Anda di halaman 1dari 4

LIKUIFAKSI DI SULAWESI TENGAH

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penyehatan yang
diampu oleh :

Dr. Rina Marina, M.P.

Oleh

Nadilla Juliana Samsuar

NIM 1601614

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
LIKUIFAKSI DI PALU

Palu merupakan salah satu daerah yang sering terjadi gempa dan mempunyai
seismisitas tinggi. Geologi regional daerah Palu dan sekitarnya didominasi oleh
endapan kuarter yang terdiri atas endapan fluviatil dan alluvium. Kondisi alam
tersebut memiliki beberapa potensi yang merugikan di antaranya adalah potensi
likuifaksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi yaitu
karakteristik getaran, jenis tanah, muka air tanah, distribusi diameter butir, kepadatan
awal (initial relative density), drainase dan dimensi deposit, dan kemampuan drainase

Likuifaksi merupakan gejala peluluhan pasir lepas yang bercampur dengan air
akibat goncangan gempa dimana gaya pemicu melebihi gaya yang dimiliki litologi
setempat dalam menahan guncangan. Hal ini bisa menyebabkan beberapa kejadian
seperti penurunan cepat (quick settlement), pondasi bangunan menjadi miring (tilting)
atau penurunan sebagian (differential settlement), dan mengeringnya air sumur yang
tergantikan oleh material non kohesif. Likuifaksi merupakan bencana yang bisa
merusak kondisi infrastruktur sehingga pengetahuan terhadap potensi dan kerawanan
liquifaksi sangat penting terutama dalam merencanakan tata ruang khususnya di
daerah Palu dan sekitarnya.
Likuifaksi hanya terjadi pada tanah jenuh, sehingga kedalaman muka air tanah
akan mempengaruhi kerentanan terhadap likuifaksi. Kerentanan terhadap likuifaksi
akan menurun dengan bertambah dalamnya muka airtanah, dan pengaruh likuifaksi
secara langsung dapat diamati di lapangan dimana muka airtanah berada beberapa
meter dari permukaan tanah. Di daerah dimana level muka air tanah berfluktuasi
secara jelas, bahaya likuifaksi juga akan berubah. Fenomena likuifaksi terjadi seiring
terjadinya gempabumi. Secara visual peristiwa likuifaksi ini ditandai munculnya
lumpur pasir di permukaan tanah berupa semburan pasir (sand boil), rembesan air
melalui rekahan tanah, atau bisa juga dalam bentuk tenggelamnya struktur bangunan
di atas permukaan, penurunan muka tanah dan perpindahan lateral. Pada saat gempa
terjadi, gelombang gempa merambat ke segala arah, salah satunya adalah perambatan
gelombang geser yang berasal dari pusat pelepasan energi 

Gempa bumi yang mengguncang Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah pada
Jumat (28/9) memunculkan fenomena tanah bergerak atau likuifaksi. Fenomena
tersebut diketahui terjadi di Sigi, Sulawesi Tengah. Gempa dahsyat berkekuatan 7,6
SR itu memperlihatkan sebuah fenomena mengejutkan. Beberapa daratan di Palu dan
Sigi tiba-tiba berubah seperti "bubur tanah" yang dapat menelan apa saja di
permukaan.  Sebagian "bubur tanah" di daratan itu bergerak seperti air lumpur sungai,
menyeret apa saja yang ada di permukaan dari beberapa meter hingga ada yang
berkilometer. Dua permukiman di Palu, Balaroa dan Petobo, mengalami kejadian itu.
Fenomena "membuburnya tanah" daratan akibat gempa bumi ini dalam khasanah
geologi disebut soil liquefaction atau likuifaksi tanah.

Daerah Petobo dan Balaroa ternyata persis berada di atas garis merah sesar
Palu-Koro. Gempa dahsyat yang menyulut tsunami terpusat di Donggala ujung daru
sesar Palu-Koro yang membelah Kota Palu. Karena berada tepat di sesar itulah,
guncangan kuat gempa mengubah daratan yang di atasnya padat pemukiman, seketika
menjadi lunak seperti “bubur tanah” dan bergerak. Ketika daratan terguncang, lapisan
tanah seperti teraduk dan otomatis merusak lapisan kedap air di bawahnya. Ketika
lapisan kedap air atas terkoyak, maka air tanah akan terbuka dan bercampur tanah
yang teraduk oleh guncangan gempa. Lapisan padat yang teraduk dan bercampur air
itu berada di atas bidang gelincir miring. Ketika sudah lunah, otomatis akan bergerak
mengikuti bidang gelincirnya. Oleh karena itu, daratan terlihat bergerak dan bergeser
seperti aliran sungai. Fenomena ini terjadi ketika kekuatan rekat atau daya kohesitas
sedimen yang tidak kompak di zona jenuh air menghilang. Hilangnya daya rekat rekat
itu akibat gelombang gempa bumi.

Pengaruh gempa di Palu berdampak sangat mengerikan bagi wilayah Petobo.


Separuh wilayah Petobo bergerak, berubah, dan dihempas likuifaksi. Dari posisinya,
wilayah ini berada di jalur padat penduduk karena terletak di sepanjang Jalan HM
Soeharto, jalan raya dari Kota Palu menuju bumi perkemahan Ngata Batu, pasar dan
terminal Bulili di Palu Selatan. Dilihat dari kondisi terkini, daerah terdampak tersebut
sudah tidak aman lagi untuk area pemukiman permanen, lebih baik dimanfaatkan
sebagai ruang terbuka hijau. Namun, jika akan didirikan bangunan, sebaiknya tidak
permanen dan dengan rekayasa teknik guna mengurangi dampak kebencanaan.

Artikel ini saya kutip dari berbagai sumber. Semoga artikel tentang Likuifaksi
di Palu ini dapat bermanfaat. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan
dan kekurangan pada penulisan artikel ini. Terima kasih atas perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai