Anda di halaman 1dari 9

BAB II

DASAR TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA


A. DASAR TEORI

Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan

agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen Portland atau

bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau bahan tambahan

lain. Campuran daripada agregat halus, air dan semen saja disebut adukan

mortar. (PUBI 1982 ).

Beton normal merupakan bahan yang relatif cukup berat, dengan

berat jenis 2,4 atau berat 2400 kg/m³. Untuk mengurangi beban mati suatu

struktur beton atau mengurangi sifat penghantaran panasnya maka telah

banyak dipakai beton ringan. Beton disebut beton ringan jika beratnya

kurang dari 1800 kg/m³. ( Ir. Kardiyono Tjokrodimuljo M.E. : 2007)

Beton non – pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis ringan

yang dalam pembuatan tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregat

halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori ( yang semula

diisi ri dalam bedengan agregat halus ) sehingga beratnya berkurang. Pori

– pori dalam beton terserbut mencapai sekitar 20- 25 persen. Kelebihan

utama dari dari pemakaian beon non – pasir ini adalah :

1. Kebaikannya sebagai bahan isolasi panas.

2. Pembuatan beton yang lebih cepat dan sederharna.

3. Bobotnya yang ringan

4. Serta susutnya hanya sedikit.


5. Tidak ada kecenderungan untuk bersegresi sehingga dapat

dijatuhkan dengan tinggi jatuh yang lebih tinggi.

6. Kebutuhan semen sedikit ( karena tidak ada pasir maka

luas permukaan agergat berkurang sehingga kebutuhan

pasta semen yang dipakai untuk menyelimuti butir pasir

tidak diperlukan lagi, sehingga kebutuhan semen hanya

sedikit ) sehingga harganya lebih murah

7. Mudah meloloskan air

Pada umumnya agregat kasar yang dipakai berukuran 10 sampai

20 mm, walaupun ukuran yang lain dapat pula dipakai. Pemakaian agregat

dengan gradasi rapat dan bersudut tajam ( batu pecah ) akan menghasilkan

beton non pasir yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi

daripada yang memakai agregat seragam dan bulat ( kerikil ).

Berat jenis beton non – pasir dipengaruhi oleh berat jenis dan

gradasi agregat kasar yang dipakai, pada umumya berkisar antara 60-75

persen dari beton biasa. kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh Faktor

air semen, Rasio volume dan Jenis agregatnya.

B. Bahan penyusun beton non pasir

1. Agregat kasar

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira - kira kira

menempati sebanyak 70 % volume mortar atau beton. Walaupun namanya


hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh

terhadap sifat – sifat mortar/betonya, sehingga pemilihan agregat

merupakan suatu bagian dalam pembuatan mortar/beton.

Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan

ialah dengan didasarkan pada ukuran butir – butiranya. Agregat yang

mempunyai ukuran butir – butir besar disebut agregat kasar, sedangkan

agregat berbutir kecil disebut agregat halus.

Agregat kasar ialah agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm

atau agregat yang semua butirannya dapat tertahan di ayakan 4,75 mm.

Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari

disintegrasi alami dari batu – batuan atau berupa batu pecah yang

diperoleh dari pemecahan manual atau mesin. Agregat kasar harus terdiri

dari butir–butiran yang keras, permukaan yang kasar, dan kekal. Semua

pemakaian agregat kasar berupa batu pecah ( split ) dan kerikil harus

memenuhi standard dan spesifikasi yang ditentukan dalam PBI- 1971/NI-2

atau PUBI-1970/ NI-3.( lihat tabel 1)

Standar dan spesifikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Tidak mengandung butiran pipih lebih dari 20 % dari berat agregat

total.

2. Batu pecah dan kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari

1 % ( berdasar berat kering ).

3. Warnanya harus hitam mengkilap keabu-abuan.


4. Batu pecah dan kerikil harus terdiri dari butir-butir keras, tidak

berpori dan tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

5. Batu pecah dan kerikil tidak mengandung zat-zat yang dapat

merusak beton, bebas dari tanah liat ( tidak bercampur dengan

kotoran-kotoran lain).

6. Harus terdiri dari butiran yang bervariasi besarnya dan bila diayak

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Untuk kerikil, harus dapat melalui ayakan berlubang

persegi 7,6 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang

persegi 5 mm

b) Untuk batu pecah, harus dapat melalui ayakan berlubang

persegi 7,6 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang

persegi 2 mm

Tabel 1. Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar

Ukuran Saringan (BS) Presentase Berat yang Lolos Saringan


5 mm sampai 40 mm 5 mm sampai 20 mm
37.5 mm 90-100 100
20.0 mm 35-70 90-100
10.0 mm 10-40 50-85
5.0 mm 0-5 0-10
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3

kelompok, yaitu :

a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.

b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm sampai 40 mm.

c. Pasir, untuk butiran antara 0.15 mm dan 5 mm.


Agregat harus mempunyai bentuk yang baik , bersih, keras, dan

gradasinya baik. Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dalam

hal – hal tertentu harus tahan aus, dan tahan cuaca.

Agregat kasar menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

Indonesia perlu diuji ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los

Angeles). Persyaratan mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap

keausan ditunjukkan pada Tabel 2

Tabel 2 Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar Beton

Kekutan Beton Maksimum bagian yang hancur


denganMesin Los Angeles, Lolos
Ayakan 1,7 mm (%)
KELAS I ( Sampai 10 MPa) 50
KELAS II ( Sampai 20 Mpa) 40
KELAS III (Sampai 40 Mpa) 27

2. Semen

Semen Portland (SP) adalah semen hidrolis yang dihasilkan

dengan cara menggiling halus klinker, yang terdiri terutama dari silikat

silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu.

Semen merupakan bahan penting karena mempunyai kemampuan

untuk mengikat. Jika terkena air semen akan menjadi pasta semen jika

ditambah agregat halus disebut mortar dan jika di gabung dengan agregat

kasar disebut beton segar.

Fungsi utama semen adalah mengikat butir –butir agregat hingga

membentuk suatu massa padat yang akan mengisi rongga-rongga diantara


butir butir agregat. Walaupun presentase semen pada beton hanya 10 %

tapi karena fungsinya sebagai pengikat maka semen mempunyai peranan

penting.

Semen Portland memiliki 4 senyawa yang menjadi bahan utama

untuk menyusunnya :

a. Trikalsium Silikat C3S (3CaO.SiO2)

b. Dikalsium Silikat C2S (2CaO.SiO2)

c. Trikalsium Aluminat C3A (3CaO.AlO3)

d. Terta Kalsium Aluminoferrit C4AF(4CaO.Al2O3Fe2O3)

Variasi pada komponen penyusunan semen menghasilkan

beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya :

a. Jenis I : semen portland untuk konstruksi umum yang

tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan

pada jenis – jenis lain.

b. Jenis II : semen portland untuk konstruksi yang agak tahan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang .

c. Jenis III : Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat

kekuatan awal tinggi.

d. Jenis IV Semen portland untuk konstruksi dengan syarat

panas hidrasi rendah

e. Jenis V semen portland untuk konstruksi dengam syarat

sangat tahan terhadap sulfat


Syarat syarat Standar Nasional Indonesia pada Semen Portland :

1. Semen portland pozolan(PPC)

Suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang

homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di

produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan

bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland

dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur,

dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen

portland pozolan.

2. Semen Portland Komposit (Portland composite cement)

Bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama

terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan

anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland

dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara

lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,

batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa

semen portland komposit

3. Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan

cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas

kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama


dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa

kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain

3. Air

Air merupakan merupakan bahan yang diperlukan pada pembuatan

beton untuk pemicu terjadinya proses kimiawi semen, membasahi agregat, dan

memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (Workability). Untuk dapat

berreaksi dengan semen Portland air yang diperlukan adalah sekitar 25-30

persen saja dari berat semen Portland (Tjokrodimuljo, 2007). Penggunaan air

berlebihan dapat mengakibatkan beton menjadi porous sehingga kekuatannya

menjadi rendah.

Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat-syarat SK

SNI S-04-1989, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A berikut :

a. Air harus bersih

b. Tidak mengandung lumpur, minyak, benda melayang lainnya yang dapat

dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2

gram per liter

c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton

(asam-asam, zat organik dsb) lebih dari 15 gram/liter.

d. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk

beton prategang kandungan khlorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram per

liter

e. Tidak mengandung senyawa sulfat (SO3) lebih dari 1 gram/liter.


