Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA MODERN

SPEKTRUM ATOM

Nama : Muhammad Maulidan


NIM : 1900014043
Prodi/Kelas : Fisika / A

LABORATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
SPEKTRUM ATOM

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan tingkatan energi dan aras pada atom tertentu (Helium, Natrium
dan Hidrogen) dengan mengamati spektrum cahaya yang dipancarkan oleh
masing – masing atom

B. Alat dan Bahan


1. Laptop yang telah terinstal aplikasi Logger Pro
2. Fiber optik yang sudah tersambung pada spektrum tube power supply
3. Spektropis Logger Pro
4. 3 buah lampu yaitu Argon, Neon dan Helium

C. Prosedur Percobaan
1. Membuka aplikasi Logger Pro pada laptop
2. Memasukkan salah satu lampu pada spektrum tube power supply
3. Menghidupkan lampu tersebut
4. Pada aplikasi Logger Pro, kita mengganti absorbance menjadi intensity dan
jangan lupa untuk klik collect
5. Setelah itu, mengamati spektrum yang ada di layar laptop dan grafiknya disimpan.
Selanjutnya mencatat puncak-puncak gelombang dari spektrum yang muncul pada
laptop.
6. Kemudian catat hasilnya di lembar praktikum
7. Ulangi langkah 3-7 untuk lampu yang lainnya

D. Dasar Teori
Studi tentang spektra cahaya yang dipancarkan dari pembakaran dan lucutan listrik pada gas
telah menunjukan karakteristik spektra atom dari unsur kimia, hal ini telah diketahui pada
pertengahan abad ke-19. Pada masa awal abad ke-20, studi terhadap struktur dalam suatu
atom telah berkembang dan menjelaskan mekanisme dari karakteristik spektra atom. Bila
logam atau senyawanya dipanaskan di pembakar, warna khas logam akan muncul. Ini
yang dikenal dengan reaksi nyala. Bila warna ini dipisahkan dengan prisma, beberapa
garis spektra akan muncul, dan panjang gelombang setiap garis khas untuk logam yang
digunakan. Misalnya, garis kuning natrium berkaitan dengan dua garis kuning dalam
spektrumnya dalam daerah sinar tampak, dan panjang gelombang kedua garis ini adalah
5,890 x 10-7 m dan 5,896 x 10-7 m. Bila gas ada dalam tabung vakum, dan diberi beda
potensial tinggi, gas akan terlucuti dan memancarkan cahaya. Pemisahan cahaya yang
dihasilkan dengan prisma akan menghasilkan garis spektra garis kontinyu. Karena panjang
gelombang cahaya khas bagi atom, spektrum ini disebut dengan spektrumatom.

Radiasi elektromagnetik dalam vakum, merambat dengan kecepatan


konstan (c), sebesar 3 x 108 ms-1 dengan intensitas gelombang sebagai kuadrat
amplitudonya, dengan persamaan sebagai berikut :

𝜆 .𝑈 = 𝑐 (1)

dengan frekuensi (U) dalam Hertz (Hz).

Setiap zat jika dipanaskan atau dieksitasi dengan listrik dapat memberikan
spekttrum khas dengan memancarkan energi radiasi. Spektrum yang diperoleh
dengan cara ini disebut spektrum emisi. Suatu benda yang panas keputihan seperti
matahari atau lampu pijar memancarkan cahaya dari semua warna yang
menghasilkan spektrum kontinu. Atom dalam keadaan eksitasi memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu menghasilkan spektrum garis. Garis
spektrum menunjukan sifat khas atom itu dan menunjukan sifat khas unsur itu juga.

Bila radiasi elektromagnetik yang kontinu misalnya cahaya putih melalui


suatu zat akan diabsorpsi, dan radiasi dari panjang gelombang tertentu
menghasilkan spektrum absorpsi. Suatu spektrum absorpsi dapat diperoleh bila
radiasi kontinu melalui uap atom. Dari berkas sinar yang diteruskan menunjukan
bahwa ada panjang gelombang tertentu yang diserap ketika elektron dieksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum absorpsi terlihat sebagai garis hitam
dibalik warna spektrum sinar tampak. Garis dalam spektrum absorpsi tepat
berhimpit dengan spektrum dalam emisi untuk unsur yang sama. Jumlah garis
spektrum absorpsi lebih sedikit dari jumlah garis spektrum emisi sehingga mudah
diidentifikasi.
Spektrum Garis Atomik
Jika sebuah gas diletakkan didalam tabung kemudian arus listrik dialirkan
ke dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh
setiap gas berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas-gas tersebut. Cahaya
dipancarkan dalam bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu.
Kenyataan bahwa gas memancarkan cahaya dalam spektrum garis diyakini
berkaitan erat dengan struktur atom. Dengan demikian. spektrum garis atomik dapat
digunakan untuk menguji kebenaran dari sebuah model atom.

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang


gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling
sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis. Seorang guru matematika
Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk hidrogen, selanjutnya deret tersebut
disebut deret Balmer. Beberapa orang yang lain menemukan deret-deret yang lain
selain deret Balmer sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket,

dan Pfund. Pola deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu
persamaan. Persamaan ini disebut deret spektrum hidrogen.

1 1
1 = 𝑅 ( − ) (2)
𝜆 𝑚2 𝑛2

dimana R adalah kontanta Rydberg yang nilainya 1,097 x 107 m-1.

Spektrum Atom Hidrogen


Atom hidrogen dengan hanya satu elektron tentulah mempunyai spektrum
paling sederhana; karenanya harus dipelajari terlebih dahulu untuk memperoleh
pemahaman struktur suatu atom. Spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam
keadaan gas, yang dapat diperoleh dengan membuat gas hidrogen dalam keadaan
tereksitasi oleh pengaruh listrik, ternyata terdiri dari sejumlah deret (seri) garis-
garis spektrum dalam daerah inframerah, visible (tampak) dan daerah near
ultraviolet (ultraviolet dekat). Garis-garis spektrum ini untuk setiap deret (yang
diberi nama sesuai dengan penemunya) mengumpul secara teratur atau jaraknya
makin mendekat satu sama lain dan akhirnya kelihatan semakin melemah ke arah
menurunnya panjang geombang, λ, atau ke arah naiknya bilangan gelombang, ν ,
λ / nm: seperti ditunjukkan oleh pola spektrum Gambar 1. Proses pembentukan
atom-atom bebas dalam keadaan gas biasanya melibatkan pemecahan padatan-
padatan atau molekul-molekul gas oleh karena energi panas atau listrik
sedemikian sehingga atom-atom bebas yang dihasilkan beradadalam keadaan
tereksitasi yang akan kehilangan enegi oleh peristiwa radiasi energi.

Selanjutnya diasumsikan bahwa:

(1). Energi elektron dalam atom hidrogen bersifat terkuantisasi, artinya


elektron beradadalam tingkat-tingkat energi diskrit yang merupakan kelipatan
bilanganbilangan bulat integral 1.

(2). Munculnya garis-garis spektrum yang teramati pada spektrum atom


hidrogen adalah sebagai akibat terjadinya transisi elektronik antara dua tingkatan
energi. Oleh karena spektrum garis ini adalah spektrum emisi, maka: ΔE =
E(tinggi) – E(rendah) ; dengan kata lain transisi elektronik emisi menunjuk pada
terjadinya transisi elektron dari tingkat energi lebih tinggi (atom dalam keadaan
tereksitasi) ke tingkat energi yang lebih rendah (atom dalam keadaan ground
state)(Pranjoto, 2008).

Atom hydrogen dalam atmosfer dapat menyerap radiasi kontinu yang


dipancarkan matahari. Gambar spektrum absorpsi atom hydrogen diperoleh dengan
cara memtoret sinar matahari yang melalui prisma. Balmer (1895) menunjukan
bahwa garis spektrum hydrogen terdapat di daerah sinar tampak dengan panjang
gelombang λ = 6562,8 4861,3 4340,5 4101,7….Å
Tabel 1 Deret garis spektra pada atom hidrogen
Panjang gelombang Panjang gelombang
Deret m n
untuk n=m+1 untuk n=n→∞
Lyman 1 2,3,4,.... 121.6 91.8
Balmer 2 3,4,5,.... 656.5 364.7
Paschen 3 4,5,6,.... 1876 820.6
Brackett 4 5,6,7,.... 4052 1459
Pfund 5 6,7,8,.... 7460 2279

Rumus Rydberg mempunyai peranan yang sangat penting berdasarkan teori


kuantum yang diperkenalkan oleh Planck dan Einsten. Hakekat dari proses absorpsi
atau emisi cahaya (gelombang elektromagnetik) adalah sebuah proses yang
memberikan atau menerima foton hv. Dimana hukum kekelan energi selalu harus
dipenuhi. Dengan mengalikan di kedua sisi pada persamaan Rydberg dengan hc dan
dengan menggunakan hubungan c = vλ, energi foton hv yang terlibat pada saat
penyerapan dan pemancaran cahaya dapat dinyatakan sebagai perbedaan antara dua
suku berikut

