0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan37 halaman
Bab ini membahas pelaksanaan proyek pembangunan gedung perkantoran PT Daya Adicipta Motora, mulai dari metode pelaksanaan, urutan pekerjaan, waktu kerja, perizinan, material dan alat yang digunakan. Proyek ini berlokasi di Bandung dengan luas bangunan 986 m2 dan jangka waktu pelaksanaan 1 tahun 2 bulan.
Bab ini membahas pelaksanaan proyek pembangunan gedung perkantoran PT Daya Adicipta Motora, mulai dari metode pelaksanaan, urutan pekerjaan, waktu kerja, perizinan, material dan alat yang digunakan. Proyek ini berlokasi di Bandung dengan luas bangunan 986 m2 dan jangka waktu pelaksanaan 1 tahun 2 bulan.
Bab ini membahas pelaksanaan proyek pembangunan gedung perkantoran PT Daya Adicipta Motora, mulai dari metode pelaksanaan, urutan pekerjaan, waktu kerja, perizinan, material dan alat yang digunakan. Proyek ini berlokasi di Bandung dengan luas bangunan 986 m2 dan jangka waktu pelaksanaan 1 tahun 2 bulan.
Pelaksanaan proyek merupakan proses realisasi dari tahapan kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, tahapan tersebut adalah kegiatan pra – konstruksi, yaitu tahap perencanaan dan tahap perancangan. Pada tahap pelaksanaan terjadi pengerahan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Di dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya struktur organisasi kontraktor atau pelaksana konstruksi sehingga dapat terlihat kejelasan tanggung jawab sehingga dapat memudahkan pengawasan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proyek tersebut terutama di lapangan. Pelaksanaan proyek dilakukan setelah beberapa tahap dilakukan. diantaranya tahap perencanaan (planning), tahap rekayasa dan perancangan (engineering and design) dan tahap pelelangan. Tahap pelaksanaan proyek dilakukan setelah surat perintah kerja (SPK) dikeluarkan dan dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana dan subkontraktor yang telah dipilih melalui tender dan diawasi langsung oleh konsultan pengawas dan owner. Metode pelaksanaan harus dipilih dengan mempertimbangkan faktor- faktor seperti kondisi lapangan, jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan, serta biaya yang dialokasikan. Metode pelaksanaan proyek merupakan acuan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan. Dalam pembuatan metode pelaksanaan, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Aspek efisiensi 2. Aspek kualitas 3. Aspek keamanan dan keselamatan 4. Aspek sumber daya yang tersedia
3.1.1 Data Umum
Nama Pekerjaan : Proyek Perkantoran Lokasi : Jalan Raya Cibeureum No. 26 Kota Bandung Pemilik : PT Daya Adicipta Motora Jenis Bangunan : Perkantoran Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun 2 Bulan Waktu Mulai : 25 Januari 2019 Waktu Selesai : 15 Februari 2020 Konsultas Perencana : PT. Catur Bor Indonesia Konsultan Pengawas : Kontraktor : PT. Cipta Nugroho Contrindo
3.1.2 Data Teknis Proyek
Jenis Bangunan : Perkantoran Luas Lahan :± Luas Bangunan : ± 986 m2 Material yang Digunanakan : Struktur Material Komposit dengan Baja Tulangan Mutu Beton : K 350 Mutu Baja :
3.2 Waktu Kerja Proyek
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Waktu kerja pada proyek pembangunan fisik konstruksi gedung Kantor Honda adalah senin s/d Sabtu jam 08.00 – 17.00 WIB. Apabila terjadi lembur maka ada tambahan waktu sampai dengan pukul 22.00 WIB/
3.3. Urutan Pelaksanaan Proyek
Dalam pelaksanaan proyek di lapangan terdapat beberapa tahap, dimana tahapan tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam instruksi kerja (IK) yang telah disusun. Instruksi kerja tersebut telah diketahui dan disetujui oleh pihak pemberi tugas. Pekerjaan yang tertera pada instruksi kerja (IK) adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan Struktur 3. Pekerjaan MEP 4. Pekerjaan Arsitektur Pekerjaan yang disebutkan di atas, termasuk mengenai peralatan atau perlengkapan, pengujian baik terhadap bahan maupun hasil pekerjaan, perijinan dari instansi yang berwenang sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan dapat diterima oleh pemberi tugas.
3.4 Pengurusan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
Pembangunan suatu bangunan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi persyaratan, persyaratan yang paling penting adalah Izin Mendirikan Bangunan. Nomor IMB biasanya terdapat pada papan proyek. Adapun nomor IMB pada proyek pembangunan fisik konstruksi gedung kantor honda yaitu 651.17/0030/IMB/XII/2018/DPMPTSP.
Gambar 3.1 Papan Proyek
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
3.5 Material yang Digunakan
Material yang digunakan pada proyek pembangunan gedung kantor Honda ini adalah: 1. Semen Semen yang digunakan pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora adalah semen dari PT. SCG. Semen ini digunakan untuk adukan pemasangan pile cap, pemasangan tie beam.
Gambar 3.2 Semen SCG
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 2. Agregat
Gambar 3.3 Agregat Halus
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Agregat yang digunakan pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora adalah dari ...... pasir yang digunakan terbagi menjadi dua macam. Pasir yang berwarna kecoklatan digunakan untuk urugan tanah dan pengurugan ground water tank yang dibuat didalam tanah. Sedangkan untuk pasir yang berwarna abu digunakan untuk bahan campuran pembuatan adukan untuk pembuatan tie beam, pembuatan pile cap. 3. Pasangan Bata Bata yang digunakan untuk pembuatan dinding pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora adalah jenis bata ringan yaitu hebel putih. Penggunaan jenis bata ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan. Gambar 3.4 Bata Hebel Putih Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Bata yang digunakan untuk pasangan batas dinding sekaligus berfungsi sebagai bekisting tie beam yaitu menggunakan batu bata pasir kapur. Penggunaan batu bata ini pada tie beam dimaksudkan untuk memperkuat tie beam dibandingkan dengan pasangan bekisting biasa.
Gambar 3.5 Bata Hebel Pasir-kapur
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 4. Multiplek Film
Gambar 3.6 Multiplek Film untuk Bekisting
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 5. Plester Dinding Semen ini secara fisik berbentuk serbuk, penggunaanya cukup efisien karena mudah dalam hal pemakaianya. Sebelum digunakan plester dicampur dengan air, dan diaduk hingga tercampur secara merata.
Gambar 3.7 Plester Dinding
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 6. Acian Dinding
Gambar 3.8 Acian Dinding
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Acian dinding pada proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora menggunakan acian instan dari PT. Guna Bangun Jaya. Daya rekat tinggi, mencegah retak dan menghemat biaya cat tembok karena hasil akhir sangat halus dan sudah berwarna sehingga dapat menjadi warna dasar untuk penggunaan cat. 7. Perekat
Gambar 3.9 Perekat Lemkra
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora digunakan lemkra
sebagai perekat tipis yang digunakan untuk campuran pada pekerjaan kedap air, sebagai aditif adukan semen pasir dan untuk memperbaiki retakan pada dinding/tembok.
Gambar 3.10 Perekat Leibel
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora digunakan perekat dinding bata ringan menggunakan perekat jenis leibel. Dengan menggunakan leibel ini maka dinding bata akan memiliki daya rekat tinggi, adukan lebih tipis, hasil pekerjaan lebih rata dan lebih rapi.
Gambar 3.11 Perekat
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Perekat jenis ini digunakan untuk perekat keramik, granit, pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora. Perekat ini di produksi oleh PT. Bangun Jaya. 8. Beton Ready Mix Beton readymix adalah bagian dari kontruksi yang dibuat dari campuran beberapa material mutu, karena untuk readymix concrete ini dibuat dengan mesin produksi khusus atau batching plant yang sudah teruji untuk campuran dan bahan bahan bakunya juga sudah berstandar nasional indonesia (SNI). Beton ready mix yag digunakan pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora adalah mutu beton K-350 dan dikirim langsung oleh PT. Adhi Mix Bandung.
Gambar 3.12 Beton Ready Mix
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 9. Kawat Bendrat
Gambar 3.12 Kawat Bendrat
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019 Kawat Bendrat digunakan untuk mengikat tulangan pada pekerjaan perakitan kolom, balok, pile cap, selain itu digunakan sebagai pengikat beton decking pada tulangan. 10. Baja Tulangan Baja tulangan adalah baja yang digunakan untuk keperluan penulangan dalam pekerjaan kolom, balok, pelat, sloof dan pilecap. Sifat teknis yang dimiliki baja tulangan adalah dapat menahan gaya tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Baja tulangan yang digunakan berupa batang baja lonjoran, berbentuk tulangan ulir. Setiap tulangan dibentuk sesuai kebutuhan, adapun pekerjaan tulangan antara lain pemotongan, pembengkokan, dan perakitan.
Gambar 3.13 Baja Tulangan
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
3.6 Alat-Alat yang Digunakan Pada Proyek Konstruksi
Pekerjaan konstruksi tidak dapat lepas dari bantuan alat-alat berat ataupun ringan, karena beberapa pekerjaan tidak dapat diselesaikan oleh tangan manusia. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan proyek pembangunan gedung kantor Honda, sebagai berikut: 1. Crawler Crane Crawler Crane adalah alat angkat yang biasa kita jumpai dilokasi proyek konstruksi dengan jangkauan yang panjang dan dapat mengangkat material yang berat, Dilengkapi dengan Track Crawler (kelabang) untuk mempermudah manuver di area yang sangat sulit/kasar misalnya tanah yang berlumpur. Crawler Crane umumnya menggunakan boom lattice/kisi yang dapat dibongkar pasang sesuai kebutuhan dan untuk keperluan mobilisasi alat ke lokasi proyek. Crawler crane dilengkapi dengan counterweight untuk menjaga kestabilan dari beban angkat, selain itu Track crawler crane juga menambah kestabilan tambahan yang memungkinkan crawler crane bergerak tanpa menggunakan outriggers. Kelemahannya adalah crawler crane membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mobilisasi dikarenakan bentuknya yang besar dan berat. Gambar 3.14 Crawler Crane Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 2. Truck Mixer Truk molen biasanya juga disebut dengan truck mixer. Truk mixer adalah alat pengangkut beton dari batching plant ke lokasi proyek yang lengkap dengan alat pencampur berupa pisau di dalam drum. Truk mixer berperan penting dalam transportasi beton dari batching plant sampai ke hopper concrete pump di proyek. Drum tempat pencampuran dengan pisau putar berbentuk bintang merupakan alat campur paling efisien dalam segi keseragaman beton yang dihasilkan, control kualitas yang dilakukan di area proyek tidak sebaik control kualitas yang dilakukan di pusat pencampuran batching plant, karena itu sebaiknya setelah truk molen sampai di area proyek tidak dilakukan penambahan apapun ke dalam campuran beton siap pakai yang ada dalam mixer.
Gambar 3.15 Truck Mixer
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 3. Backhoe Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan, atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian, tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material keras. Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Gambar 3.16 Backhoe
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 4. Dump Truck Dump truck merupakan alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan material ke lokasi tertentu. Pada pekerjaan ini dump truck digunakan untuk membuang material tanah dari lokasi proyek ke lokasi pembuangan. Dump truck yang digunakan memiliki kapasitas bak 6m3.
Gambar 3.17 Dump Truck
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 5. Tower Crane Tower crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki mekanisme gerakan yang cukup lengkap, yakni: kemampuan mengangkat muatan (lifting) menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas bila diperlukan dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan (slewing dan travelling). Operasi kerja yang identik dan muatan yang seragam yang diangkutnya, memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara otomatis. Bukan hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk proses bongkar muatan.
Gambar 3.18 Tower Crane
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 6. Bored Pile Pondasi yang digunakan dalam pembangunan gedung kantor Honda ialah Pondasi bored pile. Pondasi bored pile adalah pondasi dalam yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam lapisan tanah keras yang bila lapisan tanah dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan jika hanya menggunakan pondasi dangkal, sehingga diperlukan daya dukung tambahan. Pondasi Bored pile ini seperti pondasi tiang pancang atau pancang precast, perbedaanya ada pada teknik pembuatanya, dimana tiang pancang precast dicetak sebelumnya sebelum dipasang, sedangkan pengerjaan bored pile dimulai dengan pengeboran tanah terlebih dahulu sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan besi yang kemudian melaksanakan pengecoran ditempat. Gambar 3.19 Bored Pile Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 7. Theodolite Digital Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Pada alat ini dilengkapi teleskop untuk melihat titik tinjau atau target. Theodolite dapat diputar secara horizontal maupun vertikal, dilengkapi dengan kaki 3 (tripod) untuk dapat berdiri dengan stabil. Dalam pekerjaan pembangunan Gedung Perkantoran, theodolite berfungsi untuk menentukan dan memastikan bahwa sumbu kolom sudah pada titik yang tepat.
Gambar 3.20 Theodolite Digital
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019 3.7 Metode Pelaksanaan Pengujian Pada Konstruksi Pada proyek pembangunan ini pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan dengan beberapa tahapan seperti berikut. 3.7.1 Metode Pengujian Slump Test Uji slump adalah pengujian yang dilakukan terhadap beton segar untuk mengetahui tingkat kelecakan pada campuran beton tersebut. Dari pengujian ini akan diketahui apakah kebutuhan air pada campuran beton sudah cukup, atau masih kurang bahkan lebih. Pada pembangunan kantor pusat PT. Daya Adicipta Motora, beton segar didatangkan dari PT.Adhimix. Beton dibawa menggunakan truct mixer. Dalam setiap 1 truck mixer diambil 3 buah sampel berbentuk silinder untuk dilakukan pengujian slump. Berdasarkan pengamatan nilai slump yang penulis lakukan untuk pengecoran plat lantai, diperoleh nilai slump sebesar 13 cm. Hal ini menunjukkan bahwa nilai slump yang diperoleh sesuai dengan rencana kerja dan syarat (RKS) yaitu sebesar 12±2 cm.
Gambar 3.21 Pengujian Slump Test
Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019
Gambar 3.22 Sampel Pengujian Slump Test
Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019 Langkah-langkah Slump Test adalah: 1. Siapkan kerucut abrams, batang pengaduk, sendok semen dan alas multipleks. 2. Kerucut abrams dibersihkan dan diletakan pada tempat yang permukannya datar dengan muka yang lebih besar menempel pada las. 3. Ambil sampel adukan beton sebelum dilakukan pengecoran. 4. Masukan adukan beton kedalam keurcut abrams setinggi sepertiga tinggi kerucut, kemudian adukan yang ada di dalam kerucut tersebut ditusuk-tusuk sebanyak kurang lebih 25 tusukan dengan besi berdiameter 16 mm, dan panjang 50 cm. Pengujian dilakukan dengan cara yang sama untuk dua lapisan berikutnya sampai seluruh tinggi kerucut berisi adukan semua. 5. Bagian atas setelah terisi adukan beton semuanya kemudian diratakan dan dibiarkan selama 30 detik. 6. Selanjutnya kerucut diangkat tegak lurus ke atas secara perlahan dan penurunan puncak kerucut dari adukan beton itu disebut nilai slump. 7. Ukurlah hasil slump tersebut dan hitung dengan aturan slump 12 ± 2. 3.7.2 Metode Pengujian Statik Aksial Tekan Pengujian aksial tiang adalah pengujian tiang pondasi tunggal untuk mengukur penurunan tiang yang diberi pembebanan secara aksial sesuai dengan beban rencana. Pengujian akan dilakukan dengan beban maksimum 130 Ton x 200% untuk tiang diameter 600 mm dan 240 Ton untuk tiang diameter 1000 mm. Skema uji pembebanan kami sajikan pada gambar 1a. Pembebanan pada tiang akan dilakukan dengan metode kentledge berdasarkan standar ASTM D1143-07, “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial Compressive Load”. Pengujian aksial dengan metode kentledge dilakukan dengan memberikan beban diatas kepala tiang berupa beban benda mati seperti balok beton yang dapat memenuhi kebutuhan beban yang dibutuhkan. Gambar 3.23 Schematic for Kentledge Method Sumber : Metode Kerja Pengujian Statik Aksial Tekan (Metode Kentledge) Proyek Kantor Dan Pusat Pelatihan PT. Dam Cibeureum Bandung,2019
Gambar 3.24 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019
Gambar 3.25 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019 Gambar 3.26 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019 Untuk peralatan pengujian yang digunakan meliputi; 1. Hydraulic jack, hydraulic jack yang digunakan harus memiliki kapasitas minimal sama atau lebih besar dari beban uji yang direncanakan. 2. Hydraulic pump, menjadi satu kesatuan dengan hydraulic jack. 3. Main beam dan secondary beam, balok baja yang didesain dan memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan beban dan mentransfer beban tersebut ke tiang uji. 4. Reference beam, harus memiliki kekakuan yang cukup agar tidak bergerak saat pengujian. Letak kakian untuk balok refrensi haruslah memliki jarak minimal 1.5 m dari area terluar susunan pengujian agar tidak terganggu. 5. Load cell, instrumen load cell digunakan untuk mengukur beban aktual yang diterima oleh tiang uji secara akurat. Load cell sebaiknya digunakan apabila beban uji melebihi 100 ton. 6. Preassure gauge (manometer), digunakan untuk mengontrol tekanan oli yang diberikan oleh hydraulic pump pada hydraulic jack dan juga untuk menghitung korelasi beban yang diberikan kepada tiang. 7. Dial gauge, dipasang secara horizontal dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan tiang yang terjadi pada tiang saat diberi tekanan. Umumnya digunakan empat buah dial untuk mengukur penurunan dan 2 buah dial untuk mengukur pergerakan horizontal. 8. Steel plate, digunakan sebagai tatakan di atas kepala tiang agar tekanan dari hydraulic jack dapat terbagi merata di permukaan tiang. Tebal pelat yang digunakan minimal 1 inci (25 mm). Adapun langkah-langkah dalam persiapan pengujian yaitu : 1. Mempersiapkan lahan dan tiang uji serta metode pembebanan yang digunakan. 2. Tiang uji harus memiliki permukaan yang rata dan sekeliling tiang harus di gali sedalam kurang lebih 30 cm – 50 cm untuk meletakan dial gauges. 3. Jika digunakan metode kentledge maka dipersiapkan beban penahan yang akan digunakan. Bila digunakan beban benda mati (blok beton) maka beban harus dipersiapakan sebesar 10% lebih besar dari beban uji maksimum. Dan diperhatikan pada saat proses penyusunan beban agar kaki penahan beban harus kuat dan stabil. 4. Susun semua instrument pengujian dengan baik dan haruslah rata dan sejajar sumbu tiang uji seperti contoh pada Gambar 2. 5. Untuk mengantisipasi terjadinya hujan, baiknya area pengujian di tutup agarpengujian dapat dilakukan tanpa terganggu. 6. Dipastikan tidak ada pekerjaan lain di area pengujian dan sekitarnya yang dapat mengganggu keakuratan pengukuran instrumen. 7. Setelah semua peralatan disusun dengan baik maka pengujian siap dilakukan. 8. Jika load cell digunakan sebagai pengukur beban maka load cell harus dalam keadaan bebas (tidak tertekan) sebelum dilakukan pengujian. 9. Sebelum pengujian dimulai, dilakukan pengetesan pada alat uji (dial gauges) dengan memberikan beban kurang lebih sebesar 5% dari beban uji untuk melihat apakah dial gauges yang dipasang berfungsi dengan baik dan deviasi antar dial gauge tidak terlalu besar. 10. Setelah dial gauges berfungsi dengan baik maka pengujian siap dilakukan. Prosedur Pengujian Prosedur pengujian dilakukan dengan menggunakan metode pembebanan siklik dimana pembebanan dan pembacaan dial gauges dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut. Tabel 3.1 Prosedur Pembebanan dan Pembacaan Dial
Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum
Bandung, 2019 Setiap pembebanan dan pembacaan dial gauges dicatat pada form pembacaan yang ada dan dilengkapi dengan tanggal serta waktu actual saat pembacaan dilakukan. Bila digunakan load cell maka hasil pembacaan beban aktual load cell dicatat pula pada form yang sama maupun terpisah. Setelah pembacaan selesai maka baik penguji, pengawas, kontraktor, dan owner menandatangani form pencatatan hasil pengujian tersebut. Batasan-batasan pengujian Suatu pengujian terpaksa dihentikan apabila terjadi hal – hal berikut: 1. Terjadi kerusakan pada tiang yang dapat menyebabkan pembacaan menjadi tidak akurat. Kerusakan yang dimaksud seperti retak keliling pada tiang yang mengenai area dimana dial gauges di tempatkan yang dapat menyebabkan ketidak akuratan dalam pembacaan. 2. Kegagalan pada struktur penahan ataupun beam yang yang digunakan sehingga tidak lagi mampu menahan beban uji yang diberikan serta bila struktur tidak stabil dan membahayakan. 3. Terjadinya penurunan yang melebihi batas ijin yaitu sebesar 25 mm untuk tiang < 800 mm dan 4% x D untuk tiang > 800 mm atau batasan lain yang diberikan oleh konsultan perencana. Jika batasan ini terlewati dapat dilakukan pengujian ulang dengan metode quick load test dengan urutan pembebanan sebagai berikut. 4. Terjadinya force majeure.
Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum
Bandung, 2019 Hasil pengujian
3.7.3 Metode Pengujian Statik Aksial Tarik
Pengujian tarik tiang adalah pengujian tiang pondasi tunggal untuk mengukur pergerakan tiang yang diberi pembebanan secara aksial sesuai dengan beban rencana. Pengujian akan dilakukan dengan beban maksimum 60 Ton x 200% untuk tiang diameter 600 mm dan 100 Ton untuk tiang diameter 1000 mm. Skema uji pembebanan kami sajikan pada gambar 2.4 Pembebanan pada tiang akan dilakukan dengan metode reaction berdasarkan standar ASTM D3689-07, “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial Tensile Load”. Gambar 3.27 Schematic for Tensile Load Test (ASTM D3689-07) Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum Bandung, 2019
Gambar 3.28 Tensile Load Test dengan Support Tiang
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 Untuk peralatan pengujian yang digunakan meliputi; 1. Hydraulic jack, hydraulic jack yang digunakan harus memiliki kapasitas minimal sama atau lebih besar dari beban uji yang direncanakan. 2. Hydraulic pump, menjadi satu kesatuan dengan hydraulic jack. 3. Main beam dan secondary beam, balok baja yang didesain dan memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan beban dan mentransfer beban tersebut ke tiang uji. 4. Reference beam, harus memiliki kekakuan yang cukup agar tidak bergerak saat pengujian. Letak kakian untuk balok refrensi haruslah memliki jarak minimal 1.5 m dari area terluar susunan pengujian agar tidak terganggu. 5. Load cell, instrumen load cell digunakan untuk mengukur beban aktual yang diterima oleh tiang uji secara akurat. Load cell sebaiknya digunakan apabila beban uji melebihi 100 ton. 6. Preassure gauge (manometer), digunakan untuk mengontrol tekanan oli yang diberikan oleh hydraulic pump pada hydraulic jack dan juga untuk menghitung korelasi beban yang diberikan kepada tiang. 7. Dial gauge, dipasang secara horizontal dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan tiang yang terjadi pada tiang saat diberi tekanan. Umumnya digunakan empat buah dial untuk mengukur penurunan dan 2 buah dial untuk mengukur pergerakan horizontal. 8. Steel plate, digunakan sebagai tatakan di atas kepala tiang agar tekanan dari hydraulic jack dapat terbagi merata di permukaan tiang. Tebal pelat yang digunakan minimal 1 inci (25 mm) Persiapan pengujian 1. Mempersiapkan lahan dan tiang uji serta metode pembebanan yang digunakan. 2. Tiang uji harus di expose setinggi kurang lebih 80 cm, dengan 50 cm bagian atas beton tiang harus di kupas agar tulangan utama tiang ter expose untuk meletakan casing pengikat. 3. Untuk metode dengan support tanah dasar harus dipastikan kekuatan tanah dasar mampu menahan tekanan akibat beban dan bila diperlukan dapat dilakukan perkuatan terlebih dahulu. 4. Untuk metode dengan support tiang, jarak antar tiang haruslah simetris dan antar tiang support memiliki elevasi kepala tiang yang sama. 5. Susun semua instrument pengujian dengan baik dan haruslah rata dan sejajar sumbu tiang uji seperti contoh pada Gambar 2. 6. Untuk mengantisipasi terjadinya hujan, baiknya area pengujian di tutup agar pengujian dapat dilakukan tanpa terganggu. 7. Dipastikan tidak ada pekerjaan lain di area pengujian dan sekitarnya yang dapat mengganggu ke-akuratan pengukuran instrumen. 8. Setelah semua peralatan disusun dengan baik maka pengujian siap dilakukan. 9. Jika load cell digunakan sebagai pengukur beban maka load cell harus dalam keadaan bebas (tidak tertekan) sebelum dilakukan pengujian. 10. Sebelum pengujian dimulai, dilakukan pengetesan pada alat uji (dial gauges) dengan memberikan beban kurang lebih sebesar 5% dari beban uji untuk melihat apakah dial gauges yang dipasang berfungsi dengan baik dan deviasi antar dial gauge tidak terlalu besar. 11. Setelah dial gauges berfungsi dengan baik maka pengujian siap dilakukan. Prosedur pengujian Setiap pembebanan dan pembacaan dial gauges dicatat pada form pembacaan yang ada dan dilengkapi dengan tanggal serta waktu actual saat pembacaan dilakukan. Bila digunakan load cell maka hasil pembacaan beban aktual load cell dicatat pula pada form yang sama maupun terpisah. Setelah pembacaan selesai maka baik penguji, pengawas, kontraktor, dan owner menandatangani form pencatatan hasil pengujian tersebut. Prosedur pengujian dilakukan dengan menggunakan metode pembebanan siklik dimana pembebanan dan pembacaan dial gauges dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut. Tabel 1. Prosedur Pembebanan dan Pembacaan Dial
Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum
Bandung, 2019 3.8 Metode Pelaksanaan Konstruksi 3.8.1 Pekerjaan Struktur Bawah 1. Pekerjaan Pondasi Bore Pile Pondasi berfungsi untuk meneruskan beton dari bagian atas struktur bangunan (Upper Structure) kelapisan tanah dibawahnya tanpa menyebabkan keruntuhan geser dan penurunan tanah atu pondasi yang berlebihan. Pada proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora mengguanakan jenis pondasi bore pile. Pemilihan jenis pondasi bore pile didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut : a. Proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta dibatasi dengan bangunan baik di depan, kanan, belakang, dan kiri sehingga pemilihan jenis pondasi harus yang tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang membahayakan bangunan sekitarnya. b. Gedung yang dibuat cukup tinggi yaitu 9 lantai, sehingga untuk mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap) dan kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile maka digunakan pondasi borepile. c. Kedalaman tiang dapat divariasikan sesuai jenis tanah, hal ini karena kondisi tanah diwilayah proyek memiliki perbedaan akibat fungsi bangunan sebelumnya. d. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium. e. Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan. f. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya. g. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah. Pada dasarnya pelaksanaan bored pile pada tanah yang tidak mudah longsor adalah: a. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki. Gambar 3.29 Proses Bor Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 b. Dasar lubang bor dibersihkan.
Gambar 3.30 Pembersihan lubang bor dengan cleaning bucket
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 c. Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.
Gambar 3.31 Pembersihan lubang bor dengan cleaning bucket
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 d. Lubang bor diisi atau dicor beton.
Gambar 3.32 Pengecoran
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 2. Pekerjaan pemasangan pile cap Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bab atasnya. Pile cap ini bertujuan semoga lokasi kolom benar-benar berada dititik sentra pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang sanggup menyebabkan beban embel-embel pada pondasi. Selain itu, menyerupai halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Gambar 3.33 Pemasangan Pile Cap
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 3. Pekerjaan pemasangan tie beam Pada proyek ini, tie beam yang digunakan langsung terletak di atas tanah. Bentuk dari tie beam adalah persegi panjang.
Gambar 3.34 Pemasangan Tie Beam
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 4. Pekerjaan Pembuatan Septictank Septictank pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora dibangun dibawah basement. Septictank dibuat sebanyak 4 buah.
Gambar 3.35 Pemasangan Septictank
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 5. Pekerjaan Pembuatan Ground Water Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan di bawah permukaan tanah. Ground tank biasanya menggunakan material pelat beton bertulang yang dilapisi waterproofing non-toxic (tidak beracun) yang pada umumnya kemudian dilapisi dengan pasangan keramik berwarna putih pada lantai maupun dindingnya sehingga tangki terlihat bersih. 3.8.2 Pekerjaan Struktur Atas
Gambar 3.36 Diagram Pekerjaan Struktur Atas
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 1. Pekerjaan Struktur Beton 1) Pekerjaan Bekisting Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton segar yang sesuai dengan bentuk dan dimensi rencana. Bekisting umumnya terdiri atas perancah dan cetakan beton. a) Pekerjaan Bekisting Kolom Bekisting kolom sangat penting dalam proses pembuatan kolom struktur karena berpengaruh terhadap bentuk kolom. Semakin kuat dan presisi suatu bekisting maka hasil akhir dari kolom tersebut juga akan baik. Sehingga diperlukan suatu metode pemasangan bekisting yang baik agar hasil kolom tersebut bisa dikatakan baik. Gambar 3.37 Pekerjaan Bekisting Kolom Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 b) Pekerjaan Bekisting Plat Bondek Bondek adalah bahan galvanis yang dibentuk menyerupai “seng gelombang” tapi bukan sebagai fungsi material penutup atap seng. Bondek adalah material pelapis bawah cor lantai beton sebagai penganti bekisting kayu (triplek). Bondek juga sekaligus di desain untuk mengkonversi penggunaan besaran diameter besi dan mengkonversi ketebalan cor beton. Sistem tekuk (gelombang plat) di desain sekaligus membantu kekuatan struktur beton cor plat lantai.
Gambar 3.38 Pekerjaan Bekisting Plat Bondek
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 c) Pekerjaan Leveling dan Cleanning Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan ukuran presisinya suatu bangunan,baik dari sisi letak dan posisi tanah, maupun dari segi arsitektur bangunan. Siku tidak nya bangunan sangat yergantung dari pekerjaan leveling,sehingga pekerjaan harus di lakukan pengontolan kembali. Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekrjaan yang di gunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis² lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang di peroleh dengan menghubungkan titik² hasil pengukuran. 2) Pekerjaan Besi Tulangan Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. a) Pekerjaan Besi Tulangan Kolom Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut: (a) Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja. (b) Langkah awal ialah pemasangan tulangan utama, lalu pemasangan sengkang. (c) Sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu perhatikan jarak antar sengkang yang akan di buat. (d) Setiap pertemuan antara tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang. Gambar 3.39 Pekerjaan Besi Tulangan Kolom Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 b) Pekerjaan Shear Connector Penghubung geser (shear connector) memberikan pengaruh terhadap elemen balok baja, dalam menahan gaya geser yang terjadi antara balok baja dan pelat beton. Balok baja dan pelat beton yang tidak dihubungkan dengan penghubung geser memiliki tegangan yang lebih besar karena elemen profil dan plat belum menyatu sehingga tegangan yang dihasilkan masih bersifat sendiri- sendiri. Dari setiap variasi diambil nilai tengah dari hasil output tegangan sehingga didapat diameter 19x100 sebagai stud yang ekonomis untuk variasi diameter dengan jarak 125 mm dan untuk variasi panjang stud dengan diameter 16x75 sebagai stud yang ekonomis
Gambar 3.40 Pekerjaan Shear Connector pada Bondek
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 c) Pekerjaan Besi Tulangan Plat Lantai Pemasangan besi plat lantai seluruhnya dipasang diatas besi balok. Batasan spasi tulangan menurut Pasal 7.6 SNI-2847-2002, jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lais yang ridak boleh kurang dari 25 mm.
Gambar 3.41 Pekerjaan Besi Tulangan Lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
3) Pekerjaan Cor Beton
a) Pekerjaan Cor Beton Kolom Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, yaitu agar bangunan tidak mudah roboh. Dalam pembuatan kolom, salah satu proses yang dilakukan adalah pekerjaan pengecoran kolom. Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar ke area bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan pengecoran tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap. Pekerjaan pengecekan ini dilakukan oleh seorang QC (Quality Control). Setelahnya menentukan volume area siap cor. Penentuan batas stop cor atau volume cor dilihat dari kondisi bekisting di lapangan. Selanjutnya dilakukan pembersihan area yang akan dicor menggunakan mesin air compressor. Selain itu, dilakukan juga pengujian test slump yang bertujuan untuk mengetahui nilai kelecakan suatu beton segar atau beton baru. Setelah semuanya dilakukan, barulah masuk ke proses penuangan beton segar ke dalam area siap cor dan kemudian dipadatkan dengan mesin vibrator. Sebagai infromasi, proses pekerjaan pengecoran kolom ini memerlukan waktu 4 sampai 7 hari hingga beton tersebut dapat menahan beban, baik dari massa diri maupun dari luar, maka pekerjaan dapat dilanjutkan dengan proses pembongkaran bekisting.
Gambar 3.42 Pekerjaan Cor Beton Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 b) Pekerjaan Cor Beton Lantai Adapun proses pengecoran pelat sebagai contoh pengamatan yaitu adalah sebagai berikut : 1. Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan. 2. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor sampai benar – benar bersih 3. Truck Mixer tiba di proyek, lalu memberikan laporan ke satpam. Kemudian petugas dari PT. Adhimix Precast menyerahkan bon penyerahan barang yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, waktu selesai, volume. 4. Dilakukannya pengujian slump test. Hal ini menunjukkan agar nilai slump yang diperoleh sesuai dengan rencana kerja dan syarat (RKS) yaitu sebesar 12±2 cm. 5. Lalu pengecoran dimulai, pastikan semua sisi pelat lantai terisi semua, permukaan pelat lantai diratakan dengan menggunakan balok kayu.
Gambar 3.43 Pekerjaan Cor Beton Lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 c) Pekerjaan Curring Beton Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah : memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak. Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton 2. Pekerjaan Struktur Baja 1) Pekerjaan Fabrikasi Fabrikasi tulangan kolom dikerjkan pada los pekerjaan pembesian. Pemasangan tulangan dilakukan dengan tower crane untuk mengangkat tulangan yang telah dirangkai. Dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam pemasangan dan penyambungan pada kolom agar kolom tersebut benar-benar tegak lurus seperti kolom-kolom yang berada dilantai bawahnya. a) Pekerjaan Kolom Baja
Gambar 3.44 Pemasangan Kolom Baja
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 b) Pekerjaan Balok Baja Gambar 3.45 Pemasangan Balok Baja Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 2) Pekerjaan Ereksi a) Pasangan Pelat Sambungan Baut dan Angkur Baut
b) Pasangan Kolom dan Balok Baja
Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting dari proses ereksi. Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar ditempatkan di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai dengan pola lubang baut di base plat
Gambar 3.46 Pemasangan Kolom Baja
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019 c) Pekerjaan Cat Baja