Anda di halaman 1dari 13

BAB III

ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS

3.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum analisis saringan agregat kasar dan halus adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan pembagian butiran atau gradasi dari agregat yang digunakan
untuk perencanaan adukan beton.
2. Menentukan modulus kehalusan yang nantinya akan diperlukan dalam
perencanaan adukan beton.

3.2 Landasan Teori


Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan
untuk menentukan persentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set
saringan, yang angka persentase kumulait digambarkan pada grafik pembagian
butir. Ukuran butir yang maksimum dan agregat ditunjukan dengan saringan
terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal
maksimum agregat adalah ukuran saringan maksimum agregat adalah ukuran
saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat
yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat di kontrol oleh
spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam perencanaan
suatu perkerasan (SNI 03-1968-1990).
Agregat menempati kira-kira 70% volume mortar atau beton sehingga hal
ini sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton atau mortar. Untuk membedakan
jenis agregat, maka digunakan suatu analisa mekanis, dimana variasi ukuran
agregat tersebut dinyatakan dalam persentase berat kering total (Ilsley, 1942).
Ukuran butiran tanah ditentukan dengan menyaring sejumlah tanah
melalui seperangkat saringan yang disusun dengan lubang yang paling besar
berada paling atas dan makin kebawah makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan
pada saringan tersebut disebut salah satu dari ukuran butir sampel tanah. Berat
tanah yang tertahan ditiap saringan dihitung beratnya dan persentase kumulatif
dari berat tanah yang melewati tiap saringan dihitung beratnya (SNI 03-1968-
1990).
25
Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Dengan kita mengetahui pembagian besarnya butiran dari suatu tanah


maka kita akan menentukan klasifikasi terhadap suatu macam tanah tertentu
dengan kata lain dapat mengadakan deskripsi tanah. Besarnya butiran tanah biasa
digambarkan dalam grafik. Dengan mengetahui pembagian besarnya butir dari
suatu tanah maka kita dapat menentukan klasifikasi terhadap suatu macam tanah
(Ilsley, 1942).
Gradasi agregat adalah gambaran yang memperlihatkan distribusi ukuran
butiran dari agregat. Gradasi yang paling baik digunakan dalam pembuatan beton
adalah gradasi sempurna, karena pada campuran rongga yang dihasilkan oleh
agregat yang berukuran besar akan ditutupi oleh agregat yang berukuran besar,
maka agregat tidak akan menghasilkan rongga ketika dicetak, sehingga agregat
akan bersifat kokoh, padat, dan tidak keropos (Abrams, 1918).
Agregat dalam campuran beton, kehalusan atau kekasaran agregat harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi kelecekan (workabilty) campuran beton,
yang dapat dilihat dari nilai modulus kehalusan. Campuran beton harus memiliki
(workabilty) yang baik dengan ruang udara yang kecil dan juga tahan terhadap
segregasi. Terdapat tiga jenis agregat berdasarkan gradasi yaitu:
1. Gradasi menerus (well graded), dimana terdapat semua ukuran agregat dan
distribusikan secara baik. Kehalusan dapat mempengaruhi kelecekan
(workabilty) campuran beton, yang dapat dilihat dari nilai modulus kehalusan.
Gradasi menerus sering dipakai dalam campuran beton dikarenakan gradasi
tersebut mendapatkan angka pori yang kecil dan memiliki kemampatan yang
tinggi sehingga didapatkannya (interlocking) yang baik pada campuran beton,
variasi ukuran butir agregat dibutuhkan dalam campuran beton.
2. Gradasi seragam (uniform graded), yaitu agregat yang memiliki butiran sama.
Gradasi ini mengandung sedikit agregat sehingga terdapat banyak rongga.
3. Gradasi senjang (gap graded), dimana tidak terdapat salah satu atau lebih dari
ukuran butir, gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal dalam
grafiknya (SNI T-15-1990-03:21).
Selain gradasi agregat dapat dinyatakan dalam bentuk grafik juga dapat
dinyatakan dalam suatu parameter yang disebut dengan modulus kehalusan.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Modulus halus butir (fineness modulus) ialah suatu indeks yang dipakai untuk
mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat (Abrams, 1918).
Modulus kehalusan didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari
butir agregat yang tertinggal diatas satu ayakan (38, 19, 9.60, 4.80, 2.40, 1.20,
0.60, 0.30, dan 0.15) kemudian nilai tersebut dibagi dengan 100. Kehalusan dan
kekasaran agregat dapat mempengaruhi kecelakaan dari mortar beton. Modulus
kehalusan agregat kasar antara 6,0-7,1 dengan variasi butir sesuai standar gradasi,
sedangkan modulus kehalusan agregat halus antara 1,5-3,8 dengan variasi butir
sesuai standar (Ilsley, 1942).

3.3 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam analisis saringan agregat kasar
dan halus berupa alat dan bahan sebagai berikut:
3.3.1 Alat
Berikut ini alat yang digunakan dalam praktikum analisis saringan
agregat kasar dan halus:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,2 %
2. Seperangkat saringan agregat halus
3. Seperangkat saringan agregat kasar
4. Oven
5. Mesin penggetar saringan (sieve shaker)
6. Talam
7. Sikat

3.3.2 Bahan
Berikut bahan yang digunakan dalam praktikum analisis saringan agregat
kasar dan halus:
1. Agregat kasar 5000 gram
2. Agregat halus 1100 gram.
3. Air.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Timbangan Talam Kompor gas

Kuas Wadah kecil Wadah besar

Agregat halus Agregat kasar


1 set saringan
1100 gram 5000 gram

Air

Gambar 3.1 Peralatan dan bahan analisis saringan agregat kasar dan halus

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

3.4 Prosedur
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis saringan
agregat kasar dan halus berdasarkan SNI 03-1968-1990 sebagai berikut:

1. Agregat Kasar
Analisis saringan pada agregat kasar pada dasarnya tidak berbeda jauh
dengan analisis saringan agregat halus, hanya saja pada agregat kasar
digunakan teknik pengguncangan atau penggoyangan secara manual, tidak
menggunakan mesin pengguncang (sieve shaker). Berikut ini prosedur kerja
yang dilakukan dalam praktikum analisis saringan agregat kasar:
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada analisis saringan
agregat kasar.
b. Bersihkan agregat kasar yang akan digunakan dengan sikat. Hal ini untuk
memastikan tidak ada unsur lain yang ikut dalam agregat.
c. Keringkan agregat kasar dengan oven pada suhu 110±5o C.
d. Masukkan agregat ke dalam lapis saringan yang sudah disusun sesuai
urutan ukuran.
e. Guncang tumpukan saringan selama 15 menit.
f. Pisahkan agregat berdasarkan jumlah yang tertahan di masing-masing
saringan.
g. Timbang dan catat berat agregat yang tertahan.

2. Agregat Halus
Berikut ini prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis saringan
agregat halus:
a. Bersihkan agregat halus yang akan digunakan dengan sikat.
b. Keringkan agregat halus dengan oven pada suhu 110±5o C.
c. Masukkan agregat ke dalam lapis saringan yang sudah disusun.
d. Nyalakan mesin sieve shaker selama 15 menit, setelah itu keluarkan agregat.
e. Pisahkan agregat berdasarkan jumlah yang tertahan di masing-masing
saringan.
f. Timbang dan catat berat agregat yang tertahan.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

1. Masukkan benda uji agregat kasar 2. Isi air kedalam wadah hingga
seberat 5000 gram ke dalam wadah. seluruh agregat kasar terendam.

3. Bersihkan agregat kasar dengan 4. Keringkan agregat kasar dengan


cara dicuci hingga air cucian jernih. menggunakan kompor gas sampai
berat contoh tetap.

5. Setelah kering, tunggu hingga 6. Guncang susunan saringan dengan


dingin kemudian timbang agregat tangan. Saringlah tiap dua saringan
kasar dan catatlah berat benda uji agar lebih mudah, dari saringan paling
agregat kasar tersebut. besar hingga paling kecil.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

7. Timbang dan catatlah masing –


masing agregat kasar yang tertahan
pada masing – masing saringan.
Gunakan kuas untuk membantu
membersihkan saringan.

Gambar 3.2 Prosedur analisis saringan agregat kasar

1. Masukkan benda uji agregat halus 2. Isi air kedalam wadah hingga
seberat 1100 gram ke dalam wadah. seluruh agregat halus terendam.

3. Bersihkan agregat halus dengan 4. Keringkan agregat halus dengan


cara dicuci hingga air cucian jernih. menggunakan kompor gas sampai
berat contoh tetap.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

5. Setelah kering, tunggu hingga 6. Guncang susunan saringan dengan


dingin kemudian timbang agregat tangan. Saringlah tiap dua saringan
halus dan catatlah berat benda uji agar lebih mudah, dari saringan paling
agregat kasar tersebut. besar hingga paling kecil.

7. Timbang dan catatlah masing –


masing agregat halus yang tertahan
pada masing – masing saringan.
Gunakan kuas untuk membantu
membersihkan saringan.

Gambar 3.3 Prosedur analisis saringan agregat halus

3.5 Perhitungan
Berikut ini merupakan hasil uji analisis saringan butiran agregat kasar dan
agregat halus:
Tabel 3.1 Hasil Uji Analisis Saringan Agregat Kasar
Agregat Kasar = 5000,40 Gram
Data
  Data Asli  
Asli+NIM/100
Berat Jumlah Jumlah Persen (%)
Saringan Berat Tertahan
Tertahan Tertahan Tertahan Lewat
1½“ 0,00 0,0 0,00 0,000 100.000
1“ 134,90 135,3 135,3 2,706 97,294
¾“ 913,50 913,9 1049,2 20,982 79,018

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

½“ 1324,60 1325 2374,2 47,480 52,520


3/8 “ 909,70 910,1 3284,3 65,681 34,319
No.4 737,60 738 4022,3 80,440 19,560
No.8 189,10 189,5 4211,8 84,229 15,771
No16 53,70 54,1 4265,9 85,311 14,689
No.30 65,60 66 4331,9 86,631 13,369
No.50 83,90 84,3 4416,2 88,317 11,683
No.100 0,00 0,0 4416,2 88,317 11,683
No.200 0,00 0,0 4416,2 88,317 11,683
Pan 587,40 584,2 5000,4 100 0
Dari perhitungan data di atas dapat kita dapatkan modulus kehalusan
untuk agregat kasar dengan persamaan berikut:
M
1
∑ jumlah persen kumulatif tertahan saringan 1 2 “ sampai saringan No .200
odulus kehalusan=
100
738,144
=
100
= 7,381%
Tabel 3.2 Hasil Uji Analisis Saringan Agregat Halus
Agregat Halus = 1100,40 Gram
Data
  Data Asli  
Asli+NIM/100
Berat Jumlah Jumlah Persen (%)
Saringan Berat Tertahan
Tertahan Tertahan Tertahan Lewat
1½“          
1“          
¾“          
½“          
3/8 “          
No.4 0 0 0 0,000 100,000
No.8 0,4 0,8 0,8 0,073 99,927
No16 1,1 1,5 2,3 0,209 99,791
No.30 9,3 9,7 12 1,091 98,909
No.50 551,2 551,6 563,6 51,218 48,782
No.100 394,8 395,2 958,8 87,132 12,868
No.200 26,3 26,7 985,5 89,558 10,442
Pan 116,9 114,9 1100,4 100 0

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Dari perhitungan data di atas dapat kita dapatkan modulus kehalusan untuk
agregat halus dengan persamaan berikut:
M

odulus kehalusan=
∑ jumlah persen kumulatif tertahan saringan No . 4 sampai saringan No .200
100
22 9 ,28
=
100
= 2,292%

1.6 Hasil dan Analisis Data


Metode yang digunakan dalam percobaan analisis saringan agregat halus
dan agregat kasar dilakukan dengan menggunakan beberapa saringan dengan
berbagai nomor. Hasil dari pengujian agregat kasar dan agregat halus nomor
saringan yang berukuran 1”, 3/4”, 1/2”, 3/8”, No.4, No.8, dan No.16, sedangkan
untuk agregat halus menggunakan saringan yang berukuran 1”, 3/8”, No.4, No.8,
No.16, No.30, No.50, No.100, No.200. Percobaan analisis saringan agregat halus
dan agregat kasar mendapatkan data-data yang kemudian diolah dan mendapatkan
hasil analis sebagai berikut yang terdapat pada tabel 3.3, gambar 3.4, tabel 3.4,
dan gambar 3.5:

1.6.1 Hasil analisis data agregat kasar


Hasil dan analisis data percobaan analisis saringan agregat kasar adalah
modulus kehalusan agregat kasar memenuhi dari ketentuan standar yaitu 7,321%.
Berdasarkan ASTM C–33 standar modulus kehalusan agregat kasar adalah
sebesar 5,0%–8,0%, berikut tabel gradasi agregat kasar.
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar
ASTM C–33
Nomor Gradasi kombinasi No.56
Persen lewat
Saringan
% Batas bawah % Batas atas
1½“ 100.000 100 100
1“ 97,294 90 100
¾“ 79,018 40 85
½“ 52,520 10 40
3/8 “ 34,319 0 15
No.4 19,560 0 5
Berdasarkan tabel diatas maka didapatkan grafik gradasi butiran sebagai

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

berikut.

Gambar 3.4 Grafik gradasi agregat kasar


Grafik pada gambar 3.4 dimana hasil uji gradasi agregat kasar pada
ASTM C-33 untuk saringan ½ “, 3/8 “dan No.4 tidak masuk dalam standar
ketentuan gradasi kombinasi No.56 karena melebihi dari standar batas atas
sehingga kategori paling mendekati adalah agregat kasar 3/8 “ – 1 “.

1.6.1 Hasil analisis data agregat halus


Hasil dan analisis data percobaan analisis saringan agregat halus
berdasarkan SK SNI S-04-1989 F data standar modulus agregat halus adalah
sebesar 1,50%–3,80% oleh karena itu modulus kehalusan agregat halus memenuhi
dari ketentuan standar yaitu sebesar 2,289%, berikut tabel gradasi agregat halus.
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus
SNI 03–2834–2000
Nomor Gradasi agregat No.4
Persen lewat
Saringan
% Batas bawah % Batas atas
¾“ 100,000 100 100
No.4 100,000 95 100
No.8 99,927 95 100
No.16 99,791 90 100
No.30 98,909 80 100
No.50 48,782 15 50
N0.100 12,868 0 15
Berdasarkan tabel diatas maka didapatkan grafik gradasi butiran sebagai
berikut.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Gambar 3.5 Grafik gradasi agregat halus


Berdasarkan grafik pada gambar 3.5 hasil uji gradasi agregat halus pada
SNI 03–2834–2000 semua saringan sudah sesuai standar karena masuk dalam
standar ketentuan gradasi agregat halus No.4 dan dikategorikan pasir halus.

3.6 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari analisis agregat kasar dan halus adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan dilakukannya pengujian ini untuk menentukan pembagian butiran atau
gradasi dari agregat serta menentukan modulus kehalusan sehingga dapat
diketahui distribusi butiran pada tiap jenis agregat yang nantinya akan
diperlukan dalam campuran beton.
b. Berat awal dan berat akhir dari hasil analisis saringan agregat kasar dan
agregat halus mengalami penurunan.
c. Nilai modulus kehalusan pada agregat kasar jauh lebih besar daripada agregat
halus sebesar 7,381% modulus kehalusan agregat kasar dan 2,292% modulus
kehalusan agregat halus.

3.7 Saran
Berikut hal-hal yang harus dilakukan agar uji analisis saringan agregat
mendapat hasil yang sesuai:
a. Agregat kasar dan halus harus dibersihkan (dicuci) sampai benar-benar bersih
yang ditandai dengan jernihnya air bekas pencucian. Hal ini juga untuk
memastikan tidak adanya unsur lain yang bercampur pada agregat.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus

b. Pastikan saringan yang digunakan tidak ada yang berlubang, untuk


menghindari kesalahan data (adanya agregat yang lolos tanpa tersaring).
c. Perhatikan dengan benar urutan saringan dalam ptoses pengayakan, agar
sesuai dengan panduan.
d. Proses pengayakan agregat kasar harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari jatuh atau terbuangnya agregat kasar yang berakibat pada
berkurangnya berat awal agregat.
e. Proses pengayakan agregat halus menggunakan mesin pengguncang (sieve
shaker) juga perlu diperhatikan, saat mesin menyala tahan mesin tersebut
untuk menghindari jatuh atau terbuangnya agregat halus.
f. Proses pengolahan data saat mencari jumlah berat tertahan, jumlah persen
tertahan, jumblah persen lewat serta modulus kehalusan harus dihitung
dengan teliti agar hasil yang diperloleh tepat dan tidak kerliru.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040

Anda mungkin juga menyukai