Anda di halaman 1dari 39

KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

BAB IV
PERCOBAAN SLUMP BETON
4.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai slump yang
merupakan ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah
sampel yang dibuat telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada
perhitungan sebelumnya yaitu pada saat pembuatan job mix beton.
4.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan slump beton adalah
sebagai berikut:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20
cm, bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah
terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4. Sendok cekung

4.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel beton segar seukuran dengan
cetakan kerucut.

4.4 Prosedur Percobaan


Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
2. Letakkan cetakan diatas pelat.
3. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan sedalam bagian bawah tiap-tiap lapisan.
4. Pemadatan lapisan pertama pemasukan bagian tepi tongkat dimiringkan
sesuai dengan kemiringan cetakan.
5. Setelah selesai pemadatan, segera ratakan permukaan benda uji dengan

2
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

tongkat, tunggu selama 30 detik. Dan dalam jangka waktu ini semua
kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
6. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
7. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
8. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
4.5 Perhitungan

Dari hasil percobaan diperoleh data slump seperti yang disajikan


pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4. 1 Hasil percobaan slump beton

Percobaan Penurunan (mm) Keterangan

Tidak memenuhi persyaratan nilai


1 17 mm
slump dengan rentang 2,5-10 cm.

Tidak memenuhi persyaratan nilai


2 107 mm
slump dengan rentang 2,5-10 cm.

Memenuhi persyaratan nilai


3 43 mm
slump dengan rentang 2,5-10 cm.

4.6 Pembahasan
Pada mix design yang telah dibuat, nilai slump test yang direncanakan
pada percobaan 1 mendapatkan penurunan sebesar 1,7 cm belum mencapai
nilai slump yang direncanakan karena saat pengadukan semen air yang
dimasukkan belum semua dimasukkan sesuai dengan perencanaan, dan saat
percobaan 2 diantaranya mendapatkan penurunan sebesar 10,7 cm melebihi
dari nilai slump yang direncanakan diakibatkan faktor pelaksanaan
percobaan yang tidak sesuai (human error). Dan untuk percobaan 3 baru
mendapatkan slump sebesar 4,3 cm. Sehingga pada pengujian ini memenuhi
persyaratan slump yang telah direncanakan sebelumnya.

3
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

4.7 Kesimpulan
Nilai slump pada perencanaan beton tersebut adalah 43 mm sesuai
dengan persyaratan slump test yang dierncanakan yaitu sebesar 25 mm – 100
mm, nilai slump baru didapatkan setelah 3 kali percobaan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pada percobaan 1 dan 2.

4.8 Dokumentasi

Gambar 4.1 Bekisting Gambar 4.2 Cetakan Kerucut Slump,


Pelat, dan Penumbuk

4
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Gambar 4.3 Proses Pengadukan Gambar 4.4 Proses Pengujian Slump


Campuran

Gambar 4.5 Hasil Percobaan Uji Gambar 4.6 Proses Memasukkan


Slump Campuran Beton ke Bekisting dan
Vibrator

5
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

BAB V
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
5.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
5.2 Peralatan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pemeriksaan berat isi


beton ini adalah sebagai berikut.

1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.


2. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas volume takaran adalah 2690 cm³.

5.3 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan pemeriksaan berat isi beton


ini adalah sampel beton segar sesuaibdengan isi kapasitas takaran bohler
semen.

5.4 Prosedur Percobaan

Adapun rangkaian prosedur dalam percobaan pemeriksaan berat isi


beton ini adalah sebagai berikut.

6
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

1. Timbang dan catat berat takaran (W1).

2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai
tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga-
rongga bekas tusukan tertutup.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).

5.5 Hasil Percobaan

1. Berat beton segar + bohler (W2) = 10400 gram


2. Berat bohler (W1) = 3910 gram
3. Berat beton (W2 - W1) = 6490 gram
4. Volume bohler (V) = 2690 cm³
5. Berat per zak semen = 50 kg

5.6 Perhitungan

 Berat Isi Beton :


W 2−W 1 10400−3910 6490 gr kg
D= = = = 2,412 3 = 2.412 3
V 2690 2690 m m

 Banyaknya Beton Per Zak Semen :


Berat jenis beton basah (A) = 2392 kg/m³
Kadar semen rencana (B) = 375 , 9 0 kg/m³
 Berat Beton Per Zak Semen (50 kg) :
Berat Satu Zak 50 kg kg
W= xA = 3
x 2392 3 = 318,169 kg
B 375 , 90 kg/m m

 Banyaknya Beton Per Zak Semen :


W 318 ,169 kg
=
Y= D kg = 0,131 m3/zak
2412 3
m
 Banyaknya Semen Per m3 :

7
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

1 1
=
X= Y 3
m = 7,633 zak/m3
0,131
zak
 Kebutuhan Semen dalam Pelaksanaan :
Pekerjaan 1000 m3 = (Volume total) x ( X )
= 1000 m3 x 7,633 zak/m3
= 7633 zak semen
5.7 Pembahasan

Berat jenis beton segar pada perencanaan mix design didapat sebesar
2392 kg/m³ sedangkan pada pelaksanaan pengecoran didapat berat jenis
beton segar sebesar 2412 kg/m³. Maka dapat dikatakan jika berat jenis beton
segar saat pengecoran sesuai dengan perencanaan mix design. Dari
perhitungan dapat diketahui keperluan 7,633 zak semen untuk 1 m³ beton.
5.8 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan berat isi beton dan banyaknya
beton per zak semen adalah sebagai berikut:
1. Berat isi beton = 2412 kg/m3
2. Berat beton per zak semen = 318,169 kg
3. Banyaknya beton per zak semen = 0,131 m3/zak
4. Banyaknya semen per m3 = 7,633 zak/m3
5. Kebutuhan semen dalam pelaksanaan
= 7633 zak semen
pekerjaan 1000 m3

5.9 Dokumentasi

Gambar 5.1 Bohler Gambar 5.2 Proses Penumbukan


Beton Segar
8
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Gambar 5.3 Penimbangan Beton


Segar

BAB VI
PROSES PERAWATAN BETON (CURING)
DAN PEMBUATAN CAPING

6.1 Tujuan Percobaan


Curing atau perawatan beton dilakukan saat beton sudah mulai
mengeras. Perawatan beton bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat
kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga kelembaban atau suhu beton
sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang diinginkan. Pelaksanaan
perawatan beton dilakukan setelah beton mengalami atau memasuki fase
hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah bekisting beton
dilakukan bongkaran dengan durasi tertentu. Proses ini dimaksudkan untuk
memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa
kimia yang terkandung dalam campuran beton.

Proses perawatan beton ini memainkan peran penting pada


pengembangan kekuatan dan daya tahan beton. Proses perawatan beton ini
meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton
maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu. Kemudian
terdapat lagi prosedur caping. Caping dilakukan dalam rangka
mempersiapkan spesimen beton silinder untuk pelaksanaan pengujian kuat

9
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

tekan. Pemberian capping diperlukan untuk memastikan distribusi beban


aksial yang merata ke seluruh bidang tekan silinder (Gunawan ,2017).

6.2 Peralatan
Alat untuk perawatan beton (curing):
a. Kolam atau bak air.
Alat untuk pembuatan caping:
a. Kompor untuk melelehkan belerang.
b. Cetakan caping.
c. Alat tuang belerang.
d. Kuas oli.
e. Palu.

6.3 Bahan

Bahan untuk perawatan beton (curing):


a. Beton silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm (6 buah).
b. Air bersih.
Bahan untuk pembuatan caping:
a. Beton silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm (4 buah).
b. Belerang.
c. Oli Bekas

6.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dalam proses perawatan beton (curing) dan pembuatan
caping adalah sebagai berikut :

1. Proses perawatan beton (curing) adalah sebagai berikut :

a. Ambilah beton silinder yang sudah dicetak dan sudah jadi beton.

b. Beri tanda pada 6 beton silinder seperti A, B, C, D, E dan F. Beri tanggal


pembuatan sampel dan tanggal pengujian 14 hari dan 28 hari.

10
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

c. Setelah diberi tanda, beton silinder dimasukkan kedalam kolam atau bak
air selama 14 dan 28 hari.

d. Pada hari ke 13 dan 27, beton silinder diangkat dari kolam atau bak air.

2. Proses pembuatan caping adalah sebagai berikut:


a. Angkat beton silinder dari kolam atau bak air pada hari ke 13 dan 27.
b. Beton silinder yang sudah diangkat dari kolam atau bak air didiamkan
selama sehari. Setelah sehari, barulah proses caping dimulai.

c. Persiapkan alat yang akan digunakan kompor untuk melelehkan belerang,


cetakan caping dan alat tuang silinder.

d. Ambil belerang dan hancurkan hingga berbentuk bubuk. Tuang kedalam


kompor dan nyalakan kompor. Tunggu hingga belerang menjadi leleh
dan cair.

e. Setelah cair, tuang lelehan belerang kedalam cetakan secara merata dan
taruh beton silinder diatas lelehan cair belerang pada cetakan caping.
Kemudian tambah tuangan lelehan cair belerang pada pinggir-pinggir
cetakan caping agar lebih merata.

6.5 Pembahasan

Perawatan beton ini dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan


beton yang tinggi dan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton,
kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi
struktur. Untuk perawatan beton ini menggunakan kolam untuk merendam
beton silinder.
Sedangkan pelapisan belerang atau caping dilakukan agar permukaan
beton silider menjadi rata yang mana diharapkan dapat menghasilkan
pemegangan ujung dengan tingkat keakurasian data yang paling sesuai pada
saat uji tekan silinder beton dan dapat mengetahui pola retak dominan yang
dihasilkan dari masing- masing pemegangan ujung benda uji silinder beton.

11
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

6.6 Kesimpulan

Pelaksanaan Curing dengan memasukkan sampel beton pada sebuah


kolam air berguna untuk mendapatkan kualitas mutu beton yang tinggi dan
kekuatan tekan beton yang tinggi karena memaksimal reaksi pengikatan yang
terkandung pada beton dan pada proses hidrasi yang terjadi beton akan
mengurangi kadar air yang terkandung pada beton sehingga proses Curing
sendiri memaksimalkan kebutuhan air pada beton.

