Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Spektrum Atom Hidrogen Dan Model Atom Bohr


1. Spektrum Atom Hidrogen
spektrum hidrogen adalah susunan pancaran dari atom hidrogen saat
elektronnya melompat atau bertransisi dari tingkat energi tinggi ke rendah. Susunan
pancaran atom hidrogen dibagi menjadi beberapa rangkaian spektral dengan panjang
gelombang yang dihitung dengan formula Rydberg.Garis-garis Spektra yang diamati
ini terbentuk karena elektron yang bertransisi antara dua tingkat energi yang berbeda
di dalam atomnya. Klasifikasi rangkaian oleh formula Rydberg sangatlah penting
dalam pengembangan mekanika kuantum. rangkaian spektral sangat penting dalam
astronomi untuk mendeteksi keberadaan dari hidrogen dan menghitung pergeseran
merah.
spektrum hidrogen adalah spektrum panjang gelombang yang kontinu yang
tersusun dari sebuah inti dan sebuah elektron hidrogen spektrum pancar merupakan
spektrum kontinu maupun spektrum garis dan radiasi yang dipancarkan oleh zat.
spektrum panjang zat dapat dihasilkan dengan cara memberi energi pada sampel
materi baik dengan energi termal maupun dengan bentuk energi lainnya misalnya
loncatan listrik dengan tegangan tinggi bila zatnya berupa gas.
Jika tabung yang berisi gas atau uap unsur tertentu seperti raksa, natrium, dan
neon dialiri listrik bertegangan tinggi, maka atom-atom unsur tersebut akan
memancarkan gelombang elektromagnetik (cahaya) pada beberapa panjang
gelombang. Cahaya yang dihasilkan oleh atom-atom gas hidrogen dapat dianalisis
dengan menggunakan spektrometer dan diperoleh bahwa spektrum atom hidrogen
berupa spektrum garis (bukan spektrum kontinu).

Gambar Spectrum Garis Atom Hidrogen

Persamaan di atas dikenal sebagai deret Balmer. Dalam hal ini untuk -3, maka
diperoleh panjang gelombang cahaya 656.3 nm, sedangkan untuk n maka diperoleh
panjang gelombang cahaya 364,6 nm. Oleh karena itu, panjang gelombang spektrum
hidrogen terletak pada daerah cahaya tampak, yaitu antara 364.6 nm- 656,3 mm.
Beberapa waktu kemudian, setelah Balmer menemukan rumus empiris untuk
menyatakan panjang gelombang spektrum hidrogen, maka ilmuwan- ilmuwan lainnya
berhasil merumuskan deret yang serupa dengan deret Baimer yaitu Lyman (1906),
Paschen (1908), Bracket (1922), dan Pfund (1924) dengan rumus masing- masing
sebagai berikut.
Pada tahun 1885 J.J Barner menentukan rumus empiris untuk menjelaskan
spektrum atom untuk menjelaskan atom hidrogen tersebut yaitu :

Jika panjang gelombang menurut deret Balmer terletak pada daerah cahaya
tampak (H- cahaya ungu. H-cahaya biru. H,-cahaya hijau biru dan H. cahaya merah),
menurut deret Lyman, panjang gelombang terletak pada daerah ultraviolet. Sementara
itu menurut deret Paschen, Bracket, dan Pfund terletak pada daerah inframerah.

2. Model Atom Bohr

Nies Bohr Model Atom Bohr


Dalam tahun 1913 Niels Bohr dengan menggunakan model atom Rutherford
yang telah menggabungkan antara konsep klasik dan kuantum. Dalam rangka
mengatasi kelemahan model atom Rutherford , maka Bohr mengajukan tiga postulat,
yaitu

1. Elektron-elektron pada atom mengelilingi inti pada lintasan tertentu yang


disebut lintasan stasioner. Pada lintasan inielektron tidak menyerap atau
melepaskan energi dan elektron mempunyai momentum sudut yang
h
besarnyamerupakan kelipatan dari

2. Elektron akan melepaskan energi (berupa foton) jika elektron berpindah dari
tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah (dari
lintasan luar ke lintasan dalam)Elektron akan menyerap energy ketika
berpindah dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energy yang lebih
tinggi (dari lintasan dalam ke lintasan luar).

Berdasarkan postulat Bohr, maka beberapa besaran elektron dalam atom hidrogen
seperti jari-jari orbit, kecepatan elektron mengelilingi inti, dan energi elektron dapat
ditentukanDari postulat pertama Bohr, maka momentum sudut elektron memenuhi
persamaan sebagai berikut:
nh
𝐿 = 𝑚𝑣𝑟 = 2π
Dimana:
L = momentum sudut elektron
m= massa elektron
v = kecepatan elektron
r = jarak elektron keinti bumi
h = konstanta Planck
n = bilangan kuantum utama ( n = 1,2,3…)

kecepatan liner dalam mengelilingi inti atom ditentukan sebagai berikut :


nh
V=
2 π mrn

dengan menyamakan antara persamaan (4-8) dan (4-4)


√ K e2
=
nh
mr 2 π mrո
nh
rn = 4 π 2 mk e 2

−34 1
(6,626 x 10 j. s ¯ )²
rn = n 2
4 ( 3,14 ) ( 9,1 x 10 ¯ kg ) 9 x 10 N m C ¯ ²(1,6 x 10 C) ²
2 31 9 2 −19

rn = n 5,28 x 10
2 -11
m

Untuk n = 1, maka jari – jari lintasan elektron adalah :

Jari-jari lintasan elektron r1 disebut jari-jari lintasan Bohr. Jari-jari lintasan


elektron pada lintasan stasionern adalah;

Dengan cara mensubstitusikan persamaan (4-9) ke persamaan (4-7)


diperoleh rumus energi elektron pada lintasan n,

2 2
En = −k 2ern =−k 2 nr
e
1

9 (1,6 X 10 19 C)²
¿−9 x 1 0 NM C 2 −11
n 2(5,28 x 10 m)
13,6 ev
En = n²

Elektron dapat berpindah ( melakukan transisi ) dari satu orbit ke orbit lainnya. Jika
terjadi transisi elektron dari orbit luar dengan energi lebih besar (Eawal) ke orbit dalam
dengan energi lebih kecil (Eakhir) , maka elektron membebaskan energi foton sebesar.
Meskipun teori atom Bohr dapat menjelaskan fenomena spektrum om hidrogen dan
dapat digunakan untuk menentukan besaran-besaran elektron seperti jari-jari orbit,
kecepatan, dan energi, tetapi teori atom Bohr masih mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu sebagai berikut.
1. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan atom hidrogen, sedangkan atom
berelektron banyak tidak dapat dijelaskan dengan model atom bohr
2. Lintasan elektron sebenarnya tidak sesederhana seperti yang diajuka Bohr
(lintasan lingkaran), tetapi lebih rumit dan mempunyai subkult
3. Teori atom Bohr tidak dapat menjelaskan kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan ikatan kimia dan tidak dapat menjelaskan pengaruh medan magnet
terhadap spektrum atom.
4. Ide bohr tidak dapat menjelaskan efek Zeeman.

Dapus:
https://www.wardayacollege.com/_images/03-kimia2/03-14-kimia-fisik/03-14-04-atom-
hidrogen_modul-min.pdf (diaksen 8 mei 2023,Pukul 14:00 wib)

Indiani, N. (2022). Pemahaman Struktur Atom pada Model Atom Niels Bohr. Research
and Practice of Educational Chemistry, 1(1), 1-5.

Saripudin, A., K, D. R., & Suganda, A. (2009). Praktis Belajar Fisika. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasioanal
Tarmizi. (2016). Fisika Modern . Banda Aceh: Syiah Kuala Universty Pres

Anda mungkin juga menyukai