Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PELAKSANAAN

4.1 Uraian Umum

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana

yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksana pekerjaan merupakan tahap yang

sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang

baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan

apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berhasil tidaknya suatu proyek, ditentukan pada tahap ini oleh karena itu

perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan,

rencana kerja, serta tenaga peaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang

dapat mengatur pekerjaan dengan .baik serta dapat mengambil keputusan-

keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Pada tahap ini kemampuan dari kontraktor dalam mengimplementasikan

rencana-rencana yang telah dibuat oleh owner bersama konsultan akan diuji.

Pelaksanaan yang dilakukan secara profesional dengan mengikuti peraturan-

peraturan dan spesifikasi yang ada dan menggunakan material dan peralatan yang

sudah ditetapkan akan menghasilkan konstruksi yang baik yang sesuai dengan

perencanaan. Metode pelaksanaan harus dipilih sesuai dengan kondisi lapangan,

jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan serta biaya yang

dialokasikan.

Pelaksanaan fisik suatu proyek dapat menimbulkan masalah-masalah yang

tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan

59
60

adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen

awal pelaksanaan, seperti erita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen

lainnya. Di dalam tahap pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana

yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala

detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor

mengerjakan shop drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup

serta detail yang lebih sempit. Kemudian untuk tahap akhir, kontraktor membuat

as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang

digunakan sebagai laporan akhir.

Pelaksanaan yang akan diuraikan pada bab ini berdasarkan kerja praktek

selama dua bulan adalah pekerjaan struktur bawah yang meliputi pembuatan pile

cap serta pekerjaan struktur atas yang meliputi pembuatan kolom, Ramp, balok

dan pelat lantai .

4.2 Pembuataan Pile Cap

Pile cap merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan

beban dari kolom ke tiang pancang pile cap merupakan salah satu unsur vital

dalam suatu konstruksi bangunan, untuk pelaksaanannya pembuatan pile cap

memiliki beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

Pekerjaan pile cap diawali dengan pekerjaan persiapan, yaitu

menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass

berdasarkan shop drawing yang sudah ditentukan kemudian dilanjutkan


61

dengan pemasangan patok as pile cap. Gambar denah pile cap dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 denah pile cap

2. Galian

Pekerjaan galian harus disesuaikan dengan ukuran, kedalaman dan

bentuk pile cap yang sudah direncanakan sebelumnya. Pada proyek ini pile

cap digali sampai dengan kedalaman -9000 (minus sembilan ribu) dari

elevasi 0.00. Proses pekerjaan galian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pekerjaan galian

3. Pemotongan tiang pancang

Pada pelaksanaan di lapangan seringkali ditemukan kedalaman yang

berbeda pada tiap titik tiang pancang hal ini diakibatkan oleh bervariasinya
62

kedalaman yang harus dicapai untuk mendapatkan daya dukung tanah yang

diinginkan. Dikarenakan kedalaman tiang pancang satu dengan yang lainya

bervariasi maka diperlukan pemotongan atau pembobokan tiang pancang,

tiang pancang yang yang memiliki tinggi berlebih harus dipotong sesuai

dengan elevasi yang sudah direncankan. Proses pemotongan tiang pancang

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pemotongan tiang pancang

4. Pembuatan bekisting

Bekisting pada pile cap tidak hanya berfungsi sebagai cetakan akan

tetapi juga memiliki fungi lain yaitu sebagai dinding penahan tanah (DPT)

atau biasa disebut juga dengan retaining wall, untuk itu material yang

digunakan adalah batako direkatkan dengan mortar dikarenakan bekisting

tidak akan dilepas. Pembuatan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pembuatan bekisting


63

5. Penulanga pile cap

Penulangan pada pile cap dilakukan sesuai dengan ketentuan dan

spesifikasi yang sudah direncankan dan telah disetujui oleh konsultan

perncana, besi yang digunakan dalam pembuatan tulangan pada pile cap

adalah besi ulir D-25 untuk tulangan bawah serta besi ulir D-16 untuk

tulangan atas. Proses penulangan pile cap dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Penulangan pile cap

6. Pengecoran pile cap

Proyek ini pengecoran pile cap mengunakan cor beton dengan mutu

K-350/fc = 34,16 MPa, proses pengecoran sendiri dilakukan dengan concrete

pump ataupun dapat mengunakan concrete bucket hal ini tergantung lokasi

pengecoran itu sendiri. Pengecoran pile cap dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pengecora pile cap


64

7. Perawatan beton

Perawatan beton atau curing bertujuan untuk menjaga supaya beton

tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban

dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total

setting tercapai. Curing dilakukan agar mutu beton yang diharapkan dapat

tercapai dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton

akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat dan tidak seragam yang

akan menyebabkan retak. Curing beton yang ada dalam spesifikasi teknis

struktur yang seharusnya dilakukan adalah menggunakan genangan air atau

penyiraman air secara continue. Pada pengecoran beton pile cap proyek ini,

perawatan beton pada pile cap dilakukan dengan penyiraman air setelah beton

berumur sehari dihitung dari waktu pengecoran, pile cap disiram dengan air

agar suhu yang terdapat pada beton terjaga sehingga mutu beton yang

terbentuk dapat maksimal. Apabila terjadi hujan maka tidak perlu lagi

melakukan proses penyiraman.

4.3 Pembuataan Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul

beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom

merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai

yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

Pada proyek pembangunan apartemen Yudhistira Tower Yogyakarta

memiliki 13 tipe kolom yang membedakan adalah bentuk, dimensi, dan jumlah
65

tulangan yang digunakan. Semakin tinggi tingkatan lantai pada suatu kolom maka

semakin kecil beban yang ditumpu kolom. Selain itu tipe kolom juga dipengaruhi

oleh fungsi lantai di atasnya, dikarenakan fungsi ruangan akan mempengaruhi

beban yang akan ditanggung kolom. Berikut merupakan langkah pembuatan

kolom pada proyek pembangunan apartemen Yudhistira Tower Yogyakarta:

1. Pekerjaan persiapan kolom

Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur

yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/control

oleh konsultan pengawas. Gambar tersebut mengacu pada gambar for

construction yang dikeluarkan oleh konsultan perencana.

2. Pabrikasi baja tulangan kolom

Setelah shop drawing disetujui, dilakukan perhitungan pembesian

dengan metode bar bending schedule (BBS). Dari hasil perhitungan BBS ini,

dilakukan perencanaan dan pemotongan besi dengan bar cutter. Baja

tulangan sebelumnya dipotong dengan berbagai ukuran dan dibengkokkan

sedemikian rupa di stockyard, sehingga membentuk bagian per-bagian

tulangan kolom yang mudah dirakit dan effesien. Pekerjaan pembengkokan

baja tulangan diperhitungkan sedemikian rupa, agar tidak banyak sisa

potongan baja yang terbuang begiu saja, dengan demikian akan

meningkatkan cost efficiency. Pemotongan dan pembentukan

(pembengkokan) dilakukan oleh tenaga ahli yang bertanggung jawab

melakukan pemotongan sesuai ukuran dan spesifikasi gambar rencana/shop

drawing. Jenis besi yang digunakan untuk tiap kolom adalah besi ulir baik
66

untuk sengkang maupun tulangan utama hanya saja tiap kolom memiliki

ukuran besi yang berbeda. Besi tulangan yang telah dibentuk untuk

sementara ditempatkan di tempat khusus yang mudah dijangkau oleh tower

crane agar memudahkan proses pengangkutan kolom yang sudah selesai

dipabrikasi ke lokasi pemasangan kolom. Proses pabrikasi tulangan kolom

dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pabrikasi tulangan kolom

3. Pabrikasi Bekesting
Sama halnya dengan proses pabrikasi tulangan sebelum nantinya siap

untuk digunakan papan bekesting terlebih dahulu dipotong dan dibentuk

sesuai kebutuhan dan dirakit pada lokasi yang mudah di akses oleh tower

crane agar nantinya memudahkan saat akan dilakukan pengangkutan dari

area pabrikasi menuju titik pemasangan, papan bekisting yang digunakan

merupakan plywood dengan ketebalan 12 mm dengan ukuran 120 cm x 240

cm. Plywood dipotong dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan agar nantinya

bekisting tersebut dapat digunakan berulang secara maksimal hal ini tentunya

akan berpengaruh pada efisensi waktu dan juga bahan. Proses pabrikasi
67

bekesting pada proyek pembangunan apartemen Yudhistira

Tower

Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pabrikasi bekisting

4. Marking pekerjaan kolom

Pada tahap ini surveyor menentukan posisi kolom yang akan dipasang

sesuai dengan gambar dan lokasi yang telah ditentukan. Penentuan posisi

dibantu dengan alat theodolit. Tahapan penentuan titik-titik as kolom

meliputi:

a. Meletakkan total station di atas titik acuan.

b. Kemudian menembakkan ke arah garis tengah kolom rencana dengan

disertai meteran agar sesuai pada gambar shop drawing untuk

mendapatkan posisi tengah.

c. Marking titik-titik as kolom dari hasil bidikan total station.

d. Setelah posisi ditentukan akan ditandai menggunakan marker.

