Anda di halaman 1dari 5

MODUL III

EPISENTER, HIPOSENTER DAN MAGNITUDO LOKAL

Asisten

[Maria Binar Cahyaningtyas 223 15 023]


Fadhli Ramadhana Atarita 12313028
[M. Hidayat 123 12 014]
Zakaria Sofyan Laksmana 12313070

TujuanPraktikum

I. Mampu menentukan episenter dan hiposenter gempabumi dengan metode dasar yang
sederhana yakni metode lingkaran
II. Mampu menentukan episenter dan hiposenter dengan menggunakan metode inversi
gradien.
III. Mampu menentukan nilai magnitudo gempa
TEORI DASAR
Hiposenter adalah titik kejadian gempabumi di fokus (bagian dalam bumi), sementara
episenter adalah proyeksi dari hiposenter di permukaan bumi. Definisi tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut :

E S

Gambar 1. Gambaran titik hiposenter


h D F dengan kedalaman h, jarak episenter
dan jarak hiposenter D. S adalah
stasiun pengamatan dan E adalah titik
episenter.
F
Metode yang digunakan untuk menentukan posisi episenter dan hiposenter gempabumi
bermacam-macam dan terus berkembang sampai saat ini. Pada praktikum ini metode yang dipelajari
merupakan metode yang cukup sederhana yakni metode lingkaran, baik untuk kasus dua atau tiga
stasiun dan metode bola. Kedua metode ini didasarkan pada satu asumsi atau anggapan bahwa
gelombang seismic merambat dalam lapisan homogen isotropis sehingga dianggap kecepatan
gelombangnya konstan dalam perambatannya.

I. METODA LINGKARAN
Metode ini merupakan metode paling sederhana dalam menentukan episenter, yakni hanya
menggunakan selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S yang terekam pada masing-masing
stasiun gempa.

Estimasi Waktu Terjadi Gempa (Origin Time) Menggunakan Diagram Wadati


Data yang diperlukan adalah waktu tiba gelombang P ( t P ) dan waktu tiba gelombang S ( t S ).

Dengan memplot t P tarhadap t S t P dari semua data yang dipicking dari semua stasiun, maka kita

kita akan dapat menentukan waktu terjadi gempa t 0 seperti yang terlihat dalam gambar (2) yang

merupakan titik potong garis regresi terhadap sumbu ordinatnya. Estimasi garis regresi ini dapat
dengan mudah dilakukan dengan memakai metode least square untuk polinom orde satu. Cara seperti
ini bisa dimengerti karena berdasarkan rumus

= ( ) + 0 (1)

Selanjutnya, jarak hiposenter dapat dihitung dengan rumus yang sederhana


D VP t P t0 (2)
Gambar 2. Contoh diagram Wadati

Penentuan Episenter Untuk Kasus Tiga Stasiun


Buat lingkaran dengan pusat posisi masing-masing stasiun dengan jari-jari D. Pada daerah
yang dibatasi oleh perpotongan ketiga lingkaran, tarik ketiga garis dari titik-titik perpotongannya
sehingga diperoleh suatu segitiga. Perpotongan garis bagi ketiga sisi segitiga tersebut adalah episenter
gempa yang dicari.

D1
S1

S3 S2

D3
D2

Gambar 4. Estimasi episenter untyuk kasus tiga stasiun

Penentuan Episenter Untuk Kasus Lebih Dari Tiga Stasiun


Lakukan hal sama seperti kasus tiga lingkaran di atas, tapi lakukan untuk semua stasiun yang ada.

Penentuan Kedalaman Gempa


Dari gambar (1), kedalaman gempa dengan mudah dirumuskan, yaitu

h2 D2 2
. (3)

Alternatif lain, kedalaman juga bisa dihitung dengan hubungan trigonometri.

II. METODE INVERSI GRADIEN


Dalam metode inverse ini, kita harus menentukan dulu data observasi yang kita pakai dan
parameter yang kita inginkan. Dalam kasus penentuan lokasi gempa, data yang digunakan adalah data
waktu tempuh gelombang, misalnya gelombang P. Data ini bisa ditulis sebagai suatu kumpulan data
observasi = (t1obs, t2obs, .... ,tnobs) dari n stasiun gempa. Parameter yang ingin kita tentukan (biasa
disebut parameterisasi model) adalah lokasi gempa
= (x, y, z). Sekarang bagaimana kita
menentukan parameter tersebut dari data observasi. Ide dasar dari masalah inversi adalah perhitungan
, mendekati data observasi .
secara modeling (t1cal, t2cal, .... ,tncal) sebagai fungsi dari parameter
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
tical (x, y, z) tiobs (4)
Perhitungan waktu tempuh gelombang modeling ini tentu saja membutuhkan struktur kecepatan,
dalam hal ini kecepatan gelombang P. Untuk kasus medium homogen dengan kecepatan konstan , tcal
dapat dirumuskan sebagai berikut :

( )2 +( )2 ( )2

tical ) =0 +
= fi ( (5)

dimana (xi ,yi, zi) adalah koordinat stasiun ke i. Perhitungan ini disebut proses permodelan kedepan.
Prosedur dasar dalam pemecahan masalah non-linier ini adalah dengan cara linierisasi persamaan (5)
dan m dihitung secara iterasi.
Langkah-langkah dalam perhitungan m sebagai berikut.
0 = (x0, y0, z0,t0) yang bisa diperkirakan dari metoda lingkaran di atas.
1. Tentukan nilai awal
2. Proses linierisasi dilakukan dengan cara ekspansi Taylor dari persamaan (5) di sekitar nilai
awal di atas, maka akan didapat persamaan

fi0 + | = tiobs


| = tiobs fi0 = di (6)

Turunan fungsi terhadap semua parameter dengan mudah dilakukan dari persamaan (3.2).
Dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut.
1 1 1 1
0 0 1
0
( ) = ( )

0
( 0 )
(7)
Solusi inversinya
m = (GTG)-1GTd (8)
3. Lakukan koreksi atau pembaruan nilai awal di langkah (1) dari solusi persamaan (8)
x1 = x0 + x0
y1 = y0 + y0
z1 = z0 + z0
t01 = t00 + t00 (9)
4. Jadikan hasil langkah (3) sebagai nilai awal baru dan ulangi langkah (1) sampai (3) secara
iterasi sehingga didapat jumlah selisih data observasi dengan kalkulasi menjadi sangat kecil
sesuai dengan kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Hasil iterasi terakhir merupakan lokasi
gempa yang sebenarnya.

III. MAGNITUDO LOKAL


Magnitudo lokal dari suatu gempa dapat dihitung dengan menerapkan perumusan asli dari
Richter
ML log A 2.48 2.76 log (10

Langkah-langkah Pengolahan Data


1. Plot t P terhadap t S t P dari semua data.
2. Hitung jarak hiposenter D untuk semua stasiun dan tabelkan.
3. Tentukan episenter dan hiposenter dengan metode lingkaran kasus tiga stasiun.
4. Tentukan episenter dan hiposenter dengan metode lingkaran dari semua stasiun.
5. Bandingkan dua kasus tersebut dan analisalah!
6. Pemograman metoda inversi gradien.
7. Hitunglah magnitudo lokalnya.

Anda mungkin juga menyukai