Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Teknis Lapangan


4.1.1. Pekerjaan Pile Cap
Pada proyek ini digunakan pondasi tiang pancang sebagai media

untuk menerima dan meneruskan atau menyalurkan beban dari struktur atas

sampai ke tanah. Tiang pancang yang digunakan mempunyai diameter luar 50

cm dan diameter dalam 40 cm dengan kelas A2. Tiang pancang tersebut di

pasang terlebih dahulu sebelum pembuatan pile cap dan pedestal dengan

tinggi 1,2 m.
Tipe pile cap yang digunakan pada proyek ini bermacam-macam

ditunjukan dengan tabel berikut.


Tabel. 4.1. Tipe dan Jumlah Pile cap

Tipe Pile Jumla Tipe Pile


Jumlah
Cap h Cap
PCA 1 PC 4 7
PC1 5 PC 4A 4
PC 1A 2 PC 4B 6
PC 1B 1 PC 5 12
PC2 7 PC 5A’ 1
PC 2A 2 PC 5A 1
PC 2B 2 PC 5B 5
PC 3 6 PC 6 5
PC 3A 4 PC 6A 1
PC 3.B 2
(sumber: Gambar Kerja, 2018)

Perbedaan tipe-tipe tersebut menunjukan jumlah titik tiang pancang,

bentuk pile cap, dan elevasinya. Berikut salah satu contoh gambar pile cap.

46
\

Gambar 4.1. Pile Cap tipe PC3

4.1.1.1. Material dan Alat


1. Material
 Besi Tulangan Deform D22 dan D16
 Kawat bendrat
 Beton Mutu K-350
 Batako
2. Alat
 Pemotong tulangan (Bar Cutter)
 Pembengkok tulangan (Bar Bender)
 Gegep
 Mixer truck
 Bucket
 Vibrator
4.1.1.2. Tahapan Pelaksanaan
1. Marking area
Marking adalah salah satu item pekerjaan surveyor di lapangan yang

seringkali dibutuhkan pada setiap pekerjaan struktur dan arsitektur, sebagai

panduan dil apangan untuk memulai pekerjaan yaitu memplot gambar dan

ukuran pasangan dinding unit dan gambar kerja ke lantai kerja.

Dimaksimalkan agar setiap pekerjaan atau pemasangan sesuai dengan

gambar kerja. Dalam bentuk desain, ukuran, penempatan ruang secara

presisi bisa dicapai.


2. Galian

47
Penggalian area yang akan dibuat pile cap sesuai dengan dimensi yang

telah ditentukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat penggalian

yaitu pembersihan lokasi galian dari gangguan yang ada seperti bangunan

eksisting, tanaman, ataupun hal lainnya yang dapat mengurangi efisiensi

waktu pekerjaan. Berikut adalah gambar galian untuk pilecap

Gambar 4.2. Galian Pilecap

Sebelum melaksanakan pekerjaan pembesian untuk Pilecap, dilakukan

pekerjaan urugan pasir setebal 10 cm dan pembuatan lantai kerja

menggunakan spesi setebal 5 cm.

3. Pembobokan Kepala Tiang Pancang


Pembobokan tiang pancang dilakukan menggunakan palu dan pahat yang

terbuat dari tulangan yang diruncingkan. Pembobokan dilakukan pada

bagian betonnya sehingga tersisa tulangan besi saja yang kemudian akan

dijadikan sebagai stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap.

Pembobokan hanya dilakukan sampai elevasi dasar pile cap saja.


4. Pemasangan stek tiang pancang sebagai pengikat atau penguat antara tiang

pancang dengan pile cap.

48
Gambar 4.3. Stek tiang pancang

5. Pemasangan bekisting
Bekisting pile cap yang digunakan berupa batako dikarenakan bekisting

nantinya tidak digunakan lagi dan diurug bersamaan dengan pile cap itu

sendiri.

Gambar 4.4. Bekisting batako


6. Pemasangan beton decking dengan tebal 10 cm agar ada jarak antara

tulangan dan lantai kerja untuk selimut beton.


7. Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan menggunakan tulangan D22 untuk tulangan utama

dan D16 untuk tulangan peminggang/tulangan tengah serta dipasang juga

stek dan tulangan kolom. Pemasangan tulangan dilakukan langsung di

dalam bekisting dengan tulangan yang telah dibentuk sedemikian rupa

sesuai dengan gambar menggunakan alat Bar Bending.

Gambar 4.5.

Detail Tulangan Pile

Cap PC.1A

49
8. Pembersihan area sekitar tempat yang akan dicor.
9. Pekerjaan pengecoran menggunakan beton dengan mutu K350. Ketika

pengecoran berlangsung digunakan alat vibrator untuk menggetarkan

beton agar bekisting terisi dengan sempurna sehingga tidak menimbulkan

rongga di dalam pile cap. Supplier beton ready mix pada proyek ini adalah

PT. ADIMIX, PT. SGG PRIMA BETON, PT. SCG. Pengangkutan beton

dari tempat pembuatan beton ready mix (batching plant) ke lokasi proyek

menggunakan mixer truck.


Langkah-langkah pengecoran pile cap :
1) Campuran beton ready mix yang baru datang, tes dahulu nilai

slumpnya yaitu 12 +/- 2 cm.


2) Pengambilan sampel beton yang dituangkan ke cetakan silinder

ϕ15x30 cm untuk sampel pengujian kuat tekan beton.


3) Persiapan-persiapan pengecoran yang harus dilakukan seperti:

Pengontrolan elevasi bekisting, persiapan para pekerja pengecoran dan

peralatan pengecoran.
4) Sebelum pengecoran dilakukan tulangan dan bekisting disiram

menggunakan air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada

bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.


5) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete pump untuk ditembakan

ke pile cap yang akan dicor.


6) Selama proses pengecoran digunakan alat vibrator yang dimasukan ke

kolom untuk memadatkan hasil pengecoran agar beton terisi penuh

sehingga tidak menyisakan rongga pada pile cap.


7) Pengecoran tersebut di atas dilakukan tanpa berhenti sampai batas

penghentian pengecoran.
10. Pekerjaan urugan tanah kembali disekeliling pile cap.
11. Perawatan Beton
Perawatan beton pile cap hanya sekedar menggunakan air yang disiramkan

secara merata untuk menjaga agar beton tetap lembab.

50
4.1.2. Pekerjaan Tie Beam
4.1.2.1. Material dan Alat
1 . Material
 Besi Tulangan Deform D22 dan D13
 Kawat bendrat
 Beton Mutu K-350
 Batako
2 . Alat
 Pemotong tulangan (Bar Cutter)
 Pembengkok tulangan (Bar Bender)
 Gegep
 Mixer truck
 Bucket
 Vibrator

4.1.2.2. Tahapan Pelaksanaan


1. Galian
Tahapan pekerjaan galian tie beam tidak berbeda dengan pekerjaan galian

pile cap, hanya berbeda dari segi dimensinya. Pada galian tie beam, galian

berbentuk memanjang dengan ukuran sesuai gambar rencana. Pekerjaan

galian tie beam dilakukan bersamaan dengan galian pile cap.


2. Pemasangan Bekisting
Tahapan pemasangan bekisting untuk tie beam tidak berbeda dengan

pekerjaan bekisting pile cap. Bekisting tie beam menggunakan batako

yang disesuaikan dengan bentang tie beam yang akan dikerjakan. Setelah

pemasangan batako dilakukan pekerjaan pasir urug dan lantai kerja dan

pemeriksaan dimensi, as dan menambah perkuatan pada titik-titik tertentu.


3. Pemasangan beton decking dengan tebal 5 cm
4. Pemasangan Tulangan
Sama dengan pile cap pemasangan tulangan tie beam ini dilakukan

langsung di dalam bekisting batako dengan tujuan memudahkan membuat

overlapping antara tie beam dan pile cap. Pemasangan tulangan

51
menggunakan tulangan D22 dan D25 sebagai tulangan utama, D13 sebagai

tulangan tengah atau extra, dan D10 sebagai tulangan sengkang.

Gambar 4.6. Detail tulangan Tie Beam

5. Pengecoran Tie Beam


Pengecoran tie beam menggunakan mutu beton K350. Ketika pengecoran

berlangsung dilakukan sama halnya dengan pengecoran pile cap yaitu

menggunakan vibrator untuk menggetarkan beton agar bekisting terisi

dengan sempurna sehingga tidak menimbulkan rongga di dalam tie beam.

Supplier beton ready mix pada proyek ini adalah PT. ADIMIX, PT. SGG

PRIMA BETON, PT. SCG.


Langkah-langkah pengecoran tie beam :
1) Campuran beton ready mix yang baru datang, tes dahulu nilai slumpnya

yaitu 12 +/- 2 cm.


2) Pengambilan sampel beton yang dituangkan ke cetakan silinder ϕ15x30

cm untuk sampel pengujian kuat tekan beton.


3) Persiapan-persiapan pengecoran yang harus dilakukan seperti:

Pengontrolan elevasi bekisting, persiapan para pekerja pengecoran dan

peralatan pengecoran.
4) Sebelum pengecoran dilakukan tulangan dan bekisting disiram

menggunakan air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada

bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.


5) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete pump untuk ditembakan

ke tie beam yang akan dicor.

52
6) Selama proses pengecoran digunakan alat vibrator yang dimasukan ke

kolom untuk memadatkan hasil pengecoran agar beton terisi penuh

sehingga tidak menyisakan rongga pada tie beam.


7) Pengecoran tersebut di atas dilakukan tanpa berhenti sampai batas

penghentian pengecoran.

Gambar 4.7. Pengecoran Tie Beam


6. Pekerjaan urugan tanah kembali di sekeliling tie beam
7. Perawatan Beton
Perawatan beton tie beam hanya sekedar menggunakan air yang disiramkan

secara merata untuk menjaga agar beton tetap lembab.

4.1.3. Pekerjaan Kolom


4.1.3.1. Material dan Alat
1. Material
 Besi Tulangan Deform D22 dan D13
 Kawat bendrat
 Beton Mutu K-350
2. Alat
 Pemotong tulangan (Bar Cutter)
 Pembengkok tulangan (Bar Bender)
 Gegep
 Mixer truck
 Bucket
 Vibrator
4.1.3.2. Tahapan Pelaksanaan
1. Pemasangan Tulangan
Langkah-langkah yang dilakukan saat pemasangan tulangan kolom

adalah sebagai berikut :


1) Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan pada bar cutter dan bar

bender sesuai dengan gambar rencana.

53
2) Tulangan tersebut dibawa ke lokasi pabrikasi kolom menggunakan

tower crane.
3) Pemasangan sengkang yang sudah dibentuk, dirakit dan diletakkan

pada posisi jarak yang sudah di tentukan, dan diikat ke tulangan pokok

menggunakan kawat bendrat.


4) Sengkang pada bagian stek ujung-ujung kolom dipasang lebih merapat

karena ujung kolom dan bagian tumpuan menerima gaya geser.


5) Kolom yang sudah dipabrikasi dibawa ke lokasi pemasangan kolom

menggunakan tower crane.

Gambar 4.8. Pemasangan tulangan


2. Pemasangan Bekisting
Bekisting yang digunakan pada pekerjaan kolom berupa pelat baja yang

telah dibuat sebelumnya dengan dimensi sesuai dengan gambar rencana

dengan tebal pelat 0,5 cm. Bekisting pelat dapat digunakan secara terus

menerus hingga proyek selesai, karena pelat yang digunakan lebih awet

dari kayu.

Gambar 4.9. Bekisting Pelat Baja

3. Pengecoran Kolom

54
Pengecoran kolom tentu berbeda dengan pengecoran pile cap dan tie

beam karena letak kolom berada di atas permukaan tanah dan tidak perlu

digunakan urugan tanah kembali. Pengecoran kolom menggunakan

concrete pump atau concrete bucket. Pengecoran kolom yang tidak dapat

dijangkau oleh concrete pump, maka pengecoran perlu dilakukan

menggunakan concrete bucket yang bawahnya disambung dengan pipa

tremi untuk memasukan campuran beton ke bekisting kolom. Pengecoran

menggunakan beton ready mix dengan mutu beton K350 untuk kolom.
Langkah-langkah pengecoran kolom :
1) Campuran beton ready mix yang baru datang, tes dahulu nilai

slumpnya yaitu 12 +/- 2 cm pada proyek ini.


2) Pengambilan sampel beton yang dituangkan ke cetakan silinder

ϕ15x30 cm untuk sampel pengujian kuat tekan beton.


3) Persiapan-persiapan pengecoran yang harus dilakukan seperti:

Pengontrolan elevasi bekisting, persiapan para pekerja pengecoran

dan peralatan pengecoran.


4) Sebelum pengecoran dilakukan tulangan dan bekisting disiram

menggunakan air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada

bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.


5) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete bucket untuk diangakat

beserta operator bucket menggunakan tower crane menuju lokasi

kolom yang dituju, beton disalurkan dari concrete bucket

menggunakan pipa tremi.


6) Selama proses pengecoran digunakan alat vibrator yang dimasukan

ke kolom untuk memadatkan hasil pengecoran agar beton terisi

penuh sehingga tidak menyisakan rongga pada kolom.


7) Pengecoran tersebut di atas dilakukan tanpa berhenti sampai batas

penghentian pengecoran.
4. Pembongkaran Bekisting

55
Pembongkaran Bekisting dilakukan saat umur beton 1 hari. Sebelum

bekisting dibongkar secara utuh, kunci bekisting dilonggarkan terlebih

dahulu untuk agar tidak terjadi retak.

Gambar 4.10. Pengecoran Kolom

4.1.4. Pekerjaan Balok


4.1.4.1. Material dan Alat
1. Material
 Besi Tulangan Deform D25, D22, D19, D16, dan D13
 Kawat bendrat
 Beton Mutu K-350
 Kayu dan Triplek
2. Alat
 Pemotong tulangan (Bar Cutter)
 Pembengkok tulangan (Bar Bender)
 Gegep
 Mixer truck
 Bucket
 Vibrator
 Concrete Pump
 Scaffolding
4.1.4.2. Tahapan Pelaksanaan
1. Pemasangan Scaffolding

56
Berikut langkah - langkah pemasangan scaffolding untuk

mendukung/menahan beban balok. Antara lain :

1) Pada jack base dipasang scaffolding pada bagian bawah kiri dan kanan,

lalu dipasang cros brace.

2) Kemudian dipasang joint pin untuk sambung dengan main frame, dan

dapat mengatur tinggi rendahnya elevasi bekisting balok dan pelat.

3) Diatas main frame dipasang U-head dan diatasnya sebagai dudukan rel

suri hollow 50/100 (balok melintang) yang juga dapat mengatur

elevasinya karena dilengkapi dengan sekrup.

4) Di atas hollow 50/100 dipasang rel suri yang befungsi sebagai dudukan

bawah bekisting untuk balok, pemasangan balok dan pelat lantai.

Gambar 4.11. Pemasangan Scaffolding

2. Pembuatan Bekisting
Bekisting terlebih dahulu dibuat dipabrikasi kayu disesuaikan dengan

ukuran balok yang digunakan. Bekisting menggunakan bahan multipleks

yang bisa digunakan 2-3 kali pakai.


Langkah-langkah dalam pembuatan bekisting balok :
1) Memasang perancah bagian tumpuan pada posisi tegak lurus.

57
2) Memasang bracing pada frame dan kemudian memasang head jack

bagian atas sebagai tumpuan hollow memanjang.


3) Setelah hollow panjang terpasang, pasang rel suri melintang.
4) Memasang cetakan side form dan bottom form yang terbuat dari

multiplek sesuai dengan dimensi balok yang ditentukan.


5) Pasang klem pada siku untuk menjaga balok agar tetap siku.

Gambar 4.12. Pemasangan Bekisting Balok

Pembuatan bekisting balok dan plat lantai secara bersamaan karena

monolit, plat lantai dihimpit oleh ke empat sisi balok secara langsung.

3. Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan balok menggunakan tulangan D25, D22, D19, D16

dan D13 sebagai tulangan utama dan tulangan sengkang D13 dan D10

tergantung kepada dimensi balok yang digunakan. Pemasangan tulangan

dilakukan diatas bekisting dengan overlap sesuai gambar rencana. (Lihat

lampiran 1.7)
Langkah-langkah yang dilakukan saat pemasangan tulangan balok :
1) Papan bekisting bagian bawah dibersihkan dari sisa kotoran.
2) Memasang tulangan bawah di atas beton decking setebal 3 cm.

58
3) Ujung tulangan bagian bawah dimasukkan ke dalam tulangan kolom

sebagai penjangkaran.
4) Sambungan pada penulangan dilakukan overlaping.
5) Dilakukan pemasangan tulangan sengkang dan dilakukan pengikatan

menggunakan kawat bendrat.

Gambar 4.13. Pemasangan Pembesian Balok

4. Pengecoran Balok
Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan mutu beton K350 untuk

balok. Pengecoran balok dilakukan dengan concrete pump yang

dihubungkan dengan menggunakan pipa baja sampai ke tempat yang akan

dicor, sebelum di cor dilakukan penyiraman menggunakan air dan

menggunakan lem beton agar beton lama dan beton yang akan di cor bisa

menyatu. Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran pelat

lantai.
Langkah-langkah pegecoran balok :
1) Campuran beton ready mix yang baru datang , tes dahulu nilai slumpnya

yaitu 12+/- 2 cm pada proyek ini.


2) Pengambilan sampel beton yang dituangkan ke cetakan silinder ϕ15x30

cm untuk sampel pengujian kuat tekan beton.

59
3) Sebelum pengecoran dilakukan tulangan dan bekisting disiram

menggunakan air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada

bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton


4) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete pump kemudian dialirkan

menggunakan pipa baja sampai ke bekisting yang akan dicor.


5) Selama proses pengecoran digunakan alat vibrator yang dimasukan ke

balok untuk memadatkan hasil pengecoran.

Gambar 4.14. Pengecoran Balok


5. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur beton 10-14 hari.

Pembongkaran dimulai dari membuka bekisting sisi samping terlebih

dahulu secara hati-hati kemudian bagian bawahnya. Meskipun bekisting

telah dibongkar balok harus tetap disangga dibagian tengah bentang

menggunakan scaffolding agar tidak terjadi lendutan atau retakan.


6. Perawatan Beton

60
Perawatan beton balok hanya sekedar menggunakan air yang disiramkan

secara merata untuk menjaga agar beton tetap lembab.

4.1.5. Pekerjaan Pelat Lantai


4.1.5.1.Material dan Alat
1. Material
 Besi Tulangan Deform D10-150
 Kawat bendrat
 Beton Mutu K-350
 Kayu dan Triplek
2. Alat
 Pemotong tulangan (Bar Cutter)
 Pembengkok tulangan (Bar Bender)
 Gegep
 Mixer truck
 Bucket
 Vibrator
 Scaffolding

4.1.5.2.Tahapan Pelaksanaan

1. Pemasangan Scaffolding
Berikut langkah - langkah pemasangan scaffolding untuk

mendukung/menahan beban pelat. Antara lain :


1) Pada jack base dipasang scaffolding pada bagian bawah kiri dan kanan,
lalu dipasang cros brace.
2) Kemudian dipasang joint pin untuk sambung dengan main frame, dan

dapat mengatur tinggi rendahnya elevasi bekisting balok dan pelat.


3) Diatas main frame dipasang U-head dan diatasnya sebagai dudukan rel

suri hollow 50/100 (balok melintang) yang juga dapat mengatur

elevasinya karena dilengkapi dengan sekrup.


4) Di atas hollow 50/100 dipasang rel suri yang befungsi sebagai dudukan

bawah bekisting untuk balok, pemasangan balok dan pelat lantai.

2. Pemasangan Bekisting

61
Bekisting merupakan struktur sementara yang dapat memikul berat sendiri,

beton dalam kondisi basah, beban hidup, serta beban peralatan kerja.

Bekisting digunakan sebagai cetakan agar sruktur beton sesuai dengan

dimensi,bentuk serta posisi yang direncanakan.


Langkah-langkah dalam pembuatan bekisting pelat lantai adalah :
1) Memasang scaffolding tegak lurus sebagai tumpuan.
2) Memasang balok girder (hollow) secara melintang dan memanjang.
3) Memasang cetakan side form dan bottom form yang terbuat dari

multiplek sesuai dengan dimensi pelat yang ditentukan.


4) Pembuatan bekisting balok dan pelat lantai secara bersamaan karena

monolit, pelat lantai dihimpit oleh ke empat sisi balok secara langsung.

Gambar 4.15. Pemasangan Bekisting Pelat Lantai

3. Pemasangan Tulangan
Tulangan pelat lantai pada proyek ini terdiri dari tulangan atas dan tulangan

bawah.
Langkah-langkah pemasangan tulangan pelat lantai adalah :
1) Pembersihan bekisting dasar plat lantai
2) Memasang tulangan bawah diletakkan diatas beton decking dengan

ketebalan 2,5 cm
3) Memasang bar decker (cakar ayam) yang diikat dengan kawat bendrat,

yang dipasang diantara tulangan atas dan tulangan bawah untuk

mendapat jarak tertentu.

62
Gambar 4.16. Pemasangan Tulangan Pelat Lantai

4. Pengecoran Pelat
Pengecoran pelat hampir sama dengan pengecoran balok hanya yang

membedakan dimensi dan betuk tulangan. Pengecoran pelat lantai dilakukan

bersamaan dengan pengecoran balok. Batas penghentian pengecoran pelat

berada disatu per empat (1/4) bentang karena pada titik tersebut momen

sama dengan nol (0). Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan

mutu beton K350 untuk balok. Pengecoran balok dilakukan dengan

concrete pump yang dihubungkan dengan menggunakan pipa baja sampai ke

tempat yang akan dicor, sebelum di cor dilakukan penyiraman

menggunakan air dan menggunakan lem beton agar beton lama dan beton

yang akan di cor bisa menyatu. Pengecoran balok dilakukan bersamaan

dengan pengecoran pelat lantai.


Langkah-langkah pegecoran pelat dengan metode konvensional :
1) Campuran beton ready mix yang baru datang, tes dahulu nilai slumpnya

yaitu 12+/- 2 cm pada proyek ini.


2) Pengambilan sampel beton yang dituangkan ke cetakan silinder ϕ15x30

cm untuk sampel pengujian kuat tekan beton.

63
3) Sebelum pengecoran dilakukan tulangan dan bekisting disiram

menggunakan air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada

bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton


4) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete bucket untuk diangakat

beserta operator bucket menggunakan tower crane menuju lokasi pelat

yang dituju
5) Selama proses pengecoran digunakan alat vibrator yang dimasukan ke

pelat untuk memadatkan hasil pengecoran


4. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur beton 10-14 hari.

Pembongkaran dimulai dari mengendurkan U-head jack kemudian

membongkar bekisting scara hati-hati agar tidak merusak beton.


5. Perawatan Beton
Perawatan beton pelat lantai hanya sekedar menggunakan air yang

disiramkan secara merata untuk menjaga agar beton tetap lembab.

Gambar 4.17. Pengecoran Pelat Lantai

4.2. Pelaksanaan Non Teknis


4.2.1. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu dalam pelaksanaan proyek pembangunan Kantor

Wilayah Direktorat Jendral Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat III, Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bogor dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Bogor harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi jalannya

kegiatan tersebut, adapun faktor – faktor tersebut antara lain :


1. Tenaga Kerja
2. Material
3. Peralatan
4. Cuaca

64
Pengendalian waktu dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan

pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang sudah

direncanakan. Ketepatan waktu sangat berkaitan dengan biaya pelaksanaan.

Adapun cara pengendalian waktu pada proyek ini dengan membuat Kurva

“S”, meliputi seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor dari

awal sampai selesainya proyek tersebut. Pada praktek dilapangan, Kurva

“S” selalu dipantau untuk mengetahui apakah ada sesuatu jenis pekerjaan

yang mundur dari jadwal semula, karena apa, dan bagaimana solusinya

yang akan diambil menghadapi hal-hal tersebut diatas menjadi penting

untuk kemajuan proyek.


Proyek ini dikerjakan selama 180 hari kalender mulai dari tanggal 26

April 2018 s/d 22 Oktober 2018 sesuai dengan kontrak. Namun

kenyataannya tidak sesuai dengan rencana sehingga mengalami

keterlambatan proyek selama 30 hari yang berakhir pada tanggal 21

November 2018. Keterlambatan proyek ini diakibatkan oleh faktor-faktor

yang diatas.
1. Tenaga kerja
Tenaga kerja pada proyek ini sering mengalami fluktuasi, misalnya

pada minggu ke-1 jumlah tenaga kerja 154 orang. Kemudian minggu

ke-15 tenaga kerja berjumah 574 orang, sedangkan minggu ke-27

tenaga kerja berjumlah 142 orang.


2. Material
Material pada proyek ini sering mengalami keterlambatan pengiriman,

misalnyan seperti pengiriman beton ready mix yang seharusnya dikirim

sore hari menjadi tengah malam. Kemudian ketidaktersediaannya besi

di pabrik akibat kenaikan Dollar sehingga pihak supplier membatasi

produksinya sedangkan permintaan dilapangan sangat tinggi.

65
3. Peralatan
Ada beberapa peralatan yang mengalami kerusakan sehingga harus

dilakukan perbaikan dan menyebabkan keterlambatan dibeberapa

pekerjaan. Contohnya kerusakan pada selang hidrolik excavator,

kerusakan pada tower crane akibat penggunaan yang terlalu sering, dan

pemampatan pada pompa beton untuk mengalirkan beton dari mixer

truck ke pekerjaan yang akan dicor.


4. Cuaca
Curah hujan yang tinggi di Kota Bogor mengakibatkan sering

terjadinya hujan yang tiba-tiba, jika hujan dirasa cukup deras maka

pekerjaan akan dihentikan sementara guna melindungi keselamatan

pekerja.
4.2.2. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek pembangunan perlu

dilakukan, karena sebuah mutu yang digunakan akan mempengaruhi segi

waktu serta biaya yang dibutuhkan. Pengendalian mutu dilakukan oleh MK

agar pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor sesuai dengan apa yang

telah direncanakan oleh konsultan perencana. Pengendalian mutu dapat

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian langsung

dapat dilakukan langsung dilapangan dan pengendalian tidak langsung dapat

dilakukan melalui cek laboratorium. Beberapa pengendalian mutu yang

dilakukan oleh MK pada proyek pembangunan Kantor Wilayah Direktorat

Jendral Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat III, Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Madya Bogor dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bogor adalah :
1. Pengendalian Mutu Material dan Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang berkualitas dapat menjadi tolak ukur kualitas suatu

proyek pembangunan. Bahan bangunan yang digunakan sebelum di

66
aplikasikan terhadap proyek perlu dilakukan pengecekan kualitas dan

mutu sebelumnya. Kontrol mutu dilakukan oleh MK sebagai pengawas

untuk bukti kontrol. Pengendalian mutu bahan bangunan meliputi

beberapa tes dan pengecekan.


1) Uji Kuat Tekan Beton
Uji kuat tekan beton adalah pengujin kekuatan dari beton yang

digunakan dengan melihat kekuatan beton saat diberi sebuah tekanan

(beban). Uji kuat tekan beton dilaksanakan saat umur beton berada

pada hari ke-7, ke-14 dan ke-28. Uji kuat tekan beton dilakukan di

Laboratorium. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan

beton dari mutu beton yang sudah direncanakan.


2) Uji Kuat Tarik Besi Tulangan
Uji kuat tarik tulangan dilakukan untuk mengetahui kuat tarik

tulangan apakah sesuai spesifikasi teknis atau tidak. Uji tarik

tulangan dilakukan di Laboratorium ITB.


3) Uji Test Slump
Uji test slump adalah pengujian untuk mengetahui kadar air dalam

beton yang berhubungan dengan mutu beton. Pengujian test slump

dilakukan satu kali setiap mixer truck datang dan diharapkan nilai

slump yang diperoleh adalah 12±2 cm. Test slump bertujuan untuk

kelancaran pelaksanaan pengecoran. Jika terlalu kental maka akan

merusak concrete pump dan susah masuk ke celah-celah tulangan,

jika terlalu encer maka akan menurunkan kualitas mutu beton yang

dihasilkan.
4) Penyimpanan Material
Setiap material memiliki sifat kimia masing-masing. Beberapa

material harus disimpan ditempat tertutup, tidak terkena air, dan

tidak langsung kontak dengan tanah. Untuk material tersebut

67
biasanya diberi alas berupa balok kayu untuk besi atau pallet untuk

bata hebel dan semen.


5) Pengecekan akhir sebelum dilakukan pengecoran
Pengecekan akhir biasanya dilakukan oleh MK sebelum dilakukan

pengecoran atau biasa disebut dengan istilah “cek list”. Cek list yang

dilakukan berupa pengecekan jarak tulangan, ketebalan pelat, dan

kebersihan bekisting.
4.2.3. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya dilakukan dengan membuat rencana anggaran

biaya kembali menurut kurun waku tertentu dalam hal ini tiap bulan yang

berisi jumlah dan jenis material serta peralatan yang dibutuhkan proyek,

biaya upah karyawan kantor, mandor, buruh lapangan serta biaya tak

terduga lainnya. Selain itu setiap akhir bulan pihak kontraktor melakukan

hal-hal sebagai berikut:


1. Menyusun daftar material atau peralatan yang diterima proyek dan

mencocokkannya dengan harga yang ditetapkan.


2. Menyusun biaya laporan material, biaya upah pegawai dan biaya tak

terduga lainnya.
3. Membuat laporan prestasi kerja bulanan (mapping progress).

Dengan langkah-langkah pengendalian biaya di atas diharapkan

dana/biaya yang telah dipakai tidak melebihi anggaran biaya proyek yang

telah ditetapkan. Apabila terjadi kenaikan harga bahan yang dipakai, maka

pihak kontraktor dapat mengajukan harga baru ke pihak owner dengan

memberikan bukti-bukti kenaikan bahan tersebut.

Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan kurva S, dimana

penggunaan biaya bertambah seiring dengan berjalannya waktu dan volume

pekerjaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan proyek dapat ditampilkan

68
melalui kurva S yang dibuat berdasarkan prestasi / kemajuan proyek. Selisih

keduanya merupakan selisih biaya dalam persen dan harus sesuai dengan

bobot kerja kurva S. Pengendalian biaya juga dapat dilakukan dengan cara

membuat Bar Bending Schedule (BBS) atau yang biasa dikenal dengan

bestek. BBS dibuat agar dapat mengurangi kerugian akibat material

tulangan baja yang tersisa serta memberikan gambaran akan jadwal

pelaksanaan fabrikasi yaitu potong, bengkok, perakitan dan instalasi pada

besi.

Biaya proyek ini sebesar Rp.35.125.405.000 kemudian dilakukan

adendum karna ada penambahan pekerjaan sehingga biaya proyek menjadi

Rp.35.983.288.000. Pengendalian biaya dilakukan dengan cara mencatat

setiap pengeluaran dan dilakukan pelaporan setiap minggunya kepada

direktur keuangan perusahaan. Untuk detail jumlah pengeluaran tidak dapat

disampaikan oleh kontraktor.

4.2.4. Pengendalian Peralatan


Pengendalian peralatan pada proyek ini dilakukan dengan cara

pengecekan setiap alat yang digunakan baik sebelum digunakan atau

sesudah digunakan. Menyimpan peralatan ditempat yang telah ditentukan

agar tidak terjadi kerusakan akibat cuaca ataupun tangan jahil manusia.
4.2.5. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
K3L di proyek ini tidak memenuhi standar yang seharusnya karena

masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

seperti helm proyek, rompi, sepatu, dan sarung tangan. Kemudian untuk

lokasi pekerjaanpun tidak dibatasi oleh alat pengaman yang memadai

berupa jaring yang proporsional melainkan hanya menggunakan tali

69
tambang sebagai pegangan ditepi bangunan. Kemudian tangga scaffolding

tidak dilengkapi pegangan sebagaimana mestinya dan dibeberapa titik tidak

dilengkapi bordes sehingga akses untuk naik dan turun terhambat ketika dua

orang atau lebih sedang menggunakan tangga secara bersamaan.

70

Anda mungkin juga menyukai