Anda di halaman 1dari 23

BAB 12

PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BENTON

12.1 Pendahuluan

Standar ini menjelaskan persyaratan persiapan material, pencampuran beton serta

pembuatan dan perawatan benda uji beton dalam laboratorium.

Bila persiapan benda uji dikontrol seperti ketetapan di dalam standar ini, benda uji

dapat digunakan untuk mengembangkan informasi untuk tujuan-tujuan sebagai

berikut :

a. Proporsi campuran untuk pekerjaan beton;

b. Evaluasi berbagai campuran dan material yang berbeda;

c. Korelasi dengan pengujian yang tidak merusak (non-destructive test);

d. Penyedian benda uji bagi tujuan-tujuan penelitian.

12.2 Ruang Lingkup

Standar ini meliputi cara kerja pembuatan dan perawatan benda uji beton di

laboratorium, di bawah pengendalian secara akurat. Terhadap persyaratan bahan

dan kondisi pengujian menggunakan beton yang dapat dipadatkan dengan tongkat

pemadat atau penggetar berdasarkan SNI 2493:2011.

12.3 Arti dan Kegunaan

Benda uji beton pada umumnya dibuat dalam beberapa bentuk. Untuk keperluan uji

tekan, benda uji beton dapat berupa kubus berukuran 15x15x15 cm dan silinder
berukuran 15x30 cm sedangkan untuk keperluan uji tekan lentur berbentuk balok

berukuran 15x15x75 cm atau 10x10x60 cm. Pembuatan benda uji beton dilakukan

dengan cara mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen, dan air sebagai

bahan pereaksi sehingga semua material tersebut dapat berekasi secara kimia dan

saling mengikat. Hasil pencampuran tersebut akan menghasilkan beton segar. Beton

segar adalah campuran beton yang mengalami perubahan karakteristik setelah

proses pengadukan. Pada waktu ± 24 jam, campuran beton tersebut akan

mengalami proses pengerasan dan menghasilkan beton keras.

Untuk menjaga mutu beton, perlu dilakukan perawatan. Perawatan beton tersebut

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya peningkatan temperatur beton atau

penguapan air secara berlebihan yang dapat mempengaruhi mutu beton.

Penguapaan yang berlebihan tersebut dapat mengakibatkan beton mengalami

keretakan (crack). Perawatan beton dapat dilakukan dengan dua caranya, yaitu: cara

perendaman dan penguapan.


12.4 Peralatan dan Bahan

12.4.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan terdiri dari :

a. Cetakan silinder ukuran 15x30 cm (8 buah);

b. Batang penusukan (tamping rod);

c. Palu karet;
d. Alat penggetar;

e. Mesin pengaduk (Molen);

f. Ember plastik;
g. Sendok semen;

h. Sekop;

i. Timbangan berkapasitas 20 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji;


j. Kuas;

k. Oli;

l. Plat platinum;
m. Plastik.

12.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan, terdiri dari:

a. Agregat kasar dengan berat sesuai dengan perencanaan;

b. Agregat halus berat jumlah sesuai dengan perencanaan;


c. Kelembapan agregat kasar dan agregat halus harus dalam kondisi jenuh

kering permukaan;

d. Air bersih dengan berat sesuai dengan perencanaan;

e. Semen dengan berat sesuai dengan perencanaan;


f. Bahan tambahan, apabila dalam pembuatan beton digunakan.

12.5 Persiapan Praktikum

Persiapan praktikkum yang dilakukan, terdiri dari:

a. Timbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan perhitungan

perancangan campuran beton;

b. Bersihkan molen dari sisa-sisa campuran beton (bila ada);


c. Olesi bagian dalam cetakan dengan oli.

12.6 Prosedur Praktikum

12.6.1 Pengadukan Benda Uji Beton

Pengadukan benda uji beton, pengadukan beton dibagi 2 seperti di SNI, cara

manual/tangan dan molen dilakukan sebagai berikut:

a. Pengadukan Dengan Tangan

i. Aduk semen, bahan tambahan serbuk yang tak larut dalam air, jika

digunakan, dan agregat halus tanpa menambahkan air hingga semuanya

dengan sesakma;
ii. Tambahkan agrgat kasar dan aduk semua campuran tanpa penambahan air

hingga agregat kasar tersebar secara seragam ke seluruh adukan;

iii. Tambahkan air, dan cairan bahan tambahan jika digunakan, dan aduk

campuran hingga beton tampak seragam dan memiliki konsisten yang

diinginkan. Jika pengadukan perlu diperpanjangan karena penambahan air

bertahap untuk pengaturan konsistensi, buang campuran dan buat campuran

baru Dimana pengadukan tidak terganggu untuk membuat pengujian

konsistensi percobaan
b. Pengadukan Menggunakan Mesin Pengaduk (Molen)

i. Dilakukan pengadukan kering (dry mix) dengan masukkan agregat

halus dan semen ke dalam bak kemudian diaduk dengan hand mixer

sampai tercampur dengan merata selama 3 menit.

ii. Masukkan agregat kasar dan sebagian air ke dalam mesin pengaduk

(molen);
iii. Hidupkan mesin pengaduk (molen) sehingga agregat kasar dan

Sebagian air tercampur secara merata selama 3 menit;

iv. Setelah agregat kasar dan sebagaian air tercampur secara merata,

masukkan adukan dry mix ke dalam mesin pengaduk;

v. Biarkan semen, pasir dan agregat kasar tercampur hingga merata 3

menit;
vi. Masukkan sisa air ke dalam molen secara merata dan biarkan mesin

pengaduk berputar hingga beton tampak seragam selama 3 menit;

vii. Matikan mesin pengaduk istirahat selama kurang lebih 3 menit,

kemudian ambil sebagian kecil campuran beton untuk keperluan uji

slump;
viii. Pengujian slump dilakukan sesuai dengan table dengan penjelasan

pada bab 13;

ix. Jika nilai slump sudah sesuai dengan perencanaan, masukkan

adonan beton ke dalam molen, kemudian diputar kembali selama 2

menit.
12.6.2 Pembentukan Benda Uji Beton

Pembuatan benda uji beton, dilakukan dengan prosedur berikut;

a. Penempatan Benda Uji

i. Letakan beton ke dalam cetakan denga menggunakan sekop atau

sendok beton tumpul;

ii. Penyendokan beton dipilih dari wadah pengadukan beton untuk

menjamin beton merupakan perwakilan dari campuran;


iii. Sebarkan beton di dalam cetakan lalu padatkan dengan tongkat

penusuk;

iv. Pemadatan beton dalam cetakan silinder dengan kedalaman 300 mm

dilakukan bertahdap dalam tiga lapis, dimana per lapisan ditumbuk

sebanyak 125 kali. (Diameter tongkat untuk cetakan slinder dengan

diameter 150 mm yaitu 16mm);

v. Tambahkan jumlah beton pada lapusan akhir agar jumlah beton tepat

setelah dipadatkan;
vi. Jangan tambahkan benda uji yang tidak mewakili campuran ke

dalam cetakan.

b. Penempatan Cetakan

i. Cetakan benda uji sedekat mungkin dengan tempat penyimpanan

selama 24 jam pertama;


ii. Jika tidak ada tempat untuk mencetak benda uji dekat tempat

penyimpanan, maka segera pindakan benda uji ke ruang penyimpan;

iii. Letakkan cetakan di permukaan kaku, terbebas dari getaran,

benturan dan gangguan lainnya saat memindahkan benda uji.


12.6.3 Perawatan Benda Uji Beton

Perawatan benda uji beton, dilakukan sebagai berikut:

a. Tutup permukan beton dengan lembaran plastik yang kuat, awet, dan kedap

air sedikitnya selama 24 jam;

b. Diamkan benda uji hingga tepat pada waktu dibuka dari cetakan, pastikan

benda uji berada pada permukaaan yang rata dan bebas dari gangguan;
c. Buka benda uji dari cetakan setelah 24 ± 8 jam setelah pencetakan;

d. Rendam benda uji pada bak perendaman hingga satu hari sebelum

pengujian.

12.7 Pengolahan Data

Bagian yang dicantukan dalam laporan, yaitu:

a. Buatlah anaslisa mengenai pembuatan dan perawatan benda uji,

perbandingan jumlah benda uji rencana dengan benda uji yang diperolah

saat pengecoran, perbandingan nilai slump rencana dan nilai slump aktual

pada pengecoran pertama;


b. Buatlah analisan mengenai pembuatan dan perawatan benda uji,

perbandingan jumlah benda uji rencana dengan uji yang diperoleh saat

pengecoran, serta perbandingan nilai slump rencana dan nilai slump aktual

pada pengecoran kedua.

Tabel 12.1 Rekapitulasi Pengencoran Pertama

Kebutuhan Slump (cm) Jumlah Benda Uji


Material
Total (kg) Rencana Aktual Rencana Aktual

Air 10,1

Seme 22 8 silinder 8 silinder

Agregat Kasar 67,03 7,5-10 10 Ø 15 cm x Ø 15 cm x

Agregat Halus 27,52 30 cm 30 cm

Berat Total 126,65


Tabel 12.2 Rekapitulasi Pengencoran Kedua

Kebutuhan Slump (cm) Jumlah Benda Uji


Material
Total (kg) Rencana Aktual Rencana Aktual

Air 12,39

Seme 24

Agregat 8 silinder 8 silinder


53,37
Kasar 7,5-10 12 Ø 15 cm x Ø 15 cm x

Agregat 30 cm 30 cm
45,04
Halus

Berat Total 134,8

Anda mungkin juga menyukai