Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT

2.1 Tujuan
Tujuan pemeriksaan berat volume agregat dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan berat volume agregat dalam kondisi berat isi lepas dan berat isi
padat.
2. Menentukan berat volume agregat dengan menggunakan metode lepas dan
dengan menggunakan metode padat.

2.2 Landasan Teori


Agregat adalah material batuan yang didefinisikan secara umum sebagai
formasi kulit bumi yang keras dan kenyal.. Fungsi dari agregat adalah mencapai
susunan yang padat pada beton. Berdasarkan (SNI 1969:2008) agregat adalah
sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, batu pecah, dan slag tanur (blast-
fumance slag) yang digunakan dengan media perekat untuk menghasilkan beton,
mortar semen hidrolis.
Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat
kasar yang di dapat secara alami atau buatan. Cara membedakan jenis agregat
yang paling banyak dilakukan adalah dengan didasarkan pada ukuran butir-
butirannya. Agregat yang mempunyai ukuran butir-butir besar disebut agregat
kasar, sedangkan agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus. Sebagai batas
ukuran butir kasar dan butir halus umumnya adalah 4,75 mm. Agregat yang
butirnya lebih besar dari 4,75 mm disebut agregat kasar, dan agregat halus lebih
kecil dari 4,75 mm. Secara umum agregat kasar disebut sebagai kerikil, kericak
atau batu pecah, sedangkan agregat halus disebut dengan pasir yang biasa berasal
dari sungai, tanah galian atau dari hasil pemecahan batu.
Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton,
apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume. Berat volume agregat
ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat volume padat.
Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan volume
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat
literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan.
Berat volume agregat adalah perbandingan antara berat dengan volume
agregat dalam keadaan kering. Dalam perhitungan campuran beton untuk
menetapkan volume padat dari bagian-bagian yang terpilih, perlu kiranya untuk
mengetahui volume/ruang yang ditempati partikel agregat, terlepas ada atau
tidaknya pori dalam partikel. Berat volume agregat dipengaruhi oleh beberapa
faktor termasuk jumlah air yang ada dan besarnya usaha pemadatan yang dipakai
(SNI 03-4804-1998).
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk
yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi. Berdasarkan ASTM C-33 agregat dibagi atas dua kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Agregat kasar (kerikil, batu pecah atau pecahan dari blast furnace). Batas
bawah pada ukuran 4,75 milimeter atau ukuran saringan No. 4.
2. Agregat halus (pasir alami atau batuan). Agregat ini memiliki batas-batas
yang mana berlaku, yaitu sebgai berikut:
a. Pasir memiliki batas bawah sebesar 0,075 milimeter (saingan No. 200)
b. Batas atas ukuran pasir 4,75 milimeter (saringan No. 4).
Agregat yang memiliki struktur baik maka agregat tersebut memiliki berat
volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan agregat yang memiliki struktur
yang kurang baik. Berat volume agregat yang baik untuk material beton adalah
yang memiliki nilai lebih besar dari 1445 kg/m 3. Berat volume agregat pada beton
ini juga berguna sebagai klasifikasi perhitungan perencanaan campuran beton
(British Standar 182).
Pengujian berat isi agregat baik dari metode gembur atau lepas dan metode
padat atau tusuk, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
W3
Berat isi agregat = (2.1)
V
Keterangan:
V = Isi benda uji (m3).
W3 = Berat benda uji (kg).

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat
Berat merupakan gaya gravitasi yang mendesak agregat, sedangkan berat
isi agregat adalah berat agregat persatuan isi (SNI 03-4804-1998). Berat volume
agregat ditinjau dari dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat volume
padat. Berat volume gembur adalah perbandingan berat agregat dengan volume
literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan. Berdasarkan SNI 03-4804-1998 berat isi
agregat dapat dihitung dengan rumus berikut:
1. Berat agregat yang berada dalam keadaan kering setelah dioven dihitung
dengan rumus,
(G−T )
M= (2.2)
V
atau
M = (G – T) x F (2.3)
Keterangan:
M = Berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3)
G = Berat agregat dan penakar (kg)
T = Berat penakar (kg)
V = Volume penakar (m3)
F = Faktor penakar (m3)
2. Agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menurut rumus sebagai
berikut,
MSSD = M [1+(A/100)] (2.4)
Keterangan:
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan (kg/m3)
M = Berat isi dalam kondisi kering oven (kg/m3)
A = Absorpsi (%)

2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian berat volume agregat adalah
berupa alat dan bahan, yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian berat volume agregat sebagai
berikut:
1. Saringan agregat No. 4.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1%.
3. Talam dan baskom dengan kapasitas yang cukup besar.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat
4. Kompor dan gas.
5. Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 60cm, yang ujungnya
bulat, terbuat dari baja tahan karat.
6. Sekop
7. Wadah baja berbentuk selinder memiliki volume 0,0111 m 3 (agregat kasar),
0,0033 m3 (agregat halus).
8. Mistar berfungsi untuk menggukur ketinggian tabung selinder.

1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian berat volume agregat sebagai
berikut:
1. Agregat kasar
2. Agregat halus

Saringan No. 4 Timbangan Talam

Kompor Tongkat pemadat Sekop

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat

Wadah baja Pengaris Gas

Baskom Agregat halus Agregat kasar

Gambar 2.1 Alat dan bahan pemeriksaan berat volume agregat

2.4 Prosedur
Prosedur yang harus dilakukan untuk menentukan pemeriksaan berat
volume agregat sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan berat
volume.
2. Ambil agregat halus dan agregat kasar lalu saring dengan saringan No. 4.
3. Sangrai agregat halus dan agregat kasar dengan suhu tinggi menggunakan
kompor sampai agregat berubah warna.
4. Dinginkan agregat dan dilakukan pemeriksaan berat volume menggunakan
metode pemadatan (methods) dan metode lepas.
5. Untuk metode penusukan (rodding methods) ada beberapa langkah sebagai
berikut:
a. Timbang dan catat berat wadah kosong (W1).
b. Masukan agregat kedalam baja selinder dengan 1/3 bagian terlebih dahulu
lalu tusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat
Memasukan agregat kedalam baja selinder diulang sebanyak 3 lapis
dengan cara yang sama setiap lapisannya.
c. Ratakan permukaan dengan tongkat pemadat.
d. Timbanglah agregat dan wadah selinder (W2).
e. Menentukan berat benda uji dapat menggunakan rumus (W3 = W2 – W1).
6. Selanjutnya ada metode lepas sebagai berikut:
a. Timbang dan catat berat wadah kosong (W1).
b. Masukan agregat kedalam baja besi sedikit demi sedikit agar tidak ada
rongga di dalam baja besi.
c. Ratakan permukaan dengan tongkat pemadat lalu timbanglah agregat dan
wadah selinder (W2).
d. Menentukan berat benda uji dengan menggunakan rumus (W3 = W2 – W1).

1. Menyaring agregat kasar 2. Sangrai agregat kasar hingga


menggunakan saringan No. 4. kering.

3. Sebelum agregat di masukan, 4. Masukan agregat ke dalam baja


rimbang terlebih dahulu wadah besi.
baja.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat

5. Ratakan permukaan agregat 6. Setelah diratakan timbang


dengan tongkat pemadat. agregat.

Gambar 2.2 Pemeriksaan berat volume agregat kasar metode lepas

1. Menyaring agregat kasar 2. Sangria agregat kasar hingga


dengan saringan No. 4. kering.

3. Sebelum agregat dimasukkan, 4. Masukan agregat kedalam baja


timbang terlebih dahulu wadah besi.
baja.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat

5. Masukkan agregat kedalam 6. Setelah diratakan timbang


wadah sebanyak 1/3 volume agregat.
wadah baja di ulang sebanyak
3 kali.

Gambar 2.3 Pemeriksaan berat volume agregat kasar metode padat

1. Menyaring agregat halus 2. Sangrai agregat halus sampai


dengan saringan No. 4. kering.

3. Sebelum agregat halus 4. Masukan agregat kedalam


dimasukkan timbang wadah wadah baja sampai penuh.
baja.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat

5. Ratakan agregat yang telah 6. Setelah diratakan timbang


penuh. agregat.

Gambar 2.4 Pemeriksaan berat volume agregat halus metode lepas

1. Menyaring agregat halus 2. Sangrai agregat halus hingga


kering

3. Sebelum agregat dimasukan, 4. Masukan agregat kedalam


timbang terlebih dahulu wadah wadah baja sebanyak 1/3
baja volume wadah baja di ulang
sebanyak 3 kali.

Arnol M.M Sihombing


Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Berat Volume
Agregat

5. Masukkan agregat kedalam 6. Lalu timbang agregat yang


wadah sebanyak 1/3 volume sudahh dipadatkan
wadah baja di ulang sebanyak 3
kali

Gambar 2.5 Pemeriksaan berat volume agregat kasar metode padat

Arnol M.M Sihombing

Anda mungkin juga menyukai