Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

4.1 Pekerjaan Pondasi Bore Pile


Bore pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih
dahulu, baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya, dipakai
pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk
lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi
dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan kemudian pipa ini ditarik keatas
pada waktu pengecoran beton. (Girsang,2009)
4.1.1 Metoda Kerja Bor Pile
Contiguous Bored Pile terdiri dari dua jenis tiang bor, yaitu :
1. Secondary Pile (Cement Bentonite Pile)
2. Primary Pile (dengan Pembesian)
Kedua jenis tiang tersebut dikonstruksi dengan berpotongan, sehingga
menciptakan suatu struktur yang kontinu (Contiguous) kedap air. Adapun Urutan
Pekerjaan, sebagai berikut:
a. Secondary Pile
Pada proses konstruksi, secondary pile dibuat terlebih dahulu. Secondary
pile merupakan campuran antara semen (Biasanya menggunakan B0) dan
bentonite powder yang berfungsi sebagai binder dan membentuk membran kedap
air. Dosis campuran cement bentonite pile tersebut adalah : 70 kg bubuk bentonite
untuk setiap 1 m3 B0.
Proses pencampuran natara B0 dan bentonite powder :
1. Cek volume semen B0.
2. Siapkan bentonite powder sesuai kebutuhan (70 kg untuk setiap 1 m3 B0).
3. Campurkan bentonite powder kedalam truck mixer dan aduk selama kurang
lebih selama 15 menit.
4. Check antara semen B0 dan Bentonite sudah tercampur merata dan tuang
kedalam lubang bor menggunakan tremie pipe.
Dari campuran tersebut, akan dihasilkan suatu campuran dengan propertis
sebagai berikut :
1. Marsh Viscosity : minimum 40 sec
2. Mud density : 1,2-1,6 gram/cm3
3. Sand content : ≤ 5 %
Konstruksi tiang pada hari yang sama, berlaku syarat jarak minimal antar
tiang bor yang dibuat dalam hari yang sama. Hal ini untuk menghindari gangguan
terhadap tiang yang sudah selesai di bor dengan tiang yang sedang dibor. Jarak
tersebut bervariasi tergantung kondisi tanah yang ada. Umumnya digunakan jarak
minimal sejauh 3D (3 kali diameter tiang)
b. Primary pile
Setelah secondary terkonstruksi, dilakukan pengeboran primary pile yang
terletak diantara dua secondary pile. Pengeboran memotong bagian dari
secondary pile, sehingga tercipta interlocking antara tiang-tiang yang ada.
Prosedur urutan pekerjaan Bore Pile adalah sebagai berikut :
1. Marking and setting out posisi pile
Sebelum memulai pengeboran, kontraktor harus mengajukan approval
shop drawing terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan oleh direksi
pekerjaan. Prosesi approval shop drawing ini bertujuan untuk memastikan agar
jangan sampai terjadi kesalahan pada denah dengan posisi titik-titik bore pile
yang akan di bor. Setelah approval shop drawing mendapat persetujuan oleh
direksi pekerjaan makan surveyor melakukan pengukuran, marking and setting
out posisi pile yang akan di bor.
Beberapa tahap perlu dilakukan sebelum pekerjaan bor dimulai sebagai
berikut :
a. Membuat offset dalam 2 arah tegak lurus dari posisi tiang yang ditentukan
dengan membuat 2 point berjarak tertentu untuk mengarahkan penempatan
casing tepat di atas titik tengah tiang bor.
b. Tempatkan alat pada posisinya diatas permukaan tanah yang rata dan stabil ,
bila perlu diberi alas landasan steel plate.
c. Posisi alat bor yaitu Kelly Bar harus tepat berada pada posisi tiang bor dan
dalam posisi vertikal terhadap alat sebelum pengeboran dimulai. Banksman
harus memastikannya sebelum mulai bor.
Gambar 4.1 Denah pondasi bore pile
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Berdasarkan denah pondasi maka dapat diketahui jumalh titik pondasi bore pile
yaitu sebanyak .... dan berdiameter ...

Gambar 4.2 Marking and setiing out posisi pile


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
2. Pemasangan Casing Temporary
Setelah pekerjaan marking and setting out titik bore pile selesai dilakukan
oleh surveyor lalu dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan casing temporary.
Pemasangan ini bertujuan agar tidak terjadinya keruntuhan permukaan tanah pada
saat pekerjaan pengeboran sedang berlangsung.
Gambar 4.3 Pemasangan casing temporary
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
3. Boring Operation/Pekerjaan Pengeboran
Sebelum memulai pekerjaan pengeboran, alat bor disetting pada titik bore
pile yang sudah ditandai dan dipasang casing temporary tersebut. Pengeboran
dilakukan dengan menggunakan auger, diameter auger dan panjang kedalaman
ttik pile disesuaikan dengan gambar rencana atau shop drawing.

Gambar 4.4 Pengeboran titik bore pile dengan mata bor auger.
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Selama pengeboran berlangsung beberapa hal yang perlu diperiksa :
a. Cek posisi tengah tiang pada kedalaman 2-3 meter sebelum memasang
temporary casing.
b. Cek vertikalitas dari casing selama proses pemasangan dengan menggunakan 2
titik bantu saling tegak lurus yang dipasang sebelum pengeboran.
c. Surveyor akan memeriksa eksentrisitas dari tiang pada top casing, bila
eksentrisitas lebih besar dari 75 mm, maka pemasangan casing harus di ulang
kembali sampai posisi casing sesuai dengan spesifikasi.
d. Bila dimungkinkan pengecekan terhadap vertikaliti dari casing diperiksa saat
pengeboran telah melewati ujung casing, ini untuk memastikan bahwa COL
berada dalam batas toleransi.
e. Catat level dari top casing dan muka tanah. Pengukuran akan dilakukan dari
muka atas casing.
Pengeboran menggunakan Auger
Bila pada kedalaman 1-2 m titik tengah bore pile masih dalam batas
toleransi, maka pengeboran dilanjutkan dengan menggunakan auger untuk
selanjutnya dipasang casing sementara. Setelah casing terpasang, pengeboran
selanjutnya bila dimungkinkan tetap menggunakan auger sampai ditemukan
lapisan tanah yang lepas atau sampai di temukan muka air tanah.
Pengeboran dengan Bucket
a. Pada saat auger sudah tidak dapat digunakan untuk pengeboran, maka
pengeboran dilanjutkan dengan menggunakan bucket sampai kedalaman yang
ditentukan.
b. Selama proses pengeboran, sample tanah diambil pada lapisan tanah atau pada
setiap pergantian lapisan tanah atau pada setiap pergantian lapisan tanah yang
disimpan dalam kantong plastik dan diberi label data pengeboran.
c. Bila ditemukan kelongsoran, maka perlu ditambahkan air atau slurry kedalam
lubang bor untuk mencegah kelongsoran berlanjut.
d. Pengeboran akan diberhentikan pada kedalaman yang ditentukan atau
kedalaman yang disetujui oleh konsultan pengawas lapangan.
e. Laporan pengeboran akan dibuat oleh kontraktor dan diserahkan ke konsultan
pengawas lapangan beserta sampel tanah paling lambat satu hari kerja.
4. Reinforcement Steel Cage
Steel cage (tulangan besi) di pabrikasi di lokasi proyek. Steel Cage yang
sudah di pabrikasi kemudian di turunkan ke lubang bor yang sudah selesai di bor
sampai kedalaman desain toe level. Steel cage disambung dengan alat las.
Gambar 4.5 Penyambungan Steel Cage dengan cara di las.
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
5. Measuring Tape/Pengecekan Kedalaman Dasar Pengeboran
Pengkuruan kedalaman lubang bor dilakukan dengan menurunkan
measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Diujung measuring tape dipasang
plum dengan berat yang cukup agar memastikan measuring tape sampai kedasar.

Gambar 4.6 Pengecekan Kedalaman Lubang dengan meteran.


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
6. Setting Termi Pipe
Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar lubang, lalu
dilanjutkan dengan setting pipa tremi untuk persiapan pekerjaan pengecoran.
Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar saat pengecoran beton segar tidak
bercampur dengan tanah.
Gambar 4.7 Pemasangan Pipa Tremi
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
7. Casting/Pengeboran
Metode Casting atau pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi.
Ready mix dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi
disesuaikan dengan kedalaman dasar lubang bor. Sebelum ready mix dituang
terlebih dahulu air dituang ke dalam corong untuk melancarkan aliran ready mix
dalam pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah 1 meter diatas cut
off level. Selama pengecoran pipa tremi akan dipotong bertahap, tetapi tetap di
jaga agar pipa tremi minimal 2 meter tertanam di bawah concrete level.

Gambar 4.8 Proses Pengecoran


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Adapun tahap-tahap pengecoran yaitu :
a. Pengecoran lubang dengan ready mix concrete dilaksanakan dengan system
tremie pipe, dimana pipa tremie dipasang kedalam lubang sepanjang
kedalaman lubang bor
b. Pipa tremie berdiameter 200 mm terdiri dari beberapa 2 bagian disambung
hingga kontak dengan dasar lubang. Pipa tremie akan diangkat sekitar 20 cm
untuk memberi ruang pada redy mix concrete untuk mengalir keluar.
c. Concrete akan dituang melalui corong yang dipasang pada ujung atas tremie.
d. Concrete yang digunakan untuk pengecoran ini harus mempuanyai slump
minimum 18-20 cm dengan retader selama 4 jam, untuk menjamin concrete
mengalir mengisi seluruh bagian dari lubang tanpa perlu di vibrasi dan
mempunyai waktu yang cukup sebelum concrete mulai disetting.
e. Pipa tremie akan diangkat naik-turun seiring dnegan naiknya muka concrete
dan untuk memberi tekanan yang cukup untuk mengalirkan concrete keluar
dari pipa tremie. Perlu di ukur kedalaman tremie yang tertanam dalam concrete
dan memastikan bahwa ada minimum meter yang tertanam. Pipa tremie akan
dipotong apabila yang tertanam sudah melebihi 3 meter bagian per bagian.
f. Saluran sementara dibuat untuk menampung air yang keluar dari lubang yang
diisi concrete.
g. Pengukuran kenaikan concrete akan dilakukan setuiap mixer selesai dan
pengecoran akan dihentikan apabila muka concrete sudah mencapai minimal
0,6 m – 1 m di atas COL. Untuk test pile concrete di cor sampai permukaan
tanah.
h. Semua data pengecoranakan dicatat dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
i. Pengecoran untuk test pile dilakukan sampai permukaan tanah dan akan
dipasang casing pada ujung atasnya.
8. Pencabutan Casing Sementara dan Backfiling Lubang Bor diatas C.O.L
Sesaat setelah pengecoran selesai, casing sementara segera diangkat dan
diletakkan ditempat yang aman, sementara itu lubang antara C.O.L sampai muka
tanah akan diurug kembali dengan material bekas bor tiga jam setelah pengecoran
atau sesuai waktu yang disetujui oleh konsultan.

4.1.2 Pekerjaan Tie Beam dan Pile Cap


Tie biem adalah bentuk lain lain dari sloof atau balok yang menumpu pada
permukaan tanah. Tie biem digunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang
satu dengan pile cap yang lain. Tie beam pada proyek pembangunan gedung PT.
Daya Adicipta Motora dibuat dengan pasangan bata. Beberapa fungsi tie biem
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai balok pengikat antar pile cap.
2. Meratakan gaya beban bangunan.
3. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah.
4. Bila ada penurunan tanah pada bagian bangunan, dengan adanya tie biem maka
penurunan tanahnya akan sama.
5. Sebagai peningkatan kekakuan antar poer.
Fungsi pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian
akan terus disebarkan ke pondasi. Pile ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar
berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat
menyebabkan beban tambahan pada pondasi.

START

Pekerjaan persiapan lapangan (Penentuan Titik


AS Pile Cap dan Tie Beam)

Pekerjaan Penggalian Tanah dengan


kedalaman sesuai yang direncanakan.

Pekerjaan Pemotongan dan pembongkaran


tiang bor

Pekerjaan pemasangan bekisting

Pengurugan dan pemasangan lantai kerja

Pekerjaan penulangan pile cap dan tie beam

Pekerjaan pengecoran tie beam dan pile cap

FINISH

Gambar 4.1 Bagan Alir Pekerjaan Tie Beam dan pile cap
Sumber : Perencaanaan berdasarkan proyek PT. Daya Adicipta Motora
1. Tahapan Pekerjaan Pile Cap
Tahapan-tahapan pengerjaan pile cap di proyek gedung PT. Daya Adicipta
Motora, yaitu :
1. Setelah dilakukan proses pengeboran pondasi bore pile dan pekerjaan
penggalian tanah, dilakukan pemotongan pile sesuai elevasi pile cap.
2. Tanah disekeliling pile digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap yang telah
direncanakan.
3. Pada pile dilakukan pembobokan pada sebagian betonnya hingga tersisa
tulangan besinya yang kemudian dijadikan stek pondasi sebagai pengikat
dengan pile cap. Pembobokan hanya sampai elevasi dasar pile cap saja.
Pembobokan dilakukan manual oleh tenaga kerja
4. Melakukan pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile.
Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan beban
sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun bersama
saat pengecoran.
5. Sebagai landasan pile cap, dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan ketebalan
10 cm. Lantai kerja ini difungsikan untuk memfasilitasi pelaksanaakn
pekerjaan pile cap
6. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap yang meliputi tulangan
utama atas dan bawah, persiapan stek pondasi, pemasangan beton decking dan
pemasangan stek pile sesuai gambar kerja.
7. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekitar bekisting ditimbun kembali
untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah seperti semula.
8. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan pengecoran pada
pile cap.
\
Gambar 4.1 Pekerjaan Galian Pile Cap
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.2 Pekerjaan Pembobokan Bore Pile


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.3 Pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Gambar 4.4 Penulangan Pada Pile Cap
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.5 Pekerjaan Penulangan Pile Cap


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.6 Detail Tulangan Pile Cap


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Gambar 4.7 Hasil Lantai Kerja
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

2. Tahapan Pekerjaan Tie Beam


1. Galian Tie Beam
Pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia dan
tenaga mesin dengan menggunakan mobil bekcho. Penggalian ini dilakukan
secara menyeluruh di area pile cap dan ti beam, kemudian di urug kembali
sesuai gambar rencana, lalu dibuat lantai kerja terlebih dahulu, setelah lantai
kerja dibuat maka lantai kerja dicor, hasil lantai kerja mengikuti alur
pembuatan pile cap dan tie beam. Tujuan dilakukannya penggalian ini yaitu
untuk mencari garis elevasi permukaan dan kedalaman-kedalaman yang telah
ditentukan sebelumnya.

Gambar 4.7 Jalur Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
2. Pemasangan Bekisting
Bekisting tie beam pada proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta
Motora menggunakan pasangan batako. Dipilih bekisting batako karena agar
lebih kokoh, lebih rapat, sehingga dapat dicegah kebocoron.

Gambar 4.8 Pekerjaan Bekisting Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.9 Pekerjaan Bekisting Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
3. Penulangan Tie Beam

Gambar 4.10 Pekerjaan Penulangan Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Gambar 4.11 Pekerjaan Penulangan Tie Beam
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019

Gambar 4.12 Penulangan Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan
memasang besi tulangan beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton
agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton adalah untuk
menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang timbul akibat beban yang
bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang kuat
terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan
pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan
gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu dalam hal :
1) Ukuran diameter baja tulangan.
2) Kualitas baja tulangan yang digunakan.
3) Penempatan / pemasangan baja tulangan.
Tulangan dipotong dan dibengkokkan terlebih dahulu kemudian, dipasang
pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada
pekerjaan pemasangan tulangan antara lain :
1) Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja
tulangan tersebut dipasang.
2) Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun
tulangan geser diatur sesuai gambar.
3) Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan
utama dengan menggunakan kawat bendrat.
4) Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan
dan panjang penjangkaran.
5) Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai
acuan selimut beton yang akan dicor.
Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan
dengan pembesian pile cap dan tie beam.
Langkah-langkah pembesian tie beam:
1) Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera
didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
2) Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk
mempermudah pekerjaan.
3) Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .
4) Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar
jaraknya tidak berubah.
5) Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus
dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan
tegangan maksimum sedapat mungkin dihindari.
6) Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas
dengan tulangan bawah.
4. Pengecoran Pile cap dan tie beam
Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dilakukan secara bersamaan.
Dalam proyek ini menggunakan beton ready mix yang diangkut langsung dari
PT. Adhi Mix dengan mutu beton K-350. Langkah-langkah pengecoran antara
pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas menjadi satu.
Langkah-langkah tersebut antara lain :
1) Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan kompresor.
2) Membuat tanda atau marking pada bekisting yang menunjukkan batas
berhentinya pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie
beam.
3) Mengatur dan mengarahkan penulangan beton sesuai dengan metode
pelaksanaan.
4) Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie
beam maka digunakan alat vibrator untuk meratakannya serta ditekan
dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
5) Dilakukan pengontrolan elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
6) Menghentikan pengecoran dan meratakannya serta menghaluskan
permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual atau
plester.
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Tie Beam dan Pile Cap
Gambar 4.13 Detail Bore Pile
Gambar 4.14 Detail Tulangan Pile Cap
Permasalahan yang terjadi dilapangan
Dalam pekerjaan sipil tidak bisa dipungkiri selalu ada kendala-kendala
dalam beberapa pekerjaan. Adapun permasalahan yang terjadi pada saat
pembuatan pondasi bore pile sebagai berikut :
1. Korosi Tulangan,

Gambar 4.15 Tulangan yang korosi


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Tulangan yang korosi disebabkan oleh penyimpanan tulangan memiliki
kontak langsung dengan udara dan air.
2. Genangan disekitar pembuatan lubang bore pile akibat hujan,
Gambar 4.16 Genangan Air
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri, 2019
Cuaca yang tidak menentu, menyebabkan adanya keterlambatan dalam
pekerjaan pembuatan lubang bore pile karena genangan air masuk ke dalam
lubang bor sehingga air yang masuk perlu disedot oleh mesin kompresor.
3. Tanah pada salah satu titik pondasi mengalami penurunan
Terjadinya penurunan di salah satu titik pondasi bore pile pada proyek
gedung PT. Daya Adicipta Motora disebabkan kondisi tanah yang memiliki
kandungan minyak, hal ini dikarenakan bangunan lama merupakan bengkel
mobil.
Solusi Permasalahan yang terjadi
1. Agar memperkecil terjadinya korosi pada tulangan, maka area penyimpanan
tulangan harus tertutup dan tidak memiliki kontak langsung dengan tanah
atau udara, misalnya dengan ditutupi oleh terpal atau membuat gudang
tersendiri untuk penyimpanan tulangan.
2. Pembuatan atau pemboran sebaiknya dihentikan apabila cuaca tidak
memadai.
3. Perlunya perubahan design pondasi pada titik tersebut atau metode
pelaksanaan pembuatan pondasi pada titik tersebut dalam materialnya
ditambah zat adiktif guna memperkuat beton hasil corannya.
4.2 Pekerjaan Kolom Komposit
Kolom komposit adalah elemen vertikal dari struktur portal
atau frame atau struktur rangka yang umumnya dominan mendukung gaya
aksial. Kolom komposit yang dimaksud adalah struktur kolom yang terdiri dari
gabungan antara bahan baja struktur dan beton (bertulang).
Dalam peraturan baja Indonesia (SNI 03-1729-2002) telah diberikan
rumus untuk mengestimasi kapasitas kolom komposit yang menerima lentur
dan aksial yang bermanfaat untuk mengontrol kemampuan penampang dalam
memikul gaya luar. Namun, dengan rumus yang bersifat deskrit tersebut, secara
visual menjadi kurang praktis untuk menunjukkan kapasitas penampang kolom
dalam menerima berbagai kombinasi gaya luar berupa momen lentur dan gaya
aksial.
4.2.1 Tahapan Pekerjaan Kolom

Gambar Flow Chart Pekerjaan Kolom Komposit


1. Penentuan titik kolom (Marking)
Titik-titik as kolom ditentukan dan diperoleh dari hasil pengukuran
dengan menggunakan alat ukur theodolit. Titik as kolom ditentukan secara
akurat karena sangat menentukan hasil pekerjaan selanjutnya. Jika terjadi
kesalahan dalam penentuan titik as, maka letak as kolom akan berubah dengan
kolom dibawahnya atau diatasnya.

Gambar Hasil Penentuan Bench Mark Kolom


2. Pabrikasi Tulangan

Pabrikasi tulangan dilakukan oleh tukang besi menggunakan alat berupa


bar bender dan bar cutter, serta tang besi. Metode kerja pabrikasi tulangan
kolom sebagai berikut :
a. Besi tulangan berbagai diameter dipotong sesuai dengan ukuran dalam
gambar kerja dan bar cutter sedangkan pembengkokan tulangan dilakukan
dengan menggunkan bar bender.
b. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom pada lantai
ditambah dengan panjang penyaluran tulangan untuk pekerjaan
penyambungan tulangan.
c. Panjang pembengkokkan tulangan sengkang dilakukan sesuai dengan
ketentuan bar bender schedule.
d. Besi tulangan dipabrikasi dengan cara mengikatkan tulangan pokok dengan
tulangan sengkang menggunakan kawat bendrat.
3. Perakitan Kolom Baja (Erection)
Perakitan kolom komposit dibantu dengan menggunakan mobile crane
untuk memudahkan dan mempercepat proses kerja. Sebelumnya dilakukan
erection terlebih dahulu dibuat erection schedule agar lebih mudah dipahami
daerah mana yang akan dilakukan erection. Persiapan dan peralatan pekerjaan
ini yaitu :
a. Mobile crane
b. Tali tambang
c. Tali baja
d. Peralatan las
e. Kunci momen
f. Safety
g. Alat bantu (balok-balok kayu)
Untuk erection baja harus dipersiapkan tenaga kerja yang memadai.
Tenaga kerja ini dapat dibagi menurut pekerjaannya :
a. Perencanaan arah erection, penempatan bahan hasil pabrikasi, misalnya
untuk kolom sesuai dengan kode-kode yang terdapat pada shop drawing.
b. Kolom dirangkai, kemudian dilakukan pemeriksaan awal terhadap panjang
dan hasil pengelasan.
c. Tahap pertama kolom pada bagian atas diikat dengan tali baja yang ditarik
dengan liyer.
d. Kolom diletakkan pada plat tumpu yang telah dipasang pada kolom
pedestal.
e. Pengelasan pertemuan antara kolom dipasang plat kopel.
f. Untuk membantu kekakuan segera dipasang ikatan angin antara kolom ke
kolom yang lainnya sebagai penyangga kolom agar tidak mengalami
keruntuhan.

Gambar Erection Kolom Baja Komposit


Setelah dilakukan erection, maka dilakukan pemeriksaan pasca erection,
yaitu :
a. Pemeriksaan tegak lurus dari kolom,
b. Pemeriksaan pemasangan baut/las
c. Semua sambungan di cek
d. Pengecatan ulang meni besi
e. Periksa lendutan
Gambar Kolom baja yang sudah terpasang
4. Pemasangan Tulangan

Tulangan kolom dipasang setelah proses erection selesai. Tahapan


pemasangan tulangan kolom komposit yaitu :
a. Pemasangan tulangan kolom yang telah selesai dipabrikasi dipasang pada
posisi kolom, tulangan kolom diangkat menggunakan tower crane.
b. Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan mengikatkan kawat bendrat
pada tulangan utama dengan stek penyaluran yang telah terpasang pada
kolom lantai sebelumnya.
c. Setelah tulangan kolom terpasang maka pada tulangan kolom tersebut diberi
penyangga sementara berupa besi tulangan agar posisinya tetap tegak.
d. Tulangan kolom dapat dipasang dengan ketinggian per satu lantai atau per
dua lantai.
e. Memasang sepatu kolom dari profil baja siku di las ke sengkang kolom.
Siku ini berfungsi sebagai marking dan untuk menjaga agar posisi bekisting
tetap siku.
5. Pemasangan Bekisting

a. Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya
menggunakan besi stek yang dibor pada lantai. 
b. Memasang bekisting kolom seperti pada gambar di atas. Jangan lupa beton
decking atau tahu beton sudah di dalamnya. Tujuan beton decking ini untuk
menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran. 
c. Memasang sabuk balok pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
balok yang digunakan biasanya 6/12 atau 8/12 kayu kruing. Untuk
mengunci balok tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat
sendiri atau membeli jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat
ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak balok
sangat tergantung dari tinggi kolom. Apabila tinggi kolom sekitar 3-4 m
maka jumlah sabuk balok 4 dengan jarak dibagi rata. Namun jika tinggi
kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip semakin ke bawah
jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih besar di bawah. 
d. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom. Untuk
mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring
ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support
dinilai sangat penting.
6. Pengecoran
Pengecoran kolom pada proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta
Motora dilakukan secara ready mix. Kolom di lantai 1 di cor melalui lantai 2.
Pengecoran kolom dilakukan berbarengan dengan pengecoran plat lantai.
Adapun bahan pengecoran kolom sebagai berikut :
Beton ready mix sesuai mutu K-350
a. Oil form
b. Decking
c. Calbond (cairan perekat antara beton lama dengan baru disebut juga lem
beton)
d. Curing compound/bahan perawatan dan perlindungan beton yang
menghambat proses penguapan air pada beton basah.
Tenaga kerja dalam pembuatan kolom yaitu :
a. Tukang cor terampil pengerti lingkup pekerjaan pengecoran
b. Mandor dan pelaksana yang dapat membaca shop drawing/for construction
dengan baik.
Alat yang diperlukan pada pengecoran kolom gedung
a. Tower crane
b. Concrete bucket dan pipa tremie
c. Concrete mixer truck
d. Concrete vibrator
e. Theodolite
f. Alat las listrik
g. Alat bantu
h. Batching plant
i. Kerucut abrams
j. Alat cetak silinder benda uji beton
Metode kerja pengecoran kolom beton gedung bertingkat tinggi
a. Persiapkan shop drawing
b. Memasang sepatu kolom dari profil baja siku L.30.30.3 di las ke sengkang
kolom. Siku iniberfungsi sebagai marking dan untuk menjaga agar posisi
bekisting tetap siku.
c. Mengoles bekisting dengan oil form
d. Pemberian decking pada tulangan kolom dan cek tulangan sebelum ditutup
dengan bekisting.
e. Penempatan bekisting dengan diangkat menggunakan tower crane
f. Pemasangan push pull prop RSS1 (pengatur ketegakan bagian atas) dan
kickers brace AV1 (pengatur kelurusan bekisting dengan marking pada
bagian bawah) yang dibautkan pada wedge head piece dan base plate pada
masing-masing ujungnya dan dikuatkan.
g. Cek vertikalitas bekisting dengan alat unting-unting dan benang atau dengan
theodolite. Pemasangan unting-unting ini ditempatkan pada kedua sisi
bekisting.
h. Apabila posisi bekisting ternyata kurang vertikal maka push pull prop RSS1
dikencangkan atau dikendorkan dengan cara memutar sehingga diperoleh
posisi vertikal kolom yang benar.
i. Permukaan sambungan beton beton lama dengan beton baru sebelum di cor
diberi calbond.
j. Siapkan alat kerja dalam kondisi siap terpakai.
k. Siapkan alat distribusi pengangkutan material beton dengan menggunakan
concrete bucket yang diangkat menggunakan tower crane untuk pengecoran.
l. Siapkan alat pengetesan silinder benda uji dan tes slump dengan kerucut
abrams.
m. Beton ready mix didatangkan dari batching plant PT. Adhi Mix dengan
mutu yang telah disyaratkan.
n. Beton dituangkan ke dalam gerobak, kemudian dilakukan pengujian slump.
Nilai slump yang dipakai adalah 12 ± 2
o. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dari
concrete mixer truck dituang ke dalam concrete bucket, kemudian concrete
bucket tersebut diangkat dengan tower crane menuju ke lokasi pengecoran.
Pada saat pemindahan concrete bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah.
p. Dilokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka, dan beton dituang ke
dalam bekisting concrete bucket, kemudian concrete bucket tersebut
diangkat dengan tower crane menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat
pemindahan, concrete bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah.
q. Dilokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka dan beton dituang ke
dalam bekisting melalui pipa tremie.
r. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan yang telah
ditentukan (≤ 1.50 m) usahakan sedekat mungkin antara pipa tremie dengan
permukaan beton lama. Hal ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar,
terlepas dari adukan beton.
s. Proses pengecoran dilakukan tiap layer/bertahap. Tahap pertama adalah
setinggi ± 1.5 m. Setelah itu dilanjutkan ke tahap kedua setinggi elevasi
yang telah ditentukan.
t. Padatkan beton dengan menggunakan concrete vibrator pada saat proses
pemadatan. Concrete vibrator diusahakan tidak berinteraksi langsung
dengan bekisting dan tulangan.
u. Pengecoran kolom hanya dapat dilaksanakan per satu lantai kolom. Hal ini
dilakukan karena adanya pengecoran slab setelah pengecoran kolom per satu
lantai.
Standar hasil pekerjaan kolom
a. Menghasilkan produk beton kolom sesuai dengan rencana, mutu, dan bentuk
yang presisi, tidak bocor, tidak cembung, dan tidak cekung.
b. Jika ada yang menyimpang maka diperlukan pekerjaan perbaikan
7. Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mengeras. Berikut ini adalah metode kerja pembongkaran bekisting kolom :
a. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 3 sampai dengan 4 hari.
Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu pengikatan pada beton
menjadi sempurna (kurang dari setting time yang disyaratkan). Maka akan
terjadi kerusakan/cacat pada beton tersebut. upaya dalam mencegah
kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan pembongkaran setelah setting time
yang disyaratkan. Agar beton dapat mengeras terlebih dahulu. Beton kolom
yang digunakan tidak langsung menerima beban besar (momen akibat beban
sendiri termasuk kecil). Maka pembongkaran bekistingnya lebih cepat
dibandingkan pembongkaran bekisting pada balok dan pelat lantai.
b. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut.
Kemudian melepas tie rod yang terdapat pada horizontal waller.
c. Kemudian mengendorkan dan melepas push pull pros RSS1 dan kicker
brace AV1 pada wedge head piece.
d. Langkah selanjutnya adalah melepaskan push pull prop RSS1 dan Kickers
brace AV1 pada wedge head piece.
e. Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace
AV1 dari baseplate yang secara bersamaan begesting kolom akan lepas
dengan sendirinya dari permukaan beton.
f. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat
yang telah disediakan dengan bantuan alat tower crane. Untuk dilakukan
pembersihan dan pengolesan dengan oil form.

4.3 Pekerjaan Balok


Setelah pekerjaan pengecoran kolom selesai, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan balok. Tahapan pekerjaan balok baja sebagai berikut :
1. Pekerjaan Gambar/Shop Drawing
Sebelum fabrikasi dimulai kontraktor harus membuat gambar kerja yang
diperlukan dan menyerahkan gambar tersebut untuk diperiksa dan disetujui oleh
konsultan. Pemeriksaan dan persetujuan Konsultan MK atas gambar kerja tersebut
hanya menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti;
a. Ukuran dimensi profil, ketebalan pelat-pelat, ukuran/jumlah baut/las, tebal
pengelasan. Ketepatan ukuran-ukuran Panjang, lebar, tinggi atau posisi
dari elemen-elemen konstruksi baja yang berhubungan dengan
pengangkutan menjadi tanggung jawab kontraktor. Dengan kata lain
walaupun semua gambar kerja telah disetujui konsultan, tidaklah berarti
mengurangi atau membebaskan kontraktor dari tanggung jawab
ketidaktepatan serta kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi
baja.
2. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang
diperlukan untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang
direncanakan.
Adapun mutu bahan yang digunakan dalam pekerjaan balok ialah:
Mutu Baja : ASTM A36  Fy = 240 Mpa
Mutu Baut : ASTM A325 (High Strength Bolt)  Fu= 825 Mpa
ASTM A307 (Sambungan Gording)  Fu = 400 Mpa
Mutu Las : AWS D1,8 M E-70XX  Fu = 480 Mpa
Properti Mekanikal untuk Las-Kritis-Perlu
Klasifikasi
Properti
70 ksi (480 MPa) 80 ksi (550 MPa)
Kekuatan Leleh ksi (MPa) Minimum 58 (400) Minimum 68 (470)
Kekuatan Tarik ksi (MPa) Minimum 70 (480) Minimum 80 (550)
Elongasi (%) Minimum 22 Minimum 19
Kekerasan Takik Charpy V, ft-ibf
Minimum 40 (54) @ 70oF (20oC)
(J)
* Untuk TLTT pada + 50 oF (+10o), untuk TLTT kurang dari + 50 oF (+10oC),
lihat AWS D1,8/D1,8M subayat 6.3.6
* Pengujian dilakukan menurut AWS AWS D1,8/D1,8M Lampiran A
memenuhi minimum 40 ft-lbf (54 J) pada temperature lebih rendah dari +
70oF (20oC) juga memnuhi persyaratan ini.

2. Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting


3. Pekerjaan Pembesian
4. Pekerjaan Kontrol Kualitas
5. Pekerjaan Pengecoran
6. Pekerjaan Curing

Anda mungkin juga menyukai