Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Fisika Vol. 4 No.

2, Nopember 2014 57

ALIH TEKNOLOGI
PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA
UNTUK KEPERLUAN RU’YATUL HILAL BAGI REMAJA MASJID
Sehah*, Abdullah Nur Aziz, Mukhtar Effendi
Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman
Jalan dr. Suparno No.61 Karangwangkal Purwokerto

*Email: sehahallasimy@yahoo.com

Abstrak

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Program Penerapan IPTEKS yang


berjudul “Alih Teknologi Pembuatan Teropong Bintang Sederhana untuk Keperluan
Ru’yatul Hilal bagi Remaja Masjid” telah dilakukan di Masjid Baitussalam Desa
Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Tujuan kegiatan adalah
melakukan alih teknologi teknis pembuatan teropong bintang sederhana bagi Remaja
Masjid. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, dan
praktek. Setelah dilakukan alih teknologi, sebagian besar peserta memberikan respons
positif terhadap kegiatan PKM ini dan terdapat keinginan cukup kuat untuk menerapkan
dan menyebarluaskan. Indeks capaian rata-rata keberhasilan kegiatan ini berdasarkan
monitoring menggunakan kuisioner adalah 78,69%, dengan indeks capaian tertinggi
96,43% dan indeks capaian terendah 60,71%. Tingkat pemahaman peserta kegiatan
PKM terhadap materi alih teknologi dan sosialisasi yang diberikan cukup optimal. Hal
ini terlihat dari hasil rekapitulasi nilai pre-test maupun post-test, dimana nilai rata-rata
pre-test adalah 4,95, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 7,86. Berdasarkan nilai-
nilai yang diperoleh tersebut, terdapat kenaikan nilai pre-test ke post-test sebesar
58,58% yang menunjukkan bahwa penyerapan materi PKM oleh peserta sesuai dengan
yang diharapkan

Kata kunci: alih teknologi, remaja masjid, ru’yatul hilal, teropong bintang sederhana

PENDAHULUAN 1 1 1
 
Teropong merupakan instrumen optik Fob Sob Sob ' (1)
yang berfungsi membantu mata untuk melihat Sob merupakan jarak obyek terhadap
obyek-obyek jauh agar dapat terlihat jelas.
lensa obyektif dan Sob adalah jarak bayangan.
Pada dasarnya teropong bintang memiliki dua
Karena Sob terletak sangat jauh dan dianggap
buah lensa cembung yaitu lensa obyektif
tak terhingga (), maka persamaan (1) dapat
(menghadap ke obyek) dan lensa okuler (dekat
dituliskan menjadi:
dengan mata). Jarak titik fokus lensa obyektif
harus lebih besar daripada jarak titik fokus
1 1
lensa okuler sehingga bayangan akhir yang 0
terbentuk cukup besar (Sears & Zemansky Fob Sob ' (2)
1972; Giancoli 2001). Secara umum berkas Hal ini berarti Sob = Fob, atau bayangan
cahaya dari obyek-obyek langit datang berupa nyata dari obyek yang sangat jauh terletak
berkas cahaya sejajar yang diterima oleh lensa tepat di titik fokus lensa obyektif seperti
obyektif, sehingga membentuk bayangan Gambar 1.
nyata, diperkecil, dan terbalik di titik fokus Bayangan yang dibentuk oleh lensa
lensa obyektif (Fob), dengan persamaan (Tipler obyektif tersebut, kemudian diasumsikan
1998):
sebagai benda bagi lensa okuler. Jika mata
pengamat rileks atau tidak berakomodasi,
58 Sehah et al., Alih Teknologi Pembuatan Teropong Sederhana

maka lensa okuler dapat diatur sedemikian Selanjutnya berkas cahaya dari bayangan
rupa sehingga bayangan akhir dari lensa okuler lensa obyektif yang sejajar dengan sumbu
berada pada jarak tak terhingga (Sok = ). utama tersebut, setelah jatuh pada lensa okuler,
Syaratnya adalah letak benda maya yang maka berkas itu melewati titik fokus okuler
merupakan bayangan lensa obyektif (Sok) harus (Fok) menuju ke mata pengamat, sehingga
berada di titik fokus dari lensa okuler (Fok), sudut θ dapat dinyatakan:
dengan persamaan sebagai berikut (Tipler h1
1998): ' 
Fok (7)
1 1 1
  Dengan demikian perbesaran anguler
Fok Sok Sok ' (3) (perbesaran total) teropong dapat dirumuskan:
Jika Sok = Fok, maka:  F
M   ob
 Fok (8)
1
 0  Sok '   Tanda minus (–) persamaan (8)
Sok ' (4) menunjukkan bahwa bayangan akhir yang
terbentuk bersifat terbalik relatif terhadap
Berdasarkan persamaan (2) dan obyek atau benda. Berdasarkan persamaan (8),
persamaan (4), agar benda maya berada di titik untuk memperoleh perbesaran yang lebih,
fokus okuler (Fok) dan bayangan akhirnya lensa obyektif harus memiliki jarak fokus yang
berada pada jarak tak terhingga (Sok = ), maka besar atau panjang, sedangkan lensa okuler
panjang teropong (d) yang dibuat harus harus memiliki panjang fokus yang kecil atau
memenuhi syarat sebagai berikut: pendek .
d  Fob  Fok Salah satu ciri penanggalan kalender
(5) Islam (hijriyyah) adalah dengan melihat bulan
sabit (hilal) setiap akan menentukan awal
Persamaan (5) menunjukkan bahwa titik bulan. Hal ini menjadi amat penting tatkala
fokus lensa obyektif (Fob) dan titik fokus lensa awal bulan yang ditentukan adalah bulan
okuler (Fok) menempati titik yang sama atau Ramadhan dan bulan Syawal karena terkait
berimpit (Gambar 1). dengan pelaksanaan ibadah Puasa. Hilal
merupakan sosok bulan sabit tipis yang dapat
diamati pertama kali pada setiap memasuki
awal bulan hijriyyah. Tradisi menyaksikan
bulan sabit muda (ru’yatul hilal) merupakan
petunjuk yang sangat kuat bahwa visibilitas
fisik hilal di langit merupakan obyek yang
tepat untuk menentukan awal bulan. Teropong
bintang berperan membantu dalam
pengamatan hilal, sehingga dapat dicapai
obyektivitas hasil pengamatan dan unifikasi
Gambar 1. Skema teropong bintang dan persepsi obyek langit yang dinamakan hilal.
pembentukan bayangannya. Selain itu, kesalahan-kesalahan persepsi
tentang obyek-obyek langit lain yang diduga
Nilai perbesaran total bayangan teropong sebagai hilal dapat dihindari (Chairul 2008).
dapat diketahui dengan mengamati skema Masyarakat yang menjadi khalayak
perjalanan berkas cahaya pada teropong. Jika sasaran dalam kegiatan PKM – Program
tinggi bayangan lensa obyektif (h1) sangat Penerapan IPTEKS adalah Remaja Masjid,
kecil daripada Fob, serta tangen θ ≈ θ untuk karena remaja masjid umumnya terlibat aktif
sudut yang sangat kecil, maka sudut θ dapat dalam penyelenggaraan kegiatan amaliyah
dinyatakan dengan persamaan (Halliday & pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri, dan
Resnick 1984): peringatan hari-hari besar Islam lainnya.
h1 Adapun masjid yang dipilih pada kegiatan ini
 adalah Masjid Baitussalam Desa Kebarongan,
Fob (6) Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas
Jurnal Fisika Vol. 4 No. 2, Nopember 2014 59

mengingat suasana desa yang relatif religius. teropong bintang sederhana ditunjukkan pada
Sebagian besar masyarakat Desa Kebarongan Tabel 1.
beragama Islam. Desa ini sering disebut Model kegiatan yang diterapkan dalam
sebagai Desa Santri, karena terdapat beberapa PKM – Program Penerapan IPTEKS yang
pondok pesantren, madrasah, serta yayasan dilaksanakan di Masjid Baitussalam, Desa
Islam. Pengurus takmir masjid Baitussalam Kebarongan, Kecamatan Kemranjen,
juga mempunyai latar belakang organisasi Kabupaten Banyumas adalah alih teknologi.
yang berbeda, seperti Muhammadiyah, Kegiatan alih teknologi bertujuan untuk
Nahdhatul Ulama (NU), dan manhaj salafy. mentransfer teknologi sederhana pembuatan
teropong bintang dari bahan bekas yang murah
METODE dan tersedia di lingkungan sekitar. Selain itu
juga dilakukan sosialisasi teknik pengamatan
Pembuatan teropong bintang sederhana
hilal menggunakan teropong bintang
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar,
sederhana. Dalam kegiatan PKM disampaikan
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas
beberapa materi (makalah) yang dipadu
Jenderal Soedirman pada bulan Maret hingga
dengan diskusi, observasi, dan evaluasi. Topik-
Mei 2014. Adapun alih teknologi kepada
topik materi alih teknologi dan sosialisasi yang
khalayak sasaran telah dilaksanakan pada hari
disampaikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Jumat 23 Mei 2014 di Masjid Baitussalam,
Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas. Beberapa peralatan dan
bahan yang digunakan dalam pembuatan

Tabel 1. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan dua set teropong bintang
sederhana.
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Lensa Obyektif (lensa cembung  = 7 cm) 2 buah
2 Lensa Okuler (lensa cembung  = 2,5 cm) 2 buah
3 Pipa Peralon ( = 2 inch, p = 12,5 cm ) 2 buah
4 Pipa Peralon ( = 2,5 inch, p = 27 cm ) 2 buah
5 Pipa Peralon ( = 3 inch, p = 15 cm ) 2 buah
6 Oversock (sambungan pipa) dari 2,5 inch ke 2 inch 4 buah
7 Oversock (sambungan pipa) dari 2 inch ke 1,25 inch 4 buah
8 Sock (sambungan pipa) 2,5 inch 4 buah
9 Lem Peralon 1 tube
10 Cat hitam dan kuas 1 set
11 Kayu penyangga secukupnya
12 Sekrup kecil secukupnya

Tabel 2. Topik materi yang disosialisasikan dalam kegiatan PKM penerapan IPTEKS
No. Topik Makalah Pemateri
1 Konsep Dasar Fisika Optik untuk Pembuatan Teropong Sehah, S.Si. M.Si.
Bintang Pembias dan Teropong Bintang Pemantul
2 Alih Teknologi Teknik Pembuatan Teropong Bintang Dr. Abdullah Nur
Sederhana dengan Menggunakan Bahan Baku Peralon Aziz, M.Si.
Hitam dan Lensa Cembung
3 Sosialisasi Teknik Pengamatan Hilal Menggunakan Dr. Eng. Mukhtar
Teropong Bintang Sederhana Effendi, M.Eng.
60 Sehah et al., Alih Teknologi Pembuatan Teropong Sederhana

