Struktur Molekul
• Atom tidak ditemukan dalam keadaan bebas, melainkan membentuk kelompok atom melalui
ikatan antar atom dengan tujuan agar memiliki energi yang lebih rendah (Stabil).
• Dikenal beberapa jenis ikatan antara atom-atom:
o Ikatan ionik, dilakukan dengan pindahnya elektron dari salah satu atom ke atom
lainnya. Umumnya terjadi pada molekul alkali-halida.
o Ikatan kovalen, terbentuk dari pemakaian secara bersama pasangan elektron
oleh dua atom, sehingga membentuk ikatan kovalen. Ikatan kovalen ini terbentuk
bila elektron memiliki energi orbital valensi yang sama/mirip.
o Gaya antaraksi Van der Waals, gaya tarik menarik antara partikel-partikel tak
bermuatan yang kulit elektronnya penuh. Ex : padatan neon dan argon atau
pada kisi padatan gas mulia.
o Ikatan logam, gaya tarik menarik antara dua ion logam yang positif dengan
elektron terdelokalisasi diantara ion-ion tersebut.
o Ikatan hidrogen, ikatan yang terjadi antara hidrogen yang terikat pada atom
yang memiliki keelektronegatifan yang besar dengan atom tetangganya yang
memiliki keelektronegatifan yang besar.
• Secara prinsip mekanika kuantum terdapat 2 jenis teori yang menjelaskan struktur elektronik
dari suatu molekul yaitu:
o Teori VB (Valence Bond), yang berpegangan pada konsep pemakaian bersama
pasangan elektron. Teori kuantum untuk VB ini adalah mencari bagaimana
fungsi gelombang untuk pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan tersebut.
o Teori MO (Molecular Orbital), yang berpegangan pada pengembangan lebih
lanjut dari suatu orbital atom, pada MO fungsi gelombang menjadi diperluas
tidak hanya pada satu atom namun mencakup semua atom yang terdapat dalam
suatu molekul.
• Pembahasan akan meliputi asal muasal dari kekuatan, jumlah ikatan dan bagaimana penata-an 3
dimensi ikatan antar atom. Deskripsi dari kuantum mekanik akan digunakan untuk mempelajari
ikatan kovalen yang diusulkan oleh Lewis.
3.1.Pendekatan Born-Oppenheimer
• Walaupun persamaan Schrodinger bagi atom hidrogen dapat diselesaikan secara eksak, untuk
sebuah molekul hal ini sulit dilakukan. Hal ini terjadi karena molekul yang paling sederhanapun
akan memiliki 3 buah partikel yang saling terlibat. ketiga partikel tersebut adalah 2 inti dan 1
elektron.
• Untuk memudahkan dalam menyelesaikan persamaan Schrodinger bagi suatu molekul maka
dilakukan pendekatan Born-Oppernheimer.
• Karena inti atom memiliki berat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan elektron (p dan n
=1.67 x 10-24gr; e=9.1x10-28 gr). Dan Inti juga bergerak jauh lebih lambat dari elektron, maka inti
2
dapat di asumsikan dalam keadaan stationer. Sehingga posisi inti dapat dianggap tetap saat
elektron bergerak mengelilinginya. Dengan demikian persamaan Schrodinger untuk model
tersebut dapat diselesaikan, karena kita hanya berurusan dengan 1 partikel saja.
• Pendekatan ini adalah memadai, perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa saat inti
bergerak sejauh 1pm pada saat yang bersamaan elektron telah bergerak sejauh 1000 pm.
Dengan demikian kesalahan menjadi sangat kecil.
• Pendekatan Born-Oppenheimer membuat kita dapat mengatur jarak antar inti dan
menyelesaikan persamaan Schrodingernya pada jarak tersebut. Dari hasil perhitungan akan
dapat diperoleh kurva energi potensial molekul.
• Dari bentuk kurva akan diperoleh panjang ikatan kesetimbangan dan energi disosiasi ikatan.
3.2.Ikatan Kovalen.
• Teori VB merupakan teori mekanika kuantum untuk ikatan kimia yang pertama dikembangkan.
Pada VB akan dikenalkan konsep spin ikatan, overlap orbital, ikatan sigma dan pi, hibridisasi.
• Pada VB, suatu ikatan kimia akan terbentuk apabila elektron pada atom orbital berpasangan
dengan elektron pada atom orbital lainnya. Untuk memahami kenapa pasangan ini akan
mengakibatkan terjadinya ikatan. Maka akan dilihat bentuk orbital yang paling sederhana, yaitu
pada molekul hidrogen.
• Struktur Lewis dan Metoda VSEPR dapat membantu dalam memperkirakan banyaknya ikatan
dan pasangan elektron bebas. Sayangnya tidak dapat memperlihatkan jenis orbital elektron yang
berperan dalam ikatan (s, p, d atau f).
Metoda VSEPR juga dapat membantu memprediksi bentuk geometri dari suatu molekul.
Teori Valence Bond (VB) dapat menjelaskan jenis dari elektron yang terlibat saat membentuk
ikatan.
• Penjelasan tentang ikatan kovalen dapat dilakukan dengan menggunakan Teori MO (Molekular
Orbital) dan Teori Ikatan Valensi (Teori VB).
3
• Teori VB diperkenalkan oleh Walter Heitler dan Fritz London (1927), dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Linus Pauling dengan konsep hibridisasi orbital.
• VB
Localized orbital approach
Investigating properties of ground state molecule
MO
Delocalized orbital approach
Spectroscopic properties of molecule.
3/ 2
1 Z
ψ (1s) = e − Zr / a0
π a0
• Saat dua inti ber’gabung’ masing-masing elektron akan mendapat gaya tarik dari kedua inti,
sehingga pada molekul hidrogen besarnya gaya tarik inti yang dialami oleh elektron bukan lagi
1.0 tetapi 1.17 dengan memasukkan faktor ini maka kurva menjadi lebih dekat ke keadaan
experimental seperti terlihat pada kurva c.
• Tiap atom hidrogen akan terpolarisasi, (terjadi distorsi dari awan elektron karena pengaruh inti
‘lawan’nya). Awan elektron yang bentuknya terdistorsi adalah orbital 2p. Perbaikan terhadap
fungsi gelombang atom hidrogen diberikan dengan ‘menambahkan’ fungsi distorsi ini, sehingga
fungsi gelombang menjadi:
φ a = N (1sa + γ za )
φ b = N (1sb + γ zb )
dengan, N=konstanta normalisasi, γ =faktor pengali untuk besarnya orbital 2p yang
ditambahkan,
6
z a = 2 p za
zb = 2 pzb
Kerapatan elektron untuk orbital atom campuran φ a diberikan oleh φ a , Karena φ a harus
2
•
ternormalisasi maka, besarnya konstanta normalisasi adalah:
2
∫ φ dv = N ∫ ( 1sa + γ za ) ( 1sa + γ za ) dv
2
a
sehingga
1
N= ±
1+ γ 2
7
Dari harga normalisasi dan kondisi ortogonalitas, terlihat bahwa kontribusi tiap orbital atom
untuk φ a adalah proposional terhadap koefisiennya, karena
2 1
2 ∫ (
∫ φ dv = 1sa ) dv + γ ∫(z ) dv = 1
2 2 2
a 1+ γ
a
γ 2
(1+ γ )
2
• Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya γ yang memberikan nilai energi terendah
adalah 0.1. Ini berarti bahwa 0.99 orbital hidrogen adalah 1sa dan 0.01 kontribusi dari orbital
2pz, walaupun kontribusi ‘orbital’ ini hanya 1% tetapi koreksi terhadap potensial memberikan
5% (lihat kurva d).
Faktor utama dari koreksi ini adalah orbital yang terpolarisasi akan meningkatkan kerapatan
elektron pada daerah ikatan dari molekul (bandingkan gambar 3.2a dengan 3.2b).
8
Karena konfigurasi elektron dari hidrogen adalah 1s1 dan untuk Fluorida 1s2 2s2 2px2 2py2 2pz1,
maka fungsi gelombang Ikatan Valensi untuk molekul HF adalah:
ψ I = 1sF2 2sF2 2 pxF
2 2
2 p yF [1sH (1)2 pzF (2) + 1sH (2)2 pzF (1)]
• Koreksi lebih lanjut dicapai jika orbital 2s dari atom fluor juga dianggap berikatan, ini dicapai
dengan hibridisasi atom fluor 2pz dan 2s. sehingga persamaan menjadi
φ F = N (2 pzF + γ 2sF )
dengan
1
N=
1+ γ 2
• Dengan memasukkan faktor keelektronegatifan maka struktur ionik H+F- akan memberikan
kontribusi lebih besar dibandingkan dengan struktur H-F+, dengan ini maka fungsi gelombang
menjadi,
ψ III = 1sH (1)φ F (2) + 1sH (2)φ F (1) + λ φ F (1)φ F (2)
• Mekanisme hibridisasi 2s-2p yang terdapat pada persamaan 3.10 digunakan, karena orbital 2s
terisi secara penuh pada atom fluorine, sehingga orbital ini tidak tersedia untuk membentuk
ikatan dengan atom hidrogen. Sehingga dihipotesakan terjadi promosi elektron 2s ke orbital 2p:
1s 2 2 s 2 2 px2 2 p y2 2 p1z → 1s 2 2 s1 2 px2 2 p y2 2 pz2
promosi
z
Kekurangan model diatas adalah sudut ikatan dari molekul besarnya adalah 90o yang tidak
sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
• Perbaikan terhadap model dilakukan dengan pendekatan bahwa dalam pembentukkan ikatan
molekul air dibentuk suatu orbital hybrid ( φ a ,φ b ) dan orbital hybrid pasangan elektron bebas (
φ lp ).
13
Dengan menggunakan sistem koordinat yang terdapat pada gambar diatas maka disusun orbital
hybrid sbb.
14
+γ ∫ 2s2s dv = 0
2
∫φ φ dv = cos 2 (θ / 2) − sin 2 (θ / 2) + γ 2
a b
∫φ φ dv = 1
a a
3.6.Teori VB untuk molekul yang tidak memiliki pasangan elektron sunyi (lone pair
elektron).
Contoh : BeH2, BH3, CH4, PH5 dan SH6
1
φa = (γ 2 s + 2 pz )
1+ γ 2
1
φb = (γ 2s − 2 pz )
1+ γ 2
1
φ = (γ 2s + 2 p )
1+ γ 2
cos120 = − 0.5 = − γ 2
sehingga γ 2 = 0.5
Kontribusi orbital 2s untuk orbital hibridanya adalah sebesar 33 % dan 67% adalah kontribusi
dari 2p.
Orbital hibrida ini di kenal sebagai orbital hibrida sp2.
20
Molekul sh6
3.7.Gambaran hibrida bagi ikatan tunggal dan majemuk dalam atom Karbon.
= c12 + c22 = 1
o Antara orbital hibridanya harus ortogonal.
26
= c1c3 + c2c4 = 0
o Pangkat koefisien untuk fungsi gelombang atom harus bernilai 1
2 s : c12 + c32 = 1
2 pz : c22 + c42 = 1
ψ ( spa2 ) = c1 2s + c2 2 px + c3 2 p y
ψ ( spb2 ) = c4 2s + c5 2 p x + c6 2 p y
ψ ( spc2 ) = c7 2 s + c8 2 p x + c9 2 p y
Tentukan koefisien sumbangan orbital 2s dengan menggunakan aturan pertama dan keempat:
Aturan 1 : c1 = c4 = c7
Aturan 4 : c12 + c42 + c72 = 1
Sehingga,
1
c1 = c4 = c7 =
3
Koefisien sisanya ditentukan dengan mengaplikasikan ke-empat aturan, Untuk
menyederhanakan dalam perhitungan, simetri dari molekul di perhitungkan (Dalam molekul
BH3
Untuk orbital hibrida diperoleh:
1
ψ ( spa2 ) = 2 s + c2 2 px
3
Dengan menerapkan
( )
2
1
3
+ c22 = 1
2
c2 = ±
3
Dapat dipilih nilai c2 positif agar
1 2
ψ ( spa2 ) = 2s + 2 px
3 3
Perlu diperhatikan bahwa fungsi gelombang ini berkaitan dengan 1/3 dari karakter 2s dan 1/3
orbital 2px dibagi antara ψ ( spb ) dan ψ ( spc ) sehingga c5 = c8
2 2 2 2
Gambar 3.15 menunjukkan bahwa orbital ψ ( spb ) dan ψ ( spc ) yang lainnya adalah equivalen
2 2
terhadap sumbu x dan y, berdasarkan ini koefisien dari 2px dan 2py dapat dihitung berdasarkan
aturan ke empat.
c22 + c52 + c82 = 1
dan dengan
c52 = c82
dan
( )
2
c22 = 2/3
sehingga
c5 = c8 = ± 1 / 6
28
Gambar 3.15 menunjukkan bahwa kedua orbital ψ ( spb ) dan ψ ( spc ) mempunyai arah
2 2
sedemikian rupa sehingga 2px memberi kontribusi sumbu –x, ini karena keduanya memiliki nilai
− 1/ 6 .
Untuk menentukam koefisien c6 dan c9 dari 2py terlihat bahwa orbital 2py akan memberikan
kontribusi yang setara sehingga.
c62 + c92 = 1
Sehingga c6 = ± 1 / 2 dan c9 = ± 1 / 2 . Dengan memilih tanda yang positif agar positive lobe
directed at hydrogen b dan c. sehingga orbital menjadi
1 2
ψ ( spa2 ) = 2s + 2 px
3 3
1 1 1
ψ ( spb2 ) = 2s − 2 px + 2 py
3 6 2
1 1 1
ψ ( spc2 ) = 2s − 2 px − 2 py
3 6 2