Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan Umum


Pekerjaan pengecoran pile cap dan pekerjaan abutmen merupakan jenis
pekerjaan yang dikerjakan dalam proyek Jembatan Cacaban (Jalan Lingkar Timur
Waduk Jatigede STA. 16+313.060 s/d 16+343.960) yang dalam pembangunannya
memiliki perlakuan yang berbeda dalam tahapan pengerjaan. Namun pekerjaan
tersebut merupakan satu kesatuan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai urutan
pekerjaan yang benar. Maka dari itu, penulisan pembahasan mengenai tahapan
pengerjaan dari pekerjaan ini dibuat dalam satu kesatuan. Namun, perbedaan yang
dimiliki oleh bangunan ini tetap akan diperlihatkan dalam bab pembahasan ini.
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Pile cap atau pengumpul tiang ini baru dapat
dilaksanakan setelah pekerjaan pemancangan dan soil improvement telah selesai.
Secara desain pile cap berbentuk persegi dengan dimensi yang berbeda-beda tiap
pile capnya.
Abutmen adalah tempat perletakkan bangunan atas jembatan pada setiap
tebing jembatan. Abutmen direncanakan sesuai dengan keadaan tanah dan
besarnya beban yang bekerja serta sedapat mungkin diletakkan diatas tanah keras
agar dapat tercapai tegangan tanah yang diinginkan.
Dengan memperhitungkan kemungkinan adanya erosi maka minimum
dasar abutmen harus berada dua meter di bawah muka tanah asli, terutama untuk
abutmen dengan pondasi yang langsung. Bila tanah keras terlalu dalam maka
abutmen didirikan diatas pondasi tiang pancang atau pondasi sumuran
Dalam pelaksanaan dari pekerjaan di atas, gambar rencana harus selalu
menjadi acuan para pelaksana pembangunan dan juga pengawas dari pengerjaan
bangunan ini untuk tercapainya hasil yang memuaskan.

31
32

4.2 Ilustrasi Pekerjaan


Seperti yang telah dijelaskan pada sub-judul 4.1 bahwa secara singkat dapat
dijelaskan pekerjaan pile cap dan pekerjaan abutmen merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang harus dilakukan sesuai urutan pekerjaan yang benar.

4.2.1 Pekerjaan pile cap

Persiapan

Mobilisasi alat dan bahan

Pemeriksaan Terhadap Workabilitas


Beton Berupa Slump Test

Pembuatan Benda Uji Untuk


Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

Setting alat

Pengecoran

Curing dan Bongkar Bekisting

Gambar 4.1 Ilustrasi pekerjaan pengecoran pile cap


33

4.2.2 Pekerjaan Abutment

Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan Bekisting dan Perancah

Pekerjaan Pengecoran

Concrete Curing dan Uninstall


Formwork

Backfill

Gambar 4.2 Ilustrasi pekerjaan Abutment


34

4.3 Uraian Pelaksanaan Pekerjaan

4.3.1 Pengecoran Pile cap


Pile cap merupakan konstruksi penggabung antara tiang-tiang pancang
sehingga menjadi tiang kelompok (pile group) dan penghubung antara tiang
pancang dengan kolom. Pile cap mempunyai fungsi untuk menerima beban dari
kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang, selain itu fungsi
pile cap agar lokasi kolom benar – benar berada di titik pusat pondasi dibawahnya
sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban
tambahan pada pondasi.
Studi pelaksanaan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami proses
pelaksanaan pekerjaan pile cap yakni proses pengecoran, dan memahami
pembongkaran bekisting pile cap. Seperti halnya kepala kolom, pile cap juga
berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile
cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom
yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang
akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2
dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Adapun beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan terlebih dahulu pembersihan pada area cor
meliputi pembersihan serpihan material, besi, kawat, dan kotoran lain seperti
sampah, selain itu area yang ingin dilakukan pengecoran harus dalam keadaan
kering. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan kondisi bekisting berupa
multipleks.

B. Mobilisasi alat dan material


Mobilisasi adalah kegiatan mendatangkan ke lokasi material dan alat-alat
proyek sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang. Untuk
35

mobilisasi alat dan bahan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pengecoran


pile cap adalah sebagai berikut:
1) Material
Material yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap
adalah beton ready mix yang berasal dari PT. USI dengan mutu rencana K
-350
2) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan pengecoran adalah
truck mixer dan vibrator.

C. Pemeriksaan Terhadap Workabilitas (kelecakan beton)


Sebelum pengecoran, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan berupa slump
test yang dilakukan pada saat beton ready mix datang untung mengetahui
tingkat kelecakan dari adukan beton agar adukan sesuai dengan yang
disyaratkan yaitu harus dilakukan uji slump dengan nilai +12 cm.
Berdasarkan spesifikasi teknis, pada proyek ini slump test dilakukan
menggunakan alat kerucut abram. Pada pengecoran pile cap ini didapatkan
nilai slump test sebesar 10 cm.

D. Pembuatan benda uji beton untuk pemeriksaan kuat tekan


Kemudian, adukan beton tersebut dicetak menjadi beberapasampel beton
denga cetakan kedap air berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm. Pembuatan benda uji ini dilakukan dilapangan sebelum pelaksanaan
pengecoran sesuai acuan pada SK SNI 03-2847-20002 pasal 3.33.
Untuk pemeriksaan kuat tekan beton dilaksanakan oleh lembaga yang
dikontrak oleh kontraktor dan sudah disetujui oleh konsultan pengawas.
Pengujian dan pemeriksaan kuat tekan di laboratorium dilakukan secara
berkala hingga mencapai umur beton 28 hari. Pengujian dilakukan saat umur
beton mencapai hari ke 7, 14, 21, dan 28. Sebelum uji kuat tekan, lapisan atas
benda uji diberi adukan gipsum dan diratakan dengan memakai piringan kaca
untuk membuat rata permukaan.
36

E. Pengecoran
Pengecoran beton pada pile cap bangunan struktur ini menggunakan beton
dengan mutu fc = 30 Mpadan K-350 yang disiapkan dan dibawa dari
Batching Plant menuju lokasi pengecoran menggunakan truck mixer dengan
volume 5m3 per unit. Letak pabrik Batching Plant lumayan jauh dari lokasi
proyek yakni oleh PT. USI (Unggul Sejati Indonesia) Cikamurang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemadatan, antara lain:
1) Penggunaan alat getar harus dibatasi waktunya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diinginkan tanpa harus merusak tulangan dan
menghindari terjadinya segregasi pada agregat.
2) Setiap alat penggetar mekanis dimasukkan ke dalam beton basah secara
vertikal hingga dapat melakukan penetrasi sampai dasar beton yang beri
dicor, sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh.
3) Jumlah vibrator haruslah memadai dengan jumlah volume beton yang
dituang dan disediakan 1 unit untuk cadangan.

Tabel 4.1 Komposisi beton

NO BAHAN KOMPOSISI

1 SEMEN 326 KG/𝑀3

2 SPLIT (0.51/2.0) 627 KG/𝑀3

3 SPLIT (2-3.5) 627 KG/𝑀3

4 PASIR 989 KG/𝑀3

5 AIR 168 Lt/𝑀3

6 ADMIXTURE Type D 0,756 KG/𝑀3

7 ADMIXTURE Type F 2,490Lt/𝑀3

(Sumber: PT. Unggul Sejati Indonesia, 2019)


37

F. Bongkar Bekisting
Paling cepat bekisting dapat dilepas setelah beton berumur satu atau dua
hari. Proses pelepasan bekisting harus hati-hati agar dapat menjaga
keutuhan dimensi dari beton, serta bekisting yang telah dipakai akan
dipakai kembali untuk pekerjaan selanjutnya.

Gambar 4.3 Mobilisasi truck mixer sebelum pengecoran

Gambar 4.4 Setting alat


38

Gambar 4.5 Proses pengecoran pile cap

Gambar 4.6 proses penggetaran dengan vibrator

Gambar 4.7 pile cap yang telah diratakan


39

Gambar 4.8 hasil pile capyang telah dilepas dari bekisting

Gambar 4.9 uji slump

Gambar 4.10 pembuatan benda uji


40

Gambar 4.11 Sampel Beton Berbentuk Silinder

Gambar 4.12 Pengujian Kuat Tekan Beton

Setelah seluruh rangkaian pengerjaan di atas telah selesai dilaksanakan,


berarti pembuatan pile cap telah selesai.

4.3.2 Pekerjaan Abutment


Pelaksanaan pekerjaan abutment pada pembangunan Jembatan Cacaban
(Jalan Lingkar Timur Waduk Jatigede STA. 16+313.060 s/d 16+343.960) ini
diselesaikan tidak bersamaan mengingat jumlah pekerja dan material yang ada di
41

lapangan serta dengan memperkirakan faktor teknis maupun non teknisnya,


sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pelaksanaan abutment secara
bersamaan. Maka dari itu, pelaksanaan abutment diselesaikan satu per satu.
Berikut ini adalah tahapan dimana pelaksanaan pekerjaan abutmen pada
pembangunan Jembatan Cacaban (Jalan Lingkar Timur Waduk Jatigede STA.
16+313.060 s/d 16+343.960) dilakukan:
A. Penulangan badan abutment
Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan
memasang besi tulangan beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi
beton agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton
adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen yang timbul
akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Oleh karena itu
perencanaan dan pelaksanaan yang telah direncanakan oleh perencana
struktur yaitu dalam hal :
1) Ukuran diameter baja tulangan
2) Kualitas baja tulangan yang digunakan
3) Penempatan / pemasangan baja tulangan
Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan
besi tulangan. Pemotongan dilakukan karena panjang besi di pasaran 12
meter, sedangkan panjang tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri
dari bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan dan
perencanaan. Pemotongan besi menggunakan alat bar cutter.
Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan
dengan perencanaan. Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi
tulangan tersebut tidak boleh dibengkokan kembali tetapi harus dipotong.
Hal ini untuk menghindari timbulnya retak–retak ditempat pembengkokkan
ulang tersebut karena sifat getas baja.
Penulangan dirangkai di tempat dengan tulangan yang telah dibengkokkan
sesuai dengan diameter tulangan abutment, masing–masing disesuaikan
dengan gambar rencana. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik
untuk tulangan lentur maupun tulangan geser diatur sesuai gambar rencana.
42

Tulangan badan abutment dilekatkan dengan tulangan pile cap yang telah
disiapkan dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan tampak
benar–benar kuat dan kokoh. Sengkang dipasang secara manual.
Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan menggunakan kawat
bendrat.
Tulangan badan abutment dilekatkan dengan tulangan pile cap yang telah
disiapkan dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan tampak
benar–benar kuat dan kokoh. Sengkang dipasang secara manual.
Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan menggunakan kawat
bendrat.
B. Pemasangan tulangan dinding sayap dan back wall abutment
Penulangan dinding sayap abutment dapat dilakukan setelah penulangan
badan abutment selesai agar mempermudah saat pemasangan bekisting.
Karena beban yang dipikul dinding sayap relatif kecil yaitu berupa tanah
timbunan jalan pendekat sehingga tulangan yang dipakai hanya satu jenis
yaitu 13-250.
C. Pemasangan bekisting badan abutment
Pemasangan bekisting baru bisa dilakukan setelah pile cap sudah cukup
keras. Dimensi bekisting disesuaikan dengan dimensi abutment yang akan
dibentuk. Pemasangan bekisting badan abutment menggunakan kayu ukuran
5/7 sebagai penopang papan multiplex agar bentuk coran beton tidak
berubah dan dolken sebagai perancah yang menjadikan bekisting abutmen
kuat dan kaku.
D. Pemasangan bekisting dinding sayap abutment
Pemasangan bekisting dinding sayap abutment bisa dilakukan bersamaan
dengan pemasangan bekisting badan abutment. Karena bagian ujung
dinding sayap abutment menggantung, pembuatan bekisting di bagian
tersebut harus diperhitungkan kekuatannya dan dipasang kayu dolken
sebagai penopang bekisting.
43

E. Pemasangan tulangan back wall abutment


Penulangan back wall abutment dapat dilakukan setelah penulangan badan
abutment selesai agar mempermudah saat pemasangan bekisting. Tulangan
yang dipakai yaitu tulangan Ǿ13 – 250 sebagai tulangan pokok.
F. Pengecoran badan dan dinding sayap abutment
Setelah semua persiapan selesai baik itu pemasangan bekisting, pemasangan
tulangan, persiapan material serta hal – hal teknis lainnya maka segera
dilakukan pekerjaan pengecoran pada badan dan dinding sayap dengan mutu
beton yang digunakan adalah K-350.
Pada proyek pembangunan Jembatan Cacaban (Jalan Lingkar Timur Waduk
Jatigede STA. 16+313.060 s/d 16+343.960) ini, pengecoran antara badan
dan dinding sayap abutment dilakukan secara bersamaan. Hal ini
dikarenakan volume ke dua bagian tersebut tidak terlalu besar sehingga
tidak menghabiskan waktu yang lama. Dalam pengecoran ini dilakukan
penambahan admixture pada campuran beton untuk mencegah segregasi dan
bleeding. Pekerjaan pengecoran ini diselesaikan dalam waktu satu hari
termasuk waktu lembur.
G. Pembuatan Benda Uji
Kemudian, adukan beton tersebut dicetak menjadi beberapa sampel beton
berbentuk silinder ukuran (15 x 30) cm2 untuk dilakukan pengujian kuat
tekan di laboraturium secara berkala hingga umur beton mencapai 28 hari.
Pengujian dilakukan saat umur beton mencapai hari ke 7, 14, 21, dan 28.
Sebelum uji kuat tekan, lapisan atas benda uji diberi adukan gipsum dan
diratakan dengan memakai piringan kaca untuk membuat rata permukaan.
H. Pembongkaran bekisting badan dan dinding sayap abutment
Paling cepat bekisting dapat dilepas setelah beton berumur satu atau dua
hari. Proses pelepasan bekisting harus hati-hati agar dapat menjaga
keutuhan dimensi dari beton, serta bekisting yang telah dipakai akan dipakai
kembali untuk pekerjaan selanjutnya.
44

I. Pemasangan bekisting back wall abutment


Pemasangan bekisting dinding belakang abutment dilakukan setelah
pengecoran badan dan dinding sayap abutment. Ketika pemasangan
bekisting, kayu dolken harus dipasang di atas kaki abutment dan tegak lurus
agar kekuatannya menjadi maksimal.
J. Pengecoran back wall abutment
Setelah semua persiapan selesai baik itu pemasangan bekisting, pemasangan
tulangan, persiapan material serta hal – hal teknis lainnya maka segera
dilakukan pekerjaan pengecoran pada back wall dengan mutu beton yang
digunakan adalah K-350.
Dalam pengecoran ini dilakukan penambahan admixture pada campuran
beton supaya memperlambat proses pengikatan campuran beton. Pekerjaan
pengecoran ini diselesaikan dalam waktu satu hari termasuk waktu lembur.
K. Pembongkaran bekisting back wall abutment
Paling cepat bekisting dapat dilepas setelah beton berumur satu atau dua
hari. Proses pelepasan bekisting harus hati-hati agar dapat menjaga
keutuhan dimensi dari beton, serta bekisting yang telah dipakai akan dipakai
kembali untuk pekerjaan selanjutnya.

Gambar 4.13 Proses Perangkaiaan Tulangan Badan Abutment


45

Gambar 4.14 Tulangan yang Telah Selesai Dirangkai

Gambar 4.15 Pemasangan Bekisting Badan Abutment

Gambar 4.16 Penulangan Dinding Sayap dan Back Wall Abutment


46

Gambar 4.17 Pemasangan Bekisting Dinding Sayap Abutment

Gambar 4.18 uji slump

Gambar 4.19 pembuatan benda uji


47

Gambar 4.20 Pengujian Kuat Tekan Beton

Gambar 4.21 Pengecoran Badan dan Dinding Sayap Abutment

Gambar 4.22 proses penggetaran dengan vibrator


48

Gambar 4.23 hasil badan, dinding abutment, dan back wall yang telah dilepas dari
bekisting

4.4 Peralatan
Adapun beberapa peralatan yang dipakai dalam pekerjaan pelaksanaan
pengecoran pile cap dan abutment antara lain sebagai berikut :
1) Truck mixer
Truck mixer merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut adukan
beton ready mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek dimana
selama dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12
putaran permenit agar beton tetap homogen serta tidak mengeras.

Gambar 4.24 truck mixer


49

2) Concrete Batching Plant


Secara umum beton adalah campuran : agregat (butir kasar, menengah, dan
halus), semen, pasir, dan air. Untuk produksi yang baik, komposisi campuran
material itu harus terkendali atau terkontrol agar didapatkan mutu beton yang
standar, slump atau strength-nya stabil sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
produksi kecil dapat dipakai beton mollen dan untuk produksi yang besar
dipakai batching plant.

Gambar 4.25 Concrete Batching Plant

Toleransi komposisi berat untuk masing-masing komponen adalah sebagai


berikut:

a. Agregat maksimum +/- 3%


b. Agregat + pasir maksimum +/- 2%
c. Air maksimum +/- 2%
d. Semen maksimum +/- 2%

Bagian-bagian utama Concrete Batching Plant, antara lain :


a. Pan mixer (malaxer)
Pan mixer adalah panci untuk pengadukan agregat, pasir, semen, dan air.
50

Di samping dilengkapi dengan lengan-lengan pengaduk yang kuat,


permukaannya dilapisi dengan pelat tanah haus (wear plate) yang setiap
saat dapat diganti baru.
b. Cement Silo
Untuk kelancaran produksi dan menjaga semen agar tetap baik (kering)
dipakai semen silo sebagai tempat penyimpanan semen. Kapasitas silo
semen bervariasi tergantung berapa kapasitas produksi batching plant per
hari dan berapa lama kemampuan suplai distributor semen. Untuk menjaga
pencemaran lingkungan, semen silo harus dilengkapi dengan filter semen.
c. Drag Line
Untuk batching plant yang dilengkapi dengan staple material model
bintang (radial) selalu dilengkapi dengan drag line. Drag line dipakai
untuk menarik material masuk ke lubang pintu agregat.
d. Timbangan
Timbangan ini ada dua macam, yaitu timbangan agregat dan timbangan
semen. Untuk air ada kalanya dipakai timbangan dan ada kalanya juga
menggunakan flow meter. Semua sebaiknya dapat dibuat program otomatis
selain pengoperasian secara manual.
e. Dosage Pump
Untuk persyaratan tertentu, kadang-kadang beton perlu ditambahkan zat
aditif, apakah yang bersifat plasticy, retarder, atau pemercepat setting dan
strength (setting and hardening accelerators)

f. Storage Bin
Untuk batching plant yang tidak dilengkapi dengan staple material model
bintang (radial) dipakai storage bin. Storage bin ini biasanya dibagi
menjadi 4 fraksi, yaitu butir kasar (split), butir menengah (screening) butir
halus (abu batu/dust) dan pasir.
51

3) Bekisting
Bekisting adalah konstruksi bersifat sementara yang merupakan cetakan
untuk menentukan bentuk dari konstruksi beton pada saat beton masih
segar. Formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan
untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara,
bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah
mencapai kekuatan yang cukup (Stephen,1985).
Pada dasarnya konstruksi bekisting memiliki tiga hal fungsi:
a. Menentukan bentuk dari konstruksi beton yang dibuat.
b. Memikul dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton serta
beban luar lainya yang menyebabkan perubahan bentuk pada beton.
c. Bekisting harus dapat dengan mudah dipasang, dilepas dan dipindahkan.
Mempermudah proses produksi beton masal dalam ukuran yang sama.

4.5 Bahan
Adapun beberapa bahan yang dipakai dalam pekerjaan pelaksanaan
pengecoran pile cap dan pekerjaan abutment antara lain sebagai berikut :
1) Semen
Semen merupakan bahan yang berfungsi untuk mengikat agregat jika
ditambah air dapat membentuk satu kesatuan massa beton. Semen
mempunyai beberapa macam jenis tetapi yang umum dipakai untuk beton
adalah semen Portland. Semen di Indonesia yang sekarang ini berdasarkan
standard mutu Indonesia (SII-8) ada 2, yaitu : type S 475 dan S 500.
Sedangkan type semen berdasarkan mutu ASTM ialah :
a. Tipe I, semen portland normal.
b. Tipe II, semen portland untuk ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi.
d. Tipe IV, semen portland untuk panas hidrasi rendah.
52

e. Tipe V, semen portland untuk ketahanan sulfat tinggi.

2) Agregat
Agregat adalah butiran batuan yang mempunyai susunan butir halus dan
kasar. Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi pada beton. Agregat
menempati 60%-80% dari volume beton. Berdasarkan besar butirnya, agregat
dibagi dalam dua jenis, yaitu agregat halus dan agregat kasar.
a. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang mempunyai besar butir tidak
melebihi 5 mm. Adapun yang termasuk jenis agregat halus, yaitu :
a) Pasir alam
b) Pasir buatan (artificial light weight aggregate)
c) Pasir laut, setelah melalui pemeriksaan.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai besar butirnya lebih dari
5 mm. Adapun yang termasuk jenis agregat kasar, yaitu :
a) Kerikil
b) Batu pecah
c) Batu apung alam

3) Air
Dalam adukan, air berfungsi sebagai perantara untuk terjadinya persenyawaan
antara semen dengan agregat dan akan mengeras menjadi massa yang kuat
bagaikan batu.
Air yang dipergunakan untuk pembuatan beton tidak boleh mengandung
lumpur atau zat-zat yang dapat merusak/mengurangi mutu beton, seperti
garam, asam/sulfat, minyak, dan lain-lain. Jadi, sebaiknya air yang digunakan
bersih dan tawar serta dapat diminum. Kemurnian air merupakan penujang
kerapatan dan kepadatan beton. Untuk mendapatkan air seperti itu didapatkan
dari :
a) Air ledeng
53

b) Air pompa/sumur
c) Air sungai atau danau yang bersih
d) Air laut, apabila terpaksa dengan ketentuan bahwa sebelumnya telah ada
persetujuan dari tim pemeriksa, melalui pemeriksaan di laboratorium
(desilinasi).
e) Air hujan

4) Baja Tulangan
Baja tulangan berfungsi untuk menahan gaya tarik. Sesuai dengan
kegunaannya baja tulangan mempunyai berbagai macam bentuk :
a. Baja Polos
Yaitu batang prismatis berpenampang bulat, persegi lonjong dan
mempunyai permukaan yang licin. Pada umumnya baja tulangan polos
yang dipakai di Indonesia berbentuk bulat.
b. Baja Batang Berprofil
Yaitu batang prismatis dipuntir, permukaannya diberi rusuk-rusuk
terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang dengan jarak
antara rusuk tidak boleh lebih dari 0,7 garis tengah pengenalan tulangan.
5) Admixture (Bahan Tambah Kimia)
Tujuan dari pemakaian admixture adalah untuk memodifikasi atau
memperbaiki sifat dari beton. Admixture dibagi menjadi beberapa golongan
antara lain sebagia berikut :
a. Water Reducer (Plasticer)
Bahan ini dirancang untuk :
a) Memperbaiki workability
b) Mempertingi kuat tekan (sebagai water reducer)
c) Menstabilisasi keawetan
b. Accelarator
Bahan ini dirancang untuk mempercepat proses hidrasi semen. Dosis
maksimum adalah 2% dari berat semen yang digunakan.
c. Reterder
54

Bahan ini dirancang untuk memperlambat proses hidrasi semen,


perlambatan ini dapat berlangsung selama 1-3 jam.
d. Super Plasticizer
Bahan ini dirancang untuk :
a) Menambah workability beton (slump : 20 cm)
b) Membuat beton yang mampu memadat sendiri (Self Compacting
Concrete).
c) Mempertinggi kuat tekan (sebagai pengurang air).
e. Air Entraining Agents
Bahan ini dirancang untuk :
a) Mengontrol kadar udara dalam beton
b) Menambah keawetan beton
c) Mencegah segregasi dan bleeding
d) Menambah kerapatan air.
f. Pigmen
Bahan ini dirancang untuk memberi warna pada beton. Karena admixture
merupakan bahan yang sensitive terhadap pengaruh luar, maka biasanya
perusahan yang membuatnya telah mencantumkan persyaratan
penyimpanan dari admixture tersebut. Persyaratan penyimpanan
admixture secara umum adalah admixture ditempatkan dalam keadaan
tertutup. Tempat penyimpanan harus dalam keadaan kering (seperti
tempat penyimpanan semen).

4.6 Permasalahan yang Terdapat di Lapangan


Selayaknya suatu pekerjaan pembangunan, permasalahan adalah suatu hal
yang tidak bisa dipungkiri akan terjadi. Penulis telah melakukan wawancara
dengan beberapa pihak, antara lain pihak kontraktor, konsultan, dan pekerja.
Adapun permasalahan yang dihadapi ketika pelaksanaan pengecoran pile
cap dan pekerjaan abutmen pada proyek Jembatan Cacaban Jalan Lingkar Timur
Waduk Jatigede antara lain:
1) Mobilisasi alat yang tidak tepat waktu sehingga menyebabkan progress
55

pekerjaan terjadi keterlambatan.


2) Waktu pelaksanaan proyek yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha
menyebabkan pelaksanaan proyek diliburkan untuk sementara waktu.
3) Lokasi proyek yang jauh, sehingga menyulitkan untuk mobilisasi dan
pengadaan bahan logistik.

4.7 Kontrol Terhadap Pelaksanaan

Tabel 4.2 Kontrol Terhadap Pelaksanaan


Kontrol Terhadap Pelaksanaan
Berdasarkan Teori Praktek Dilapangan
Beton tidak boleh jatuh bebas Jarak jatuh bebasnya beton dilapangan
kedalam cetakan dengan ketinggian melebihi 150 cm karena langsung dari
≥ 150 cm. truck mixer kemudian dialirkan melalui
talang ke pile cap yang akan di cor.

Gambar 4.26 Talang untuk mengalirkan


coran

Pengecoran dilakukan menggunakan Pengecoran untuk badan abutment dan


alat bantu berupa concrete pum. dinding sayap dilakukan menggunakan
alat bantu berupa excavator sehingga
56

saat dilakukan pengecoran material yang


dituangkan tercecer kemana-mana dan
juga tinggi jarak penuangannya lebih
dari 1,5 m.

Gambar 4.27 Pengecoran menggunakan


alat bantu excavator.

4.8 Pengendalian Mutu dan Kualitas


Mutu pada suatu proyek adalah mutlak adanya. Karena itu, pengendalian
mutu memegang peranan penting untuk mencapai tingkat kualitas yang sesuai
dengan spesifikasi. Di proyek pembangunan Jembatan Cacaban Proyek
Pembangunan Jalan Lingkar Timur Waduk Jatigede, seluruh kegiatan harus
diselesaikan berdasarkan urutan-urutan yang tertuang dalam spesifikasi teknik.
PengendaIian mutu diperlukan untuk memberikan indikator pada berbagai
tahap pelaksanaan yang memperlihatkan bahwa persyaratan telah/ belum
dipenuhi. Semua persyaratan itu telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
Pengendalian mutu dilakukan dalam tiga tahap, yang terdiri dari:
1. Tahap sebelum pelaksanaan pekerjaan
Tahapan ini meliputi survey quantity , kalibrasi peralatan pengujian, uji
material job mix formula, trial mix dan percobaan lapangan.
57

2. Tahap pelaksanaan pekerjaan


Tahapan ini meliputi slump test, berat isi beton, pengujian indeks plastis,
pengujian gradasi partikel, kontrol kadar air, pengujian kepadatan kering
maksimum, ultra sonic test.
3. Tahap pasca pelaksanaan pekerjaan
Tahapan ini meliputi pengujian kuat tekan beton pada pekerjaan pile cap
dan pekerjaan abutment
a) Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan pile cap :
Standar tegangan mutu beton yang digunakan:
30 MPA (kg/cm²)
Data yang diperoleh:
1. Jumlah benda uji : 3 bh
Syarat Aman = Tegangan Karakteristik > Tegangan Mutu Beton
= 32,397 MPA > 30 MPA
Tabel 4.2 Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan pile cap
AGE
TANGGAL MUTU SAMPLE SECTION LOAD STRENGTH
NO AT
PLACED TESTED TEST WEIGHT AREA CILINDER MPA
DAY KG CM² KN
15
18 JULI
1 AGUSTUS FC 30 28 12.628 176,71 510.8 30.52
2019
2019
15
19 JULI
2 AGUSTUS FC 30 28 12.428 176,71 498.7 32.22
2019
2019
15
19 JULI
3 AGUSTUS FC 30 28 12.322 176,71 502.4 34.45
2019
2019
RATA –
32.397
RATA
(sumber : PT Unggul Sejati Indonesia, 2019)
Berdasarkan kuat tekan beton rata-rata, maka kuat tekan beton memenuhi
standar.

b) Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan badan dan dinding sayap abutment:
Standar tegangan mutu beton yang digunakan:
30 MPA (kg/cm²)
58

Tabel 4.3 Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan badan dan dinding sayap
abutment
AGE
TANGGAL MUTU SAMPLE SECTION LOAD STRENGTH
NO AT
PLACED TESTED TEST WEIGHT AREA CILINDER MPA
DAY KG CM² KN
JULI AGUSTUS
1 FC 30 28 12.92 176,71 518.5 33.4
2019 2019
JULI AGUSTUS
2 FC 30 28 12.78 176,71 473.4 30.7
2019 2019
JULI AGUSTUS
3 FC 30 28 12.74 176,71 500.8 31.4
2019 2019
RATA –
31.833
RATA
(sumber : PT Unggul Sejati Indonesia 2019)
Data yang diperoleh:
1. Jumlah benda uji : 3 bh
Syarat Aman = Tegangan Karakteristik > Tegangan Mutu Beton
= 31,833 MPA > 30 MPA
Berdasarkan kuat tekan beton rata-rata, maka kuat tekan beton memenuhi
standar.
c) Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan back wall abutmen:
Standar tegangan mutu beton yang digunakan:
30 MPA (kg/cm²)
Tabel 4.3 Hasil pengujian kuat tekan beton pekerjaan back wall abutment
AGE
TANGGAL MUTU SAMPLE SECTION LOAD STRENGTH
NO AT
PLACED TESTED TEST WEIGHT AREA CILINDER MPA
DAY KG CM² KN
JULI AGUSTUS
1 FC 30 28 12.57 176,71 506.3 32.8
2019 2019
JULI AGUSTUS
2 FC 30 28 12.68 176,71 487.2 30.4
2019 2019
JULI AGUSTUS
3 FC 30 28 12.87 176,71 497.7 30.9
2019 2019
RATA –
31,36
RATA
(sumber : PT Unggul Sejati Indonesia 2019)
Data yang diperoleh:
1. Jumlah benda uji : 3 bh
Syarat Aman = Tegangan Karakteristik > Tegangan Mutu Beton
= 31,36 MPA > 30 MPA
Berdasarkan kuat tekan beton rata-rata, maka kuat tekan beton memenuhi
59

standar.
4.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pekerjaan proyek pembangunan jalan tidak hanya jalan tol merupakan jenis
pekerjaan yang memiliki resiko tinggi terutama bagi pekerja dan lingkungan. Oleh
karena itu jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja pun harus selalu
diperhatikan agar pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan selamat
dengan memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi. Sehingga, setiap elemen
yang ada pada sistem K3 diharapkan dapat selalu berperan aktif dalam
penerapannya. Hal ini dikarenakan keselamatan dan kesehatan pekerja sangatlah
penting bagi individunya sendiri, keluarga pekerja, dan perusahaan pekerja.
Penerapan K3 yang dapat dilaksanakan seperti yang dilakukan pada proyek
pembangunan Jembatan musi adalah dengan melakukan safety morning yang
dipimpin oleh ahli atau petugas K3 untuk melakukan upacara keselamatan bagi
pekerja yang hendak melanjutkan pekerjaanya di lapangan. Upacara keselamatan
ini berfungsi sebagai media komunikasi antara petugas K3 dengan pekerja untuk
mengingatkan akan pentingnya keselamatan dalam bekerja dan menjelaskan
potensi bahaya yang mungkin terjadi jika pekerja tidak berhati-hati. Dalam safety
morning, petugas K3 memastikan bahwa pekerja telah melengkapi dirinya dengan
APD (Alat Pelindung Diri) minimal berupa sepatu safety, rompi proyek, dan helm
proyek. Kemudian dalam penerapan selanjutnya, petugas K3 juga melakukan
patroli ke seluruh lapangan proyek untuk selalu menjamin keselamatan semua
pihak dalam pekerjaan.

4.10 Kendala
Selayaknya suatu pekerjaan pembangunan, kendala adalah suatu hal yang
tidak bisa dipungkiri akan terjadi. Penulis telah melakukan wawancara dengan
beberapa pihak, antara lain pihak kontraktor, konsultan, dan pekerja.
Adapun permasalahan yang dihadapi ketika pelaksanaan pengecoran pile
cap dan pekerjaan abutmen pada proyek Jembatan Cacaban Jalan Lingkar Timur
Waduk Jatigede antara lain:
4) Mobilisasi alat yang tidak tepat waktu sehingga menyebabkan progress
60

pekerjaan terjadi keterlambatan.


5) Waktu pelaksanaan proyek yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha
menyebabkan pelaksanaan proyek diliburkan untuk sementara waktu.
6) Lokasi proyek yang jauh, sehingga menyulitkan untuk mobilisasi dan
pengadaan bahan logistik.
Beberapa kendala lain ialah kondisi lahan yang belum terbebas karena
masih ada sengketa dengan pemilik lahan,suplai beton yang sulit karena
keterbatasan material. Hal inilah yang menyebabkan keterlambatan pengerjaan
proyek. Beberapa target waktu tidak terpenuhi karena lahan yang belum terbebas
dan masih ada sengketa dan tidak dapat dilanjutkan pekerjaannya. Hal ini
menyebabkan kurva-S aktual semakin mendekati kurva-S rencana.

Anda mungkin juga menyukai