HASIL DAN PEMBAHASAN dan Sangat Tidak Setuju (STS). Selanjutnya


jawaban-jawaban tersebut diberikan bobot
Desain model dan realisasi peralatan
untuk mempermudah pengolahan datanya
teropong bintang sederhana yang telah dibuat
yaitu Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4,
dan diimplementasikan pada kegiatan PKM –
Ragu-Ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2,
Program Penerapan IPTEKS di Masjid
dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.
Baitussalam, Desa Kebarongan, Kecamatan
Kemranjen dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Tabel 3. Item-item observasi dalam kuisioner
Gambar 3. Teropong bintang sederhana
tersebut dibuat berdasarkan desain model No. Item-Item Observasi
menggunakan peralatan dan bahan seperti Apakah anda setuju dilakukan kegiatan
ditunjukkan pada Tabel 1. PKM ini sebagai upaya untuk
1
menambah ilmu dan pengalaman bagi
Remaja Masjid dan masyarakat?
Apakah anda dapat memahami seluruh
materi yang telah disampaikan oleh
2
narasumber dari Tim Dosen UNSOED,
baik teori maupun praktek?
Apakah anda setuju apabila hasil
kegiatan PKM ini disebarluaskan ke
3
setiap masjid maupun musholla di
lingkungan sekitar anda?
Apakah anda setuju mendapatkan
manfaat dari hasil penyampaian materi
Gambar 2. Desain model teropong bintang 4 oleh narasumber khususnya
sederhana menggunakan dua buah lensa pengetahuan tentang teknik pembuatan
(keterangan: L = panjang teropong, f1 = Fob, teropong bintang sederhana?
dan f2 = Fok) Apakah anda dapat memahami dan
membuat ulang teropong bintang
5
sederhana menggunakan bahan-bahan
bekas yang ada di sekitar anda?
Apakah anda dapat memahami cara
kerja teropong bintang sederhana
6
berdasarkan prinsip-prinsip dasar ilmu
Fisika?
Apakah anda dapat memahami bentuk
hilal (bulan sabit muda) dan cara
7
Gambar 3. Realisasi teropong bintang mengamatinya menggunakan teropong
sederhana dari bahan pipa peralon bintang sederhana?
menggunakan Apakah anda setuju apabila masjid dan
dua buah lensa cembung, yaitu lensa obyektif musholla di lingkungan anda berperan
dan lensa okuler 8 sebagai pioneer atau pelopor
(untuk skala latihan: Fob = 33,70cm dan Fok = penyebaran informasi ini kepada
19,07cm). masyarakat lain?
Apakah anda setuju apabila kegiatan
Respon dari peserta kegiatan PKM – PKM ini perlu ditindaklanjuti dengan
9
Program Penerapan IPTEKS diobservasi pelatihan secara berkala, khususnya
melalui kuisioner, dengan item-item observasi tentang teropong dan ru’yatul hilal?
ditunjukkan pada Tabel 3. Mengingat peserta Apakah anda bersedia
kegiatan PKM memiliki latar belakang mengimplementasikan hasil kegiatan
pendidikan bervariasi, maka peserta diminta PKM untuk melakukan pengamatan
10
memilih jawaban pertanyaan-pertanyaan hilal di setiap awal bulan Islam
observasi yang terdiri atas: Sangat Setuju (SS), khususnya menjelang bulan suci
Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Ramadhan?
Jurnal Fisika Vol. 4 No. 2, Nopember 2014 61

Hasil rekapitulasi jawaban para peserta teknik pembuatan teropong bintang


terhadap kuisioner dirangkum dalam sebuah berdasarkan prinsip-prinsip dasar Fisika serta
diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 4. teknik pengamatan hilal menggunakan
Berdasarkan hasil rekapitulasi, diperoleh teropong bintang sederhana masih belum
indeks capaian rata-rata keberhasilan kegiatan optimal.
PKM – Program Penerapan IPTEKS sebesar Selain observasi melalui kuisioner,
78,69% dengan indeks capaian tertinggi keberhasilan PKM – Program Penerapan
96,43% untuk item No.3, serta indeks capaian IPTEKS juga dievaluasi melalui pelaksanaan
terendah adalah 60,71% untuk item No.5. pre-test dan post-test. Lembar pre-test
Masih rendahnya item No.5, kemungkinan diberikan kepada setiap peserta sebelum
akibat keraguan dari peserta untuk pelaksanaan kegiatan PKM, adapun lembar
menduplikasi atau membuat ulang teropong post-test diberikan setelah kegiatan selesai.
bintang sederhana dari bahan-bahan pipa dan Tujuan pre-test adalah untuk mengetahui
lensa bekas yang ada di lingkungan sekitar. kemampuan dasar peserta tentang materi yang
Namun hal ini dapat dipahami karena sebagian akan disampaikan pada kegiatan PKM
besar peserta alih teknologi ini memiliki latar sedangkan tujuan post-test adalah untuk
belakang pendidikan dan ketrampilan yang mengetahui sejauh mana pemahaman dan
relatif kurang sesuai untuk mempraktekkan penyerapan materi peserta setelah mengikuti
pembuatan teropong bintang sederhana. kegiatan PKM. Agar hasil kedua test ini dapat
Berdasarkan hasil observasi melalui dibandingkan, maka soal pre-test dan post-test
kuisioner, diketahui bahwa secara umum dibuat sama. Secara lengkap item-item soal
peserta memberikan respons positif terhadap yang diujikan di dalam lembar pre-test
kegiatan PKM – Program Penerapan IPTEKS maupun post-test dapat dilihat pada Tabel 4.
dan terdapat keinginan kuat untuk menerapkan
dan menyebarluaskannya. Hal ini tercermin
dari jawaban peserta terhadap pertanyaan
kuisioner pada item No.1, No.3, No.4, No.8,
dan No.9. Sedangkan untuk tingkat
pemahaman materi PKM dan kesediaan
peserta mengimplementasikan hasil kegiatan
PKM dalam pengamatan hilal di setiap awal
bulan Islam adalah cukup. Hal ini tercermin
dari jawaban peserta terhadap pertanyaan
kuisioner untuk item No.2 dan No.10. Gambar 4. Indeks capaian keberhasilan
Sedangkan respon peserta untuk item-item kegiatan PKM – Program Penerapan IPTEKS
observasi No.5, No.6, dan No.7 adalah sedang. berdasarkan rekapitulasi jawaban peserta
Hal ini diduga akibat penyerapan atau melalui observasi kuisioner.
pemahaman materi PKM yang disampaikan
tim Dosen, khususnya yang terkait dengan

Tabel 4. Soal-soal yang diujikan dalam lembar Pre-Test dan Post-Test beserta jawabannya
Jawaban
No. Item-Item Soal
Benar
1 Teropong adalah peralatan optik yang dapat digunakan untuk melihat
benda….agar dapat dilihat dengan jelas. A
a. jauh b. dekat c. kecil
2 Lensa yang digunakan sebagai komponen utama peralatan teropong
bintang adalah…. B
a. lensa cekung b. lensa cembung c. lensa datar
3 Lensa yang digunakan untuk menerima langsung berkas cahaya dari
obyek atau benda langit pada peralatan teropong disebut….
C
a. lensa okluer b. lensa tipis c. lensa
objektif
62 Sehah et al., Alih Teknologi Pembuatan Teropong Sederhana

4 Lensa yang digunakan untuk melihat bayangan akhir obyek atau benda
langit di dalam sebuah teropong adalah lensa…. A
a. okuler b. obyektif c. paralel
5 Bayangan akhir yang terbentuk pada peralatan teropong dapat dilihat
langsung menggunakan mata. Bayangan tersebut mempunyai sifat-sifat
C
di bawah, kecuali….
a. diperbesar b. terbalik c. nyata
6 Yang dimaksud dengan hilal adalah bulan sabit tipis yang muncul pada
saat….dalam kalender Islam.
C
a. akhir bulan b. tengah bulan c. awal bulan

7 Hilal dapat dilihat menggunakan teropong sesaat setelah….


A
a. matahari terbenam b. bintang muncul c. bulan naik
8 Di bawah ini adalah tempat-tempat yang digunakan untuk melakukan
ru’yatul hilal, kecuali….
B
a. pantai b. hutan c. puncak
gunung
9 Sesaat sebelum hilal baru muncul, seluruh badan bulan yang terlihat
dari bumi gelap. Peristiwa ini disebut istikmal atau…. C
a. komparasi b. kombinasi c. konjungsi
10 Untuk melakukan pengamatan hilal, teropong harus diarahkan ke….
B
a. utara b. barat c. timur

materi PKM secara teoritik oleh peserta cukup


Lembar jawaban pre-test maupun post- optimal karena terdapat kenaikan nilai pre-test
test yang telah diisi oleh peserta PKM, ke nilai post-test sebesar 58,58%. Hasil
selanjutnya dikoreksi oleh tim dosen dan diberi persentase perolehan nilai pre-test dan post-
nilai. Rentang nilai yang ditetapkan adalah 0 – test secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 5
10. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai peserta dan Gambar 6. Berdasarkan Tabel 5 tidak ada
untuk pre-test, diperoleh nilai rata-rata sebesar satupun peserta yang mendapatkan nilai pre-
4,95. Sedangkan hasil rekapitulasi nilai peserta test di atas 7, sementara untuk post-test
untuk post-test, diperoleh nilai rata-rata terdapat beberapa peserta memperoleh nilai 9
sebesar 7,86. Hasil rekapitulasi nilai ini dan 10.
menunjukkan bahwa tingkat penyerapan

Tabel 5. Perbandingan perolehan nilai pre-test dan post-test


Prosentase (%)
Nilai
Pre-Test Post-Test
0 0 0
1 0 0
2 0 0
3 4,55 4,76
4 36,36 0
5 22,73 0
6 31,82 19,05
7 4,55 33,33
8 0 0
9 0 4,76
10 0 38,10
Jurnal Fisika Vol. 4 No. 2, Nopember 2014 63

Gambar 5. Distribusi persentase perolehan nilai pre-test dan post-test peserta PKM

SIMPULAN UCAPAN TERIMAKASIH


Berdasarkan hasil kegiatan PKM – Terima kasih disampaikan kepada
Penerapan IPTEKS di Masjid Baitussalam Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kabupaten Banyumas dapat disimpulkan: Jenderal Soedirman atas dukungan dana yang
disediakan dalam kegiatan PKM – Program
1. Alih teknologi pembuatan teropong
Penerapan IPTEKS. Terima kasih disampaikan
bintang sederhana telah berhasil dilakukan
kepada Kepala Laboratorium Fisika Dasar,
dengan indeks capaian rata-rata
Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED atas
keberhasilan berdasarkan hasil rekapitulasi
fasilitas peralatan yang disediakan. Terima
kuisioner adalah 78,69%, dengan indeks
kasih juga disampaikan kepada rekan dosen
capaian tertinggi 96,43% dan indeks
dan mahasiswa Program Studi Fisika yang ikut
capaian terendah adalah 60,71%.
serta membantu kesuksesan program kegiatan
2. Tingkat pemahaman peserta kegiatan PKM ini.
– Penerapan IPTEKS terhadap materi yang
diberikan cukup baik. Hal ini terlihat dari DAFTAR PUSTAKA
hasil rekapitulasi nilai pre-test dengan Chairul, Z.S. 2008. Teknik Pelaksanaan
rata-rata 4,95 dan nilai post-test dengan Rukyatul Hilal. Kantor Wilayah
rata-rata 7,86. Dengan demikian terdapat Kementerian Agama Provinsi Sumatera
kenaikan nilai dari pre-test ke post-test Utara.
sebesar 58,58%.
Giancoli, D.C. 2001. Fisika 2. Terjemahan:
3. Faktor pendukung keberhasilan kegiatan Yuhilza Hanum. Jakarta: Penerbit
PKM adalah adanya dukungan moril yang Erlangga.
kuat dari takmir Masjid Baitussalam serta
Halliday, D & R. Resnick. 1984. Fisika 2.
takmir-takmir masjid lain di Desa
Edisi ke-3. Penerjemah: Pantur Silaban
Kebarongan, Kecamatan Kemranjen,
dan Erwin Sucipto. Jakarta: Penerbit
Kabupaten Banyumas.
Erlangga.
4. Faktor kendala yang dihadapi peserta
Sears, F.W., & M.W. Zemansky. 1972. Fisika
adalah sebagian mereka belum mampu
Untuk Universitas Jilid 3: Optika dan
memahami teknis menduplikasi teropong
Fisika Atom. Penyadur: Nabris Chatib.
bintang sederhana dari bahan-bahan bekas
Jakarta: Binatjipta.
yang ada di sekitar.
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jilid 2 (Terjemahan). Edisi ke-3.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai