Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK II

BUKU FISIKA KUANTUM


HALAMAN 20-40

Disusun oleh :
M.RAMADHAN KASMAN

AFDALUL HIDAYAT

ARIE LISWARDI

HANAFI YAHYA

MUHAMMAD FACHRI

Dosen pembimbing :
Dytchia Septi Kesuma,M.Si

FAKULTAS TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
TA : 2018 / 2019
ℎ ℎ
𝜆 = 𝑚𝑣 = 𝑝 ( 1.24 )

Apa yang membedakan antara bentuk ungkapan ( 1.24 ) dan ( 1.21 ) ? jawabnya ,
secara formal maatematis keduany identik tetapi ruh , spirit dan latar partikel (p) dari suatu
gelombang ( 𝜆 ) , sedangkan pers ( 1.24 ) merupakan sifat gelombang ( 𝜆 ) dari suatu partikel
bermomentum p . hal terpenting , sebelum kedua perumusan ini sifat –sifat gelombang dan
partikel tidak saling terkait atau saling mempengaruhi seperti telah di singgu di depan .
Dengan demikian, secara skematis kaitan antara partikel dan gelombang dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Artinya , gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya partikel dapat
bersifat gelombang.
Hipotesis de broglie mampu menjelaskan hasil eksperimen yang di kalkukan oleh
C.J.Davisson dan L.H.Germer satu tahun kemudian . bagan dan hasil eksperimen diberikan
oleh gambar berikut ;
Intesitas elekron terpantul dapat dijelaskan sebagaimana difraksi bragg dengan
memberikan sifat gelombang pada elekron penumbuk . elektron-elektron dengan energi 54
eV dengan 𝜆 = 1,67 𝐴̇ yang mendekati harga 𝜆 difraksi bragg

𝜆 = 2𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 = 2 × 0,91 × 𝑠𝑖𝑛65° = 1.65 Å (1.25)


Karena berkas yang digunakan adalah elekton , eksperimen ini lebih dikenal dengan
eksperimen difraksi eletron .

Contoh 1,5

Neuton termal pada temperatur kamar 270 C digunakan untuk menentukan jarak
antara bidaang kristal NaCI . hitunglah :
a. panjang gelombang de bloglie neuton tersebut.
b. jarak antara bidang kristal NaCI jika difraksi maksimum pertama terdeteksi pada
sudut 14,90
penyelesaian :
a. energy kinetic rata-rata neuton termal identic dengan energi molekul gas ideal pada
temperature yang sama
3
𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑘𝑇
2

3
= 1,381 𝑥 10−21 . 300 J
2

= 6,2145 𝑥 10−21 J
𝑝2
Karena 𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐸𝑘𝑖𝑛 = 2𝑚 , Maka
𝑁

P = √2𝑚𝑁 𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎 , 𝑚𝑁 = 𝑀𝐴𝑆𝐴 𝑁𝐸𝑈𝑇𝑅𝑂𝑁

= 4,56 𝑥 10−24 𝑚𝑘𝑔 𝑑𝑒𝑡 −1


Dengan demikian , pamjang gelombang de Broglienya :

λ = 𝑃 = 1,45Å

b. pers. ( 1.25 ) merupakan kasus khusus ( n=1 ) dari persamaan yang lebih umum yaitu :

𝑛λ = 2d sin 𝜃 ( 1.26 )
dengan n= 1,2,3,…..menyatakan puncak ( maksimal ) ke-n pola difraksi. Dari pers. ( 1.26 )
ini diperoleh jarak antara bidang kristal NaCl,
𝑛𝜆
d = 2 sin 𝛳
1 𝑥 1,45
= 2 𝑥 0,257

=2,82 Å
1.2.5 Teori Atom Bohr
Saat itu rutherford telah membuat model atom yg mengambil analogi sistem tata surya
yang mana planet-planet bergerak mengitari matahari. Model planet untuk suatu atom
rutherford bermuara pada kesimpulan :
i) elektron atom hidrogen yg beredar di sekitar inti hanya mempunyai waktu edar sekitar
10−6 detik, kemudian elektron jauh ke dalam inti. Hal ini terjadi karena dalam
pemahaman klasik elektron akan memancarkan energinya selama mengelilingi inti
atom.
ii) spekrum optik dari atom hidrogen ( atau atom yang lain ) adalah spektrum kontinu.
Dua kesimpulan tersebut ternya tidak sesuai dengan hasil eksperimen Balmer yang
berupa spektrum garis ( diskrit ) untuk hidrogen dan spektrum pita gas nitrogen
Untuk mengatasi masalah ini neils bohr mengajuka model atom hidrogen yang berdasar
pada postukat-postulat beri
1. elektron bergerak mengitari proton di dalam atom hidrogen dengan gerak
melingkar serba sama dalam gaya coulomb dan sesuai dengan hukum newton
2. 2. orbit yang di ijin kan hanya orbit yang memungkinkan momentum sudut
elektron adalah kelipatan bulat dari h / 2π yaitu

L = mvr = nh , n = 1,2,3…. (1.27)

3. jika elktron berada pada orbit yang diijinkan, elektron tidak memancarkan energi.
4. jikka eklektron melompaat dari lintasan ke-I menuju ke-j, maka foton dengan
frekuensi v
𝐸𝑖 − 𝐸𝑗
v= (1.28)

dipancarkan ( untuk 𝐸𝑖 > 𝐸𝑗 ) atau diserap ( untuk 𝐸𝑖 < 𝐸𝑗 ) oleh atom hidrogen

konsekwensi-konsekwensi dari postulat bohr di atas adalah sebagai berikut :


Gaya coulomb antara proton dan elektron (F) sama dengan atau di imbangi gaya
sentrifugal (f) yang mengarah menjauhi proton sebagai pusat lingkaran.
1 𝑒2 𝑚𝑣 2
= (1.29)
4𝜋𝜀0 𝑟 2 𝑟

Kuantitas lainnya, energi total elektron tidak lain adalah kinetik dan energi potensial.
𝑚𝑣 2 1 𝑒2
𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑃 = − 4𝜋𝜀 (1.30)
2 0 𝑟

Dari persamaan (1.29) kesetimbangan didapatkan


1 𝑒2
𝐸 = − 8𝜋𝜀 (1.31)
0 𝑟

Postulat kedua, momentom sudut elektron terkuantisasi sebagaimana hubungan sehingga


𝑛ℏ
𝑣 = 𝑚𝑟 (1.28*)

subtisusi (1.28*) ini ke pers(1.29) diperoleh


1 𝑒2 𝑚 𝑛ℏ
= (𝑚𝑟)
4𝜋𝜀 𝑟 2 𝑟

atau
4𝜋𝜀0 ℎ2
r → 𝑟𝑛 = 𝑛 2 = 𝑎0 𝑛 2 (1.32)
𝑚𝑒 2

dengan
4𝜋𝜀0 ℎ2
𝑎0 = = 0,53Å (1.33)
𝑚𝑒 𝑒 2

dikenal sebgai radius bohr yang bersesuaian dengan hasil eksperimen, hasil diatas
menyaatakan bahwa jari-jari elektron mengintari inti tidak dapat sembarang nilai melainkan
kuadrat yg bilanganny bulat kali radius bohr. Singkatan kata, jari-jari atom juga berkuantitas.
Selanjutnya, subtitusi radius (1.32) ke dalam pers.(1.31) diperoleh ungkapan energi.
𝑚𝑒 4 1
𝐸 = 𝐸𝑛 = − 32𝜋2 𝜀2 ℎ2 (𝑛2 ) (1.34)
0

Hasil ini juga mampu menjelaskan hasil eksperimen atom hidrogen secara
memuaskan . model atom bohr untuk hidrogen memperkenalkan syarat kuantum baru yaitu
momentum sudut merupakan kelipatan bulat ℏ.Bilangan n yang mengidentifikasi keadaan
stasioner ini disebut bilangan kuantum utama (principle quantum number)
Selanjutnya, perhatikan jika bilangan kuantum n sangat besar. Pers. (1.28) dan pers.
(1.34) memberikan
𝑚𝑒 4 1 1
𝑣 = 8ℰ 2 ℎ3 (𝑛2 − 𝑛2 ) (1.35)
0 𝑓 𝑖
yang dapat ditulis menjadi
𝑚𝑒 4 (𝑛𝑖 −𝑛𝑓 )(𝑛𝑖 +𝑛𝑓 )
𝑣 = 8ℰ 2 ℎ3 (1.36)
0 𝑛𝑖2 𝑛𝑓
2

dengan 𝑛𝑖 → 𝑛𝑖 untuk keadaan awal dan 𝑛𝑖 → 𝑛𝑓 untuk keadaan akhir. Untuk 𝑛𝑖 ≈ 𝑛𝑓 ≈ 𝑛


pers. (1.36) menjadi
𝑚𝑒 4 2∆𝑛
𝑣 = 8ℰ 2 ℎ3 (1.37)
0 𝑛3

Jika ∆𝑛 = 𝑛𝑖 − 𝑛𝑓 = 1 ungkapan (1.37) ini persis sama dengan ungkapan yang


diperoleh rumusan klasik. Kesetaraan antara perumusan kuantum dan perumusan klasik
untuk n besar ini dikenal sebagai prinsip korespondensi. Artinya, hasil klasik tidak lain
merupakan limit dari kuantum!
Keberhasilan teori Bohr mendorong A. Sommerfeid dan W.Wilson untuk melakukan
perluasan kuantisasi

∮ 𝑝𝑖 𝑑𝑞𝑖 = 𝑛𝑖 ℎ, 𝑖 = 1,2,3, … . . (1.38)

Dengan 𝑞𝑖 adalah koordinat umum (generalized coordinate) dan 𝑝𝑖 adalah momentum


konjugate kanoniknya. Syarat (1.38) hanya dapat diterapkan di dalam kasus gerak periodik
untuk setiap pasangan variabel (𝑞1 , 𝑝1 ), (𝑞2 , 𝑝2 ), … . (𝑞𝑁 , 𝑝𝑁 ) dan dikenal
sebagai kaidah kuantum Wilson-Sommerfeld. Kaidah (1.23) bersama postulat Bohr di depan,
sekarang dikenal sebagai Teori Kuantum Lama.
Contoh 1.6

Partikel 𝜇-meson atau lebih dikenal sebagai muon mempunyai massa 210 kali massa elektron
tertangkap proton dan membentuk atom mirip hidrogen (hydrogen-like atom). Hitung:
a. Energi foton yang dipancarkan jika muon jatuh dari keadaan tereksitasi pertama ke
keadaan dasar.
b. Jejari orbit Bohr pertama.
c. Kecepatan muon di dalam orbit Bohr ke-n.
Penyelesaian:
a. Jika partikel yang jatuh adalah elektron, menggunakan ungkapan (1.35) diperoleh energi
foton terpancar:
1 1
𝐸𝜇 = 13,6 ( − 2 )
1 𝑛
= 10,2 𝑒𝑉, untuk n = 2
Dari ungkapan energi (1.34) tampak bahwa sebanding dengan massa partikel. Karena itu,
untuk massa muon 𝑚𝜇 = 210𝑚𝑒 energi foton terpancar:

𝐸𝜇 = 210𝐸𝑒 = 2142 𝑒𝑉
a. Dari ungkapan radius Bohr tampak bahwa 𝑎0 berbanding terbalik terhadap massa. Karena
itu, jejari (radius) Bohr untuk kasus muon:

4𝜋𝜀0 ℏ2 4𝜋𝜀0 ℏ2
𝑎𝜇 = =
𝑚𝜇 𝑒 2 210𝑚𝜇 𝑒 2
𝑎0
=
210
= 0,0023 Å
b. Ungkapan postulat momentum sudut (1.27) dan jari-jari (1.32) memberi hubungan
kecepatan elektron dalam mengitari inti

𝑒2 𝑐𝛼
𝑣 = 𝑣𝑛 = =
4𝜋𝜀0 ℏ𝑛 𝑛
dengan adalah 𝛼 konstanta struktur halus

𝑒2 1
𝛼= =
4𝜋𝜀0 ℏ𝑐 137
Jadi, hanya bergantung bilangan kuantum n dan tidak bergantung massa partikel.
Contoh 1.7:
Hitung tingkat-tingkat energi
a. Osilator harmonik dengan frekuensi v
b. Benda jatuh bebas dan mengalami pemantulan elastis pada lantai.
Penyelesaian :
a. Sistem osilator harmonik diungkapkan oleh :
i. Persamaan gerak

𝑑2 𝑥
𝑚 + 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡 2
Atau
𝑑2 𝑥
+ 𝜔2 𝑥 = 0, dengan 𝜔 = √𝐾/𝑚
𝑑𝑡 2

ii. Hubungan energi

𝑝2 𝑥 2
𝐸= +
𝑎2 𝑏 2
Dengan 𝑎 = √2𝑚𝐸 dan 𝑏 = √2𝐸/𝑘
Menurut postulat Wilson-Sommerfeld

∮ 𝑝𝑑𝑥 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑙𝑙𝑖𝑝𝑠 = 𝜋𝑎𝑏


Uraiannya,
𝑚
𝜋(√2𝑚𝐸)(√2𝐸/𝑘) = 𝜋2𝐸√
𝑘
= 2𝜋𝐸/𝜔

= 𝑛ℎ
Dengan demikian,

𝐸 = 𝐸𝑛 = 𝑛ℏ𝜔, ℏ = ℎ/2𝜋
b. Benda jatuh bebas dan mengalami pemantulan elastis, mempunyai persamaan energi dalam
momentum dan posisi

𝑝2
𝐸= + 𝑚𝑔𝑦
2𝑚
atau

𝑝 = ±√2𝑚𝐸 − 2𝑚2 𝑔𝑦

Kurvanya

Menurut teori kuantum Wilson-Sommerfeld


4 𝐸
∮ 𝑝𝑑𝑦 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑏𝑜𝑙𝑎 = √2𝑚𝐸 = 𝑛ℎ
3 𝑚𝑔
Diperoleh
1/3
9𝑚𝑚2 ℎ2
𝐸𝑛 = ( ) 𝑛2/3
32

1.3 PAKET GELOMBANG DAN PRINSIP KETAKTENTUAN HEISENBERG


Persoalan berikutnya adalah mencari suatu besaran yang mampu menampung dan
merepresentasikan sifat-sifat partikel sekaligus sifat-sifat gelombang. Dengan demikian
kuantitas tersebut harus
bersifat bagai gelombang tetapi tidak menyebar melainkan terkurung di dalam ruang. Hal ini
dipenuhi oleh paket gelombang yang merupakan kumpulan gelombang dan terkurung di
dalam ruang tertentu.
Sebagai pendekatan terhadap konsep paket gelombang,perhatikan kombinasi dari dua
gelombang bidang berikut

Ψ1 (𝑥, 𝑡) = 𝐴𝑐𝑜𝑠 (𝜔1 𝑡 − 𝑘1 𝑥) (1.39)

Ψ2 (𝑥, 𝑡) = 𝐴𝑐𝑜𝑠 (𝜔2 𝑡 − 𝑘2 𝑥)


Prinsip superposisi memberikan

Ψ(𝑥, 𝑡) = Ψ1 (𝑥, 𝑡) + Ψ2 (𝑥, 𝑡)


𝜔1 +𝜔2 𝑘1 +𝑘2
= 𝐴𝑅 2𝐴𝑐𝑜𝑠 [( )𝑡 − ( ) 𝑥] (1.40)
2 2

dengan amplitudo 𝐴𝑅
𝜔1 −𝜔2 𝑘1 −𝑘2
𝐴𝑅 = 𝐴𝑅 2𝐴𝑐𝑜𝑠 [( )𝑡 − ( ) 𝑥] (1.41)
2 2

Grafiknya,

Gambar. 1.11 Superposisi dua gelombang tunggal


Bila gelombang tunggalnya deperbanyak,

Gambar. 1.12 Superposisi dari n gelombang

Dari gambar 1.12 tampak bahwa paket gelombano terlokalisasi di daerah sebesar ∆𝑥 dan
lokalisasi ini van diharapkan sebagai posisi partikel klasik.

Gambar. 1.13 Kemungkinan posisi partikel di daerah ∆𝑥


Setelah mendapatkan barang yang dapat menyatakan partikel sekaligus gelombang
berikutnya harus dicari perumusan matematisnya. Formalisme matematis untuk paket
gelombang yang terlokalisasi tersebut tidak lain adalah transformasi Fourier,
+∞
𝑓(𝑥) = ∫−∞ 𝑔(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 𝑑𝑘 (1.42)

Sebagai contoh, jika distribusi gelombang dengan vektor gelombang k, g(k),


diberikan seperti gambar

Gambar 1.14 distribusi 𝑔(𝑘)


Maka distribusi gelombang di dalam ruang koordinat f(x)
+∞ 𝑎
+
21
𝑖𝑘𝑥
𝑓(𝑥) = ∫ 𝑔(𝑘)𝑒 𝑑𝑘 = ∫ 𝑒 𝑖𝑘𝑥 𝑑𝑘

𝑎 𝑎
−∞ 2

𝑖𝑎𝑥 𝑖𝑎𝑥
1 𝑒 − 𝑒−
2 2
=
𝑎𝑥 𝑖
𝑎𝑥
2sin( 2 )
=
𝑎𝑥
Grafiknya,

Gambar. 1.15 Transform Fourier dari 𝑔(𝑘)


Dari uraian contoh dan gambar transformasi Fourier diatas diperoleh hubungan antara
∆𝑥 dan ∆𝑘 (atau ∆𝑝).Hubungan ini secara grafik adalah sebagai berikut
Gambar 1.16 kaitan antara ∆𝑥 dan ∆𝑘

Hubungan antara ∆𝑥 dan ∆𝑘 bergantung dari bentuk paket gelombang dan bergantung
pada Ak, Ax didefinisikan.Perkalian (∆𝑥)(∆𝑘) akan minimum jika paket gelombang
berbentuk fungsi Gaussian yang bertransformasi Fourier juga dalam fungsi Gaussian.Untuk
paket Gaussian,jika ∆𝑥 dan ∆𝑘 diambil deviasi standar dari 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑘),maka
1
∆𝑥∆𝑘 = 2 (1.43)

Karena padaumumnya paket gelombang tidak berbentuk Gaussian,maka


1
∆𝑥∆𝑘 ≥ 2 (1.44)

Kalikan pertidaksamaan (1.44) dengan ℏ dan mengingat 𝑝 = ℏ𝑘 ,maka didapatkan



∆𝑥∆𝑝 ≥ (1.45)
2

Pers.(1.45) ini merupakan prinsip ketidakpastian Heiseberg (Heisenberg’s uncertainly


principle).Dalam kalimat ,prinsip ini mengatakan :
“Tidak mungkin mengetahui atau mendaptkan posisi dan momentum suatu partikel
dengan tepat secara serempak atau bersamaan”
Prinsip ini merupaka fakta mendasar dari alam dan bukan sekedar disebabkan oleh
keterbatasan dan ketelitian pengukuran.Untuk mengatakan bahwa suatu partikel berada pada
titik x dan bermomentum p berarti kita harus mengukur secara serempak koordinat n dan
momentum p,karena tanpa pengukuran kita tidak mempunyai informasi apa-apa.
Sebagai ilustrasi, perhatian gedanken eksperimen berikut ini.

- Untuk mengamati elektron, kita harus menyinarinya dengan cahaya 𝜆


- Cahaya yang samppai di mikroskop adalah cahaya terhambur oleh elektron.
Gambar.1.17 Gedanken eksperiment penentuan posisi elektron

- Momentum foton terhambur 𝑝𝑡 = ℎ/𝜆 , dan untuk menembus obyektif,foton harus


bergerak dalam sudut ∝ ,sehingga komonen-x dari momentum mempunyai
ketaktentuan.
ℎ𝑑
∆𝑝~𝑝, 𝑠𝑖𝑛 ∝ ~ 2𝜆𝑦 (1.46)

Ketaktentuan ini juga meruupakan ketaktentuan dalam arah –x dari momentum


elektron setelah hambuan,karena selama proses hamburan, momentum antara elektron
dan foton dipertukarkan
- Di sisi lain, posisi elektron juga tidak tentu disebabkan sifraksi cahaya ketika
menembus obyektif.ketaktentuann posisi elektron sama dengan diameter pola difraksi
yaitu 2𝑦𝑠𝑖𝑛 𝜃 dengan sin 𝜃~𝜆/𝑑.karena itu

2𝑦𝜆
∆𝑥~2𝑦𝑠𝑖𝑛𝜃~ (1.47)
𝑑

Sehingga dari dua hubungan dan di atas didapatkan



∆𝑥∆𝑝 = ℎ(≥ 2) (1.48)

Sesuai dengan prinsip (1.45).

Contoh 1.8
a. Bila paket gelombang dalam komponen ruangnya saja 𝑓(𝑥) berbentuk Gaussian
perlihatkan bahwa transformasi fouriernya𝑔(𝑘) ,juga berbentuk Gaussian
b. Bila ∆𝑥 dan ∆𝑘 diambil deviasi standar dari dan perlihatkanbahwa perkalian
1
∆𝑥∆𝑘 = 2 .
Penyelesaian:
a. Misalkan, paket gelombang Gaussian ternormalisasi berbentuk

𝛼 1/2 2 𝑥 2 /2
𝑓(𝑥) = ( 𝜋) 𝑒 −𝛼


Dengan ∫−∞|𝑓(𝑥)|2 𝑑𝑥 = 1. maka pasangan tranformasi Fouriernya

1
𝑔(𝑘) = ∫ 𝑓(𝑥)𝑒 −𝑖𝑘𝑥 𝑑𝑥
√2𝜋
−∞

1 𝛼 1/2
2 𝑥 2 /2
= ( ) ∫ 𝑒 −𝛼 𝑒 −𝑖𝑘𝑥 𝑑𝑥
√2𝜋 √𝜋
−∞

1 𝛼 1/2 −𝛼2 𝑖𝑘 2 −𝑘2
(𝑥+ 2 )
= ( ) ∫ 𝑒 2 𝛼 𝑒 2𝛼2 𝑑𝑥
√2𝜋 √𝜋
−∞

1 𝛼 1/2 𝑘2 √2𝜋

= ( ) 𝑒 2𝛼2
√2𝜋 √𝜋 𝛼
1/2 𝑘2
1 −
= (𝛼 𝜋) 𝑒 2𝛼2


yang tidak lain adalah fungsi Gaussian , dengan ∫−∞|𝑔(𝑘)|2 𝑑𝑘 = 1 .

b. Deviasi standar didefinisikan

∆𝑥 = √〈(𝑥−< 𝑥 >)2 〉 = √< 𝑥 2 > −< 𝑥 >2

Evaluasi lengkuapnya memberikan


∞ ∞
0 (𝑥)𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝛼 2𝑥2
< 𝑥 >= ∫ 𝑓 =( ) ∫ 𝑥𝑒 −𝛼 𝑑𝑥 = 0
√𝜋
−∞ −∞
2𝑥2
Karena x fungsi ganjil sedangkan 𝑒 −𝛼 fungsi genap.
∞ ∞
𝛼 2𝑥2 1
< 𝑥 2 >= ∫ 𝑓 0 (𝑥)𝑥 2 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ( ) ∫ 𝑥 2 𝑒 −𝛼 𝑑𝑥 =
√𝜋 2𝛼 2
−∞ −∞

Sehingga

Anda mungkin juga menyukai