𝑅ℎ𝑐 𝑅ℎ𝑐 (3)


ℎ𝑣 = 𝑚2
− 𝑛2

Dalam hubungannya dengan interpretasi efek fotolistrik yaitu bahwa


keseimbangan energi dari sebuah elektron adalah sama dengan hv, setiap suku baik
di kiri maupun di kanan pada persamaan (2.1) berkaitan dengan energi dari keadaan
elektron sebelum atau sesudah proses penyerapan atau pemancaran cahaya.
Dikarenakan energi sebuah elektron yang ditangkap dalam material adalah
negative, sebuah rumus untuk tingkat energi dari sebuah elektron dalam atom
hydrogen dapat diperoleh sebagai berikut

𝑅ℎ𝑐
𝐸𝑛 = − 𝑛2
(4)
dengan n adalah bilangan bulat positif 1,2,3,…. Dengan menggunakan persamaan ini
untuk tingkat-tingkat energi, persamaan (1.1) dapat diperluas dalam bentuk sebagai
berikut dengan asumsi bahwa En > Em.

ℎ𝑣 = 𝐸𝑛 − 𝐸𝑚 (5)

𝐸𝑚 + ℎ𝑣 = 𝐸𝑛 (6)

Pada saat penyerapan cahaya sebuah elektron akan terangkat dari tingkat energi
yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan pada saat pelepasan cahaya
sebuah elektron akan turun dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang
lebih rendah. Persamaan (2.3) akan menjadi persamaan berikut untuk frekuensi v.
𝐸𝑛−𝐸m. (7)
𝑣=

Persamaan ini pertama kali diusulkan oleh N.H.D. Bohr pada tahun 1913 dan
disebut sebagai kondisi frekuensi Bohr. Tingkat keadaan elektron pada n = 1 adalah
tingkat energi terendah dan disebut sebagai keadaan dasar. Tingkat yang lebih tinggi n ≥
2 disebut sebagai keadaan tereksitasi.

𝑊ℎ = 𝐸∞ − 𝐸1 = 0 − (−𝑅ℎ𝑐) = 𝑅ℎ𝑐 (8)

Dalam tingkat n→∞ energi elektron menjadi 0, dan elektron dilepaskan dari gaya
Tarik menarik oleh inti. Hal ini berkaitan dengan keadaan ionic (keadaan terionisasi)
dimana sebuah proton dan sebuah elektron pada atom dipisahkan pada jarak tak
berhingga. Karenanya pula keadaan terionisasi dari sebuah atom hydrogen WH diberikan
oleh persamaan (2.8) (Toifur dkk, 2020).

Besar energi atom Helium pada keadaan dasar dan pada keadaan tereksitasi
dengan mengabaikan interaksi antar elektron berturut-turut adalah -108,8 eV dan -
68 eV. Kemudian dengan mengikutsertakan interaksi antar elektron dalam atom Helium
dimana besar koreksinya pada keadaan dasar adalah 34 eV sedangkan pada keadaan
tereksitasi besar koreksinya adalah (5,709 ± 4,776) eV, tanda plus digunakan untuk
fungsi gelombang spasi-simetris yang kemudian menghasilkan energi atom parahelium
yang biasanya konfigurasinya dilambangkan sebagai n2S+1L (pada keadaan dasar 10S
dan pada keadaan tereksitasi 20S atau 20P) sedangkan tanda negatif digunakan untuk
fungsi gelombang spasiasimetris yang menghasilkan energi untuk atom orthohelium
(pada keadaan dasar 13S dan pada keadaan tereksitasi 23S atau 23P) (Hanafi dkk, 2016).
Suatu metoda baru telah dikembangkan untuk penentuan temperature elektronik
dari plasma non termik nitrogen dengan menggunakan spektroskopi emisi. Metoda ini
telah dipakai untuk plasma nontermik nitrogen yang diproduksi dalam lucutan pijar
korona densitas tinggi. Dengan mengasumsikan bahwa fungsi distribusi energi dari
elektron adalah distribusi maxwellian dan penggunaan data
tampang lintang efektif dari sistem positif kedua, 2s+, dari N2 dan sistem negative
pertama, 1s– dari N2+, hubungan antara energi rerata elektron dengan perbandingan
intensitas 1s– dan intensitas 2s+dapat diselesaikan secara teoretik. Spektrum emisi dari
molekul nitrogen tereksitasi, dari N2 dan molekul terionisasi, dari N2+, secara eksperimen
diperoleh dari spektroskopi emisi. Melalui identifikasi dan analisa spektrum-spektrum
tersebut,perbandingan intensitas 1s– danintensitas 2s+ diperoleh secara eksperimen.
Metoda initelah diterapkan untuk menentukan energi rerata elektron atau temperatur
elektronik dari plasma non termik nitrogen dalam lucutan
pijar korona dengan densitas dari 2,4 x 1020 cm-3 sampai 9,2 x 1020 cm-3 (Nur dkk, 2010).

Dalam percobaan Franck-Hertz bertujuan untuk mempelajari tingkat energi diskrit


dalam atom dan tingkat energi eksitasi pada atom. Eksperimen ini dilaksanakan dengan
set alat yang tersedia. Cara kerja eksperimen ini saat elektron dipanaskan maka elektron
akan meninggalkan semua elektron kemudian dipercepat menuju kisi oleh beda potensial
yang telat diatur. Atom memancarkan radiasi karena atom tereksitasi ke tingkat energi
diatas tingkat energi dasar. Pada saat terjadi tumbukan, sebagian dari energi kinetic
partikel diserap atom. Atom yang tereksitasi akan kembali ke tingkat dasar dan
mengeluarkan satu foton atau lebih.
Elektron pada system atom yang tereksitasi kembali ke tingkat dasar dengan
memancarkan foton yang menurut Bohr berada pada frekuensi-frekuensi disktrit. Karena
itu diharapkan transfer elektron pada system atom, dengan berbagai mekanisme, akan
selalu dalam kuantitas diskrit dan berhubungan dengan spektrum pada sistem atom
melalui persamaan

∆𝐸 = ℎ𝑣 (9)

dimana ℎ adalah konstanta planck yang besarnya 6,626 x 10-34 Js atau 4,134 x10-15
eVs. dan 𝑣 adalah frekuensi radiasi foton.

Atom atau molekul pada gas bertekanan rendah berjarak rata-rata cukup jauh
sehingga interaksi hanya terjadi pada saat tumbukan yang kadang-kadang terjadi. Dalam
keadaan ini, dapat kita harapkan bahwa radiasi yang dipancarkan merupakan
karakteristik dari atom atau molekul secara individual yang terdapat disitu. Harapan ini
ternyata terbukti secara eksperimental. Jika gas atomic atau uap atomic yang bertekanan
rendah dibawah tekanan atmosfir dieksitasikan, biasanya degan memberikan arus listrik,
radiasi yang dipancarkan mempunyai spektrum yang berisi hanya panjang gelombang
tertentu saja yang dapat teramati (Johan, 2008).
E. Data Percobaan
h = 6,626 x 10-34 Js
c = 3 x 108 m/s
R= 2,2 x 10-18 J/atom

Panjang Gelombang
No Bahan Warna Cahaya (nm)
Merah 758,6
1 Argon Merah 763,2
Merah 743,1
Kuning 584.9
2 Neon Kuning 613.4
Jingga 638.7
Kuning 587.3
3 Helium Merah 667.2
Merah 706.0

F. Analisis Data dan Pembahasan

Energi yang dipancarkan oleh sumber cahaya dihitung dengan persamaan berikut :
1. Argon
a. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.620 × 10−19 Joule
𝜆 7.586 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.620 × 10
= = 0.1191
𝑅 2.2 × 10−18
b. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.605 × 10−19 Joule
𝜆 7.632 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.605 × 10
= = 0.1184
𝑅 2.2 × 10−18
c. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.675 × 10−19 Joule
𝜆 7.431 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.675 × 10
= = 0.216
𝑅 2.2 × 10−18
2. Neon
a. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.399 × 10−19 Joule
𝜆 5.849×10−7
−19
Δ𝐸 3.399 × 10
= = 0.1545
𝑅 2.2 × 10−18
b. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.241 × 10−19Joule
𝜆 6.134×10.−7
−19
Δ𝐸 3.241 × 10
= = 0.1473
𝑅 2.2 × 10−18
c. Jingga
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.112 × 10−19 Joule
𝜆 6.387×10−7
−19
Δ𝐸 3.112 × 10
= = 0.1415
𝑅 2.2 × 10−18