Air untuk campuran adukan beton haruslah memenuhi syarat

diatas agar beton yang diperoleh memiliki kekuatan yang baik dan

kemungkinan adanya kotoran dapat dikurangi. Menurut Tjokrodimuljo

keberadaan kotoran dalam air untuk adukan beton dapat berpengaruh pada

hal-hal berikut :

a. Dapat memperlambat waktu pengikatan awal adukan.

b. Adanya garam-garam mangan, seng, tembaga, yang pada jumlah yang

cukup banyak menyebabkan berkurangnya kekuatan beton

c. Untuk beberapa jenis garam seperti sodium iodate, sodium phosphate,

sodium asenat keberadaannya dalam air adukan beton dapa

tmengurangi kuat awal beton hingga menjadi sangan rendah.

Selain untuk bahan campuran beton air juga diperlukan untuk

proses perawatan beton. Air yang digunakan untuk perawatan dapat

digunakan air yang sama untuk campuran beton. Akan tetapi air harus

tidak menimbulkan noda atau endapan yang dapat merusak warna

permukaan sehingga tidak sedap dipandang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pekerjaan Persiapan
    Pekerjaan Persiapan
    Dokumen17 halaman
    Pekerjaan Persiapan
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • P. AHSP Jasa Pemeliharaan Perangkat TI
    P. AHSP Jasa Pemeliharaan Perangkat TI
    Dokumen2 halaman
    P. AHSP Jasa Pemeliharaan Perangkat TI
    Muhamad Nur Azis
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Batik Series
    Leaflet Batik Series
    Dokumen7 halaman
    Leaflet Batik Series
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • PENDAFTARAN AKUN SIMPAN
    PENDAFTARAN AKUN SIMPAN
    Dokumen25 halaman
    PENDAFTARAN AKUN SIMPAN
    Setyo Wicaksono
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Batik Series
    Leaflet Batik Series
    Dokumen7 halaman
    Leaflet Batik Series
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • VCGF
    VCGF
    Dokumen60 halaman
    VCGF
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Drgesgr
    Drgesgr
    Dokumen33 halaman
    Drgesgr
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Pembangunan Rumah Susun T-45 6Lt
    Pembangunan Rumah Susun T-45 6Lt
    Dokumen64 halaman
    Pembangunan Rumah Susun T-45 6Lt
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HARIAN
    HARIAN
    Dokumen20 halaman
    HARIAN
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HG
    HG
    Dokumen18 halaman
    HG
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • DFFV
    DFFV
    Dokumen2 halaman
    DFFV
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • BV
    BV
    Dokumen1 halaman
    BV
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Dvds
    Dvds
    Dokumen3 halaman
    Dvds
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HG
    HG
    Dokumen18 halaman
    HG
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Hho
    Hho
    Dokumen3 halaman
    Hho
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • CX
    CX
    Dokumen9 halaman
    CX
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • VCF
    VCF
    Dokumen11 halaman
    VCF
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HARIAN
    HARIAN
    Dokumen20 halaman
    HARIAN
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Lapran Harian
    Lapran Harian
    Dokumen36 halaman
    Lapran Harian
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • DV
    DV
    Dokumen6 halaman
    DV
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Ghyjrt
    Ghyjrt
    Dokumen22 halaman
    Ghyjrt
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Axzxa
    Axzxa
    Dokumen15 halaman
    Axzxa
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Lapran Harian
    Lapran Harian
    Dokumen36 halaman
    Lapran Harian
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HLPJ
    HLPJ
    Dokumen1 halaman
    HLPJ
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HARIAN
    HARIAN
    Dokumen20 halaman
    HARIAN
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Axzxa
    Axzxa
    Dokumen15 halaman
    Axzxa
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • HARIAN
    HARIAN
    Dokumen20 halaman
    HARIAN
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Ghyjrt
    Ghyjrt
    Dokumen22 halaman
    Ghyjrt
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat
  • Metode Proyek Tower Ambasssador
    Metode Proyek Tower Ambasssador
    Dokumen53 halaman
    Metode Proyek Tower Ambasssador
    Anugrah Prihantoro
    Belum ada peringkat