Anda di halaman 1dari 13

BAB III

KONFIGURASI ELEKTRON

Tujuan pembelajaran:
1) Siswa mampu menjelaskan konfigurasi elektron menurut mekanika kuantum dan
diagram orbital.
2) Siswa mampu menjelaskan prinsip Aufbau, aturan Hund dan larangan Pauli dalam
penulisan konfigurasi elektron.
3) Siswa mampu menuliskan konfigurasi elektron menurut mekanika kuantum dan
diagram orbital.
4) Siswa mampu menentukan bilangan kuantum suatu elektron dalam suatu orbital.

A. Bilangan Kuantum
Bilangan-bilangan kuantum ini disebut bilangan kuantum utama, bilangan
kuantum momentum sudut, dan bilangan kuantum magnetik. Bilangan-bilangan ini
akan digunakan untuk menggambarkan orbital-orbital atom dan menandai elektron-
elektron didalamnya. Bilangan kuantum keempat bilangan kuantum spin,
menggambarkan perilaku elektron tertentu dan gambaran tentang elektron dalam
atom.
Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) bernilai bilangan bulat 1, 2, 3 dst,
menunjukkan tingkat energi orbital. Bilangan kuantum utama berhubungan dengan
jarak rata-rata elektron dari inti dalam orbital tertentu. Semakin besar n, semakin
besar jarak rata-rata elektron dalam orbital tersebut dari inti dan oleh karena itu
semakin besar orbitalnya.
Bilangan Kuantum Momentum Sudut/ Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan bentuk orbital. Nilai l
bergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n). untuk nilai n tertentu, l
mempunyai nilai bilangan bulat dari 0 sampai (n – 1).
n = 1; l = 0
n = 2; l = 0, l = 1
n = 3; l = 0, l = 1, l = 2
n = 4; l = 0, l = 1, l = 2, l = 3

1
Karena bilangan kuantum azimuth (l) ada hubungan dengan bentuk orbital, maka:
Jika l = 0 mempunyai orbital s
l = 1 mempunyai orbital p
l = 2 mempunyai orbital d
l = 3 mempunyai orbital

2
Contoh:
n = 2, maka l = 0, l = 1. Terdiri atas dua subkulit yaitu subkulit 2s dan 2p,
dimana 2 melambangkan nilai n sedangkan s dan p melambangkan nilai l.
sehingga:
n = 2; l = 0 subkulit 2s
l = 1 subkulit 2p

Bilangan Kuantum Magnetik (ml)


Bilangan kuantum magnetik menggambarkan orientasi orbital dalam ruang.
Didalam satu subkulit, nilai ml bergantung pada nilai bilangan kuantum azimuth l.
Untuk nilai l tertentu, ada (2l + 1) nilai bulat ml.
Bila l = 0, maka ml = 0. Bila l = 1 maka terdapat tiga nilai ml yaitu -1, 0, 1.
Bila l = 2 maka terdapat lima nilai ml yaitu -2, -1, 0, 1, 2. Jumlah ml menunjukkan
jumlah orbital dalam subkulit dengan nilai l tertentu.
Jika l = 0; ml = 0; jumlah orbital 1
0

l = 1; ml = -1, 0, 1; jumlah orbital 3


-1 0 1

l = 2; ml = -2,-1, 0,1,2; jumlah orbital 5


-1 -2 0 1 2

Contoh:
n = 2; l = 0 subkulit 2s; ml = 0; jumlah orbital 1
0

l = 1 subkulit 2p; ml = -1, 0, 1; jumlah orbital 3


-1 0 1

maka satu orbital 2s dan tiga orbital 2p, jadi total orbitalnya adalah empat
orbital.

