PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Beton
1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Berikut ini tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
praktikum beton:
a. Mendapatkan data untuk berat volume, analisis saringan, kadar air, kadar
lumpur dan zat organik yang terkandung, serta specific grafity yang
ditentukan melalui pengujian agregat kasar dan halus.
b. Memperoleh data untuk mix design sebagai komposisi komponen atau unsur
beton.
c. Menentukan kuat mutu beton melalui pengujian slump beton.
d. Mendapatkan data mengenai kuat lentur beton untuk menentukan kualitas
suatu material.
e. Mendapatkan hasil dan kesimpulan dari uji kuat tekan beton untuk
pemeriksaan kekuataan beton yang memenuhi syarat.
kuat tekan beton tinggi sifat-sifat lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat
dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih tergantung pada jenis campuran sifat-sifat
agregat serta kualitas perawatan (Tjokrodimuljo, 2007).
Kekuatan tekan beton paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2
sampai 500 kg/cm2 nilai kuat tekan beton didapatkan melalui cara pengujian
standar menggunakan mesin cuci dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Beban tekan maksimum
pada saat benda uji pecah dibagi luas penampungan benda uji merupakan nilai
kuat desak beton yang dinyatakan dalam satuan mpa atau kg/cm 2 (SNI 03-2824-
2002).
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan dengan baik. Adapun
unsur-unsur bahan campuran beton adalah sebagai berikut:
1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen adalah bahan pengikat yang mengikat
agregat kasar, agregat halus atau bahan tambah lainnya. Semen portland adalah
semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan
gyps sebagai tambahan. Semen Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari
campuran homogen semen Portland yang mempunyai sifat Pozolon (Dapertemen
Pekerjaan Umum, 1982).
Mengenai semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement), semen
ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
a. Type I
Semen portland type I digunakan penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain,
seperti hidrasi panas dan kuat tekan awal.
b. Type II
1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik (Nugraha, 2007).
pasir buatan (artificial sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organus dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kekuatan beton serta
menghambat hidrasi pada semen hingga proses pengerasan berlangsung
lambat. Kandungan bahan organik yang ada di dalam agregat halus
dibuktikan dengan pemeriksaan warna dari Abraham Haroter (dengan
memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini Agregat halus atau pasir
dimasukkan dalam jumlah tertentu ke dalam botol ditambahkan larutan
NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam
jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan
warna standar hellige tester No.3. Apabila perubahan warna pada
campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai kadar
organik yang tinggi atau kotor (SNI 2016-2014).
4. Pemeriksaan berat volume agregat halus
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan beton yang murah.
b) Menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
c) Mengurangi susut.
d) Mengurangi rongga badan.
e) Memperkecil pengaruh suhu (SNI-03-4804-1998).
5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan ketentuan
dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk
pembuatan sebuah beton. Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat
lolos ayakan 4,8 mm (No.4) dan tertinggi di atas ayakan 0,075 mm
(No.200). Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan
mineral yang lain seperti tanah dan salt. Pasir yang digunakan untuk
b. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa pecahan batuan, pecahan split atau split alami dengan
ukuran butiran minimal 5 mm dan agregat harus dengan mudah mengisi
cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja
tulangan. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori, dimana butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan. Agregat kasar juga tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% atau
ditemukan di berat kering (Tjokrodimuljo, 1996).
Berdasarkan dari berat jenisnya agregat kasar telah dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu:
1. Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gr/cm3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,8
gr/cm3.
2. Agregat berat
Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gr/cm3, misalnya
magnetik (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis sampai 5 gr/cm3. Penggunaanya dipakai sebagai pelindung
dari radiasi.
3. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai ukuran berat jenis
kurang dari 2,0 gr/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton struktural atau
dinding beton kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga
strukturnya ringan dan pondasinya lebih ringan (Tjokrodimuljo, 1992).
Beton yang baik juga dipengaruhi dengan karakteristik dari bahan penyusun,
salah satunya adalah agregat kasar. Adapun ketentuan mengenai penggunaan
agregat kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara lain:
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa split sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang penting
untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air
semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama
semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton
(Nawy, 1990).
Penambahan air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya
gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan
beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling
(Nawy, 1990).
Berikut persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton yang baik,
antara lain:
a. Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam-
asam, zat organik, dan lain-lain).
d. Kandungan klorida (cl) < 0.50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1 gram/liter
sebagai so3.
e. Bila dibandingkan denga kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
f. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas air mengandung
klorida lebih dari 0.05 gram/liter. Untuk air yang digunakan sebagai
perawatan beton, dapat digunakan air yang digunakan pada saat pengadukan.
Namun air tersebut adalah air yang tidak menimbulkan noda atau endapan
yang merusak warna permukaan agar permukaan beton tetap sedap dipandang
(SNI 03-6861.1-2002).
Air yang digunakan sebagai perawatan beton, dapat digunakan air yang
digunakan pada saat pengadukan. Namun air tersebut adalah air yang tidak
menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan agar permukaan
beton tetap sedap dipandang (SNI 03-6861.1-2002).