SPEKTRUM ATOM
LABORATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
SPEKTRUM ATOM
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan tingkatan energi dan aras pada atom tertentu (Helium, Natrium
dan Hidrogen) dengan mengamati spektrum cahaya yang dipancarkan oleh
masing – masing atom
C. Prosedur Percobaan
1. Membuka aplikasi Logger Pro pada laptop
2. Memasukkan salah satu lampu pada spektrum tube power supply
3. Menghidupkan lampu tersebut
4. Pada aplikasi Logger Pro, kita mengganti absorbance menjadi intensity dan
jangan lupa untuk klik collect
5. Setelah itu, mengamati spektrum yang ada di layar laptop dan grafiknya disimpan.
Selanjutnya mencatat puncak-puncak gelombang dari spektrum yang muncul pada
laptop.
6. Kemudian catat hasilnya di lembar praktikum
7. Ulangi langkah 3-7 untuk lampu yang lainnya
D. Dasar Teori
Studi tentang spektra cahaya yang dipancarkan dari pembakaran dan lucutan listrik pada gas
telah menunjukan karakteristik spektra atom dari unsur kimia, hal ini telah diketahui pada
pertengahan abad ke-19. Pada masa awal abad ke-20, studi terhadap struktur dalam suatu
atom telah berkembang dan menjelaskan mekanisme dari karakteristik spektra atom. Bila
logam atau senyawanya dipanaskan di pembakar, warna khas logam akan muncul. Ini
yang dikenal dengan reaksi nyala. Bila warna ini dipisahkan dengan prisma, beberapa
garis spektra akan muncul, dan panjang gelombang setiap garis khas untuk logam yang
digunakan. Misalnya, garis kuning natrium berkaitan dengan dua garis kuning dalam
spektrumnya dalam daerah sinar tampak, dan panjang gelombang kedua garis ini adalah
5,890 x 10-7 m dan 5,896 x 10-7 m. Bila gas ada dalam tabung vakum, dan diberi beda
potensial tinggi, gas akan terlucuti dan memancarkan cahaya. Pemisahan cahaya yang
dihasilkan dengan prisma akan menghasilkan garis spektra garis kontinyu. Karena panjang
gelombang cahaya khas bagi atom, spektrum ini disebut dengan spektrumatom.
𝜆 .𝑈 = 𝑐 (1)
Setiap zat jika dipanaskan atau dieksitasi dengan listrik dapat memberikan
spekttrum khas dengan memancarkan energi radiasi. Spektrum yang diperoleh
dengan cara ini disebut spektrum emisi. Suatu benda yang panas keputihan seperti
matahari atau lampu pijar memancarkan cahaya dari semua warna yang
menghasilkan spektrum kontinu. Atom dalam keadaan eksitasi memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu menghasilkan spektrum garis. Garis
spektrum menunjukan sifat khas atom itu dan menunjukan sifat khas unsur itu juga.
dan Pfund. Pola deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu
persamaan. Persamaan ini disebut deret spektrum hidrogen.
1 1
1 = 𝑅 ( − ) (2)
𝜆 𝑚2 𝑛2
𝑅ℎ𝑐
𝐸𝑛 = − 𝑛2
(4)
dengan n adalah bilangan bulat positif 1,2,3,…. Dengan menggunakan persamaan ini
untuk tingkat-tingkat energi, persamaan (1.1) dapat diperluas dalam bentuk sebagai
berikut dengan asumsi bahwa En > Em.
ℎ𝑣 = 𝐸𝑛 − 𝐸𝑚 (5)
𝐸𝑚 + ℎ𝑣 = 𝐸𝑛 (6)
Pada saat penyerapan cahaya sebuah elektron akan terangkat dari tingkat energi
yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan pada saat pelepasan cahaya
sebuah elektron akan turun dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang
lebih rendah. Persamaan (2.3) akan menjadi persamaan berikut untuk frekuensi v.
𝐸𝑛−𝐸m. (7)
𝑣=
ℎ
Persamaan ini pertama kali diusulkan oleh N.H.D. Bohr pada tahun 1913 dan
disebut sebagai kondisi frekuensi Bohr. Tingkat keadaan elektron pada n = 1 adalah
tingkat energi terendah dan disebut sebagai keadaan dasar. Tingkat yang lebih tinggi n ≥
2 disebut sebagai keadaan tereksitasi.
Dalam tingkat n→∞ energi elektron menjadi 0, dan elektron dilepaskan dari gaya
Tarik menarik oleh inti. Hal ini berkaitan dengan keadaan ionic (keadaan terionisasi)
dimana sebuah proton dan sebuah elektron pada atom dipisahkan pada jarak tak
berhingga. Karenanya pula keadaan terionisasi dari sebuah atom hydrogen WH diberikan
oleh persamaan (2.8) (Toifur dkk, 2020).
Besar energi atom Helium pada keadaan dasar dan pada keadaan tereksitasi
dengan mengabaikan interaksi antar elektron berturut-turut adalah -108,8 eV dan -
68 eV. Kemudian dengan mengikutsertakan interaksi antar elektron dalam atom Helium
dimana besar koreksinya pada keadaan dasar adalah 34 eV sedangkan pada keadaan
tereksitasi besar koreksinya adalah (5,709 ± 4,776) eV, tanda plus digunakan untuk
fungsi gelombang spasi-simetris yang kemudian menghasilkan energi atom parahelium
yang biasanya konfigurasinya dilambangkan sebagai n2S+1L (pada keadaan dasar 10S
dan pada keadaan tereksitasi 20S atau 20P) sedangkan tanda negatif digunakan untuk
fungsi gelombang spasiasimetris yang menghasilkan energi untuk atom orthohelium
(pada keadaan dasar 13S dan pada keadaan tereksitasi 23S atau 23P) (Hanafi dkk, 2016).
Suatu metoda baru telah dikembangkan untuk penentuan temperature elektronik
dari plasma non termik nitrogen dengan menggunakan spektroskopi emisi. Metoda ini
telah dipakai untuk plasma nontermik nitrogen yang diproduksi dalam lucutan pijar
korona densitas tinggi. Dengan mengasumsikan bahwa fungsi distribusi energi dari
elektron adalah distribusi maxwellian dan penggunaan data
tampang lintang efektif dari sistem positif kedua, 2s+, dari N2 dan sistem negative
pertama, 1s– dari N2+, hubungan antara energi rerata elektron dengan perbandingan
intensitas 1s– dan intensitas 2s+dapat diselesaikan secara teoretik. Spektrum emisi dari
molekul nitrogen tereksitasi, dari N2 dan molekul terionisasi, dari N2+, secara eksperimen
diperoleh dari spektroskopi emisi. Melalui identifikasi dan analisa spektrum-spektrum
tersebut,perbandingan intensitas 1s– danintensitas 2s+ diperoleh secara eksperimen.
Metoda initelah diterapkan untuk menentukan energi rerata elektron atau temperatur
elektronik dari plasma non termik nitrogen dalam lucutan
pijar korona dengan densitas dari 2,4 x 1020 cm-3 sampai 9,2 x 1020 cm-3 (Nur dkk, 2010).
∆𝐸 = ℎ𝑣 (9)
dimana ℎ adalah konstanta planck yang besarnya 6,626 x 10-34 Js atau 4,134 x10-15
eVs. dan 𝑣 adalah frekuensi radiasi foton.
Atom atau molekul pada gas bertekanan rendah berjarak rata-rata cukup jauh
sehingga interaksi hanya terjadi pada saat tumbukan yang kadang-kadang terjadi. Dalam
keadaan ini, dapat kita harapkan bahwa radiasi yang dipancarkan merupakan
karakteristik dari atom atau molekul secara individual yang terdapat disitu. Harapan ini
ternyata terbukti secara eksperimental. Jika gas atomic atau uap atomic yang bertekanan
rendah dibawah tekanan atmosfir dieksitasikan, biasanya degan memberikan arus listrik,
radiasi yang dipancarkan mempunyai spektrum yang berisi hanya panjang gelombang
tertentu saja yang dapat teramati (Johan, 2008).
E. Data Percobaan
h = 6,626 x 10-34 Js
c = 3 x 108 m/s
R= 2,2 x 10-18 J/atom
Panjang Gelombang
No Bahan Warna Cahaya (nm)
Merah 758,6
1 Argon Merah 763,2
Merah 743,1
Kuning 584.9
2 Neon Kuning 613.4
Jingga 638.7
Kuning 587.3
3 Helium Merah 667.2
Merah 706.0
Energi yang dipancarkan oleh sumber cahaya dihitung dengan persamaan berikut :
1. Argon
a. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.620 × 10−19 Joule
𝜆 7.586 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.620 × 10
= = 0.1191
𝑅 2.2 × 10−18
b. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.605 × 10−19 Joule
𝜆 7.632 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.605 × 10
= = 0.1184
𝑅 2.2 × 10−18
c. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.675 × 10−19 Joule
𝜆 7.431 × 10−7
−19
Δ𝐸 2.675 × 10
= = 0.216
𝑅 2.2 × 10−18
2. Neon
a. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.399 × 10−19 Joule
𝜆 5.849×10−7
−19
Δ𝐸 3.399 × 10
= = 0.1545
𝑅 2.2 × 10−18
b. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.241 × 10−19Joule
𝜆 6.134×10.−7
−19
Δ𝐸 3.241 × 10
= = 0.1473
𝑅 2.2 × 10−18
c. Jingga
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.112 × 10−19 Joule
𝜆 6.387×10−7
−19
Δ𝐸 3.112 × 10
= = 0.1415
𝑅 2.2 × 10−18
3. Helium
a. Kuning
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 3.385 × 10−19 Joule
𝜆 5.873×10−7
−19
Δ𝐸 3.385 × 10
= = 0.1539
𝑅 2.2 × 10−18
b. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = = = 2.979 × 10−19Joule
𝜆 6.672×10−7
−19
Δ𝐸 2.979 × 10
= = 0.1354
𝑅 2.2 × 10−18
c. Merah
ℎ𝑐 (6,626 x 10−34 )(3×108 )
∆𝐸 = 𝜆
= 7.060×10−7
= 2.816 × 10−19 Joule
−19
Δ𝐸 2.816 × 10
= = 0.1280
𝑅 2.2 × 10−18
Dengan membagi nilai energi sumber cahaya dengan konstanta Rydberg maka bisa dianlisa
Δ𝐸 1 1
nilai aras spektrumnya melalui persamaan =𝑛 2
− 𝑛 2 dengan tabel konversi aras spektrum
𝑅 𝑓 𝑖
deeksitasi berikut :
𝑛𝑓 𝑛𝑖 𝑛𝑓 2 𝑛𝑖 2 1 1
2
− 2
𝑛𝑓 𝑛𝑖
1 2 1 4 0,75
1 3 1 9 0,888889
1 4 1 16 0,9375
2 3 4 9 0,138889
2 4 4 16 0,1875
2 5 4 25 0,21
3 4 9 16 0,048611
3 5 9 25 0,071111
4 5 16 25 0,0225
Gunakan urutan perhitungan di atas untuk masing-masing spektrum cahaya sehingga table
berikut terpenuhi.
1. Argon
Berdasarkan percobaan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh tingkatan energi
serta aras atom Argon, Neon, dan Helium pada tabel berikut.
𝚫𝑬
Bahan Warna λ (m) 𝚫𝑬 𝑹
nf ni
merah 7.586 × 10−7 2.620 × 10−19 0.1191 2 3
Argon
merah 7.632 × 10−7 2.605 × 10−19 0.1184 2 3
merah 7.431 × 10−7 2.675 × 10−19 0.216 1 4
kuning 5.849 × 10−7 3.399 × 10−19 0.1545 2 3
Neon kuning 6.134 × 10−7 3.241 × 10−19 0.1473 2 3
jingga 6.387 × 10−7 3.112 × 10−19 0.1415 2 3
kuning 5.873 × 10−7 3.385 × 10−19 0.1539 2 3
Helium merah 6.672 × 10−7 2.979 × 10−19 0.1354 2 3
merah 7.060 × 10−7 2.816 × 10−19 0.1280 2 3
H. Daftar Pustaka
Hanafi, I., dkk. 2016. Tingkat Energi Atom Helium dengan Pendekatan Model Partikel
Bebas (Independent Particle Model). Jurnal Pembelajaran Fisika
4 [internet]. Vol. 1, Mei 2016, ISSN:2527-5917. Tersedia pada:jurnal.unej.ac.id
Johan, A. 2008. Analisa Tingkat Spektrum Atom Merkuri (Hg) Dengan Spektrometer
Optik. Jurnal Penelitian Sain [internet]. Vol. 11, No. 1, Januari 2008. Tersedia
pada: ejurnal.mipa.unsri.ac.id
Nur, M., dkk. 2010. Analisa Spektroskopi Emisi Untuk Penentuan temperature
Elektronik Pada Plasma Non-Termik Nitrogen. Jurnal Reaktor [internet]. Vol.
13, No. 1, Desember 2010. Tersedia pada: ejournal.undip.ac.id
Toifur, M., dkk. 2020. Petunjuk Praktikum Fisika Modern. Yogyakarta : Laboratorium
Fisika Dasar UAD