Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton imerupakan isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa
imaterial, iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat
ikasar, iair idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang
ikemudian idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen)
idengan iperbandingan itertentu (Tjokrodimuljo, 2007).
Beton imerupakan ikomposit, imaka ikualitas ibeton isangat itergantung
idari ikualitas imasing-masing imaterial. iBeton iyang ibaik iadalah ibeton iyang
isetiap ibutir iagregatnya iterbungkus idengan imortar, idemikian ipula idengan
iruang iantara iagregat iharus iterisi ioleh imortar. iJadi, ikualitas idari ipasta iatau
imortar iakan imenentukan ikualitas ibeton (Pedoman Pekerjaan Beton, 2004).
Beton imerupakan isalah isatu ibahan ikontruksi iyang itelah iumum
idigunakan. iSecara icederhana ibeton idibentuk ioleh ipengerasan icampuran
iantara isemen, iair, iagregat ihalus i(pasir), idan iagregat ikasar i(batu ipecah
ikerikil), idan idengan iataupun itanpa iditambahkan icampuran ibahan ilain
i(admixture) iuntuk imemperbaiki ikualitas ibeton (Murdock dan Brook, 1986).
Material ipembentuk ibeton itersebut idicampur idengan ikomposisi
itertentu iyang ikemudian imembentuk imasa ipadat. iProporsi ibahan iakan
imempengaruhi ikarakteristik idari ibeton iitu isendiri, iseperti ikemudahan
ipengerjaani(workability), idurabilitas idan iwaktu ipengerasan (Mulyono, 2004).
Beton ibermutu itinggi imemilih imaterial iyang iberkualitas isupaya
idapat iberfungsi idengan isemestinya idan imampu imelayani ikebutuhan
ipembangunan igedung, ijembatan, ijalan iraya, iatau iyang iberhubungan idengan
ibeton iagar isesuai idengan iyang itelah idirencanakan. iKomposisi ibahan-bahan
ipenyusun ibeton iperlu idiperhatikan idan iditeliti, iagar ikomposisi ibahan
ipenyusunnya isesuai idengan ikebutuhan. iBeton imutu itinggi imembutuhkan
iperbandingan iair idan ibahan iikat i(FAS) iyang ikecil. iOleh ikarena iFAS
ikecil, iworkability imenjadi irendah, imaka iuntuk imempermudah

1
Laporan Praktikum Beton

ipengerjaannya iditambahkan iadmixture iyang idapat imengencerkan iadukan


ibeton itersebut (Mulyono, 2004).
Beton imutu itinggiiyaitu ibeton iyang imempunyai ikuat itekan iyang
idisyaratkan ilebih idari i41,4 iMPa. iPada idasarnya, ikomponen iutama
ipenyusun ibeton imutu itinggi isama idengan ibeton inormal, iyang iterdiri idari
isemen, iagregat ikasar, iagregat ihalus, idan iair idengan iatau itanpa ibahan
itambah. iBeton ijuga imempunyai ibeberapa ikelemahan, iyaitu ilemah iterhadap
ikuat itarik, imengembang idan imenyusut ibila iterjadi iperubahan isuhu,
danisulit ikedap iair isecara isempurna (SNI i03-6468-2000).

1.2 Tujuan
Pengujian yang dilakukan pada praktikum beton ini memiliki masing-
masing tujuan yang berbeda. Berikut ini tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
praktikum beton:
a. Mendapatkan data untuk berat volume, analisis saringan, kadar air, kadar
lumpur dan zat organik yang terkandung, serta specific grafity yang
ditentukan melalui pengujian agregat kasar dan halus.
b. Memperoleh data untuk mix design sebagai komposisi komponen atau unsur
beton.
c. Menentukan kuat mutu beton melalui pengujian slump beton.
d. Mendapatkan data mengenai kuat lentur beton untuk menentukan kualitas
suatu material.

e. Mendapatkan hasil dan kesimpulan dari uji kuat tekan beton untuk
pemeriksaan kekuataan beton yang memenuhi syarat.