Caping yang digunakan berbahan dasar belerang yang dimaksudkan


agar permukaan beton silinder menjadi rata yang mana akan berpengaruh
pada tingkat akurasi saat pengujian kuat tekan beton, yang akan lebih akurat
dan mempermudah mengetahui retak dominannya.

6.7 Dokumentasi

Gambar 6.1 Pelepasan Bekisting Gambar 6.2 Perawatan Beton


sebelum Pengujian (Curing)

Gambar 6.3 Melelehkan Belerang Gambar 6.4 Meletakkan Beton Pada


Cetakan

12
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Gambar 6.5 Beton yang Sudah


Dicaping

BAB VII
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON

7.1 Pemeriksaan menggunakan Compression Testing Machine


7.1.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan
beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.
Kekuatan tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton
hancur.

7.1.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton adalah sebagai berikut :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.

7.1.3 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton adalah sebagai berikut:
13
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

1. Benda uji silinder dengan ukuran d = 15 cm dan h = 30 cm.

7.1.4 Prosedur Percobaan


Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Pengujian
a. Keluarkan benda uji yang akan diukur kekuatannya dari bak
perendam sehari sebelum pengujian. Kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Ukur berat dan dimensi benda uji.
2. Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan
berkisar antara 2 – 4 km/cm3 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji mengalami
kehancuran atau keruntuhan dan catatlah beban maksimum yang
terjadi selama pemeriksaan benda uji.

7.1.5 Perhitungan
P
Rumus kekuatan tekan beton : f’c =
A
Dimana :
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Dari 4 benda uji yang dibuat, dilakukan sebanyak dua kali uji kuat
tekan dengan waktu yang berbeda-beda. Uji kuat tekan pada 4 benda uji
menggunakan alat uji kuat tekan. Adapun hasil pemeriksaan uji kuat tekan
beton tersebut dapat dilihat pada tabel 7.1
BEBAN
TANGGAL UMUR BERAT LUAS FAKTOR TEKANAN
No KODE MAX KET
TES (HARI) (gram) (cm²) UMUR (MPa)
(kg)
1 25-10-2022 14 13118 A 176,625 32121,05 - 18,19 Tekan
2 25-10-2022 14 13084 B 176,625 32426,97 - 18,36 Tekan
3 08-11-2022 28 13520 C 176,625 36709,78 1 20,78 Tekan
4 08-11-2022 28 13360 D 176,625 34160,49 1 19,34 Tekan
Tabel 7.1 Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

14
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

*Pembuatan sampel beton pada tanggal 08-10-2022


Mutu beton dianggap memenuhi syarat sesuai dengan SNI 2847 :
2019 pada pasal 26.12.3 tentang Kriteria penerimaan untuk spesimen
dengan perawatan standar sebagai berikut :
1. Setiap rata-rata tiga spesimen pengujian kekuatan tekan yang dilakukan
secara berurutan, dengan kekuatan tekan sama dengan atau melebihi fc’.
fc’ untuk umur beton 28 hari adalah 24 Mpa
18 ,19+18 , 36+20 ,78
a. f’cr 1,2,3 = = 19,11 MPa ( > 24 MPa, Tidak
3
Memenuhi)
18 ,36+ 20 ,78+ 19 ,34
b. f’cr 2,3,4 = = 19,49 ( > 24 MPa, Tidak
3
Memenuhi)

2. Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari fc ' sebesar 3,5 MPa jika
nilai fc’ kurang dari atau sama dengan 35 MPa, atau lebih dari 0,10 fc’
jika nilai fc’ melebihi 35 MPa.3,5 MPa.
fcr’ = 24 – 3,5 = 20,5
18 ,19+18 , 36
a. f’cr 1,2 = = 18,275 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)
18 ,36+ 20 ,78
b. f’cr 2,3 = = 19,57 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)
20 ,78+19 ,34
c. f’cr 3,4 = = 20,062 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)

15
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

7.1.6 Pembahasan
Adapun percobaan kuat tekan beton yang dilakukan sebagai berikut :
Kuat Tekan Hari ke 14

S
ampel C Sampel D

16
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Sampel C Sample D

Kuat Tekan Hari ke 28

Sample A Sampel B Sampel A dan B

1. Sesuai SNI 2847:2019 pasal 26.12.3 tentang Kriteria penerimaan untuk


spesimen dengan perawatan standar, kuat tekan suatu mutu beton dapat
dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut dipenuhi:
a. Setiap rata-rata tiga spesimen pengujian kekuatan tekan yang dilakukan
secara berurutan, dengan kekuatan tekan sama dengan atau melebihi fc’.
b. Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari fc ' sebesar 3,5 MPa jika
nilai fc’ kurang dari atau sama dengan 35 MPa, atau lebih dari 0,10 fc’
jika nilai fc’ melebihi 35 MPa.3,5 MPa.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan :
a. Nilai rata-rata dari tiga spesimen pengujian kekuatan tekan yang
didapat tidak memenuhi syarat dikarenakan kurang dari nilai f’c yaitu

17
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

sebesar 24 MPa.
b.Nilai kuat tekan yang didapat tidak memenuhi syarat karena diambil
dari beberapa sampel beton diatas ada yang kurang dari fc’ sebesar 3,5
Mpa yaitu f’cr 3,4 .

2. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Tercapainya Nilai Kuat Tekan Beton


24 MPa:
Dari pengamatan langsung di Laboratorium dan perhitungan yang
dilakukan dapat dikatakan nilai kuat tekan beton telah memenuhi syarat
yang sesuai dengan ketentuan. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai
kuat tekan beton tercapai sebagai berikut :
a. Penambahan zat aditif
Berdasarkan penggunaan zat aditif Sikament yang berfungsi
dapat mempercepat pengerasan dan meningkatkan kekuatan tekan
28 hari sebesar 40% sehingga nilai kuat tekan beton menjadi tinggi.
b. Perawatan Beton yang cukup baik
Tujuan daripada curing untuk mencegah kehilangan air pada
saat-saat awal. Sehingga dengan proses curing zat kimia atau bahan
pencampur material beton dapat bereaksi seiring dengan proses
hidrasi beton.
c. Proporsi Pencampuran Material yang Sesuai
Pencampuran material penyusun beton yang tepat karena sesuai
dengan perhitungan mix design yang direncanakan.
d. Kualitas Material yang Baik
Tidak hanya kuantitas material penyusun beton saja yang perlu
diperhatikan, tentu kualitasnya juga perlu diperhatikan karena sangat
berpengaruh pada kualitas beton saat diuji

3. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Nilai Kuat Tekan


Beton 24 MPa:
a. Kesalahan Pada Saat Pencampuran
Tidak merata nya campuran beton pada saat memasukkannya

18
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

ke silinder bisa membuat kuat tekan beton tidak tercapai. Pada saat
memasukkannya ke silinder campuran beton terlalu banyak kerikil
ataupun campuran beton terlalu banyak mortar.
b. Kesalahan Pada Saat Pemadatan
Seiring dengan dimasukkannya campuran beton silinder
maka dilakukan pemadatan. Jika silinder tersebut kurang dilakukan
pemadatan maka kuat beton bisa tidak tercapai dan beton yang
dihasilkan akan berlubang serta slump Tidak Tercapai. Pada
pelaksanaan pengujian slump.
c. Membersihkan Bahan
Material yang banyak mengandung lumpur/debu harus
dihindarkan karena lumpur/debu adalah butir-butir yang sangat
halus yang mempunyai kekerasan yang kurang. Di samping itu
kotoran organis dapat merusak beton.
d. Faktor Air Kolam
Tujuan daripada curing untuk mencegah kehilangan air pada
saat-saat awal. Bila proses hydrasi tidak sempurna maka akan
mengakibatkan menjadi rendahnya kekuatan beton, air yang
terkandung di dalam beton yang baru dicor melebihi dari air yang
diperlukan untuk proses hidrasi semen. Akan tetapi kehilangan air
ini oleh karena penguapan yang terjadi setelah beton dicor, akan
menyebabkan tidak sempurnanya proses hidrasi. Selain itu, faktor
kualitas air kolam juga dapat mempengaruhi mutu beton.
Nilai Faktor Air Semen (FAS) Untuk kesempurnaan proses
pengerasan semen, maka memerlukan jumlah air sebanyak 12%
sampai 15% dari berat semen yang dipergunakan. Untuk
mendapatkan suatu campuran beton yang dapat dikerjakan dengan
baik, maka pemberian air harus lebih banyak sehingga ada sejumlah
air yang berkelebihan daripada yang dibutuhkan semen untuk proses
pengerasan. Air kelebihan ini nantinya akan menguap dan akibatnya
akan timbul pori-pori di dalam beton. Kalau air diberikan banyak,
maka pori-pori yang terdapat di dalam beton juga banyak, sehingga

19
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

akan mengurangi kekuatan beton.

e. Tidak Ada Pengurangan Air


Berdasarkan kegunaan Sikament sendiri yang dapat
mengurangi 20% penggunaan air dan memaksimalkan kemudahan
pengerjaan (workability) sehingga membuat nilai kuat tekan beton
menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, pada pengujian kuat tekan beton
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan mix design tidak ada
pengurangan air yang membuat nilai kuat tekannya menjadi lebih
rendah dan kemudahan pengerjaan (workability) tidak maksimal.
Pengurangan air hingga 20% akan memberikan
peningkatan 40% kuat tekan dalam umur 28 hari (Saputra, 2016).
Penelitian yang diajukan ini akan menggunakan bahan tambah
Sikament® LN variasi 0.1%, 1% dan 3% yang dimana dosis
tersebut diluar dari batas penambahan yang dianjurkan yaitu 0.3%
- 2%. Dengan nilai slump yang dikontrol 6 – 8 cm, pemakaian
kadar air juga akan dikurangi dibawah 20% dari berat semen
(Andika, 2021). Sikament ln 1 % -air 10%, 21 buah beton normal
+ sikament ln 1 % -air 15%, dan 21 buah beton normal + sikament
ln 1 % -air 20% (Rahman, 2017). Pengurangan air hingga 20%
akan memberikan peningkatan 40% kuat tekan dalam 28
hariPengurangan air hingga 20% akan memberikan peningkatan
40% kuat tekan dalam 28 hari (Megasari, 2017). Sebagai campuran
adukan beton untuk mengurangi keropos, memudahkan
pengecoran dan mempercepat pengerasan beton (kekuatan awal
beton) dengan pengurangan air sampai 15% ( Riyu, 2013).
Sikament NN yang berfungsi ganda yaitu mempermudah pekerjaan
atau workability dan menghasilkan mutu beton yang lebiih baik.
Bahan tambah ini berbentuk cairan dengan dosis pemakaian
berkisar 0,6-1,5% dari berat semen dengan kapasitas pengurangan
air sampai dengan 30% yang dipakai dalam campuran beton dan
mempunyai warna hitam pekat. Bahan tambah kimia Sikament NN

20
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

dikeluarkan oleh PT. SIKA dan merupakan salah satu produsen


bahan tambah kimia terbesar di Indonesia (Ermiyati, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian untuk
melihat pengaruh penambahan Zeolit dan Sikament-LN terhadap
kuat tekan beton pada umur 28 hari. Manfaat dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang kadar zeolit
optimum pada campuran beton. Dosis penggunaan zeolit pada
penelitian ini adalah sebesar 0%, 1%, 2%, 29 3%, 4%, 5%, 6%,
7%, 8%, 9%, dan 10% dari berat semen, dan untuk Sikament-LN
sebesar 1% dari berat semen dengan pengurangan air sebesar 10%
(Santosa, 2021).

4. Faktor yang menyebabkan material pencampur beton yang kurang


mengikat :
Beton yang bagus yaitu antar material yang saling mengikat asatu
sama lain. Pada saat melakukan pengamatan pada kondisi beton yang telah
mengalami kuat tekan terjadi :
1. Pengujian kuat tekan 14 hari, pecahan akibat kuat tekan beton,
kondisi semen yang terbelah bukan agregat kasar dapat dikatakan
bahwa pengikatan material yang masih belum sempurna.
2. Pengujian kuat tekan 28 hari, pecahan akibat kuat tekan beton,
kondisi semen dan beberapa agregat kasar yang terbelah dapat
dikatakan bahwa pengikatan material pada beton tersebut sudah
maksimal.
Faktor yang menyebabkan material beton yang masih kurang maksimal
untuk mengikat material pencampur beton antara lain :
1. Komposisi zat aditif Sikament yang tidak seusai pada saat
pencampuran beton sehingga menyebabkan pengikatan pada beton
yang kurang maksimal.
2. Cuaca pada saat mengeringkan beton yang kurang maksimal
sehingga pengikatan material beton yang berkurang.

21
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

3. Seiring dengan dimasukkannya campuran beton silinder maka


dilakukan pemadatan. Jika silinder tersebut kurang dilakukan
pemadatan maka pengikatan antar material beton berkurang.
4. Pada saat mengeringkan material sebelum dicor tentu akan ada debu
yang menempel sehingga material yang banyak mengandung
lumpur/debu harus dihindarkan. Lumpur/debu adalah butir-butir
yang sangat halus yang mempunyai kekerasan yang kurang, sehingga
menghambat pengikatan material beton.

7.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian kuat tekan beton yang telah dilaksanakan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa mutu beton yang telah diuji kuat
tekan sebanyak 4 buah benda telah memenuhi syarat SNI 2847:2019 pasal
26.12.3 tentang Kriteria penerimaan untuk spesimen dengan perawatan
standar karena :
a. Nilai rata-rata dari tiga spesimen pengujian kekuatan tekan yang didapat
tidak memenuhi syarat dikarenakan kurang dari nilai f’c yaitu sebesar 24
MPa.
b.Nilai kuat tekan yang didapat tidak memenuhi syarat karena diambil dari
beberapa sampel beton diatas ada yang kurang dari fc’ sebesar 3,5 Mpa
yaitu f’cr 3,4 .

7.1.8 Dokumentasi

Gambar 7.1.1 Alat Compression Gambar 7.1.2 Kondisi Sampel

22
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Test Beton Sebelum Uji Kuat Tekan

Gambar 7.1.3 Kondisi Sampel A Gambar 7.1.4 Kondisi Sampel B


Setelah Uji Kuat Tekan Setelah Uji Kuat Tekan

Gambar 7.1.5 Kondisi Sampel C Gambar 7.1.6 Kondisi Sampel D


Setelah Uji Kuat Tekan Setelah Uji Kuat Tekan

Gambar 7.1.7 Kondisi Sampel A Gambar 7.1.8 Kondisi Sampel C


dan B Setelah dipecahkan Setelah dipecahkan

23
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Gambar 7.1.8 Kondisi Sampel D


Setelah dipecahkan

7.2 Pemeriksaan menggunakan Alat Schmidt Hammer Test


7.2.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk memeriksa besarnya nilai kuat tekan
betonn pada suatu elemen struktur tanpa merusak beton, yang diukur atas
dasar besarnya pantulan suatu alat (Hammer) terhadap permukaan beton
yang diuji.

7.2.2 Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk hammer test adalah
sebagai berikut:
1.Alat hammer test.
2. Kalibrasi alat.
3. Spidol.
4. Kertas Amplas.

7.2.3 Prosedur Percobaan


Adapun rangkaian dari prosedur hammer test adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

24
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

2. Kalibrasi alat hammer test terlebih dahulu.


3.Keluarkan torak (plunger) dengan cara menekankan torak tersebut
kepermukaan lantai beton.
4. Masukkan alat lalu pukulkan torak ke dalam alat kalibrasi.
5. Catat besar pukulan atau rebound (r).
6. Lakukan langkah 3 dan 4 minimal 10 kali.
7. Setelah pemukulan selesai dan didapat nilai rebound dari masing-masing
pukulan, hitung nilai kalibrasinya. Setelah alat dikalibrasi, tentukan/pilih
beberapa titik (N) pada permukaan beton yang akan diuji, dengan jarak
antar tembakan satu dengan yang lainnya 2,5 cm.
8. Pada permukaan beton yang diuji dibuat suatu bidang titik uji yang dapat
memberikan minimal 10 kali pukulan (r).
9. Untuk setiap titik uji diperoleh minimal 10 angka rebound (r) pada
pembacaan skala dari setiap pukulan hammer test.
10. Dari angka-angka skala tersebut diambil nilai rata-rata (R). Catatan: bila
salah satu pukulan menghasilkan nilai/skala yang berselisih 5 terhadap
nilai rata-rata (R), maka pukulan yang bersangkutan harus diulnag pada
titik pukulan didekatnya.
11. Semua nilai pembacan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih
nilai pembacaan yang berselisih dari 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya.
12. Dari hasil rata-rata (R) kemudian dikalikan dengan angka kalibrasi alat
(AK), lalu dikonfersikan kepada kekuatan tekan (𝑓𝑐 ′ ) sesuai dengan
grafik kalibrasi alat dan sudut pukulan.
13. Hitung kuat tekan beton rata-rata.
14. Hitung standar deviasinya P.
15. Hitung kuat tekan beton karakteristik.
16. Hitung 80% x 𝑓𝑐 ′.

7.2.4 Perhitungan
Sebelum digunakan, alat hammer test harus dikalibrasi terlebih dahulu
dimana fungsi dari kalibrasi tersebut adalah untuk mencari nilai angka
koreksi dari suatu alat agar alat tersebut menjadi standard.

25
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Tabel Perhitungan Data Hammer Test

Tabel 7. 2 Data Rebound Number


Sudut -90˚
Titik R fch (Mpa)
69 83.60
69 83.60
67 80.73
70 85.01
69 83.60
Kalibrasi Alat 71 86.40
69 83.60
69 83.60
68 82.17
69 83.60

Tabel 7.3 Data Hammer Test -90˚ Titik 1

Hasil Pengujian R Sudut (90°) Deviasi


Titik No fch fch (MPa) - Ket
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
1 14 5.55 6.43 0.27 Avg
2 15 6.53 7.57 2.75 Avg
3 16 7.55 8.75 8.05 Maks
4 14 5.55 6.43 0.27 Avg
5 14 5.55 6.43 0.27 Avg
1 (Plat)
6 14 5.55 6.43 0.27 Avg
7 12 3.68 4.26 2.72 Avg
8 13 4.59 5.33 0.34 Avg
9 12 3.68 4.26 2.72 Avg
10 11 2.79 3.24 7.15 Min
5.10 5.91 24.81

Tabel 7.4 Data Hammer Test 0˚ Titik 2

Hasil Pengujian R Sudut (0°) Deviasi


Titik No fch fch (MPa) - Ket
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
2 1 37 36.13 41.89 31.52 Min
(Kolom) 2 39 39.54 45.85 2.76 Avg
26
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

3 39 39.54 45.85 2.76 Avg


4 37 36.13 41.89 31.52 Min
5 42 44.81 51.95 19.73 Avg
6 43 46.59 54.02 42.46 Maks
7 41 43.03 49.89 5.70 Avg
8 39 39.54 45.85 2.76 Avg
9 38 37.83 43.86 13.32 Avg
10 43 46.59 54.02 42.46 Maks
40.97 47.51 194.97

Tabel 7.5 Data Hammer Test 90˚ Titik 3

Hasil Pengujian R Sudut (0°) Deviasi


Titik No fch fch (MPa) - Ket
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
1 48 92.79 107.58 60.67 Min
2 49 95.58 110.81 20.73 Avg
3 48 92.79 107.58 60.67 Min
4 49 95.58 110.81 20.73 Avg
3 5 50 98.37 114.06 1.71 Avg
(Balok) 6 54 109.60 127.07 137.04 Maks
7 52 103.98 120.56 26.98 Avg
8 52 103.98 120.56 26.98 Avg
9 49 95.58 110.81 20.73 Avg
10 53 106.79 123.82 71.41 Maks
99.50 115.37 447.63

Tabel 7.6 Data Hammer Test -90˚ Titik 4

Hasil Pengujian R Sudut (90°) Deviasi


Titik No fch fch (MPa) - Ket
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
4 1 32 27.43 31.80 0.40 Avg
(Plat) 2 33 28.85 33.45 5.21 Avg
27
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

3 32 27.43 31.80 0.40 Avg


4 32 27.43 31.80 0.40 Avg
5 31 26.02 30.17 0.99 Avg
6 31 26.02 30.17 0.99 Avg
7 33 28.85 33.45 5.21 Avg
8 31 26.02 30.17 0.99 Avg
9 33 28.85 33.45 5.21 Avg
10 28 21.91 25.41 33.18 Min
26.88 31.17 53.01

Tabel 7.7 Data Hammer Test 0˚ Titik 5

Hasil Pengujian R Sudut (0°)


Deviasi
Titik No Ket
fch fch (MPa) -
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
1 38 37.83 43.86 0.29 Avg
2 40 41.28 47.86 20.61 Maks
3 35 32.81 38.04 27.86 Min
4 39 39.54 45.85 6.38 Avg
5 5 36 34.46 39.95 11.33 Avg
(Kolom) 6 37 36.13 41.89 2.04 Avg
7 40 41.28 47.86 20.61 Maks
8 36 34.46 39.95 11.33 Avg
9 35 32.81 38.04 27.86 Min
10 41 43.03 49.89 43.21 Maks
37.36 43.32 171.52

Tabel 7.8 Data Hammer Test 90˚ Titik 6

Hasil Pengujian R Sudut (-90°) Deviasi


Titik No fch fch (MPa) - Ket
R (x-X)²
(MPa) Koreksi
6 1 56 115.21 133.58 144.96 Maks

28
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

2 52 103.98 120.56 0.96 Avg


3 54 109.60 127.07 30.63 Avg
4 52 103.98 120.56 0.96 Avg
5 53 106.79 123.82 5.19 Avg
(Plat) 6 52 103.98 120.56 0.96 Avg
7 51 101.18 117.31 17.90 Avg
8 50 98.37 114.06 55.96 Min
9 52 103.98 120.56 0.96 Avg
10 51 101.18 117.31 17.90 Avg
104.83 121.54 276.37

Menghitung Angka Kalibrasi (faktor koreksi alat)


𝑨𝑲 = 80/R
Keterangan:
R = Angka Rebound Rata-Rata
AK = Angka Kalibrasi
80 = Standar Kalibrasi
Hasil pengujian rata-rata kalibrasi (R) = 69
𝑨𝑲 = 80/R = 80/69 = 1,15942029 ~ 1,15
Adapun hasil perhitungan data hammer test yang didapatkan :
1. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut -90˚ (Titik 1)
Standar deviasi = 1,66 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 5,91 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 4,25 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum = 7,57 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s
Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 80%. Semakin besar
persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan.

2. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut 0˚ (Titik 2)


29
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Standar deviasi = 4,65 MPa


𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 47,51 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 42,85 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum = 52,16 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s
Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 60%. Semakin besar
persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan.

3. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut 90˚ (Titik 3)


Standar deviasi = 7,05 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 115,37 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 108,31 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum =122,42 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s
Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 60%. Semakin besar
persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan.

4. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut -90˚ (Titik 4)


Standar deviasi = 2,43 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 31,17 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 28,74 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum = 33,59 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s
Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 90%. Semakin besar
persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan.

5. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut 0˚ (Titik 5)


Standar deviasi = 4,37 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 43,32 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 38,95 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum = 47,69 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s

30
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 50%. Semakin besar


persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan

6. Hasil Perhitungan Data Hammer Test Sudut 90˚ (Titik 6)


Standar deviasi = 5,54 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ rata-rata = 121,54 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ minimum = 116,00 MPa
𝑓𝑐ℎ ′ maksimum = 127,08 MPa
dengan percepatan gravitasi = 9,807 m/s
Nilai kepercayaan berdasarkan tabel di atas adalah 80%. Semakin besar
persen kepercayaan, maka akan semakin akurat data yang didapatkan.

7.2.5 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, nilai kepercayaan yang
didapatkan berdasarkan tabel di atas adalah 50-90%. Semakin besar nilai
persen kepercayaan, maka akan semakin besar keakuratan data yang didapat.

7.2.6 Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan yaitu, nilai kepercayaan
untuk 10 titik mencapai angka 50%-90%, dengan sudut +90° mencapai
angka 60%-80%, dengan sudut 0° mencapai angka 50%- 60%, dengan sudut
-90° mencapai angka 80%-90% yang berarti data yang didapatkan pada
percobaan ini cukup akurat.
NO RATA-RATA
ELEMEN
TITIK MPA
Titik 1 Plat 5.91
Titik 2 Kolom 47.51
Titik 3 Balok 115.37
Titik 4 Plat 31.17
Titik 5 Kolom 43.32
Titik 6 Plat 121.54

31
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

7.2.7 Dokumentasi

Gambar 7.2.1 Hammer Test -90˚ Gambar 7.2.2 Hammer Test 0˚


Titik 1 (Plat) Titik 2 (Kolom)

Gambar 7.2.3 Hammer Test 90˚ Gambar 7.2.4 Hammer Test -90˚
Titik 3 (Balok) Titik 4 (Plat)

32
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

Gambar 7.2.5 Hammer Test 0˚ Gambar 7.2.6 Hammer Test 90˚


Titik 5 (Kolom) Titik 6 (Plat)

BAB VIII
PEMERIKSAAN KEKUATAN TARIK BETON

8.1 Tujuan Percobaan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tarik beton
berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan
adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.

8.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton
adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
3. Plat Besi

8.3 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton sebagai berikut :
1. Benda uji silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm

33
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

8.4 Prosedur Percobaan


Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Pengujian
a. Keluarkan benda uji yang akan diukur kekuatannya dari bak
perendam sehari sebelum pengujian. Kemudian bersihkan dari kotoran
yang menempel dengan kain lembab.
b. Ukur berat dan dimensi benda uji
2. Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentries.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji mengalami kehancuran atau
keruntuhan dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama
pemeriksaan benda uji serta gambarkan pola retak yang terjadi.
8.5 Perhitungan
Tabel 7.13 Hasil Pemeriksaan Kuat Tarik
BEBAN TEKANAN (MPa)
N TANGGAL UMUR BERAT LUAS FAKTOR
KODE MAX HARI 28 Ket.
o TES (HARI) (gram) (cm²) UMUR
(kg) TEST HARI
1 08-11-2022 28 12852 E 1413 30000 1 4,25 4,25 Tarik
2 08-11-2022 28 13852 F 1413 26000 1 3,68 3,68 Tarik

*Pembuatan sampel beton pada tanggal 11-10-2022


Percobaan Tarik Belah Beton pada umur 28 hari ialah :
 Sampel Beton E
Berat : 12,852 kg
Beban maksimum: 30.000 kg

f’c =
2 X 30.000
=
1413
= 42,46
= 4,25 MPa
 Sampel Beton F
Berat : 13,120 kg
Beban maksimum: 26.000 kg

34
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

f’c =
2 X 26 .000
=
1413
= 36,80
= 3,68 MPa

Kuat tarik belah beton dapat dikorelasikan dengan kuat tekan


beton. Pada umumnya kuat tarik berkisar antara 10 % hingga 15 %
dari kuat tekannya. Semakin rendah kuat tekan beton, maka persentase
tersebut akan makin bertambah (Rahamudin, dkk. 2016). Berikut
adalah perhitungan hubungan antara kuat tarik dan kuat tekan beton
yang dicapai :

35
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

ft
k =
f 'c
3 , 96
=
20 , 06

= 0,197657→ 19,76 % (Syarat Tidak Terpenuhi)


Keterangan :
k : Persentase (%)
ft : Kuat tarik belah beton
f’c : Kuat tekan beton

8.6 Pembahasan

Adapun grafik hubungan antara nilai kuat tekan beton dan nilai kuat tarik
belah beton sebagai berikut :

Grafik 8.1 Hubungan Nilai Kuat Tekan dan Nilai Kuat Tarik Belah

Berdasarkan grafik 8.1 dapat dilihat bahwa dengan peningkatan kuat tekan
seiring dengan peningkatan kuat tarik belah beton sehingga mempunyai hubungan
nilai kuat tekan beton dengan nilai kuat tarik belah beton. Pada pemeriksaan
kekuatan tarik belah beton ini, digunakan sebanyak 2 buah beton berumur 28 hari.
Kuat tarik beton rata-rata yang dicapai adalah 3,96 MPa atau 19,76 %

36
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

dari kuat tekannya. Maka beton yang dibuat sesuai dengan teori karena
berada pada rentang 10%-15% dari kuat tekannya. Ada beberapa perlakuan

yang sama dengan sampel beton yang akan diuji kuat tekan beton sehingga
menjadi faktor pendukung dari tercapainya nilai kuat tarik belah beton.

8.7 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian kuat tarik beton yang telah dilakukan maka


dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Perhitungan nilai hasil uji kuat tarik belah beton telah sesuai dengan SNI
2491: 2014 tentang Metode Uji Kekuatan Tarik Belah Spesimen Beton
Silinder.
b. Nilai kuat tarik belah beton dapat dikorelasikan dengan nilai kuat tekan
beton. Pada umumnya kuat tarik berkisar antara 10 % hingga 15 % dari
kuat tekannya. Semakin rendah kuat tekan beton, maka persentase
tersebut akan makin bertambah (Rahamudin, dkk.2016). Sehingga
berdasarkan perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa nilai kuat tarik
belah tidak memenuhi syarat karena didapatkan nilainya sebesar 10 %
≤ 19,76 % ≤ 15 %

37
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

8.8 Dokumentasi

Gambar 8.1 Sampel Uji Tarik Beton Gambar 8.2 Pola Keretakan Sampel
(E) (E)

Gambar 8.3 Sample Uji Tarik


Beton (F)

Gambar 8.4 Pola Keretakan sample


(F)

Gambar 8.5 Sample Uji Tarik


Beton Setelah dipecahkan (E)

Gambar 8.6 Sample Uji Tarik


Beton Setelah dipecahkan (F)
38
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II

39

Anda mungkin juga menyukai