Anda di halaman 1dari 12

METODE ELEKTROMAGNETIK

Nama : Evi Muharoroh


NPM : 1415051022
Asal Universitas : Universitas Lampung

Gambar 1. Ilustrasi Sumber Medan Elektromagnetik (Modifikasi dari Grandis, 2007)

Metode magnetotelurik merupakan metode yang mengukur medan magnet dan


magnet listrik alami dari dalam bumi. Pada dasarnya, bumi sendiri memiliki medan
magnet alami yang kemudian medan magnet ini diganggu oleh adanya aktivitas badai
matahari yang mengganggu pada frekuensi <1 Hz dan aktivitas petir yang mengganggu
pada frekuensi >1 Hz. Aktivitas badai matahari dan petir tersebut akan menimbulkan
Large Current System (Gambar 1). Aktivitas Large Current System ini yang berubah
terhadap waktu akan menghasilkan medan magnet yang kemudian menginduksi ke
dalam bumi. Medan magnet ini menjalar dari segala arah, namun yang menginduksi ke
dalam bumi hanya medan magnet yang tegak lurus terhadap bidang. Medan magnet
yang menginduksi ini apabila bertemu dengan lapisan yang konduktif maka akan
menghasilkan arus eddy dan kemudian terukur di permukaan sebagai arus telurik.
Pada dasarnya, semua nilai magnet yang ada di bumi hampir sama. Hal inilah
yang kemudian menjadi dasar adanya pengukuran remote reference. Dimana pada
pengukuran remote reference ini yang di ukur hanya komponen medan magnetnya
saja. Pengukuran ini sangat bermanfaat untuk mereduksi noise yang mengganggu pada
saat dilakukannya pengukuran.

Prinsip Pengukuran MT

Gambar 2. Layout Pengukuran Metode MT (Widarto, 2008)

Pada pengukuran MT terdapat 5 komponen yang diukur, 2 komponen medan


listrik (Ex dan Ey) serta 3 komponen medan magnet (Hx, Hy, dan Hz). Komponen
medan listrik diukur oleh sensor medan listrik (porous pot) sedangkan komponen
medan magnet diukur oleh sensor medan listrik (coil). Sensor medan listrik yang
digunakan berjumlah 5 buah yang dipasang di utara (Ex), selatan (Ex), barat (Ey), timur
(Ey) dan di tengah antara ke empat sensor lainnya sebagai ground. Sensor medan listrik
ini harus berpasangan dikarenakan yang diukur oleh sensor ini adalah beda potensial.
Sedangkan jumlah sensor magnet sebanyak 3 buah yang dipasang melintang arah utara
selatan (Hx), timur barat (Hy), serta vertikal (Hz). Spektrum hasil pengukuran ini dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Spektrum Time Series

Spektrum time series yang telah dilakukan seleksi dan kemudian telah dilakukan
transformasi fourier akan menghasilkan kurva MT yang terdiri dari kurva apparent
resistivity vs frekuensi (atau period) dan kurva phase vs frekuensi (atau period). Pada
kurva tersebut terdapat kurva xy (ExHy) dan yx (EyHx), dimana huruf pertama
menyatakan medan elektrik (E) dan huruf kedua menyatakan medan magnet (H).
Kurva xy dan yx sebenarnya sama, namun hanya saja dilihat dari sisi yang berbeda,
kurva xy didapatkan dari pengukuran medan listrik utara selatan dan medan magnet
barat timur, sedangkan kurva yx diperoleh dari pengukuran medan listrik barat timur
dan medan magnet utara selatan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Layout Pengukuran MT (kiri) dan kurva MT (kanan)

Dari kurva apparent resistivitity digunakan untuk mengetahui variasi nilai resistivitas
batuan bawah permukaan, sedangkan kurva phase vs period digunakan untuk
mengetahui batas antar lapisan batuan. Pada medium yang homogen, phase akan
memiliki nilai 45o sedangkan pada medium yang heterogen nilai phase nya akan lebih
besar atau lebih kecil dari 45o.

Skin Depth

Skin depth merupakan istilah umum suatu kemampuan batuan untuk menembus
sampai kedalaman tertentu. Namun yang dimaksud disini bukanlah kedalaman geologi.
Skin depth ini digunakan untuk memperkirakan target frekuensi yang harus dicapai
pada saat akuisisi berdasarkan referensi kedalaman yang ingin ditembus.
Persamaan Maxwell

Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen (empiris)


mengenai fenomena listrik − magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere, Gauss,
Coulomb disamping yang dilakukan oleh Maxwell sendiri. Penggunaan persamaan
tersebut dalam metoda MT telah banyak diuraikan dalam buku-buku pengantar
geofisika khususnya yang membahas metoda EM (Keller & Frischknecht, 1966 ;
Porstendorfer, 1975 ; Rokityansky, 1982 ; Kauffman & Keller, 1981 ; 1985).

Dalam bentuk diferensial, persamaan Maxwell dalam domain frekuensi dapat


dituliskan sebagai berikut,

∂B
∇ × E = − ∂t (1a)

∂D
∇×H =J+ (1b)
∂t

∇. D = q (1c)

∇. D = 0 (1d)

Dimana :

E : medan listrik (Volt/m)

B : fluks atau induksi magnetik (Weber/m2 atau Tesla)

H : medan magnet (Ampere/m)

j : rapat arus (Ampere/m2)

D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)

q : rapat muatan listrik (Coulomb/m3)


Persamaan (1a) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa
perubahan fluks magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik
berlawanan dengan variasi fluks magnetik yang menyebabkannya. Persamaan (1b)
merupakan generalisasi teorema Ampere dengan memperhitungkan hukum kekekalan
muatan. Persamaan tersebut menyatakan bahwa medan magnet timbul akibat fluks
total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus perpindahan. Persamaan
(1c) menyatakan hukum Gauss yaitu fluks elektrik pada suatu ruang sebanding dengan
muatan total yang ada dalam ruang tersebut. Sedangkan persamaan (1d) yang identik
dengan persamaan (1c) berlaku untuk medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada
monopol magnetik. Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada
medium dinyatakan oleh persamaan berikut,

B = μH (2a)

D = εE (2b)

E
J = σE = ρ (2c)

Dimana :

µ : permeabilitas magnetik (Henry/m)

ε : permitivitas listrik (Farad/m)

σ : konduktivitas (Ohm-1/m atau Siemens/m)

ρ : tahanan-jenis (Ohm.m)

Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak


bervariasi terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian akumulasi
muatan seperti dinyatakan pada persamaan (1c) tidak terjadi dan persamaan Maxwell
dapat dituliskan kembali sebagai berikut,

∂H
∇ × E = −μ ∂t (3a)
∂E
∇ × H = σE + ε ∂t (3b)

∇. E = 0 (3c)

∇. H = 0 (3d)

Tampak bahwa dalam persamaan Maxwell yang dinyatakan oleh persamaan (3)
hanya terdapat dua variabel yaitu medan listrik E dan medan magnet H. Dengan
operasi curl terhadap persamaan (3a) dan (3b) serta mensubstitusikan besaran-besaran
yang telah diketahui pada persamaan (3) akan kita peroleh pemisahan variabel E dan
H sehingga,

∂E 𝜕2 E
∇ × ∇ × E = −μσ ∂t − με 𝜕𝑡 2 (4a)

∂H 𝜕2 H
∇ × ∇ × H = −μσ ∂t − με 𝜕𝑡 2 (4b)

Dengan memperhatikan identitas vektor ∇ × ∇ × x = ∇. ∇. x − ∇2 dimana x


adalah E atau H, serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3c) dan (3d), maka
kita dapatkan persamaan gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan listrik dan
medan magnet sebagai berikut,

∂E 𝜕2 E
∇2 E = μσ ∂t + με 𝜕𝑡 2 (5a)

∂H 𝜕2 H
∇2 H = μσ ∂t + με 𝜕𝑡 2 (5b)

Perlu diingat bahwa pada persamaan tersebut di atas variabel E dan H


merupakan fungsi posisi dan waktu. Jika variasi terhadap waktu dapat
direpresentasikan oleh fungsi periodik sinusoidal maka,

E(r, t) = 𝐸0 (r)e𝑖𝜔𝑡 (6a)

H(r, t) = 𝐻0 (r)e𝑖𝜔𝑡 (6b)


dimana E0 dan H0 masing-masing adalah amplitudo medan listrik dan medan
magnet, dan ω adalah frekuensi gelombang EM. Dengan demikian persamaan (5)
menjadi,

∇2 E = (iωμσ − 𝜔2 𝜇𝜀)𝐸 (7a)

∇2 H = (iωμσ − 𝜔2 𝜇𝜀)𝐻 (7b)

Pada kondisi yang umum dijumpai dalam eksplorasi geofisika (frekuensi lebih
rendah dari 104 Hz, medium bumi) suku yang mengandung ε (perpindahan listrik)
dapat diabaikan terhadap suku yang mengandung σ (konduksi listrik) karena harga
ωµσ >> ω2µε untuk µ = µ0 = 4π x 10-7 H/m. Pendekatan tersebut adalah aproksimasi
keadaan kuasi-stasioner dimana waktu tempuh gelombang diabaikan. Eliminasi
kebergantungan medan terhadap waktu seperti dilakukan untuk memperoleh
persamaan (7) selain dimaksudkan untuk menyederhanakan persamaan juga untuk
lebih mengeksplisitkan aproksimasi keadaan kuasi-stasioner tersebut. Dengan
demikian, persamaan gelombang (5a) dan (5b) menjadi persamaan difusi,

∇2 E = 𝑘 2 𝐸 (8a)

∇2 H = 𝑘 2 𝐻 (8b)

dimana k = ± √𝑖𝜔𝜇0 𝜎 adalah bilangan gelombang yang dapat dinyatakan


dalam bentuk,

k = ± (α + iβ)

√𝜔𝜇0 σ
α=β= (9)
2

I. Impedansi Bumi Homogen


Gelombang EM dapat dianggap sebagai gelombang bidang yang merambat
secara vertikal ke dalam bumi berapapun sudut jatuhnya terhadap permukaan bumi.
Hal ini mengingat besarnya kontras konduktivitas atmosfer dan bumi. Penyelesaian
persamaan gelombang (8a) dan (8b) yang merupakan persamaan diferensial orde 2
cukup kompleks mengingat semua variabel dapat bervariasi terhadap waktu dan posisi
dalam sistem koordinat kartesian (x, y, z). Oleh karena itu akan kita tinjau permasalahan
yang sederhana terlebih dahulu, yaitu untuk kasus medium homogen. Model bumi yang
paling sederhana adalah suatu half-space homogen isotropik dimana diskontinyuitas
tahanan-jenis hanya terdapat pada batas udara dengan bumi. Dalam hal ini setiap
komponen horisontal medan listrik dan medan magnet hanya bervariasi terhadap
kedalaman sehingga dekomposisi persamaan (8a) menghasilkan persamaan berikut :
𝜕2 𝐸𝑥
= 𝑘 2 𝐸𝑥 (10)
𝜕𝑧2

Solusi elementer dari persamaan diferensial tersebut di atas adalah


𝐸𝑥 = 𝐴 𝑒 −𝑘𝑧 + 𝐵 𝑒 +𝑘𝑧 (11a)
𝐸𝑥 = 𝐴 𝑒 −𝑖𝛼𝑧 𝑒 −𝛽𝑧 + 𝐵 𝑒 +𝑖𝛼𝑧 𝑒 +𝛽𝑧 (11b)
dimana, x, y dan z adalah sumbu koordinat kartesian dengan z adalah kedalaman
(positif vertikal ke bawah).
Secara umum eksponensial yang mengandung komponen bilangan imajiner dari
𝑘 (𝑒 ±𝑖𝛼𝑧 ) menyatakan variasi sinusoidal gelombang EM terhadap kedalaman,
sedangkan eksponensial yang mengandung komponen bilangan riil dari 𝑘 (𝑒 ±𝛽𝑧 )
menyatakan faktor atenuasi menurut sumbu z positif atau negatif. Konstanta A dan B
ditentukan berdasarkan syarat batas.
Dekomposisi persamaan (3a), dengan memperhatikan hubungan (6b) dan persamaan
(11a), menghasilkan komponen medan magnet berikut
𝜕𝐸𝑥
𝐻𝑦 = − 1
𝑖𝜔𝜇0 𝜕𝑧
𝑘
𝐻𝑦 = − 𝑖𝜔𝜇 (𝐴 𝑒 −𝑘𝑧 − 𝐵 𝑒 +𝑘𝑧 ) (12)
0