1.3 Landasan Teori


Beton adalah isuatu ibahan ihasil icampuran idari ibeberapa imaterial,
iyang ibahan iutamanya iterdiri idari isemen, iagregat ihalus, iagregat ikasar, iair
idan idengan iataupun itanpa itambahan-tambahan ilain iyang ikemudian
idicampurkan imenjadi isatu idan idiaduk ihingga imerata i(homogen) idengan
iperbandingan itertentu. Agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan pengisi
dan bahan penguat sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton
per tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

kuat tekan beton tinggi sifat-sifat lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat
dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih tergantung pada jenis campuran sifat-sifat
agregat serta kualitas perawatan (Tjokrodimuljo, 2007).
Kekuatan tekan beton paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2
sampai 500 kg/cm2 nilai kuat tekan beton didapatkan melalui cara pengujian
standar menggunakan mesin cuci dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Beban tekan maksimum
pada saat benda uji pecah dibagi luas penampungan benda uji merupakan nilai
kuat desak beton yang dinyatakan dalam satuan mpa atau kg/cm 2 (SNI 03-2824-
2002).
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan dengan baik. Adapun
unsur-unsur bahan campuran beton adalah sebagai berikut:

1.3.1 Semen
Semen merupakan bahan yang paling terkenal serta paling banyak
digunakan dalam kontruksi beton. Semen adalah bahan pengikat yang mengikat
agregat kasar, agregat halus atau bahan tambah lainnya. Semen portland adalah
semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker terutama
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis atau dapat mengeras dalam air dengan
gyps sebagai tambahan. Semen Portland Pozolan adalah semen yang dibuat dari
campuran homogen semen Portland yang mempunyai sifat Pozolon (Dapertemen
Pekerjaan Umum, 1982).
Mengenai semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement), semen
ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
a. Type I
Semen portland type I digunakan penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain,
seperti hidrasi panas dan kuat tekan awal.
b. Type II

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

Semen portland type II dalam penggunaannya memerlukan sesuatu ketahanan


terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang, seperti sistem drainase konsentrat
yang terjadi di dalam tanah.
c. Type III
Semen portland type III dalam penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi
pada terhadap pemulihan setelah pengikatan terjadi, mempunyai waktu
perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya
digunakan pada struktur bangunan bertingkat tinggi, jalan beton atau jalan
bebas hambatan, bandar udara dan bangunan air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat.
d. Type IV
Semen portland type IV dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi
rendah, yang umumnya digunakan dpada struktur-struktur bangunan yang
masif.
e. Type V
Semen portland type V dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat, terutama pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat lebih
dari 0,2% seperti rawa-rawa, air laut atau pantai kawasan tambang (SNI 15-
2049-2004).

1.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran material yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga berupa hasil alat pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70-75% dari volume beton, dan agregat sangatlah berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga permintaan agregat yang baik sesuai dengan standar
sangatlah harus diperhatikan agar dapat menjadi beton yang baik. Agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau batuan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik,
diperlukan gradasi agregat yang baik (Nugraha, 2007).

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekerasan butiran agregat.


Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk spit. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm,
0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton
berfungsi:
a. Menghemat penggunaan semen
b. Menghasilkan kekuatan Portland yang besar pada betonnya.
c. Mengurangi susut pengerasan.
d. Mencapai susunan susunan pangkat beton dengan gradasi beton yang baik.
e. Mengontrol stability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik (A.
Antono, 1995).
Agregat sendiri terdiri dari agregat halus dan agregat kasar, dimana
keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam campuran beton.
a. Agregat Halus
Cara untuk membeda-bedakan jenis-jenis agregat yang paling sering
dilakukan adalah melihat ukuran butir-butirannya. Agregat yang mempunyai
butir-butir yang besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari
4,75 mm. Sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm (Tjokrodimuljo, 1992).
Kekasaran pasir dibagi menjadi 4 kelompok menurut gradasinya yaitu pasir
agar halus, pasir halus, agak kasar dan kasar. Pasir yang digunakan dalam
adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pasir halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
adanya bentuk pasir yang tajam maka kaitan antara agregat akan lebih
baik sedangkan sifat keras untuk menghasilkan batuan yang keras pula.
2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca yang ada, sehingga beton yang dihasilkan
juga tahan terhadap cuaca yang ada.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur 5% dari berat kering pasir, lumpur
yang ada pada pasir dalam adukan semen akan menghalangi ikatan antara
pasir dan pasta semen jika lebih besar >5% maka beton berkualitas
rendah.

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

4. Pasir harus mengandung bahan organik kurang lebih <5%.


5. Gradasinya harus memenuhi harus syarat (SNI-15-1990-03).
Agregat halus memerlukan pemeriksaan dan analisis tertentu untuk
menentukan bahan tersebut berkualitas baik untuk menjadi bahan penyusun
beton. Adapun bagian-bagian dalam pemeriksaan agregat halus sebagai
berikut:
1. Analisis saringan agregat halus
Analisis saringan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menganalisa agregat halus agar dapat mengetahui ukurannya. dengan
menggunakan ukuran-ukuran saringan standar tertentu yang ditunjukkan
dengan lubang saringan dalam (mm) agar dapat menentukan agregat
tersebut cocok untuk beton atau tidak. Selain itu hasil dari analisis
saringan juga digunakan untuk mendapatkan persentase agregat halus
dalam campuran dan modulus kehalusan. Adapun modulus kehalusan
yang disyaratkan untuk agregat halus adalah 21-3,7 (SNI. 1968-1990).
2. Pemeriksaan bahan lolos saringan No.200
Dalam spesifikasi biasanya dimasukkan syarat kebersihan agregat yaitu
dengan memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak
diinginkan (seperti tanaman, partikel lunak lumpur dan lain sebagainya)
biasanya berada dalam atau pada agregat. Agregat yang kotor akan
memberikan pengaruh jelek pada kinerja pekerjaan seperti berkurangnya
ikatan antara agregat dengan pasta semen yang disebabkan karena
banyaknya kandungan lumpur pada agar-agar tersebut di lapangan yang
juga akan berpengaruh pada kualitas beton yang akan dibuat. Sedangkan
kebersihan sering ditentukan hanya dengan melihat secara visual, padahal
seharusnya kebersihan dapat diuji di laboratorium dengan analisa
saringan basah, yaitu dengan menimbang agregat sebelum dicuci dan
agregat setelah dicuci setelah mendapatkan hasilnya kemudian hasil dari
data tersebut dibandingkan (SNI 03-4142-1996).
3. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alami dari batuan-batuan (natural sond) atau

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

pasir buatan (artificial sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organus dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kekuatan beton serta
menghambat hidrasi pada semen hingga proses pengerasan berlangsung
lambat. Kandungan bahan organik yang ada di dalam agregat halus
dibuktikan dengan pemeriksaan warna dari Abraham Haroter (dengan
memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini Agregat halus atau pasir
dimasukkan dalam jumlah tertentu ke dalam botol ditambahkan larutan
NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam
jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan
warna standar hellige tester No.3. Apabila perubahan warna pada
campuran tersebut lebih tua, berarti agregat halus nya mempunyai kadar
organik yang tinggi atau kotor (SNI 2016-2014).
4. Pemeriksaan berat volume agregat halus
Agregat mengisi 60% sampai 80% dari volume beton. Oleh karena itu
karakteristik kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam
pencampuran adukan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
yang akan dihasilkan, seperti kuat tekan dan lain sebagainya. Keuntungan
dalam penggunaan agregat pada button adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan beton yang murah.
b) Menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
c) Mengurangi susut.
d) Mengurangi rongga badan.
e) Memperkecil pengaruh suhu (SNI-03-4804-1998).
5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan ketentuan
dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk
pembuatan sebuah beton. Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat
lolos ayakan 4,8 mm (No.4) dan tertinggi di atas ayakan 0,075 mm
(No.200). Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan
mineral yang lain seperti tanah dan salt. Pasir yang digunakan untuk

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

bahan bangunan harus memenuhi syarat. Pasir yang dapat digunakan


sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih
dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang
dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara tepat (PBI, 1971).
6. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari
bahan yang kita uji, sedangkan penyerapan berarti tingkat atau
kemampuan suatu bahan untuk menyerap air. Jumlah rongga atau pori
yang didapat pada agregat disebut porositas. Agregat dengan kadar pori
yang besar akan membutuhkan jumlah beton yang lebih banyak karena
banyak beton yang terserap mengakibatkan beton menjadi lebih tipis.
Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang didapat
terabsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat
agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi
kering:
a) Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity)
Berat jenis curah merupakan beras jenis berat jenis yang
diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada (volume pori yang
dapat diresapi beton atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang
dilewati air dan volume partikel.
b) Berat jenis kering permukaan (SSD specific Gravity)
Merupakan berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang
hanya dapat diresapi beton ditambah dengan volume partikel.
c) Berat jenis semu (Apperent Specific Gravity)
Berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori, yang dapat dilewati air merupakan
bagian-bagian relative density dari bahan padat yang terbentuk dari
partikel kecuali pori yang dapat menyerap air.
d) Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu. Terbentuk
dari campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang
dapat menyerap air (SNI-1970-2008).

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

b. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa pecahan batuan, pecahan split atau split alami dengan
ukuran butiran minimal 5 mm dan agregat harus dengan mudah mengisi
cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja
tulangan. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori, dimana butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan. Agregat kasar juga tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% atau
ditemukan di berat kering (Tjokrodimuljo, 1996).
Berdasarkan dari berat jenisnya agregat kasar telah dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu:
1. Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gr/cm3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,8
gr/cm3.
2. Agregat berat
Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gr/cm3, misalnya
magnetik (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis sampai 5 gr/cm3. Penggunaanya dipakai sebagai pelindung
dari radiasi.
3. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai ukuran berat jenis
kurang dari 2,0 gr/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton struktural atau
dinding beton kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga
strukturnya ringan dan pondasinya lebih ringan (Tjokrodimuljo, 1992).
Beton yang baik juga dipengaruhi dengan karakteristik dari bahan penyusun,
salah satunya adalah agregat kasar. Adapun ketentuan mengenai penggunaan
agregat kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara lain:
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa split sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar


adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
2. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipi hanya dapat di pakai, apabila jumlah
butir-butir pipih, tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca seperti, terik matahari dan hujan. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 1%
maka agregat harus dicuci kembali.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat reaktif alkali.
4. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji
dari Rudellof dengan beban penguji.
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang berani beraneka agar
besar apabila diayak dengan ayakan.
6. Selisih antara sisa kemarin di atas dua ayakan berurutan adalah
maksimum 60% dan 10% berat.
f. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima
jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan sepertiga dari
tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-
batang.
g. Atau bekas-bekas talangan, penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan.
Apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara penghancuran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-
sarang split (SNI-03-2847-2002).

1.3.3 Air
Dalam pembuatan beton air salah satu faktor penting fungsi yang penting
untuk menjalankan proses kimiawi semen dan sebagai bahan perekat dan
melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Faktor perbandingan air semen
merupakan penentu dalam perencanaan kekuatan suatu campuran beton faktor air

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

semen yang rendah menghasilkan beton yang lebih kuat, namun campuran cukup
kental sehingga lebih sulit dikerjakan maka work ability rendah dan juga
sebaliknya. Air juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena kelebihan air
dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton kita sendiri selain itu
kelebihan air dapat menyebabkan batuan menjadi blending yaitu bersama-sama
semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dibuang, hal ini akan menyebabkan kurangnya tekanan antara lapis-lapis beton
(Nawy, 1990).
Penambahan air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya
gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan
beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling
(Nawy, 1990).
Berikut persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton yang baik,
antara lain:
a. Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam-
asam, zat organik, dan lain-lain).
d. Kandungan klorida (cl) < 0.50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1 gram/liter
sebagai so3.
e. Bila dibandingkan denga kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
f. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas air mengandung
klorida lebih dari 0.05 gram/liter. Untuk air yang digunakan sebagai
perawatan beton, dapat digunakan air yang digunakan pada saat pengadukan.
Namun air tersebut adalah air yang tidak menimbulkan noda atau endapan

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003


Laporan Praktikum Beton

yang merusak warna permukaan agar permukaan beton tetap sedap dipandang
(SNI 03-6861.1-2002).
Air yang digunakan sebagai perawatan beton, dapat digunakan air yang
digunakan pada saat pengadukan. Namun air tersebut adalah air yang tidak
menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan agar permukaan
beton tetap sedap dipandang (SNI 03-6861.1-2002).

Hardiani Nofriza Z.N – M1C120003

Anda mungkin juga menyukai