Anda di halaman 1dari 27

DIFRAKSI DAN INTERFERENSI

A. Dasar Teori
Menurut optika geometri bila sebuah benda tak tembus cahaya ditempatkan di
antara sumber cahaya titik dan layar, maka bayangan benda itu membentuk sebuah
garis tajam yang sempurna. Sifat gelombang dari cahaya menyebabkan efek yang
tidak dapat dipahami dengan model optika geometrik yang sederhana. Segolongan
efek penting seperti itu terjadi bila cahaya menu,buk sebuah rintangan yang
mempunyai sebuah celah atau tepi. Pola interferensi yang dibentuk pada situasi
seperti itu dikelompokkan dalam difraksi (diffraction).
Pola difraksi dapat dianalisis dengan menggunakan prinsip Huygens. Tiap-tiap
titik dari sebuah muka gelombang dapat ditinjau sebagai sumber sekunder dari
gelombang kecil sekunder yang menyebar ke semua arah dengan laju yang sama
dengan laju perambatan gelombang. Posisi muka gelombang pada sebarang waktu
kemudian adalah pemubungkus gelombang sekunder pada waktu tersebut. Semua
pergeseran individu yang dihasilkan oleh gelombang-gelombang sekunder, dan
menggunakan prinsip superposisi dan dengn memperhitungkan amplitudo dan
fasa-fasa relatifnya.
Kedua sumber titik dan layar secara relatif dekat ke rintangan yang membentuk
pola difraksi. Situasi ini dideskripsikan sebagai difraksi medan-dekat atau difraksi
Fresnel (Fresnel diffraction), yang dilafalkan sebagai “Freh-nell” (untuk
menghormati ilmuwan Peranciss Augustin Jean Fresnel, 1788-1827). Jika sumber,
rintangan, dan layar cukup jauh sehingga semua garis dari sumber ke rintangan
dapat dianggap sejajar, maka fenomena itu dinamakan difraksi Fraunhofer
(Fraunhofer diffraction) untuk menghormati fisikawan Jerman Joseph von
Fraunhifer, 1787-1826).
Sebagian sejarah teori gelombang untuk cahaya merupakan milik Augustin
Fresnel yang mengemukakan pada Akademi Prancis sebuah teori gelombang

1
untuk cahaya yang meramalkan dan menjelaskan efek-efek interferensi dan
difraksi. Tidak begitu lama sesudahnya Simѐon Poisson menunjukkan kesimpulan
yang kontraintuitif: menurut teori gelombang Fresnel, jika cahaya dari satu titik
sumber jatuh pada piringan yang padat, maka cahaya yang didifraksikan sekitar
pinggirnya akan berinterferensi konstruktif di pusat bayangan.
Pinggiran-pinggiran yang disebabkan oleh interferensi gelombang yang
didifraksikan sekitar bayangan berbeda dari piringan, dan secara keseluruhan
disebut sebagai pola difraksi. Pola difraksi itu terdiri dari peta terang di tengah,
yang mungkin jauh lebih lebar daripada lebar celah itu, yang dibatasi oleh pita
terang dan pita gelap yang bergantian dengan intensitas yang berkurang secara
cepat. 85% dari daya dalam sinar yang ditransmisikan berada dalam pita terang
yang di pusat, yang lebarnya didapatkan berbanding terbalik dengan lebar celah.
Semakin kecil lebar celah itu, semakin lebar pula keseluruhan pola difraksi
tersebut.
Sejumlah besar celah paralel yang berjarak sama disebut kisi difraksi. Kisi
dapat dibuat dengan mesin presisi berupa garis-garis tersebut berfungsi sebagai
celah. Transparansi fotografis dari kisi yang asli bisa digunakan sebagai kisi yang
murah. Kisi yang berisi 10.000 garis per sentimeter adalah umum, dan sangat
berguna untuk pengukuran panjang gelombang dengan tepat. Kisi difraksi yang
berisi celah-celah disebut kisi transmisi. Kisi pantulan juga dapat dibuat dengan
membuat garis-garis halus pada permukaan logam atau kaca dari mana cahaya
dipantulkan dan dianalisis. Analisis kisi difraksi mirip dengan eksperimen celah
ganda Young.
Selisih panjang lintasan ke titik P adalah (𝛼/2) sin 𝜃, dimana 𝛼 adalah lebar
celah dan 𝜃 adalah sudut di antara garis yang tegak lurus terhadap celah itu dan
sebuah garis dari pusat ke celah itu ke P. Cahaya dari dua pita yang langsung
berada di bawah kedua pita sampai di P yang berselisih fasa dengan siklus.
Kenyataannya cahaya dari setiap pita dalam setengah bagian bawah celah.

2
Hasilnya adalah peniadaan sepenuhnya di P untuk cahaya yang digabungkan dan
keseluruhan celah tersebut, yang memberikan sebuah daerah gelap dalam pola
interferens itu. Yakni, sebuah daerah gelap terjadi bilamana
𝛼 𝜆 𝜆
sin 𝜃 = ± 2 , atau sin 𝜃 = ± 𝛼
2

Tanda plus atau minus (±) dalam persamaan mengatakan bahwa ada daerah-
daerah yang simetris di atas dan di bawah titik O. Kita juga dapat membagi layar
menjadi empat bagian, enam bagian, dan seterusnya, dan menggunakan argumen
yang di atas untuk memperlihatkan bahwa sebuah daerah gelap terjadi bilamana
𝜆 𝜆
sin 𝜃 = ±2 𝛼, sin 𝜃 = ±3 𝛼, dan seterusnya. Jadi syarat untuk sebuah daerah gelap

adalah
𝑚𝜆
sin 𝜃 = ( m = ±1, ±2, ±3, ...) (daerah gelap dalam difraksi celah
𝛼

tunggal)
𝜆
Persamaan yang digunakan dalam difraksi lubang lingkaran yaitu 𝜃𝑅 = 1,22 𝐷
𝜆
kriteria Rayleigh dan sin 𝜃 = 𝑚 𝐷 difraksi cincin lubang lingkaran.

Cincin Orde lubang lingkaran (m)


Teran pusat 0
Gelap pertama 1,220
Terang kedua 1,635
Gelap kedua 2,233
Terang ketiga 2,679
Gelap ketiga 3,238
Terang keempat 3,699
Gelap keempat 4,241
Terang kelima 4,710
Gelap kelima 5,243

3
Percobaan interferensi celah ganda pada cahaya merupakan percobaan
monumental yang dilakukan Thomas Young. Sebelum percobaan Young, konsep
gelombang cahaya belum diterima oleh semua ilmuwan karena tidak ada
lieksperimen yang secara langsung membuktikan sifat gelombang cahaya.
Kesulitan dalam melakukan eksperimen tersebut muncul akibat penjang
gelombang cahaya yang terlalu pendek dan peralatan yang tidak mendukung untuk
mengatur panjang gelombang cahaya secara langsung.
Interferensi (interference) mengacu pada setiap situasi di mana dua atau lebih
gelombang tumpang tindih dalam ruang. Bila ini terjadi, gelombang total di
sebarang titik pada sebarang saat ditemukan oleh prinsip superposisi (principle of
superposition), yang diperkenalkan dengan gelombang pada dawai. Prinsip ini
berlaku untuk gelombang elektromagnetik dan merupakan prinsip yang penting
dalam semua optika fisis. Bila dua atau lebih gelombang tumpang-tindih, maka
pergerseran resultan di sebarang titik dan pada sebarang saat dapat dicari dengan
menambahkan pergeseran-pergeseran sesaat yang akan dihasilkan di titik itu oleh
gelombang-gelombang individu itu seandainya setiap gelombang itu hadir
sendiirian.
Skema percobaan interferensi celah ganda yang dilakukan Young
menggunakan sumber monokromatik S, di depan sumber terdapat dua celah 𝑆1 dan
𝑆2 yang memiliki jarak persis sama dari sumber. Dengan demikian, fase
gelombang pada 𝑆1 dan pada 𝑆2 tepat sama. Dengan prinsip Huygens, celah 𝑆1 dan
𝑆2 berperan sebagai sumber gelombang baru. Pola interferensi diamati pada layar
yang berjarak L dari celah. Interferensi konstruktif terjadi jika selisih jarak tempuh
gelombang dari dua sumber merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang.
Sedangkan interferensi deskruktif terjadi jika selisih jarak tempuh gelombang dari
dua sumber merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang. Berkas
cahaya dari sumber 𝑆1 dan 𝑆2 memenuhi bentuk sebagai berikut
𝑦1 = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑟1 + 𝜑0 )

4
𝑦2 = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑟2 + 𝜑0 )
Kedua berkas memiliki fase awal yang sama karena berasal dari lampu yang sama.
Dua berkas hanya berbeda dalam jarak tempuh.
𝑦2 = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑟1 + 𝜑0 + 𝑘∆𝑟)
di mana
∆𝑟 = 𝑟1 − 𝑟2
Merupakan selisih jarak tempuh cahaya dari sumber 𝑆1 dan 𝑆2 .
Efek interferensi paling mudah dilihat bila kita menggabungkan gelombang-
gelombang sinusoidal dengan frekuensi tunggal f dan panjang gelombang λ.
Dalam optika, gelombang sinusoidal adalah karakteristik dari cahaya
monokromatik (cahaya berwarna tunggal). Gelombang air atau gelombang bunyi
berfrekuensi tunggal, namun sumber cahaya yang lazim tidak memancarkan
cahaya monokromatik (berfrekuensi tunggal).
Persamaan yang digunakan pada panjang gelombang dan indeks refraksi yaitu
𝜆
𝜆𝑛 = 𝑛, persamaan dalam percobaan Young :
𝑦
𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 𝐿 = 𝑚𝜆 ; m = 0, 1, 2, 3, ... interferensi konstruktif
𝑦 1
𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 𝐿 = (𝑚 + 2) 𝜆 ; m = 0, 1, 2, 3, ... interferensi destruktif

Intensitas dalam interferensi celah dua menggunakan persamaan berikut ini :


𝜙 𝑑 sin 𝜃
=
2𝜋 𝜆
𝜙
𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2
2
Sedangkan pada interferensi film tipis menggunakan persamaan, 2𝑡 = 𝑚𝜆𝑓 =
𝜆
𝑚 𝑛𝑓 destruktif jika hanya satu permukaan yang mengalami perubahan fase dan

konstruktif jika tidak ada atau keduanya mengalami perubahan fase 2𝑡 =


1 1 𝜆
(𝑚 + 2) 𝜆𝑓 = (𝑚 + 2) 𝑛𝑓 konstruktif jika hanya satu permukaan yang mengalami

5
perubahan fase dan destruktif jika tidak ada atau keduanya mengalami perubahan
fase.
Tidak ada perbedaan mendasar antara interferensi dan difraksi. Istilah
interferensi untuk efek yang melibatkan gelombang-gelombang dari sejumlah
kecil sumber, biasanya dua sumber. Difraksi melibatkan sebuah distribusi kontinu
dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang menyeberang area sebuah celah,
atau yang melibatkan sejumlah besar sumber atau celah. Tetapi kedua ketegori
fenomea itu diatur oleh prinsip fisika dasar superposisi dan prinsip Huygens yang
sama.

6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jarak antar celah terhadap perbedaan jalur yang
dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh jarak antar celah terhadap jarak dari terang pusat ke
terang I?

C. Hipotesis
1. Semakin besar jarak antar celah, maka perbesaran jalur yang dihasilkan akan
semakin besar
2. Semakin besar jarak antar celah, maka jarak dari terang pusat ke terang 1 akan
semakin kecil atau berbanding terbalik

D. Uji Hipotesis
1. Variabel
a. Prosedur 1
a) Variabel Bebas : Jarak antar celah
b) Variabel Kontrol : Jarak dari celah ke layar, panjang gelombang,
besar sudut, dan jarak dari terang pusat ke teranf
ke-m
c) Variabel Terikat : Perbedaan Jalur
b. Prosedur 2
a) Variabel Bebas : Jarak antar celah
b) Variabel Kontrol : Jarak dari celah ke layar, dan panjang
gelombang
c) Variabel Terikat : Jarak dari terang pusat ke terang 1

2. Definisi Operasional
a. Prosedur 1

7
1. Jarak antar celah merupakan perbedaan ukuran masuknya cahaya pada
percobaan
2. Perbedaan jalur merupakan arah masuknya cahaya satu dengan yang
lainnya pada percobaan
b. Percobaan 2
1. Jarak antar celah merupakan perbedaan ukuran masuknya cahaya pada
percobaan
2. Jarak dari terang pusat ke terang 1 adalah hasil pembacaan dari angka
yang tertera dari penggaris saat melakukan percobaan

3. Definisi Konsepsional
a. Prosedur 1
1. Jarak antar celah adalah perbedaan ukuran atau jarak dari satu celah
dengan celah yang lainnya
2. Perbedaan jalur merupakan perbedaan bagian yang digunakan untuk
cahaya masuk
b. Prosedur 2
1. Jarak antar celah adalah perbedaan ukuran atau jarak dari satu celah
dengan celah yang lainnya
2. Jarak dari terang pusat ke terang 1 adalah angka yang menunjukkan
seberapa jauh benda berubah posisi melalui celah yang sempit

8
E. Alat dan Bahan
1. Link Virtual Lab : https://ophysics.com/l4.html dan
https://ophysics.com/l5.html
2. Laptop/perangkat yang mendukung virtual lab

9
F. Prosedur Percobaan
1. Prosedur 1
a. Dibuka aplikasi simulator dengan mengakses alamat URL seperti di atas
b. Diatur jarak antara layar, panjang gelombang, dan jarak dari terang pusat
ke terang m
c. Lalu diatur jarak antar celah dengan menggerakkan tombol pada simulator
d. Kemudian, diamati dan dicatat hasil perbedaan jalur pada tabel pengamatan
e. Dilakukan percobaan a sampai d dengan memvariasikan jarak antar celah
2. Prosedur 2
a. Dibuka aplikasi simulator dengan mengakses alamat URL seperti di atas
b. Diatur jarak antar layar, panjang gelombang
c. Lalu diatur jarak antar celah dengan menggerakkan tombol pada simulator
d. Kemudian, diamati dan dicatat hasil jarak dari terang pusat ke terang 1 pada
tabel pengamatan
e. Dilakukan percobaan a sampai d dengan memvariasikan jarak antar celah

10
G. Tabel Pengamatan
Prosedur 1
L = 100
λ=5
Ym = 25
γ = 14,04 ˚
Perbedaan jalur
No Jarak antar celah (m)
Percobaan Perhitungan
1 4 0,97 0,97
2 8 1,94 1,94
3 12 2,91 2,91
4 16 3,87 3,88
5 20 4,83 4,85

Prosedur 2
L = 10 μm
λ = 500 nm
Jarak dari terang pusat ke
No Jarak antar celah (μm) terang-1 (μm)
Percobaan Perhitungan
1 2,00 2,60 2,50
2 2,25 2,23 2,22
3 2,50 2,11 2,00
4 2,75 1,81 1,81
5 3,00 1,64 1,66

11
H. Data Perhitungan
a. Prosedur 1
Data 1
d=4
γ = 14,04 ˚
Δs = d sin γ
Δs = 4 sin 14,04˚
Δs = 0,97
Ketidakpastian relatif
∆spraktik = 0,97 cm
∆steori = 0,97 cm
∆s Teori- ∆s Praktik
% =| | ×100%
∆s Teori
(0,97 - 0,97) cm
% =| | ×100%
0,97 cm
% =0%

Data 2
d=8
γ = 14,04 ˚
Δs = d sin γ

12
Δs = 8 sin 14,04˚
Δs = 1,94
Ketidakpastian relatif
∆spraktik = 1,94 cm
∆steori = 1,94 cm
∆s Teori- ∆s Praktik
% =| | ×100%
∆s Teori
(1,94 - 1,94) cm
% =| | ×100%
1,94 cm
% =0%

Data 3
d = 12
γ = 14,04 ˚
Δs = d sin γ
Δs = 12 sin 14,04˚
Δs = 2,91
Ketidakpastian relatif
∆spraktik = 2,91 cm

13
∆steori = 2,91 cm
∆s Teori- ∆s Praktik
% =| | ×100%
∆s Teori
(2,91 - 2,91) cm
% =| | ×100%
2,91 cm
% =0%

Data 4
d = 16
γ = 14,04 ˚
Δs = d sin γ
Δs = 16 sin 14,04˚
Δs = 3,88
Ketidakpastian relatif
∆spraktik = 3,87 cm
∆steori = 3,88 cm
∆s Teori- ∆s Praktik
% =| | ×100%
∆s Teori
(3,88 - 3,87) cm
% =| | ×100%
3,88 cm
% =0%

14
Data 5
d = 20
γ = 14,04 ˚
Δs = d sin γ
Δs = 20 sin 14,04˚
Δs = 4,85
Ketidakpastian relatif
∆spraktik = 4,83 cm
∆steori = 4,85 cm
∆s Teori- ∆s Praktik
% =| | ×100%
∆s Teori
(4,85 - 4,83) cm
% =| | ×100%
4,85 cm
% = 0,004 %

15
b. Prosedur 2
Data 1
L = 10 μm
λ = 500 nm = 0,5 μm
d = 2,00 μm
d.p
= n.λ
L
n.λ.L
p=
d
1 . 0,5 μm . 10 μm
p=
2,00 μm
5 μm2
p=
2,00 μm
p = 2,50 μm

Persentase kesalahan relatif jarak :


Ppraktik = 2,60 μm
Pteori = 2,50 cm

16
pperhitungan - ppercobaan
KSR = | | ×100%
pperhitungan

2,50 m - 2,60 m
KSR = | | ×100%
2,50 m
-0,1 m
KSR = | | ×100%
2,50 m
KSR = 4 %

Data 2
L = 10 μm
λ = 500 nm = 0,5 μm
d = 2,25 μm
d.p
= n.λ
L
n.λ.L
p=
d
1 . 0,5 μm . 10 μm
p=
2,25 μm
5 μm2
p=
2,25 μm
p = 2,22 μm

17
Persentase kesalahan relatif jarak :
Ppraktik = 2,23 μm
Pteori = 2,22 cm
pperhitungan - ppercobaan
KSR = | | ×100%
pperhitungan

2,22 m - 2,23 m
KSR = | | ×100%
2,23 m
-0,01 m
KSR = | | ×100%
2,23 m
KSR = 0,45 %

Data 3
L = 10 μm
λ = 500 nm = 0,5 μm
d = 2,50 μm
d.p
= n.λ
L
n.λ.L
p=
d

18
1 . 0,5 μm . 10 μm
p=
2,50 μm
5 μm2
p=
2,50 μm
p = 2 μm

Persentase kesalahan relatif jarak :


Ppraktik = 2,11 μm
Pteori = 2,0 cm
pperhitungan - ppercobaan
KSR = | | ×100%
pperhitungan

2 m - 2,11 m
KSR = | | ×100%
2m
-0,11 m
KSR = | | ×100%
2m
KSR = 0,05 %

Data 4
L = 10 μm

19
λ = 500 nm = 0,5 μm
d = 2,75 μm
d.p
= n.λ
L
n.λ.L
p=
d
1 . 0,5 μm . 10 μm
p=
2,75 μm
5 μm2
p=
2,75 μm
p = 1,81 μm

Persentase kesalahan relatif jarak :


Ppraktik = 1,81 μm
Pteori = 1,81 cm
pperhitungan - ppercobaan
KSR = | | ×100%
pperhitungan

1,81 m – 1,81 m
KSR = | | ×100%
2m
0m
KSR = | | ×100%
1,81 m
KSR = 0 %

20
Data 5
L = 10 μm
λ = 500 nm = 0,5 μm
d = 3,00 μm
d.p
= n.λ
L
n.λ.L
p=
d
1 . 0,5 μm . 10 μm
p=
3,00 μm
5 μm2
p=
3,00 μm
p = 1,66 μm

Persentase kesalahan relatif jarak :


Ppraktik = 1,64 μm
Pteori = 1,66 cm

21
pperhitungan - ppercobaan
KSR = | | ×100%
pperhitungan

1,66 m - 1,64 m
KSR = | | ×100%
1,66 m
0,02 m
KSR = | | ×100%
1,66 m
KSR = 0,01 %

22
I. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu dengan judul percobaan Difraksi dan Interferensi,
hipotesis yang kami ajukan dapat dikatakan benar karena sesuai dengan hasil/data
yang didapatkan. Difraksi adalah jika sebuah gelombang permukaan air tiba pada
suatu celah sempit, maka gelombang ini akan mengalami lenturan/pembelokan
sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah lingkaran yang melebar di
daerah belakang celah tersebut. Sedangkan interferensi adalah fenomena di mana
dua atau lebih gelombang saling tumpang tindih pada suatu titik tertentu dalam
ruang.
Pada saat praktikum, hal yang dilakukan untuk percobaan kali ini yaitu pada
prosedur pertama mengatur jarak antar layar, panjang gelombang dan jarak dari
terang pusat menuju terang m, selanjutnya mengatur jarak antar celah dengan cara
menggerakkan tombol pada simulator, setelah itu mengamati dan mencatat hasil
perbedaan jalur yang telah didapatkan pada tabel pengamatan, hal tersebut
dilakukan dengan jarak antar celah yang berbeda. Sedangkan untuk prosedur
kedua hal yang dilakuakn yaitu mengatur jarak antar layar, panjang gelombang,
lalu mengatur jarak antar celah dengan menggerakkan tombol pada simulator,
kemudian mengamati dan mencatat hasil jarak dari terang pusat ke terang 1 pada
tabel pengamatan, hal tersebut dilakukan kembali dengan beberapa variasi jarak
antar celah untuk mendapatkan hasil yang bervariasi.
Pada prosedur pertama, data yang dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 4 m,
perbedaan jalur yang dihasilkan pada percobaan 0,97 dan secara perhitungan
perbedaan jalur yang di hasilkan yaitu 0,97. Data yang dihasilkan pada jarak antar
celah sejauh 8 m, perbedaan jalur yang dihasilkan pada percobaan 1,94 dan secara
perhitungan perbedaan jalur yang di hasilkan yaitu 1,94. Data yang dihasilkan pada
jarak antar celah sejauh 12 m, perbedaan jalur yang dihasilkan pada percobaan
2,91 dan secara perhitungan perbedaan jalur yang di hasilkan yaitu 2,91. Data yang
dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 16 m, perbedaan jalur yang dihasilkan
pada percobaan 3,87 dan secara perhitungan perbedaan jalur yang di hasilkan yaitu

23
3,87. Data yang dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 20 m, perbedaan jalur
yang dihasilkan pada percobaan 4,83 dan secara perhitungan perbedaan jalur yang
di hasilkan yaitu 4,85.
Pada prosedur kedua, data yang dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 2,00
μm, jarak yang dihasilkan dari terang pusat ke terang-1 untuk percobaan sejauh
2,60 μm sedangkan pada hasil perhitungan didapatkan 2,50 μm. Data yang
dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 2,25 μm, jarak yang dihasilkan dari terang
pusat ke terang-1 untuk percobaan sejauh 2,23 μm sedangkan pada hasil
perhitungan didapatkan 2,22 μm. Data yang dihasilkan pada jarak antar celah
sejauh 2,50 μm, jarak yang dihasilkan dari terang pusat ke terang-1 untuk
percobaan sejauh 2,11 μm sedangkan pada hasil perhitungan didapatkan 2,00 μm.
Data yang dihasilkan pada jarak antar celah sejauh 2,75 μm, jarak yang dihasilkan
dari terang pusat ke terang-1 untuk percobaan sejauh 1,81 μm sedangkan pada
hasil perhitungan didapatkan 1,81 μm. Data yang dihasilkan pada jarak antar celah
sejauh 3,00 μm, jarak yang dihasilkan dari terang pusat ke terang-1 untuk
percobaan sejauh 1,64 μm sedangkan pada hasil perhitungan didapatkan 1,66 μm.
Fenomena interferensi pada kehidupan sehari-hari yaitu warna warni pada
lapisan minyak di atas air. Untuk fenomena difraksi dalam kehidupan sehari-hari
misalkan pada pembelokan cahaya oleh sisi pintu. Pada saat praktikum tidak ada
kendala apapun sehingga pada saat pengambilan data hingga dalam penulisan
laporan tidak mengalami gangguan atau kendala.

24
J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Semakin besar jarak antar celah, maka perbesaran jalur yang dihasilkan akan
semakin besar
2. Semakin besar jarak antar celah, maka jarak dari terang pusat ke terang 1 akan
semakin kecil atau berbanding terbalik
hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan sehingga hipotesis pada
percobaan ini dapat diterima.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II. Bandung : ITB. Hlm. 737, dan 738-739

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hlm. 299,
dan 302-303

Qadar, Riskan, dkk. 2020. Soal Dan Solusi Fisika Seri OPTIKA. Pekanbaru : Cahaya
Firdaus. Hlm. 142 dan 185

Young and Freedman. 2004. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta :
Erlangga. Hlm. 587-588, dan 616-620
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, 28 Oktober 2021


Asisten Praktikum, Praktikan,

Febry Azhari Ira Nanda


NIM. 1805035037 NIM. 1905036008

Anda mungkin juga menyukai