Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton imerupakan isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa imaterial,
iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat ikasar, iair
idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang ikemudian
idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen) idengan
iperbandingan itertentu. iBeton imerupakan ikomposit, imaka ikualitas ibeton
isangat itergantung idari ikualitas imasing-masing imaterial. iBeton iyang ibaik
iadalah ibeton iyang isetiap ibutir iagregatnya iterbungkus idengan imortar,
idemikian ipula idengan iruang iantara iagregat iharus iterisi ioleh imortar. iJadi,
ikualitas idari ipasta iatau imortar iakan imenentukan ikualitas ibeton. i
Beton imerupakan isalah isatu ibahan ikontruksi iyang itelah iumum
idigunakan. iSecara icederhana ibeton idibentuk ioleh ipengerasan icampuran
iantara isemen, iair, iagregat ihalus i(pasir), idan iagregat ikasar (batu ipecah
ikerikil), idan idengan iataupun itanpa iditambahkan icampuran ibahan ilain
i(admixture) iuntuk imemperbaiki ikualitas ibeton. iMaterial ipembentuk ibeton
itersebut idicampur idengan ikomposisi itertentu iyang ikemudian imembentuk
imasa ipadat. iProporsi ibahan iakan imempengaruhi ikarakteristik idari ibeton iitu
isendiri, iseperti ikemudahan ipengerjaani(workability), idurabilitas idan iwaktu
ipengerasan.
Beton imutu itinggi imenurut iPD iT-04-20040C itentang iTata iCara
iPembuatan idan iPelaksaaan iBeton iBerkekuatan iTinggi iadalah ibeton iyang
imemiliki ikuat itekan iantara i40-80 iMpa. iBeton imutu itinggi idapat idiartikan
isebagai ibeton iyang iberorientasi iada ikekuatan iyang itinggi i(high istrenght
iconcrete) iyang imempertimbangkan ikeawetan i(durability) ibeton iserta
ikemudahan ipengerjaan ibeton i(workability). iBeton ibermutu itinggi imemilih
imaterial iyang iberkualitas isupaya idapat iberfungsi idengan isemestinya idan
imampu imelayani ikebutuhan ipembangunan igedung, ijembatan, ijalan iraya,
iatau iyang iberhubungan idengan ibeton iagar isesuai idengan iyang itelah
idirencanakan. iKomposisi ibahan-bahan ipenyusun ibeton iperlu idiperhatikan

1
Laporan Praktikum Beton

idan iditeliti, iagar ikomposisi ibahan ipenyusunnya isesuai idengan ikebutuhan.


iBeton imutu itinggi imembutuhkan iperbandingan iair idan ibahan iikat i(FAS)
iyang ikecil. iOleh ikarena iFAS ikecil, iworkability imenjadi irendah, imaka
iuntuk imempermudah ipengerjaannya iditambahkaniadmixture yang dapat
imengencerkan iadukan ibeton itersebut.
Beton imutu itinggi imenurut iStandart iNasional iIndonesia iatau iSNI
i03-6468- i2000 iyaitu ibeton iyang imempunyai ikuat itekan iyang idisyaratkan
ilebih idari i41,4 iMPa. iPada idasarnya, ikomponen iutama ipenyusun ibeton
imutu itinggi isama idengan ibeton inormal, iyang iterdiri idari isemen, iagregat
ikasar, iagregat ihalus, idan iair idengan iatau itanpa ibahan itambah. iBeton ijuga
imempunyai ibeberapa ikelemahan, iyaitu ilemah iterhadap ikuat itarik,
imengembang idan imenyusut ibila iterjadi iperubahan isuhu, danisulit ikedap iair
isecara isempurna.

1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Adapun beberapa tujuan dari praktikum beton ini
adalah sebagai berikut.
1. Mampu melaksanakan pemeriksaan berat volume agregat.
2. Mampu melaksanakan analisis saringan agregat kasar dan agregat halus.
3. Mampu melaksanakan pemeriksaan bahan lolos saringan no. 200.
4. Mampu melaksanakan pemeriksaan zat organik pada agregat halus.
5. Mampu melaksanakan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
6. Mampu melaksanakan pemeriksaan kadar air agregat.
7. Mampu melaksanakan analisis specific gravity dan penyerapan agregat kasar.
8. Mampu melaksanakan analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus.
9. Mampu melaksanakan pemeriksaan keausan dengan mesin los angeles.
10. Mampu melaksanakan perencanaan campuran beton.
11. Mampu melaksanakan pelaksanaan campuran beton.
12. Mampu melaksanakan percobaan slump beton.
13. Mampu melaksanakan pemeriksaan berat isi beton.
14. Mampu melaksanakan pembuatan dan persiapan benda uji.
15. Mampu melaksanakan pemeriksaan kekuatan tekan beton.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

16. Mampu melaksanakan analisis kekuatan tekan beton karakteristik (fc').


17. Mampu melaksanakan uji kuat lentur.

1.3 Dasar Teori


Beton adalah isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa imaterial,
iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat ikasar, iair
idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang ikemudian
idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen) idengan
iperbandingan itertentu. Agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan pengisi
dan bahan penguat sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton
per tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila
kuat tekan beton tinggi sifat-sifat lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat
dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih tergantung pada jenis campuran sifat-sifat
agregat serta kualitas perawatan.
Kekuatan tekan beton paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2
sampai 500 kg/cm2 nilai kuat tekan beton didapatkan melalui cara pengujian
standar menggunakan mesin cuci dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Selanjutnya benda uji tekan
dengan mesin tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum pada saat benda uji
pecah dibagi luas penampungan benda uji merupakan nilai kuat desak beton yang
dinyatakan dalam satuan mpa atau kg/cm2.
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan dengan baik. Adapun
unsur-unsur bahan campuran beton adalah sebagai berikut.

1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan gyps sebagai tambahan.
SNI 15-03-02-2004 mengenai semen (PPC = Portland Pozolan Cement), semen
Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari campuran homogen semen
Portland bersamaan dengan bahan yang mempunyai sifat Pozolon. Menurut SNI
M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040
Laporan Praktikum Beton

15-2049-2004 mengenai semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement),


semen ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
1. Type I
Semen portland type I digunakan penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain,
seperti hidrasi panas dan kuat tekan awal.
2. Type II
Semen portland type II dalam penggunaannya memerlukan sesuatu ketahanan
terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang., seperti sistem drainase konsentrat
yang terjadi di dalam tanah. Karakteristik semen ini tahan terhadap asam
sulfa tantara 0,1-0,2% dan hidrasi panas yang sedang.
3. Type III
Semen portland type III dalam penggunaanya memerlukan, kekuatan tinggi
pada terhadap pemulihan setelah pengikatan terjadi, mempunyai waktu
perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya
digunakan pada struktur bangunan bertingkat tinggi, jalan beton atau jalan
bebas hambatan, bandar udara dan bangunan air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat.
4. Type IV
Semen portland type IV dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi
rendah, yang umumnya digunakan dpada struktur-struktur bangunan yang
masif.
5. Type V
Semen portland type V dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat, terutama pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat lebih
dari 0,2% seperti rawa-rawa, air laut atau pantai kawasan tambang.

1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekerasan butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk spit. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm,
0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton
berfungsi:
1. Menghemat penggunaan semen
2. Menghasilkan kekuatan Portland yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan susunan pangkat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol stability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.
Agregat sendiri terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, dimana
keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam campuran beton.
1. Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa split, pecahan split, batu pecah, terak tanur tiup
atau beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03-2847–2002,
bahwa agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara
5,00 mm sampai 40 mm. Gradasi agregat adalah gambaran yang
memperlihatkan distribusi ukuran butiran dari agregat. Gradasi berpengaruh
pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Tabel 1.1 Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar
Presentase berat yang lolos saringan
Ukuran saringan
5-18
5-38 (mm)
(mm)
38,0 mm 90-100 100
90-
19,0 mm 90-100
100

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

9,6 mm 60-95 70-85


4,8 mm 0-5 0-10
(Sumber : SNI 03-2834-1992)
Agregat kasar (split) yang akan dipakai untuk membuat campuran beton
harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Split atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.
b. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat
kasar digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan
lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah.
Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan
semen yang kadar alkalinya dihitung setara Natrium Oksida tidak lebih
dari 0,6%, atau dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah
terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan oleh karena reaksi alkali-
agregat tersebut.
c. Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan larutan jenuh garam
sulfat.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak
beton seperti bahan-bahan yang reaktif sekali dan harus dibuktikan dengan
percobaan warna dengan laruta NaOH.
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap
berat kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar
tersebut harus dicuci.
f. Kekerasan dari kasar diperiksa melalui bejana penguji dari Rudellof dari
beban penguji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19) mm lebih dari 24%
berat.
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi (19-30) mm lebih dari 22%
berat.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat
sebagai berikut.
h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4
dari dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
Tabel gradasi agregat untuk pengujian keausan dengan mesin los angeles
dapat dilihat pada tabel 10.1.
Tabel 1.2 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji
Ukuran Saringan Berat Gradasi Benda Uji (gram)
Lewa
Tertahan
t A B C D E F G
(mm)
(mm)
76,2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
125 500
38,1 25,4 5000
0 0
125 500
25,4 19,05
0 0
125
19,05 12,7 2500
0
125
12,7 9,51 2500
0
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
12 11 8 6 12 12 12
500 500
Jumlah bola 4584 3330 2500 5000 5000
0 0
±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25
(Sumber: SNI 2417:2008)
Volume agregat kasar per satuan volume beton memiliki ketentuan yang
sesuai SNI 7656–2012, tabel volume agregat kasar per satuan volume beton
yaitu:
Tabel 1.3 Volume agregat kasar per satuan volume beton
Ukuran Nominal Volume Agregat Kasar Kering Oven Per Satuan
Agregat Maksimum Volume
(Mm) Beton Untuk Berbagai Modulus Kehalusan Dari
Agregat Halus
2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040
Laporan Praktikum Beton

12,5 0,59 0,57 0,55 0,53


19 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
(Sumber: SNI 7656-2012)
2. Agregat Halus
Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari
kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03–2847–2002, bahwa agregat halus
merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00
mm, adapun persyaratan agregat halus sebagai berikut:
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan
No.200) dalam % berat maksimum:
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan (Friable
particle), maksimum 0,5 %.
c. Kandungan arang dan lignit.
d. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.
e. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat
halus digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan
lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah.
f. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat
g. Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 %
pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus
kehalusan tidak boleh kurang dari 2,3 dan lebih dari 3,1.
Gradasi agregat adalah gambaran yang memperlihatkan distribusi ukuran
butiran dari agregat. Gradasi berpengaruh pada besarnya rongga dalam
campuran dan menentukan workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta
stabilitas campuran.
Tabel 1.4 Batas-Batas Gradasi Agregat Halus
Ukuran Saringan Zona I Zona II Zona III Zona IV

9,60 mm 100 100 100 100

4,80 mm 90-100 90-10 90-100 95-100

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100

1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100

0,60 mm 15-34 35-59 60-79 80-100

0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50


0,15mm 0-10 0-10 0-10 0-15
(Sumber: SNI 03-2834-1992)
Pada pemeriksaan zat organik pada agregat halus memiliki hubungan wana
cairan yang terbentuk dengan kuat tekan sesuai SNI 03–2834–1992, berikut
tabel hubungan warna cairan dengan kuat tekan
Tabel 1.5 Hubungan warna cairan dengan kuat tekan
Nomor Standar Reduksi Kuat Warna
Pasir
Pelaksanaan Tekan Cairan
Tidak ada warna
sampai dengan
1 0 MPa Dapat dipakai
warna kuning
muda
Kadang-
2 10-20 MPa Kuning muda kadang dapat
dipakai
Digunakan
Merah kekuning-
3 15-30 MPa untuk lantai
kuningan
biasa
Coklat kemerah- Tidak dapat
4 25-50 MPa
merahan digunakan
Tidak dapat
5 50-100 MPa Coklat tua
digunakan
(Sumber : SNI 03-2834-1992)

Agregat memerlukan pemeriksaan dan analisis tertentu untuk menentukan


bahan tersebut berkualitas baik untuk menjadi bahan penyusun beton. Adapun
bagian-bagian dalam pemeriksaan agregat sebagai berikut:
1. Analisis saringan agregat
Analisis saringan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa
agregat halus agar dapat mengetahui ukurannya. dengan menggunakan
ukuran-ukuran saringan standar tertentu yang ditunjukkan dengan lubang
saringan dalam (mm) agar dapat menentukan agregat tersebut cocok untuk
beton atau tidak. Selain itu hasil dari analisis saringan juga digunakan untuk
mendapatkan persentase agregat halus dalam campuran dan modulus

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

kehalusan. Adapun modulus kehalusan yang disyaratkan untuk agregat halus


adalah 21-3,7.
2. Pemeriksaan bahan lolos saringan No.200.
Dalam spesifikasi biasanya dimasukkan syarat kebersihan agregat yaitu
dengan memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak
diinginkan (seperti tanaman, partikel lunak lumpur dan lain sebagainya)
biasanya berada dalam atau pada agregat. Agregat yang kotor akan
memberikan pengaruh jelek pada kinerja pekerjaan seperti berkurangnya
ikatan antara agregat dengan pasta semen yang disebabkan karena banyaknya
kandungan lumpur pada agar-agar tersebut di lapangan yang juga akan
berpengaruh pada kualitas beton yang akan dibuat. Sedangkan kebersihan
sering ditentukan hanya dengan melihat secara visual, padahal seharusnya
kebersihan dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah, yaitu
dengan menimbang agregat sebelum dicuci dan agregat setelah dicuci setelah
mendapatkan hasilnya kemudian hasil dari data tersebut dibandingkan. Dari
kebersihan agregat inilah yang akan memberikan persentase agregat yang
lebih halus dari 0,075 mm (saringan No.200).
3. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batuan-batuan (natural sond) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu. Zat organik yang
tercampur dapat membuat asam-asam organus dan zat lain bereaksi dengan
semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
kualitas dan kekuatan beton serta menghambat hidrasi pada semen hingga
proses pengerasan berlangsung lambat. Kandungan bahan organik yang ada
di dalam agregat halus dibuktikan dengan pemeriksaan warna dari Abraham
Haroter (dengan memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini Agregat
halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu ke dalam botol
ditambahkan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan
didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan warna
campuran dengan warna standar hellige tester No.3. Apabila perubahan

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

warna pada campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai
kadar organik yang tinggi (kotor).
4. Pemeriksaan berat volume agregat
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan beton yang murah.
b. Menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
c. Mengurangi susut.
d. Mengurangi rongga badan.
e. Memperkecil pengaruh suhu.
5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat
Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan ketentuan dalam
peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk pembuatan sebuah
beton. Jika kadar lumpur yang didapat lebih dari persentase yang ditetapkan
oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971” (PBI 1971/NI-2). Pasir
adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm (No.4) dan
tertinggi di atas ayahkan 0,075 mm (No.200). Di dalam pasir juga masih
terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan salt. Pasir
yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan
cara endapan ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%)
dapat diketahui secara tepat.
6. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji, sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada
agregat disebut porositas. Agregat dengan kadar pori yang besar akan
membutuhkan jumlah beton yang lebih banyak karena banyak beton yang

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

terserap mengakibatkan beton menjadi lebih tipis. Penentuan banyak pori


ditentukan berdasarkan air yang didapat terabsorbsi oleh agregat. Nilai
penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-
pori dengan agregat pada kondisi kering:
a. Berat jenis curah (bulk specific gravity)
Berat jenis curah merupakan beras jenis berat jenis yang diperhitungkan
terhadap seluruh volume yang ada (volume pori yang dapat diresapi beton
atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dilewati air dan volume
partikel.
b. Berat jenis kering permukaan (SSD specific gravity)
Merupakan berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya
dapat diresapi beton ditambah dengan volume partikel.
c. Berat jenis semu (apperent specific gravity)
Merupakan berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori, yang dapat dilewati air merupakan bagian-
bagian relative density dari bahan padat yang terbentuk dari partikel
kecuali pori atau pori udara yang dapat menyerap air.
d. Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu. Terbentuk dari
campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat
menyerap air.

1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang penting
untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen (W/C)
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air
semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton.
Persyaratan air untuk campuran beton harus bersih, tidak mengandung
minyak dan benda terapung lainnya secara visual, tidak mengandung benda-
benda suspensi lebih dari 2 gram/liter, tidak mengandung garam-garam yang
dapat larut dan merusak beton, asam asam, zat organik dan sebagainya lebih dari
15 gram/liter, kandungan klorida dalam senyawa sulfat 4 gram/liter, bila
dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang diperiksa
tidak lebih dari 10% untuk meratakan kecuali syarat-syarat diatas air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/ liter.

1.3.4 Beton
Beton adalah benda yang dianalisa pada praktikum ini. Pembahasan teori
tentang beton adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (SNI 03–2847–2002). Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana
(fc) pada usia 28 hari. Beton memliki daya kuat tekan yang baik oleh karena
itu beton banyak digunajan untuk pemilihan jenis struktur bangunan,
jembatan dan jalan.
Beton terdiri dari ± 15% semen, ± 8% air, ± 3% udara, selebihnya pasir dan
split. Campuran tersebut akan setelah mengeras mempunyai sifat yang
berbeda-beda, tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran,
cara pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, dan sebagainya akan
mempengaruhi sifat beton.
Nugraha, P (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik yaitu setiap
butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian halnya dengan
ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas dari mortar pada
adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari beton tersebut. Semen
merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun jumlahnya hanya 7-

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran semen yang
sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan beton
dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri
Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian
kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang
dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban
maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression
testing machine.
Ada dua hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan beton yaitu pertama sifat
yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras
seperti kekuatan, keawetan dan kestabilan volume. Kedua sifat yang harus
dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi plastis
(workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregasi.
2. Kepadatan beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik harus diperhatikan adalah
kepadatan beton. Berat beton segar memiliki perkiraan awal, tabel yang
menunjukan perkiraan awal beton segai menurut SNI 7656–2012 sebagai
berikut:
Tabel 1.7 Perkiraan awal berat beton segar.

Ukuran Nominal Perkiraan Awal Berat Beton, Kg/M3


Maksimum Agregat Beton Tanpa Beton Dengan
(Mm) Tambahan Udara Tambahan
Udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435
(Sumber: SNI 7656-2012)
Untuk menetapkan deviasi standar perlu kuat tekan rata – rata, tabel yang
M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040
Laporan Praktikum Beton

menunjukan sebagai berikut:


Tabel 1.8 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk Menetapkan
Deviasi Standar
Persyaratan kuat tekan,fc' Kuat tekan rata-rata perlu, f 'cr

MPa MPa
Kurang dari 21 f ' + 7,0
c
21 sampai dengan 35 f ' + 8,5
c
Lebih dari 35 f ' + 10,0
c
(Sumber: SNI 03-2847-2002)
Hubungan antara rasio air semen dan kadar udara dan kekuatan terdapat tabel
sesuai SNI 7656–2012, tabel sebagai berikut:
Tabel 1.9 Hubungan antara rasio air semen dan kekuatan beton
Kekuatan Beton Umur Rasio Air-Semen (Berat)
28 Hari, Mpa Beton Tanpa Tambahan Beton Dengan Tambahan
Udara Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
(Sumber: 7656-2012
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
a. Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan beton.
Agregat kasar yang tidak pecah atau split alami biasanya licin dan bulat
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang relatif rendah
dibandingkan dengan beton yang memakai batu pecah.
b. Proporsi campuran
Proporsi yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam macam
bahan pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workability. Nilai
slump juga mempengaruhi workability pada pekerjaan kontruksi, berikut
tabel nilai slump yang di anjurkan pada pekerjaan kontruksi yaitu:
Tabel 1.10 Nilai Slump Yang Dianjurkan Untuk Berbagai Perkerjaan Kontruksi

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton
(Sum
ber:
Slump (mm)
Tipe Kontruksi
Maksimum Minimum
SNI
Pondasi beton bertulang (dinding dan
7656- 75 25
pondasi telapak)
2012) Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang
75 25
c. pancang, dinding bawah tanah.
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Kadar air
Faktor kepadatan dikaitkan dngan kadar air beton. Kadar air dalam volume
campuran adalah penting menentukan w/c yang sekecil mungkin sehingga
pori-pori beton semakin kecil.
3. Pemadatan Beton
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam kadaan segar dan dalam
keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar
adalah Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan
dengan penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras dan juga
untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal.

1.4 Tahapan Praktikum


Tahapan praktikum beton dibagi menjadi 5 bagian yaitu pemeriksaan
agregat, perencanaan campuran beton, pelaksanaan campuran beton, analisis
kekuatan tekan beton karakteristik dan uji lentur.
Tahap pemeriksaan agregat bertujuan untuk menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuranya didefinisikan sebagai perbandingan berat material
kering. Tahap perencanaan campuran beton bertujuan menetukan komposisi
komponen atau unsur beton basah dengan ketentuan kuat tekan karakteristik dan
slump rencana yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan campuran beton.
Selanjutnya dilaksankan tahapan analisa kekuatan tekan beton dan uji lentur,
adapun tahapan praktikum beton ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan berat volume agregat.
2. Analisis saringan agregat kasar dan agregat halus.
3. Pemeriksaan bahan lolos saringan No.200.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040


Laporan Praktikum Beton

4. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus.


5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
6. Pemeriksaan kadar air agregat.
7. Analisis specific gravity dan penyerapan agregat kasar.
8. Analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus.
9. Pemeriksaan keausan dengan mesin los angeles.
10. Perencanaan campuran beton.
11. Pelaksanaan campuran beton.
12. Percobaan slump beton.
13. Pemeriksaan berat isi beton.
14. Pembuatan dan persiapan benda uji.
15. Pemeriksaan kekuatan tekan beton.
16. Analisis kekuatan tekan beton karakteristik (fc').
17. Uji kuat lentur.

M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040

Anda mungkin juga menyukai