BAB IV
PERCOBAAN SLUMP BETON
4.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai slump yang
merupakan ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah
sampel yang dibuat telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada
perhitungan sebelumnya yaitu pada saat pembuatan job mix beton.
4.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan slump beton adalah
sebagai berikut:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20
cm, bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah
terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4. Sendok cekung
4.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel beton segar seukuran dengan
cetakan kerucut.
2
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
tongkat, tunggu selama 30 detik. Dan dalam jangka waktu ini semua
kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
6. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
7. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
8. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
4.5 Perhitungan
4.6 Pembahasan
Pada mix design yang telah dibuat, nilai slump test yang direncanakan
pada percobaan 1 mendapatkan penurunan sebesar 1,7 cm belum mencapai
nilai slump yang direncanakan karena saat pengadukan semen air yang
dimasukkan belum semua dimasukkan sesuai dengan perencanaan, dan saat
percobaan 2 diantaranya mendapatkan penurunan sebesar 10,7 cm melebihi
dari nilai slump yang direncanakan diakibatkan faktor pelaksanaan
percobaan yang tidak sesuai (human error). Dan untuk percobaan 3 baru
mendapatkan slump sebesar 4,3 cm. Sehingga pada pengujian ini memenuhi
persyaratan slump yang telah direncanakan sebelumnya.
3
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
4.7 Kesimpulan
Nilai slump pada perencanaan beton tersebut adalah 43 mm sesuai
dengan persyaratan slump test yang dierncanakan yaitu sebesar 25 mm – 100
mm, nilai slump baru didapatkan setelah 3 kali percobaan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pada percobaan 1 dan 2.
4.8 Dokumentasi
4
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
5
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
BAB V
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
5.1 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
5.2 Peralatan
5.3 Bahan
6
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai
tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga-
rongga bekas tusukan tertutup.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).
5.6 Perhitungan
7
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
1 1
=
X= Y 3
m = 7,633 zak/m3
0,131
zak
Kebutuhan Semen dalam Pelaksanaan :
Pekerjaan 1000 m3 = (Volume total) x ( X )
= 1000 m3 x 7,633 zak/m3
= 7633 zak semen
5.7 Pembahasan
Berat jenis beton segar pada perencanaan mix design didapat sebesar
2392 kg/m³ sedangkan pada pelaksanaan pengecoran didapat berat jenis
beton segar sebesar 2412 kg/m³. Maka dapat dikatakan jika berat jenis beton
segar saat pengecoran sesuai dengan perencanaan mix design. Dari
perhitungan dapat diketahui keperluan 7,633 zak semen untuk 1 m³ beton.
5.8 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan berat isi beton dan banyaknya
beton per zak semen adalah sebagai berikut:
1. Berat isi beton = 2412 kg/m3
2. Berat beton per zak semen = 318,169 kg
3. Banyaknya beton per zak semen = 0,131 m3/zak
4. Banyaknya semen per m3 = 7,633 zak/m3
5. Kebutuhan semen dalam pelaksanaan
= 7633 zak semen
pekerjaan 1000 m3
5.9 Dokumentasi
BAB VI
PROSES PERAWATAN BETON (CURING)
DAN PEMBUATAN CAPING
9
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
6.2 Peralatan
Alat untuk perawatan beton (curing):
a. Kolam atau bak air.
Alat untuk pembuatan caping:
a. Kompor untuk melelehkan belerang.
b. Cetakan caping.
c. Alat tuang belerang.
d. Kuas oli.
e. Palu.
6.3 Bahan
a. Ambilah beton silinder yang sudah dicetak dan sudah jadi beton.
10
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
c. Setelah diberi tanda, beton silinder dimasukkan kedalam kolam atau bak
air selama 14 dan 28 hari.
d. Pada hari ke 13 dan 27, beton silinder diangkat dari kolam atau bak air.
e. Setelah cair, tuang lelehan belerang kedalam cetakan secara merata dan
taruh beton silinder diatas lelehan cair belerang pada cetakan caping.
Kemudian tambah tuangan lelehan cair belerang pada pinggir-pinggir
cetakan caping agar lebih merata.
6.5 Pembahasan
11
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
6.6 Kesimpulan
6.7 Dokumentasi
12
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
BAB VII
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON
7.1.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton adalah sebagai berikut :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
7.1.3 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton adalah sebagai berikut:
13
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.1.5 Perhitungan
P
Rumus kekuatan tekan beton : f’c =
A
Dimana :
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Dari 4 benda uji yang dibuat, dilakukan sebanyak dua kali uji kuat
tekan dengan waktu yang berbeda-beda. Uji kuat tekan pada 4 benda uji
menggunakan alat uji kuat tekan. Adapun hasil pemeriksaan uji kuat tekan
beton tersebut dapat dilihat pada tabel 7.1
BEBAN
TANGGAL UMUR BERAT LUAS FAKTOR TEKANAN
No KODE MAX KET
TES (HARI) (gram) (cm²) UMUR (MPa)
(kg)
1 25-10-2022 14 13118 A 176,625 32121,05 - 18,19 Tekan
2 25-10-2022 14 13084 B 176,625 32426,97 - 18,36 Tekan
3 08-11-2022 28 13520 C 176,625 36709,78 1 20,78 Tekan
4 08-11-2022 28 13360 D 176,625 34160,49 1 19,34 Tekan
Tabel 7.1 Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
14
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
2. Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari fc ' sebesar 3,5 MPa jika
nilai fc’ kurang dari atau sama dengan 35 MPa, atau lebih dari 0,10 fc’
jika nilai fc’ melebihi 35 MPa.3,5 MPa.
fcr’ = 24 – 3,5 = 20,5
18 ,19+18 , 36
a. f’cr 1,2 = = 18,275 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)
18 ,36+ 20 ,78
b. f’cr 2,3 = = 19,57 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)
20 ,78+19 ,34
c. f’cr 3,4 = = 20,062 MPa ( > 20,5 MPa, Tidak
2
Memenuhi)
15
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.1.6 Pembahasan
Adapun percobaan kuat tekan beton yang dilakukan sebagai berikut :
Kuat Tekan Hari ke 14
S
ampel C Sampel D
16
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
Sampel C Sample D
17
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
sebesar 24 MPa.
b.Nilai kuat tekan yang didapat tidak memenuhi syarat karena diambil
dari beberapa sampel beton diatas ada yang kurang dari fc’ sebesar 3,5
Mpa yaitu f’cr 3,4 .
18
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
ke silinder bisa membuat kuat tekan beton tidak tercapai. Pada saat
memasukkannya ke silinder campuran beton terlalu banyak kerikil
ataupun campuran beton terlalu banyak mortar.
b. Kesalahan Pada Saat Pemadatan
Seiring dengan dimasukkannya campuran beton silinder
maka dilakukan pemadatan. Jika silinder tersebut kurang dilakukan
pemadatan maka kuat beton bisa tidak tercapai dan beton yang
dihasilkan akan berlubang serta slump Tidak Tercapai. Pada
pelaksanaan pengujian slump.
c. Membersihkan Bahan
Material yang banyak mengandung lumpur/debu harus
dihindarkan karena lumpur/debu adalah butir-butir yang sangat
halus yang mempunyai kekerasan yang kurang. Di samping itu
kotoran organis dapat merusak beton.
d. Faktor Air Kolam
Tujuan daripada curing untuk mencegah kehilangan air pada
saat-saat awal. Bila proses hydrasi tidak sempurna maka akan
mengakibatkan menjadi rendahnya kekuatan beton, air yang
terkandung di dalam beton yang baru dicor melebihi dari air yang
diperlukan untuk proses hidrasi semen. Akan tetapi kehilangan air
ini oleh karena penguapan yang terjadi setelah beton dicor, akan
menyebabkan tidak sempurnanya proses hidrasi. Selain itu, faktor
kualitas air kolam juga dapat mempengaruhi mutu beton.
Nilai Faktor Air Semen (FAS) Untuk kesempurnaan proses
pengerasan semen, maka memerlukan jumlah air sebanyak 12%
sampai 15% dari berat semen yang dipergunakan. Untuk
mendapatkan suatu campuran beton yang dapat dikerjakan dengan
baik, maka pemberian air harus lebih banyak sehingga ada sejumlah
air yang berkelebihan daripada yang dibutuhkan semen untuk proses
pengerasan. Air kelebihan ini nantinya akan menguap dan akibatnya
akan timbul pori-pori di dalam beton. Kalau air diberikan banyak,
maka pori-pori yang terdapat di dalam beton juga banyak, sehingga
19
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
20
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
21
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian kuat tekan beton yang telah dilaksanakan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa mutu beton yang telah diuji kuat
tekan sebanyak 4 buah benda telah memenuhi syarat SNI 2847:2019 pasal
26.12.3 tentang Kriteria penerimaan untuk spesimen dengan perawatan
standar karena :
a. Nilai rata-rata dari tiga spesimen pengujian kekuatan tekan yang didapat
tidak memenuhi syarat dikarenakan kurang dari nilai f’c yaitu sebesar 24
MPa.
b.Nilai kuat tekan yang didapat tidak memenuhi syarat karena diambil dari
beberapa sampel beton diatas ada yang kurang dari fc’ sebesar 3,5 Mpa
yaitu f’cr 3,4 .
7.1.8 Dokumentasi
22
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
23
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
24
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.2.4 Perhitungan
Sebelum digunakan, alat hammer test harus dikalibrasi terlebih dahulu
dimana fungsi dari kalibrasi tersebut adalah untuk mencari nilai angka
koreksi dari suatu alat agar alat tersebut menjadi standard.
25
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
28
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
30
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.2.5 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, nilai kepercayaan yang
didapatkan berdasarkan tabel di atas adalah 50-90%. Semakin besar nilai
persen kepercayaan, maka akan semakin besar keakuratan data yang didapat.
7.2.6 Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan yaitu, nilai kepercayaan
untuk 10 titik mencapai angka 50%-90%, dengan sudut +90° mencapai
angka 60%-80%, dengan sudut 0° mencapai angka 50%- 60%, dengan sudut
-90° mencapai angka 80%-90% yang berarti data yang didapatkan pada
percobaan ini cukup akurat.
NO RATA-RATA
ELEMEN
TITIK MPA
Titik 1 Plat 5.91
Titik 2 Kolom 47.51
Titik 3 Balok 115.37
Titik 4 Plat 31.17
Titik 5 Kolom 43.32
Titik 6 Plat 121.54
31
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
7.2.7 Dokumentasi
Gambar 7.2.3 Hammer Test 90˚ Gambar 7.2.4 Hammer Test -90˚
Titik 3 (Balok) Titik 4 (Plat)
32
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
BAB VIII
PEMERIKSAAN KEKUATAN TARIK BETON
8.2 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton
adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
3. Plat Besi
8.3 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton sebagai berikut :
1. Benda uji silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm
33
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
f’c =
2 X 30.000
=
1413
= 42,46
= 4,25 MPa
Sampel Beton F
Berat : 13,120 kg
Beban maksimum: 26.000 kg
34
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
f’c =
2 X 26 .000
=
1413
= 36,80
= 3,68 MPa
35
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
ft
k =
f 'c
3 , 96
=
20 , 06
8.6 Pembahasan
Adapun grafik hubungan antara nilai kuat tekan beton dan nilai kuat tarik
belah beton sebagai berikut :
Grafik 8.1 Hubungan Nilai Kuat Tekan dan Nilai Kuat Tarik Belah
Berdasarkan grafik 8.1 dapat dilihat bahwa dengan peningkatan kuat tekan
seiring dengan peningkatan kuat tarik belah beton sehingga mempunyai hubungan
nilai kuat tekan beton dengan nilai kuat tarik belah beton. Pada pemeriksaan
kekuatan tarik belah beton ini, digunakan sebanyak 2 buah beton berumur 28 hari.
Kuat tarik beton rata-rata yang dicapai adalah 3,96 MPa atau 19,76 %
36
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
dari kuat tekannya. Maka beton yang dibuat sesuai dengan teori karena
berada pada rentang 10%-15% dari kuat tekannya. Ada beberapa perlakuan
yang sama dengan sampel beton yang akan diuji kuat tekan beton sehingga
menjadi faktor pendukung dari tercapainya nilai kuat tarik belah beton.
8.7 Kesimpulan
37
KELOMPOK 19 PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN II
8.8 Dokumentasi
Gambar 8.1 Sampel Uji Tarik Beton Gambar 8.2 Pola Keretakan Sampel
(E) (E)
39