3
Bilangan Kuantum Spin Elektron (ms)
Elektron dalam orbital tak hanya bergerak disekitar inti, tetapi juga berputar
mengelilingi sumbunya. Arah perputaran ada dua yaitu searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam. Bilangan kuantum spin (ms) menyatakan arah
perputaran itu yang nilainya -1/2 dan +1/2. Tingkat energi keduanya adalah sama,
tanda negatif atau positif hanya untuk membedakan yang satu dengan yang lain.
Bilangan kuantum spin (ms) menunjukkan bahwa dalam satu orbital hanya
dapat diisi oleh dua elektron. Jumlah elektron tiap kulit (tingkat) = 2n2 sedangkan
jumlah elektron tiap subkulit adalah:
Orbital s, jumlah elektron ada 2 buah
Orbital p, jumlah elektron ada 6 buah
Orbital d, jumlah elektron ada 10 buah
Orbital f, jumlah elektron ada 14 buah

Contoh:
Subkulit 2p terdapat:
n = 2; karena orbital p maka l = 1; ml = -1, 0, 1
-1 0 1

jumlah orbital 6, jumlah elektronya adalah 6 karena masing-masing


orbital diisi 2 elektron, ms = +1/2 ms = -1/2
Tabel 5.1 Hubungan Antara Bilangan Kuantum dan Orbital Atom
n l ml Jumlah Lambang Orbital
Orbital Atom
1 0 0 1 1s
2 0 0 1 2s
1 -1, 0, 1 3 2px, 2py, 2pz
3 0 0 1 3s
1 -1, 0, 1 3 3px, 3py, 3pz
2 -2, -1, 0, 1, 2 5 3dxy, 3dyz, 3dxz
2 2
3dx2-y , 3dz

4
B. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menyatakan bagaimana elektron tersebar diantara
berbagai orbital atom. Pengisian orbital mengikuti orbital yang disebut prinsip
Aufbau.
Prinsip Pengisian Elektron (Prinsip Aufbau)
Menurut prinsip ini, elektron-elektron dalam atom sedapat mungkin
memiliki energi terendah. Oleh sebab itu, pengisian elektron harus dimulai dari
orbital yang rendah menuju ke yang lebih tinggi tingkat energinya. Untuk pengisian
subkulit dalam atom sebagai berikut:
Gambar 5.1 Urutan pengisian subkulit dalam
atom berelektron banyak. Dimulai dengan orbital
1s dan bergerak kebawah mengikuti arah anak
panah. Jadi urutannya adalah sebagai berikut: 1s <
2s < 3s < 3p < 4s < 3d < …..

Jumlah electron dalam atom sama dengan nomor atomnya (Z).


Contoh: 1H (Z = 1) Konfigurasi elektronnya: 1s1
Menyatakan jumlah elektron
dalam orbital atau subkulit

Menyatakan bilangan Menyatakan bilangan


kuantum n kuantum momentum sudut l

5
Konfigurasi electron juga digambarkan dengan diagram orbital yang
menunjukkan spin elektronnya:
1H : 1s1

1s1

Karena nomor atom H atau jumlah electron H adalah 1, maka tanda panah hanya
satu, yang menunjukkan bilangan kuantum spin sm = +1/2. Tanda panah ke atas
menyatakan salah satu dari dua kemungkinan gerak spin elektronnya. Kotaknya
menyatakan orbital atom.

Prinsip Larangan Pauli


Untuk atom berelektron banyak kita menggunakan prinsip Larangan Pauli
untuk menentukan konfigurasi electron. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada
elektron dalam satu atom yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama.
sama
Bila dua elektron dalam satu atom mempunyai nilai n, l, dan ml yang sama, maka
kedua elektron tersebut harus mempunyai nilai ms yang berbeda.
Dengan kata lain, hanya dua electron yang dapat menempati orbital atom
yang sama, dan kedua electron tersebut harus mempunyai spin yang berlawanan.
Contoh: 2He (Z = 2). Konfigurasi electron: 1s2
Ada tiga kemungkinan untuk menempatkan dua electron dalam orbital 1s.

1s2 1s2 1s2

(a) (b) (c)

Diagram (a) dan (b) tidak dapat diterima oleh prinsip Larangan Pauli. Pada
diagram (a), kedua electron mempunyai spin ke atas dan keduanya akan memiliki
bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +1/2. Pada diagram (b), kedua electron
mempunyai spin kebawah dan keduanya akan memiliki bilangan kuantum n = 1, l =
0, ml = 0, ms = -1/2. Hanya diagram (c) yang dapat diterima karena satu electron
mempunyai bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +1/2 dan satu electron lagi

6
mempunyai bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = -1/2. Jadi atom Helium (He)
mempunyai konfigurasi electron sebagai berikut:
2He: 1s2

1s2

Perhatikan bahwa 1s2 dibaca “1s dua” bukan “1s kuadrat”.

Aturan Hund
Aturan Hund menyatakan bahwa susunan electron yang paling stabil dalam
subkulit adalah susunan dengan jumlah spin parallel terbanyak.
Konfigurasi electron 6C (Z = 6) adalah 1s2 2s2 2p2
1s2 2s2 2px 2py 2pz

Ada tiga cara yang berbeda untuk mendistribusikan dua elektron dalam tiga orbital
p:

2px 2py 2pz 2px 2py 2pz 2px 2py 2pz

(a) (b) (c)

Baik (a) dan (b) spinnya saling meniadakan. Pada (a); kedua elektron berada
pada orbital 2px yang sama, menghasilkan tolakan antar elektron yang lebih besar
dari pada bila dua elektron mengisi dua orbital yang berbeda, misalnya 2px dan 2py.
pada (b); juga lebih membingungkan. Jadi (c) memenuhi kondisi aturan Hund.
Fakta bahwa atom karbon bersifat paramagnetik, dimana masing-masing
mengandung dua elektron takberpasangan, adalah sesuai aturan Hund.
Jadi diagram orbital atom 6C : 1s2 2s2 2p2
1s2 2s2 2p2

Konfigurasi elektron atom 7N (Z= 7) adalah 1s2 2s2 2p3


1s2 2s2 2p3

Sekali lagi aturan Hund menentukan bahwa ketiga elektron 2p mempunyai spin
yang paralel satu sama lain, oleh karena itu atom N bersifat paramagnetik, karena
mengandung tiga elektron takberpasangan.

7
Konfigurasi electron atom 8O (Z = 8) adalah 1s2 2s2
2p4 1s2 2s2 2p4

Atom oksigen bersifat paramagnetik, sebab oksigen mengandung dua electron


takberpasangan.
Konfigurasi electron atom 9F (Z = 9) adalah 1s2 2s2 2p5
1s2 2s2 2p5

Atom fluorin bersifat paramagnetik, dengan satu electron takberpasangan.


Konfigurasi electron atom 10Ne (Z = 10) adalah 1s2 2s2 2p6
1s2 2s2 2p6

Atom Neon bersifat diamagnetik karena semua electron berpasangan.


Tabel 5.2 mencantumkan konfigurasi elektron unsur-unsur dalam keadaan
dasar H (Z= 1) sampai Mt (Z = 109). Konfiurasi elektron semua unsur, kecuali
Hidrogen dan Helium dinyatakan dengan inti gas mulia yang menunjukkan dalam
tanda kurung unsur gas mulia terdekat sebelum unsur yang dimaksud, diikuti
dengan lambang subkulit-subkulit terisi yang paling tinggi energinya dalam kulit
terluar.
Konfigurasi elektron 19K (Z = 19) adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 atau
disingkat dengan [Ar] 4s1. Unsur-unsur dari scandium (Z = 21) sampai tembaga (Z
= 29) adalah logam-logam transisi. Logam transisi mempunyai subkulit 3d yang
tidak terisi penuh atau dengan mudah menghasilkan kation dengan subkulit d yang
tidak terisi penuh.
Konfigurasi electron 24Cr (Z = 24) adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 ,
konfigurasi seperti ini belum stabil karena subkulit 3d4 belum terisi setengan penuh,
sehingga konfigurasi electron atom 24Cr yang lebih stabil adalah:
24Cr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
Setengah penuh
Setengah penuh

4s1 3d5
Menurut aturan Hund, diagram orbital untuk atom Cr adalah:
24Cr: [Ar] 4s1 3d5 atom Cr mempunyai 6 elektron
tak berpasangan. 4s1 3d5

8
Tabel 5.2 Konfigurasi Elektron

Konfigurasi electron 29Cu (Z= 29): 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9, konfigurasi
ini belum stabil, sehingga konfigurasi electron yang lebih stabil adalah:
29Cu: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10 atau [Ar] 4s1 3d10
4s1 3d10

9
Gambar 5.2 mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan jenis subkulit yang
ditempati elektron terluarnya.

Gambar 5.2 Klasifikasi golongan unsur-unsur dalam tabel periodik menurut jenis
subkulit terluar yang terisi dengan elektron

Latihan:
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Bilangan yang menyatakan pada tingkat energi mana suatu elektron terdapat
adalah . . . . .

A. Bilangan kuantum

B. Bilangan kuantum utama

C. Bilangan kuantum azimuth

D. Bilangan kuantum magnetik

E. Bilangan kuantum spin

2. Bilangan kuantum azimuth (l) yang masih dimungkinkan untuk l = 4 adalah . . . .

A. 1, 2, 3

B. 0, 1, 2, 3

C. 1, 2, 3, 4,

10
D. 0, 1, 2, 3, 4

E. Tidak bergantung pada harga n

3. Bilangan kuantum magnetik (m) = -3 dimiliki oleh elktron dari atom yang memiliki
kulit elektron minimal sebanyak. . . .

A. 2

B. 3

C. 4

D. 5

D. 6

E. 7

4. Diantara harga keempat bilangan kuantum di bawah ini yang mungkin untuk pengisian
elektron pada orbital 3p adalah . . . . .

A. n = 3, l = 2, m = -1, s = +1/2

B. n = 3, l = 1, m = -1, s = +1/2

C. n = 3, l = 2, m = +1, s = +1/2

D. n = 3, l = 2, m = 0, s = +1/2

E. n = 3, l = 2, m = +2, s = +1/2

5. Nilai keempat bilangan kuantum elektron terakhir dari Zn (30) adalah…..

A. n = 3, l = 2, m = +2, s = +1/2

B. n = 3, l = 2, m = +2, s = -1/2

C. n = 3, l = 2, m = -2, s = -1/2

D. n = 3, l = 1, m = +1, s = -1/2

E. n = 3, l = 1, m = -1, s = +1/2
6. Susunan elektron pada kulit K, L, M, N untuk kalsium yang memiliki nomor atom 20
adalah ….

A. 2, 8, 10

B. 2, 8, 9, 1
11
C. 2, 8, 8, 2

D. 2, 0, 6, 2

E. 2, 8, 20

7. Konfigurasi elektron dari unsur P dengan nomor atom 15 adalah ….

A. 2, 8, 8

B. 2, 8, 7

C. 2, 8, 6

D. 2, 8, 5

E. 2, 8, 4

8. Konfigurasi elektron unsur di samping adalah ….


A. 1s  2s
1 2

B. 1s2 2s1

C. 1s1 2s1 3s1

D. 1s1 2s1 3p1

E. 1s1 1p1 2s1

9. Diagram orbital 2 buah unsur sebagai berikut:

Nomor atom unsur X adalah ….

A. 6

12
B. 16

C. 17

D. 24

E. 25

10. suatu unsur terletak pada golongan VI A perioda 3 dalam sistem periodik. Konfigurasi
elektron adri atom unsur tersebut adalah ….

A. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p2

B. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3

C. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4

D. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5

E. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

B. Jawablah soal-soal dibawah ini!

1. Berikan nilai-nilai n, l, dan ml untuk orbital-orbital pada subkulit 4d!


2. Berapakah jumlah total orbital yang terkait dengan bilangan kuantum n = 3?
3. Elektron dalam atom tertentu berada pada tingkat kuantum n = 2.sebutkan
semua nilai l dan ml electron tersebut!

4. Tulislah konfigurasi electron dari 23V, 28Ni, 33As, 30Zn!

5. Tulislah konfigurasi 12Mg, 12Mg2+, 26Fe, 26Fe3+!

Daftar Pustaka
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

13

Anda mungkin juga menyukai