Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Lokasi

Lokasi Pulau Seram terletak di sepanjang pinggiran utara busur Banda ,


Indonesia Timur, dan langsung ke selatan dan barat daya Pulau Misool dan
wilayah Kepala Burung di Irian Jaya. Wilayah ini memiliki tektonik yang
kompleks. Pulau Seram dan daerah lepas pantai di sekitarnya, berisi sejumlah
cekungan yang telah di dieksplorasi dan ada juga yang belum di eksplorasi. Ini
termasuk unsur-unsur basinal Mesozoikum yang tersebar luas dari Westralian
Superbasin.

B. Sejarah Eksplorasi

Studi geologi awal Seram dimulai pada tahun 1865, ketika laporan tentang
minyak permukaan merembes pertama kali dicatat. Pada tahun 1897 minyak
pertama kali diproduksi oleh penjelajah Belanda dengan mengebor rembesan di
daerah Bula oleh perusahaan minyak bula (BOC).

Penemuan minyak pertama kali terdapat di lubung sumur kedua dari BOC
dan rata rata menghasilkan 200 BOPD yang dimana sumur itu berasal dari formasi
fufa pleistosein dan batupasir. Dan BOC melanjutkan kegiatan eksplorasi dan
sampai manajemen diambil alih pada tahun 1902 oleh sindikat minyak seram
yang diawasi sampai pada tahun 1913. Meskipun pengeboran berlanjut, tidak ada
produksi komersial yang didirikan selama periode ini. Dan akhrinya Bunkassfsche
Petroleum Maatshappij (BPM) mengambil alih pengelolaan konsesi Bula pada
tahun 1913 dan mendirikan produksi komersial pertama dari Lapangan Bula
sampai tahun 1942. Pengeboran BPM memiliki total 102 sumur dan memproduksi
total 8 MMBO.

Pasukan Kekaisaran Jepang yang menyerang pada saat itu tiba di lapangan
minyak Bula pada tahun 1942 dan langsung menutup hingga mensabotase
lapangan minyak. Sehingga Banyak sumur yang ledakkan dan juga disemen,
akhirnya fasilitas produksi rusak. dan tangki penyimpanan yang dimusnahkan.
Dan setelah dihancurkan Jepang berhasil memulihkan produksi pada tahun 1943.
Sebanyak 36 sumur ditempatkan kembali pada produksi dan tambahan enam
sumur dibor dengan total produksi selama Jepang, sehingga memproduksi
sebanya 210,000 bbl pada saat itu. Pasukan sekutu yang banyak menyerang
wilayah Bula dimulai pada tahun 1944 dan, pada saat keberangkatan, orang-orang
Jepang kembali membuat sumur-sumur dan fasilitas produksi menjadi tidak layak.
Dari 1944 hingga 1969, produksi minyak dan kegiatan eksplorasi di Seram
berhenti dan Bula Feld tertidur.

Pada 1 November 1969, PSC baru ditandatangani antara Pertamina dan


Teluk dan Western Indonesia, KUFPEC juga bergabung dengan menandatangani
PSC pada tahun1985. Dan sampai sekarang lapangan minyak bula diolah oleh
pemerintah dan menghasilkan rata rata 2000 Barrel perhari.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

A. Struktur Geologi

Pulau Seram termasuk ke dalam mandala kepulauan Maluku. Bentuk


fisiografi daerah ini merupakan perbukitan bergelombang kuat yang terbentuk
oleh aktivitas tektonik yang terjadi di daerah ini. Gaya tektonik tersebut degan
arah utama hamper utara – selatan mengakibatkan terjadina proses pengangkatan
yang membentuk perbukitan yang memanjang timur – barat, perlipatan yang
diiringi dengan proses pembentukan sesar naik dan sesar geser.

Perbukitan yang berada di bagian tengah pulau yang diapit oleh daerah
pedataran di bagian utara dan selatan. Puncak tertinggi adalah Gunung Binaya
dengan ketinggian ± 3.027 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sungai-sungai
yang mengalir dari bagan tengah ke arah selatan di antaranya Sungai Kawa,
Sungai Nusulahu, Sungai Salame, Sungai Nua, Sungai Jage, Sungai Walalia,
Sungai Wolu, Sungai Fuwa, Sungai Kaba, dan Sungai Taluarang. Selain itu
terdapat Sungai Mual, Sungai Isal, Sungai Sariputih, Sungai Samal, dan Sungai
Kobi mengalir dari bagian tengah ke arah utara. Pulau ini dibatasi oleh Laut
Seram di bagian Utara dan Laut Banda di bagian Selatan.

B. Tektonik Regional

Pulau Seram terletak sepanjang utara busur Banda, Indonesia bagian


timur. Pulau Seram berada pada zona tektonik kompleks, karena Pulau Seramg
merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Australia, Lempeng
Pasifik-Filipina, dan Lempeng Eurasia.

Pulau Seram dan Ambon adalah bagian dari Busur Banda. Data stratigrafi
(Gambar 1) menunjukkan bahwa perkembangan tektonik kedua pulau itu, dari
Paleozoik sampai Miosen, sangat erat dengan perkembangan tektonik tepi benua
Australia. Interaksi konvergen antara lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik
pada Miosen Akhir yang diikuti oleh rotasi Kepala Burung berlawanan arah jarum
jam pada Mio-Pliosen telah menyebabkan perkembangan tektonik kedua kawasan
itu berbeda, sehingga unit litologi dari Pulau Seram dan Ambon dapat dibedakan
menjadi Seri Australia dan Seri Seram.

Data stratigrafi menunjukkan bahwa paling kurang terjadi dua kali


kompresi tektonik dan dua kali continental break up berkait dengan pembentukan
Pulau Seram dan Ambon. Continental break up pertama diikuti oleh kompresi
tektonik yang pertama terjadi pada Palezoikum. Kontraksi kerak bumi yang
terjadi setelahnya meletakkan batuan-batuan metamorfik tngkat tinggi, seperti
granulit, ke dekat permukaan, dan mantel atas tertransport ke atas membentuk
batuan-batuan ultra basa, sehingga pada Pulau Seram banyak ditemukan mineral
nikel. Setelah itu, terjadi erosi yang menyingkap batuan-batuan metamorfik dan
disusul dengan thermal subsidence yang membentuk deposenter bagi
pengendapan Seri Australia. Continental break up yang ke dua terjadi pada Jura
Tengah, dan diikuti oleh pemekaran lantai samudera. Peristiwa ini berkaitan
dengan selang waktu tanpa sedimentasi dalam Seri Australia pada Jaman Jura.
Kompresi terakhir terjadi pada Miosen Akhir. Kejadian ini sangat kritis bagi
evolusi geologi Pulau Seram dan Ambon. Interaksi konvergen yang terjadi
menyebabkan Seri Australia mengalami thrusting, pengangkatan orogenik, dan
perlpatan sehingga barubah menjadi batuan sumber bagi Seri Seram
Gambar 1. Stratigrafi Pulau Seram serta Sejarah Tektonik dari Pulau Seram.
C. Stratigrafi Regional

Stratigrafi Pulau Seram dibagi menjadi dua bagian, yakni Seri Australia,
(bagian utara dari Australia Continental Margin) dan Seri Seram (Kemp, dkk.,
1992).

a. Seri Australia

Pre-Rift Sequence

Seri Australia terdiri dari sedimen berumur Trias – Miosen


Akhir yang secara tidak selaras berada di atas batuan metamorfik dan
diendapkan di margin bagian utara Australia Continental Margin.

Basement dari Pulau Seram terdiri dari batuan metamorfik


derajat tinggi – rendah dari Kompleks Kobipoto, Taunusa, Tehoru, dan
Formasi Saku. Ketiga kompleks metamorfik tersebut tersingkap di
permukaan karena adanya sesar naik selama Miosen Akhir dan Pliosen
dan kemudian mengalami sesar mendatar.

Seri dari batuan ultrabasa juga ditemukan di bagian timur,


tengah dan barat dari Pulau Seram. Batuan ultrabasa tersebut
merupakan bagian dari kerak samudera yang terbentuk pada saat
continental breakup dan pemekaran lantai samudera pada Jura Akhir
dan mengalami pengangkatan pada Miosen Akhir.

Intra-Cratonic Rifting Sequence

Batuan sedimen tertua di Pulau Seram adalah Formasi Kanikeh


yang diendapkan di neritik luar, berupa batupasir dan mudstones dan
secara tidak selaras terdapat di atas batuan beku dan batuan
metamorfik (basement). Umur dari Formasi Kanikeh adalah Trias
Tengah – Trias Akhir (Gambar 1).

Di atas Formasi Kanikeh secara gradasi terdapat Formasi


Saman-Saman yang berupa batu gamping (Gambar 1). Kemudian
secara menjari di atas Formasi Saman-Saman terdapat Formasi
Manusela yang berupa batugamping dan diendapkan pada lingkungan
neritik – batial.

Continental Breakup Sequence

Sedimentasi pada Jura Akhir ditandai oleh continental breakup


dan pemekaran lantai samudera. Sekuen ini terdiri dari batulempung
dan serpih yang diendapkan di neritik luar. Di sekuen ini, Formasi
Manusela secara tidak selaras ditutupi oleh serpih dan batulempung
(Satuan Serpih Kola). Ketidakselarasan ini disebabkan oleh
continental breakup dan pemekaran lantai samudera di utara
Australian continental margin.

Passive Margin Sequence

Satuan Serpih Kola ditutupi secara tidak selaras oleh batuan


mudstones, kalsilutit, napal, rijang, batugamping merah, serpih
pasiran, dan betugamping terumbu yang dinamakan Perlapisan
Nief(Gambar 2). Satuan ini diendapkan pada Awal Kapur – Akhir
Miosen.

Perlapisan Nied memperlihatkan perkembangan suatu


cekungan pada saat berakhirnya masa continental breakup atau
disebut sebagai fase post-rift. Transgresi secara regional terjadi di
Pulau Seram pada saat itu. Margin terluar dari Lempeng Australia
bergerak secara cepat dari zona neritik dalam, outer-shelf, shelf slope,
dan lingkungan batial.

b. Seri Seram

Miosen Akhir merupakan fase kritis dari evolusi geologi dan tektonik
dari Pulau Seram. Pada saat itu terjadi kolisi besar antara Lempeng Australia
yang bergerak ke utara, Lempeng Eurasia yang bergerak ke timur, dan
Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, kemudian menghasilkan sesar
naikyang besar di Pulau Seram.

Pada awal sesar naik dan pengangkatan orogenesa yang cepat, terjadi
gravity slide/slump unit yang menghasilkan diendapkannya Kompleks Salas
secara tidak selaras di atas Seri Australia (Gambar 1). Kompleks Salas
diendapkan di outer shelf –bathyal, yang terdiri dari batulempung,
mudstones, dan mengandung klastik, bongkah, dan blok dari batuan sebelum
mengalami pengangkatan.