Dapat kita buktikan bahwa persamaan (12) adalah juga solusi persamaan difusi untuk
medan magnet (8b).
Untuk bumi homogen, koefisien B pada persamaan (11) dan (12) berharga nol,
mengingat sumber medan EM bersifat ekstern dan amplitudo medan EM harus menjadi
nol pada kedalaman tak hingga. Dengan kata lain suku dengan koefisien A mengandung
faktor atenuasi gelombang EM terhadap kedalaman (z positif ke bawah). Impedansi
yang didefinisikan sebagai perbandingan antara komponen medan listrik dan medan
magnet yang saling tegak lurus dapat diperoleh dari persamaan (11) dan (12),
𝑧𝑥𝑦 = 𝐸𝑥 = √𝑖𝜔𝜇0 𝜌 (13a)
𝐻𝑦

𝑧𝑦𝑥 = 𝐸𝑦 = − √𝑖𝜔𝜇0 𝜌 (13b)


𝐻𝑥

Berdasarkan persamaan tersebut di atas, impedansi bumi homogen adalah suatu


bilangan skalar kompleks yang merupakan fungsi tahanan-jenis medium dan frekuensi
gelombang EM. Dalam hal ini impedansi yang diperoleh dari dua pasangan komponen
medan listrik dan medan magnet yang berbeda (Ex Hy dan Ey Hx ) secara numerik
berharga sama mengingat simetri radial medium homogen atau medium 1-dimensi
yang akan dibahas kemudian. Untuk selanjutnya impedansi bumi homogen disebut
impedansi intrinsik (ZI = Zxy = - Zyx).
Impedansi kompleks dapat pula dinyatakan sebagai besaran amplitudo dan fasa. Dalam
praktek besaran tersebut lebih sering dinyatakan dalam bentuk tahanan-jenis dan fasa
sebagai berikut,
1
𝜌 = |𝑧1 | 2 (14a)
𝜔𝜇0
𝐼𝑚 𝑧1
∅ = tan−1 ( ) = 45° (14b)
𝑅𝑒 𝑧1

Tampak bahwa fasa untuk bumi homogen adalah konstan, yaitu 45° yang merupakan
beda fasa antara medan listrik dan medan magnet. Perbedaan fasa tersebut dapat berupa
bilangan positif atau negatif bergantung pada pemilihan fungsi variasi terhadap waktu
pada persamaan (6) yaitu 𝑒 +𝑖𝜔𝑡 atau 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 .
Persamaan Skin Depth
1/2
2𝜌
δ=( )
2𝜋𝑓. 4𝜋 × 10−7
1/2
2𝜌
δ=( 2 )
8𝜋 × 10−7 𝑓
1/2
2 𝜌 1/2
δ=( 2 ) ( )
8𝜋 × 10−7 𝑓
1/2
1 𝜌 1/2
δ=( 2 ) ( )
4𝜋 × 10−7 𝑓
1/2
0,25 𝑥 107 𝜌 1/2
δ=( ) ( )
𝜋2 𝑓
1/2
2,5 𝑥 106 𝜌 1/2
δ=( ) ( )
𝜋2 𝑓
1/2
1,58 𝑥 103 𝜌 1/2
δ=( ) ( )
𝜋 𝑓
𝜌 1/2
δ = 0,503 x 103 ( )
𝑓

𝜌
δ = 503√ (𝑚)
𝑓
DAFTAR PUSTAKA

Grandis, H. 2013. Metoda Magnetotellurik (MT). Bandung. Institut Teknologi


Bandung.

Widarto, D. 2008. Metoda Magnetotelurik dalam Geofisika Eksplorasi. Jakarta. PT.


Pertamina (Persero).

Anda mungkin juga menyukai