Anda di halaman 1dari 18

Tugas kelompok

TUGAS MATA KULIAH FISIKA KUANTUM


“ RINGKASAN PERSAMAAN SCHRODINGER ATOM HIDROGEN “

OLEH :
KELOMPOK I
NURDIANSYAH
FADLI
MOH.ASRI
RUDI DARMAWAN
RISKAYANI
RAHMAWATY
NI KOMANG MARIANTINI
EFI
HIKMAH BASONGGO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
MEI, 2015
RINGKASAN

PERSAMAAN SCHRODINGER ATOM HIDROGEN

Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana yang terdiri dari satu proton sebagai
nukleus dan satu elektron yang mengitarinya. Pada pembahasan ini akan diuraikan solusi dari
persamaan Schrodinger untuk sistem fisis real atom hidrogen dan mengkaji berbagai
konsekwensinya. Merujuk kebahasan perkenalan kita dengan persamaan Schrodinger persoalan
tiga dimensi memerlukan tiga bilangan kuantum untuk mencirikan semua pemecahannya.

1.1 Persamaan Schrodinger Atom Hidrogen

Massa proton mp jauh lebih besar daripada massa elektron me , mp =1836 me . Di dalam
pembahasan ini dilakukan penyederhanaan berupa asumsi proton diam di pusat koordinat dan
elektron bergerak mengelilinginya di bawah pengaruh medan atau gaya coloumb.

Gambar 1.1 Posisi relatif antara proton dan elektron

Pendekatan yang lebih baik dilakukan dengan memandang kedua partikel proton dan
elektron berotasi di sekitar pusat massa bersama yang berada (sedikit) di dekat pusat proton.
Tetapi sekali lagi untuk penyederhanaan, efek ini diabaikan disini. Karena proton dianggap diam,
maka kontribusi energi sistem hanya diberikan oleh elektron yaitu energi kinetik.

dan energi potensial


Sehingga

Dengan demikian persamaan schrodinger untuk atom hidrogen

mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, analisis menjadi lebih sederhana bila
oprator ∇2 diungkapkan θ ϕ dalam koordinat bola. Di dalam koordinat bola (r,θ,ϕ) , persamaan
1.4 menjadi

selanjutnya, untuk mendapatkan solusi bagi persamaan 1.5, dilakukan pemisahan variabel (r) = r
ψ (r,θ,ϕ) sebagai berikut

ψ (r,θ,ϕ) = R(r)Θ(θ )Φ(ϕ) (1.6)

subtitusikan ungkapan (1.6) ke dalam persamaan (1.5) kemudian dikalikan dan dibagi
ungkapan 1.6 didapatkan

Dari persamaan 1.7 tampak bahwa suku pertama dan keempat hanya bergantung jari-jari
r, suku kedua dan ketiga hanya bergantung sudut θ dan ϕ .
Penjumlahan suku-suku yang hanya bergantung pada jari-jari dan dua sudut ini akan
selalu sama dengan nol untuk sembarang nilai r, θ dan ϕ jika masing-masing suku sama dengan
konstanta. Konstanta (c) berharga ± l(l + 1) . Suku yang hanya bergantung jari-jari menjadi

atau

sedangkan suku yang hanya mengandung sudut θ dan ϕ menjadi

setelah dikalikan dengan sin 2 θ , persamaan (4.9a) menjadi

tampak bahwa persamaan (1.9b) juga terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian yang hanya
bergantung pada sudut azimut ϕ dan bagian yang bergantung pada θ . Selanjutnya tetapkan
masing-masing bagian sama dengan konstanta -m2 dan m2 . Dengan alasan yang akan menjadi
jelas kemudian pilih

Atau
sehingga

atau setelah dikalikan Θ / sin2 θ diperoleh

demikian, persamaan (1.5) dapat dipisah menjadi tiga persamaan deferensial biasa, selanjutnya
kita tentukan solusi masing-masing persamaan tersebut.

1.1.2 Persamaan Azimuth

Kita mulai dari persamaan paling sederhana (1.10a) yakni persamaan azimuth yang
menggambarkan rotasi disekitar sumbu z. Sudut rotasi disekitar sumbu-z ini adalah 0 sampai 2 π
, dan periodesitasnya. Itulah sebabnya konstanta (4.11a) dipilih negatif (= − m2 ) agar memberi
solusi berupa fungsi sinusoidal dan periodik. Bila dipilih positif akan memberi solusi fungsi
exponensial, sehingga untuk satu posisi yang sama akan diberi nilai yang berbeda

karena posisi Φ = π / 6 sama dengan posisi Φ = 2π + π / 6 . Jelas pemilihan


konstanta positif ini tidak menceritakan kondisi fisis yang sesungguhnya.

Untuk konstanta negatif solusinya

keunikan Φ disetiap ϕ yaitu

untuk setiap m bilangan bulat dipenuhi

m= 0, ±1, ±2….. (1.14)


sedangkan syarat normalitas bagi Φm

dipenuhi oleh konstanta

Karena itu solusi yang diinginkan adalah

bilangan bulat m disebut bilangan kuantum magnetik.

1.1.3 Persamaan Polar

persamaan diferensial (1.11b) dengan konstanta l (l +1) dan m2 dikenal sebagai persamaan
diferensial Legendre terasosiasi. Solusi dari persamaan ini dapat diperoleh menggunakan metode
Frobenius dan diberikan oleh deret berhingga yang dikenal sebagai polinom Legendre
terasosiasi. Inilah alasan penagmbilan tetapan ± l(l + 1) ketika menguraikan persamaan (1.7)
menjadi persamaan (1.8a) dan (1.9a). bila konstantanya bukan ± l(l + 1) maka solusinya adalah
deret takberhingga.

Solusi persamaan (1.11b) diberikan oleh polinom legendre

dengan N lm merupakan konstanta normalisasi


mengingat sifat ortogonalitas

Didapatkan

sehingga

bentuk explisit polinom dapat diperoleh melalui rumus rodigues:

dari hubungan (1.19) ini tampak bahwa untuk harga l tertentu maka m maksimum terjadi jika m=
ldan Plm
sedangkan m minimum terjadi pada m= - l

jika dikaitkan dengan ungkapan (4.14), maka untuk l tertentu m dapat berharga

m= 0, ±1, ±2…, ± l (1.21)

bilangan bulat l disebut sebagai bilangan kuantum orbital.

1.1.4 Persamaan Radial

tampak pada persamaan radial ini terdapat nilai atau energi eigen E. Pada pembahasan paper ini
penulis batasi pada keadaan terikat yaitu keadaan dengan energi negatif E = −⎟ E⎟

Perubahan variabel

( 1.22)

Membuat persamaan (1.8c) tereduksi menjadi

( 1.23)

𝑒² 𝑚𝑒
Dengan λ= { }½ (1. 24)
2𝛱ƹħ² 8 |𝐸 |
Untuk menentukan solusi persamaan (1.23) kita selidiki terlebih dahulu perilaku persamaan
tersebut pada dua daerah extrim yaitu daerah jauh sekali dan daerah pusat koordinat. Sebelumnya
tuliskan terlebih dahulu persamaan (1.23) dalam bentuk

untuk daearah jauh sekali ρ → ∞ , secara efektif persamaan tersebut menjadi

Solusi persamaan ini adalah

Sedangkan pada daerah titik asal, R ditulis sebagai

dan subtitusikan ke dalam suku pertama persamaan (1.25) diperoleh

Karena itu persamaan (1.25) tereduksi menjadi persamaan deferensial untuk U

Selanjutnya kalikan dengan ρ2 dan ambil limit mendekati pusat koordinat


Sehingga tampak suku dominannya adalah

Solusi yang memenuhi persamaan suku dominan ini dan kondisi fisis keberhinggaan ρ → 0
adalah

karena itu solusi untuk daerah asal (koordinat) menggunakan hasil (1.31) dan hubungan (1.28)
diberikan oleh

Mempertimbangkan solusi-solusi untuk daerah extrim di depan, solusi umumnya diusulkan


berbentuk perkalian antara solusi titik asal, posisi jauh sekali dan fungsi umum terhadap jarak

dari sini kita dapat menggunakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, menggunakan
polinomial Laguerre atau dengan deret polinomial.murni. dengan menggunakan polinomial
Laguerre dengan menggunakan persamaan (1.29) didapatkan persamaan untuk L, yaitu

memberikan Solusi deret


Akan memberikan rumus rekursi

tampak bahwa deret akan berhingga jika λ adalah bilangan bulat, misalkan

λ=n (1.36)

maka as+1 dan seterusnya akan menajdi nol jika

s = n − l −1 (1.37)

sehingga L(ρ ) merupakan polinomial

menggunakan pemilihan λ = n persamaan (1.33) menjadi

persamaan (1.39) ini tidak lain adalah persamaan differensial laguerre terasosiasi, yang
mempunyai bentuk umum

solusinya disebut polinom Laguerre teasosiasi Lpqdapat diperoleh dari rumus rodrigues
kemudian koefisien p dan q dihubungkan denganbilangan kuantum orbital l dan bilangan bulat n
yang nantinya disebut bilangan kuantum utama menurut

p = 2 l +1

q=n+l (1.42)

karena itu solusi persamaan (1.39) diberikan oleh

dengan demikian solusi radial diberikan oleh

dengan Nnl adalah konstanta normalisasi

Dan diberikan oleh


dari hubungan p,q, n dan l serta penyebut pada ungkapan (1.42) didapat bahwa q-p harus lebih
besar atau sama dengan nol, atau

p≤q (1.48a)

atau (2 l +1) ≤ n+ l , tepatnya

l ≤ n-1 (1.48b)

jadi untuk n tertentu maka

l = 0,1,2,3,...,n-1 (1.48c )

Bilangan bulat ini disebut bilangan kuantum utama.

Contoh soal!

Anda mungkin juga menyukai