Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BETON

ABSTRAK
Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Baik pada pembangunan perumahan, gedung-gedung, jembatan, bendungan,
jalan raya, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan
sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan selain kayu dan logam.
Beton diminati karena banyak memilikin kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
bahan lainnya. Beberapa diantaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai
kekuatan tekan yang besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah
didapat dan tidak mengalami pembusukan.
Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi
adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler)
beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability)
dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat
diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi.
Beton sendiri merupakan campuran homogen dengan perbandingan tertentu antara
semen,agregat kasar, agregat halus dan air serta ditambah pula dengan bahan
campuran tertentu bila dianggap perlu.
Ada sedikitnya empat proses yang dilakukan dalam pembuatan beton. Keempat
proses ini mempunyai peran sangat penting dan berpengaruh satu sama lain. Jadi,
jika salahsatu dari keempat proses mengalami kesalahan yang fatal. Maka akan
mempengaruhi mutu suatu beton yang dibuat.
Keempat proses itu adalah pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
pembuatan beton, menentukan alternatif metode campuran (komposisi campuran
beton), metode pencampuran bahan-bahan beton hingga tahap pencetakan dan
perawatan (curing) beton yang dicetak.
Tahap-tahap ini yang nantinya akan dibahas dalam kesempatan kali ini. Bagaimana
cara-cara yang baik dan benar. Serta bagaimana seorang ahli beton mengkondisikan
proyek pekerjaan pembuatan beton yang benar.
Pendahuluan
Sebelum masuk ke penjelasan bagaimana tata cara pembuatan beton yang baik dan
benar. Ada baiknya kita kembali mengingat beberapa prinsip-prinsip sebuah beton.
Apa itu beton serta bagaimana karakteristiknya.
Beton adalah material bahan yang terdiri dari semen, agregat (split dan pasir), air,
serta bahan tambahan (addmixture) baik kimia maupun mineral jika diperlukan.
Karakteristik beton antara lain :
1. Kuat tekan tinggi.
2. Harga murah.
3. Bahan-bahan penyusun mudah didapat.
4. Mudah diolah.
5. Tahan terhadap api

6. Tahan lama, minimal untuk jangka waktu 30-40 tahun.


7. Tidak mengalami pembususkan.
8. Biaya pemeliharaan rendah.
9. Tahan terhadap temperatur tinggi dan anti-korosi
10. Kekuatan pada umur 28 hari, minimal 70% dari kekuatan yang sebenarnya.
Dapat kita lihat bahwa karakteristik dari beton sebagian besar merupakan kelebihan
beton dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya. Kita dapat ambil poin yang
pertama. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi. Karakteristik ini sangat tepat jika
beton digunakan untuk daerah bangunan yang mengalami kuat tekan yang besar.
Berbeda dengan baja, baja cenderung kuat terhadap gaya tarik. Namun lemah jika
mengalami gaya tekan.
Beton juga tahan terhadap api. Berbeda dengan kayu (yang tidak tahan api) hanya
mampu menahan api (jika terjadi kecelakaan) tidak lebih dari 1 jam. Beton mampu
menahan api minimal 4 jam sejak api itu mengenai beton. Dengan pemeliharaan
yang rendah, beton menjadi solusi bagi pemilik proyek yang hanya mempunyai
sedikit uang umtuk pemeliharaan. Tidak seperti baja dan kayu yang membutuhkan
biaya pemeliharaan yang besar.
Akan tetapi dalam pemakaiannya dalam pembangunan konstruksi. Sama seperti
bahan material lainnya, beton juga memiliki kekurangan. Kita mengetahui secara
jelas bahwa beton memiliki kuat tekan yang tinggi, namun kenyataannya bahwa
beton sangat lemah terhadap gaya tarik. Untuk itu dibuatlah beton bertulang dengan
tulangan baja yang bukan hanya saja kuat terhadap tekan namun tarik pula. Atau
berat jenis beton yang tinggi membutuhkan alat berat untuk mengangkut beton (jika
proyek tersebut berskala menengah ke atas). Beberapa kekurangan beton antara lain:
1. Cenderung lemah terhadap gaya tarik.
2. Jika sudah dibentuk (keras) sukar diubah kembali.
3. Pelaksanaan membutuhkan ketelitian, pengawasan serta etos kerja yang
tinggi.
4. Berat jenis beton tinggi.
5. Daya pantul suara besar.
6. Membutuhkan cetakan sebagai media pembentuk beton.
7. Beton yang sudah jadi tidak bisa didaur ulang.
8. Jika didiamkan akan langsung mengeras. Ini menyulitkan para kontraktor
untuk tetap membuat beton segar. Membutuhkan alat berat yang
mengeluarkan biaya tambahan.

Dari sini kita dapat mengambil poin bahwa setiap bahan konstruksi mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Dan sebagai salahsatu materi yang dipelajari di fakultas
teknik sipil. Teknologi bahan konstruksi berusaha mencari metode dan inovasi yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Pada kesempatan ini yang perlu ditekankan adalah pembuatan beton yang baik dan
benar. Jika kita melakukan pembuatan beton secara baik dan benar. Maka beton yang
dihasilkan adaah baik pula. Karekateristik beton yang baik yakni:
1. Homogen, artinya semua bahan tercampur dengan baik dan tidak mengalami
segregasi ( pemisahan bahan-bahan penyusun).
2. Strenght, artinya sebuah beton mempunyai kekuatan seperti yang kita
rencanakan. Kelebihan maupun kekurangan keuatan menunjukkan bahwa ada
kesalahan yang kita lakukan. Baik pada pemilihan bahan, pengaturan
komposisi, pencampuran maupun perawatan beton.
3. Durable, keawetan beton juga minimal sesaui dengan apa yang direncanakan.
Biasanya beton mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun. Setidaknya beton
yang sudah berumur 40 tahun sudah diganti. Karena kekuatannya akan
menurun secara perlahan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pembagian
beban terhadap struktur bangunan.
4. Economic, harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis
berarti pelaksanaan dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan menyangkut masalah biaya. Jadi
wajar jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding bahan
konstruksi lainnya.

Yang terakhir adalah bagaimana sifat keefisienan dan keefektivan sebuah pekerjaan
akan menghasilkan beton yang optimum.
Tahap 1 : Pembuatan Beton
Tahap paling awal yang dilaksanakan dalam pembuatan beton adalah pemilihan
bahan-bahan penyusun. Pemilihan bahan-bahan penyusun yang baik akan
menghasikan beton yang baik pula. Lazimnya dalam masyarakat. Semakin baik
maka semakin mahal tidak terlalu berlaku di dalam dunia beton. Baik juga bisa
berarti murah dan baik juga bisa berarti mahal. Tergantung pada permintaan dan triktrik pekerja di lapangan. Yang terpenting tidak mengabaikan standar pekejaan.
Bahan-bahan penyusun beton antara lain
1. Semen Portland, Ada beberapa jenis semen portland yakni :

Semen tipe I, semen biasa umum untuk pembangunan perumahan massal.

Semen tipe II, tipe semen yang tahan terhadap garam, biasa digunakan untuk
membangun konstruksi di daerah pinggiran pantai.

Semen tipe III, sangat tepat bagi kontraktor yang menginginkan kekuatan di
awal (early high strenght)

Semen tipe IV, tipe yang menginginkan adanya panas yang rendah untuk
memperlambat pengerasan. Biasa dipakai di daerah yang mempunyai suhu
ekstrim.

Semen tipe V, tipe semen yang tahan terhadap sulfat.

1. Agregat, adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami


batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah
batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun
demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat
dalam beton kira-kira mencapai 65%-75% dari volume beton. Agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat- sifat beton, sehingga pemilihan agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau buatan.
Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi
agregat yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran
agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20
mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm,
1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi :

Menghemat Penggunaan semen Portland,

Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya,

Mengurangi susut pengerasan,

Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik,

Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.


(Antono, 1995)

1. Air,air yang digunakan pada pembuatan beton ialah yang dapat diminum.
Yang dimaksud di sini adalah air yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr,

Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat


organik) lebih dari 15 gr/ltr,

Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr,

Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr . (Tjokrodimulyo, 1992)

1. Bahan tambahan mineral kimia, misalnya Superplastisizer atau


Hiperpalstisizer yang dapat memperencer campuran beton dan pengerasan
secara cepat. Silika fume atau nano silika yang dapat menaikkan kekuatan
beton secara signifikan. Fly ash, bahan mineral yang dapat menggantikan
peran semen dengan harga yang relatif terjangkau.
Setelah mengevaluasi apa saja bahan-bahan yang akan digunakan. Maka perlu
adanya pemeriksaan bahan yang dilakukan di labolatorium. Hal ini menjadi penting
karena untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang kita pilih sudah sesuai standar
dan dapat digunakan untuk campuran beton. Standar-standar itu antara lain :
1. ASTM C33; Standar spesifikasi agregat beton.
2. ASTM C40; Standar kadar organik dalam pasir.
3. ASTM C142; Standar kadar lumpur dan lempung dalam agregat.
4. ASTM C29;
5. ASTM C127; BJPA agregat kasar.
6. ASTM C128; BJPA agregat halus.
7. ASTM C136;
8. ASTM C192; Membuat dan merawat beton uji di Labolatorium.
9. ASTM C143; test untuk slump dan cemen portland
10. ASTM C39; Uji kuat tekan beton silinder
11. BS 882; Batas gradasi untuk agregat halus.
12. SK SNI T-15-1990-03; Tata cara pembuatan campuran beton normal.
13. SK SNI M-26-1990-F; Metode pengambilan contoh untuk campuran beton
segar.
14. SK SNIM-62-1990-03; Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
labolatorium.

Beton sendiri sudah mengalami hingga kemajuan yang sangat beragam. Hal ini
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat itu sendiri yang menginginkan kualitas
dan percepatan pengerjaan beton agar lebih praktis. Contoh yang paling real adalah
beton yang dapat memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan vibrator (SCC) dan
beton ringan.
Akan tetapi dalam pembahasan kali ini hanya akan dijelaskan bagaimana pembuatan
beton biasa yang baik dan benar menurut standar yang berlaku. Karena pada
kenyataannya setiap beton mempunyai kaakteristik yang berbeda, maka harus
diperlakukan secara berbeda pula.
Pemilihan metode komposisi campuran beton
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap tahap dalam pembuatan beton adalah
penting dan berkaitan satu sama lain Dalam tahap yang kedua menentukan metode
komposisi beton menjadi penting karena setiap komposisi yang kita kurangi atau
tambah akan mempengaruhi kekuatan beton yang kita buat.
Seperti yang telah dikemukakan dalam tahap pertama, beton terdiri atas semen,
agregat, air, bahan tambahan mineral dan kimia. Dalam membuat komposisi ada tata
cara yang baik. Sama halnya dengan tahap-tahap yang lain.
Setelah kita menyelesaikan tahap yang pertama. Muncul pertanyaan seberapa banyak
komposisi atau perbandingan-perbandingan bahan-bahan penyusun agar kuat dan
murah. Bagaimana agar tidak mengalami susut. Dan bagaimana agar mudah diolah.
Beberapa perbandingan yang digunakan biasanya adalah 1:2:3. 1 untuk semen, 2
untuk agregat halus dan 3 untuk agregat kasar. Namun dalam teorinya, beton
memiliki batasan-batasan. Batasan-batasan itu antara lain :
1. Jumlah agregat biasanya mencapai 65%-75% untuk beton biasa. 40%45% untuk agregat kasar dan 25%-30% untuk agregat halus.
2. Jumlah semen berkisar 11%-12% dari jumlah berat.
3. Sisanya berupa air dan bahan tambahan berkisar 9%-11%.
Di awal sudah dikemukakan pula, berbeda karakteristik beton maka berbeda pula
cara memperlakukannya termasuk dalam tahap yang kedua ini. Sebagai contoh beton
yang dapat memadat sendiri (SCC). Komposisinya berbeda dengan yang lain karena
membutuhkan nilai keenceran yang tinggi maka agregat kasar dibuat lebih sedikit
dan agregat halus dibuat lebih banyak. Perbandingan antara agregat kasar dan
agregat halus adalah 35% : 65% atau 40% : 60%. Juga diperlukan bahan tambahan
seperti silika fume yang berbanding terbalik dengan jumlah semen. Diperlukan bahan
tambahan aditif untuk memperdaya beton yang kita buat.
Intinya dalam pembuatan komposisi campuran beton adalah melanjutkan tahap
pertama lalu sesuai dengan karakteristik bahan-bahan, membuat komposisi yang
sesuai pula, yakni :

1. Jika nilai penyerapan agregat tinggi perlu diperhatikan nilai


banyaknya air yang akan ditambahkan.

2. Jika diberikan bahan addmixture maka juga perlu diteliti bagaimana


karakteristik bahan addmixture. Misal untuk superpalstisizer, tidak
perlu membutuhkan banyak air karena karakteristik superpalstisizer
dapat memperencer campuran beton saat pembuatan.
3. Nilai lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton.
4. Semakin banyak komposisi agregat halus akan memperencer
campuran beton. Sebaliknya semakin banyak agregat kasar akan
semakin sukar diolah.
5. Dan sebagainya.
Lalu apa yang akan dihasilkan pada tahap yang kedua ini akan menentukan apa yang
akan dilakukan pada tahap yang ketiga. Sehingga perlu diteliti secara benar untuk
komposisinya. Jangan ada yang salah. Dan diperiksa ulang beberapa kali. Karena
tidak cukup satu kali dikoreksi. Ingat komposisi yang dibuat akan menghasilkan
beton yang dipakai masyarakat. Sedikit kesalahan akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat tersebut.
Pencampuran Komposisi Beton yang Telah Dipersiapkan
Dalam tahap yang ketiga memang ada standar yang mengatur pencampuran beton.
Namun dalam penerapan dalam tahap ketiga hanya dijadikan syarat pemenuhan agar
pembuatan beton lulus kualitas. Yang sebenarnya ada adalah standar-standar tak
tertulis yang sudah menjadi kebiasaan pencampuran oleh kontraktor di lapangan.
Standar-standar umum itu adalah :
1. Bahan baku padat dicampur terlebih dahulu, setelah tercampur maka
dimasukkan bahan baku cair.
2. Bahan baku cair dimasukkan secara perlahan-lahan. Ingat jumlah air
yang dibuat pada tahap kedua tidak mutlak harus dipatuhi. Karena
bisa saja dengan jumlah air yang ada, beton menjadi kelebihan atau
kekurangan air akibat karakteristik agregat.
3. Jangan mengandalkan penglihatan karena yang terjadi bisa saja
berbeda dengan apa yang kita lihat. Seperti yang kita lihat misalnya
bahan sudah tercampur dengan baik. Namun yang sebenarnya terjadi
adalah campuran beton mengalami kelebihan air dan mengalami
segergasi. Untuk itu diperlukan pengecekan.
4. Biasanya untuk pencampuran beton yang baik. Minimal diaduk
sebanyak 100 kali. Namun ada baiknya kita mengaduk sesuai dengan
jumlah dan karakteristik bahan.
5. Beton yang sudah jadi jangan didiamkan terlalu lama agar tidak
terjadi pengerasan. Agar tidak mengeras maka perlu diaduk secara
berkala kembali.

Untuk mengaduk kita bisa memilih dua opsi, yakni manual menggunakan sekop atau
otomatis menggunakan mesin. Untuk jumlah yang besar tentu kita memerlukan alatalat berat.
Perawatan Beton
Ada beberapa alternatif dalam perawatan beton :
1. Direndam
2. Disiram
3. Dilapisi kain tebal atau plastik khusus.
Yang perlu diketahui dari tahap yang keempat adalah perawatan yang sesuai
tegantung keinginan dan kondisi. Perendaman dilakukan biasanya di labolatorium
untuk beton uji. Tidak mungkin bila beton untuk gedung tinggi direndam, yang
paling mungkin adalah di siram atau di lapisi kain atau plastik khusus.
Penutup
Setelah membuat beton sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dibicarakan.
Prinsip yang kita gunakan sebenarnnya secara bahasa hampir sama dengan membuat
sebuah kue. Pembuatan kue juga memerlukan pemilihan bahan yang baik,
pembuatan komposisi, pencampuran bahan serta perawatan hingga kue tersebut
sampai pada konsumen.
Pembuatan beton pun hampir sama.Bagaimana jika kelebihan salahsatu komposisi
akan mempengaruhi kualitas beton tersebut. Berhasil atau tidaknya tahapan-tahapan
yang dilaksanakan akan menunjukkan berhasil atau tidaknya beton yang kita buat.
Keempat tahap itu juga mempengaruhi kekuatan, harga serta karakteristik beton. Ada
hukum tak tertulis yang ada pada ilmu sosial. Yakni semakin besar simpangan pada
setiap tahap, maka akan semakin besar pula pengaruhnya pada hasil akhir.
Seorang ahli beton juga jangan terpaku pada standar pengerjaan. Namun juga
meloihat kondisi yang ada. Bagaimana ia memenuhi BMW-S (biaya-mutu-waktusafety) sebuah pekerjaan. Misalnya jika pengerjaan beton tersebut ada di tengah
hutan, sang kontraktor harus menghitung waktu pembuatan dan pengecoran beton
secara teliti dan ekstra. Atau pembuatan beton untuk jalan raya membutuhkan
pengerasan awal yang tinggi.
Efektif dan efisien. Misal di dekat daerah pengerjaan ada pabrik fly ash (abu
terbang). Kita bisa gunakan sebagai pengganti semen. Atau bisa kita gabungkan
kedua unsur tersebut. Bagaimana jika tidak ada split di daerah tersebut. Bagaimana
jika pembuatan beton dilakukan di daerah rawa. Kemampuan serta pengalaman
menjadi senjata utama pembuatan beton.
KESIMPULAN
Ada beberapa catatan penting dalam proses pembuatan hingga pencetakan sebuah
beton. Yang pertama adalah seorang ahli beton harus bisa memilih dan mengatur
metode terbaik yang dilakukan dalam pembuatan yang sesuai dengan keadaan
lingkungan serta kondisi saat pembuatan. Yang kedua adalah pemilihan bahan-bahan
yang sesuai dengan daerah kerja, waktu kerja dan kemampuan pemilik proyek. Dan
yang ketiga adalah keahlian dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada di

lapangan.
Ketelitian dan etos kerja merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
pekerja yang melakukan pekerjaan di bidang beton.
Setiap tahap yang dilakukan secara baik dan teliti sehingga juga menghasilkan suatu
beton yang kita inginkan. Kualitas kontrol oleh pengawas. Prinsip efisien dan efektiv
juga diperlukan agar beton tersebut menjadi optimum.
Segala upaya perbaikan kinerja kita harus bertujuan untuk memajukan kehidupan
manusia seperti yang tertera pada piagam sipil. Tanpa merusak lingkungan.
Kemajuan di bidang beton mudah mudahan mendapat antusias dari masyarakat.

BAB II :
Variasi Beton
BETON MUTU TINGGI
Pengertian Beton Mutu Tinggi Normal (NSC), Mutu Tinggi (HSC) dan Mutu Sangat
Tinggi (VHSC)
Setelah kita masuk ke Bab Pengertian Beton secara umum. Kita merasa perlu untuk
mengklasifikasikan beton-beton tersebut menurut penggolongannya masing-masing.
Baik dari segi campurannya, sifat-sifatnya maupun kekuatannya.
Dalam Bab II ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang pengklasifikasian beton
menurut kekuatannya yang saya ambil dari pembelajaran saya di kuliah dan literaturliteratur yang saya baca, baik dari buku-buku perpustakaan, buku-buku pelajaran
beton, dan Internet.
Klasifikasi beton menurut kekuatannya dibagi menjadi tiga, yakni beton mutu normal
(NSC) yang berkekuatan antara 200-500 kg/cm2, beton mutu tinggi (HSC) yang
berkekuatan 500-800kg/cm2, dan beton mutu sangat tinggi (VHSC) yang berkekuatan
lebih dari 800 kg/cm2.
Di Indonesia, produksi beton untuk bangunan dan perumahan didominasi oleh beton
dengan kekuatan 200-500 kg/cm2. Untuk beton tersebut bisa kita jumpai di pabrik
precast dan balok-balok beton praktekan.
Konsep Desain Campuran Beton Mutu Tinggi
Sebelum kita menggunakan beton mutu tinggi sebagai elemen suatu konstruksi, kita
harus mempertimbangkan beberapa hal, yakni tuntutan kebutuhan, keuangan, serta
proporsi campuran yang akan digunakan. Oleh karena itu, kita harus tahu beberapa
bahan-bahan untuk membuat beton mutu tinggi.
Bahan Dasar HSC dan VHSC
Pada dasarnya bahan beton untuk beton HSC dan VHSC hampir sama dengan beton
normal, yakni pasta (semen), agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir) dan air.
Akan tetapi untuk memudahkan pengerjaan, membatasi jumlah volume rongga yang
akan mempengaruhi kekuatan suatu beton tersebut. Maka digunakan bahan kimia
tambahan dan bahan mineral tambahan tertentu dalam campuran beton, yaitu
Superplastisizer (SP)/water reducer, fly ash (abu terbang), dan silica fume ( mikro
silika). Namun, baru-baru ini teah dikembangkan pula nano silica.

Agregat
Agregat terbagi atas dua, yakni agregat halus dan agregat kasar. Biasanya untuk
membuat beton kita memakai batu pecah dan pasir yang mempunyai peran terhadap
kekuatan beton. Sifat-sifat agregat tersebut dapat mempengaruhi sifat-sifat beton,
antara lain keawetan, kekuatan, susut dan rangkak, koefisien muai panas,
konduktivitas, berat jenis modulus elastisitas, dan biaya. Biasanya untuk membuat
HSC dan VHSC, ada persyaratan yang harus terpenuhi, yakni ASTM C33.
Selain itu, karena agregat merupakan bahan utama yang mendominasi campuran
beton (60-80%), maka kita juga perlu memperhatikan mengenai syarat-syarat agregat
yang baik. Misalkan mengenai bentuk, grading, surface, texture, mineralogi, dan
kekerasannya.
Bahan Tambahan Mineral
Silica Fume dan Nano Silica
Silika fume merupakan material yang terdiri dari partikel halus dengan diameter ratarata 1 mikrometer. Material ini merupakan hasil sampingan dari produksi silicon dan
ferro silicon dan mempunyai kandungan silicon dioxyde yang tinggi. Berat jenis
relatif silica fume umumnya berkisar antara 2,2-2,5.
Karena tingkat kehalusan dan kandungan silikanya yang cukup tinggi, silica fume
termasuk material pozzolanik yang sangat reaktif. Sehingga pengunaan untuk silica
fume dalam campuran beton berkisar antara 5-15% kandungan semen portland.
Silica fume bereaksi secara pozzolanik dengan lime (Ca(OH)2) selama hidrasi dengan
semen untuk membentuk senyawa kalsium silikat hidrat (CSH).
Kegunaan silika fume secara geometrical adalah kemampuannya mengisi ronggarongga diantara bahan pasta ( grain of cement)(, dan mengakibatkan membaiknya
distribusi ukuran pori dan berkurangnya total volume pori. Namun kenyataan di
lapangan, ternyata penggunaan silika fume memiliki kekurangan. Beton yang
mengandung silika fume mempunyai kecenderungan yang meningkat bahwa beton
tersebut akan mengalami retak susut. Untuk itu kita bisa gunakan beberapa trik,
yakni salahsatunya adalah beton silica fume yang masih segar harus secepatnya
diberi perlindungan agar penguapan air yang cepat dapat dicegah. Penggunaan silica
fume dapat menghasilkan beton yang kedap, awet dan berkekuatan tinggi.
Lalu tentang nano silika, tak jauh berbeda dengan silica fume. Hanya saja ukurannya
yang sangat kecil (nanometer), membuat reaksi yang diharapkan menjadi lebih cepat,
sehingga membuat waktu pengerjaan menjadi lebih cepat pula. Dan ukuran distribusi
yang terisi menjadi lebih baik, sehingga kekuatannya menjadi lebih besar.
Pengembangan nano silika di Indonesia saat ini hanya masih beberapa.
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan silika fume :
1. Kekuatan tekan hancurnya lebih tinggi.2. Kekuatan tariknya lebih tinggi.3.
Rangkaknya lebih kecil. 4. Regangan yang terjadi kecil. 5. Susutnya kecil 6.
Modulus Elastisnya tinggi 7. Ketahanan terhadap sulfat tinggi. 8. Ketahanan terhadap
serangan klorida tinggi 9. Ketahanan terhadap keausan tinggi 10. Permeabilitas lebih
kecil.
Kendala pada saat penggunaan silika fume :
1.pelaksanaan.2. bahaya kesehatan kerja. 3. air entrainment. 4. plastic shrinkage
(susut plastk) 5. quality control (pengendalian mutu)
Fly Ash

Abu terbang atau fly ash adalah hasil sampingan dari pembakaran batu bara pada
pembangkit listrik tenaga uap. Dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk
semen karena kandungan mineralnya hampir sama dengan semen. Fly ash juga dapat
digunakan sebagai pengganti semen. Di Indonesia sendiri sudah banyak pembuatan
beton yang menggunakan fly ash karena harganya yang lebih murah dibanding
semen.
Variasi pada sifat fisik fly ash sangat mempengaruhi sifat beton mutu tinggi yang
dihasilkan. Oleh karena itu, material fly ash yan akan digunakan untuk beton mutu
tinggi perlu dites terlebih dahulu di Labolatorium agar sifat keseragaman dan
kesesuaiannya dengan bahan lain dapat diketahui.
Bahan Tambahan Kimia
Terkadang jika kita sudah mencoba mencampur beberapa bahan dasar serta mineral
untuk memperkuat dan mempercepat proses pengerasan akan menimbulkan dampak
yang tertentu pada saat beton berumur muda ( 1-14 hari) atau biasa kita sebut beton
muda. Untuk itu kita memerlukan bahan tambahan kimia yang digunakan pada
industri beton dalam memperbaiki sifat beton muda. Beberapa bahan tambahan kimia
adalah water reducer (superplastisizer), air-entrainin agents, retarders dan
accelerator.
Water Reducer (superplastisizer)
Penggunaan water reducer (superplstisizer) bertujuan unutuk mengurangi air
campuran sebesar 5-20%. . Hal ini mengakibatkan mengecilnya perbandingan faktor
air semen (dapat mencapai 0,25-0,40) yang dapat menimbulkan kerusakan pada
beton mutu tinggi karena terlalu encer. Water reducer ini juga bisa dikombinasikan
dengan retarder pada ready mix plent. Akan tetapi, kita perlu untuk meneliti kedua
kandungan tersebut, terutama dalam pengecoran di daerah yang cukup panas.
Accelerator
Umumnya, accelerator jarang digunakan sebagai bahan tambahan kimia pada beton
mutu tinggi. Accelerator mempunyai peran mempercepat pengerasan, di mana
pembukaan bekisting perlu dilakukan lebih awal. Akan tetapi, penggunaannya dapat
mempengaruhi pencapaian kekuatan beton pada kemudian hari.
Kualitas Beton.
Berdasarkan buku petunjuk Ultrasonic tester Marui & Co. Ltd. Japan ditetapkan
hubungan kecepatan rambat gelombang ultrasonik dengan kualitas beton (V).
Kecepatan rambat ( V )
Kualitas
Dibawah2, 13 = kurang
2,13 - 3,05
=cukup
3,05 - 3,66
= cukup baik
3,66 - 4,57
= baik
Di atas 4,57
=baik sekali
Pengujian beban
Ketentuan yang digunakan dalam pelaksanaan pembebanan berdasarkan kepada Tata
cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung (TCPS-BBG), SNI 03-

2847, 1992.
Prosedur pembebanan :
Pembacaan awal data lendutan, sebelum pelaksanaan pembebanan dilakukan
Besarnyabeban total, termasuk beban mati yang telah bekerja yang ekivalen dengan
0,85 (1,2D + 1,L)
Beban Uji dilaksanakan tidak boleh kurang dari 4 (empat) tahap pembebanan
(beban yang sama besarnya). Setiap tahap pembebanan, data lendutan diukur
Setelah beban uji berada pada posisi 24 jam, data lendutanj dibaca. Setelah itu
beban uji dihapiskan, segera ukur data lendutan
Pembacaan lendutan dilakukan 24 jam setelah beban uji dihapuskan
Komponen struktur memenuhi persyaratan teknis, yaitu :
- Bila lendutan maksimum terukur dari suatu balok, lantai atau atap kurang dari I /
20000 h
- Bila lendutan melebihi I /20000 h, maka pemulihan lendutan selama 24 jam setelah
beban diangkat sekurang-kurangnya 75 % dari lendutan maksimum untuk beton
normal dari 80 % untuk beton pratekan.
Konstruksi beton normal yang gagal menunjukkan 75 % pemulihan lendutan seperti
yang diisyaratkan di atas, dapat diuji ulang paling cepat 72 jam setelah pengangkatan
beban uji yang pertama.
Bagian struktur yang diuji dapat dikatakan memuaskan bila :
a) bagian struktur yang diuji ulang tidak menunjukkan gejala keruntuhan yang
terlihat secara nyata
b) Pemulihan lendutan pada uji coba kedua sekurang-kurangnya harus 80 % dari
lendutan maksimum yang diukur pada uji coba tersebut.
Convermeter Test
Penelitian dengan cara covermeter test dilakukan dengan metode radiographi yang
secara langsung menghasilkan kondisi tulangan beton yang ditinjau serta informasi
induksi tulangan yang dapat dipakai untuk menentukan mutu besi.
Jadi tujuan dari covermeter test adalah untuk mengetahui mutu, diameter dan jarak
masing-masing tulangan beton serta tebal selimut beton.
Corrosion Test
Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk mengetahui tingkat korosi dari pembesian
beton. Cara pelaksanaan :
Pada daerah struktur yang mengalami retak cukup besar dialirkan arus listrik yang
kecil ke dalam besi tulangan. Dengan mengukur perbedaan potensial, maka dapat
diketahui tingkat korosi dari besi beton.
Vibration Test
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui load bearing dari struktur yang ditinjau,
juga dapat diketahui harga mode shapes, natural frequencies dengan damping factors.
Getaran diberikan pada struktur atau komponen struktur oleh ultradynamic vibrator
yang menggunakan sweep generator 5 1000 Hz yang digabungkan dengan
amplifier.
Pengukuran yang dilakukan pada setiap lokasi dicatat oleh traxial accelerometer atau
velocity transducers yang dipasang pada lokasi tersebut.
Alat ini juga bermanfaat untuk mengetahui, Pile head stiffness, pile length, area of
pile section, level of discontinuitas, possible range of stiffness from ground/pile

conditions.
Shock Test
Tujuan dari shock test adalah :
a) Pada balok dan kolom, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dan
integritas atau kerja sama antara balok dan kolom
b) Pada pondasil dalam, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dari kepala
tiang, panjang tiang dan luas penampang tiang
c) Pada pondasi dalam, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dari kepala
tiang, panjang tiang dan luas penampang tiang pondasi. Juga dapat diketahui kondisi
dari ujung tiang dan ada atau tidaknya necking pada tiang cast in situ.
d) Elastik pulsa diberikan dengan memukul bagian struktur yang diuji dengan palu
seberat 1 kg
e) Gelombang luang dihasilkan diterima oleh load trnasducer
f) Signal yang keluar dari trnasducer disimpan dalam micro komputer
Peralatan shock test :
g) Z-80A Zilog micro computer
h) Converter
i) Conditioning electronics
j) Sensonic Vibrations Transducers
k) Load cell/integral torsional accelerometer
l) Hammer / palu 1 kg
m) Connecting cables
n) Recording Device T-912
o) Tectronics scope with Ocilloscope camera Co.212
H. Perbaikan Beton
1. Permasalahan
- Kenaikan temperature yang disebabkan timbulnya panas hidrasi akibat reaksi
semen dengan air akan menyebabkan keretakan
- Perbedaan temperatur akibat panas hidrasi semen dan temperatur udara sekitarnya
akan menyebabkan terjadi regangan yang menimbulkan keretakan
- Kenaikan temperatur panas beton juga dipengaruhi oleh sifat dan panas agregat
- Keretakan yang dtimbulkan oleh kenaikan temperatur yang ditimbulkan oleh beton
itu sendiri ketika masih dalam proses pengembangan untuk mencapai pengerasan dan
pengeringan
- Permukaan beton yang berkontak dengan udara akan cepat mengering sehingga
menyebabkan retak-retak pada permukaan beton, oleh karena itu harus dilakukan
perawatan dengan menyemprotkan kabut air atau menutup permukaan beton
- Keretakan disebabkan cetakan tidak cukup kuat sehingga melendut karena
tumpukkan penyangga cetakan yang langsung diletakkan diatas atanah amblas
(turun)
- Cetakan yang dibuka lebih awal akan menyebabkan retak karena kekuatan beton
belum memadai untuk menahan berat sendiri
- Penggunaan lantai gedung bertingkat sebagai penimbunan bahan yang melampaui
beban beban layanan pada waktu pelaksanaan akan menyebabkan retak lentur
- Retak-retak yang disebabkan getaran di sekitar beton yang sedang dalam proses

pengerasan yang disebabkan proses pengikatan terganggu, juga mengakibatkan


lekatan antara spesi dan agregat lemah. Lekatan beton pada tulangan juga terganggu,
semua itu akan menimbulkan retak-retak sepanjang tulangan
- Ketidakrapian cetakan akan menyebabkan keropos beton yang disebabkan pasta
semen mengalir keluar
- Struktur beton yang terbakar, akan menimbulkan gumpil-gumpil (spalling) pada
permukaan beton akibat meledaknya agregat beton oleh suhu tinggi, ketebalan
spalling kurang dari 70 mm
- Kekuatan tekan beton akan menurun dimulai pada temperature + 3000C karena
kebakaran
- Pelapukan pada bidang-bidang terluar dari beton yang selalu berhubungan dengan
udara, air atau media korosif lainnya, dimana kerusakan akibat pengaruh reakasi
kimia
- Retak dan rusaknya struktur beton akibat bencana alam/gempa.
2. Pola dan Bentuk retak
Pola dan bentuk retak dapat membantu memperkirakan penyebab timbulnya retak.
Pada dasarnya ada 7 penyebab retak :
Retak lentur, disebabkan tidak kuat menahan momen lentur
Retak geser, disebabkan tidak kuat menahan gaya geser

Retak terpisah, disebabkan tidak kuat menahan gaya aksial


Retak akibat hilangnya lekatan antara beton dan tulangan
Retak garpu, akibat konsentrasi penulangan
Retak memanjang karena ada korosi tulangan
3. Jenis Kerusakan Beton
a) Beton Keropos
Jenis kerusakan ini timbul karena pengerjaan beton yang kurang baik, agregat terlalu
kasar, kurangnya butiran halus yang termasuk semen, faktor air semen tidak tepat,
pemadatan yang tidak sempurna karena rapatnya tulangan, pasta semen keluar dari
cetakan yang tidak rapat dan lain-lainnya
b) Disintegrasi
Bagian yang terlemah dari beton akan mengalami disintegrasi, permukaan beton
menjadi kasar, karena umur akan terjadi proses alami yang mengalami pelapukan
pada bidang-bidang terluar beton, proses pelapukan beton akibat lingkungan agresif
antara lain air laut, karbonasi dan lain-lain. Beton yang berhubungan dengan
lingkungan yang berkadar asam akan lebih cepat mengalami disintegrasi
c) Retak-retak
Kejadian retak pada beton tidak bisa dihindari, karena itu perlu dibatasi lebar retak
yang diperkenankan oleh standar beton yang berlaku. Retak yang terjadi pada beton
bisa berupa retak non struktural akan menyebabkan kemampuan struktur beton akan
berkurang, Pada keadaan lain, retak akan mengakibatkan proses korosi pada baja
tulangan beton
d) Spalling (gumpil-gumpil)
Spalling atau gumpil-gumpil pada permukaan beton terjadi karena bencana
kebakaran. Karena temperatur tinggi akan mengakibatkan pecahnya agregat batuan
yang mengandung silika. Pada saat permulaan kebakaran, kurang lebih 30 menit,
terjadi kecelakaan, bongkahan kecil terlempar, yang terjadi karena tingginya tekanan

uap dalam beton.


Karena temperatur meningkat timbul pemuaian beton, permukaan beton menjadi
lemah dan rontok dalam bentuk serpihan yang rapuh. Kekuatan tekan beton menurun
jika temperatur meningkat. Struktur tekan tersebut rusak total bila kuat tekan setelah
kebakaran sampai lebih kecil dari 50 % dari kuat tekan rencana, rusak berat antara
50% dan 65 %, rusak sedang antara 65 % dan 80 %, sedangkan rusak ringan bila
lebih besar 80 %.
4. Metode Perbaikan Beton
a) Chipping & Concreting
Beton yang rapuh dichipping hingga mencapai beton yang baik, kalau retak ringan
dichipping dalam bentuk V diusahakan teratur. Kemudian dibersihkan dengan
disemprot air atau dengan compressor atau disikat memakai ijuk. Bila baja tulangan
mengalami korosi, harus dibersihkan dari bagian yang telah terkontaminasi. Kalau
kondisi tulangan beton sudah rusak, tambah besi beton yang dilaskan pada tulangan
lama atau tambah wire mesh.
Supaya beton lama dan beton baru menjadi monolit, maka sebelum pengecoran
disiram dulu dengan bahan pelekat. Setelah semua siap baru dilaksanakan concreting
(pengecoran beton). Mutu beton untuk concreting harus sama atau lebih kuat dari
beton semula.
Kalau retak ringan, chipping yang berbentuk V tadi bisa diisi dengan semen grouting
atau mortar epoxy yaitu campuran epoxy dengan agregat halus. Semen grouting atau
epoxy mortar akan menempel dengan baik pada beton atau baja.
b) Grouting
Pekerjaan injeksi grouting sangat cocok untuk daerah perbaikan yang sulit. Dengan
menginjeksi bahan grouting yang relatif cair ke dalam cetakan, sehingga ikatan
antara tulangan dan beton kembali seperti semula dan betonpun dianggap masif.
Tekanan injeksi grouting tidak boleh diambil lebih besar dari kemampuan tarik ijin
beton.
Bahan grouting adalah sebagai berikut :
Mortar grouting
Terdiri dari campuran semen, pasir dan air dengan perbaikan berat 1 semen : 2 pasir :
1 air. Bahan ini bisa digunakan untuk lubang keropos yang besar
Semen grouting
Terdiri dari campuran semen grouting dan air dengan perabndingan berat 1 : 1,
dipakai untuk lubang keropos yang kecil atau pada daerah retak
Chemical grouting
Terdiri dari bahan epoxy yang relatif cair, digunakan pada daerah retak bagian dalam
yang dilaksanakan dengan cara injeksi. Pekerjaan injeksi grouting bisa dilakukan
sebagai berikut :
a. Bor beton yang retak pada titik-titik yang telah direncanakan, bersihkan lubang
tersebut
b. Pasang pada lubang bor tersebut pipa alumunium untuk pipa inlet dan outlet,
masing-masing diletakkan pada bagian awal atau bawah dan bagian akhir atau atas
c. Antara pipa dan beton ditutup dengan bahan adhesive, kemudian tutup permukaan
keropos atau retak dengan lapisan sealent atau spesi yang cepat mengeras
d. Bila penutup permukaan sudah mengeras, sistem nlet dan outlet ini perlu dicoba

dengan air sebagai bahan groutingnya, bagian permukaan yang telah ditutup bila
terlihat masih bocor perlu ditambal ulang. Bila sistem telah berfungsi dengan baik,
injeksi grouting sudah bisa dilaksanakan
e. Jika terlihat bahan grouting telah keluar dari pipa outlet, menandakan daerah yang
digrouting telah terisi penuh, pipa outlet bisa ditutup
f. Setelah bahan grouting mengeras, pipa inlet dan outlet dipotong, perbaikan sudah
selesai. Berdasarkan hasil pengujian, injeksi epoxy dapat memulihkan dan
meningkatkan kekuatan maupun daktilitas komponen struktur yang diperbaiki
tersebut.
c) Jacketing
Melapisi seluruh atau sebagian permukaan beton bisa disebut melakukan perbaikan
beton dengan jacketing. Pekerjaan jacketing bisa dilaksanakan untuk permukaan
beton yang mengalami pelapukan atau disintegrasi. Bila ukuran dimensi beton
setelah jacketing menjadi lebih besar, sehingga penampang beton dapat menahan
beban yang lebih besar, maka perbaikan ini bisa digolongkan strengthening.
Pekerjaan jacketing dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Menghilangkan semua bagian beton yang telah lapuk (terkontaminasi) atau
menghilangkan semua bagian beton yang retak-retak berat
- Lapisi beton lama dengan bahan perekat
- Cor beton perlapis, bila bidang yang dilapisi sangat luas dapat dipakai secara
shotcrete. Untuk ketebalan lebih dari 5 cm perlu diperkuat dengan kawat anyaman
agar tidak terjadi retak-retak sebagai akibat adanya susut pada beton
5. Strengthening
Strengthening atau perkuatan dilaksanakan untuk meningkatkan kekuatan maupun
daktilitas struktur. Pekerjaan strengthening harus direncanakan dahulu sesuai dengan
yang diinginkan dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Beberapa macam
perkuatan yang bisa diterapkan, antara lain :
Meningkatkan kemampuan baja tulangan
Meningkatkan kemampuan tekan beton
Meningkatkan kemampuan beton bertulang atau memperbesar dimensi penampang
struktur
Menambah komponen struktur yang lain
Untuk meningkatkan kemampuan tarik baja tulangan menerima momen lentur, diberi
tambahan pelat baja atau tambahan tulangan tarik yang dilaskan pada tulangan yang
ada dengan jarak tulangan antara.
Untuk meningkatkan kemampuan tekan beton bisa dilaksanakan serupa dengan
pekerjaan jacketing maupun concreting. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan
beton bertulang adalah dengan penambahan tulangan tarik maupun tulangan tekan
dan dipadukan dengan pekerjaaan jacketing dan concreting.
Perkuatan dengan menambah komponen struktur lain bisa dilakukan dengan
penambahan :
Dinding geser
Dinding pengisi
Kolom
Balok
Pengaku

Logam
B. Bahan Bangunan dari Logam
1. Pengertian
Adalah suatu bahan bangunan yang bahan dasarnya dari besi (Fe) atau sejenisnya
yang memiliki keteguhan tertentu, yang hakikatnya seperti kekerasan keliatannya,
sebagian besar tambahan lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas dari logam
tersebut, terutama adalah muutu dan ketahanan dari logam terhadap pengaruh bahanbahan yang lain.
2. Jenis-jenis Bahan Bangunan Logam
Besi Beton
Baja Bangunan
3. Bahan Dasar dari Logam Ferro dan Non-Ferro
g. Logam ferro bahan dasarnya adalah :
Bijih besi presentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besi itu adalah berupa
oksid-oksid besi Fe O dan Fe O atau karbonat besi (FeCO ) yang dinamakan batu
besi spat
Kokas sebagai bahan dasarnya dibuat dari batu bara dengan jalan menyuling kering
batu bara itu dalam perusahaan kokas. Bagian-bagian yang terdiri dari gas, ter dan air
dikeluarkan dari batu bara oleh suautu proses pemanasan, yang tinggal adalah
terutama zat asam dan abu inilah yang dinamakan kokas
Bahan-bahan tambah gunanya untuk mempersatukan abu kokas dan batu ikutan
yang asam (SiO) hingga menjadi terak,yang dengan mudah dapat dipisahkan dari
besi mentah yang menjadi cair. Sebagai bahan tambahan dipakai batu kapur (CaCO )
h. Logam non ferro bahan dasarnya adalah :
Alumunium bahan dasarnya adalah :
- bauksit atau (Al O ) H O berupa tanah liat
- batu manikam atau Al O
- kryolit atau Na AlF
- lebrador
Tembaga bahan dasarnya adalah : bijih seng yang terdiri dari :
- sulfat tembaga dengan 34 % Cu
- tembaga belerang
- bijih tembaga merah
Seng bahan dasarnya adalah bijih seng yang terdiri dari sulfit seng (ZnS) dan oksid
(ZnO)
Timah Putih (stannum) bahan dasarnya adalah zinnstein (SnO ) atau cassitent
4. Proses Pembuatan Logam Ferro
Besi dan Baja, bijih-bijih besi didatangkan dari tambang bijih dalam berbagai mutu
dan dalam bongkahan yang tak sama besar bercampur dengan batu-batu ikutan. Bijih
tersebut dipecah oleh mesin

5. Klasifikasi Bahan Bangunan dari Logam ferro dan Logam Non-Ferro berdasarkan
syarat mutunya
C. Baja sebagai Bahan Bangunan
Bagian 5
Batuan
A. Batu Alam
2. Proses Pembentukan Batuan
a) Batuan Beku
Berasal dari lava gunung berapi berupa cairan panas terkena proses pendinginan
alamiah, maka lambat laun menjadi beku, pada saat itu mineral-mineral yang
terkendung di dalamnya berkesempatan membentuk kristal-kristal, contohnya dapat
ditemukan pada batuan, granit, syenit diotit, dan gabro
b) Batuan Sedimen
Proses pembentukannya dari pelapukan dan hancuran bebatuan yang dibawa aliran
sungai kemudian mengendap di dasar perairan
c) Batuan Metamorfosis
Proses terjadinya yaitu struktur kristal yang membentukbatuan beku berubah oleh
kristalilasi
3. Klasifikasi Jenis batuan
a) Batuan beku/primer/vulkanik/gunung api terbentuk dari intrusi magma seperti
granit, syenit, diorit, gabro, labradorit
b) Batuan efusi tua dan muda terdiri dari porfirit, diabas, trakhid, andesit, basalt,
fragmental, abu vulkanik, pasir vulkanik, tuf vulkanik, lava tuf, dan batu apung
c) Batuan sedimen/endapan
Batuan Pragmental ;
- butir-butir lepas (pasir dan kerikil)
- batuan lekatan (pasir silika, pasir kapur, pasir lempung, dan pasir sungai)
- pasir silika
Asal Hancuran Kimiawi; magnisit, dolomit, gipsum, anhidrit
Asal Organo genik; batu kapur, batu napal, batu kapur berpori dan diatomit
Batuan metamorfosa; genis, lempung, marmer/pualam, kwarsa
4. Batu alam sebagai bahan bangunan
Terbagai atas :
a) Batu Kali, jenis batu yang sering terdapat di dasar kali berasal dari pecahan batu
besar dari gunung api kemudian terbawa erosi sungai
b) Batu Gunung, jenis batu yang sering ditemui di daerah pegunungan terdapat dalam
gundukan tanah
c) Batu Muka alias batu hias, jenis batu alam yang dipakai untuk pasangan luar
sebagai hiasan bukan untuk mendukung beban
5. Batuan alam sebagai agregat beton (pasir dan kerikil)
a) Pasir, jika pasir dipergunakan sebagai campuran beton maka harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
- Pasir tidak boleh tercampur dengan bahan-bahan organik, tanah liat maupun tanah
napal
- Pasir tidak boleh mengnadung kersik-belerang, yang dikenal dengan warna emas

mengkilap
- Pemakaian pasir laut jika setelah dicuci bersih dari unsur garamnya
- Pasir yang baik untuk pekerjaan beton adalah pasir kuarsa, etapi tidak selalu harus
demikian, yang dianjurkan adalah pemakaian pasir berupa butir-butir yang berlainan
memiliki berat jenis yang tinggi
b) Kerikil
Sebagai bahan pengisi adukan beton segar dapat dipakai kerikil atau batu
pecah/kricak, syaratnya bahan-bahan ini harus mempunyai keteguhan yang sekurangkurangnya sama dengan adukan betonnya setelah mengeras
6. Syarat Mutu Batu alam sebagai Bahan bangunan
a. Persyaratan Pasir sebagai Bahan Konstruksi
1) Pasir beton harus bersih. Bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi
endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan pasir
tidak kurang dari 70 %
2) Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5 % berat (kadar
lumpur)
3) Angka kehalusan fineses modulus terletak antara 2,2 3,2 bila diuji memakai
rangkaian ayakan dengan 1,25;2,5;5;10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm
minimal 15 %.
4) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi beton
b. Persyaratan Kerikil sebagai Bahan konstruksi
1) Kekerasan yang ditentukan dengan bejana rudellof tidak boleh mengandung
bagian hancur yang temus ayakan 2 mm, lebih dari 50 % berat
2) Kadar lumpur maksimum 1% berat
3) Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20 % berat, terutama untuk beton
mutu tinggi

Bagian 8
Semen
Adukan
Pengertian adukan adalah campuran dari bahan pengikat dengan pasir atau tanpa
pozollan ditambah air sehingga membentuk suatu massa pozolan ditambah air dan
berfungsi sebagai perekat pada suatu pasangan bata dan sejenisnya.
A. Jenis adukan :
Adukan /perekat kapur ( kapur + pasir )
Perekat tras terdiri dari :
Perekat tras keras ( kapur + tras )
Perekat barter tras keras ( kapur + tras + pasir )
Perekat PC terdiri dari PC + pasir
Perekat PC Kapur, terdiri dari PC + tras + pasir
Perekat tras PC terdiri dari PC + tras + pasir
Perekat semen merah, terdiri dari kapur + semen merah + pasir
Perekat lempung, terdiri dari lempung + pasir kersik + tumbuhan-tumbuhan
Menurut keperluan dan pemakaiannya, perekat terbagi dalam :

1. Perekat kedap air


2. Perekat yang besar keteguhannya
3. Perekat untuk pondasi dan tembok atas
4. Perekat untuk plesteran
5. Perekat untuk plesteran siar dan untuk pasangan genting wuwung (bubungan)
6. Perekat untuk memasang ubin
B. Komposisi Bahan Adukan
Perekat kedap air
Untuk mendapatkan perekat kedap air dipergunakan pasir dan PC atau tras dengan
perandingan 1 pasir : 1,5 2 PC atau tras, bisa juga campuran antara kapur dengan
tras. Untuk mengetahui kedap air atau tidaknya sesuatu perekat harus ditentukan
benda pada beberapa ruangan udara dalam 1 dm3 dan banyaknya air yang diperoleh
untuk mendapatkan campuran tersebut.
Diposkan oleh Wanly Agus di 08.55
http://wanlyagus.blogspot.com/2014/02/teknologi-bahan-konstruksi-beton.html

Anda mungkin juga menyukai