Selain Kompleks Salas, erosi dari pengangkatan batuan di Pulau


Seram ini juga menyebabkan diendapkannya Formasi Wahai (Gambar 2)
yang berupa endapan klastik di outer shelf – bathyal pada Pliosen – Awal
Pleistosen. Di atas Formasi Wahai, terdapat Formasi Fufa yang merupakan
endapan laut dangkal (zona neritik) dari erosi ketika proses pengangkatan
masih berlangsung pada Awal Pleistosen (Gambar 2). Formasi Wahai terdiri
dari mudstones, batulempung, batupasir, batulanau, konglomerat, dan
batugamping.
Gambar 2. Model Evolusi dari Kompleks Salas, Wahai, dan Formasi Fufa.
c. Struktur Regional

Peta struktur permukaan dan bawah permukaan dari Pulau Seram (Gambar
3 dan Gambar 4) memperlihatkan semua elemen khas dari sesar naik dan adanya
perlipatan. Pada umumnya, sesar naik dan sumbu antiklin yang berarah baratlaut –
tenggara mengindikasikan bahwa deformasi pada daerah ini dipengaruhi oleh
kompresi yang berarah timurlaut – baratdaya. Kenampakan singkapan yang
memperlihatkan sesar naik ini didominasi di bagian tengah dan bagian timur dari
Pulau Seram (Gambar 4).

Sesarutama dan pengangkatan di Pulau Seram diawali pada Miosen Akhir


– Pliosen Awal. Kemudian sejak terjadinya proses tersebut, Pulau Seram secara
tektonik selalu aktif. Ini diindikasikan dengan adanya pengangkatan dan erosi dari
sedimen Plio-Pleistosen dari bagian tengah pulau serta adanya proses sesar
mendatar mengiri yang sangat kuat. Bukti di lapangan dari keberadaan sesar
mendatar ini adalah adanya perubahan arah aliran sungai yang dikendalikan oleh
sesar mendatar dan adanya offset dari batuan yang ada.

Gambar 3. Peta geologi dan struktur permukaan di Pulau Seram.


Gambar 4. Peta geologi dan struktur permukaan di Pulau Seram.
BAB III
SISTEM PETROLEUM

Kematangan Material Organik

Data gradien termal telah dikumpulkan di semua sumur yang dibor di


Pulau Seram. Gradient thermal disajikan pada Gambar 5. Perhatikan bahwa
meskipun gradien bawah permukaan secara keseluruhan cukup rendah (14-1,18 °
F / 100 ft) peningkatan gradien termal tetap ada di bagian dangkal di Timur Nief-1
dan Oseil-1

Di Timur Nife-1, gradien setinggi 2,55 ᵒF / 100 ft tercatat turun ke dasar


Kompleks Salas. Di bawah titik ini, gradien menurun dengan cepat hingga 0.36 ᵒF
/100 ft ke kedalaman total sumur (6600 kaki). Peningkatan suhu dangkal dianggap
sebagai hasil dari cairan fluida hangat yang bermigrasi di sepanjang detasemen
secara terus menerus.

Dalam Oseil 1, gradien setinggi 2,32ᵒF /100 ft tercatat turun ke dasar.


Formasi Kanikeh Di bawah titik ini, gradien deereased ke 0,49 ᵒF / I 00 ft.
Gradien tinggi di bagian dangkal dianggap sebagai fungsi migrasi fluida ke
permukaan di sepanjang jalur reservoair Kanikeh.

Reservoir Seram Basin


Batuan reservoir dari cekungan seram ini merupakan hasil dari formasi
manusela, yang dimana kebanyakan formasi ini yaitu terakumulasinya butiran
oolitik tulang mengandung ooida dan berbentuk cross beeding dalam formasi ini.
Bahan bioklastik didominasi oleh fragmen echinodermata dengan bivalvia yang
lebih rendah, jejak gastropoda, bryozoan puing, alga, karang dan foraminifera
benthonic, sehingga sangat jelas penumpukan material organik di formasi ini.
Porositas matriks sangat jelas meskipun permeabilitas umumnya rendah.
Minyak hadir di sebagian besar ruang pori dan dapat dilihat di sepanjang fraktur
mikro sempit dan batas-batas antar-kristal. Fraktur skala yang lebih besar terlihat
di dua sumur umumnya bantalan minyak di Manusela atas.
Dari data porositas yang diambil dengan menggunakan FMS (Formation
Micro Scanner) ditemukan bahwa di formasi ini memperlihatkan pengembangan
fraktur vertikal yang cukup baik dan ini menunjukkan potensi kapasitas aliran
minyak yang tinggi.

Batuan Induk
Minyak saat ini dihasilkan dari bagian pleistocene pliocene di ladang
minyak bula. banyak rembesan minyak dan gas aktif juga terlihat di sekitar bula
dan di sekitar ngarai nief. rincian minyak yang dihasilkan dari bidang bula
termasuk dalam harga di. al 1987 sebelumnya studi tentang minyak yang
dihasilkan dari ladang minyak bula, sesar timur-1, sampel singkap utara-1 oseil-1
dan rembesan minyak telah menunjukkan hal berikut :
minyak yang dihasilkan dari ladang minyak bula berkisar dari minyak naftenat
berat (API 19) hingga kondensat parafinik yang lebih ringan (API 49) dan
menunjukkan bukti biodegradasi (harga pada. Al 1987)
1. minyak yang diproduksi di timur nief-1 dan yang diekstraksi dari bolifar
utara-1 adalah ApI rendah sampai sedang (24,9 hingga 25,5) memiliki
kandungan sulfur yang tinggi adalah aromatik intermediate dan memiliki
kandungan lilin yang rendah (robinson, 1989). ini tidak terurai tetapi memiliki
asal yang mirip dengan minyak yang terlihat di ladang minyak bula
2. minyak yang dihasilkan dari oseil -1 berat rendah (API 14,7), lilin rendah,
belerang tinggi dan asphaltenes tinggi. sekali lagi, minyak tidak tampak terurai
dari analisis geokimia dan memiliki asal yang serupa dengan yang ada di bula
dan timur nief-1
3. batuan sumber untuk minyak oll yang dipercaya menjadi karbonat kaya
organik dan serpih calcareus yang mengandung material alga laut tipe II sulfur
yang kaya, mungkin dari usia jurassic / triassik. ini akan mengisyaratkan sorce
dari eqnivalen basinal formasi manusela kapur saman-saman
4. de-asphaltation dari minyak di timur nife-1 dan oseil-1 karena kedua,
kemudian masuknya gas basah / kondensat telah didalilkan (robinson, 1989,
amoco, 1989 corelab, 1994)
5. batu bara terrestrial yang diturunkan dan lapisan karbon dalam formasi
kanikeh dapat menjadi sumber sekunder untuk minyak. analisis geokimia
baru-baru ini pada sampel singkapan menunjukkan bahwa ini memiliki
kualitas sorce yang baik dan hasil poteential sedang hingga exellent
(geosevices, 1991)
Lapisan Penutup
Fasies utama untuk akumulasi dalam formasi manusela muai dari paling
atas yaitu Kola Shale yang terdiri dari lempung abu-abu sampai serpihan yang
berusia diatas pertengahan Tithonian. Lapisan penutup ini kira-kira memiliki
ketebalan sekitar 200 kaki. Dan ada juga lapisan penutup yang ditutup oleh
formasi Fufa dengan komposisi batulempung intra-formasional.

Jebakan (Trap)
Salah satu konsekuensi dari mengenali lipatan terpisah dan sabuk dorong
pada Seram (sebagai lawan dari irisan akresi sejati) adalah pengembangan struktur
dorongan anticlinal yang besar baik di dalam lembar dorong dan sabuk lipat
terluar di dalam Mesozoikum. Dan struktur antiklinal ini memiliki ukuran yang
cukup besar. Dengan memiliki ukuran sisi jebakan yang besar, hal ini
memungkinkan produksi dari reservoir hanya membutuhkan satu sumur saja.
Penggunaan yang dapat diandalkan dari struktur permukaan dalam
menggambarkan tren sub-permukaan juga dimungkinkan setelah model kerja
yang koheren seperti ini diterapkan. Struktur jebakan ini berasosiasi dengan
lipatan normal dan stratigrafi pinchouts

