Anda di halaman 1dari 9

𝐸𝜓(𝑥) = 𝐻𝜓(𝑥) + 𝑈𝜓(𝑥)

1
𝑚𝑠 = ±
2
𝐻 = 𝑝2 ⁄2𝑚

𝑈𝜓(𝑥) = 0

0≤𝑥≤𝐿

𝑈𝜓(𝑥) = ∝

ħ2 𝑑2
𝐻𝜓(𝑥) = −
2𝑚 𝑑𝑥 2
ħ2 𝑑 2
− 𝜓(𝑥) = 𝐸𝜓(𝑥)
2𝑚 𝑑𝑥 2
𝜓(𝑥) = 𝐴 sin 𝑘𝑥 + 𝐵 cos 𝑘𝑥

𝜓(0) = 𝐴 sin 𝑘0 + 𝐵 cos 𝑘0 = 0

𝜓(𝑥) = 𝐴 sin 𝑘𝑥

ħ2 𝑑2
− 𝐴 sin 𝑘𝑥 − 𝐸 𝐴 sin 𝑘𝑥 = 0
2𝑚 𝑑𝑥 2
ħ2
− − (𝑘 2 ) 𝐴 sin 𝑘𝑥 = 𝐸 𝐴 sin 𝑘𝑥
2𝑚
ħ2 𝑛𝜋 2
𝐸= ( )
2𝑚 𝐿
𝑁
𝑛=
2
ħ2 𝑁𝜋 2
𝐸= ( )
2𝑚 2𝐿

𝜓(𝑥 = 𝐿) = 𝐴 sin 𝑘𝐿 = 0
𝑛𝜋
𝑘=
𝐿
2𝜋 𝑛𝜋
=
𝜆 𝐿
𝑛𝜆
𝐿=
2
For ppt

Telah diketahui banyak sifat fisik yang dimiliki dari logam tidak hanya logam
sederhana, namun juga berkaitan dengan model elektron bebas. Menurut model ini,
electron valensi dari suatu unsur atom menjadi elektron konduksi dan bergerak bebas
pada keseluruhan volume logam. Bahkan ketika logam memiliki model elektron bebas,
distribusi pengisian elektron konduksi menggambarkan kekuatan potensial
elektrostatik dari inti ion. Kegunaan dari model elektron bebas pada dasarnya
merupakan sifat yang bergantung pada sifat kinetik dari elektron konduksi. Interaksi
dari elektron konduksi dengan kisi ion akan dibahas pada bab selanjutnya.

Logam yang paling seberhana adalah logam alkali, misalnya litium, sodium,
potassium, cesium dan rubidium. Pada atom bebas elektron valensi dari sodium adalah
3s. Pada logam, elektron ini menjadi elektron konduksi dalam pita konduksi 3s.

Kristal tunggal yang terdiri dari N atom akan memiliki N elektron konduksi dan
N inti ion positif. Inti ion Na+ teridiri dari 10 elektron yang menempati kulit 1s, 2s dan
2p pada ion bebas dengan distribusi ruang yang pada dasarnya sama ketika logam
dalam ion bebas. Inti ion menempati hanya 15% volume kristal sodium, seperti pada
gambar dibawah. Jari-jari ion bebas Na+ adalah 0.98 Å, sedangkan jarak tetangga
terdekat logam adalah 1.83 Å.
Referensi 1

 Elektron-elektron bebas yg bergerak akibat pengaruh medan listrik luar ξ akan


mengalami tumbukan acak dengan ion positif dari kisi kristal logam dalam frekuensi
tinggi sepanjang jalan.
 Akibatnya, kecepatan gerak elektron mempunyai harga rata-rata konstan.
 Karena proses tumbukan tersebut bersifat acak, dan keadaan elektron sebelum dan
sesudah tumbukan bersifat bebas satu dengan yang lainnya, maka proses gerak
elektron secara rata-rata dapat ditinjau dalam kurun waktu antara dua tumbukan
yang berturut-turut.
 Andaikan selang waktu rata-rata antara dua tumbukan adalah t, maka percepatan
yang dialami elektron dalam selang waktu itu secara rata-rata dapat dihubungkan
dengan kecepatan rata-rata yang dicapai pada akhir selang waktu t:
1
𝑣𝑛 = 𝑎𝑡
2
dimana 𝑣𝑛 = 0 jika 𝑡 = 0, yaitu pada akhir tumbukan sebelumnya. Tetapi percepatan
𝑎 ditentukan oleh ξ menurut persamaan
𝐹 −𝑒ξ
𝑎= =
𝑚𝑒 𝑚𝑒
Jadi
−𝑒ξ𝑡
𝑣𝑛 =
2𝑚𝑒
Dengan demikian rapat arus yang terjadi
𝑛𝑒 2 𝑡
𝑗 = −𝑒𝑛𝑣𝑛 = − ξ
2𝑚𝑒
Konduktivitas dan Mobilitas
𝑛𝑒 2 𝑡
𝜎=
2𝑚𝑒
𝑒𝑡
𝜇=
2𝑚𝑒
Dengan 𝜏 = 𝑡⁄2 sebagai waktu relaksasi proses tumbukan, maka diperoleh rumus
Drude Lorentz
𝑛𝑒 2 𝜏
𝜎=
𝑚𝑒
𝑒𝜏
𝜇=
𝑚𝑒

Berdasarkan rumus-rumus diatas karena 𝑛 , 𝑚𝑒 dan 𝑒 adalah besaran-besaran


konstan, maka 𝜎 hanya bergantung pada 𝜏.

Jika 𝑙 adalah jarak rata-rata antar dua ion yang saling berdampingan dan 𝑣𝑡ℎ𝑛
adalah kecepatan termal elekton, maka 𝜏 dianggap kurang lebih sebangding dengan
𝑙⁄ 3𝑘𝐵 𝑇
𝑣𝑡ℎ𝑛 dimana menurut model gas elektron bebas 𝑣𝑡ℎ𝑛 = √ 𝑚2
Sehingga berarti 𝜎 ≈ 1/√𝑇 dan 𝜏 ≈ 1/√𝑇 atau konduktivitas akan menurun jika
temperaturnua menurun
Ramalan model ini sesuai dgn hasil eksperimen, terutama untuk temperatur yg tidak
terlalu rendah terhadap suhu kamar. Pada suhu yang lebih rendah ternyata 𝜎 ≈ 1/𝑇
(model ini gagal untuk suhu yang sangat rendah)
Referensi 2

Metal : memiliki konduktivitas yang baik

Pada tahun 1900, Drude mengusulkan bahwa konduktivitas listrik tinggi pada metal
dapat dijelaskan sebagai kontribusi electron valensi yang dianggap dapat bergerak
bebas dalam metal, seperti halnya molekul gas bergerak bebas dalam suatu wadah.
Gagasan Drude ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lorentz.

Elektron dapat bergerak bebas dalam Kristal metal pada potensial internal yang
konstan. Ada dinding potensial pada permukaan metal, yang menyebabkan electron
tidak dapat meninggalkan metal.

Semua electron bebas berperilaku seperti molekul gas (mengikuti statistic Mazwell-
Boltzmann), electron ini memiliki distribusi energy yang kontinu.

Gerakan electron hanya dibatasi oleh tabrakan dengan ion-ion metal.

Medan listrik 𝐸 memberikan gaya dan percepatan pada electron sebesar


𝐹𝑒 = 𝑒𝐸
𝑒𝐸
𝑎=
𝑚𝑒

Integrasi 𝑎 terhadap waktu memberikan kecepatan electron yang disebut kecepatan


drift
𝑒𝐸𝑡
𝑣𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 =
𝑚𝑒

Kecepatan drift ini berubaj dari 0 sampai 𝑣𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 maksimum, yaitu kecepatan sesaat
sebelum tabrakan dengan ion metal.

Kecepatan drift rata-rata dapat didekati dengan

𝑣𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 𝑒𝐸𝑡
𝑣̅𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 = =
2 2𝑚𝑒

Jika jalan bebas rata-rata electron adalah L maka waktu rata-rata antara tabrakan
dengan tabrakan berikutnya adalah

𝐿 𝐿
𝑡̅ = 𝜇+𝑣̅ dimana 𝜇 adalah kecepatan termal dan 𝑣̅𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 ≪ 𝜇 sehingga 𝑡̅ ≈ 𝜇
𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡

Sehingga diketahui
𝑒𝐸𝑡 𝑒𝐸 𝐿
𝑣̅𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 = =
2𝑚𝑒 2𝑚𝑒 𝜇

Untuk kerapatan arus


𝑛𝑒 2 𝐸 𝐿 𝐸
𝑗 = 𝑛𝑒𝑣̅𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 = =
2𝑚𝑒 𝜇 𝜌

2𝑚𝑒 𝜇
𝜌=
𝑛𝑒 2 𝐿
Referensi 3

Teori Klasik Drude-Lorentz

Pada tahun 1900 Drude berpostulat bahwa logam terdiri atas pusat-pusat
(cores) ion positif dengan elektron valensi yang bebas bergerak di antara pusat-pusat
ion tersebut. Elektron-elektron valensi tersebut dibatasi untuk bergerak di dalam logam
akibat adanya gaya tarik elektrostatis antara pusat-pusat ion positif dengan elektron-
elektron valensi tersebut. Medan listrik di seluruh bagian dalam logam ini dianggap
konstan, dan gaya tolak antara elektron-elektron tersebut diabaikan. Tingkah laku
elektron-elektron yang bergerak di dalam logam dianggap sama dengan tingkah laku
atom atau molekul di dalam gas mulia. Karena itu, elektron-elektron ini juga dianggap
bebas dan sering disebut gas elektron bebas. Dan teori yang membahas gas elektron
bebas ini sering disebut model gas elektron bebas. Namun demikian, sesungguhnya gas
elektron bebas adalah dalam beberapa hal berbeda dengan gas biasa. Perbedaan
pertama adalah bahwa gas elektron bebas adalah bermuatan negatif, sedangkan
molekul-molekul dari gas biasa adalah netral. Kedua, konsentrasi elektron bebas dalam
gas elektron bebas adalah jauh lebih besar dari pada konsentrasi molekul dalam gas
biasa.

Elektron valensi sering juga disebut sebagai elektron konduksi dan juga
mematuhi prinsip Pauli. Elektron-elektron ini bertanggung jawab atas hantaran arus
listrik di dalam logam. Karena elektron-elektron konduksi bergerak di dalam medan
elektrostatis serbasama (uniform) yang ditimbulkan oleh pusat-pusat ion, maka energi
potensial mereka tetap konstan dan sering dianggap sama dengan nol. Artinya
keberadaan pusat-pusat ion diabaikan. Dengan demikian, energi elektron konduksi
sama dengan energi kinetiknya saja. Dan juga karena gerakan electron konduksi
dibatasi hanya di dalam logam, maka energi potensial sebuah elektron di dalam logam
lebih kecil dari pada energi potensial sebuah elektron yang berada tepat diluar
permukaan logam. Perbedaan energi potensial ini berfungsi sebagai penghalang dan
menyebabkan elektron-elektron di dalam logam tidak dapat keluar meninggalkan
permukaan logam tersebut. Oleh karena itu, dalam model gas elektron bebas, gerakan
dari elektron-elektron bebas di dalam sebuah logam adalah sama dengan gerakan
sebuah gas elektron bebas di dalam sebuah kotak energi potensial. Elekton konduksi
yang kita bicarakan sekarang ini adalah elektron konduksi di dalam logam yang belum
diberi sumber tegangan (beda potensial).

Dengan mengacu pada postulat Drude, yaitu gas elektron bebas bertingkah
seperti gas mulia, pada tahun 1909 H. A. Lorentz berpostulat bahwa elektron-elektron
yang menyusun gas elektron bebas dalam keadaan ekuilibirum mematuhi statistika
Maxwell-Boltzmann. Kedua postulat ini sering dipadukan dan sering disebut Teori
Drude-Lorentz. Dan karena teori ini didasarkan pada statistika klasik Maxwell-
Boltzmann, teori ini pun disebut Teori Klasik. Meskipun tori ini bersifat klasik, namun
teori ini telah berhasil digunakan untuk menjelaskan beberapa sifat logam. Sebagai
contoh, teori ini berhasil membuktikan keabsahan hukum Ohm. Di samping itu, karena
elektron bebas dapat dengan mudah bergerak di dalam logam, beberapa logam
menunjukkan adanya konduktivitas listrik dan konduktivitas panas yang tinggi. Namun
demikian, ratio antara konduktivitas listrik () terhadap konduktivitas panas () adalah
selalu konstan, yaitu:
𝜎
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝜅
(persamaan hukum Wiedemann-Franz )

Di samping keberhasilan-keberhasilan tersebut di atas, teori ini menemui


beberapa kegagalan. Diantaranya adalah bahwa teori ini gagal menjelaskan
ketergantungan resistivitas terhadap temperatur. Menurut teori ini, resistivitas listrik
merupakan fungsi akar kuadrat dari temperatur √𝑇 . Padahal sesungguhnya, resistivitas
listrik merupakan fungsi linier dari temperatur. Kegagalan lainnya adalah tentang
kapasistas panas electron konduksi dan suseptibilitas paramagentik elektron konduksi.
Teori ini gagal menjelaskan kapasitas panas elektron konduksi dan suseptibilitas
paramagentik elektron konduksi. Kapasitas panas dan suseptibilitas paramagnetik yang
dihitung oleh teori ini adalah lebih besar dari pada nilai-nilai yang diamati secara
eksperimen.

Teori Kuantum Sommerfeld

Sommerfeld memperlakukan elektron valensi (elektron konduksi) yang bebas


bergerak itu secara kuantum mekanik, yaitu dengan cara menggunakan statistika
kuantum Fermi-Dirac, dan bukannya statistika klasik Maxwell-Boltzmann. Karena itu,
tingkat-tingkat elektron di dalam kotak energi potensial ditentukan dengan
menggunakan statistika kuantum.

Misalkan Sebuah elektron yang bermassa m bebas bergerak di dalam kristal satu
dimensi yang panjangnya L. Elektron tersebut tidak dapat meninggalkan kristal akibat
adanya potensial penghalang yang sangat tinggi pada permukaan kristal. Dengan
demikian, masalahnya menjadi sama dengan sebuah elektron yang bergerak di dalam
kotak energi potensial satu dimensi yang biasa digambarkan oleh sebuah garis yang
dibatasi oleh energi potensial penghalang yang tingginya tak hingga, seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Energi potensial di dalam kotak kita misalkan sama dengan
nol sehingga memiliki V(x) sebagai berikut φψ

Anda mungkin juga menyukai