Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam metode penelitian yang bersifat

eksperimental. Dalam pengujian bahan, pembuatan benda uji, perawatan

benda uji, serta pengujian terhadap benda uji yang meliputi pengujian kuat

tekan.

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh data untuk

kemudian ditarik kesimpulannya .Penelitian yang dilakukan terdapat

variable – variabel yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Variabel - variabel tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variablel yang mempengaruhi, yang

menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas

dalam hal ini adalah variasi agregat kasar Variabel penelitian ini adalah

menggunakan agregat kasar dari daur ulang beton. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah rasio campuran beton , faktor air semen , nilai slump.
b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yang menjadi

akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah

nilai kuat tekan beton, berat jenis beton.

c. Variabel Pengendali

Variabel pengendali adalah variabel yang dikendalikan/dibuat

konstan.Beberapa kemungkinan yang dapat mempengaruhi kuat tekan

beton dalam penilitian ini akan dikendalikan dengan berbagai perlakuan.

Beberapa faktor tersebut adalah , Kuat tekan rencana, Jenis dan merk

semen, Agregat kasar, Cara pembuatan dan cara perawatannya, dan umur

beton

Variabel Bebas Variabel Terikat


1. Rasio campuran beton 1. nilai kuat tekan
2. Faktor air semen beton
3. Nilai slump 2. berat jenis
beton,

Variabel Pengendali

1. Kuat tekan rencana


2. Jenis dan merk semen
3. Agregat kasar
4. Cara pembuatan dan cara
perawatan
5. Umur beton

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian


3. Populasi dan Sampel penelitian

Banyaknya benda uji adalah 12 untuk pengujian beton non pasir

dengan rincian beton daur ulang dengan kuat tekan tinggi berjumlah 6

buah dan beton daur ulang dengan kuat tekan rendah 6 buah .Untuk

Pengujian Kuat tekan Beton Non Pasir dibagi Kedalam dua Umur beton

yaitu Masing masing 2 buah berumur 7 hari dan 4 buah saat berumur 28

hari.

B. Prosedur Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Pelaksanaan Penelitian adalah Laboratorium Uji Bahan

Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas

Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan mulai

bulan juni sampai November 2012

Penelitian ini mengunakan silinder untuk uji kuat tekan dengan

cetakan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahapan yaitu :

Tahap I : Pemeriksaan Sifat agregat Kasar

Tahap II : Perhitungan rencana campuran (mix design)

Tahap III : Pembuatan benda uji

Tahap IV : Menguji kuat tekan beton pada umur 7 dan 28 hari


2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam eksperimen ini terdiri dari

sebagai berikut :

a. Semen Portland cement (PPC) dengan merk Holcim 40 kg.butiran

halus dan tidak terdapat penggumpalan.

Gambar 1. Semen Holcim

b. Agregat kasar yang digunakan untuk membuat beton non – pasir

dengan ukuran 10 mm-20 mm yang berasal dari daur ulang beton

normal.
Gambar 2. Agregat kasar dari daur ulang

c. Air diperoleh dari Laboratorium Bahan Bangunan FT UNY

Gambar 3. Air

3. Alat Penelitian

Perlatan penelitian yang di perlukan untuk melaksanakan berbagai

pengujian dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Concrete Mixer ( Molen )


Alat ini berfungsi untuk Mengaduk bahan penyusunan beton sehingga

di peroleh campuran homogen.Alat ini mampu membuat adukan segar

untuk 6 buah silinder beton. molen ini digerakkan dengan dynamo listrik.

Gambaro 5. Molen

b. Ayakan

Ayakan kerikil digunakan untuk mengetahui gradasi agregat kasar yang

digunakan dalam penelitian. Ukuran Ayakan kerikil dengan diameter 20

mm.

Gambar 6. Ayakan agregat kasar


c. Timbangan

Timbangan digunakan untuk menimbang benda uji yang diteliti dalam

laboratorium . selain neraca juga digunakan untuk menimbang bahan yang

akan digunakan sebagai campuran beton non pasir neraca yang dipakai ada

3 macam yang memiliki ketelitian 0.01 gr, 1 gr, 100 gr.

Gambar 7. Timbangan

d. Gelas ukur dan piknometer

Gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya air dan admixture

yang digunakan dalam pengadukan beton.

Gambar 8. Gelas Ukur

e. Penggaris / meteran

Penggaris / meteran digunakan untuk mengukur benda uji dan

penurunan nilai slump


Gambar 9. Meteran

f. Mesin Los Angeles

Mesin Los angeles digunakan untk menguji Keausan Agregat

Kasar.Agregat kasar diuji selama 500 putaran apakah itu layak atau tidak

digunakan.

Gambar 10. Mesin Los Angeles

g. Kerucut Abrams

Kerucut abrams digunakan untuk mengukur kelecakan adukan beton

dan tinggi slump.


Gambar 11. Kerucut Abrams

h. Cetakan beton ( silinder beton )

Cetakan beton yang digunakan adalah bentuk silinder dengan ukuran

diameterr 15 cm dan tinggi 30 cm.

Gambar 12. Cetakan Beton

i. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada pengujian kadar air

dan daya serap air.


Gambar 13. Oven

j. Mesin Uji Tekan

Mesin uji tekan digunakan untuk menguji kuat tekan rata- rata

terhadap benda uji beton.

Gambar 14. Mesin Uji Tekan

4. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengujian Agregat Kasar

Agregat Kasar adalah agregat yang berfungsi sebagai penyusun

kekuatan beton dan memiliki butiran berkisar antara 10 mm – 20 mm

agregat kasar kasar yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari daur
ulang. Langkah - langkah Pengujian Agregat Kasar adalah sebagai

berikut :

a) Pengujian berat jenis

Bahan : 1) Kerikil 2) Air

Alat : 1) Neraca 2) Bejana ukur 3)Nampan 4) Ember

Langkah langkah pengujian

1. Menimbang kerikil secukupnya dan direndam selama 24 jam

2. Setelah 24 jam kerikil di lap sampai kering

3. Mengisi bejana ukur dengan air yang dianggap cukup untuk

menggelamkan kerikil ke dalam air

4. Membaca volume air dalam bejana

5. Memasukkan kerikil kedalam bejana yang berisi air dan membaca

volume air dan pasir

6. Volume kerikil di peroleh dengan cara volume A dikurangi

Volume B

7. Berat Jenis Kerikil Diperoleh dari

berat kerikil
Berat jenis kerikil =
Volume kerikil

b) Pengujian Kadar Air Kerikil

Bahan : Kerikil

Alat : 1) Oven 2) Neraca 3) Nampan

Langkah - langkah pengujian

1. Menimbang kerikil secukupnya

2. Memasukkan kerikil kedalam oven selama 24 jam


3. Menimbang kerikil kering tungku
𝐴−𝐵
4. Kadar air kerikil = 𝐵

c) Pengujian Kadar Penyerapan Air

Bahan : Kerikil Air

Alat Oven Neraca Nampan Ember

Langkah - Langkah pengujian

1. Merendam kerikil secukupnya selama 24 jam

2. Setelah 24 jam menimbang kerikil secukupnya dengan keadaan

jenuh

3. Kemudian di lap sampai kering lalu di menimbang kerikil SSD

4. Setelah dilap dan di timbamg lalu dioven

5. Setelah di oven lalu menimbang kerikil kering tungku


𝐵−𝐶
6. Kadar Penyerapan ∗ 100%
𝐶

d) Pengujian Keausan Modulus Halus Butir

Bahan : kerikil

Alat :Ayakan Neraca Mesin penggoyangNampan

Langkah langkah pengujian :

1. Menimbang Kerikil (2000gram)

2. Memasukkan kerikil kedalam ayakan

3. Menggoyang ayakan kerikil selama 10 menit


4. Mengeluarkan kerikil yang tertinggal disetiap ayakan dan satu

persatu

e) Pengujian Keausan agregat

Bahan: kerikil

Alat :Los Angeles test Neraca Nampan

Langkah - Langkah pengujian

1. Menimbang kerikil 2500 kg yang tertahan di ayakan 14.1 dan 2500

kg tertahan di 9.59

2. Memasukan kerikil kedalam mesin los angeles test dan diputar 500

kali

3. Mengeluarkan kerikil dari dari mesin los angeles test dan

mengayak dengan ayakan 1.7 mm

4. Jumlah kerikil diatas ayakan 1.7 mm minimal 50 % dari berat awal

b. Pembuatan Beton Non-Pasir

Dalam pembuatan benda uji ini akan dibagi menjadi beberapa

proses yaitu. Pencampuran atau pengadukan campuran beton, dan

perawatan beton. Dalam pencampuran beton bahan-bahan dicampur sesuai

dengan kebutuhan atau takaran sesuai dengan mix desain (lihat lampiran

mix desain). Beberapa proses tersebut akan diuraikan dibawah ini :

1. Pencampuran adukan beton

a) Siapkan alat dan bahan yang telah ditimbang pada tempat yang

tepat.

b) Nyalakan mesin adukan beton atau Molen.


c) Basahi mesin adukan terlebih dahulu

d) Masukan bahan secara berurutan dimulai dari sebagian agregat

kasar.

e) Masukan sebagian air.

Gambar 15. Pembuatan Benda Uji

f) Ulangi hingga semua bahan masuk kedalam mesin adukan beton

g) Tunggu sampai sampai semua bahan tercampur secara merata

atau homogen.

h) Setelah itu tuangkan beton non – pasir pada tempat yang telah

disediakan.

i) Setelah itu beton non – pasir siap untuk dilakukan pengujian

slump

j) Masukan beton non – pasir kedalam kerucut Abrams secara

bertahap atau tiga lapis.

k) Pada masing-masing lapisan beton non - pasir ditusuk-tusuk

sebanyak 25 kali
l) Setelah penuh tunggu sekitar 30 detik

m) Setelah 30 detik angkat kerucut Abrams dan letakan kerucut

Abrams disebelahnya kemudian ukur selisih tinggi kerucut

Abrams dengan permukaan paling atas adukan beton

Gambar 16. Pengujian slump

n) Bersamaan dengan pengujian slump beton non – pasir dicetak

dengan dimasukan kedalam silinder atau cetakan beton.

o) Sama dengan pengujian slump beton non – pasir dimasukan

sebanyak tiga lapis, masing-masing lapis ditusuk sebanyak 25

kali.

p) Setelah penuh tunggu beberapa saat dan ratakan permukaan

beton agar rata.

2. Proses perawatan beton (Curing)

Setelah beton dimasukan dalam cetakan silinder, cetakan

dibuka setelah 24 jam. Perawatan beton adalah tahap akhir


setiap pekerjaan beton, yaitu pekerjaan agar permukaan beton

non – pasir selalu lembab (Tjokrodimulyo, 2007). Dengan

proses perawatan beton ini beton non – pasir dijaga agar selalu

lembab.

Dalam penelitian ini perawatan beton dilakukan dengan

cara menaruh beton non –pasir ke dalam ruangan yang lembab

dan menyelimuti permukaan beton non – pasir dengan karung

basah agar tetap lembab sampai saat mau uji tekan . Lama waktu

perawatan beton disesuaikan dengan waktu pengujian beton.

3. Pengujian Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah adalah besarnya beban persatuan

luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani

dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh alat uji tekan.

Pengujian ini dilakukan setelah masa perawatan. Apabila

permukaan beton tidak rata maka perlu dilakukan proses

capping dengan belerang agar permukaan beton menjadi rata.


Gambar 17. Proses Capping Beton

Setelah proses capping selesai benda uji didiamkan

beberapa saat agar belerang mengeras. Setelah mengeras benda

uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris, dan mesin tekan

dijalankan dengan penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm2

perdetik. Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi

hancur dan beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan

benda uji dicatat.

Gambar 18. Pengujian Kuat tekan


Kuat tekan beton dihitung berdasarkan besarnya beban

persatuan luas (SNI : 03-1974-1990). Setelah pengujian tekan

kekuatan beton dapat diketahui dengan rumus berikut :

P
fc 
'

A
'
Keterangan : f c = Kuat tekan beton (MPa)

𝑃 = Beban maksimum (N)

𝐴 = luas penampang benda uji (mm2)

Anda mungkin juga menyukai