Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton imerupakan isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa
imaterial, iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat
ikasar, iair idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang
ikemudian idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen)
idengan iperbandingan itertentu. iBeton imerupakan ikomposit, imaka ikualitas
ibeton isangat itergantung idari ikualitas imasing-masing imaterial. iBeton iyang
ibaik iadalah ibeton iyang isetiap ibutir iagregatnya iterbungkus idengan imortar,
idemikian ipula idengan iruang iantara iagregat iharus iterisi ioleh imortar. iJadi,
ikualitas idari ipasta iatau imortar iakan imenentukan ikualitas ibeton. i
Beton imerupakan isalah isatu ibahan ikontruksi iyang itelah iumum
idigunakan. iSecara icederhana ibeton idibentuk ioleh ipengerasan icampuran
iantara isemen, iair, iagregat ihalus i(pasir), idan iagregat ikasar i(batu ipecah
ikerikil), idan idengan iataupun itanpa iditambahkan icampuran ibahan ilain
i(admixture) iuntuk imemperbaiki ikualitas ibeton. iMaterial ipembentuk ibeton
itersebut idicampur idengan ikomposisi itertentu iyang ikemudian imembentuk
imasa ipadat. iProporsi ibahan iakan imempengaruhi ikarakteristik idari ibeton iitu
isendiri, iseperti ikemudahan ipengerjaani(workability), idurabilitas idan iwaktu
ipengerasan.
Beton imutu itinggi imenurut iPD iT-04-20040C itentang iTata iCara
iPembuatan idan iPelaksaaan iBeton iBerkekuatan iTinggi iadalah ibeton iyang
imemiliki ikuat itekan iantara i40-80 iMpa. iBeton imutu itinggi idapat idiartikan
isebagai ibeton iyang iberorientasi iada ikekuatan iyang itinggi i(high istrenght
iconcrete) iyang imempertimbangkan ikeawetan i(durability) ibeton iserta
ikemudahan ipengerjaan ibeton i(workability). iBeton ibermutu itinggi imemilih
imaterial iyang iberkualitas isupaya idapat iberfungsi idengan isemestinya idan
imampu imelayani ikebutuhan ipembangunan igedung, ijembatan, ijalan iraya,
iatau iyang iberhubungan idengan ibeton iagar isesuai idengan iyang itelah
idirencanakan. iKomposisi ibahan-bahan ipenyusun ibeton iperlu idiperhatikan
idan iditeliti, iagar ikomposisi ibahan ipenyusunnya isesuai idengan ikebutuhan.
1
Laporan Praktikum Beton

iBeton imutu itinggi imembutuhkan iperbandingan iair idan ibahan iikat i(FAS)
iyang ikecil. iOleh ikarena iFAS ikecil, iworkability imenjadi irendah, imaka
iuntuk imempermudah ipengerjaannya iditambahkan iadmixture iyang idapat
imengencerkan iadukan ibeton itersebut.
Beton imutu itinggi imenurut iStandart iNasional iIndonesia iatau iSNI
i03-6468- i2000 iyaitu ibeton iyang imempunyai ikuat itekan iyang idisyaratkan
ilebih idari i41,4 iMPa. iPada idasarnya, ikomponen iutama ipenyusun ibeton
imutu itinggi isama idengan ibeton inormal, iyang iterdiri idari isemen, iagregat
ikasar, iagregat ihalus, idan iair idengan iatau itanpa ibahan itambah. iBeton ijuga
imempunyai ibeberapa ikelemahan, iyaitu ilemah iterhadap ikuat itarik,
imengembang idan imenyusut ibila iterjadi iperubahan isuhu, danisulit ikedap iair
isecara isempurna.

1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Berikut ini tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
praktikum beton:

1. Mendapatkan data untuk berat volume, analisis saringan, kadar air, kadar
lumpur dan zat organik yang terkandung, serta specific grafity yang
ditentukan melalui pengujian agregat kasar dan halus.
2. Memperoleh data untuk mix design sebagai komposisi komponen atau unsur
beton.
3. Menentukan kuat mutu beton melalui pengujian slump beton.
4. Mendapatkan data mengenai kuat lentur beton untuk menentukan kualitas
suatu material.

5. Mendapatkan hasil dan kesimpulan dari uji kuat tekan beton untuk
pemeriksaan kekuataan beton yang memenuhi syarat.

1.3 Landasan Teori


Beton adalah isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa imaterial,
iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat ikasar, iair
idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang ikemudian
idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen) idengan
Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003
Laporan Praktikum Beton

iperbandingan itertentu. Agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan pengisi
dan bahan penguat sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton
per tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila
kuat tekan beton tinggi sifat-sifat lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat
dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih tergantung pada jenis campuran sifat-sifat
agregat serta kualitas perawatan.
Kekuatan tekan beton paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2
sampai 500 kg/cm2 nilai kuat tekan beton didapatkan melalui cara pengujian
standar menggunakan mesin cuci dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Selanjutnya benda uji tekan
dengan mesin tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum pada saat benda uji
pecah dibagi luas penampungan benda uji merupakan nilai kuat desak beton yang
dinyatakan dalam satuan mpa atau kg/cm2.
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan dengan baik. Adapun
unsur-unsur bahan campuran beton adalah sebagai berikut:

1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan gyps sebagai tambahan.
SNI 15-03-02-2004 mengenai semen (PPC = Portland Pozolan Cement), semen
Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari campuran homogen semen
Portland bersamaan dengan bahan yang mempunyai sifat Pozolon. Menurut SNI
15-2049-2004 mengenai semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement),
semen ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:

1. Type I
Semen portland type I digunakan penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain,
seperti hidrasi panas dan kuat tekan awal.

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

2. Type II
Semen portland type II dalam penggunaannya memerlukan sesuatu
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang., seperti sistem drainase
konsentrat yang terjadi di dalam tanah. Karakteristik semen ini tahan terhadap
asam sulfa tantara 0,1-0,2% dan hidrasi panas yang sedang.
3. Type III
Semen portland type III dalam penggunaanya memerlukan, kekuatan tinggi
pada terhadap pemulihan setelah pengikatan terjadi, mempunyai waktu
perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya
digunakan pada struktur bangunan bertingkat tinggi, jalan beton atau jalan
bebas hambatan, bandar udara dan bangunan air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat.
4. Type IV
Semen portland type IV dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi
rendah, yang umumnya digunakan dpada struktur-struktur bangunan yang
masif.
5. Type V
Semen portland type V dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat, terutama pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat lebih
dari 0,2% seperti rawa-rawa, air laut atau pantai kawasan tambang.
1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik.

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekerasan butiran agregat.


Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk spit. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm,
0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton
berfungsi:

1. Menghemat penggunaan semen


2. Menghasilkan kekuatan Portland yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan susunan pangkat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol stability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.

Agregat sendiri terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, dimana
keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam campuran beton.
1. Agregat Halus
Cara untuk membeda-bedakan jenis-jenis agregat yang paling sering
dilakukan adalah melihat ukuran butir-butirannya. Agregat yang mempunyai
butir-butir yang besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari
4,75 mm. Sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm. Menurut peraturan SK-SNI-15-
1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 kelompok menurut gradasinya
yaitu pasir agar halus, pasir halus, agak kasar dan kasar. Pasir yang digunakan
dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pasir halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
adanya bentuk pasir yang tajam maka kaitan antara agregat akan lebih baik
sedangkan sifat keras untuk menghasilkan batuan yang keras pula.
b. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca yang ada, sehingga beton yang dihasilkan juga
tahan terhadap cuaca yang ada.
c. Pasir tidak boleh mengandung lumpur 5% dari berat kering pasir, lumpur
yang ada pada pasir dalam adukan semen akan menghalangi ikatan antara
pasir dan pasta semen jika lebih besar >5% maka beton berkualitas rendah.
d. Pasir harus mengandung bahan organik kurang lebih <5%.

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

e. Gradasinya harus memenuhi harus syarat.

Agregat halus memerlukan pemeriksaan dan analisis tertentu untuk


menentukan bahan tersebut berkualitas baik untuk menjadi bahan penyusun
beton. Adapun bagian-bagian dalam pemeriksaan agregat halus sebagai
berikut:

a. Analisis saringan agregat halus


Analisis saringan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa
agregat halus agar dapat mengetahui ukurannya. dengan menggunakan
ukuran-ukuran saringan standar tertentu yang ditunjukkan dengan lubang
saringan dalam (mm) agar dapat menentukan agregat tersebut cocok untuk
beton atau tidak. Selain itu hasil dari analisis saringan juga digunakan
untuk mendapatkan persentase agregat halus dalam campuran dan modulus
kehalusan. Adapun modulus kehalusan yang disyaratkan untuk agregat
halus adalah 21-3,7.

b. Pemeriksaan bahan lolos saringan No.200.


Dalam spesifikasi biasanya dimasukkan syarat kebersihan agregat yaitu
dengan memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak
diinginkan (seperti tanaman, partikel lunak lumpur dan lain sebagainya)
biasanya berada dalam atau pada agregat. Agregat yang kotor akan
memberikan pengaruh jelek pada kinerja pekerjaan seperti berkurangnya
ikatan antara agregat dengan pasta semen yang disebabkan karena
banyaknya kandungan lumpur pada agar-agar tersebut di lapangan yang
juga akan berpengaruh pada kualitas beton yang akan dibuat. Sedangkan
kebersihan sering ditentukan hanya dengan melihat secara visual, padahal
seharusnya kebersihan dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan
basah, yaitu dengan menimbang agregat sebelum dicuci dan agregat
setelah dicuci setelah mendapatkan hasilnya kemudian hasil dari data
tersebut dibandingkan. Dari kebersihan agregat inilah yang akan
memberikan persentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm (saringan
No.200).

c. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus


Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003
Laporan Praktikum Beton

Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alami dari batuan-batuan (natural sond) atau
pasir buatan (artificial sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organus dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kekuatan beton serta
menghambat hidrasi pada semen hingga proses pengerasan berlangsung
lambat. Kandungan bahan organik yang ada di dalam agregat halus
dibuktikan dengan pemeriksaan warna dari Abraham Haroter (dengan
memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini Agregat halus atau pasir
dimasukkan dalam jumlah tertentu ke dalam botol ditambahkan larutan
NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam
jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan
warna standar hellige tester No.3. Apabila perubahan warna pada
campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai kadar
organik yang tinggi (kotor).
d. Pemeriksaan berat volume agregat halus
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:

1) Menghasilkan beton yang murah.


2) Menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
3) Mengurangi susut.
4) Mengurangi rongga badan.
5) Memperkecil pengaruh suhu.

e. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.


Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan ketentuan
dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk
pembuatan sebuah beton. Jika kadar lumpur yang didapat lebih dari

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

persentase yang ditetapkan oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia,


1971” (PBI 1971/NI-2). Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat
lolos ayakan 4,8 mm (No.4) dan tertinggi di atas ayahkan 0,075 mm
(No.200). Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan
mineral yang lain seperti tanah dan salt. Pasir yang digunakan untuk bahan
bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam (PUBI).
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen
kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui
secara tepat.

f. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus


Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji, sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada
agregat disebut porositas. Agregat dengan kadar pori yang besar akan
membutuhkan jumlah beton yang lebih banyak karena banyak beton yang
terserap mengakibatkan beton menjadi lebih tipis. Penentuan banyak pori
ditentukan berdasarkan air yang didapat terabsorbsi oleh agregat. Nilai
penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh
pori-pori dengan agregat pada kondisi kering:

1) Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity)


Berat jenis curah merupakan beras jenis berat jenis yang diperhitungkan
terhadap seluruh volume yang ada (volume pori yang dapat diresapi
beton atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dilewati air dan
volume partikel.
2) Berat jenis kering permukaan (SSD specific Gravity)
Merupakan berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya
dapat diresapi beton ditambah dengan volume partikel.
3) Berat jenis semu (Apperent Specific Gravity)
Merupakan berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja
tanpa memperhitungkan volume pori, yang dapat dilewati air

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

merupakan bagian-bagian relative density dari bahan padat yang


terbentuk dari partikel kecuali pori atau pori udara yang dapat menyerap
air.
4) Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu. Terbentuk dari
campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat
menyerap air.

2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa pecahan batuan, pecahan split atau split alami dengan
ukuran butiran minimal 5 mm dan agregat harus dengan mudah mengisi
cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja
tulangan. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori, dimana butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan. Agregat kasar juga tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditemukan di berat kering). Berdasarkan dari berat jenisnya agregat kasar
telah dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

a. Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gr/cm3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,8
gr/cm3.

b. Agregat berat
Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gr/cm3, misalnya
magnetik (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis sampai 5 gr/cm3. Penggunaanya dipakai sebagai pelindung dari
radiasi.

c. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai ukuran berat jenis kurang
dari 2,0 gr/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton struktural atau dinding

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

beton kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga strukturnya


ringan dan pondasinya lebih ringan.

Beton yang baik juga dipengaruhi dengan karakteristik dari bahan penyusun,
salah satunya adalah agregat kasar. Adapun ketentuan mengenai penggunaan
agregat kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara lain:

a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa split sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
b. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipi hanya dapat di pakai, apabila jumlah
butir-butir pipih, tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca seperti, terik matahari dan hujan. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka
agregat harus dicuci kembali.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat reaktif alkali.
d. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji
dari Rudellof dengan beban penguji.
e. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang berani beraneka agar besar
apabila diayak dengan ayakan.
f. Selisih antara sisa kemarin di atas dua ayakan berurutan adalah maksimum
60% dan 10% berat.
f. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan sepertiga dari tebal
pelat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang.
g. Atau bekas-bekas talangan, penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan.
Apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara penghancuran beton

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang


split.

1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang
penting untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen (W/C)
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air
semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama
semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton.
Persyaratan air untuk campuran beton harus bersih, tidak mengandung
minyak dan benda terapung lainnya secara visual, tidak mengandung benda-
benda suspensi lebih dari 2 gram/liter, tidak mengandung garam-garam yang
dapat larut dan merusak beton, asam asam, zat organik dan sebagainya lebih dari
15 gram/liter, kandungan klorida dalam senyawa sulfat 4 gram/liter, bila
dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang diperiksa
tidak lebih dari 10% untuk meratakan kecuali syarat-syarat diatas air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/ liter. Air juga berpengaruh terhadap
kuat desak beton, karena kelebihan air dapat menyebabkan penurunan pada kuat.

3.4.1 Bahan Tambah (Admixture)

Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan,
yang ditambahkan kedalam pencampuran beton selama pengadukan, dengan
tujuan untuk mengubah sifat adukan betonnya. Pemberian bahan tambah pada
adukan beton dengan maksut untuk memperlambat waktu pengerasan,
mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah daktalitas

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

(mengurangi sifat getas), mengurangi retak-retak pengerasan, mengurangi panas


hidrasi, menambah kekedapan, menambah keawetan.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (cemical
admixture) dan bahan tambah yang  bersifat mineral (additive). Bahan tambah
chemical ditambah saat pengadukan dan atau saat  pelaksanaan pengecoran
sedangkan bahan tambah additive (mineral) ditambah saat  pengadukan
dilaksanakan. Bahan kimia pembantu untuk beton ialah bahan tambah (bukan
bahan pokok) yang dicampur  dalam adukan beton, untuk memperoleh sifat-sifat
khusus dalam pengerjaan adukan, waktu  pengikatan, waktu pengerasan, dan
maksud lainnya. Bahan tambah mineral yang dimaksudkan untuk memperbaiki
kinerja beton. Bahan tambah mineral ini adalah pozzoland, fly ash, slag dan silca
fume. Bahan kimia pembantu dibedakan menjadi 5 jenis:
1. Bahan kimia pembantu untuk mengurangi jumlah air.   
2. Bahan kimia pembantu untuk memperlambat proses ikatan dan pengerasan
beton.
3. Bahan kimia pembantu mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
4. Bahan kimia berfungsi ganda, yaitu mengurangi air dan memperlambat
proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia berfungsi ganda
mengurangi air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

Berikut ini tabel-tabel mengenai syarat dan ketentuan bahan campuran


beton menurut standar SNI, untuk menjadi acuan pembuatan beton yang
berkualitas tinggi.

Tabel 1.1 Mutu dan Kelas Beton


Kelas Kelas Kelas Tujuan Mutu Kuat
Mutu II III Agregat Tekan
K0 - - Non-Stuktural Ketat Kontinu
K125 125 200 Stuktural Ketat Kontinu
K175 175 250 Stuktural Ketat Kontinu
K225 300 300 Stuktural Ketat Kontinu
K225 300 300 Stuktural Ketat Kontinu
(Sumber : Mulyono.T, 2004 dalam Anwar,2011)

Slump (mm)
Tipe Konstruksi
Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi
75 25
telapak)
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang
75 25
pancang, dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Tabel 1.2 Nilai Slump Yang Dianjurkan Untuk Berbagai Pekerjaan Konstruksi
(Sumber: SNI 7656-2012)

Tabel 1.3 Perkiraan Kebutuhan Air Pencampur dan Kadar Udara


Air(kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
9,5 12,7 19 25 37,5 50 75 150
Slump (mm)
mm mm mm mm mm mm mm mm
Beton tanpa tambahan udara
25-50 207 199 190 179 166 154 130 113
75-100 228 216 205 193 181 169 145 124
150-175 243 228 216 202 190 178 160 -
>175 - - - - - - - -
Banyaknya udara
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
dalam beton (%)
Beton dengan tambahan udara
25-50 181 175 168 160 150 142 122 107
Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003
Laporan Praktikum Beton

75-100 202 193 184 175 165 157 133 119


150-175 216 205 197 184 174 166 154 -
>175 - - - - - - - -
Jumlah kadar udara
yang disarankan
untuk tingkat
pemaparan sebagai
berikut :
Ringan (%) 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
Sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5 3,0
Berat (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
(Sumber : SNI 7656-2012)

Tabel 1.4 Hubungan Antara Rasio Air-Semen dan Kekuatan Beton


Kekuatan beton umur Rasio air-semen (berat)
28 hari, Mpa
Beton tanpa tambahan Beton dengan tambahan
udara udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70

(Sumber : SNI 7656:2012)

Tabel 1.5 Maksimum Rasio Air-Semen Untuk Beton Tingkat Pemaparan Berat
Struktur selalu atau
Strukur yang
seringkali basah dan
Tipe Struktur dipengaruhi air
terpapar pembekuan serta
laut atau sulfat
pencairan
Bagian tipis dan bagian selimut
0,45
beton kurang dari 25 mm.  
Struktur lain 0,50 0,40
    0,45
(Sumber : SNI 7656:2012)
Tabel 1.6 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton
Volume agregat kasar kering oven per satuan volume
Ukuran nominal
beton untuk berbagai modulus kehalusan dari agregat
agregat maksimum
halus
(mm)
2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

25 0,71 0,69 0,67 0,65


37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
(Sumber: SNI 7656:2012)

Tabel 1.7 Perkiraan Awal Berat Beton Segar


Perkiraan awal berat beton, kg/m3
Ukuran nominal maksimum
Beton tanpa Beton dengan
agregat (mm)
tambahan udara tambahan udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435
(Sumber: SNI 7656:2012)

Tabel 1.8 Faktor Modifikasi Untuk Deviasi Standar


Faktor Modifikasi Untuk Deviasi
Jumlah Pengujian
Standar
Kurang dari 15 contoh Gunakan tabel 1.8
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1,00
(Sumber: SNI 03-2847-2002)

Tabel 1.9 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia
Persyaratan kuat tekan, f'c Kuat tekan rata-rata perlu, f'c
Mpa Mpa
Kurang dari 21 fc’ + 7,0
21 sampai dengan 25 fc’ + 8,5
Lebih dari 35 fc’ + 10,0
(Sumber: SNI 03-2847-2002)

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003

Anda mungkin juga menyukai