3. Helium
a. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.385 × 10−19 Joule
𝜆 5.873×10−7
−19
Δ𝐸 3.385 × 10
= = 0.1539
𝑅 2.2 × 10−18
b. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.979 × 10−19Joule
𝜆 6.672×10−7
−19
Δ𝐸 2.979 × 10
= = 0.1354
𝑅 2.2 × 10−18
c. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = 𝜆
= 7.060×10−7
= 2.816 × 10−19 Joule
−19
Δ𝐸 2.816 × 10
= = 0.1280
𝑅 2.2 × 10−18

Dengan membagi nilai energi sumber cahaya dengan konstanta Rydberg maka bisa dianlisa
Δ𝐸 1 1
nilai aras spektrumnya melalui persamaan =𝑛 2
− 𝑛 2 dengan tabel konversi aras spektrum
𝑅 𝑓 𝑖

deeksitasi berikut :
𝑛𝑓 𝑛𝑖 𝑛𝑓 2 𝑛𝑖 2 1 1
2
− 2
𝑛𝑓 𝑛𝑖
1 2 1 4 0,75
1 3 1 9 0,888889
1 4 1 16 0,9375
2 3 4 9 0,138889
2 4 4 16 0,1875
2 5 4 25 0,21
3 4 9 16 0,048611
3 5 9 25 0,071111
4 5 16 25 0,0225

Gunakan urutan perhitungan di atas untuk masing-masing spektrum cahaya sehingga table
berikut terpenuhi.

1. Argon

Warna Panjang Gelombang


Cahaya (nm) ∆E (Joule) ∆E/R nf ni
Merah 758.6 2.620 × 10−19 0.1191 2 3
Merah 763,2 2.605 × 10−19 0.1184 2 3
Merah 743.1 2.675 × 10−19 0.216 1 4
2. Neon

Warna Panjang Gelombang


Cahaya (nm) ∆E (Joule) ∆E/R nf ni
Kuning 584.9 3.399 × 10−19 0.1545 2 3
kuning 613.4 3.241 × 10−19 0.1473 2 3
Jingga 638.7 3.112 × 10−19 0.1415 2 3
3. Helium

Warna Panjang Gelombang


Cahaya (nm) ∆E (Joule) ∆E/R nf ni
Kuning 587.3 3.385 × 10−19 0.1539 2 3
Merah 667.2 2.979 × 10−19 0.1354 2 3
Merah 706.0 2.816 × 10−19 0.1280 2 3
G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh tingkatan energi
serta aras atom Argon, Neon, dan Helium pada tabel berikut.
𝚫𝑬
Bahan Warna λ (m) 𝚫𝑬 𝑹
nf ni
merah 7.586 × 10−7 2.620 × 10−19 0.1191 2 3
Argon
merah 7.632 × 10−7 2.605 × 10−19 0.1184 2 3
merah 7.431 × 10−7 2.675 × 10−19 0.216 1 4
kuning 5.849 × 10−7 3.399 × 10−19 0.1545 2 3
Neon kuning 6.134 × 10−7 3.241 × 10−19 0.1473 2 3
jingga 6.387 × 10−7 3.112 × 10−19 0.1415 2 3
kuning 5.873 × 10−7 3.385 × 10−19 0.1539 2 3
Helium merah 6.672 × 10−7 2.979 × 10−19 0.1354 2 3
merah 7.060 × 10−7 2.816 × 10−19 0.1280 2 3

H. Daftar Pustaka

Hanafi, I., dkk. 2016. Tingkat Energi Atom Helium dengan Pendekatan Model Partikel
Bebas (Independent Particle Model). Jurnal Pembelajaran Fisika
4 [internet]. Vol. 1, Mei 2016, ISSN:2527-5917. Tersedia pada:jurnal.unej.ac.id

Johan, A. 2008. Analisa Tingkat Spektrum Atom Merkuri (Hg) Dengan Spektrometer
Optik. Jurnal Penelitian Sain [internet]. Vol. 11, No. 1, Januari 2008. Tersedia
pada: ejurnal.mipa.unsri.ac.id

Nur, M., dkk. 2010. Analisa Spektroskopi Emisi Untuk Penentuan temperature
Elektronik Pada Plasma Non-Termik Nitrogen. Jurnal Reaktor [internet]. Vol.
13, No. 1, Desember 2010. Tersedia pada: ejournal.undip.ac.id

Pranjoto, M. U. 2008. Praktikum Struktur Atom. Yogyakarta: UNY

Toifur, M., dkk. 2020. Petunjuk Praktikum Fisika Modern. Yogyakarta : Laboratorium
Fisika Dasar UAD

Anda mungkin juga menyukai