, dengan
diameter 16 mm dan panjang 60 cm yang ujungnya bulat.
c. Ruskam.
d. Takaran.

IV - 2
Tabel Penggunaan Takaran
No Ukuran agregat maksimum Kapasitas takaran
. (mm) (liter)
1. 25 6
2. 37,5 10
3. 50 14
4. 75 28

2. Bahan.
Adukan beton untuk benda uji diambil langsung dari mesin pengaduk
dengan menggunakan bahan yang tidak menyerap air. Bila perlu, adukan
beton diaduk lagi sebelum dimasukkan ke dalam takaran.

4.1.2.3 Prosedur Pelaksanaan.


1. Timbang berat takaran (A kg);
2. Masukkan adukan beton ke dalam takaran, dalam 3 lapis. Tiap-tiap lapis
dipadatkan dengan menusuk beton menggunakan tongkat penusuk
sebanyak 25 kali secara merata. Dalam penusukan, tongkat hanya
diperbolehkan masuk sampai  2,5 cm di bawah lapisan beton;
3. Sisi takaran diketuk-ketuk dengan perlahan-lahan sampai tidak terlihat
gelembung udara pada permukaan beton serta rongga-rongga bekas
tusukan tertutup;
4. Ratakan permukaan bidang beton;
5. Timbang berat takaran berikut beton (B kg);
6. Hitung berat isi beton.

4.1.2.4 Perhitungan.
W
Bobot Isi Beton ( D )=
V
Keterangan :
W : Berat adukan beton = (B – A) kg
V : Volume takaran.

Contoh perhitungan :
Berat beton = 23,5 kg
Volume takaran = 10 liter
23,5 kg
Bobot Isi Beton ( D )= = 2,35 kg/liter
10 liter

IV - 3
Catatan :
1. Percobaan ini dilakukan minimal 2 kali. Nilai berat isi beton diambil
berdasarkan harga rata-rata.
2. Untuk takaran 28 liter, penusukan pada tiap-tiap lapisan dilakukan
sebanyak 50 kali secara merata.

4.1.3 PEMERIKSAAN KANDUNGAN UDARA

4.1.3.1 Tujuan.
Dengan pemeriksaan ini diharapkan dapat mengetahui kadar udara yang
terkandung di dalam beton segar, diharapkan juga :
1. Mengontrol hasil pemeriksaan dengan rancangan perhitungan
sebelumnya.
2. Dapat menerangkan prosedur pemeriksaan kadar udara di dalam beton.

4.1.3.2 Peralatan dan Bahan.


1. Peralatan
a. Air meter, lengkap dengan tongkat pemadat dari baja  16 mm,
panjang 60 cm.
b. Pipet yang terbuat dari karet.

2. Bahan
Adukan beton yang dipakai untuk keperluan penentuan kadar udara di
dalam beton diambil langsung dari mesin pengaduk denagn
menggunakan bahan yang tidak menyerap air, kemudian adukan beton
diaduk kembali sebelum dilakukan pemeriksaan kadar udaranya.

4.1.3.3 Prosedur Pelaksanaan.


1. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
2. Bersihkan alat air meter dari kotoran yang menempel di dalamnya.
3. Isi bejana air meter dengan adukan beton dalam 3 lapisan, setiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi bejana, pada masing-masing lapisan dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata.
4. Ketuk-ketuk bejana air meter pada lantai yang dilapisi kain hingga
permukaan adukan beton mengkilat oleh air semen.
5. Ratakan permukaan adukan beton dan bersihkan bejana dari kelebihan
adukan beton yang masih melekat.
6. Letakkan penutup bejan dan kencangkan klam penutupnya.
7. Pompa “hand pump” hingga jarum penunjuk pada manometer melewati
garis yang telah ditentukan yaitu “Initial pressure line” yang berwarna
merah.

IV - 4
Perhatian:
Jika pemeriksaan kadar udara menggunakan air, maka prosedur sebagai
berikut:
a. Buka keran pada air bleeder di bagian penutup bejana.
b. Masukkan air ke dalam bejana melaului “pet cloek” hingga air
keluar dari bleeder valve.
c. Tutup seluruh keran (valve) pada bagian penutup bejan.
d. Pompa “hand pump” hingga jarum penunjuk pada manometer
melewati garis yang telah ditentukan yaitu “Initial pressure line”
yang berwarna hitam.
8. Tunggu kira-kira 5 detik, buka keran (valve) pressure adjusting hingga
jarum penunjuk tepat pada garis “Initial pressure line”.
9. Tekan gagang keran ke bawah.
10. Baca penurunan jarum penunjuk setelah gagang keran ditekan ke bawah,
angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk itu adalah kadar udara
dalam beton dalam %.
Misal: kadar udara dalam beton = 4%.

Catatan :
1. Pemeriksaan kadar udara dalam beton paling sedikit dilakukan dua kali
percobaan. Harga rata-rata hasil pemeriksaan/pembacaan merupakan
hasil akhir.
2. Dalam pemeriksaan ini, koreksi udara dalam agregat diabaikan (karena
nilainya kecil sekali).

4.1.4 PEMERIKSAAN WAKTU PENGIKATAN BETON

4.1.4.1 Tujuan
1. Menentukan waktu pengikatan awal beton dengan cara penetrasi .
2. Menentukan waktu pengikatan akhir beton dengan penetrasi.

4.1.4.2 Peralatan dan Bahan


1. Peralatan :
a. Ayakan no.4 ( 4,75 mm )
b. Cawan
c. Sendok spesi
d. Sarung tangan karet
e. Tongkat pemadat
f. Pipet
g. Penetratometer
h. Cetakan beton 15x15x15 cm .

IV - 5
2. Bahan :
a. Agregat halus
b. Agregat kasar
c. Semen portland
d. Air

4.1.4.3 Prosedur Pelaksanaan

Pembuatan benda uji


1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan . Cetakan lebih dulu dilapisi
dengan oli
2. Ambil adukan beton dan diayak dengan saringan no.4 (4,75 mm). Dan
hasil ayakan ditampung dalam cawan sebanyak yang dibutuhkan.
3. Masukkan adukan beton kedalam cetakan , kemudian dirojok – rojok
dengan tamping rod secara merata . Satu kali tusukan setiap 624 mm²
luas permukaan beton. Ketika mengisi kedalam cetakan , cetakan
dipukul – pukul sehingga udara yang tersekap keluar.
4. Ratakan permukaan beton pada cetakan kubus tersebut.
5. Biarkan adukan tersebut beberapa saat hingga terjadi genangan air pada
permukaan.
6. Ambil air yang tergenang tersebut dengan menggunakan pipet sampai
permukaan menunjukkan air tidak ada lagi.
7. Letakkan cetakan dalam ruang lembab selama 30 menit.

Pengukuran Penetrasi
1. Tekan penetrometer pada bagian permukaan benda uji sedalam 25 mm
( batasnya terdapat pada alat ) dalam waktu 10 detik.
2. Ulangi terus penekanan dengan interval waktu 30 menit kemudian
dibaca harga yang diperoleh . Jika sudah mendekati angka 500 psi maka
jarak interval waktu menjadi 15 , 10 dan 5 menit agar diperoleh hasil
yang akurat. Kemudian hasil dari penekanan tersebut diinterpolasi
sehingga akan didapatkan waktu pengikatan, yaitu pada bacaan
penetrometer menunjukkan angka 500 psi.

Catatan
1. Jarak bersih antara 2 titik penekanan adalah 13 mm.
2. Jarak bersih antara cetakan dengan titik penekanan 25 mm.
3. Untuk menentukan waktu pengikatan akhir , lanjutkan penekanan pada
waktu 30 dan 10 menit sehingga dicapai pembacaan 4000 psi atau 27,6
N/mm².

IV - 6
4.1.5 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON

4.1.5.1 Tujuan.
Diharapkan dapat membuat beton sesuai dengan rancangan beton yang
diinginkan, disamping itu juga dapat:
1. Menerangkan prosedur pemeriksaan kuat tekan beton.
2. Mengaduk beton secara masinal.
3. Membuat benda uji untuk pemeriksaan beton.
4. Melakukan proses pematangan (curing) dari benda uji.

4.1.5.2 Perlatan dan Bahan.


1. Peralatan.
a. Meisn penekan.
b. Meja penggetar.
c. Cetakan benda uji.
d. Tongkat pemadat yang terbuat dari baja dengan diameter 16 mm
dan panjangnya 60 cm yang salah satu ujungnya dibulatkan.
e. Mistar baja.
f. Timbangan dengan kapasitas 20 kg.
2. Bahan.
Adukan beton yang akan digunakan untuk benda uji diambil langsung
dari mesin pengaduk beton dengan memakai peralatan yang tidak
menyerap air. Adukan beton tersebut harus diaduk lagi sebelum
diisikan ke dalam cetakan.

4.1.5.3 Prosedur Pelaksanaan.


1. Pembuatan benda uji.
a. Isi cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, setiap lapis diisi
kira-kira 1/3 isi cetakan dan tiap lapis dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali secara merata. Jika pemadatan dilakukan
dengan vibrator (penggetar) baik itu internal vibrator ataupun meja
getar, maka pengisian adukan beton ke dalam cetakan dapat
dilakukan sekaligus. Penggetaran dihentikan jika permukaan adukan
beton telah tampak mengkilat.
b. Kemudian ratakan permukaan beton.
c. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada
tempat yang bebas getaran.
d. Setelah waktu 24 jam, bukalah cetakan benda uji lalu keluarkan
benda uji.
e. Rendam benda uji ke dalam bak yang berisi air, agar proses
pematangan (curing) beton berlangsung dengan baik, maka
perendaman dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan.

IV - 7
2. Penekanan Benda Uji.
a. Ambil benda uji dari dalam bak perendaman dan permukaan benda
uji dilap.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji. Jika benda ujinya berbentuk
silinder, sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan
mortar semen pada permukaan atas dan bawah setebal 4 mm untuk
meratakan permukaan bidang tekan.
c. Kemudian letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
d. Jalankan mesin dengan penambahan beban berkisar antara 2 sampai
4 kg/cm2/detik. Pembebanan dilakukan sampai batas maksimum
(benda uji retak), dan catat hasilnya.
e. Hitung kuat tekan dari benda uji tersebut.

4.1.5.4 Perhitungan.
P
Kuat tekan beton σ ' b = ( kg/cm2)
A

Keterangan:
P : beban maksimum (kg).
A : Luas penampang bidang tekan (cm2).

Contoh Perhitungan :
Dari hasil pemeriksaan benda uji diperoleh data sebagai berikut :
P : 49.100 kg
A : 15,2 x 15 cm
49 . 100 kg
Jadi k uat tekan beton σ ' b = 2
= 215 kg/cm 2
228 cm

Catatan.
1. Masukkan data-data hasil pemeriksaan ke dalam formulir kekuatan
tekan beton.
2. Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton berdasarkan PBI 71
ada 3 bentuk yaitu :
Perbandingan
NO Benda Uji
Kekuatan tekan
1 Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
2 Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
3 Silinder 15 x 30 cm 0,83

3. Benda uji berbentuk kubus tidak usah diberi mortar/adukan perata.

IV - 8
4. Pemeriksaan kekuatan tekan beton dapat dilakukan pada umur 3 hari,
7 hari dan 28 hari.
5. Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai unsur dapat dilihat
pada tabel.
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 36
Semen portland (biasa) 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 0
Semen portland dengan
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
kekuatan awal tinggi

IV - 9
4.2 PRAKTIKUM BATU BATA

4.2.1 PEMERIKSAAN UKURAN DAN TAMPAK LUAR

4.2.1.1 Tujuan
Secara umum pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan mutu dari
batu bata berdasarkan tampak luar. Disamping itu dapat juga untuk:
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan ukuran dan tampak
luar batu bata.
2. Mempraktekkan pemeriksaan ukuran batu bata.
3. Mempraktekkan pemeriksaan tampak luar batu bata berdasarkan bentuk,
warna dan beratnya.

4.2.1.2 Peralatan dan Bahan.


1. Peralatan:
a. Jangka sorong/mistar 30 cm.
b. Gergaji besi.
c. Timbangan dengan kapasitas 2 kg.
d. Penyiku (siku-siku baja).

2. Bahan:
Untuk pemeriksaan tampak luar dan ukuran diambil 10 buah batu bata
utuh yang diambil secara acak.

4.2.1.3 Prosedur Pelaksanaan.


1. Pemeriksaan Ukuran Batu Bata.
a. Ukur panjang, lebar dan tebal batu bata, dilakukan paling sedikit
tiga kali pada masing-masing batu bata.
b. Tentukan pula penyimpangan maksimumnya dan dinyatakan dalam
mm.
2. Pemeriksaan Tampak Luar.
a. Bentuk
Pemeriksaan keadaan permukaan batu bata, yaitu:
 Bidang datar.
 Keretakan.
 Kesikuan rusuk-rusuknya.
 Kekuatan rusuk-rusuknya.
Hitung prosentase batu bata yang tidak sempurna dari jumlah yang
diperiksa.
b. Berat.
 Timbang berat batu bata dengan ketelitian 10 gr.
 Hitung berat rata-rata dan dinyatakan dalam kg.

IV - 10
c. Warna.
 Ukur sisi panjang batu bata.
 Beri tanda pada ½ panjang batu bata.
 Potong batu bata tepat pada tanda tersebut (½ panjang) sehingga
diperoleh dua potong batu bata yang sama panjang.
 Periksa warna dari penampang batu bata pada bekas potongan
tersebut.

Perhatian :
Warna dinyatakan dengan merah tua, merah muda, kekuning-kuningan,
kemerah-merahan, keabu-abuan dan sebagainya. Warna pada belahan
merata atau tidak merata, mengandung butir kasar atau tidak, serta
rongga-rongga di dalamnya.

Catatan:
1. Data-data dari hasil pemeriksaan ukuran dan tampak luar batu bata
dicatat dalam formulir (terlampir).
2. Tempat-tempat pengukuran dalam pemeriksaan ukuran batu bata
adalah sebagai berikut:

Pengukuran Pengukuran Pengukuran


Panjang Lebar Tebal

4.2.2 PEMERIKSAAN KADAR GARAM

4.2.2.1 Tujuan
Diharapkan dapat mengetahui kandungan garam di dalam batu bata yang
dapat larut dan membahayakan ikatan antara batu bata dan adukan mortar,
dan dapat menerangkan:
1. Prosedur pemeriksaan kadar garam yang dapat larut dan membahayakan
dalam batu bata.
2. Praktek pemeriksaan kadar garam yang dapat membahayakan pasangan
batu.

IV - 11
4.2.2.2 Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
Sebuah cawan dengan ukuran 25 cm x 15 cm x 5 cm, dengan
permukaan dasarnya rata.
2. Bahan.
 Air Suling;
 Batu bata.
Untuk pengujian dapat dipakai tidak kurang dari 9 buah batu bata utuh yang
diambil secara acak.

4.2.2.3 Prosedur Pelaksanaan


1. Tuang air suling ke dalam cawan, setinggi  1 cm dari dasar cawan.
2. Masukkan batu bata ke dalam cawan yang berisi air tersebut, bata
diletakkan pada posisi berdiri pada sisi lebar dan tingginya.
3. Tempatkan cawan dan batu bata tersebut dalam ruang yang mempunyai
pergantian udara yang baik.
4. Biarkan hingga seluruh bata basah terisi oleh air akibat peresapan,
sementara itu air dalam cawan harus dijaga jangan sampai kering, jadi
air dapat ditambah sebelum seluruh bidang bata terisi air.
5. Angkat batu bata yang sudah teresap air, dan letakkan pada tampan yang
tidak menyerap air dan mempunyai pergantian udara yang baik.
6. Perhatikan keadaan permukaan batu bata sampai beberapa hari dan
periksa apakah timbul jamur-jamur putih pada permukaan batu bata.

Catatan:
Hasil pengamatan dinyatakan sebagai berikut:
1. Tidak membahayakan :
Bila kurang dari 50% permukaan batu bata tertutup oleh lapisan tipis
berwarna putih, karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut.
2. Ada kemungkinan membahayakan :
Apabila 50% atau lebih permukaan batu bata tertutup oleh lapisan putih
yang agak tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut,
tetapi bagian-bagian dari permukaan batu bata tidak menjadi bubuk atau
lepas.
3. Membahayakan:
Bila lebih dari 50% permukaan batu bata tertutup oleh lapisan putih
yang tebal karena pengkristalan garam-garam dan bagian-bagian
permukaan batu bata menjadi bubuk dan lepas.

IV - 12
4.2.3 DAYA SERAP BATU BATA.

4.2.3.1 Tujuan.
Diharapkan dapat mengetahui daya serap dari batu bata yang diperiksa dan
disamping itu dapat pula secara terperinci untuk:
1. Menerangkan prosedur pemeriksaan daya serap batu bata.
2. Melaksanakan praktek pemeriksaan daya serap batu bata.
3. Menyimpulkan hasil pemeriksaan daya serap batu bata di dalam
pelaksanaan pembuatan pasangan batau bata.

4.2.3.2 Peralatan dan Bahan.


1. Peralatan.
a. Bak air
b. Kaki penyangga terbuat dari baja siku.
c. Timbangan dengan kapasitas 2 kg.
d. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110  5)C sehingga
beratnya tetap (A gr).
e. Stopwatch
f. Kain lap

2. Bahan.
a. Air
b. Batu bata

4.2.3.3 Prosedur Pemeriksaan.


1. Keringkan batu bata dalam oven yang suhunya konstan (110  5)C
sehingga beratnya tetap (A gr)
2. Masukkkan kaki penyangga dari baja siku ke dalam bak dan atur jarak
as ke as  3/4 panjang batu bata.
3. Tuangkan air ke dalam bak, hingga air dalam bak mencapai ketinggian
1 cm diatas permukaan kaki penyangga.
4. Masukkan batu bata ke dalam bak, dengan meletakkannya pada kaki
penyangga. Pada waktu memasukkan batu bata ke dalam air, bidang
bawah permukaan batu bata harus bersamaan menyentuh air.
5. Biarkan batu bata terendam selama satu menit.
6. Angkat batu bata perlahan-lahan, posisi batu bata pada waktu diangkat
harus benar-benar vertikal, sama halnya ketika diletakkan pada kaki
penyangga.
7. Lap permukaan batu bata dari kelebihan air.
8. Timbang batu bata tersebut (B gr).
9. Hitung daya serap batu bata.

IV - 13
4.2.3.4 Perhitungan
B-A
Daya serap batu bata = (gr/dm 2 /menit )
F
Keterangan:
A : Berat batu bata kering oven.
B : Berat batu bata setelah direndam selama satu menit.
F : Luas bidang dasar batu bata yang berhubungan dengan air.

Contoh perhitungan:
A : 1.445 gr
B : 1.570 gr
F : 1,11 x 2,25 = 2,5 dm2
1. 570 - 1. 445
Daya serap batu bata = = 57,2 gr/dm2 /menit
2,5
Catatan:
1. Banyak percobaan untuk percobaan ini minimal 10 buah.
2. Besar daya serap batu bata dianjurkan 20 gr/dm2/menit, jika batu bata
mempunyai daya serap lebih besar dari angka ini, maka batu bata perlu
direndam dalam air sebelum dipakai.
3. Periksa pula besarnya daya serap batu bata, setelah dimasukkan ke
dalam air selama 2,4,6,8,10 menit.

4.2.4 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN

4.2.4.1 Tujuan
Dapat menentukan klasifikasi dari batu bata berdasarkan kuat tekannya,
serta diharapkan juga untuk dapat:
1. Menerangkan prosedur pemeriksaan kuat tekan batu bata.
2. Melaksanakan praktek pemeriksaan kuat tekan batu bata.

4.2.4.2 Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Cetakan benda uji.
b. Spatula baja
c. Cawan
d. Tangki pematang
2. Bahan
a. Pasir
b. Semen portland
c. Batu bata

IV - 14
4.2.4.3 Prosedur Pelaksanaan.
1. Ambil batu bata yang sudah dipotong pada sisi panjang menjadi dua
bagian yang sama besar.
2. Letakkan kedua potongan tersebut ke dalam cetakan, jarak antara
bidang cetakan dengan bidang batu bata dan antara batu bata dengan
batu bata lainnya diberi jarak 6 mm.
Untuk menjaga agar jarak bebas tersebut tetap, maka dipasang sekat-
sekat sementara dalam bentuk potongan-potongan setebal 6 mm.
3. Isi ruang antara tersebut dengan adukan spesi 1 pc : 3 ps hingga padat
dan menutupi seluruh bidang permukaan batu bata yang vertikal.
4. Diamkan selama satu hari, kemudian benda uji dilepas dari cetakan.
5. Rendam benda uji dalam air bersih pada tangki pematang selama 24 jam
( 1 hari).
6. Angkat benda uji dari tangki pematang dan dilap bidang-bidangnya
dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan.
7. Tekan benda uji dengan mesin penekan hingga dicapai kekuatan
maksimum. Kecepatan penekanan diatur sama dengan 2 kg/cm2/detik.

4.2.4.4 Perhitungan.
P (kg )
Kuat tekan benda uji =
1. Hitung A (cm 2 )
2. Hitung Standar Deviasi
3. Hitung Koefisien Variasi

Keterangan :
P : Beban maksimum (kg)
A : Luas bidang tekan (cm2)

Contoh perhitungan :
P : 17875 kg
A : 135 cm2

17 . 875 kg
Kuat tekan benda uji = 2
= 125 kg/cm2
135 cm
Catatan:
1. Banyak batu bata yang dipergunakan untuk pemeriksaan kuat tekan,
minimal 10 buah.
2. Kuat tekan batu bata diambil dari harga rata-rata yaitu : Jumlah kuat
tekan benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji.
3. Pasir yang digunakan ialah pasir standar (tapi dapat juga dipakai pasir
biasa) yang mempunyai gradasi 0,3 – 0,15 mm.

IV - 15

Anda mungkin juga menyukai