Anda di halaman 1dari 17

METODE PEKERJAAN

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

A. Menyusun Rencana Kerja


 Sebelum memulai pekerjaan, dengan terlebih dahulu menyusun rencana kerja
yaitu suatu rencana yang terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (Time
Schedule) diajukan kepada Direksi dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Penetapan Penyedia
Barang/Jasa.
 Rencana Kerja ini akan dipakai sebagai dasar untuk menentukan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kemajuan, keterlambatan dan penyimpanagn
pekerjaan yang dilaksanakan.
 Membuat daftar material yang perlu diajukan contohnya terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam pelaksanaan.

B. Persiapan Pekerjaan Dilapangan


Persiapan yang dilakukan untuk kegiatan pekerjaan dilapangan meliputi :
 Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk memulai pekerjaan di lapangan serta mempersiapkan
jalan masuk Material maupun Material tanah Timbun/Sirtu/Batu sesuai
spesifikasi untuk Pekerjaan Penimbunan Pekerjaan agar tidak mengganggu
lalu lintas keluar masuk kendaraan maupun arus alu lintas pada jalan umum di
sekitar lokasi pekerjaan.

C. Pekerjaan Pengukuran (Uitzetten)


 Penentuan elevasi pekerjaan sub struktur, penentuan as dan lain-lain sesuai
kebutuhan pelaksanaan di lapangan Uitzetten & Pemasangan Bowplank.
 Sebelum dilakukan pengukuran dengan terlebih dahulu menetapkan bench
mark (titik duga tetap) yang ada sebagai titik referensi yang telah disepakati
oleh pemberi kerja.

D. Pengukuran
pertama dilakukan untuk sebagai pedoman pemasangan profil yang disesuaikan
dengan rencana gambar-gambar pekerjaan. Dengan selesainya pengukuran
dilapangan sebagai bukti bahwa pekerjaan yang diberikan dengan yang ada

1
dilapangan kemudian dilanjutkan dengan melakukan penggambaran ulang dengan
membuat (as built drawing).

E. Pembersihan Lapangan Perataan Lapangan


Pembersihan trace, lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan nantinya dilakukan
pembersihan dengan cara mengupas tanah lapisan atas (top soil) juga dengan
membuang tumbuh-tumbuhan yang mengganggu pekerjaan berupa semak, batang
kayu atau bahan organik yang dapat mengganggu kekuatan struktur dari pekerjaan
yang ada.

F. Pemasangan Plank Kegiatan


Papan Nama Proyek dengan bentuk yang disesuaikan pada Gambar Dokumen,
dengan membuat Nama Perusahaan, Jangka Waktu Pelaksanaan, Nilai Proyek, dan
ditempatkan pada posisi yang mudah dibaca.

G. Pemasangan Patok Dan Bowplank


Setelah selesainya pembersihan lokasi dilakukan pematokan yang mana patok-patok
ini diletakkan pada hasil pengukuran yang ditetapkan dengan semua ukuran-ukuran
pedoman pada rencana yang tercantum dalam bestek pekerjaan yang dimaksud serta
pemasangannya ini dilakukan dengan persetujuan pengawas pekerjaan.

H. Mobilisasi Dan Demobilisasi Alat


Mobilisasi dan demobilisasi alat dari tempat pekerjaan (job site) sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan, setiap alat yang dimasukkan dan dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan dengan terlebih dahulu dengan mendapat persetujuan dari
pengawas lapangan. Mobilisasi Tenaga Kerja ke job site disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada dilapangan.

I. Gudang/Bangsal Pekerja/Direksi Keet


 Tempat penyimpanan alat-alat ataupun material-material baik tempat maupun
konstruksin dapat menjamin kebersihan dan keutuhan/keselamatan bahan yang
disimpan dimana lantai dibuatkan kuat dan kering. Semua Pintu dan jendela
dapat dibuka dan dikunci dengan baik, sirkulasi udara dan penerangan cukup.
 Bangsal untuk pekerja, gudang dan ruang rapat di lapangan dibuat di tempat
sekitar bangunan yang letaknya ditentukan bersama dengan
mempertimbangkan luas lokasi proyek.
 Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan di dalam gudang yang cukup memjamin
perlindungan terhariap bahan bahan tersebut.

2
J. Pembongkaran Menara
Pembongkaran menara dilakukan dengan melihat dan memperhatikan metode
pembongkaran menara. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi kesalahan pada saan
pembongkaran. Pada pembongkaran ini diperlukan perhatia terhadap keselamatan
pekerja dan bangunan di sekitar menara.

K. Pemasangan Lampu Suar Darurat


Pemasangan lampu suar darurat bertujuan untuk lampu sementara selama pekerjaan
menar suar belum selesai dibangun.

L. As Built Drawing
As built drawing akan dikerjakan setelah pekerjaan hampir selesai dan diserahkan
setelah pekerjaan dianggap telah selesai dan sempurna menurut pengawas/pemilik
pekerjaan.

II. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

A. Pekerjaan Borepile
Titik pusat dari pile di survey dan di tandai dengan angker baja .Penentuan titik
lubang bor dilakukan oleh surveyor dan setiap saat harus dilakukan pengecekan
berulang kali karena kondisi lahan yang rusak akibat pengeboran. Penempatan alat
bor pada posisi yang telah ditentukan , kemudian dilakukan pengecekan posisi
vertikal dan horizontal apakah sudah memenuhi persyaratan. Instalasi Baja Tulangan
Rangka penulangan diturunkan kedalam bor. Ukuran dan panjang penulangan
merupakan spesifikasi yang direncanakan dalam pengeboran. Pusat rangka
penulangan adalah jalur pengecoran dengan memperhitungkan selimut betonnya.
Sambungan antar segmen besi tulangan dilakukan dengan pengelasan. Setelah
rangka tulangan sudah sesuai dengan posisi yang direncanakan maka mulai
dilakukan pengecoran dengan menggunan mixer concrete. Setiap titik bore
dilakukan dalam pengecoran satu kali.

B. Lantai Kerja
Lantai kerja disini yaitu penebaran/menghampar pasir setebal 5 cm sebelum
dilakukan pengecoran pilecap.

C. Pilecap Segidelapan
Pertama dilakukan pekerjaan pasangan bata di tepi luar sesuai gambar sebagai
cetakan pilecap. Setelah pekerjaan bata selesai maka dilaksanakan pekerjaan
penulangan pilecap. Besi yang digunakan ukurannya sesuai dengan spesifikasi dan

3
ukuran yang ada dalam gambar dan berlabel SNI. Setalah rangkaian penulangan
telah selesai maka dilaksankan pengecoran beton. Semua proses dapat dilakukan
sesuai dengan proses diatas sesuai dengan hasil pemeriksaan oleh pihak konsultan
pengawas.

III. PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

A. Pekerjaan Kolom Beton


Cara membuat kolom beton bertulang
 Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
 Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan
dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap
ekonomis.
 Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan,
ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat
tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
 Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu
dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
 Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.
 Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
 Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau
media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
 Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
 Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran
rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
 Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
 Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai
hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-
300, K-400 dan seterusnya.
 Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan
dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung
atas bekisting.

Pembesian

4
 Besi yang digunakan yang memiliki sertifikat SNI.
 Semua dimensi/ukuran dan bentuk besi tulangan yang akan digunakan sesuai
dengan gambar.
 Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran
garis tengah minimal 1 mm.
 Penyimpanan besi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pengangkutan tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan menunjukkan ukuran batang dan panjang.
 Bagaimana menangani serta menyimpan seluruh besi tulangan
sedemikian untuk mencegah kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

Bekisting
 Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu sembarang keras, kecuali
Direksi/ Pengawas menegaskan lain.
 Bekisting yang dibuat harus kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
 Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang
merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh
sudut-sudut tajam harus dibulatkan.
 Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.

Campuran Beton

Pelaksana memberitahukan Direksi Pekerjaan paling sedikit 24 jam sebelum


memulai pengecoran beton. Direksi akan memeriksa acuan, dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Pelaksana tidak melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran beton tidak dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting dbersihkan dari kotoran-
kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan
alat pembawa (kereta) juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada
posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu. Dimensi semua bagian beton

5
tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidakcocokan
pada ukuran. Pelaksana minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi.
 Sebelum pengecoran beton dimulai, acuan dibasahi dengan air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
 Pengecoran beton dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
 Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor
di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode
Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang
khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
 Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis atau alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
 Bekisting tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
 Direksi Pekerjaan memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
Bekisting dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan
yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan
dengan adukan semen.

Ukuran Dimensi Kolom Beton


Terdapat perbedaan dimensi kolom beton yang dilaksanakan yakni ada Type K1
untuk lantai 1 s/d 2, type K2 untuk lantai 3 s/d 4, tipe K3 untuk lantai 5 s/d 6, tipe

6
K4 untuk lantai 7 dan tipe K5 untuk penutup atap. Semua dimensi disesuaikan
dengan spesifikasi yang ada dalam gambar kerja.

B. Pekerjaan Balok Beton


Cara membuat balok beton bertulang :
 Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
 Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan
dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap
ekonomis.
 Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan,
ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat
tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
 Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu
dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
 Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.
 Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
 Membuat bekisting/cetakan dan juga perancah bisa terbuat dari kayu, plat
alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan
pengecoran beton.
 Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
 Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran
rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
 Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
 Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai
hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-
300, K-400 dan seterusnya.
 Melakukan pekerjaan pengecoran balok, penentuan tinggi cor bisa dilakukan
dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung
atas bekisting.

Pembesian
 Besi yang digunakan yang memiliki sertifikat SNI.
 Semua dimensi/ukuran dan bentuk besi tulangan yang akan digunakan sesuai
dengan gambar.

7
 Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran
garis tengah minimal 1 mm.
 Penyimpanan besi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pengangkutan tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan menunjukkan ukuran batang dan panjang.
 Bagaimana menangani serta menyimpan seluruh besi tulangan
sedemikian untuk mencegah kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

Bekisting
 Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu sembarang keras, kecuali
Direksi/ Pengawas menegaskan lain.
 Bekisting yang dibuat harus kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
 Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang
merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh
sudut-sudut tajam harus dibulatkan.
 Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.

Campuran Beton

Pelaksana memberitahukan Direksi Pekerjaan paling sedikit 24 jam sebelum


memulai pengecoran beton. Direksi akan memeriksa acuan, dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Pelaksana tidak melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran beton tidak dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting dbersihkan dari kotoran-
kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan
alat pembawa (kereta) juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada
posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu. Dimensi semua bagian beton
tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidakcocokan
pada ukuran. Pelaksana minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi.
 Sebelum pengecoran beton dimulai, acuan dibasahi dengan air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.

8
 Pengecoran beton dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
 Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor
di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode
Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang
khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
 Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis atau alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
 Bekisting tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
 Direksi Pekerjaan memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
Bekisting dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan
yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan
dengan adukan semen.

Ukuran Dimensi Kolom Beton


Terdapat perbedaan dimensi kolom beton yang dilaksanakan yakni ada Type B1
untuk lantai 1 s/d 4, type B2 untuk lantai 1 s/d 4, tipe B3 untuk lantai 1 s/d 4, tipe B4
untuk lantai 5 s/d 7, tipe B5 untuk lantai 5 s/d penutup atap dan tipe B6 untuk lantai
5 s/d 7. Semua dimensi disesuaikan dengan spesifikasi yang ada dalam gambar
kerja.

9
C. Pekerjaan Lantai Beton
Item pekerjaan ini hampir sama dengan pekerjaan sebelumnya.

Pembesian
 Besi yang digunakan yang memiliki sertifikat SNI.
 Semua dimensi/ukuran dan bentuk besi tulangan yang akan digunakan sesuai
dengan gambar.
 Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang
berukuran garis tengah minimal 1 mm.
 Penyimpanan besi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pengangkutan tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan menunjukkan ukuran batang dan panjang.
 Bagaimana menangani serta menyimpan seluruh besi tulangan sedemikian
untuk mencegah kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

Bekisting
 Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu sembarang keras, kecuali
Direksi/ Pengawas menegaskan lain.
 Bekisting yang dibuat harus kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
 Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos.
Seluruh sudut-sudut tajam harus dibulatkan.
 Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.

IV. PEKERJAAN ATAP DINDING DAN TANGGA


A. Pekerjaan Atap
Pekerjaan pada atap ini terdiri dari pekerjaan :
 Pipa besi diameter 41 mm.
 Gording CNP 150x65x20x2.3 sebagai tulangan atap.
 Angkur bolt M16 untuk pengikat dudukan lampu
 Base plat 20x30 cm tebal 12 mm sebagai dudukan dasar lampu.
 Atap FRP, T = 3 mm Ex. Fibrealum/setara adalah penutup atap.
 Nok paten FRP, Ex. Fibrealum/setara merupakan bagian pengunci atap.
 Plafon gypsum (Area R. lampu), setelah atap telah selsesai maka pada langit-
langit ruangan dipasang plafond gypsum.

10
 Waterproffing coating (overhang dan atap beton), berguna untuk mencegah
adanya rembesan air hujan dari permukaan luar ke dalam ruang lampu.
Semua material digunakan yang berbahan dari besi akan dibeli baru tanpa ada korosi.

B. Pekerjaan Dinding
Pekerjaan pada atap ini terdiri dari pekerjaan :
 Profil CNP 150x65x20x2.3, L = 5 m, untuk rangka penutup dinding.
 Profil CNP 150x65x20x2.3, L = 2.5 m, untuk rangka penutup dinding.
 Profil pengaku CNP 150x65x20x2.3, L = 2.5 m., untuk rangka penutup dinding.
 Base plat 20x30 cm tebal 12 mm.
 Baut HTM M16, untuk pengunci tulangan profil maupun ke dinding struktur
utama.
 Grouting
 Cor beton untuk cantilever, pelaksanaannya hamper sam dengan pekerjaan
kolom beton atau balok beton.
 Pasangan bata ½ adukan 1:4, pembatas ruang dan atau seperti yang di tunjukkan
gambar kerja. Bahan yang dipakai untuk pekerjaan partisi ini yaitu dari Bata
Merah dengan bentuk standar batu bata yaitu prisma empat persegi panjang
ukuran nominal yang digunakan adalah 5 x 11 x 23 cm dengan toleransi ± 5 mm,
bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya
retak-retak yang merugikan. Sebelum dilaksanakan pemasangan, pekerjaan lain
yang terletak di dalam dinding tersebut harus sudah terpasang dengan sempurna
antara lain elektrikal (saklar dan stop kontak), dan perlengkapan instalasi lain
yang di perlukan. Pekerjaan dinding bata mempunyai tiga macam pasangan,
yaitu:
a. Pasangan kedap air (1 Pc : 2 Ps), Semua pasangan bata dimulai diatas sloof
antara 30 cm sampai set inggi 60 cm (sesuai gambar), diatas lantai dan sampai
set inggi 150 cm dari permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding
ruang-ruang basah (toilet, kamar mandi dan WC).
b. Pasangan dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan.
c. Pasangan adukan 1 Pc : 4 Ps berada diatas pasangan kedap air tersebut.
 Plesteran 1:4, t = 20 mm termasuk acian
Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
dengan petunjuk dan persetujuan pengawas, dan persyaratan tertulis dalam
uraian. Untuk plesteran/ adukan kedap air, harus ditambah dengan bahan
khusus kedap air dengan perbandingan 1 pc : 1 bahan khusus kedap air. Untuk
bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir. Plesteran halus
(acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang

11
homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran finishing/ dilapis bahan
lain (keramik dan lain-lain), harus ditambah dengan addit ive plamix dengan
dosis 200 – 250 gr plamix untuk adukan kedap air.
Semua jenis adukan/ plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa,
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Untuk dinding
tertanam didalam tanah harus diplester dengan memakai spesi kedap air.
Semua bidang yang akan dilapis (finishing) bahan lain pada permukaannya
diberi alur alur garis, horizontal atau ketrek (scrath) untuk memberi ikatan
yuang lebih baik terhadap bahan finishingnya kecuali untuk yang menerima
cat. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping kayu setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan diding/ kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta dalam gambar.
Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang t idak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan
beban penutup yang mencegah pegupasan secara cepat.
 Dinding FRP T = 3 mm tipe flat, Ex. Fibrealum/setara, pembuatan dan
pencetakan fibre untuk dinding akan dilaksanakan langsung dilapangan dengan
mendatangkan para pekerja yang ahli dalam melaksanakan pencampuran bahan
fibred an pencetakannya.
 Pintu P1 (1600x2160)
 Pintu P2 (900x2160)
 BV (600x400)
 Jendela J1 (600x600)

Pekerjaan dinding ini dilaksanakan sesuai dengan keadaan dilapangan, seperti untuk
pemasangan profil; CNP dapat dilaksanakn apabila setiap section lantai menara suar
telah selesai. Pada pekerjaan pintu dan jendela digunakan kayu ataupun dari plat
aluminium. Pencetak fibre untuk dinding dilaksanakan di lapangan mulai dari proses
pencamburan bahan sampai dengan pencetakannya.

C. Pekerjaan Lantai
 Lantai dasarnya/permukaan dibersihkan dari kotoran/debu dan disiram terlebih
dahulu sebelum ditebar adukan pasangan keramik.
 Rendam keramik terlebih dahulu dalam air sampai jenuh sebelum dipasang.

12
 Buat adukan untuk pasang keramik.
 Pasang benang untuk bantuan mendapatkan pasangan permukaan keramik yang
rata dan garis siar/nat yang lurus.
 Buat kepalaan adukan dengan jarak 1 - 1.5 m agar adukan yang ditebar
permukaannya yang rata/flat.
 Tebar adukan secara merata untuk menghindarkan terjadi rongga.
 Pasang keramik kepalaan untuk tanda star awal pemasangan pada adukan yang
sudah ditebar dengan perekat acian. Kemudian dilanjutkan pemasangan keramik
lantai lainnya dengan acuan kepalaan pasangan keramik  yang telah dibuat.
 Pada saat pemasangan, tekan keramik atau pukul dengan palu karet untuk
mendapatkan permukaan lantai keramik yang rata.
 Cek kerataan permukaan pasangan lantai keramik dengan waterpass.
 Setelah pemasangan lantain keramik selesai, biarkan beberapa saat untuk
mengeluarkan udara yang ada dalam adukan pasangan lantai keramik. Setelah itu
baru dilanjutkan dengan pekerjaan perapihan/finish garis siar/nat.  
 Pekerjaan terakhir adalah pembersihan permukaan lantai keramik dari kotoran.

D. Pekerjaan Cat Finish Cat Dinding


 Aplikasi pengecatan dengan menggunakan roll dan untuk bagian sudut
menggunakan kuas.
 Pastikan dahulu permukaan dinding dalam keadaan kering tidak lembab.
 Proteksi area kerja dengan plastic terutama untuk menghindari tumpahan cat.
 Permukaan dinding dibersihkan dahulu sebelum di cat, yaitu dengan diampelas, 
sikat kawat atau gurinda jenis mangkok (bila ada plesteran + aci yang tidak rata).
 Setelah permukaan dinding bersih, diberi lapisan plamir dinding supaya pori-
pori/lubang-lubang kecil dan retak-retak halus tertutup.
 Setelah plamir kering, permukaan dinding diampelas lagi agar mendapatkan
permukaan yang bersih/halus.\Selanjutnya permukaan dinding diberi lapisan
dasar sealer (untuk pengikat cat). Apabila setelah disealer timbul retak rambut,
maka dilakukan plamir ulang dan diampelas.
 Untuk dinding luar terlebih dahulu diberi lapisan alkali untuk anti jamur/lumut.
Kemudian dilakukan pengecatan finish untuk dinding minimal 2 (dua) lapis
dengan menggunakan cat dinding emultion.
 Pengulangan cat dilakukan setelah lapisan cat sebelumnya telah kering.

E. Pekerjaan Tangga Beton Bertulang


Balok Beton Tangga Tipe BT1, BT2 dan Plat Beton Tangga
Cara membuat tangga beton bertulang :

13
 Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak tangga beton
bertulang.
 Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan
dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap
ekonomis.
 Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan,
ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat
tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
 Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu
dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
 Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.
 Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
 Membuat bekisting/cetakan dan juga perancah bisa terbuat dari kayu, plat
alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan
pengecoran beton.
 Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
 Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran
rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
 Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
 Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai
hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-
300, K-400 dan seterusnya.
 Melakukan pekerjaan pengecoran balok, penentuan tinggi cor bisa dilakukan
dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung
atas bekisting.

Pembesian
 Besi yang digunakan yang memiliki sertifikat SNI.
 Semua dimensi/ukuran dan bentuk besi tulangan yang akan digunakan sesuai
dengan gambar.
 Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran
garis tengah minimal 1 mm.
 Penyimpanan besi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pengangkutan tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan menunjukkan ukuran batang dan panjang.

14
 Bagaimana menangani serta menyimpan seluruh besi tulangan
sedemikian untuk mencegah kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

Bekisting
 Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu sembarang keras, kecuali
Direksi/ Pengawas menegaskan lain.
 Bekisting yang dibuat harus kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
 Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang
merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh
sudut-sudut tajam harus dibulatkan.
 Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.

Campuran Beton

Pelaksana memberitahukan Direksi Pekerjaan paling sedikit 24 jam sebelum


memulai pengecoran beton. Direksi akan memeriksa acuan, dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Pelaksana tidak melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran beton tidak dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting dbersihkan dari kotoran-
kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan
alat pembawa (kereta) juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada
posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu. Dimensi semua bagian beton
tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidakcocokan
pada ukuran. Pelaksana minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi.
 Sebelum pengecoran beton dimulai, acuan dibasahi dengan air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
 Pengecoran beton dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
 Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor
di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
15
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode
Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang
khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
 Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis atau alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
 Bekisting tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
 Direksi Pekerjaan memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
Bekisting dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan
yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan
dengan adukan semen.

Ukuran Dimensi Kolom Beton


Balok beton tangga terdapat 2 jenis yaitu BT1 dan BT2. Ukuran dimensi disesuaikan
dengan dimensi dan posisi yang ada dalam gambar kerja.

Pekerjaan Pipa Galvanis dan Plat Galvanis


Pada pekerjaan ini. Pelaksana menyesuaikan ukuran dimensi dan bentuk dimensi
sesuai dengan gambar.

V. PENGADAAN & INSTALSI PERALATAN SBNP


Perlengkapan/item yang diadakan dalam SBNP adalah :
 Lantern House
 Lantern Mast Secured Battery Box (Large)
 Sistem Lampu Suar Revolving LED Lantern.

16
 Solar Module 80 W
 Sistem Penangkal Petir
 Power Supply & AtoN Controller Panel (Standard)
 Diesel Generator 10 KVA

Pemasangan instalasi ini, pelaksanaan akan dilakukan oleh operator instalsi yang
berpengalaman di pekerjaan ini. Pekerjaan ini dillakukan apabila struktur bangunan sudah
siap. Pemesanan peralatan akan dilakukan 30 hari sebelum struktur utama sudah siap atau
atas petunjuk pengawas ataupun pihak owner.

 PEMBERSIHAN DAN PENYEMPURNAAN


 Setelah pekerjaan utama selesai, pelaksana membongkar semua pekerjaan-pekerjaan
sementara dan mengembalikan pada keadaan semula.
 Semua bangunan-bangunan sementara seperti kantor, gudang, bengkel, akomodasi
dan fasilitas lainnya dibongkar dan dikeluarkan dari lapangan.
 Tempat pekerjaan dirapikan dan permukaan-permukaan tanah yang tidak rata
diratakan.

 PERATURAN TAMBAHAN
Didalam hal-hal yang tercantum dalam pasal-pasal tersebut diatas, lebih lanjut pelaksana
akan akan meminta pengawas /pemberi tugas untuk menentukan spesifikasi/bestek.

17

Anda mungkin juga menyukai