Anda di halaman 1dari 8

MODUL 03

SPEKTRUM ATOM : He dan Hg

1. TUJUAN
a) Memahami proses difraksi pada celah banyak menggunakan metode grating
b) Memahami prinsip kerja lampu He dan Hg
c) Memahami spektrum emisi lampu He dan Hg

2. ALAT DAN BAHAN


a) Lampu He dan Hg
b) Lampu yang tidak diketahui jenisnya
c) Holder lampu
d) Cover Lampu
e) Sumber tegangan AC, 0-10 kV
f) Grating
g) Elektrode, 1000mm, 50 kV
h) Statif
i) Meteran/Penggaris
j) Kabel

3. TEORI DASAR
Difraksi merupakan salah satu sifat dari gelombang. Fenomena difraksi merupakan
penyebaran arah yang dialami gelombang ketika melewati celah sempit atau terhalang oleh objek
kecil atau tepi tajam suatu benda.
Menurut Hyugen-Fresnel:
- Setiap muka gelombang berfungsi sebagai sumber gelombang titik baru (anak
gelombang) sferis dengan frekuensi yang sama dengan gelombang primernya.
- Muka gelombang berikutnya berasal dari permukaan yang menyinggung muka
gelombang semua anak gelombang yang sefase dari muka gelombang terdahulu.
- Medan suatu titik adalah superposisi dari medan oleh semua anak gelombang.

Dari pernyataan Hyugens-Fresnel diatas maka kita dapat membuktikan bahwa akan terjadi
pelenturan medan pada cahaya ketika melewati celah tipis. Hal ini diakibatkan terjadinya
interferensi dari sumber (anak gelombang) yang sangat banyak pada celah sempit tersebut. Yang
akan menghasilkan pola difraksi. Yang secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan
intensitas pada layar dapat dituliskan sebagai berikut

𝐼 (𝜑) = 𝐼0 𝑠𝑖𝑛𝑐 2 (𝜑) (1)

Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengamati pola difraksi cahaya adalah dengan
menggunakan metode difraksi pada grating. Grating merupakan lapisan tipis transparan yang
telah digores permukaannya. Bagian goresan pada grating memiliki sifat tidak tembus cahaya
sedangkan pada bagian transparannya dapat mentransmitasikan cahaya. Material grating
memungkinkan untuk dibuat banyak goresan/cm untuk membentuk jumlah celah sempit dengan
jumlah yang banyak, misalnya terdapat grating dengan jumlah 6000 goresan/cm. Oleh karena itu,
grating dapat juga dipandang sebagai kisi difraksi yang celah-celahnya terususun secara paralel.
2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung
Gambar 1. Skema dengan difraksi grating.

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki muka gelombang yang


saling tegak lurus dengan arah rambat cahayanya. Menurut Prinsip Huygens, setiap titik pada
muka gelombang dapat berperilaku seperti sumber gelombang yang baru. Ketika sumber cahaya
di arahkan ke grating, maka muka gelombang akan terbagi sesuai dengan jumlah celah yang
tersedia, sehingga celah transparan selanjutnya dapat dianggap sebagai sumber cahaya baru.
Jika sumber cahaya dengan panjang gelombang λ diarahkan tegak lurus pada
grating dengan konstanta grating k, dengan menggunakan persamaan pola terang difraksi sebagai
berikut,
𝑠𝑖𝑛𝜃
= 𝑚𝜆 (2)
𝑘
Maka dapat ditentukan panjang gelombangnya (λ) dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut dari pengamatan pita terang orde pertama,
𝑘𝑙
𝜆= (3)
√𝑑2 + 𝑙2

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


Gambar 2. Skema dengan difraksi grating.

Sumber cahaya yang digunakan pada modul ini menggunakan lampu Helium (He) dan
Merkuri (Hg). Sumber cahaya ini berasal dari proses eksitasi elektron dari keadaan eksitasinya E1
menuju keadaan dasarnya (keadaan stabilnya) E0. Proses eksitasi ini disertasi dengan emisi energi
yang berupa foton dengan frekuensi f. frekuensi lampu tersebut didapatkan dari persamaan,
ℎ𝑓 = 𝐸1 − 𝐸0 (4)
dengan h = 6.63 x 10-34 J/s.
Telah diketahui bahwa model atom Hidrogen yang digagas oleh Bohr bahwa atom
digambarkan sebagai suatu inti yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit sirkular.
Berbeda dengan model atom Hidrogen, untuk kasus transisi optik pada atom He dan Hg
melibatkan jumlah elektron lebih dari satu. Probabilitas paling tinggi eksitasi dan absorbsi
terjadi pada elektron terluar dari atom. Energi ikat elektron terluar memiliki nilai yang lebih kecil
daripada energi elektron di dalamnya sehingga lebih mudah melakukan transisi optik pada
elektron terluar.
Pada kasus percobaan kali ini, gas Helium pada lampu memiliki kontribusi dua elektron
di setiap atomnya. Hamiltonian (non-relativistik) untuk kedua elektron pada He dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑝2
𝐻= + 𝑉(𝑥) (5)
2𝑚
ℎ2 ℎ2 2𝑒 2 2𝑒 2 𝑒
𝐻=− Δ1 − Δ2 − − + (6)
2𝑚 2𝑚 |𝑟⃗⃗⃗1 | |𝑟⃗⃗⃗2 | |𝑟⃗⃗⃗1 − ⃗⃗⃗
𝑟2 |
𝑍4
𝐸𝑠𝑜 ∝ . (137)2 (7)
4

Sehingga energi interaksi spin orbit yang terjadi dapat dirumuskan dengan
persamaan (6). Oleh karena nilai nomor atom helium kecil (Z = 2), nilai energi interaksi spin

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


orbitnya dapat diabaikan. Pada He, probabilitas transisi dari kedua elektron lebih kecil daripada
ketika transisi satu elektron. Jika kita tinjau aturan interaksi elektron sebagai:
𝑒
|𝑟⃗⃗⃗1 − ⃗⃗⃗
𝑟2 |
Maka energi degenerasi pada spektrum dapat dituliskan:
± 𝑒
1
𝐸𝑛𝑙± = ⟨𝜙𝑛/𝛼 | |𝜙 ± ⟩ = 𝐶𝑛𝑙 ± 𝐴𝑛𝑙 (8)
𝑟2 | 𝑛/𝛼
|𝑟⃗⃗⃗1 − ⃗⃗⃗
Pada persamaan (7), ungkapan ϕ±n/α memiliki dua makna ketika keadaan ϕ+n/α memiliki
keadaan momen
Pada momentum angular spin dari kedua elektron dalam keadaan simetri, sedangkan
pada keadaan ϕ-n/α momentum angular spin pada kedua elektron memiliki arah anti-
simetri. Komponen l menyatakan momentum angular. Untuk He dan Hg, momentum angular
orbital pada keadaan singlet l merupakan jumlah total dari momentum angular dua elektron L
karena hanya satu partikel saja yang tereksitasi dan elektron sisanya masih dalam keadaan dasar ( l
= 0). Pada keadaan dasar, total momentun angular orbital memliki nilai L = 0 sehingga
menghasilkan total momentum angular spin S = 0. Pada keadaan esktasi dapat dicapai dua
keadaan, misal pada keadaan ϕ+n/α menghasilkan keadaan singlet (S = 0), sedangkan pada
keadaan ϕ-n/α menghasilkan keadaan triplet. Pada keadaan transisisi optik pada elektron yang
berjumlah sedikit terdapat selection rule yaitu,
Δ𝐿 = 0, ±1 (9)
Δ𝑆 = 0 (10)
Δ𝐽 = 0, ±1 (11)
Pada eksperimen kali ini dilakukan juga mengenai analisis tentang fenomena fine structure.
Fine structure adalah splitting energi yang disebabkan oleh koreksi relativitas, kopling spin dan
orbital, dan Darwin term. Adanya fine structure terjadi karena adanya koreksi energi akibat adanya
momen spin yang terjadi pada elektron. Untuk kasus yang sederhana, momen spin muncul akibat
interaksi antara inti dengan elektron. Implikasi dari fenomena ini adalah terdapatnya garis
spektrum yang berdekatan.
Salah satu penyebab dari fenomena fine structure adalah kopling spin dan orbit. Efek
kopling orbit-spin terjadi akibat adanya interaksi dari elektron yang berputar pada orbitnya,
sehingga menimbulkan medan magnet internal dan dampaknya adalah pelemahan garis spektrum,
sehingga tampak melebar dan halus. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, setiap elektron pada
atom memiliki momentum sudut orbital L dan momentum sudut spin S. Karena keduanya
merupakan momentum sudut, maka momentum sudut total dari elektron pada atom J dapat
dihitung dengan perumusan sebagai berikut:
𝐽 =𝐿+𝑆 (12)

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


Gambar 3. Tabel transisi untuk spektrum lampu
Gambar 4. Tabel transisi untuk spektrum lampu
Helium
Hg

4. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan definisi difraksi dalam pengertian mikroskopis dan makroskopis! Apa yang
dimaksud dengan difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhoffer?
2. Apa yang dimaksud dengan spektrum atom, spektrum absorbsi, dan spektrum emisi? Jelaskan
pula proses terjadinya proses tersebut!
3. Jelaskan penulisan transisi optik iAk!
4. Sebutkan dan jelaskan fine structure dan koreksinya ! Sertakan perumusan Hamiltoniannya!
5. Apa yang dimaksud ground state? Tuliskan kondisi ground state masing-masing 1 atom dari
golongan IA sampai VIIIA dan dari golongan IB sampai VIII (konfigurasi elektron beserta
term iAk)
6. Jelaskan konsep dasar bilangan kuantum dan pengaruhnya terhadap model atom Hidrogen!
7. Sebut dan jelaskan 4 teknik yang yang digunakan untuk menghasilkan sumber cahaya!
Teknik apa yang kita gunakan pada praktikum ini?
8. Buatlah flowchart untuk langkah percobaan modul praktikum ini!

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


5. LANGKAH PERCOBAAN
5.1. PROSEDUR KEAMANAN
Prosedur keamanan dirancang untuk praktikan dan asisten untuk menjaga keselamatan selama
praktikum dan keutuhan alat selama proses pengambilan data pada praktikum modul ini.
1. Wajib membaca skema penyusunan alat dan memahami bagian-bagian alat yang
akan digunakan
2. Pastikan knob sumber tegangan dalam keadaan nol sebelum menyambungkan ke
sumber listrik PLN
3. Pastikan alat belum tersambung dengan catu daya
4. Susun alat sesuai dengan skema yang diberikan
5. Ketika akan memasang lampu pada alat, dilarang memegang bagian kaca/transparan
pada lampu He dan Hg, diharuskan memegang bagian elektrode pada lampu ketika
memasang lampu pada holder
6. Pastikan cover lampu terpasang dengan benar
7. Dilarang memegang bagian transparan pada grating
8. Pastikan tidak ada tegangan ketika memasang dan melepas lampu pada holder

5.2. PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 5. Gambar set percobaan

1. Pasang lampu pada holder, saat memasang pastikan yang dipegang adalah bagian kedua
ujung lampu.
2. Pasang set lampu dan meteran seperti pada skema Gambar 5.
3. Hubungkan set alat pada statif dengan catu daya menggunakan kabel (pemasangan kabel
pada catu daya disesuaikan dengan mode yang dipakai)
4. Nyalakan tegangan catu daya perlahan hingga lampu menyala dengan stabil (tidak
berkedip-kedip)
5. Pasang grating di dedepan lampu
6. Variasikan jarak lampu denga grating sebesar 50 cm, 75 cm, dan 100 cm
7. Amati spektrum yang dihasilkan dan ukur jarak antar spektrum yang berwarna sama
8. Lakukan percobaan untuk lampu He, Hg, dan lampu yang tidak diketahui jenisnya.

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


6. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
a. Dengan menggunakan persamaan (2) cari nilai panjang gelombang untuk masing-
masing spektrum warna yang dihasilkan oleh lampu He, Hg, dan lampu yang tidak
diketahui jenisnya, dengan sin θ menggunakan kedua persamaan berikut, yaitu
1
(2 𝑑)
sin 𝜃 = (13)
2
1
√( 𝑑) + 𝐿 2
2
dan
1
(2 𝑑)
sin 𝜃 = (14)
𝐿
dengan d = | jarak pada bagian kanan – jarak pada bagian kiri | dan L = jarak antara kisi
dengan lampu
b. Tentukan transisi energi yang terjadi pada tiap spektrum warna yang dihasilkan lampu He,
Hg, dan lampu yang tidak diketahui jenisnya dengan mencocokkan nilai panjang gelombang
pada transisi yang masuk ke dalam rentang panjang gelombang warna tertentu.
c. Tabulasikan data dalam bentuk tabel 1.

Tabel 1. Data Percobaan


λhitung Galat (%)
Warna λreferensi
λ1 λ2 λ1 λ2 Transisi

7. ANALISIS DAN PERTANYAAN


7.1. ANALISIS
1. Konsep fisika apa yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena spectrum (pemisahan
cahaya polikromatik)? Jelaskan! Jelaskan pula kaitan dengan penggunaan grating!
2. Mengapa setiap atom memiliki spektrum yang berbeda?
3. Mengapa terdapat berbagai macam garis spektrum pada atom? Lalu, mengapa kita harus
memakai slit pada percobaan ini?
4. Apakah hasil yang kita dapatkan sesuai dengan teori? Kenapa hal ini dapat terjadi?
5. Bagaimanakah hubungan antara galat dari tiap metode perhitungan panjang gelombang
dengan jarak lampu ke slit? Apakah terdapat juga hubungan jarak lampu ke slit dengan jenis
difraksi?
6. Apa yang dinamakan fine structure dan syarat fine structure dapat terjadi? Apakah terjadi
fenomena ini pada praktikum kita? Apabila iya, sebutkan lampu mana yang mengalami
peristiwa ini!
7. Apakah semua lampu yang kita gunakan memenuhi kaidah selection rule? Jelaskan
mengapa hal ini terjadi?
8. Mengapa pada lampu yang kita gunakan terdapat semacam “spektrum kontinu”? Apa saja
yang dapat menyebabkan hal tersebut?
9. Analisis Lampu X dan tentukan jenis lampu tersebut! (Analisis berdasarkan transisi optik
dan spektrumnya)
10. Prediksilah pada jarak berapa, seminimal-minimalnya satu warna, data panjang gelombang
memiliki galat kurang dari 1% dengan data referensi?

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung


7.2. PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keadaan singlet, doublet, dan triplet!
2. Sebut dan jelaskan mengenai prinsip selection rule!

8. REFERENSI
[1] Beiser. 2003. Concept of Modern Physics 6th Edition. McGraw-Hill.
[2] S. Gasiorowicz. 2003. Quantum Physics 3rd Edition. John Wiley & Son.

9. MATA KULIAH TERKAIT


a. FI2204 Fisika Modern
b. FI3103 Fisika Kuantum

2017 Laboratorium Fisika Lanjut Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai