Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA

Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-23, Yogyakarta, 7-8 Oktober 1998

INTERPRETASI GRAVITASI DAN MAGNETIK MENGGUNAKAN


METODE SINYAL ANALITIK DAN DEKONVOLUSI EULER 3-D

Tedi Yudistira, Hendra Grandis


Jurusan Geofisika dan Meteorologi - ITB Jl.Ganesha 10 Bandung - 40132
tel./fax. 022 2500494 e-mail : grandis@geoph.itb.ac.id

Abstrak
Makalah ini membahas teknik interpretasi gravitasi dan magnetik menggunakan metode sinyal analitik
dan dekonvolusi Euler. Sinyal analitik adalah kumpulan (envelope) kurva anomali model sederhana untuk
semua inklinasi medan magnet (remanen dan induksi) yang mungkin. Secara garis besar, prinsip dasar metode
dekonvolusi Euler adalah mencocokkan anomali (data) dengan pola anomali model-model sederhana. Pada
kedua metode tersebut tidak diperlukan asumsi parameter fisis (rapat massa atau suseptibilitas, inklinasi
medan magnet dsb.) benda anomali sehingga pemrosesannya jauh lebih cepat dibandingkan metode
konvensional. Hal ini membantu pada pengolahan data dalam jumlah yang besar. Penerapan kedua metode
tersebut pada data sintetik gravitasi dan magnetik berbentuk prisma menunjukkan hasil yang baik. Penerapan
kedua metode pada data lapangan memberikan informasi yang cukup signifikan untuk interpretasi.

Abstract
The paper discusses gravity and magnetic interpretation technique using analytic signal and Euler
deconvolution methods. Analytic signal is the envelope of all anomaly curves of a simple model for any
possible inclinations of magnetic field (remnant and induced). The Euler deconvolution method is based on
fitting the data to theoretical anomaly curve of simple models. In both methods, the physical parameters
(density and or susceptibility, inclination etc.) do not need to be assumed so that the processing is faster than
conventional techniques. This fact is very advantageous in processing large data sets. The application of the
methods to synthetic gravity and magnetic data due to prismatic model shows satisfactory results. The
application of the methods to field data results in significant information for the interpretation of the data.

1. Pendahuluan
Tujuan pemodelan data gravitasi dan magnetik adalah untuk memperoleh informasi mengenai posisi
dan kedalaman sumber penyebab anomali gravitasi atau anomali magnetik. Pada pemodelan inversi perkiraan
model diperoleh langsung dari data lapangan, melalui pencocokan antara data pengamatan dan data
perhitungan yang dilakukan dengan melalui proses optimasi. Permasalahan pada pemodelan inversi adalah
ketidakunikan solusi (ambiguity) karena banyaknya model yang respon-nya cocok dengan data pengamatan.
Pesatnya perkembangan teknologi akuisisi data gravitasi dan magnetik/aeromagnetik menyebabkan
volume data yang harus ditangani sangat besar. Untuk itu perlu dikembangkan metode yang dapat digunakan
untuk interpretasi data secara cepat. Teknik-teknik interpretasi otomatis, yaitu dari data (anomali) dapat
langsung diperoleh gambaran mengenai model benda penyebab anomali, didasarkan pada sifat-sifat spektral
dan gradien anomali dari model-model sederhana (Spector dan Grant,1970; Cordell dan Grauch,1985).
Hartman dkk. (1971) dan Jain (1976) memperkirakan lokasi, kedalaman dan dip dari benda anomali
menggunakan dekonvolusi Werner, yaitu dengan mencocokan model elementer/sederhana pada data
penampang. Thompson (1982) mengembangkan suatu metode yang didasarkan pada penerapan persamaan
Euler untuk mendapatkan posisi sumber dan memperoleh indikasi dari tipe sumber. Reid dkk. (1990)
mengembangkan metode yang sama untuk model 3D.
Pada makalah ini dibahas implementasi metode yang dikembangkan oleh Nabighian (1984) dan Reid
dkk. (1990) pada data sintetik gravitasi dan magnetik. Kedua metode tersebut juga diterapkan pada data
lapangan magnetik.

2. Teori
2.1 Sinyal analitik
Sinyal analitik didefinisikan sebagai medan kompleks yang dibentuk oleh turunan vertikal dan
horisontal medan gravitasi atau magnetik (Nabighian, 1984). Jika x , y dan z berturut-turut adalah vektor
satuan dalam arah x, y dan z, maka sinyal analitik 3-D dari anomali medan potensial M ditulis sebagai:
 M M M 
A( x , y)   x  y  i z (1)
 x y z 
Amplitudo sinyal analitik 3-D dirumuskan sebagai akar jumlah kuadrat bagian riil dan imaginer dari sinyal
analitik tersebut:
2 2 2
 M   M   M 
A( x , y)        (2)
 x   y   z 
Secara lateral posisi harga maksimum amplitudo sinyal analitik bersesuaian dengan batas dimana terjadi
perubahan densitas atau suseptibilitas (tepi benda anomali). Kedalaman benda anomali dapat diperkirakan dari
tingkat peluruhan sinyal analitik terhadap jarak (gradien). Oleh karena itu dengan hanya menggunakan harga
maksimum dan bentuk amplitudo sinyal analitik maka geometri benda anomali dapat diperkirakan. Dengan
demikian interpretasi dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu mengasumsikan sifat kemagnetan benda anomali
(suseptibilitas dan kemagnetan remanen) yang seringkali tidak diketahui (Roest dkk, 1992). Informasi
mengenai sifat kemagnetan benda anomali tersebut terkandung pada besarnya amplitudo sinyal analitik.

2.2 Persamaan Euler


Misalkan f adalah fungsi dari tiga koordinat kartesis x, y dan z, dan ditulis sebagai f (x,y,z). Fungsi f
(x,y,z) disebut homogen dengan derajat n jika memenuhi:
f (tx, ty, tz) = t n f (x,y,z) (3)
Fungsi f (x,y,z) yang homogen dengan derajat n juga memenuhi persamaan berikut:
f f f
x y z  nf (4)
x y z
Persamaan diferensial parsial di atas dikenal sebagai persamaan Euler homogen atau disingkat persamaan
Euler (Thompson, 1982).
Misal fungsi f (x, y, z) adalah fungsi yang berbentuk:
G
f ( x, y, z)  (5)
rN
dengan r = (x2 + y2 + z2 )1/2 , dan N = 1, 2, 3,.....; G tidak bergantung pada x, y dan z. Terlihat bahwa
berdasarkan persamaan (3), persamaan (9) di atas adalah persamaan Euler homogen dengan derajat n = -N.
Banyak sumber gravitasi dan magnetik sederhana yang respon medannya mempunyai bentuk seperti persamaan
(9) tersebut. Harga N merupakan ukuran seberapa besar peluruhan anomali terhadap jarak, yang bergantung
pada model atau struktur (tabel 1).
Tabel 1. Tabel struktur indeks untuk model sederhana anomali gravitasi dan magnetik
SI anomali magnetik anomali gravitasi
0.0 contact sill/dike/step
0.5 step tipis pita
1.0 sill/dyke pipa
2.0 pipa bola
3.0 bola
Misalkan sebuah sumber titik (titik massa atau dipole magnetik) terletak pada posisi x0, y0 dan z0
relatif terhadap bidang pengukuran z, dan z bernilai positif pada arah ke bawah, dengan sumbu-x berarah ke
utara dan sumbu-y berarah ke timur. Intensitas magnetik total akan mempunyai bentuk:
T(x, y) = f [(x - x0), (y - y0), (z - z0)] (6)
Persamaan Euler untuk persamaan (6) dapat dituliskan sebagai:
T T T
( x  x0 )  ( y  y0 )  (z  z0 )   NT ( x , y ) (7)
x y z
Gradien medan gravitasi atau magnetik dalam ketiga arah sumbu kartesis dapat dihitung menggunakan filter
konvolusi dalam domain ruang atau dalam domain bilangan gelombang melalui transformasi Fourier. Dalam
beberapa kasus, gradien vertikal dapat diukur menggunakan teknik gradiometer dan dapat langsung digunakan
dalam persamaan (7). Dalam hal ini turunan horisontal dan vertikal dihitung dengan menggunakan
transformsi Fourier (FFT). Persamaan (7) dapat digunakan untuk menganalisis data gravitasi atau magnetik
yang telah digrid. Kuantitas yang tidak diketahui pada persamaan (7) adalah x0 , y0, z0 dan N. Koordinat (x0, y0 ,
z0 ) menunjukan lokasi dan kedalaman dari sumber titik pada derah yang ditinjau dan N dapat dipilih sesuai
tipe dari sumber yang memberikan solusi terbaik.

