a. Mobil Penumpang = 1 x LV = -
b. Bus = 1,2 x HV = -
c. Truk = 1,2 x HV = -
d. Truk Gandeng = 1,2 x HV = - +
= -
47
3.1.3 Penentuan Kecepatan Rencana
48
Sehingga, didapat Jarak Pandang Henti (Jh) sebagai berikut :
Jh = Jht + Jhr
= 55,555 + 45,809
= 101,364 < 120 m (AMAN)
VR, km/jam 80 60 50 40 30 20
Jarak pandang menyiap 550 350 250 150 150
100
Jarak pandang minimum yang di
350 250 200 150 100 70
perlukan
Jm = d1 + d2 + d3 + d4
49
= 231,30 m
Ket = T2 = 6,56 + 0,048 VR = 6,56 + 0,048 x 80
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan,
2
- d4 = .d
3 2
2
= . 231,30
3
= 154,2 m
Sehingga didapat Jarak Pandang Menyiap (Jm) sebagai berikut :
Jm = d1 + d2 + d3 + d4
= 85,17 + 231,30 + 55 + 154,2
= 525,67 > 350 m (AMAN)
50
Gambar 3.1 Perencanaan trase jalan
Peta yang digunakan dalam perencanaan ini yaitu tipe peta 1(satu).
Perencanaan trase jalan di mulai dari titik D ke titik L, sehingga didapat 4 (empat)
tikungan jalan. Masing-masing tikungan diberikan tanda yaitu tikungan PI1, tikungan
PI2, tikungan PI3, dan tikungan PI4. Sehingga penentuan titik koordinat dan
perhitungan jalan dapat dilakukan.
51
Tabel 3.4 Tabel titik koordinat
TITIK X Y
D 10012,0467 9083,2603
PI 1 10849,0343 8836,1399
PI 2 11559,0191 8946,7417
PI 3 12048,8076 8672,7810
PI 4 12726,8180 8731,3514
L 13318,5974 8543,4613
Menghitung Jarak :
√ 2
d D−PI 1= ( X 1−X D ) + ( Y 1−Y D )
2
¿ √ ( 10849,0343−10012,0467 ) + ( 8836,1399−9083,2603 )
2 2
¿ √ (836,987) + (−247,120 )
2 2
¿ 872,705 m
√ 2
d PI 1− PI 2= ( X 2− X 1 ) + ( Y 2−Y 1 )
2
¿ √ ( 11559,0191−10849,0343 ) + ( 8946,7417−8836,1399 )
2 2
¿ √ (709,985) + ( 110,602 )
2 2
¿ 718,548 m
√ 2
d PI 2−PI 3= ( X 3 −X 2 ) + ( Y 3−Y 2)
2
¿ √ ( 12048,8076−11559,0191 ) + ( 8672,7810−8946,7417 )
2 2
¿ √ (489,788)2 + (−273,961 )
2
¿ 561,201 m
√ 2
d PI 3 −PI 4= ( X 4 −X 3 ) + ( Y 4−Y 3 )
2
¿ √ ( 12726,8180−12048,8076 ) + ( 8731,3514−8672,7810 )
2 2
52
¿ √ (678,010) + ( 58,570 )
2 2
= 680,535 m
√ 2
d PI 4−L = ( X L −X 4 ) + ( Y L−Y 4 )
2
¿ √ ( 13318,5974−12726,8180 ) + ( 8543,4613−8731,3514 )
2 2
¿ √ (591,779)2+ (−187,890 )
2
= 620,890 m
Dari yang telah di gambar pada trase terdapat 4 (empat) tikungan dengan jarak
antar titik dan sudut pertemuan tikungan yang berbeda dalam satu trase sesuai dengan
yang di gambar yaitu titik awal ke tikungan 1 terdapat jarak 872,705 m, tikungan 1 ke
tikungan 2 terdapat jarak 718,548 m, tikungan 2 ke tikungan 3 terdapat jarak 561,201
m, tikungan 3 ke tikungan 4 terdapat jarak 680,535 m dan dari tikungan 4 ke titik
akhir terdapat jarak 620,890 m.
53
- Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
(menggunakan rumus 2.31 halaman 19 dari bab 2) :
VR
LS = xT
3,6
80
= x3
3,6
LS = 66 m
- Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (menggunakan rumus 2.32 halaman
19 dari bab 2) :
VR 3 VR . e
LS = (0,022 . ¿ – (2,727 . )
R .C C
3
80 80.0,038
= (0,022 . ¿ – (2,727 . )
955. 0,4 0,4
= 29,486 – 20,725
LS = 8,761 m
- Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian (menggunakan
rumus 2.33 halaman 19 dari bab 2) :
( emax−en ) .VR
LS =
3,6 . ℜ
( 0,1−0,02 ) . 80
=
3,6 . 0,035
LS = 50,794 m
Maka, diambil nilai LS terbesar yaitu 66 m.
β = 25
o
V = 80 km/jam
Rc = 955 m
e = 0.038
54
Ls = 70
emaks = 10% = 0,1
Dengan diketahuinya data di atas, berikut perhitungan lengkung sederhana :
θc
Lc= ×2 πRc
360
20,8
Lc= ×2 π × 955=¿346,692m
360
p* = 0,0117602
k* = 0,4996732
p = Ls x p*
= 70 x 0,0117602
p = 0,82 m
k = Ls x k*
= 70 x 0,4996732
55
= 24,98 m
Ts = ( Rc + p) tg ½ β + k
= (955 +0,82) tg ½ . 25 + 35
Ts = 243,53 m
Es = (Rc + p) sec ½ β - Rc
L = Lc + 2 Ls
= 346,692m + (2 x 70)
L = 486,692 m
Kontrol :
L < 2 Ts
486,692 m < (2 x 990,04)
486,692 < 1980,08 m ……………(OK)
56
Gambar 3.1 Tikungan I S-C-S
1. Perhitungan Tikungan II Full – Circle ( F – C )
Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
2
VR
R min =
127.(emax+ fmax)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana
(Rc) 955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
57
β = 38
o
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 38 = 19 o
Rc tan 1 β
×
Tc = 2
tan 1 38 o
×
Tc = 955 2
Tc = 316,698 m
1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 316,698 × tan
4 38
Ec = 52,510 m
Lc = 0,01745 × β × Rc
Lc = 0,01745 × 38 × 955
Lc = 633,260 m
Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 316,698 > 633,260
58
633,396 > 633,260 ……………….. OK!!
59
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana
(Rc) 955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
β = 34
o
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 34 = 17 o
Rc tan 1 β
×
Tc = 2
tan 1 34 o
×
Tc = 955 2
Tc = 283,361 m
1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 283,361 × tan
4 34
Ec = 42,037 m
Lc = 0,01745 × β × Rc
60
Lc = 0,01745 × 34 × 955
Lc = 566,601 m
Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 283,361 > 566,601
566,722 > 566,601 ……………….. OK!!
61
Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
VR 2
R min =
127.(emax+ fmax)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana (Rc)
955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
β = 23
o
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
θs = ½ β = 1/2 . 23 = 11,5 o
Rc tan 1 β
×
Tc = 2
tan 1 23 o
×
Tc = 955 2
Tc = 191,685 m
62
1
Ec = Tc tan
4 β
1 o
Ec = 191,685 × tan
4 23
Ec = 19,236 m
Lc = 0,01745 × β × Rc
Lc = 0,01745 × 23 × 955
Lc = 383,29 m
Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 191,685 > 383,29
383,37 > 383,29 ……………….. OK!!
63
Gambar 3.1 Tikungan IV F-C
64
e % 0,038 0,038 0,038 0,038
Kontrol (OKE) L < 2. Ts 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc
Jenis Lengkung S–C-S F–C F-C F-C
3.2.5 Perhitungan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
Diketahui :
b = 2,5 m (lebar kendaraan rencana)
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
U = B-b
C = 1 m (lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kendaraan)
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = 2x 3,5m = 7 m (lebar total perkerasan pada bagian lurus)
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = 2 (jumlah lajur)
Bt = n (B + C) + Z
∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan
∆b = Bt – Bn
Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal
untuk lajur sebelah dalam.
Besarmya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan dan sudut
belokan roda depan (α )
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung
horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarmya Ri dipengaruhi oleh
jarak gandar kendaraan (p)
Kendaraan Rencana = Truk Tunggal
= √¿ ¿
B
65
P = jarak antara gandar = 6,5 m
Sehingga :
B = √ √ 2
{ √ Rc 2 −( P+ A )2 + 1 2 b }2 +( P+ A )2 − Rc 2 −( P+ A ) + 1 2 b
=
B √¿¿
= √¿¿
= √¿¿
= 953,99−952,71+1,25
= 2,53 m
U =B–b
= 2,53 – 2,5
= 0,03 m
❑
V
Z = 0,105 , menggunakan rumus 2.42 hal 27 dari bab 2 :
√R
80
= 0,105 .
√ 955
= 0,271 m
66
C = ½ Bn - b
= ½ x 7 – 2,5
=1m
Bt = n (B+C) + Z
= 7,33 m
∆b = Bt – Bn
= 7,33 – 7
= 0,33 m
Catatan :
Menurut Bina Marga, syarat dilakukannya pelebaran adalah jika ∆ b > 0,6.
Karena 0,33 > 0,6, maka tidak perlu dilakukan penambahan pelebaran perkerasan di
Tabel Rekapitulasi
Komponen Satuan I II III IV
B M 2,53 2,53 2,53 2,53
Rc M 952,75 952,75 952,75 952,75
U M 0,03 0,03 0,03 0,03
Z M 0,271 0,271 0,271 0,271
C M 1 1 1 1
67
Bt M 7,33 7,33 7,33 7,33
∆b M 0,33 0,33 0,33 0,33
Syarat Pelebaran
0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6
∆ b > 0,6
Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Kesimpulan
penambahan penambahan penambahan penambahan
pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran
Data :
Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
E normal = 2%
Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
Elevasi As Jalan = 92,15
= 60,9 m
= 92,15 – ½ x 7 x 0,038
= 92,017
68
= 92,15 – 0,02
= 92,13
= 92,15 + ½ x 7 x 0,038
= 92,283
Data :
Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
E normal = 2%
Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
Elevasi As Jalan = 90,22
69
Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax
= 60,9 m
= 90,22 – ½ x 7 x 0,038
= 90,087
= 90,22 – 0,02
= 90,2
= 90,22 + ½ x 7 x 0,038
= 90,353
Data :
Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
E normal = 2%
70
Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
Elevasi As Jalan = 89,47
= 60,9 m
= 89,47 – ½ x 7 x 0,038
= 89,337
= 89,47– 0,02
= 89,45
= 89,47 + ½ x 7 x 0,038
= 89,603
71
Data :
Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
E normal = 2%
Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
Elevasi As Jalan = 86,89
= 60,9 m
= 86,89 – ½ x 7 x 0,038
= 86,757
= 86,89 – 0,02
= 86,87
= 86,89 + ½ x 7 x 0,038
= 87,023
72
Gambar 3.12 Diagram Tikungan IV (F - C)
Lebar M 7 7 7 7
Enormal % 2% 2% 2% 2%
Emax % 3,8% 3,8% 3,8% 3,8%
Mmax - 1/150 1/150 1/150 1/150
Elevasi As jalan - 92,15 90,22 89,47 86,89
Ls’(fiktif) M 60,9 60,9 60,9 60,9
Ekb Dalam - 92,017 90,087 89,337 86,757
Ekb Tengah - 92,13 90,2 89,45 86,87
Ekb Luar - 92,283 90,353 89,603 87,023
73
Diketahui :
β = 25o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 346,692 + (2 x 70)
= 486,692 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.45 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter
2. Tikungan II ( F – C )
Diketahui :
74
β = 38o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 633,260 + (2 x 70)
= 733,26 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2:
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter
3. Tikungan III ( F – C )
Diketahui :
β = 34o
75
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 566,601 + (2 x 70)
= 706,601 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter
4. Tikungan IV ( F – C )
Diketahui :
β = 23o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
76
= 383,29 + (2 x 70)
= 416,630 m
Jh = 101,364 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2 :
E = Rc ¿
E = 955 ¿
E = 1,344 meter
3.2.8 STATIONING
1. Lengkung Horizontal I ( F – C )
Awal STA = 0 + 000
STA PL1 = STA E + a1
= 000 + 872,705 = 0+ 872,705m
STA TS1 = STA E + a1 – Ts1
77
= 000 + 872,705 – 243,53 = 0 + 629,175 m
STA PI1 = STA Ts1 + ½ Lc1
= 629,175+ ½ 346,692 = 0 + 802,521 m
STA CT1 = STA PI1 + Ts1
= 802,521 + 243,53 = 0 + 1056,051 m
2. Lengkung Horizontal II ( F – C )
STA TC2 = STA PI1 + a2 – Tc2
= 802,521 + 718,548 – 316,698 = 1 + 204,371 m
STA PI2 = STA TC2 + ½ Lc2
= 1204,371 + ½ 633,260 = 1 + 521,001 m
STA CT2 = STA PI2 + Tc2
= 1521,001 + 316,698 = 1 + 837,699 m
4. Lengkung Horizontal IV ( F – C )
STA TC4 = STA PI3 + a4 – Tc4
= 2082,141 + 680,535 – 191,685 = 2 + 570,991 m
STA PI4 = STA TC4 + ½ Lc4
= 2570,991 + ½ 383,29 = 2 + 762,636 m
STA CT4 = STA PI4 + Tc4
= 2762,636 + 191,685 = 2 + 954,321 m
78
STA Akhir = STA ST4 + a5 – Tc4
= 2954,321 + 620,890 – 191,685 = 3 + 383,561 m
Kontrol :
3383,561 m < (d1) + (d2) +(d3)+( d4)+( d5)
3383,561 m < (872,705) + (718,548) + (561,201) + (680,535) + (620,890 )
3383,561 m < 3453,879 m ………..(OK)
Data Perhitungan :
Sta E = 0 + 000 = 80,90
Sta PV1 = 0 + 722 = 83,60
Sta PV2 = 1 + 448 = 86,20
Sta PV3 = 2 + 418 = 88,80
Sta PV4 = 3 + 134 = 91,15
Sta J = 3 + 768 = 91,80
Perhitungan
83,60−80,90
1. g1 = x 100% = 0,374 % (+)
722
86,20−83,60
2. g2 = x 100% = 0,952 % (+)
273
88,80−86,20
3. g3 = x 100% = 8,966% (+)
29
91,15−88,80
4. g4 = x 100% = 0,830 % (+)
283
79
91,80−91,15
5. g5 = x 100% = 0,178 % (+)
364
80
D = [g1 – g2]
= [0,374] – [0,952]
= -0,578%
X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m
D( X 1)2 −0,578(15)2
Y1 = = = -0,013005 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) −0,578(30)
Y2 = = = -0,05202 m
200 xLv 200 x 50
81
Sta PTV = Sta PPV1 + ½ LV
= 0 + 722 + ½ . 50
= 0 + 747 m
Penentuan Elevasi
82
Gambar 3.13 Vertikal Cekung Tikungan 1
83
86,20−83,60
= x 100%
273
= 0,952% (+) Menanjak
D = [g1 – g2]
= [0,952] – [8,966]
= -0,814%
X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m
D( X 1)2 −0,814(15)2
Y1 = = = -0,018315 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) −0,814(30)
Y2 = = = -0,07326 m
200 xLv 200 x 50
84
Sta B = Sta PPV2 – ¼ LV
= 1 + 448 – ¼ (50)
= 1 + 335,5 m
Penentuan Elevasi
85
= 86,343 m
86
= (3 + 134 – 2 + 418)
= 283 m
D = [g1 – g2]
= [8,966] – [0,830]
= 8,136%
X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m
D( X 1)2 8,136(15)2
Y1 = = = 0,18306 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) 8,136(30)
Y2 = = = 0,73224 m
200 xLv 200 x 50
87
Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)
Penentuan Elevasi
88
Elevasi PPV = Elevasi PPV3 + Y2
= 88,80 + (0,73224)
= 89,532 m
89
Elevasi Sta PV4 (3 + 134) = 91,15 m
Elevasi Sta J (3 + 768) = 91,80 m
V Rencana = 60 km/jam
D = [g1 – g2]
= [0,830] – [0,178]
= 0,652%
90
Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = 0,652%, maka dari
lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :
X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m
2 2
D( X 1) 0,652(15)
Y1 = = = 0,01467 m
200 xLv 200 x 50
2 2
D( X 2) 0,652(30)
Y2 = = = 0,05868 m
200 xLv 200 x 50
91
Penentuan Elevasi
92
Gambar 3.16 Vertikal Cembung Tikungan 4
93
∑ Xi
Xa=
n
1.882
=
10
= 188,2 mm
Sd=
√∑ (Xi ¿−Xa ) ¿ 2
=
√ 4845,6
10
= 22,013 mm
- Tabel Nilai Yn
94
Dari tabel tersebut diperoleh Yn = 0,5128
- Tabel Nilai Sn
95
Dari tabel tersebut diperoleh Sn = 1,0206
Sd
Xt = Xa + (Yt – Yn)
Sn
22,013
= 188,2 + (1,4999 – 0,5128)
1,0206
= 209,490 mm/jam
Berdasarkan Peta topografi, maka jarak tempuh, beda tinggi dan luas daerah
yang mempengaruhi dapat ditentukan seperti gambar dibawah ini:
L1 = 3,5
m
Xt
I = 90% x
4
96
209,490
= 90% x
4
= 47,135 mm/jam
Keterangan :
97
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
Nd = Koefisien hambatan
Tc = t1 + t2
2 nd 0,155
t1 =( x 3,28 x Lo x )
3 √s
2 0,013 0,155
t aspal = ( x 3,28 x 3,5 x ) = 0,947 menit
3 √ 0,02
2 0,10 0,155
t bahu = ( x 3,28 x 1,5 x ) = 1,080 menit
3 √ 0,04
2 0,8 0,155
t tanah = ( x 3,28 x 50 x ) = 2,311 menit
3 √ 0,155
= 4,338 menit
L
t2 =
60V
98
3768
=
60 x 1,10
= 57,09 menit
Tc = t1 + t2
= 4,337 + 57,09
= 61,427 menit
c. Menghitung debit
Menentukan besarnya koefisien pengaliran rata-rata (C), sebagai berikut :
99
- Permukaan jalan beraspal L1 = koefisien C1 = 0,90
- Bahu jalan tanah berbutir kasar L2 = koefisien C2 = 0,10
- Bagian luar jalan L3 = koefisien C3 = 0,90
Maka :
C 1 A 1+C 2 A 2+C 3 A 3
C =
A 1+ A 2+ A 3
= 0,878
A = (A1 + A2 + A3)
= (3235,75+1386,75+ 46225,00)
Q1 = 1/3,6 . C. Imaks. A
100
1. Saluran direncanakan terdiri dari lempung padat dengan kecepatan diizinkan
1,10 m/det.
2. Penampang basah saluran samping dihitung sebagai berikut :
Q
Fd =
V
1,861
=
1,10
= 1,691 m2
Syarat : m = 1,5
b+2 md
= d √ m 2+1
2
b+2.1,5 d
= d √ 1,52 +1
2
b = 0,6056 d2
Fc = d (b + m.d)
101
= d (0,6056 + 1,5.d)
= 2,106 d2
Fc = Fd
2,106 d2 = 1,691
d2 = 1,691/2,106
d2 = 0,803
d = 0,90 m
b = d . 0,6056
= 0,90 x 0,6056
= 0,54 m
102
V = 1/n (R)2/3 (i)1/2
Saluran terbuat dari tanah asli (Lempung padat) dalam kondisi baik. Harga n =
0,028 dan kecepatan air = 1,10 m/det
Fd
R =
P
Fd = 1,691 m
Maka :
P = b + 2d √ m 2+1
= 3,774 m
1,691
R =
3,774
= 0,448 m
V .n 2
i =( 2 /3 )
R
1,10 x 0,028 2
i = ( 2/3 )
(0,448)
i = 0,0028
103
bagian jalan. bagian-bagian jalan tersebut meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang
Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan.
Dari sketsa jalan, dapat dilihat bagian jalan yang terletak pada bagian galian
dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian yang tersambung dapat dicari
volumenya secara menyeluruh. Seperti bagian antara titik awal (E) dengan titik
perpotongannya muka tanah dengan rencana lintasan jalan, dicari dulu luas – luas
tampang melintang, volume adalah luas tampang dikalikan jarak antara kedua
penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang tertentu maka harus dicari
luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara kedua penampang yang
bersangkutan.
104