Anda di halaman 1dari 16

BAB III

KRITERIA PERENCANAAN

Perancangan geometrik jalan memerlukan beberapa kriteria sebagai


pertimbangan untuk mengoptimalkan hasil perencanaan. Kriteria perencanaan
tersebut meliputi klasifikasi jalan, parameter perencanaan geometrik jalan, bagian-
bagian jalan, dan penentuan trase jalan, berikut adalah skema penyelesaiannya.

53
Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

Dalam perencanaan teknik jalan diperlukan beberapa kriteria sebagai


pertimbangan untuk mengoptimalkan hasil perencanaan. Kriteria perencanaan
tersebut meliputi: klasifikasi jalan, parameter perencanaan geometrik jalan, bagian-
bagian jalan dan penentuan trase jalan. Dalam perancangan jalan, bentuk geometrik
jalan harus ditetapkan sedemikan rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai fungsinya. Dalam
perancangan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama yaitu:
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan, seperti jarak pandangan, ruang yang
cukup bagi manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang
cukup.
2. Menjamin suatu perancangan ekonomis.
3. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis
medan (terrain).
Dalam perencanaan teknik jalan diperlukan beberapa kriteria sebagai
pertimbangan untuk mengoptimalkan hasil perencanaan. Kriteria perencanaan
tersebut meliputi: klasifikasi jalan, parameter perencanaan geometrik jalan, bagian-
bagian jalan dan penentuan trase jalan. Dalam perancangan jalan, bentuk geometrik
jalan harus ditetapkan sedemikan rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai fungsinya. Dalam
perancangan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama yaitu:
4. Memberikan keamanan dan kenyamanan, seperti jarak pandangan, ruang yang
cukup bagi manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang
cukup.
5. Menjamin suatu perancangan ekonomis.
6. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis
medan (terrain).

3.1 Klasifikasi Medan


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi
medan yang diproyeksikan harus memperhitungkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 54


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan
untuk perencanaan geometric dapat dilihat dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Klasifikasi Medan
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
1. Datar D <3%
2. Perbukitan B 3 – 25 %
3. Pengunungan G >25,0%
(Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/TBM/1997)
1. Skala gambar
Perencanaan jalan dilakukan dengan menentukan skala gambar kontur yang
digunakan agar perhitungan dala perencanaan sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan. Adapun skala gambar yang digunakan dalam perencanaan dan
perancangan jalan yaitu skala 1:2000 cm
2. Penentuan titik awal dan titik akhir
Penentuan awal dan titik akhir dilakukan pengolahan pada setiap STA.
pengolahan data yang digunakan sebagai sampel dari penentuan titik awal dan
titik akhir adalah titik A dan STA (0 + 050) seperti dibawah ini:
a) Penentuan titik awal dan akhir pada titik A
1) Hitunglah ketingian titik A
13 m

Titik A
1m

14 m
5,30 cm x 20 = 106 m 18,5 cm x 20 = 185 m

H= 106 m + 185 m = 291 m

Gambar 3.1 Penentuan Titik A


Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa nilai yang harus dicari pertama
kali adalah nilai y (ketinggian di titik A) yaitu sebagai berikut:

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 55


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan
y h1
=
interval H
y 106 m
=
1 291 m
106 m
y = 291 m x 1m

y = 0,223 m

2) Hitunglah tinggi STA (h2) pada titik A


Setelah mendapatkan nilai y sebesar 0,500 meter, maka dapat dilakukan
perhitungan untuk mencari nilai tinggi STA yaitu sebagai berikut:
h2 = Tinggi kontur terdekat (h1) + ketingian titik A (y)
= 13 m + 0,223 m
= 13,223 m
3) Hitunglah nilai kelandaian melintang (e)
Perhitungan kelandaian melintang dilakukan setelah mengetahui nilai
dari beda tinggi (∆) dan jarak h1 ke h2 (d) yaitu sebagai berikut:
𝑦
e = x 100%
𝑑
0,223 𝑚
= x 100%
53 𝑚
= 0,42 %
4) Jarak antar patok
Jarak antar patok yang digunakan untuk setiap titik yaitu 50 m diantar
setiap titik patok yang diasumsikan 2,5 cm pada gambar untuk skala
1:2000 cm.

5) Hitung beda tinggi pada setiap STA


Hasil dari beda tinggi pada setiap STA berfungsi untuk mencari nilai
keladaian memanjang (e’) yang hasil akhirnya dalam persen (%). Adapun
perhitungan beda tinggi pada setiap STA adalah sebagai berikut:
∆h = Tinggi pada STA (0+50) – Tinggi STA pada titik A
= 14,181 – 13,223
= 0,958

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 56


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

6) Hitunglah nilai kelandaian memanjang (e’)


Setelah mendapatkan nilai beda tinggi pada setiap STA (∆h), dapat di
hitung nilai kelandaian memanjang (e’) yaitu sebagai berikut:
beda tinggi di segitiga setiap STA (∆h)
e’ = x 100%
jarak antar patok (x)
0,958 𝑚
= x 100%
50

= 1,92 %
b) Penentuan titik awal dan akhir pada STA (0+050)
1) Hitung ketingian STA (0+050)
14 m

STA (0+050)
1m
Y?

15 m
18,1 cm x 10 = 362 m 4,0 cm x 20 = 80 m

H = 362 m + 80 m = 442 m

Gambar 3.2 Penentuan STA (0+050)

Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa nilai yang harus dicari pertama kali
adalah nilai y (ketinggian di STA (0+050). Adapun perhitungan untuk
mencari nilai y yaitu sebagai berikut:
y h1
=
interval H
y 80 m
=
1 442 m
80 m
y = x1m
442 m
y = 0,181 m
2) Hitunglah tinggi STA (h2) pada STA (0+050)
Setelah mendapatkan nilai y sebesar 0,50 meter, maka dapat dilakukan
perhitungan untuk mencari nilai tinggi STA yaitu sebagai berikut:
h2 = tinggi kontur terdekat (h1) + ketinggian STA (0+050) (y)

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 57


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

= 14 m + 0,181
= 14,181 m
3) Hitunglah nilai kelandaian melintang (e)
Perhitungan kelamdaian melintang dilakukan setelah mengetahui nilai
dari beda tinggi (∆) dan jarak h1 ke h2 (d) yaitu sebagai berikut:
𝑦
e = x 100%
𝑑
0,181 m
= x 100%
40 m
=0,45 %
4) Jarak antar patok
Jarak antar patok yang digunakan untuk setiap titik yaitu 50 m diantar
setiap titik patok yang diasumsikan 2,5 cm pada gambar untuk skala
1:2000 cm.
5) Hitunglah beda tinggi pada setiap STA
berfungsi untuk mencari nilai kelandaian memanjang (e’) yang hasil
akhirnya dinyatakan dalam persen (%). Adapun perhitungan beda tinggi
pada setiap STA adalah sebagai berikut:
∆h = Tinggi pada STA (0+100) – tinggi STA pada STA (0+050)
= 13,237 – 14,181
= 0,944 m
6) Hitunglah nilai kelandaian memanjang (e’)
Setelah mendapatkan nilai beda tinggi pada setiap STA (∆h), dapat
dihitung nilai kelandaian memanjang (e’) yaitu sebagai berikut:
Beda tinggi di setiap STA (∆h)
e’ = x 100%
Jarak antar patok (x)

0,944
= x 100%
50 m
= 1,89 %
Untuk nilai kelandaian melintang dan memanjang pada titik A sampai
dengan titik B dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 58


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Titik Awal dan titik Akhir
e
(Kelandaia jarak beda e'
Titik elevasi elevasi
nilai h1 nilai h2 h1*skala h2*skala H y STA d n antar tinggi kelandaian
koordinat terdekat melintang terjauh
patok sta memanjang
)

A 5.30 18.50 106.000 370.000 476.000 13.000 0.223 13.223 106.000 0.21% 50.000 0.958 1.92% 14.000

0 + 050 4.00 18.10 80.000 362.000 442.000 14.000 0.181 14.181 80.000 0.23% 50.000 0.798 1.60% 15.000

0 + 100 2.30 3.70 46.000 74.000 120.000 13.000 0.383 13.383 46.000 0.83% 50.000 3.293 6.59% 15.000

0 + 150 1.20 2.50 24.000 50.000 74.000 17.000 0.324 16.676 24.000 1.35% 50.000 0.736 1.47% 16.000

0 + 200 1.40 2.00 28.000 40.000 68.000 17.000 0.412 17.412 28.000 1.47% 50.000 0.767 1.53% 18.000

0 + 250 0.70 3.20 14.000 64.000 78.000 18.000 0.179 18.179 14.000 1.28% 50.000 0.907 1.81% 19.000

0 + 300 0.30 3.20 6.000 64.000 70.000 19.000 0.086 19.086 6.000 1.43% 50.000 0.961 1.92% 20.000

0 + 350 0.20 4.10 4.000 82.000 86.000 20.000 0.047 20.047 4.000 1.18% 50.000 0.886 1.77% 21.000

0 + 400 0.20 2.80 4.000 56.000 60.000 21.000 0.067 20.933 4.000 1.68% 50.000 1.117 2.23% 20.000

0 + 450 0.30 5.70 6.000 114.000 120.000 22.000 0.050 22.050 6.000 0.83% 50.000 1.082 2.16% 23.000

0 + 500 1.00 6.60 20.000 132.000 152.000 23.000 0.132 23.132 20.000 0.66% 50.000 0.931 1.86% 24.000

0 + 550 0.50 7.50 10.000 150.000 160.000 24.000 0.063 24.063 10.000 0.63% 50.000 0.779 1.56% 25.000

0 + 600 0.60 3.20 12.000 64.000 76.000 25.000 0.158 24.842 12.000 1.32% 50.000 0.446 0.89% 24.000

0 + 650 1.50 3.70 30.000 74.000 104.000 25.000 0.288 25.288 30.000 0.96% 50.000 0.560 1.12% 26.000

0 + 700 0.70 3.90 14.000 78.000 92.000 26.000 0.152 25.848 14.000 1.09% 50.000 0.417 0.83% 25.000

0 + 750 1.80 5.00 36.000 100.000 136.000 26.000 0.265 26.265 36.000 0.74% 50.000 0.360 0.72% 27.000

0 + 800 1.80 3.00 36.000 60.000 96.000 27.000 0.375 26.625 36.000 1.04% 50.000 0.131 0.26% 26.000

0 + 850 1.00 3.10 20.000 62.000 82.000 27.000 0.244 26.756 20.000 1.22% 50.000 0.032 0.06% 26.000

0 + 900 0.80 2.10 16.000 42.000 58.000 27.000 0.276 26.724 16.000 1.73% 50.000 0.248 0.50% 26.000

0 + 950 1.00 1.10 20.000 22.000 42.000 26.000 0.476 26.476 20.000 2.38% 50.000 0.420 0.84% 27.000

1 + 000 0.10 1.70 2.000 34.000 36.000 26.000 0.056 26.056 2.000 2.80% 50.000 0.350 0.70% 27.000

1 + 050 0.50 1.20 10.000 24.000 34.000 26.000 0.294 25.706 10.000 2.94% 50.000 0.317 0.63% 25.000

1 + 100 0.70 1.10 14.000 22.000 36.000 25.000 0.389 25.389 14.000 2.78% 50.000 0.278 0.56% 26.000

1 + 150 0.20 1.60 4.000 32.000 36.000 25.000 0.111 25.111 4.000 2.78% 50.000 0.271 0.54% 26.000

1 + 200 0.40 2.10 8.000 42.000 50.000 25.000 0.160 24.840 8.000 2.00% 50.000 0.545 1.09% 24.000

1 + 250 1.00 1.60 20.000 32.000 52.000 25.000 0.385 25.385 20.000 1.93% 50.000 1.052 2.10% 26.000

1 + 300 0.80 1.60 16.000 32.000 48.000 24.000 0.333 24.333 16.000 2.08% 50.000 0.334 0.67% 25.000

1 + 350 0.70 1.40 14.000 28.000 42.000 25.000 0.333 24.667 14.000 2.38% 50.000 0.613 1.23% 24.000

1 + 400 0.70 1.80 14.000 36.000 50.000 25.000 0.280 25.280 14.000 2.00% 50.000 0.053 0.11% 26.000

1 + 450 1.50 3.00 30.000 60.000 90.000 25.000 0.333 25.333 30.000 1.11% 50.000 0.193 0.39% 26.000

1 + 500 1.80 11.10 36.000 222.000 258.000 25.000 0.140 25.140 36.000 0.39% 50.000 0.755 1.51% 26.000

1 + 550 5.00 8.00 100.000 160.000 260.000 24.000 0.385 24.385 100.000 0.39% 50.000 0.627 1.25% 25.000

1 + 600 5.00 15.70 100.000 314.000 414.000 24.000 0.242 23.758 100.000 0.24% 50.000 1.440 2.88% 23.000

1 + 650 1.40 3.00 28.000 60.000 88.000 22.000 0.318 22.318 28.000 1.14% 50.000 0.589 1.18% 23.000

1 + 700 1.30 3.50 26.000 70.000 96.000 22.000 0.271 21.729 26.000 1.04% 50.000 0.186 0.37% 21.000

1 + 750 1.90 1.60 38.000 32.000 70.000 21.000 0.543 21.543 38.000 1.43% 50.000 0.088 0.18% 22.000

1 + 800 1.00 1.20 20.000 24.000 44.000 21.000 0.455 21.455 20.000 2.28% 50.000 0.454 0.91% 22.000

1 + 850 0.20 2.00 4.000 40.000 44.000 22.000 0.091 21.909 4.000 2.28% 50.000 0.395 0.79% 21.000

1+900 0.70 1.60 14.000 32.000 46.000 22.000 0.304 22.304 14.000 2.17% 50.000 0.108 0.22% 23.000

1+950 1.40 2.00 28.000 40.000 68.000 22.000 0.412 22.412 28.000 1.47% 50.000 0.302 0.60% 23.000

B 1.20 3.00 24.000 60.000 84.000 23.000 0.286 22.714 24.000 1.19% 50.000 -
Jumlah 59.08% 49.55%
Rata-rata 1.441% 1.24%

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 59


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

Dari hasil tabel didapatkan rata-rata kelandaian melintang sebesa 1,444 %,


maka berdasarkan Tabel 3.2 Jalan tersebut termasuk kedalam medan jalan yang
datar dengan spesifikasi kemiringan medan < 3%.

3.2 Menentukan Lebar Jalan


Lebar jalan ditentukan berdasarkan klasifikasi jalan dan lalu lintas harian.
Jalan yang dijadikan acuan memiliki data sebagai berikut:
1. Lokasi, jalan yang dijadikan acuan adalah Jalan Wonoboso-Kejajar provinsi
Jawa Tengah.
2. Fungsi jalan, Jalan Wonosobo-Kejajar memiliki fungsi jalan sebagai arteri
primer.
3. Tipe jalan, 2/2D (1 jalur, 2 lajur, 2 arah terbagi)
4. Ukuran kota, Kabupaten Wonosobo memiliki jumlah penduduk sebanyak 1-3
juta penduduk.
5. Lalu lintas harian, data lalu lintas harian dijelaskan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.3 Lalu Lintas Harian Jalan Arjuno


Golongan
1 2 3 4 5A 5B 6A 7A 7B 7C 8
dan pickup

Kendaraan
Bus Besar

Sumbu (4

Bermotor
Mini truk

Bus mini

Gandeng
Angkot
Sepeda

Sumbu
pribadi

Trailer
Truk 2

Truk 3
Roda)
Mobil
motor

Tidak
Truk

Truk

19131 3160 24 2190 536 2 986 48 1 0 14


(Sumber: LHR Jawa Tengah)

3.2.1 Laju Pertumbuhan Lalu Lintas


Laju pertumbuhan lalu lintas dilakukan perhitungan dengan persamaan
sebagai berikut:

LHR (1 + i)n

Keterangan:
LHR = lalu lintas harian (smp)
i = laju pertumbuhan lalu lintas (%)
n = masa perencanaan
Dari data lalu lintas harian rata-rata (LHR) awal rencana diatas, maka
dapat dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
1. Masa Perencanaan 2 Tahun, i = 0,4%,

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 60


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

Laju pertumbuhan lalu lintas dihitungan dengan LHRawal rencana (1 + i)n


Golongan 1 = 19131 (1 + 0.4%)2 = 19284,354

Golongan 2 = 3160 (1 + 0.4%)2 = 3185,331

Golongan 3 = 24 (1 + 0.4%)2 = 24,192

Golongan 4 = 2190 (1 + 0.4%)2 = 2207,555

Golongan 5a = 536 (1 + 0.4%)2 = 540,297

Golongan 5b = 2 (1 + 0.4%)2 = 2,016

Golongan 6a = 986 (1 + 0.4%)2 = 993,904

Golongan 7a = 48 (1 + 0.4)2 = 48,358

Golongan 7b = 1 (1 + 0.4%)2 = 1,008

Golongan 7c = 0 (1 + 0.4%)2 =0

Golongan 8 = 14 (1 + 0.4%)2 = 14,112

Total = 26.301,154 smp/jam

2. Masa Pelaksanaan 4 Tahun, i = 0.8%,


Laju pertumbuhan lalu lintas dihitungan dengan LHRperencanaan (1 + i)n
Golongan 1 = 19284,354 (1 + 0.8%)4 = 19908,898

Golongan 2 = 3185,331 (1 + 0.8%)4 = 3288,491

Golongan 3 = 24,192 (1 + 0.8%)4 = 24,975

Golongan 4 = 2207,555 (1 + 0.8%)4 = 2279,049

Golongan 5a = 540,297 (1 + 0.8%)4 = 557,795

Golongan 5b = 2,016 (1 + 0.8%)4 = 2,081

Golongan 6a = 993,904 (1 + 0.8%)4 = 1026,093

Golongan 7a = 48,358 (1 + 0.8)4 = 49,952

Golongan 7b = 1,008 (1 + 0.8%)4 = 1,041

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 61


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

Golongan 7c = 0 (1 + 0.8%)4 =0

Golongan 8 = 14,112 (1 + 0.8%)4 = 14,569

Total = 27.152,944 smp/jam

3. Masa Umur Rencana 6 Tahun, i = 1%


Laju pertumbuhan lalu lintas dihitungan dengan LHRpelaksanaan (1 + i)n

Golongan 1 = 19908,898 (1 + 1%)6 = 21133,696

Golongan 2 = 3288,491 (1 + 1%)6 = 3490,799

Golongan 3 = 24,975 (1 + 1%)6 = 26,511

Golongan 4 = 2279,049 (1 + 1%)6 = 2419,256

Golongan 5a = 557,795 (1 + 1%)6 = 592,111

Golongan 5b = 2,081 (1 + 1%)6 = 2,209

Golongan 6a = 1026,093 (1 + 1%)6 = 1089,218

Golongan 7a = 49,952 (1 + 1%)6 = 53,025

Golongan 7b = 1,041 (1 + 1%)6 = 1,105

Golongan 7c = 0 (1 + 1%)6 =0

Golongan 8 = 14,569 (1 + 1%)6 = 15,465

Total = 28.823,395 smp/jam

4. VLHR
Masa Umur Rencana 10 Tahun, i = 1%
Laju pertumbuhan lalu lintas dihitungan dengan LHRpelaksanaan (1 + i)n

Golongan 1 = 19908,898 (1 + 1%)6 = 21133,696

Golongan 2 = 3288,491 (1 + 1%)6 = 3490,799

Golongan 3 = 24,975 (1 + 1%)6 = 26,511

Golongan 4 = 2279,049 (1 + 1%)6 = 2419,256

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 62


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

Golongan 5a = 557,795 (1 + 1%)6 = 592,111

Golongan 5b = 2,081 (1 + 1%)6 = 2,209

Golongan 6a = 1026,093 (1 + 1%)6 = 1089,218

Golongan 7a = 49,952 (1 + 1%)6 = 53,025

Golongan 7b = 1,041 (1 + 1%)6 = 1,105

Golongan 7c = 0 (1 + 1%)6 =0

Golongan 8 = 14,569 (1 + 1%)6 = 15,465

Total = 28.823,395 smp/jam

Untuk menentukan faktor K dan F volume lalu lintas rencana dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Nilai Faktor K Dan Faktor F Berdasarkan VLHR
VLHR Faktor K (%) Faktor F (%)
>50.000 4–6 0,9 – 1
30.000 – 50.000 6–8 0,8 – 1
10.000 – 309.000 6–8 0,8 – 1
5.000 – 10.000 8 – 10 0,6 – 0,8
1.000 – 5.000 10 – 12 0,6 – 0,8
<1000 12 – 16 < 0,6
(Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997)
a. Perhitungan VJR (volume jam rencana)
Perhitungan VJR (volume jam rencana) ini dapat menggunakan rumus 2.4.
K 1
VJR = VLRH x x
f 100
8% 1
= 28823,395 x x
1% 100

= 2305,872 smp/jam
Hasil dari perhitungan VJR (volume jam rencana) adalah sebesar 2305,872
smp/jam. Untuk menentukan faktor k dan f volume lalu lintas rencana dapat
dilihat pada Tabel 3.5

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 63


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan
Tabel 3.5 Klasifikasi Lebar Komponen Jalan
ARTERI KOLEKTOR
ideal minimum Ideal minimum
VLHR lebar lebar lebar lebar lebar lebar lebar lebar
jalur bahu jalur bahu jalur bahu jalur bahu
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
<3000 6 2 5 1 6 1.5 4.5 1
3000-10000 7 2 6 2 7 1.5 6 2
10001-
7 2 7 2 7 2 **) **)
25000
2n x 2x 2n x
>25000 3 2 2 **) **)
3.5* 7.0* 3.5*
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan 1997 TPGJAK
No.038/TBM/1997), untuk VLHR >25.000 smp/hari:
Lebar jalur : 7 m
Lebar lajur : 3,5 m
Lebar bahu : 3 m
1. Dari data LHR yang digunakan didapat nilai VLHR sebesar 28.823,395 smp,
berdasarkan tabel 3.5 dengan fungsi jalan yang digunakan arteri primer didapat
lebar jalan 7 meter dengan lebar bahu jalan 3 meter dengan tipe jalan yang
direncanakan 2/2UD
a. Direncanakan :
1) Tipe jalan 2/2 UD dua arah (sumber: MKJI 1997) untuk jalan luar kota
2) C = 3100 smp/jam
3) Fcw = 1 (untuk lebar efektif lajur untuk per lajur 7 m)
4) FCsp = 1 (untuk pemisahan arah 50%-50%)
5) FCsf = 1,02 (hambatan samping rendah diperoleh dari bahu >2)
6) FCcs = 0,94 (untuk jumlah penduduk 0.5 – 1.0 juta penduduk)
b. Mencari kapasitas (C)
Mencari kapasitas (C) ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
Keterangan :
C = Kapasitas jalan
Co = Kapasitas dasar
FCw = Faktor kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah
FCsf = Faktor penyeseuaian hambatan samping

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 64


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan
FCes = Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota
Untuk mencari kapasitas (C) yaitu sebagai berikut :
C = Co x Fcw x FCsp x FCsf
= 3100 x 1 x 1 x 1,02 x 0,94
= 2972,28 smp/jam
c. Mencari derajat kejenuhan (Ds)
Mencari derajat kejenuhan (Ds) ini dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
𝑉𝐽𝑅
𝐷𝑠 =
𝐶
Sehingga, didapatkan nilai Ds sebagai berikut:
2305,872
𝐷𝑠 =
2972,280
𝐷𝑠 = 0,812

Keterangan :
Ds = derajat kejenuhan
V = VJR
C = kapasitas
𝐷𝑠 = 0,812 < 1 ( nilai 𝐷𝑠 memenuhi jika pada rentang nilai 0 sampai 1)
Sehingga jalan tipe 2/2 UD dapat digunakan.
d. Mencari gradien
jarak dari satu kontur ke titik elevasi
𝜃= x 100%
jarak antar kontur

∆y
𝜃= x 100%
d
Dimana :
∆y = elevasi besar – elevasi kecil
D = jarak
Tabel 3.6 Perhitungan Gradien Kontur
DATA GRADIEN
Elevasi
STA Elevasi Kiri Jarak Gradien
Kanan
A 13.215 13.230 2.500 0.006%

0 + 050 14.173 14.189 2.500 0.006%

0 + 100 13.354 13.413 2.500 0.024%


0 + 150 16.723 16.628 2.500 0.038%

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 65


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

0 + 200 17.360 17.463 2.500 0.041%

0 + 250 18.135 18.224 2.500 0.036%

0 + 300 19.036 19.136 2.500 0.040%

0 + 350 20.006 20.087 2.500 0.032%

0 + 400 20.992 20.875 2.500 0.047%

0 + 450 22.021 22.079 2.500 0.023%

0 + 500 23.109 23.155 2.500 0.018%

0 + 550 24.041 24.084 2.500 0.017%

0 + 600 24.888 24.796 2.500 0.037%

0 + 650 25.255 25.322 2.500 0.027%

0 + 700 25.886 25.810 2.500 0.030%

0 + 750 26.239 26.290 2.500 0.020%

0 + 800 26.661 26.589 2.500 0.029%

0 + 850 26.799 26.713 2.500 0.034%

0 + 900 26.784 26.664 2.500 0.048%

0 + 950 26.393 26.560 2.500 0.067%

1 + 000 26.042 26.153 2.500 0.044%

1 + 050 25.809 25.603 2.500 0.082%

1 + 100 25.292 25.486 2.500 0.078%

1 + 150 25.014 25.208 2.500 0.078%

1 + 200 24.910 24.770 2.500 0.056%

1 + 250 25.317 25.452 2.500 0.054%

1 + 300 24.260 24.406 2.500 0.058%

1 + 350 24.750 24.583 2.500 0.067%


1 + 400 25.210 25.350 2.500 0.056%

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 66


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

1 + 450 25.294 25.372 2.500 0.031%

1 + 500 25.126 25.153 2.500 0.011%

1 + 550 24.371 24.398 2.500 0.011%

1 + 600 23.767 23.750 2.500 0.007%

1 + 650 22.278 22.358 2.500 0.032%

1 + 700 21.766 21.693 2.500 0.029%

1 + 750 21.493 21.593 2.500 0.040%

1 + 800 21.375 21.534 2.500 0.064%

1 + 850 21.989 21.830 2.500 0.064%

1+900 22.228 22.380 2.500 0.061%

1+950 22.360 22.463 2.500 0.041%

B 22.756 22.673 2.500 0.033%

Jumlah 932.477 933.515 1.617%


rata-rata 22.743 22.769 2.500 0.04%
Dari tabel didapat jumlah rata – rata gradien sebesar 0,10 %, dengan
menggunakan rata – rata gradien berarti menunjukkan jenis tipe jalan yaitu jalan
datar. Berikut perhitungan selanjutnya :
1. Rata-rata gradien = 0,04 %
2. Super elevasi maksimum = 6 %
3. Kemiringan normal =2-3%
4. Fungsi jalan = Arteri primer
5. Kecepatan rencana = 80 km/jam
6. Sudut tikungan = 2%
7. Tipe dan lebar lajur jalan = 2/2 UD dan lebar lajur 3,5 meter
Jalan pada kontur merupakan jalan perkotaan yang berpedoman pada tata
cara perencanaan geometrik jalan perkotaan maret 1992 Dirjen Bina Marga.

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 67


Perancangan Geometrik Jalan Kriteria Perencanaan

3.3 Penentuan Lebar Jalan


Adapun penentuan lebar jalan yang akan digunakan dalam perencanaan
geometrik jalan, dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
3.3.1 Tipe Daerah
Tipe daerah telah ditentukan, yaitu merupakan jalan dalam kota.
3.3.2 Kriteria Desain Perencanaan Geometrik Jalan
Klasifikasi jalan berdasarkan spesifikasi penyedia dan prasarana jalan.
a. Fungsi jalan = Arteri primer
b. Tipe = 2/2 UD (2 lajur 2 arah tak terbagi)
c. Kelas jalan = Jalan Raya
3.3.3 Penetuan superelevasi maksimum (Emaks)
Penetapan superelevasi Emaks, Perlu meliht beberapa kriteria sebagai
berikut:
a. Untuk daerah licin,f Emaks = 8 %
b. Untuk daerah perkotaan, Emaks = 4 - 6 %. Bina Marga menganjurkan untuk
Emaks jalan perkotaan = 6 %
Sehingga, data yang diambil yang sesuai dengan perencanaan maka
didapatlah untuk perkotaan Emaks = 6 %.

Hardiani Nofriza Zarisma Noka–M1C120003 68

Anda mungkin juga menyukai