PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Beton
1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Adapun beberapa tujuan dari praktikum beton ini
adalah sebagai berikut.
1. Mampu melaksanakan pemeriksaan berat volume agregat.
2. Mampu melaksanakan analisis saringan agregat kasar dan agregat halus.
3. Mampu melaksanakan pemeriksaan bahan lolos saringan no. 200.
4. Mampu melaksanakan pemeriksaan zat organik pada agregat halus.
5. Mampu melaksanakan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
6. Mampu melaksanakan pemeriksaan kadar air agregat.
7. Mampu melaksanakan analisis specific gravity dan penyerapan agregat kasar.
8. Mampu melaksanakan analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus.
9. Mampu melaksanakan pemeriksaan keausan dengan mesin los angeles.
10. Mampu melaksanakan perencanaan campuran beton.
11. Mampu melaksanakan pelaksanaan campuran beton.
12. Mampu melaksanakan percobaan slump beton.
13. Mampu melaksanakan pemeriksaan berat isi beton.
14. Mampu melaksanakan pembuatan dan persiapan benda uji.
15. Mampu melaksanakan pemeriksaan kekuatan tekan beton.
1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan gyps sebagai tambahan.
SNI 15-03-02-2004 mengenai semen (PPC = Portland Pozolan Cement), semen
Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari campuran homogen semen
Portland bersamaan dengan bahan yang mempunyai sifat Pozolon. Menurut SNI
M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040
Laporan Praktikum Beton
1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekerasan butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk spit. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm,
0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton
berfungsi:
1. Menghemat penggunaan semen
2. Menghasilkan kekuatan Portland yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan susunan pangkat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol stability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.
Agregat sendiri terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, dimana
keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam campuran beton.
1. Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa split, pecahan split, batu pecah, terak tanur tiup
atau beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03-2847–2002,
bahwa agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara
5,00 mm sampai 40 mm. Gradasi agregat adalah gambaran yang
memperlihatkan distribusi ukuran butiran dari agregat. Gradasi berpengaruh
pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Tabel 1.1 Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar
Presentase berat yang lolos saringan
Ukuran saringan
5-18
5-38 (mm)
(mm)
38,0 mm 90-100 100
90-
19,0 mm 90-100
100
g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat
sebagai berikut.
h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4
dari dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
Tabel gradasi agregat untuk pengujian keausan dengan mesin los angeles
dapat dilihat pada tabel 10.1.
Tabel 1.2 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji
Ukuran Saringan Berat Gradasi Benda Uji (gram)
Lewa
Tertahan
t A B C D E F G
(mm)
(mm)
76,2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
125 500
38,1 25,4 5000
0 0
125 500
25,4 19,05
0 0
125
19,05 12,7 2500
0
125
12,7 9,51 2500
0
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
12 11 8 6 12 12 12
500 500
Jumlah bola 4584 3330 2500 5000 5000
0 0
±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25
(Sumber: SNI 2417:2008)
Volume agregat kasar per satuan volume beton memiliki ketentuan yang
sesuai SNI 7656–2012, tabel volume agregat kasar per satuan volume beton
yaitu:
Tabel 1.3 Volume agregat kasar per satuan volume beton
Ukuran Nominal Volume Agregat Kasar Kering Oven Per Satuan
Agregat Maksimum Volume
(Mm) Beton Untuk Berbagai Modulus Kehalusan Dari
Agregat Halus
2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
M. Hisyam Ar-Rayyan – M1C120040
Laporan Praktikum Beton
warna pada campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai
kadar organik yang tinggi (kotor).
4. Pemeriksaan berat volume agregat
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan beton yang murah.
b. Menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
c. Mengurangi susut.
d. Mengurangi rongga badan.
e. Memperkecil pengaruh suhu.
5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat
Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan ketentuan dalam
peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk pembuatan sebuah
beton. Jika kadar lumpur yang didapat lebih dari persentase yang ditetapkan
oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971” (PBI 1971/NI-2). Pasir
adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm (No.4) dan
tertinggi di atas ayahkan 0,075 mm (No.200). Di dalam pasir juga masih
terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan salt. Pasir
yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan
cara endapan ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%)
dapat diketahui secara tepat.
6. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji, sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada
agregat disebut porositas. Agregat dengan kadar pori yang besar akan
membutuhkan jumlah beton yang lebih banyak karena banyak beton yang
1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang penting
untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen (W/C)
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air
semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama
semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton.
Persyaratan air untuk campuran beton harus bersih, tidak mengandung
minyak dan benda terapung lainnya secara visual, tidak mengandung benda-
benda suspensi lebih dari 2 gram/liter, tidak mengandung garam-garam yang
dapat larut dan merusak beton, asam asam, zat organik dan sebagainya lebih dari
15 gram/liter, kandungan klorida dalam senyawa sulfat 4 gram/liter, bila
dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang diperiksa
tidak lebih dari 10% untuk meratakan kecuali syarat-syarat diatas air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/ liter.
1.3.4 Beton
Beton adalah benda yang dianalisa pada praktikum ini. Pembahasan teori
tentang beton adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (SNI 03–2847–2002). Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana
(fc) pada usia 28 hari. Beton memliki daya kuat tekan yang baik oleh karena
itu beton banyak digunajan untuk pemilihan jenis struktur bangunan,
jembatan dan jalan.
Beton terdiri dari ± 15% semen, ± 8% air, ± 3% udara, selebihnya pasir dan
split. Campuran tersebut akan setelah mengeras mempunyai sifat yang
berbeda-beda, tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran,
cara pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, dan sebagainya akan
mempengaruhi sifat beton.
Nugraha, P (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik yaitu setiap
butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian halnya dengan
ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas dari mortar pada
adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari beton tersebut. Semen
merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun jumlahnya hanya 7-
15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran semen yang
sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan beton
dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri
Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian
kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang
dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban
maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression
testing machine.
Ada dua hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan beton yaitu pertama sifat
yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras
seperti kekuatan, keawetan dan kestabilan volume. Kedua sifat yang harus
dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi plastis
(workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregasi.
2. Kepadatan beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik harus diperhatikan adalah
kepadatan beton. Berat beton segar memiliki perkiraan awal, tabel yang
menunjukan perkiraan awal beton segai menurut SNI 7656–2012 sebagai
berikut:
Tabel 1.7 Perkiraan awal berat beton segar.
MPa MPa
Kurang dari 21 f ' + 7,0
c
21 sampai dengan 35 f ' + 8,5
c
Lebih dari 35 f ' + 10,0
c
(Sumber: SNI 03-2847-2002)
Hubungan antara rasio air semen dan kadar udara dan kekuatan terdapat tabel
sesuai SNI 7656–2012, tabel sebagai berikut:
Tabel 1.9 Hubungan antara rasio air semen dan kekuatan beton
Kekuatan Beton Umur Rasio Air-Semen (Berat)
28 Hari, Mpa Beton Tanpa Tambahan Beton Dengan Tambahan
Udara Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
(Sumber: 7656-2012
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
a. Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan beton.
Agregat kasar yang tidak pecah atau split alami biasanya licin dan bulat
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang relatif rendah
dibandingkan dengan beton yang memakai batu pecah.
b. Proporsi campuran
Proporsi yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam macam
bahan pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workability. Nilai
slump juga mempengaruhi workability pada pekerjaan kontruksi, berikut
tabel nilai slump yang di anjurkan pada pekerjaan kontruksi yaitu:
Tabel 1.10 Nilai Slump Yang Dianjurkan Untuk Berbagai Perkerjaan Kontruksi