Seals
Fasies utama untuk akumulasi dalam formasi manusela muai dari paling
atas yaitu Kola Shale yang terdiri dari lempung abu-abu sampai serpihan yang
berusia diatas pertengahan Tithonian. Lapisan penutup ini kira-kira memiliki
ketebalan sekitar 200 kaki. Dan ada juga lapisan penutup yang ditutup oleh
formasi Fufa dengan komposisi batulempung intra-formasional.
BAB IV
PROSPEK HIDROKARBON

Berdasarkan batuan reservoir yang ada di cekungaan seram ini bahwa


batuan reservoir banyak berasosiasi dengan formasi manusela, dimana formasi
manusela ini banyak mengandung endapan bioklastik seperti fragmen
enchinodermata, alga, karang, dan beberapa jejak gastropoda yang
penampakannya jelas tertumpuk di formasi itu, dan di dukung oleh porositas yang
baik sehingga mampu mengakumulasi cadangan minyak dengan sangat baik,
meskipun permeabilitas dari batuan reservoir ini kurang baik.

Adapun yang menutup lapisan reservoir ini adalah material-material jenis


batuan lempung yang ketebalannya 200 kaki dan struktur jebakan yang cukup
kompleks menyebabkan mudahnya lapisan reservoir untuk diproduksi atau dibor
dengan menggunakan satu sumur saja. Sehingga, berdassarkan penjelasan tersebut
bahwa prospek hidrokarbon yang ada dipulau seram cukup baik
BAB V
KESIMPULAN

1. Batuan reservoir dari cekungan seram ini merupakan hasil dari formasi
manusela, yang dimana kebanyakan formasi ini yaitu terakumulasinya
butiran oolitik tulang mengandung ooida dan berbentuk cross beeding
dalam formasi ini.
2. Porositas matriks sangat jelas meskipun permeabilitas umumnya rendah.
Minyak hadir di sebagian besar ruang pori dan dapat dilihat di sepanjang
fraktur mikro sempit dan batas-batas antar-kristal. Fraktur skala yang lebih
besar terlihat di dua sumur umumnya bantalan minyak di Manusela atas.
3. Fasies utama untuk akumulasi dalam formasi manusela mulai dari paling
atas yaitu Kola Shale yang terdiri dari lempung abu-abu sampai serpihan
yang berusia diatas pertengahan Tithonian. Lapisan penutup ini kira-kira
memiliki ketebalan sekitar 200 kaki. Dan ada juga lapisan penutup yang
ditutup oleh formasi Fufa dengan komposisi batulempung intra-
formasional.
4. Struktur antiklinal ini memiliki ukuran yang cukup besar. Dengan
memiliki ukuran sisi jebakan yang besar, hal ini memungkinkan produksi
dari reservoir hanya membutuhkan satu sumur saja. Penggunaan yang
dapat diandalkan dari struktur permukaan dalam menggambarkan tren sub-
permukaan juga dimungkinkan setelah model kerja yang koheren seperti
ini diterapkan. Struktur jebakan ini berasosiasi dengan lipatan normal dan
stratigrafi pinchouts
DAFTAR PUSTAKA

Pertamina BPPKA, PETROLEUM GEOLOGY OF INDONESIAN BASINS.


Conceived by : Union texas(southeast Asia), LTD. Kufpec(Indonesia, LTD.
Energi Equity(Sengkang)PTY. LTD
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

TUGAS MAKALAH
GEOLOGI MIGAS

OLEH :

KELOMPOK 4

IRWANTO R1A116027
ANDI MUH. FIKRI R1A116053

SITTI NABILA R1A116042

ASHRY AL MUJADILAH R1A116129


ARMAN R1A116046
HABIMAS R1A116130
MUHAMAD RISAL R1A116016
ELFIRA R1A116065
MUH. KHALID RASYIDI. S R1A116025
CESSY NOVELITA YOLANDA R1A116025
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai