PENDAHULUAN
iBeton imutu itinggi imembutuhkan iperbandingan iair idan ibahan iikat i(FAS)
iyang ikecil. iOleh ikarena iFAS ikecil, iworkability imenjadi irendah, imaka
iuntuk imempermudah ipengerjaannya iditambahkan iadmixture iyang idapat
imengencerkan iadukan ibeton itersebut.
Beton imutu itinggi imenurut iStandart iNasional iIndonesia iatau iSNI
i03-6468- i2000 iyaitu ibeton iyang imempunyai ikuat itekan iyang idisyaratkan
ilebih idari i41,4 iMPa. iPada idasarnya, ikomponen iutama ipenyusun ibeton
imutu itinggi isama idengan ibeton inormal, iyang iterdiri idari isemen, iagregat
ikasar, iagregat ihalus, idan iair idengan iatau itanpa ibahan itambah. iBeton ijuga
imempunyai ibeberapa ikelemahan, iyaitu ilemah iterhadap ikuat itarik,
imengembang idan imenyusut ibila iterjadi iperubahan isuhu, danisulit ikedap iair
isecara isempurna.
1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Berikut ini tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
praktikum beton:
1. Mendapatkan data untuk berat volume, analisis saringan, kadar air, kadar
lumpur dan zat organik yang terkandung, serta specific grafity yang
ditentukan melalui pengujian agregat kasar dan halus.
2. Memperoleh data untuk mix design sebagai komposisi komponen atau unsur
beton.
3. Menentukan kuat mutu beton melalui pengujian slump beton.
4. Mendapatkan data mengenai kuat lentur beton untuk menentukan kualitas
suatu material.
5. Mendapatkan hasil dan kesimpulan dari uji kuat tekan beton untuk
pemeriksaan kekuataan beton yang memenuhi syarat.
iperbandingan itertentu. Agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan pengisi
dan bahan penguat sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton
per tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila
kuat tekan beton tinggi sifat-sifat lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat
dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih tergantung pada jenis campuran sifat-sifat
agregat serta kualitas perawatan.
Kekuatan tekan beton paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2
sampai 500 kg/cm2 nilai kuat tekan beton didapatkan melalui cara pengujian
standar menggunakan mesin cuci dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Selanjutnya benda uji tekan
dengan mesin tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum pada saat benda uji
pecah dibagi luas penampungan benda uji merupakan nilai kuat desak beton yang
dinyatakan dalam satuan mpa atau kg/cm2.
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan dengan baik. Adapun
unsur-unsur bahan campuran beton adalah sebagai berikut:
1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan gyps sebagai tambahan.
SNI 15-03-02-2004 mengenai semen (PPC = Portland Pozolan Cement), semen
Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari campuran homogen semen
Portland bersamaan dengan bahan yang mempunyai sifat Pozolon. Menurut SNI
15-2049-2004 mengenai semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement),
semen ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
1. Type I
Semen portland type I digunakan penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain,
seperti hidrasi panas dan kuat tekan awal.
2. Type II
Semen portland type II dalam penggunaannya memerlukan sesuatu
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang., seperti sistem drainase
konsentrat yang terjadi di dalam tanah. Karakteristik semen ini tahan terhadap
asam sulfa tantara 0,1-0,2% dan hidrasi panas yang sedang.
3. Type III
Semen portland type III dalam penggunaanya memerlukan, kekuatan tinggi
pada terhadap pemulihan setelah pengikatan terjadi, mempunyai waktu
perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya
digunakan pada struktur bangunan bertingkat tinggi, jalan beton atau jalan
bebas hambatan, bandar udara dan bangunan air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat.
4. Type IV
Semen portland type IV dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi
rendah, yang umumnya digunakan dpada struktur-struktur bangunan yang
masif.
5. Type V
Semen portland type V dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat, terutama pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat lebih
dari 0,2% seperti rawa-rawa, air laut atau pantai kawasan tambang.
1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik.
Agregat sendiri terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, dimana
keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam campuran beton.
1. Agregat Halus
Cara untuk membeda-bedakan jenis-jenis agregat yang paling sering
dilakukan adalah melihat ukuran butir-butirannya. Agregat yang mempunyai
butir-butir yang besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari
4,75 mm. Sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm. Menurut peraturan SK-SNI-15-
1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 kelompok menurut gradasinya
yaitu pasir agar halus, pasir halus, agak kasar dan kasar. Pasir yang digunakan
dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pasir halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
adanya bentuk pasir yang tajam maka kaitan antara agregat akan lebih baik
sedangkan sifat keras untuk menghasilkan batuan yang keras pula.
b. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca yang ada, sehingga beton yang dihasilkan juga
tahan terhadap cuaca yang ada.
c. Pasir tidak boleh mengandung lumpur 5% dari berat kering pasir, lumpur
yang ada pada pasir dalam adukan semen akan menghalangi ikatan antara
pasir dan pasta semen jika lebih besar >5% maka beton berkualitas rendah.
d. Pasir harus mengandung bahan organik kurang lebih <5%.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alami dari batuan-batuan (natural sond) atau
pasir buatan (artificial sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organus dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kekuatan beton serta
menghambat hidrasi pada semen hingga proses pengerasan berlangsung
lambat. Kandungan bahan organik yang ada di dalam agregat halus
dibuktikan dengan pemeriksaan warna dari Abraham Haroter (dengan
memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini Agregat halus atau pasir
dimasukkan dalam jumlah tertentu ke dalam botol ditambahkan larutan
NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam
jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan
warna standar hellige tester No.3. Apabila perubahan warna pada
campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai kadar
organik yang tinggi (kotor).
d. Pemeriksaan berat volume agregat halus
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa pecahan batuan, pecahan split atau split alami dengan
ukuran butiran minimal 5 mm dan agregat harus dengan mudah mengisi
cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja
tulangan. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori, dimana butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan. Agregat kasar juga tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditemukan di berat kering). Berdasarkan dari berat jenisnya agregat kasar
telah dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gr/cm3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,8
gr/cm3.
b. Agregat berat
Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gr/cm3, misalnya
magnetik (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis sampai 5 gr/cm3. Penggunaanya dipakai sebagai pelindung dari
radiasi.
c. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai ukuran berat jenis kurang
dari 2,0 gr/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton struktural atau dinding
Beton yang baik juga dipengaruhi dengan karakteristik dari bahan penyusun,
salah satunya adalah agregat kasar. Adapun ketentuan mengenai penggunaan
agregat kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara lain:
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa split sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
b. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipi hanya dapat di pakai, apabila jumlah
butir-butir pipih, tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca seperti, terik matahari dan hujan. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka
agregat harus dicuci kembali.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat reaktif alkali.
d. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji
dari Rudellof dengan beban penguji.
e. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang berani beraneka agar besar
apabila diayak dengan ayakan.
f. Selisih antara sisa kemarin di atas dua ayakan berurutan adalah maksimum
60% dan 10% berat.
f. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan sepertiga dari tebal
pelat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang.
g. Atau bekas-bekas talangan, penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan.
Apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara penghancuran beton
1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang
penting untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen (W/C)
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air
semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama
semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton.
Persyaratan air untuk campuran beton harus bersih, tidak mengandung
minyak dan benda terapung lainnya secara visual, tidak mengandung benda-
benda suspensi lebih dari 2 gram/liter, tidak mengandung garam-garam yang
dapat larut dan merusak beton, asam asam, zat organik dan sebagainya lebih dari
15 gram/liter, kandungan klorida dalam senyawa sulfat 4 gram/liter, bila
dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang diperiksa
tidak lebih dari 10% untuk meratakan kecuali syarat-syarat diatas air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/ liter. Air juga berpengaruh terhadap
kuat desak beton, karena kelebihan air dapat menyebabkan penurunan pada kuat.
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan,
yang ditambahkan kedalam pencampuran beton selama pengadukan, dengan
tujuan untuk mengubah sifat adukan betonnya. Pemberian bahan tambah pada
adukan beton dengan maksut untuk memperlambat waktu pengerasan,
mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah daktalitas
Slump (mm)
Tipe Konstruksi
Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi
75 25
telapak)
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang
75 25
pancang, dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Tabel 1.2 Nilai Slump Yang Dianjurkan Untuk Berbagai Pekerjaan Konstruksi
(Sumber: SNI 7656-2012)
Tabel 1.5 Maksimum Rasio Air-Semen Untuk Beton Tingkat Pemaparan Berat
Struktur selalu atau
Strukur yang
seringkali basah dan
Tipe Struktur dipengaruhi air
terpapar pembekuan serta
laut atau sulfat
pencairan
Bagian tipis dan bagian selimut
0,45
beton kurang dari 25 mm.
Struktur lain 0,50 0,40
0,45
(Sumber : SNI 7656:2012)
Tabel 1.6 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton
Volume agregat kasar kering oven per satuan volume
Ukuran nominal
beton untuk berbagai modulus kehalusan dari agregat
agregat maksimum
halus
(mm)
2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60
Tabel 1.9 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia
Persyaratan kuat tekan, f'c Kuat tekan rata-rata perlu, f'c
Mpa Mpa
Kurang dari 21 fc’ + 7,0
21 sampai dengan 25 fc’ + 8,5
Lebih dari 35 fc’ + 10,0
(Sumber: SNI 03-2847-2002)