Anda di halaman 1dari 58

BAB III

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

3.1. Parameter Perencanaan

3.1.1 Klasifikasi Jalan

Penentuan klasifikasi jenis jalan menurut EMP (Ekivalen Mobil Penumpang)


mengacu pada ke MKJI, 1997. Maka :

a. Mobil Penumpang = 1 x LV = -
b. Bus = 1,2 x HV = -
c. Truk = 1,2 x HV = -
d. Truk Gandeng = 1,2 x HV = - +
= -

3.1.2 Penentuan Dimensi Jalan

Direncanakan pembuatan jalan arteri kelas II untuk penghubung Peraturan


Perencanaan Jalan Raya ( PPGJR ) No. 13/1970 standard geometrik jalan adalah
sebagai berikut :

a. Klasifikasi Jalan = Kelas II


b. Kecepatan Rencana = 80 Km / Jam
c. Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m
d. Lebar Bahu Jalan = 2 x 0,5 m
e. Miring Melintang Jalan ( Tranversal ) =2%
f. Miring Melintang Bahu Jalan =3%
g. Miring Memanjang Jalan ( Longitudinal ) Maksimal = 10 %
h. Kemiringan Talud =1:2

47
3.1.3 Penentuan Kecepatan Rencana

Kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan, yang


memungkinkan kendaraan dapat bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca sesuai dengan data yaitu 80 km/jam.

3.1.4 Perhitungan Jarak Pandangan


 Jarak Pandang Henti (Jh)
Untuk kontrol, nilai jarak pandang henti (Jh) harus ≥ jarak pandang henti
minimum (Jh minimum).
Tabel 3.1 Jarak pandang henti (Jh) minimum (Shirley L.Hendarsin)

VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20


Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Jarak Pandang Henti (Jh) terdiri dari 2, yaitu :


1. Jarak Tanggap (Jht)
AASHTO merekomendasikan waktu tanggap adalah 2,5 detik. Maka :
VR
Jht = t
3,6
80
= . 2,5
3,6
= 55,555 m
2. Jarak Pengereman (Jhr)
Menurut Bina Marga, fp = 0,35 – 0,55
Jhr = ¿ ¿
= ¿¿
493,827
=
10,78
= 45,809 m

48
Sehingga, didapat Jarak Pandang Henti (Jh) sebagai berikut :
Jh = Jht + Jhr
= 55,555 + 45,809
= 101,364 < 120 m (AMAN)

 Jarak Pandang Menyiap (Jm)

Tabel 3.2 Jarak pandang menyiap (Jm) (Shirley L.Hendarsin)

VR, km/jam 80 60 50 40 30 20
Jarak pandang menyiap 550 350 250 150 150
100
Jarak pandang minimum yang di
350 250 200 150 100 70
perlukan

Jm = d1 + d2 + d3 + d4

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),


a .T 1
- d1 = 0,278.T1 ( VR – m + )
2
2,34 . 4,2
= 0,278 . 4,20 ( 80 – 12 + )
2
= 1,168 ( 68 + 4,914)
= 85,17 m
Ket : T1 = 2,12 + 0,026 VR = 2,12 + 0,026 x 80
a = 2,052 + 0,0036 VR = 2,052 + 0,0036 x 80
m = biasanya diambil 10 -15 km/jam

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur


semula (m),
- d2 = 0,278.VR.T2
= 0,278 .80. 10,4

49
= 231,30 m
Ket = T2 = 6,56 + 0,048 VR = 6,56 + 0,048 x 80

d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang


dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
- d3 = 55 m

Tabel 3.3 Tabel Nilai d3

VR, km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 - 110


d3 (m) 30 55 75 90

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan,
2
- d4 = .d
3 2
2
= . 231,30
3
= 154,2 m
Sehingga didapat Jarak Pandang Menyiap (Jm) sebagai berikut :
Jm = d1 + d2 + d3 + d4
= 85,17 + 231,30 + 55 + 154,2
= 525,67 > 350 m (AMAN)

3.2. Perencanaan Alinyemen Horizontal

3.2.1 Perencanaan Alternatif Lintasan

Dalam merencanakan alternatif lintasan pada peta situasi jalan maka


direncanakan dahulu titik-titik yang membentuk garis lurus dan garis lengkung
sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal. Penetapan perencanaan
alternatif lintasan sebagai berikut:

50
Gambar 3.1 Perencanaan trase jalan

Peta yang digunakan dalam perencanaan ini yaitu tipe peta 1(satu).
Perencanaan trase jalan di mulai dari titik D ke titik L, sehingga didapat 4 (empat)
tikungan jalan. Masing-masing tikungan diberikan tanda yaitu tikungan PI1, tikungan
PI2, tikungan PI3, dan tikungan PI4. Sehingga penentuan titik koordinat dan
perhitungan jalan dapat dilakukan.

3.2.2 Penentuan Titik Koordinat dan Grid


Titik yang telah dipilih untuk membuat perencanaan geometrik jalan sesuai
dengan yang telah ditentukan dari titik D ke L.

51
Tabel 3.4 Tabel titik koordinat
TITIK X Y
D 10012,0467 9083,2603
PI 1 10849,0343 8836,1399
PI 2 11559,0191 8946,7417
PI 3 12048,8076 8672,7810
PI 4 12726,8180 8731,3514
L 13318,5974 8543,4613

3.2.3 Perhitungan Jarak Antara Titik Dan Sudut Pertemuan Tikungan

Menghitung Jarak :

√ 2
d D−PI 1= ( X 1−X D ) + ( Y 1−Y D )
2

¿ √ ( 10849,0343−10012,0467 ) + ( 8836,1399−9083,2603 )
2 2

¿ √ (836,987) + (−247,120 )
2 2

¿ 872,705 m

√ 2
d PI 1− PI 2= ( X 2− X 1 ) + ( Y 2−Y 1 )
2

¿ √ ( 11559,0191−10849,0343 ) + ( 8946,7417−8836,1399 )
2 2

¿ √ (709,985) + ( 110,602 )
2 2

¿ 718,548 m

√ 2
d PI 2−PI 3= ( X 3 −X 2 ) + ( Y 3−Y 2)
2

¿ √ ( 12048,8076−11559,0191 ) + ( 8672,7810−8946,7417 )
2 2

¿ √ (489,788)2 + (−273,961 )
2

¿ 561,201 m

√ 2
d PI 3 −PI 4= ( X 4 −X 3 ) + ( Y 4−Y 3 )
2

¿ √ ( 12726,8180−12048,8076 ) + ( 8731,3514−8672,7810 )
2 2

52
¿ √ (678,010) + ( 58,570 )
2 2

= 680,535 m

√ 2
d PI 4−L = ( X L −X 4 ) + ( Y L−Y 4 )
2

¿ √ ( 13318,5974−12726,8180 ) + ( 8543,4613−8731,3514 )
2 2

¿ √ (591,779)2+ (−187,890 )
2

= 620,890 m
Dari yang telah di gambar pada trase terdapat 4 (empat) tikungan dengan jarak
antar titik dan sudut pertemuan tikungan yang berbeda dalam satu trase sesuai dengan
yang di gambar yaitu titik awal ke tikungan 1 terdapat jarak 872,705 m, tikungan 1 ke
tikungan 2 terdapat jarak 718,548 m, tikungan 2 ke tikungan 3 terdapat jarak 561,201
m, tikungan 3 ke tikungan 4 terdapat jarak 680,535 m dan dari tikungan 4 ke titik
akhir terdapat jarak 620,890 m.

3.2.4 Perhitungan Tikungan


3.2.4.1 Perhitungan Tikungan I Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini
pada rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
VR 2
R min =
127.(emax+ fmax)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 m
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena
itu direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana
(Rc) 955, maka untuk nilai e dan Ls nya adalah :
e = 0,038, dan Ls = 70
 LS ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang terbesar :

53
- Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
(menggunakan rumus 2.31 halaman 19 dari bab 2) :
VR
LS = xT
3,6
80
= x3
3,6
LS = 66 m
- Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (menggunakan rumus 2.32 halaman
19 dari bab 2) :
VR 3 VR . e
LS = (0,022 . ¿ – (2,727 . )
R .C C
3
80 80.0,038
= (0,022 . ¿ – (2,727 . )
955. 0,4 0,4
= 29,486 – 20,725
LS = 8,761 m
- Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian (menggunakan
rumus 2.33 halaman 19 dari bab 2) :
( emax−en ) .VR
LS =
3,6 . ℜ
( 0,1−0,02 ) . 80
=
3,6 . 0,035
LS = 50,794 m
Maka, diambil nilai LS terbesar yaitu 66 m.

Berikut Perhitungan Lengkung Sederhana (Spiral – Circle – Spiral),


sebagaimana diketahui :

β = 25
o

V = 80 km/jam
Rc = 955 m
e = 0.038

54
Ls = 70
emaks = 10% = 0,1
Dengan diketahuinya data di atas, berikut perhitungan lengkung sederhana :

 Besar Sudut Spiral


Ls × 90
θs=
π × Rc
70× 90
θs ¿
3,14 ×955
θs ¿ 2,10 °
 Besar pusat busur lingkaran,
θc=β−2 θs
= 25 o - (2 x 2,10)
θc = 20,8°