Letak as-as ini harus dikontrol baik sebelum pengecoran maupun

setelah selesai pengecoran dan pembukaan bekisting untuk meminimalisasi

kesalahan yang mungkin akan terjadi, seperti letak kolom yang bergeser
68

sehingga menyebabkan kolom miring. Survei untuk marking pekerjaan

kolom dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Survei untuk marking pekerjaan kolom

5. Pemasangan tulangan kolom

Tulangan dipasang menggunakan bantuan tower crane. Tower crane

berfungsi untuk mengangkut tulangan yang sudah dipabrikasi dari lokasi

pabrikasi ke lokasi rencana kolom akan dipasang, serta mempermudah dalam

penyambungan tulangan kolom. Pengikatan sambungan antar tulangan pada

kolom menggunakan kawat. Setelah tulangan kolom disambungkan maka

ikatan pada tower crane dilepaskan. Proses pemasangan tulangan kolom

dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Proses pemasangan tulangan

6. Pemasangan beton decking


69

Beton decking dipasang pada sisi kolom dengan jarak antar beton

decking adalah kurang lebih 60 cm sampai 80 cm. Fungsi dari tahu beton

sendiri untuk menjaga ketebalan dari selimut beton, dan meminimalisir yang

keluarnya tulangan dari selimut beton. Ketebalan beton decking yang

digunakan adalah 5 cm. Pemasangan beton decking dapat dilihat pada

Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Pemasangan beton decking

7. Pemasangan bekisting kolom


Sebelum bekisting dipasang, papan bekisting dilapisi terlebih dahulu

(coating) dengan meggunakan mould oil agar mempermudah dalam proses

pelepasan bekisting. Setelah dilakukan pembersihan di area kolom. Tahap

selanjutnya adalah memasang panel bekisting dibantu dengan tower crane.

Bekisting dipasang sesuai dengan hasil surveyor. Setelah posisinya sesuai maka

bekisting dikencangkan dengan mur dan baut pada pertemuan antar papan

bekisting. Permukaan bekisting harus diperhatikan agar tidak terjadi kebocoran

saat pengecoran. Proses pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.12.
70

Gambar 4.12 Pemasangan bekisting

8. Pemasangan lot vertikal

Lot vertikal merupakan metode pemeriksaan apakah bekesting yang

dipasang lurus atau miring dengan cara memberi gantungan atau unting-

unting yang digantungkan pada bekisting dilihat menggunakan theodolith

sehingga diketahui apakah kolom mengalami kemiringan atau tidak dari

sejajar tidaknya gantungan tersebut. Lot vertikal dapat dilihat pada

Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Lot vertikal

9. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan bekisting telah selesai

dan telah mendapat persetujuan dari pengawas manajemen konstruksi untuk

melaksanakan pengecoran. Beton yang digunakan untuk pengecoran kolom

adalah beton dengan mutu K-350/fc’ = 34,16 MPa, proses pengecoran sendiri
71

dibantu dengan mengunakan concrete bucket yang sudah dipasangi pipa

tremie, pipa tremie kemudian dimasukan kedalam bekisting kolom, untuk

membantu proses pemadatan cor dan meminimalisir adanya resiko segregasi

maka digunakan juga concrete vibrator selama proses pengecoran.

Pengecoran akan berhenti ketika beton telah mencapai elevasi bottom kepala

kolom. Proses pengecoran dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Proses pengecoran

10. Pembongkaran bekisting

Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton mencapai

umur 1 hari atau lebih. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembongkaran

bekisting kolom adalah sebagai berikut:

a. Mengendurkan dan melepaskan besi support pada bekisting kolom.

b. Mengendurkan dan melepaskan tierod pada sabuk kolom, kemudian

melepaskan klem atau sabuk kolom tersebut.

c. Melepas bekisting dan memindahkanya dengan bantuan tower crane.

Pembongkaran/pelepasan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.15.


72

Gambar 4.15 Pembongkaran bekisting

11. Perawatan beton

Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan

perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan curing compound,

caranya yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan menggunakan

roll secara merata (naik turun). Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali. Tujuan

utama dari perawatan beron ialah untuk menghindari:

a. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton

yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

b. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.

c. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-

retak pada beton.

Beton yang mengalami segregasi ringan pada permukaannya maka

akan dilakukan penambalan dengan adukan semen pada permukaan yang

berlubang agar kekuatan kolom bertambah serta akan menambah nilai dari

segi estetika. Jika segregasi pada kolom parah, maka akan dilakukan

grouting, yaitu menyuntikkan cairan semen pada kolom yang berongga

dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan kolom.


73

4.4 Pembuatan Balok dan Pelat Lantai

Terdapat 15 tipe balok dengan dimensi dan jumlah tulangan yang berbeda.

Tipe tersebut berkaitan dengan fungsi ruangan di atas balok tersebut,

dikarenakan fungsi ruangan akan mempengaruhi beban yang akan disalurkan

pada balok. Selain itu, bentang antar kolom juga mempengaruhi dimensi balok,

dikarenakan semakin besar bentang antar kolom maka semakin besar beban yang

akan didistribusikan ke balok. Untuk pelat terdapat 4 tipe yang memiliki

ketebalan dan jumlah tulangan yang berbeda. Seperti halnya balok, fungsi

ruangan di atas pelat sangat mempengaruhi ketebalan dan jumlah tulangan pelat.

Berikut adalah metode kerja pembuatan balok dan pelat lantai:

1. Penentuan as balok dan pelat

Penentuan as balok dan pelat lantai dilakukan dengan mengukur dari

kolom atau dinding yang telah diberi label. Tahapan penentuan elevasi balok

dan pelat lantai meliputi:

a. Pengukuran setinggi 1m dari dasar kolom sebagai pinjaman untuk

pengukuran level bekisting balok dan diberi kode pada kolom dengan

menggunakan alat waterpass.

b. Kemudian memberikan tanda pada kolom-kolom yang lain dengan

metode yang sama.

c. Dari kode tersebut, dapat mengukur sesuai tinggi yang diinginkan

sebagai elevasi dasar bekisting balok.

d. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut dapat mengukur setinggi

jarak tertentu sesuai dengan tinggi balok rencana,


74

Proses marking elevasi dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Marking elevasi

2. Pemasangan scaffolding

Balok dan pelat membutuhkan scaffolding untuk menahan beban

sendiri arah vertikal dari adukan beton yang akan dituangkan. Scaffolding

akan dipasang hingga umur beton 14 hari. Penentuan posisi scaffolding

sangat penting, selain berkaitan agar menjaga elevasi balok dan pelat tepat,

namun juga berkaitan dengan keamanan seluruh pekerja agar beton segar

pada beton tidak menjauhi pekerja yang berada dibawahnya.

Pemasangan scaffolding memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Pemasangan jack base di atas lantai sesuai dengan lay out yang telah

direncanakan.

b. Setelah jack base terpasang, pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan

inner table yang berada di atas jack base.

c. Setelah innertable terpasang di atas jack base, maka segera memasang

pipe ledger, vertical post dan vertical diagonal.

d. Setelah itu memasang u-head di atas vertical post, yang diatasnya

dipasang gelagar besi melintang balok sebagai penyangga suri-suri dari

balok maupun pelat lantai.


75

e. Memasangan suri-suri arah memanjang balok di atas gelagar. Suri-suri

menggunakan besi double hollow.

Proses pemasangan scaffolding dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Proses pemasangan scaffolding

3. Pemasangan bekisting

Bekisting dipasang dengan menumpu pada scaffolding sesuai dengan

ketentuan dan dimensi yang telah ditetapkan. Pemasangan bekisting perlu

diperhatikan agar tidak terjadi kebocoran padda saat pengecoran yang akan

menimbulkan segregasi pada balok dan pelat. Bekisting balok dan pelat

terbuat dari plywood biasa dengan ketebalan 12 mm Pada bekisting balok

diperkaku dengan menggunakan balok kayu berukuran 5 cm x 7 cm dan 6

cm x 12 cm, sehingga dapat memperkuat bekisting. Plywood yang akan

digunakan untuk bekisting diolesi oli agar mempermudah pada saat proses

pelepasan bekisting setelah beton mencapai umur beton yang ditentukan.

Proses pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.18.


76

Gambar 4.18 Pemasangan bekisting


4. Pengecekan elevasi

Setelah bekisting terpasang selanjutnya surveyor melakukan

pengecekan elevasi atau sering dikenal dengan istilah awam sebagai

pekerjaan bodeman, pengecekan elevasi pada balok dan pelat lantai ini

bertujuan untuk memastikan bekisting balok maupun pelat lantai berada pada

elevasi yang sudah ditentukan serta menjaga agar tinggi ruangan di tiap lantai

sesuai degan apa yang sudah direncankan, pekerjaan ini biasanya dilakukan

oleh surveyor dengan dibantu oleh 2 orang pekerja dimana pekerja ini

nantinya akan bertuga mengubah tinggi atau rendah scaffolding sesuai

dengan komando yang diberikan oleh surveyor. Proses pengecekan elevasi

dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Pengecekan elevasi

5. Pemasangan tulangan
77

Tulangan pada balok dan pelat lantai tidak melewati proses pabrikasi

terlebih dahulu melainkan besi tulangan langsung dibawa ke lapangan

dengan mengunakan tower crane untuk dipasang sesuai dengan desain yang

sudah ditentukan. Diameter tulangan utama pada balok terdapat dua tipe

tulangan yaitu tulangan ulir D22 dan D16 Hal ini berkaitan dengan momen

yang akan ditumpu balok. Diameter tulangan sengkang yang digunakan

adalah tuangan ulir D16, D13 dan D10 untuk seluruh tipe balok.

Diameter utama pelat adalah tulangan ulir D8, D10, dan D15.

Perbedaan ukuran tulangan utama berkaitan dengan fungsi ruangan di atas

pelat dan lokasi tingkatan lokasi pelat. Pada pelat terdapat penumpu tulangan

yang berfungsi menjaga agar kedua lapisan tulangan pada pelat tidak

menyatu yang biasa disebut dengan kursi-kursi. Digunakan kawat sebagai

pengikat antar tulangan baik balok maupun pelat. Proses penulangan pelat

dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan kursi-kursi dapat dilihat pada

Gambar 4.21.

Gambar 4.20 Penulangan pelat


78

Gambar 4.21 Kursi-kursi


6. Pemasangan beton decking

Beton decking berfungsi sebagai pengontrol ketebalan selimut beton

serta untuk menjaga agar tulangan tidak keluar dari selimut beton. Tahu

beton atau beton decking dipasang pada tulangan pelat lantai. Pemasangan

beton decking pada tulangan pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22 Pemasangan beton decking


7. Pemasangan stop cor

Kawat ayam yang dipasang pada tepi area pengecoran digunakan

menjadi pembatas pengecoran atau lebih dikenal dengan istilah stop cor

berfungsi untuk membatasi aliran adukan beton sehingga tidak melewati

batas area pengecoran karena agregat akan terjaring oleh kawat ayam.

Pemasangan stop cor pada proyek pembangunan apartemen Yudhistira

Tower Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 4.23.


79

Gambar 4.23 Stop cor

8. Pembersihan bekisting dan tulangan

Pembersihan dilakukan sebelum dilakukan pengecoran hal ini

dimaksudkan agar tidak ada material lain ataupun kotoran yang tercampur pada

cor segar, pada proyek pembangunan apartemen Yudhistira Tower Yogyakarta

pembersihan dilakukan drngan dua cara yaitu dengan mengunakan air compresor

untuk menghilangan debu dan sampah serta mengunkan tongkat yang ujungnya

diberi magnet untuk mengangkat potongan-potongan besi, kawat bendrat, ataupun

paku yang berada di area pengecoran. Proses pembersihan dengan air compresor

dapat dilihat pada Gambar 4.24 dan untuk pembersihan dengan magnet pada

Gambar 4.25.

Gambar 4.24 Pembersihan dengan air compresor


80

Gambar 4.25 Pembersihan dengan magnet

9. Pengecoran

Beton yang digunakan untuk pengecoran adalah beton dengan mutu

K-350/fc’ = 34,16 MPa pengecoran pelat lantai bisa dilakukan dengan

concrete pump ataupun dengan bucket tergantung lokasi pengecoran, apabila

ditemukan sambungan antara cor lama dan cor baru maka pada bagian ini

akan disiram dengan mengunakan sikabond. Proses pengecoran balok dan

pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Proses pengecoran balok dan pelat lantai

10. Perataan permukaan lantai

Pada lantai basement dan lantai parkir permukaan lantai tidak akan

mendapatkan finishing berupa pemasangan keramik oleh sebab itu maka

permukaan lantai akan dihaluskan dengan menggunakan concrete trowel

machine. Concrete trowel machine dapat dilihat pada Gambar 4.27


81

Gambar 4.27 Penggunaan concrete trowel machine

11. Perawatan beton

Perawatan beton yang dilakukan setelah 8 jam adalah dengan

memberi air atau biasa disebut dengan curing di atas lapisan yang dicor

sehingga diharapkan suhu beton tetap konstan. Curing dapat dilihat pada

Gambar 4.28

Gambar 4.28 Curing

12. Pelepasan bekesting

Dikarenakan balok dan pelat tidak bisa menahan beban sendiri saat

beton belum mengeras, maka dibutuhkan 14 hari utuk melakukan pelepasan

bekisting, namun tetap disangga oleh scaffolding hingga 28 hari.

Pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai dilakukan secara bertahap

sehingga balok dan pelat lantai tidak secara mendadak menahan berat sendiri
82

yang dapat mengakibatkan keretakan pada struktur. Waktu pembongkaran

dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini

boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balok,

cetakan dinding)  > 24 jam bisa juga lebih.

b. Untuk penyangga datar yang menahan momen, boleh dibongkar setelah

beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di

laboratorium, untuk beton konvensional    28 hari.

Proses pelepasan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.29.

Gambar 4.29 Pelepasan bekisting

13. Perbaikan beton

Jika beton mengalami kerusakan pada permukaannya maka akan

dilakukan penamblan pada bagian yang rusak. Jika beton berrongga maka

akan dilakukan grouting yaitu penyuntikan adonan semen pada bagian yang

berrongga.

4.4 Pembuatan Ramp

Ramp merupakan bidang miring pengganti tangga yang dapat dilalui oleh

kendaraan yang memiliki roda, ramp digunakan untuk mobilitas kendaraan


83

seperti mobil dan sepeda motor dari lantai ke lantai pada proyek ini ramp

digunkan pada lantai basement 2 hingga berakhir pada lantai parkir 3. Berikut

adalah pekerjaan yang dilakukan dalam pembuatan ramp:

1. Penentuan elevasi ramp

Ramp memiliki bidang yang miring sehingga sudut kemiringan

haruslah di perhatikan, dalam hal ini surveyour yang bertugas memastikan

kemiringan ramp sesuai dengan shop drawing yang sudah ditentukan, pada

proyek ini ramp memiliki kemiringan sebesar 12° dengan lebar 5,225 m

dengan panjang 10 m sampai dengan 15 m. Penentuan elevasi ramp dapat

dilihat pada Gambar 4.30.

Gambar 4.30 Penentuan elevasi ramp

2. Pemasangan scaffolding

Ramp membutuhkan scaffolding untuk menahan beban vertikal dari

adukan beton yang akan dituangkan. Scaffolding akan dipasang hingga umur

beton 14 hari. Penentuan posisi scaffolding sangat penting, selain berkaitan

agar menjaga elevasi balok yang melintang pada ramp, namun juga berkaitan

dengan keamanan seluruh pekerja agar beton segar pada beton tidak

menjauhi pekerja yang berada dibawahnya.


84

Pemasangan scaffolding memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Pemasangan jack base di atas lantai sesuai dengan lay out.

b. Pemasangan inner table yang berada di atas jack base.

c. Setelah innertable terpasang di atas jack base, maka segera memasang

pipe ledger, vertical post dan vertical diagonal.

d. Setelah itu memasang u-head di atas vertical post, yang diatasnya

dipasang gelagar besi melintang balok.

e. Memasangan suri-suri arah memanjang balok di atas gelagar. Suri-suri

menggunakan besi double hollow.

Proses pemasangan double hollow dapat dilihat pada Gambar 4.31.

Gambar 4.31 Pemasangan double hollow

3. Pengecekan elevasi

Dikarenakan ramp ditumpu oleh balok maka setelah pemasangan

bekisting selesai surveyour melakukan pengecekan elevasi pada balok yang

menopang ramp metode yang dilakukan sama halnya ketika pengecekan

elevasi pada balok dan pelat lantai.

4. Pemasangan tulangan
85

Proses penulangan pada ramp bisa dikatakan sama dengan proses

penulangan balok dan pelat lantai, besi yang digunakan untuk pelat lantai

ramp adalah besi ulir D12 dan D10, salah satu hal yang membedakan adalah

adanya pemasangan besi relat, besi relat sendiri merupakan tumpuan yang

digunakan untuk proses perataan pengecoran pelat ramp agar hasil dari

pengecoran benar-benar datar. Relat dapat dilihat pada Gambar 4.32.

Gambar 4.32 Relat

Selanjutnya di atas relat akan dipasangkan besi lurus yang diikat

dengan kawat bendrat yang nantinya akam berguna sebagai rel pada saat

perataan pengecoran, setelah permukaan dirasa cukup rata maka besi tersebut

kan dilepas. Pemasangan besi pada relat dapat dilihat pada gambar 4.32

Gambar 4.32 Besi rel pada relat

5. Pemasangan beton decking


86

Beton decking berfungsi sebagai pengontrol ketebalan selimut beton

serta untuk menjaga agar tulangan tidak keluar dari selimut beton.

6. Pemasangan stop cor

Setiap kali akan dilakukan pengecoran maka stop cor atau kawat

ayam akan dipasang pada tepi area pengecoran hal ini berfungsi untuk

membatasi aliran adukan beton sehingga tidak melewati batas area

pengecoran karena agregat akan terjaring oleh kawat ayam. Hasil

pemasangan stop cor dapat dilihat pada Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Hasil pemasangan stop cor

7. Pembersihan

Sebelum area ramp dicor maka area dibersihkan dengan metode yang

sama seperti halnya pada pembersihan sebelum pengecoran pada balok dan

pelat lantai, hal ini juga bertujuan untuk meminamalisir ada kotoran ataupun

material lain yang akan tercampur pada beton segar ketika proses pengecoran

berlangsung.

8. Pengecoran ramp

Beton yang digunakan untuk pengecoran ramp adalah beton dengan


87

mutu K-350/fc’ = 34,16 MPa. Pengecoran ramp dilakukan dengan

mengunakan bucket hal ini dikarenakan lokasi ramp akan lebih mudah di

akses dengan mengunakan bucket dibandingan dengan mengunakan concrete

pump. Proses pengecoran ramp dapat dilihat pada Gambar 4.34.

Gambar 4.35 Pengecoran ramp

9. Perataan permukaan lantai

Sama halanya seperti pada lantai basement dan lantai parkir

permukaan ramp tidak akan mendapatkan finishing, guna menjaga tinggi

permukan cor tetap sama serta untuk meratakan permukaan pada ramp maka

digunakan hollow yang di letakan melintang di atas besi rel dengan gerakan

dari atas ke bawah. Proses perataan permukaan menggunakan hollow dapat

dilihat pada Gambar 4.36.

Gambar 4.36. Proses perataan permukaan mengunakan hollow


88

10. Perawatan beton

Sama halnya dengan permukaan beton lain proses curing juga

dilakukan 8 jam setelah proses pengecoran permukaan ramp selesai.

11. Pelepasan bekesting

Ramp membutuhkan waktu 14 hari utuk melakukan pelepasan

bekisting, namun tetap disangga oleh scaffolding hingga 28 hari.

Pembongkaran bekisting ramp dilakukan secara bertahap mulai dari tepi ke

arah tengah bentang sehingga balok dan ramp tidak menahan berat sendiri

yang dapat mengakibatkan keretakan pada struktur. Waktu pembongkaran

pun juga dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh

dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balok, cetakan

dinding)  24 jam.

b. Untuk penyangga datar yang menahan momen: boleh dibongkar setelah

beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di

laboratorium, untuk beton konvensional    28 hari (beton tanpa bahan

tambahan).

Tahapan pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai meliputi:

a. Mengendorkan dan melepaskan scaffolding pada bekisting balok dan

ramp.

b. Setelah melepas scaffolding kemudian melepas gelagar-gelagar arah

memanjang dan melintang.

c. Kemudian melepas bekisting balok ramp.


89

12. Perbaikan beton

Jika beton mengalami kerusakan pada permukaannya maka akan

dilakukan penambalan pada bagian yang rusak. Apabila beton berrongga

maka akan dilakukan grouting yaitu penyuntikan adonan semen pada bagian

yang berrongga, namun hal ini jarang ditemukan pada permukaan ramp.

Hasil pekerjaan ramp dapat dilihat pada Gambar 4.37.

Gambar 4.37 Ramp

Anda mungkin juga menyukai