2.3 Solusi Persamaan Euler


Persamaan Euler 3-D yang dievaluasi pada koordinat (x,y,z) dapat dituliskan kembali sebagai:
 T  T  T
( x  x0 )  ( y  y0 )  (z  z0 )  N ( B  T ) (8)
x y z
dengan (x0 , y0, z0 ) adalah posisi sumber yang mempunyai medan total T diamati pada (x, y, z). B adalah
medan regional dan N merepresentasikan indeks struktur. Dalam hal indeks struktur sama dengan nol seperti
pada struktur kontak digunakan besaran A (Reid dkk.,1990). Sehingga persamaan Euler dapat dituliskan
dalam bentuk:
 T  T  T
( x  x0 )  ( y  y0 )  (z  z0 ) A (9)
x y z
Dimana konstanta A mengandung faktor amplitudo anomali, strike dan dip medan magnetik remanen maupun
induksi.
Penyelesaian persamaan Euler (8) atau (9) dilakukan dengan mencari (x0, y0, z0) untuk satu set data
(window) dan indeks struktur tertentu. Untuk itu digunakan metode kuadrat terkecil (least square). Persamaan
(9) dengan B = 0 dan semua data yang diketahui pada titik ke-i dapat ditulis sebagai:
 T  T  T
x0  y0  z0   i dengan i = 1,2,...,k (10)
x i y i z i
dimana k adalah jumlah data dan i menyatakan:
 T  T  T
 i  xi  yi  zi  N Ti (11)
x i y i z i
Untuk semua set data maka persamaan (10) adalah suatu sistem persamaan dengan (x0 , y0, z0) tidak diketahui
dan dalam notasi matriks dapat ditulis sebagai berikut:
D .S = T (12)
dengan D adalah matriks gradien, S adalah matriks koordinat sumber yang akan dicari dan T = [i ]. Dalam
metode kuadrat terkecil pencarian solusi dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat kesalahan (error)
prediksi x0 , y0 dan z0 pada persamaan (10) yaitu:
k
E 
i 1
2
i (13)

dimana
 T  T  T
 i   i  x0  y0  z0 (14)
x i y i z i
Jika E minimum maka turunannya terhadap x0, y0, dan z0 harus sama dengan nol. Sistem persamaan linier
yang dihasilkan kemudian dapat diselesaikan untuk memperoleh solusi sebagai berikut :
S = [DT D]-1 D T (15)
T -1
dimana notasi [.] dan [.] masing-masing menyatakan transpose dan invers matriks.

2.4 Tahapan dekonvolusi Euler


Dekonvolusi Euler diterapkan pada data yang telah digrid. Tahapan dekonvolusi Euler menggunakan
program GRIDEPTH (Geosoft) adalah sebagai berikut:
1. Hitung (atau ukur) gradien T/x, T/y, T/z.
2. Tempatkan window pada peta grid anomali dan turunannya dengan ukuran 3x3 atau lebih besar.
3. Untuk indeks struktur yang tidak sama dengan nol, gunakan seluruh data di dalam window dan
persamaan (8) untuk mendapatkan posisi sumber anomali (x0, y0, z0) dan B menggunakan metode least
square.
4. Untuk indeks struktur yang sama dengan nol prosesnya sama dengan (3) tetapi menggunakan persamaan
(9) dan solusinya adalah posisi sumber dan harga A.
5. Ulangi langkah (2), (3), atau (4) untuk posisi window yang telah digeser 1 grid sampai semua posisi
window yang memungkinkan tercapai.
6. Plot solusi pada satu peta untuk satu struktur indeks tertentu, masing-masing solusi diplot menggunakan
simbol yang menggambarkan kedalaman.
Proses diulangi untuk indeks strutur yang lain jika dianggap perlu. Secara keseluruhan proses dekonvolusi
Euler digambarkan pada gambar 1.

Grid medan + grid


gradien

run GRIDEPTH untuk Ulangi untuk SI yang


SI yang dipilih lain

Ulangi sebelum dapat


Hasil
diterima

Memenuhi kriteria hasil


tidak
yang diinginkan?

ya

plot hasil untuk SI


yang dipih

Gambar 1. Diagram alir dekonvolusi Euler menggunakan program GRIDEPTH

Kriteria yang digunakan untuk memilih atau tidak memilih solusi yang diperoleh adalah:
 kesalahan solusi kedalaman (solution depth error) lebih kecil daripada nilai toleransi yang diinginkan.
 jarak dari pusat window ke sumber lebih kecil daripada batas yang diinginkan.

3. Penerapan
3.1 Data sintetik
Metode sinyal analitik dan dekonvolusi Euler seperti dibahas di atas diterapkan pada data sintetik
gravitasi dan magnetik berbentuk prisma. Untuk model gravitasi terdiri dari satu prisma dengan kedalaman top
3 km dan bottom 3.25 km, kontur anomalinya diperlihatkan pada gambar 3a. Solusi metode Euler
diperlihatkan pada gambar 3b. dimana terlihat adanya pola simetris yang sesuai dengan tepi dari benda
anomali, solusi Euler tersebut menggunakan indeks struktur 2. Kedalaman yang diberikan oleh solusi ini
berkisar 1 hingga 2 km atau lebih kecil dari kedalaman sebenarnya. Solusi sinyal analitik model gravitasi
ditunjukkan pada gambar 3c. dimana tepi dari prisma dapat dilokalisir dengan cukup baik.
Untuk model magnetik dibentuk oleh dua prisma dengan ukuran yang sama tetapi posisi prisma pertama
horisontal dan yang kedua vertikal dengan kedalam top 3 km, kontur anomalinya diperlihatkan pada gambar
4a. Solusi metode Euler ditunjukkan pada gambar 4b. dengan hasil yang baik untuk melokalisir posisi benda
anomali, dengan kedalaman antara 2 sampai 3 km. Solusi sinyal analitik menghasilkan posisi yang tepat untuk
prisma horisontal tetapi untuk prisma vertikal solusi terlihat agak melebar.

3.2 Data lapangan


Sebagai studi kasus, kedua metode tersebut diterapkan pada data magnetik lapangan yang kontur
anomalinya ditunjukkan pada gambar 4a. Pengamatan dilakukan pada lintasan berarah utara-selatan dengan
jarak antara lintasan 100 m dan jarak antara titik pengamatan pada lintasan adalah 25 m. Daerah pengamatan
didominasi oleh alluvium dan pasir lepas. Berdasarkan pengamatan lapangan diperoleh indikasi adanya
alterasi di permukaan yang memanjang secara hampir diagonal dari timur laut ke barat daya yang juga terlihat
dari pola kontur medan magnetik total yang memanjang namun terhenti pada lokasi sekitar (-700, 300).
Parameter yang digunakan untuk mendapat solusi dekonvolusi Euler adalah window 3x3, toleransi
kesalahan kedalaman 10% dan indeks struktur yang dipilih adalah 1 (sill/dyke). Pola solusi menunjukkan
distribusi yang hampir merata pada sekitar daerah penelitian, seperti ditunjukkan pada gambar 4b. Namun
solusi didominasi oleh anomali pada kedalaman 200 - 300 m yang pada daerah tertentu menunjukkan
konsistensi menerus secara lateral. Dengan demikian, selain adanya pola anomali diagonal seperti yang
ditunjukkan oleh kontur medan magnet total dan sinyal analitik (gambar 4c.) juga diperloleh pola-pola
kelurusan lain yang dapat diasosiasikan baik sebagai struktur maupun sebagai peralihan litologi.

4. Kesimpulan
Metode sinyal analitik dan dekonvolusi Euler cukup efektif dalam menentukan lokasi dan kedalaman
benda anomali baik dari data gravitasi maupun magnetik. Input dari metode sinyal analitik dan dekonvolusi
Euler adalah gradien horisontal dan vertikal medan gravitasi atau magnetik sehingga kedua metode tersebut
dapat dilakukan bersama-sama dalam interpretasi dan hasil yang diperoleh salah satu metode dikontrol oleh
hasil metode lainnya. Cepatnya solusi yang dihasilkan merupakan salah satu keandalan metode ini.
Metode sinyal analitik dan dekonvolusi Euler tidak memerlukan asumsi mengenai sifat kemagnetan
model/sumber anomali (suseptibilitas, inklinasi dan deklinasi kemagnetan remanen dan induksi). Disamping
itu proses dekonvolusi Euler yang cepat memungkinkan penggunaan semua indeks struktur (0, 0.5, 1, 1.5, 2,
2.5, 3) untuk kemudian dipilih hasil yang paling koheren dan representatif.
Parameter yang dapat mempengaruhi hasil metode dekonvolusi Euler diantaranya adalah lebar jendela,
toleransi kesalahan posisi dan kedalaman yang dibolehkan dan batas kedalaman benda anomali. Untuk
mengoptimalkan hasil yang diperoleh perlu adanya data lain sebagai pendukung, misalnya data geologi atau
data geofisika lainnya terutama dalam pemilihan kedalaman solusi. Penerapan kedua metode pada data
lapangan dipengaruhi oleh adanya noise sehingga interpretasi harus dilakukan secara lebih cermat.

Daftar pustaka
1. Cordell, L., Grauch, V.J.S., 1985, Mapping basement magnetization zones from aeromagnetic data in the
San Juan basin, New Mexico, in Hinze, W. J., Ed., The utility of regional gravity and magnetic anomaly
maps: Soc. Expl. Geophys., 181-197.
2. Hartman, R.R., Teskey, D.J., Friedberg, J.L., 1971, A system for rapid digital aeromagnetic interpretation:
Geophysics, 36, 891-918.
3. Hsu, S.K., Sibuet, J.C., Shyu, C.T., 1996, High-resolution detection of geologic boundaries from potential-
field anomalies: An enhanced analytic signal technique: Geophysics, 61, 373-386.
4. Jain, S., 1976, An automatic method of direct interpretation of magnetic profiles: Geophysics, 41, 531-541.
5. MacLeod, I.N., Jones, K., Dai, T.F., 1993, 3-D Analytic signal in the interpretation of total magnetik field
data at low magnetic latitudes: Exploration Geophysics, 674-688.
6. Nabighian, M.N., 1972, The analytic signal of two-dimensional magnetic bodies with polygonal cross-
section: Its properties and use for automated anomaly interpretation: Geophysics, 37, 507-517.
7. Pedersen, L.B., 1989, Relations betwen horisontal and vertical gradinets of potential field: Geophysics, 54,
662-663.
8. Reid, A.B., Allsop, J.M., Granser, H., Milett, A.J., Somerton, I.W., 1990, Magnetic interpretation in three
dimensions using Euler deconvolution: Geophysics, 55, 80-91.
9. Roest, W.R., Verhoef, J., Pilkington, M., 1992, Magnetic interpretation using the 3-D analytic signal:
Geophysics, 57, 116-125.
10. Spector, A., Grant, F.S., 1970, Statistical models for interpreting aeromagnetic data: Geophysics, 35, 293-
302.
11. Thompson, D.T., 1982, EULDPH: A new technique for making computer-assisted depth estimasi from
magnetic data: Geophysics, 47, 31-37.

(a) (b) (c)

a
0 km to 1 km
4 km 1 km to 2 km

Gambar 2, Perbandingan antara kontur anomali gravitasi (a), solusi dekonvolusi Euler (b), dan solusi sinyal analitik (c). Solusi dekonvolusi Euler yang diambil adalah untuk
i = 2.0, toleransi 10% dan ukuran window 3x3.

(a) (b) (c)

4 km 2 km to 3 km

Gambar 3, perbandingan antara kontur anomali magnetik (a), solusi dekonvolusi Euler (b), dan sinyal analitik (c). Solusi dekonvolusi Euler yang diambil adalah untuk
i = 1,5, toleransi 10% dan ukuran window 3x3
600

500

400

300

200

100

0
-1000 -900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100
(a)

600

500

400

300

200

100
150 to 200
200 to 300
300 to 350

0
-1000 -900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100
(b)
600

500

400

300

200

100

0
-1000 -900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100
(c)

Gambar 4, Kontur medan magnet total data lapangan (a), solusi dekonvolusi Euler untuk indeks struktur = 1
dan hasil interpretasinya (b), kontur sinyal analitik (c)

Anda mungkin juga menyukai