 Panjang Lengkung Circle

θc
Lc= ×2 πRc
360

20,8
Lc= ×2 π × 955=¿346,692m
360

 Panjang tangen (dan titik PI ke TS atau ke ST)

p* = 0,0117602

k* = 0,4996732

p = Ls x p*
= 70 x 0,0117602
p = 0,82 m
k = Ls x k*
= 70 x 0,4996732

55
= 24,98 m

Ts = ( Rc + p) tg ½ β + k

= (955 +0,82) tg ½ . 25 + 35

Ts = 243,53 m

 Jarak PI ke lengkung peralihan

Es = (Rc + p) sec ½ β - Rc

= (955+0,21) sec ½ . 25 – 955


Es = 22,926 m

 Panjang busur lingkaran

L = Lc + 2 Ls
= 346,692m + (2 x 70)
L = 486,692 m
Kontrol :
L < 2 Ts
486,692 m < (2 x 990,04)
486,692 < 1980,08 m ……………(OK)

56
Gambar 3.1 Tikungan I S-C-S
1. Perhitungan Tikungan II Full – Circle ( F – C )
 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
2
VR
R min =
127.(emax+ fmax)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana
(Rc) 955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :

57
β = 38
o

V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 38 = 19 o

2. Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :

Rc tan 1 β
×
Tc = 2

tan 1 38 o
×
Tc = 955 2

Tc = 316,698 m

3. Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :

1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 316,698 × tan
4 38
Ec = 52,510 m

4. Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :

Lc = 0,01745 × β × Rc
Lc = 0,01745 × 38 × 955
Lc = 633,260 m

Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 316,698 > 633,260

58
633,396 > 633,260 ……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 633,396 ≥ 633,260 maka tikungan


berjenis F-C.

Gambar 3.1 Tikungan II F-C

2. Perhitungan Tikungan III Full – Circle ( F – C )


 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
VR 2
R min =
127.(emax+ fmax)
2
80
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm

59
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana
(Rc) 955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
β = 34
o

V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 34 = 17 o

2. Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :

Rc tan 1 β
×
Tc = 2

tan 1 34 o
×
Tc = 955 2

Tc = 283,361 m

3. Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :

1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 283,361 × tan
4 34
Ec = 42,037 m

4. Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :

Lc = 0,01745 × β × Rc

60
Lc = 0,01745 × 34 × 955
Lc = 566,601 m
Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 283,361 > 566,601
566,722 > 566,601 ……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 405,982 ≥ 399,954 maka tikungan


berjenis F-C.

Gambar 3.1 Tikungan III F-C

3. Perhitungan Tikungan IV Full – Circle ( F – C )

61
 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
VR 2
R min =
127.(emax+ fmax)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana (Rc)
955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
β = 23
o

V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 23 = 11,5 o

2. Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :

Rc tan 1 β
×
Tc = 2

tan 1 23 o
×
Tc = 955 2

Tc = 191,685 m

3. Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :

62
1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 191,685 × tan
4 23
Ec = 19,236 m

4. Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :

Lc = 0,01745 × β × Rc
Lc = 0,01745 × 23 × 955
Lc = 383,29 m
Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 191,685 > 383,29
383,37 > 383,29 ……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 383,37 ≥ 383,29 maka tikungan


berjenis F-C.

63
Gambar 3.1 Tikungan IV F-C

Tabel 3. 5 Rekapitulasi Perhitungan Tikungan


No. Satuan 1 2 3 4
o
 25 38 34 23
VR Km/Jam 80 80 80 80
RC m 955 955 955 955
LS m 70 - - -
θS o
2,10 19 17 11,5
Tc m - 316,698 283,361 191,685
Ec m - 52,510 42,037 19,236
LC m 346,692 633,260 566,601 383,29

64
e % 0,038 0,038 0,038 0,038
Kontrol (OKE) L < 2. Ts 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc
Jenis Lengkung S–C-S F–C F-C F-C
3.2.5 Perhitungan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
Diketahui :
b = 2,5 m (lebar kendaraan rencana)
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
U = B-b
C = 1 m (lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kendaraan)
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = 2x 3,5m = 7 m (lebar total perkerasan pada bagian lurus)
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = 2 (jumlah lajur)
Bt = n (B + C) + Z
∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan
∆b = Bt – Bn
Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal
untuk lajur sebelah dalam.
Besarmya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan dan sudut
belokan roda depan (α )
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung
horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarmya Ri dipengaruhi oleh
jarak gandar kendaraan (p)
Kendaraan Rencana = Truk Tunggal
= √¿ ¿
B

U = B – b, sedangkan ukuran kendaraan rencana truk adalah :

65
P = jarak antara gandar = 6,5 m

A = tonjolan depan kendaraan = 1,5 m

b = lebar kendaraan = 2,5 m

Sehingga :

B = √ √ 2
{ √ Rc 2 −( P+ A )2 + 1 2 b }2 +( P+ A )2 − Rc 2 −( P+ A ) + 1 2 b

Rc = R –½x lebar perkerasan + ½ b


= 955 – ½(2 x 3,5) + ½ 2,5
Rc = 952,75 m
Maka :

=
B √¿¿

= √¿¿

= √¿¿

= 953,99−952,71+1,25

= 2,53 m
U =B–b
= 2,53 – 2,5
= 0,03 m

V
Z = 0,105 , menggunakan rumus 2.42 hal 27 dari bab 2 :
√R
80
= 0,105 .
√ 955

= 0,271 m

66
C = ½ Bn - b

= ½ x 7 – 2,5

=1m

Bt = n (B+C) + Z

= 2 (2,53 + 1,000) + 0,271

= 7,33 m

Maka lebarnya pekerasan pada tikungan I

∆b = Bt – Bn

= 7,33 – 7

= 0,33 m

Catatan :

Menurut Bina Marga, syarat dilakukannya pelebaran adalah jika ∆ b > 0,6.

Karena 0,33 > 0,6, maka tidak perlu dilakukan penambahan pelebaran perkerasan di

tikungan I sebesar 0,33 m.

Tabel Rekapitulasi
Komponen Satuan I II III IV
B M 2,53 2,53 2,53 2,53
Rc M 952,75 952,75 952,75 952,75
U M 0,03 0,03 0,03 0,03
Z M 0,271 0,271 0,271 0,271
C M 1 1 1 1

67
Bt M 7,33 7,33 7,33 7,33
∆b M 0,33 0,33 0,33 0,33
Syarat Pelebaran
0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6
∆ b > 0,6
Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Kesimpulan
penambahan penambahan penambahan penambahan
pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran

3.2.6 Diagram Superelevasi

1. Diagram Superelevasi Tikungan I (S-C-S)

Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga

dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 92,15

Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax

= (0,038 + 0,02) x 7 x 150

= 60,9 m

Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax

= 92,15 – ½ x 7 x 0,038

= 92,017

Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal

68
= 92,15 – 0,02

= 92,13

Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax

= 92,15 + ½ x 7 x 0,038

= 92,283

Gambar 3.9 Diagram Tikungan I S-C-S

2. Diagram Superelevasi Tikungan II (F-C)

Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga

dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 90,22

69
Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax

= (0,038 + 0,02) x 7 x 150

= 60,9 m

Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax

= 90,22 – ½ x 7 x 0,038

= 90,087

Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal

= 90,22 – 0,02

= 90,2

Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax

= 90,22 + ½ x 7 x 0,038

= 90,353

Gambar 3.10 Diagram Tikungan II F-C

3. Diagram Superelevasi Tikungan III (F-C)

Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%

70
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga

dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 89,47

Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax

= (0,038 + 0,02) x 7 x 150

= 60,9 m

Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax

= 89,47 – ½ x 7 x 0,038

= 89,337

Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal

= 89,47– 0,02

= 89,45

Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax

= 89,47 + ½ x 7 x 0,038

= 89,603

Gambar 3.11 Diagram Tikungan III F-C

4. Diagram Superelevasi Tikungan IV (F - C)

71
Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga

dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 86,89

Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax

= (0,038 + 0,02) x 7 x 150

= 60,9 m

Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax

= 86,89 – ½ x 7 x 0,038

= 86,757

Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal

= 86,89 – 0,02

= 86,87

Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax

= 86,89 + ½ x 7 x 0,038

= 87,023

72
Gambar 3.12 Diagram Tikungan IV (F - C)

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Diagram Superelevasi

No. Satuan I II III IV

Lebar M 7 7 7 7
Enormal % 2% 2% 2% 2%
Emax % 3,8% 3,8% 3,8% 3,8%
Mmax - 1/150 1/150 1/150 1/150
Elevasi As jalan - 92,15 90,22 89,47 86,89
Ls’(fiktif) M 60,9 60,9 60,9 60,9
Ekb Dalam - 92,017 90,087 89,337 86,757
Ekb Tengah - 92,13 90,2 89,45 86,87
Ekb Luar - 92,283 90,353 89,603 87,023

3.2.7 Perhitungan Kebebasan Samping


Perhitungan kebebasan samping dengan kecepatan 80 Km/Jam dan Jh = 101,364
m. Berikut perhitungan kebebasan samping :
1. Tikungan I ( S – C– S )

73
Diketahui :
β = 25o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 346,692 + (2 x 70)
= 486,692 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.45 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter

Gambar 3.1 Menentukan Jarak Pandang Tikungan I ( F – C )

2. Tikungan II ( F – C )
Diketahui :

74
β = 38o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 633,260 + (2 x 70)
= 733,26 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2:
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter

Gambar 3.2 Menentukan Jarak Pandang Tikungan II ( F – C )

3. Tikungan III ( F – C )
Diketahui :
β = 34o

75
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 566,601 + (2 x 70)
= 706,601 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter

Gambar 3.3 Menentukan Jarak Pandang Tikungan III ( F – C )

4. Tikungan IV ( F – C )
Diketahui :
β = 23o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)

76
= 383,29 + (2 x 70)
= 416,630 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter

Gambar 3.4 Menentukan Jarak Pandang Tikungan IV ( F – C )

3.2.8 STATIONING
1. Lengkung Horizontal I ( F – C )
Awal STA = 0 + 000
STA PL1 = STA E + a1
= 000 + 872,705 = 0+ 872,705m
STA TS1 = STA E + a1 – Ts1

77
= 000 + 872,705 – 243,53 = 0 + 629,175 m
STA PI1 = STA Ts1 + ½ Lc1
= 629,175+ ½ 346,692 = 0 + 802,521 m
STA CT1 = STA PI1 + Ts1
= 802,521 + 243,53 = 0 + 1056,051 m

2. Lengkung Horizontal II ( F – C )
STA TC2 = STA PI1 + a2 – Tc2
= 802,521 + 718,548 – 316,698 = 1 + 204,371 m
STA PI2 = STA TC2 + ½ Lc2
= 1204,371 + ½ 633,260 = 1 + 521,001 m
STA CT2 = STA PI2 + Tc2
= 1521,001 + 316,698 = 1 + 837,699 m

3. Lengkung Horizontal III ( F – C )


STA TC3 = STA PI2 + a3 – Tc3
= 1521,001 + 561,201 – 283,361 = 1 + 798,841 m
STA PI3 = STA TC3 + ½ Lc3
= 1798,841 + ½ 566,601 = 2 + 082,141 m
STA CT3 = STA PI3 + Tc3
= 2082,141 + 283,361 = 2 + 365,502 m

4. Lengkung Horizontal IV ( F – C )
STA TC4 = STA PI3 + a4 – Tc4
= 2082,141 + 680,535 – 191,685 = 2 + 570,991 m
STA PI4 = STA TC4 + ½ Lc4
= 2570,991 + ½ 383,29 = 2 + 762,636 m
STA CT4 = STA PI4 + Tc4
= 2762,636 + 191,685 = 2 + 954,321 m

78
STA Akhir = STA ST4 + a5 – Tc4
= 2954,321 + 620,890 – 191,685 = 3 + 383,561 m

Kontrol :
3383,561 m < (d1) + (d2) +(d3)+( d4)+( d5)
3383,561 m < (872,705) + (718,548) + (561,201) + (680,535) + (620,890 )
3383,561 m < 3453,879 m ………..(OK)

3.1 Perencanaan Alinyemen Vertikal


3.4.1 Perhitungan Kelandaian Memanjang

Data Perhitungan :
Sta E = 0 + 000 = 80,90
Sta PV1 = 0 + 722 = 83,60
Sta PV2 = 1 + 448 = 86,20
Sta PV3 = 2 + 418 = 88,80
Sta PV4 = 3 + 134 = 91,15
Sta J = 3 + 768 = 91,80

Perhitungan
83,60−80,90
1. g1 = x 100% = 0,374 % (+)
722
86,20−83,60
2. g2 = x 100% = 0,952 % (+)
273
88,80−86,20
3. g3 = x 100% = 8,966% (+)
29
91,15−88,80
4. g4 = x 100% = 0,830 % (+)
283

79
91,80−91,15
5. g5 = x 100% = 0,178 % (+)
364

1. PPV1 (Lengkung Cekung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta E (0 + 000) = 80,90m
 Elevasi Sta PV1 (0 + 722) = 83,60m
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20m
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV1 – Sta E)


= (0 + 722 – 0 + 000)
= 722 m

d2 = (Sta PV2 – Sta PV1)


= (1 + 448 – 0 + 722)
= 273 m

Elevasi PPV 1−Elevasi E


g1 = x 100%
d1
83,60−80,90
= x 100%
722
= 0,374% (+) Menanjak

Elevasi PPV 2−Elevasi PPV 1


g2 = x 100%
d2
86,20−83,60
= x 100%
273
= 0,952% (+) Menanjak

80
D = [g1 – g2]
= [0,374] – [0,952]
= -0,578%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = -0,578%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

D( X 1)2 −0,578(15)2
Y1 = = = -0,013005 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) −0,578(30)
Y2 = = = -0,05202 m
200 xLv 200 x 50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV1 – ½ LV


= 0 + 722 – ½ (50)
= 0 + 697 m

Sta B = Sta PPV1 – ¼ LV


= 0 + 722 – ¼ (50)
= 0 + 709,5 m

Sta C = Sta PPV1 + ¼ LV


= 0 + 722 + ¼ (50)
= 0 + 734,5 m

81
Sta PTV = Sta PPV1 + ½ LV
= 0 + 722 + ½ . 50
= 0 + 747 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV1 – X2 x g1/100


= 83,60 – 30 x (0,374%) / 100
= 83,488 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 83,488 + (0,374%)/100 x 30 + (-0,013005)
= 83,587m

Elevasi PPV = Elevasi PPV1 + Y2


= 83,60 + (-0,05202)
= 83,548 m

Elevasi C = Elevasi PPV1 + g1/100 x X1


= 83,60 + (0,374)/100 x 15
= 83,656 m

Sta PTV = Elevasi PPV1 + g2/100 x X1


= 83,60 + (0,952)/100 x 15
= 88,904 m

82
Gambar 3.13 Vertikal Cekung Tikungan 1

2. PPV2 (Lengkung Cekung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV1 (0 + 722) = 83,60 m
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20 m
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV2 – Sta PV1)


= (1 + 448 – 0 + 722)
= 273 m
d2 = (Sta PV3 – Sta PV2)
= (2 + 418 – 1 + 448)
= 29 m

Elevasi PPV 2−Elevasi PPV 1


g1 = x 100%
d1

83
86,20−83,60
= x 100%
273
= 0,952% (+) Menanjak

Elevasi PPV 3−Elevasi PPV 2


g2 = x 100%
d2
88,80−86,20
= x 100%
29
= 8,966% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [0,952] – [8,966]
= -0,814%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = -8,014%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cekung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

D( X 1)2 −0,814(15)2
Y1 = = = -0,018315 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) −0,814(30)
Y2 = = = -0,07326 m
200 xLv 200 x 50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV2 – ½ LV


= 1 + 448 – ½ (50)
= 1 + 423 m

84
Sta B = Sta PPV2 – ¼ LV
= 1 + 448 – ¼ (50)
= 1 + 335,5 m

Sta C = Sta PPV2 + ¼ LV


= 1 + 448 + ¼ (50)
= 1 + 460,5 m

Sta PTV = Sta PPV2 + ½ LV


= 1 + 448 + ½ (50)
= 1 + 473 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV2 – X2 x g1/100


= 86,20 – 30 x (0,952%) / 100
= 85,914 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 85,914 + (0,952%)/100 x 30 + (-0,018315)
= 86,181 m

Elevasi PPV = Elevasi PPV2 + Y2


= 86,20 + (-0,07326)
= 86,127 m

Elevasi C = Elevasi PPV2 + g1/100 x X1


= 86,20 + (0,952)/100 x 15

85
= 86,343 m

Sta PTV = Elevasi PPV2 + g2/100 x X1


= 86,20 + (8,966)/100 x 15
= 87,545 m

Gambar 3.14 Vertikal Cekung Tikungan 2

3. PPV3 (Lengkung Cembung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20 m
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m
 Elevasi Sta PV4 (3 + 134) = 91,15 m
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV3 – Sta PV2)


= (2 + 418 – 1 + 448)
= 29 m

d2 = (Sta PV4 – Sta PV3)

86
= (3 + 134 – 2 + 418)
= 283 m

Elevasi PPV 3−Elevasi PPV 2


g1 = x 100%
d1
88,80−86,20
= x 100%
29
= 8,966% (+) Menanjak
Elevasi PPV 4−Elevasi PPV 3
g2 = x 100%
d2
91,15−88,80
= x 100%
283
= 0,830% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [8,966] – [0,830]
= 8,136%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = 8,136%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

D( X 1)2 8,136(15)2
Y1 = = = 0,18306 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) 8,136(30)
Y2 = = = 0,73224 m
200 xLv 200 x 50

87
Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV3 – ½ LV


= 2 + 418 – ½ (50)
= 2 + 393 m

Sta B = Sta PPV3 – ¼ LV


= 2 + 418 – ¼ (50)
= 2 + 405,5 m

Sta C = Sta PPV3 + ¼ LV


= 2 + 418 + ¼ (50)
= 2 + 430,5 m

Sta PTV = Sta PPV3 + ½ LV


= 2 + 418 + ½ (50)
= 2 + 443 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV3 – X2 x g1/100


= 88,80 – 30 x (1,94%) / 100
= 88,218 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 88,218 + (8,966%)/100 x 30 + (0,18306)
= 91,091 m

88
Elevasi PPV = Elevasi PPV3 + Y2
= 88,80 + (0,73224)
= 89,532 m

Elevasi C = Elevasi PPV3 + g1/100 x X1


= 88,80 + (8,966)/100 x 15
= 90,145 m

Sta PTV = Elevasi PPV2 + g2/100 x X1


= 88,80 + (0,830)/100 x 15
= 88,924 m

Gambar 3.15 Vertikal Cembung Tikungan 3

4. PPV4 (Lengkung Cembung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m

89
 Elevasi Sta PV4 (3 + 134) = 91,15 m
 Elevasi Sta J (3 + 768) = 91,80 m
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV4 – Sta PV3)


= (3 + 134 – 2 + 418)
= 283 m

d2 = (Sta J – Sta PV4)


= (3 + 768 – 3 + 134)
= 364 m

Elevasi PPV 4−Elevasi PPV 3


g1 = x 100%
d1
91,15−88,80
= x 100%
283
= 0,830% (+) Menanjak

Elevasi J −Elevasi PPV 4


g2 = x 100%
d2
91,80−91,15
= x 100%
364
= 0,178% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [0,830] – [0,178]
= 0,652%

90
Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = 0,652%, maka dari
lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

2 2
D( X 1) 0,652(15)
Y1 = = = 0,01467 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) 0,652(30)
Y2 = = = 0,05868 m
200 xLv 200 x 50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)


Sta PLV = Sta PPV4 – ½ LV
= 3 + 134 – ½ (50)
= 3 + 109 m

Sta B = Sta PPV4 – ¼ LV


= 3 + 134 – ¼ (50)
= 3 + 121,5 m

Sta C = Sta PPV4 + ¼ LV


= 3 + 134 + ¼ (50)
= 3 + 146,5 m

Sta PTV = Sta PPV4 + ½ LV


= 3 + 134 + ½ (50)
= 3 + 159 m

91
Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV4 – X2 x g1/100


= 91,15 – 30 x (0,830%) / 100
= 90,901 m
Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1
= 90,901 + (0,830%)/100 x 30 + (0,01467)
= 91,165 m

Elevasi PPV = Elevasi PPV4 + Y2


= 91,15 + (0,05868)
= 91,209 m

Elevasi C = Elevasi PPV4 + g1/100 x X1


= 91,15 + (0,830)/100 x 15
= 91,274 m

Elevasi PTV = Elevasi PPV4 + g2/100 x X1


= 91,15 + (0,178)/100 x 15
= 91,177 m

92
Gambar 3.16 Vertikal Cembung Tikungan 4

3.5 Perhitungan Drainase


Dari data curah hujan tahunan periode 2012 - 2021 Stasiun Meteorologi.

No Tahun Curah Hujan (mm/dt) (Xi) (Xi - Xa) (Xi - Xa)2


1 2013 221 32,8 1075,84
2 2014 213 24,8 615,04
3 2015 181 -7,2 51,84
4 2016 155 -33,2 1102,24
5 2017 155 -33,2 1102,24
6 2018 186 -2,2 4,84
7 2019 193 4,8 23,04
8 2020 174 -14,2 201,64
9 2021 214 25,8 665,64
10 2022 190 1,8 3,24
n = 10 1882 4845,6

93
∑ Xi
Xa=
n
1.882
=
10
= 188,2 mm

Sd=
√∑ (Xi ¿−Xa ) ¿ 2

=
√ 4845,6
10
= 22,013 mm

Data lain yang diketahui :


Periode Ulang (T) = 5 tahun
n = 10
- Tabel Variasi Yt

Dari tabel tersebut diperoleh Yt = 1,4999

- Tabel Nilai Yn

94
Dari tabel tersebut diperoleh Yn = 0,5128

- Tabel Nilai Sn

95
Dari tabel tersebut diperoleh Sn = 1,0206

Maka diperoleh periode ulang curah hujan rata-rata sebesar :

Sd
Xt = Xa + (Yt – Yn)
Sn

22,013
= 188,2 + (1,4999 – 0,5128)
1,0206

= 209,490 mm/jam

Berdasarkan Peta topografi, maka jarak tempuh, beda tinggi dan luas daerah
yang mempengaruhi dapat ditentukan seperti gambar dibawah ini:

L1 = 3,5
m

a. Menghitung Intensitas Curah Hujan


Bila curah hujan efektif, dianggap mempunyai penyebaran seragam 4 jam. Maka:

Xt
I = 90% x
4

96
209,490
= 90% x
4

= 47,135 mm/jam

b. Menghitung waktu konsentrasi (Tc)


Waktu konsentrasi (Tc) dihitung dengan rumus :
Tc = t1 + t2
2 Nd 0,167
t1 = ( x 3,28 x Lo x )
3 √s
L
t2 =
60V

Koefisien hambatan (nd aspal) = 0,013

Koefisien hambatan (nd bahu) = 0,10

Koefisien hambatan (nd tanah) = 0,80

Kecepatan air rata-rata (V) = 1,10 m/detik

Panjang saluran (L) = 3768 m (Untuk tanah asli lempung padat)

Kemiringan e normal (s aspal) = 2 % = 0,02

Kemiringan bahu ( s bahu) = 4 % = 0,04

Kemiringan tanah (s tanah) = 15,50 % = 0,155

Jarak as jalan ke tepi (Lo aspal) = 3,5 m

Lebar bahu jalan (Lo bahu) = 1,5 m

Jarak terjauh ke drainase (Lo tanah) = 50 m

Keterangan :

97
Tc = Waktu konsentrasi (menit)

t1 = Waktu inlet (menit)

t2 = Waktu aliran (menit)

Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)

L = Panjang saluran (m)

Nd = Koefisien hambatan

S = Kemiringan daerah pengaliran

V = Kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)

Tc = t1 + t2

2 nd 0,155
t1 =( x 3,28 x Lo x )
3 √s

2 0,013 0,155
t aspal = ( x 3,28 x 3,5 x ) = 0,947 menit
3 √ 0,02

2 0,10 0,155
t bahu = ( x 3,28 x 1,5 x ) = 1,080 menit
3 √ 0,04

2 0,8 0,155
t tanah = ( x 3,28 x 50 x ) = 2,311 menit
3 √ 0,155

t1 = (t (aspal) + t (bahu) + t (tanah))

= ( 0,947 + 1,080 + 2,311 )

= 4,338 menit

L
t2 =
60V

98
3768
=
60 x 1,10

= 57,09 menit

Tc = t1 + t2

= 4,337 + 57,09

= 61,427 menit

Untuk menentukan intensitas hujan maksimum (mm/jam) dengan cara


memplotkan harga Tc = 61,427 menit ke kurva basis, kemudian tarik garis ke atas
sampai memotong intensitas hujan dan intensitas hujan rencana dan intensitas hujan
maksimum dapat ditentukan :

I maks = 150 mm/jam

c. Menghitung debit
Menentukan besarnya koefisien pengaliran rata-rata (C), sebagai berikut :

99
- Permukaan jalan beraspal L1 = koefisien C1 = 0,90
- Bahu jalan tanah berbutir kasar L2 = koefisien C2 = 0,10
- Bagian luar jalan L3 = koefisien C3 = 0,90

Menentukan besarnya koefisien pengaliran rata-rata (C), sebagai berikut :


- Jalan aspal A1 = 3,5 x 924,50 = 3235,75 m2
- Bahu jalan A2 = 1,5 x 924,50 = 1386,75 m2
- Bagian luar jalan A3 = 50 x 924,50 = 46225,00 m2

Maka :

C 1 A 1+C 2 A 2+C 3 A 3
C =
A 1+ A 2+ A 3

0,90 .3235,75+ 0,10.1386,75+ 0,90.46225,00


=
3235,75+1386,75+ 46225,00

= 0,878

Menghitung luas daerah pengaliran

A = (A1 + A2 + A3)

= (3235,75+1386,75+ 46225,00)

= 50847,50 m2 = 0,0508 km2

Menghitung besarnya debit (Q1)

Q1 = 1/3,6 . C. Imaks. A

= 1/3,6 x 0,878 x 150 x 0,0508


= 1,861 m3/detik
d. Menghitung luas penampang basah

100
1. Saluran direncanakan terdiri dari lempung padat dengan kecepatan diizinkan
1,10 m/det.
2. Penampang basah saluran samping dihitung sebagai berikut :
Q
Fd =
V
1,861
=
1,10
= 1,691 m2

e. Saluran samping bentuk trapesium

Untuk menghitung dimensi penampang saluran samping, berdasarkan (SNI 03-


3424-94) adalah sebagai berikut :

Syarat : m = 1,5

b+2 md
= d √ m 2+1
2
b+2.1,5 d
= d √ 1,52 +1
2
b = 0,6056 d2

Fc = d (b + m.d)

101
= d (0,6056 + 1,5.d)
= 2,106 d2

Fc = Fd
2,106 d2 = 1,691
d2 = 1,691/2,106
d2 = 0,803
d = 0,90 m

b = d . 0,6056
= 0,90 x 0,6056
= 0,54 m

Tinggi jagaannya adalah :


W =√ 0,5 d
¿ √ 0,5 x 0,90
= 0,67 m

f. Menghitung saluran kemiringan yang diizinkan (i)


Menghitung kemiringan saluran yang diizinkan dengan menggunakan rumus :

102
V = 1/n (R)2/3 (i)1/2

Saluran terbuat dari tanah asli (Lempung padat) dalam kondisi baik. Harga n =
0,028 dan kecepatan air = 1,10 m/det

Fd
R =
P

Fd = 1,691 m

Maka :

P = b + 2d √ m 2+1

= 0,54 + 2 . 0,90 √ 1,52 +1

= 3,774 m

1,691
R =
3,774

= 0,448 m

V .n 2
i =( 2 /3 )
R

1,10 x 0,028 2
i = ( 2/3 )
(0,448)

i = 0,0028

Kemiringan yang diizinkan i = 0,0028 = 0,28%

3.6 Potongan Melintang Jalan


Penampang melintang suatu jalan adalah proyeksi/potongan melintang tegak
lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat bagian-

103
bagian jalan. bagian-bagian jalan tersebut meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang
Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan.

Gambar 3.12 Tipikal Potongan Melintang

3.7 Perhitungan Volume Pekerjaan (Kubikasi) Dan RAB

Dari sketsa jalan, dapat dilihat bagian jalan yang terletak pada bagian galian
dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian yang tersambung dapat dicari
volumenya secara menyeluruh. Seperti bagian antara titik awal (E) dengan titik
perpotongannya muka tanah dengan rencana lintasan jalan, dicari dulu luas – luas
tampang melintang, volume adalah luas tampang dikalikan jarak antara kedua
penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang tertentu maka harus dicari
luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara kedua penampang yang
bersangkutan.

104

Anda mungkin juga menyukai