Anda di halaman 1dari 37

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1 Metode Pelaksanaan Proyek


Pelaksanaan proyek merupakan proses realisasi dari tahapan kegiatan –
kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, tahapan tersebut adalah kegiatan pra –
konstruksi, yaitu tahap perencanaan dan tahap perancangan. Pada tahap
pelaksanaan terjadi pengerahan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Di
dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya struktur organisasi kontraktor atau
pelaksana konstruksi sehingga dapat terlihat kejelasan tanggung jawab sehingga
dapat memudahkan pengawasan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proyek
tersebut terutama di lapangan.
Pelaksanaan proyek dilakukan setelah beberapa tahap dilakukan.
diantaranya tahap perencanaan (planning), tahap rekayasa dan perancangan
(engineering and design) dan tahap pelelangan. Tahap pelaksanaan proyek
dilakukan setelah surat perintah kerja (SPK) dikeluarkan dan dilanjutkan dengan
penandatanganan kontrak Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan
sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana dan subkontraktor yang telah dipilih
melalui tender dan diawasi langsung oleh konsultan pengawas dan owner.
Metode pelaksanaan harus dipilih dengan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti kondisi lapangan, jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume
pekerjaan, serta biaya yang dialokasikan. Metode pelaksanaan proyek merupakan
acuan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan. Dalam
pembuatan metode pelaksanaan, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Aspek efisiensi
2. Aspek kualitas
3. Aspek keamanan dan keselamatan
4. Aspek sumber daya yang tersedia

3.1.1 Data Umum


Nama Pekerjaan : Proyek Perkantoran
Lokasi : Jalan Raya Cibeureum No. 26 Kota Bandung
Pemilik : PT Daya Adicipta Motora
Jenis Bangunan : Perkantoran
Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun 2 Bulan
Waktu Mulai : 25 Januari 2019
Waktu Selesai : 15 Februari 2020
Konsultas Perencana : PT. Catur Bor Indonesia
Konsultan Pengawas :
Kontraktor : PT. Cipta Nugroho Contrindo

3.1.2 Data Teknis Proyek


Jenis Bangunan : Perkantoran
Luas Lahan :±
Luas Bangunan : ± 986 m2
Material yang Digunanakan : Struktur Material Komposit dengan Baja Tulangan
Mutu Beton : K 350
Mutu Baja :

3.2 Waktu Kerja Proyek


Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk
memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Waktu kerja pada
proyek pembangunan fisik konstruksi gedung Kantor Honda adalah senin s/d
Sabtu jam 08.00 – 17.00 WIB. Apabila terjadi lembur maka ada tambahan waktu
sampai dengan pukul 22.00 WIB/

3.3. Urutan Pelaksanaan Proyek


Dalam pelaksanaan proyek di lapangan terdapat beberapa tahap, dimana
tahapan tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam instruksi
kerja (IK) yang telah disusun. Instruksi kerja tersebut telah diketahui dan disetujui
oleh pihak pemberi tugas. Pekerjaan yang tertera pada instruksi kerja (IK) adalah
sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Struktur
3. Pekerjaan MEP
4. Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan yang disebutkan di atas, termasuk mengenai peralatan atau
perlengkapan, pengujian baik terhadap bahan maupun hasil pekerjaan, perijinan
dari instansi yang berwenang sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dan
diselesaikan dengan baik dan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik
dan dapat diterima oleh pemberi tugas.

3.4 Pengurusan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)


Pembangunan suatu bangunan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi
persyaratan, persyaratan yang paling penting adalah Izin Mendirikan Bangunan.
Nomor IMB biasanya terdapat pada papan proyek. Adapun nomor IMB pada
proyek pembangunan fisik konstruksi gedung kantor honda yaitu
651.17/0030/IMB/XII/2018/DPMPTSP.

Gambar 3.1 Papan Proyek


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019

3.5 Material yang Digunakan


Material yang digunakan pada proyek pembangunan gedung kantor Honda
ini adalah:
1. Semen
Semen yang digunakan pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora
adalah semen dari PT. SCG. Semen ini digunakan untuk adukan pemasangan pile
cap, pemasangan tie beam.

Gambar 3.2 Semen SCG


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
2. Agregat

Gambar 3.3 Agregat Halus


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Agregat yang digunakan pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta
Motora adalah dari ...... pasir yang digunakan terbagi menjadi dua macam. Pasir
yang berwarna kecoklatan digunakan untuk urugan tanah dan pengurugan ground
water tank yang dibuat didalam tanah. Sedangkan untuk pasir yang berwarna abu
digunakan untuk bahan campuran pembuatan adukan untuk pembuatan tie beam,
pembuatan pile cap.
3. Pasangan Bata
Bata yang digunakan untuk pembuatan dinding pada proyek gedung PT.
Daya Adicipta Motora adalah jenis bata ringan yaitu hebel putih. Penggunaan
jenis bata ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan.
Gambar 3.4 Bata Hebel Putih
Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Bata yang digunakan untuk pasangan batas dinding sekaligus berfungsi
sebagai bekisting tie beam yaitu menggunakan batu bata pasir kapur. Penggunaan
batu bata ini pada tie beam dimaksudkan untuk memperkuat tie beam
dibandingkan dengan pasangan bekisting biasa.

Gambar 3.5 Bata Hebel Pasir-kapur


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
4. Multiplek Film

Gambar 3.6 Multiplek Film untuk Bekisting


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
5. Plester Dinding
Semen ini secara fisik berbentuk serbuk, penggunaanya cukup efisien
karena mudah dalam hal pemakaianya. Sebelum digunakan plester dicampur
dengan air, dan diaduk hingga tercampur secara merata.

Gambar 3.7 Plester Dinding


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
6. Acian Dinding

Gambar 3.8 Acian Dinding


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Acian dinding pada proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta
Motora menggunakan acian instan dari PT. Guna Bangun Jaya. Daya rekat tinggi,
mencegah retak dan menghemat biaya cat tembok karena hasil akhir sangat halus
dan sudah berwarna sehingga dapat menjadi warna dasar untuk penggunaan cat.
7. Perekat

Gambar 3.9 Perekat Lemkra


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019

Pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora digunakan lemkra


sebagai perekat tipis yang digunakan untuk campuran pada pekerjaan kedap air,
sebagai aditif adukan semen pasir dan untuk memperbaiki retakan pada
dinding/tembok.

Gambar 3.10 Perekat Leibel


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Pada pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora digunakan perekat
dinding bata ringan menggunakan perekat jenis leibel. Dengan menggunakan
leibel ini maka dinding bata akan memiliki daya rekat tinggi, adukan lebih tipis,
hasil pekerjaan lebih rata dan lebih rapi.

Gambar 3.11 Perekat


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Perekat jenis ini digunakan untuk perekat keramik, granit, pada
pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora. Perekat ini di produksi oleh PT.
Bangun Jaya.
8. Beton Ready Mix
Beton readymix  adalah bagian dari kontruksi  yang dibuat dari campuran
beberapa material mutu, karena untuk readymix concrete ini dibuat dengan mesin
produksi khusus atau batching plant yang sudah teruji untuk campuran dan bahan
bahan bakunya juga sudah berstandar nasional indonesia (SNI). Beton ready mix
yag digunakan pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora adalah mutu beton
K-350 dan dikirim langsung oleh PT. Adhi Mix Bandung.

Gambar 3.12 Beton Ready Mix


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
9. Kawat Bendrat

Gambar 3.12 Kawat Bendrat


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019
Kawat Bendrat digunakan untuk mengikat tulangan pada pekerjaan
perakitan kolom, balok, pile cap, selain itu digunakan sebagai pengikat beton
decking pada tulangan.
10. Baja Tulangan
Baja tulangan adalah baja yang digunakan untuk keperluan penulangan
dalam pekerjaan kolom, balok, pelat, sloof dan pilecap. Sifat teknis yang dimiliki
baja tulangan adalah dapat menahan gaya tarik yang tidak dimiliki oleh beton.
Baja tulangan yang digunakan berupa batang baja lonjoran, berbentuk tulangan
ulir.
Setiap tulangan dibentuk sesuai kebutuhan, adapun pekerjaan tulangan antara lain
pemotongan, pembengkokan, dan perakitan.

Gambar 3.13 Baja Tulangan


Sumber : Dokumentasi Praktik Industri,2019

3.6 Alat-Alat yang Digunakan Pada Proyek Konstruksi


Pekerjaan konstruksi tidak dapat lepas dari bantuan alat-alat berat ataupun
ringan, karena beberapa pekerjaan tidak dapat diselesaikan oleh tangan manusia.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan proyek pembangunan gedung
kantor Honda, sebagai berikut:
1. Crawler Crane
Crawler Crane adalah alat angkat yang biasa kita jumpai dilokasi proyek
konstruksi dengan jangkauan yang panjang dan dapat mengangkat material yang
berat, Dilengkapi dengan Track Crawler (kelabang) untuk mempermudah
manuver di area yang sangat sulit/kasar misalnya tanah yang berlumpur.
Crawler Crane umumnya menggunakan boom lattice/kisi yang dapat
dibongkar pasang sesuai kebutuhan dan untuk keperluan mobilisasi alat ke lokasi
proyek. Crawler crane dilengkapi dengan counterweight untuk menjaga
kestabilan dari beban angkat, selain itu Track crawler crane juga menambah
kestabilan tambahan yang memungkinkan crawler crane bergerak tanpa
menggunakan outriggers. Kelemahannya adalah crawler crane membutuhkan
biaya yang lebih besar untuk mobilisasi dikarenakan bentuknya yang besar dan
berat.
Gambar 3.14 Crawler Crane
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
2. Truck Mixer
Truk molen biasanya juga disebut dengan truck mixer. Truk mixer adalah
alat pengangkut beton dari batching plant ke lokasi proyek yang lengkap dengan
alat pencampur berupa pisau di dalam drum. Truk mixer berperan penting dalam
transportasi beton dari batching plant sampai ke hopper concrete pump di proyek.
Drum tempat pencampuran dengan pisau putar berbentuk bintang
merupakan alat campur paling efisien dalam segi keseragaman beton yang
dihasilkan, control kualitas yang dilakukan di area proyek tidak sebaik control
kualitas yang dilakukan di pusat pencampuran batching plant, karena itu
sebaiknya setelah truk molen sampai di area proyek tidak dilakukan penambahan
apapun ke dalam campuran beton siap pakai yang ada dalam mixer.

Gambar 3.15 Truck Mixer


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
3. Backhoe
Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan,
atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian,
tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan
pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material
keras. Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang
rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.

Gambar 3.16 Backhoe


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
4. Dump Truck
Dump truck merupakan alat transportasi yang digunakan untuk
memindahkan material ke lokasi tertentu. Pada pekerjaan ini dump truck
digunakan untuk membuang material tanah dari lokasi proyek ke lokasi
pembuangan. Dump truck yang digunakan memiliki kapasitas bak 6m3.

Gambar 3.17 Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
5. Tower Crane
Tower crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang
memiliki mekanisme gerakan yang cukup lengkap, yakni: kemampuan
mengangkat muatan (lifting) menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas
bila diperlukan dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan  (slewing  dan 
travelling).
Operasi kerja yang identik dan muatan yang seragam yang diangkutnya,
memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara otomatis. Bukan hanya untuk
memindahkan, melainkan juga untuk proses bongkar muatan.

Gambar 3.18 Tower Crane


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
6. Bored Pile
Pondasi yang digunakan dalam pembangunan gedung kantor Honda ialah
Pondasi bored pile. Pondasi bored pile adalah pondasi dalam yang berfungsi
meneruskan beban bangunan kedalam lapisan tanah keras yang bila lapisan tanah
dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan jika hanya
menggunakan pondasi dangkal, sehingga diperlukan daya dukung tambahan.
Pondasi Bored pile ini seperti pondasi tiang pancang atau pancang precast,
perbedaanya ada pada teknik pembuatanya, dimana tiang pancang precast dicetak
sebelumnya sebelum dipasang, sedangkan pengerjaan bored pile dimulai dengan
pengeboran tanah terlebih dahulu sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan besi yang kemudian
melaksanakan pengecoran ditempat.
Gambar 3.19 Bored Pile
Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
7. Theodolite Digital
Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Pada alat ini dilengkapi teleskop
untuk melihat titik tinjau atau target. Theodolite dapat diputar secara horizontal
maupun vertikal, dilengkapi dengan kaki 3 (tripod) untuk dapat berdiri dengan
stabil.
Dalam pekerjaan pembangunan Gedung Perkantoran, theodolite berfungsi
untuk menentukan dan memastikan bahwa sumbu kolom sudah pada titik yang
tepat.

Gambar 3.20 Theodolite Digital


Sumber: Dokumentasi Praktik Industri, 2019
3.7 Metode Pelaksanaan Pengujian Pada Konstruksi
Pada proyek pembangunan ini pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan
dengan beberapa tahapan seperti berikut.
3.7.1 Metode Pengujian Slump Test
Uji slump adalah pengujian yang dilakukan terhadap beton segar untuk
mengetahui tingkat kelecakan pada campuran beton tersebut. Dari pengujian ini
akan diketahui apakah kebutuhan air pada campuran beton sudah cukup, atau
masih kurang bahkan lebih.
Pada pembangunan kantor pusat PT. Daya Adicipta Motora, beton segar
didatangkan dari PT.Adhimix. Beton dibawa menggunakan truct mixer. Dalam
setiap 1 truck mixer diambil 3 buah sampel berbentuk silinder untuk dilakukan
pengujian slump. Berdasarkan pengamatan nilai slump yang penulis lakukan
untuk pengecoran plat lantai, diperoleh nilai slump sebesar 13 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai slump yang diperoleh sesuai dengan rencana kerja
dan syarat (RKS) yaitu sebesar 12±2 cm.

Gambar 3.21 Pengujian Slump Test


Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019

Gambar 3.22 Sampel Pengujian Slump Test


Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019
Langkah-langkah Slump Test adalah:
1. Siapkan kerucut abrams, batang pengaduk, sendok semen dan alas
multipleks.
2. Kerucut abrams dibersihkan dan diletakan pada tempat yang permukannya
datar dengan muka yang lebih besar menempel pada las.
3. Ambil sampel adukan beton sebelum dilakukan pengecoran.
4. Masukan adukan beton kedalam keurcut abrams setinggi sepertiga tinggi
kerucut, kemudian adukan yang ada di dalam kerucut tersebut ditusuk-tusuk
sebanyak kurang lebih 25 tusukan dengan besi berdiameter 16 mm, dan
panjang 50 cm. Pengujian dilakukan dengan cara yang sama untuk dua
lapisan berikutnya sampai seluruh tinggi kerucut berisi adukan semua.
5. Bagian atas setelah terisi adukan beton semuanya kemudian diratakan dan
dibiarkan selama 30 detik.
6. Selanjutnya kerucut diangkat tegak lurus ke atas secara perlahan dan
penurunan puncak kerucut dari adukan beton itu disebut nilai slump.
7. Ukurlah hasil slump tersebut dan hitung dengan aturan slump 12 ± 2.
3.7.2 Metode Pengujian Statik Aksial Tekan
Pengujian aksial tiang adalah pengujian tiang pondasi tunggal untuk
mengukur penurunan tiang yang diberi pembebanan secara aksial sesuai
dengan beban rencana. Pengujian akan dilakukan dengan beban maksimum 130
Ton x 200% untuk tiang diameter 600 mm dan 240 Ton untuk tiang diameter
1000 mm. Skema uji pembebanan kami sajikan pada gambar 1a. Pembebanan
pada tiang akan dilakukan dengan metode kentledge berdasarkan standar
ASTM D1143-07, “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static
Axial Compressive Load”. Pengujian aksial dengan metode kentledge dilakukan
dengan memberikan beban diatas kepala tiang berupa beban benda mati seperti
balok beton yang dapat memenuhi kebutuhan beban yang dibutuhkan.
Gambar 3.23 Schematic for Kentledge Method
Sumber : Metode Kerja Pengujian Statik Aksial Tekan (Metode Kentledge)
Proyek Kantor Dan Pusat Pelatihan PT. Dam Cibeureum Bandung,2019

Gambar 3.24 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan


Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019

Gambar 3.25 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan


Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019
Gambar 3.26 Proses Pengujian Statik Aksial Tekan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok Praktik Industri, 2019
Untuk peralatan pengujian yang digunakan meliputi;
1. Hydraulic jack, hydraulic jack yang digunakan harus memiliki kapasitas
minimal sama atau lebih besar dari beban uji yang direncanakan.
2. Hydraulic pump, menjadi satu kesatuan dengan hydraulic jack.
3. Main beam dan secondary beam, balok baja yang didesain dan memiliki
kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan beban dan mentransfer
beban tersebut ke tiang uji.
4. Reference beam, harus memiliki kekakuan yang cukup agar tidak bergerak
saat pengujian. Letak kakian untuk balok refrensi haruslah memliki jarak
minimal 1.5 m dari area terluar susunan pengujian agar tidak terganggu.
5. Load cell, instrumen load cell digunakan untuk mengukur beban aktual
yang diterima oleh tiang uji secara akurat. Load cell sebaiknya digunakan
apabila beban uji melebihi 100 ton.
6. Preassure gauge (manometer), digunakan untuk mengontrol tekanan oli
yang diberikan oleh hydraulic pump pada hydraulic jack dan juga untuk
menghitung korelasi beban yang diberikan kepada tiang.
7. Dial gauge, dipasang secara horizontal dan digunakan untuk mengukur
besarnya penurunan tiang yang terjadi pada tiang saat diberi tekanan.
Umumnya digunakan empat buah dial untuk mengukur penurunan dan 2
buah dial untuk mengukur pergerakan horizontal.
8. Steel plate, digunakan sebagai tatakan di atas kepala tiang agar tekanan
dari hydraulic jack dapat terbagi merata di permukaan tiang. Tebal pelat
yang digunakan minimal 1 inci (25 mm).
Adapun langkah-langkah dalam persiapan pengujian yaitu :
1. Mempersiapkan lahan dan tiang uji serta metode pembebanan yang
digunakan.
2. Tiang uji harus memiliki permukaan yang rata dan sekeliling tiang harus di
gali sedalam kurang lebih 30 cm – 50 cm untuk meletakan dial gauges.
3. Jika digunakan metode kentledge maka dipersiapkan beban penahan yang
akan digunakan. Bila digunakan beban benda mati (blok beton) maka
beban harus dipersiapakan sebesar 10% lebih besar dari beban uji
maksimum. Dan diperhatikan pada saat proses penyusunan beban agar
kaki penahan beban harus kuat dan stabil.
4. Susun semua instrument pengujian dengan baik dan haruslah rata dan
sejajar sumbu tiang uji seperti contoh pada Gambar 2.
5. Untuk mengantisipasi terjadinya hujan, baiknya area pengujian di tutup
agarpengujian dapat dilakukan tanpa terganggu.
6. Dipastikan tidak ada pekerjaan lain di area pengujian dan sekitarnya yang
dapat mengganggu keakuratan pengukuran instrumen.
7. Setelah semua peralatan disusun dengan baik maka pengujian siap
dilakukan.
8. Jika load cell digunakan sebagai pengukur beban maka load cell harus
dalam keadaan bebas (tidak tertekan) sebelum dilakukan pengujian.
9. Sebelum pengujian dimulai, dilakukan pengetesan pada alat uji (dial
gauges) dengan memberikan beban kurang lebih sebesar 5% dari beban uji
untuk melihat apakah dial gauges yang dipasang berfungsi dengan baik
dan deviasi antar dial gauge tidak terlalu besar.
10. Setelah dial gauges berfungsi dengan baik maka pengujian siap dilakukan.
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dilakukan dengan menggunakan metode pembebanan
siklik dimana pembebanan dan pembacaan dial gauges dilakukan berdasarkan
urutan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Prosedur Pembebanan dan Pembacaan Dial

Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum


Bandung, 2019
Setiap pembebanan dan pembacaan dial gauges dicatat pada form
pembacaan yang ada dan dilengkapi dengan tanggal serta waktu actual saat
pembacaan dilakukan. Bila digunakan load cell maka hasil pembacaan beban
aktual load cell dicatat pula pada form yang sama maupun terpisah. Setelah
pembacaan selesai maka baik penguji, pengawas, kontraktor, dan owner
menandatangani form pencatatan hasil pengujian tersebut.
Batasan-batasan pengujian
Suatu pengujian terpaksa dihentikan apabila terjadi hal – hal berikut:
1. Terjadi kerusakan pada tiang yang dapat menyebabkan pembacaan menjadi
tidak akurat. Kerusakan yang dimaksud seperti retak keliling pada tiang
yang mengenai area dimana dial gauges di tempatkan yang dapat
menyebabkan ketidak akuratan dalam pembacaan.
2. Kegagalan pada struktur penahan ataupun beam yang yang digunakan
sehingga tidak lagi mampu menahan beban uji yang diberikan serta bila
struktur tidak stabil dan membahayakan.
3. Terjadinya penurunan yang melebihi batas ijin yaitu sebesar 25 mm untuk
tiang < 800 mm dan 4% x D untuk tiang > 800 mm atau batasan lain yang
diberikan oleh konsultan perencana. Jika batasan ini terlewati dapat
dilakukan pengujian ulang dengan metode quick load test dengan urutan
pembebanan sebagai berikut.
4. Terjadinya force majeure.

Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum


Bandung, 2019
Hasil pengujian

3.7.3 Metode Pengujian Statik Aksial Tarik


Pengujian tarik tiang adalah pengujian tiang pondasi tunggal untuk
mengukur pergerakan tiang yang diberi pembebanan secara aksial sesuai
dengan beban rencana. Pengujian akan dilakukan dengan beban maksimum 60
Ton x 200% untuk tiang diameter 600 mm dan 100 Ton untuk tiang diameter
1000 mm. Skema uji pembebanan kami sajikan pada gambar 2.4 Pembebanan
pada tiang akan dilakukan dengan metode reaction berdasarkan standar ASTM
D3689-07, “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial
Tensile Load”.
Gambar 3.27 Schematic for Tensile Load Test (ASTM D3689-07)
Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum
Bandung, 2019

Gambar 3.28 Tensile Load Test dengan Support Tiang


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
Untuk peralatan pengujian yang digunakan meliputi;
1. Hydraulic jack, hydraulic jack yang digunakan harus memiliki kapasitas
minimal sama atau lebih besar dari beban uji yang direncanakan.
2. Hydraulic pump, menjadi satu kesatuan dengan hydraulic jack.
3. Main beam dan secondary beam, balok baja yang didesain dan memiliki
kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan beban dan mentransfer
beban tersebut ke tiang uji.
4. Reference beam, harus memiliki kekakuan yang cukup agar tidak bergerak
saat pengujian. Letak kakian untuk balok refrensi haruslah memliki jarak
minimal 1.5 m dari area terluar susunan pengujian agar tidak terganggu.
5. Load cell, instrumen load cell digunakan untuk mengukur beban aktual yang
diterima oleh tiang uji secara akurat. Load cell sebaiknya digunakan apabila
beban uji melebihi 100 ton.
6. Preassure gauge (manometer), digunakan untuk mengontrol tekanan oli
yang diberikan oleh hydraulic pump pada hydraulic jack dan juga untuk
menghitung korelasi beban yang diberikan kepada tiang.
7. Dial gauge, dipasang secara horizontal dan digunakan untuk mengukur
besarnya penurunan tiang yang terjadi pada tiang saat diberi tekanan.
Umumnya digunakan empat buah dial untuk mengukur penurunan dan 2
buah dial untuk mengukur pergerakan horizontal.
8. Steel plate, digunakan sebagai tatakan di atas kepala tiang agar tekanan dari
hydraulic jack dapat terbagi merata di permukaan tiang. Tebal pelat yang
digunakan minimal 1 inci (25 mm)
Persiapan pengujian
1. Mempersiapkan lahan dan tiang uji serta metode pembebanan yang
digunakan.
2. Tiang uji harus di expose setinggi kurang lebih 80 cm, dengan 50 cm
bagian atas beton tiang harus di kupas agar tulangan utama tiang ter expose
untuk meletakan casing pengikat.
3. Untuk metode dengan support tanah dasar harus dipastikan kekuatan tanah
dasar mampu menahan tekanan akibat beban dan bila diperlukan dapat
dilakukan perkuatan terlebih dahulu.
4. Untuk metode dengan support tiang, jarak antar tiang haruslah simetris dan
antar tiang support memiliki elevasi kepala tiang yang sama.
5. Susun semua instrument pengujian dengan baik dan haruslah rata dan
sejajar sumbu tiang uji seperti contoh pada Gambar 2.
6. Untuk mengantisipasi terjadinya hujan, baiknya area pengujian di tutup
agar pengujian dapat dilakukan tanpa terganggu.
7. Dipastikan tidak ada pekerjaan lain di area pengujian dan sekitarnya yang
dapat mengganggu ke-akuratan pengukuran instrumen.
8. Setelah semua peralatan disusun dengan baik maka pengujian siap
dilakukan.
9. Jika load cell digunakan sebagai pengukur beban maka load cell harus
dalam keadaan bebas (tidak tertekan) sebelum dilakukan pengujian.
10. Sebelum pengujian dimulai, dilakukan pengetesan pada alat uji (dial
gauges) dengan memberikan beban kurang lebih sebesar 5% dari beban uji
untuk melihat apakah dial gauges yang dipasang berfungsi dengan baik
dan deviasi antar dial gauge tidak terlalu besar.
11. Setelah dial gauges berfungsi dengan baik maka pengujian siap dilakukan.
Prosedur pengujian
Setiap pembebanan dan pembacaan dial gauges dicatat pada form
pembacaan yang ada dan dilengkapi dengan tanggal serta waktu actual saat
pembacaan dilakukan. Bila digunakan load cell maka hasil pembacaan beban
aktual load cell dicatat pula pada form yang sama maupun terpisah. Setelah
pembacaan selesai maka baik penguji, pengawas, kontraktor, dan owner
menandatangani form pencatatan hasil pengujian tersebut.
Prosedur pengujian dilakukan dengan menggunakan metode pembebanan
siklik dimana pembebanan dan pembacaan dial gauges dilakukan berdasarkan
urutan sebagai berikut.
Tabel 1. Prosedur Pembebanan dan Pembacaan Dial

Sumber : Geotech Ethafama, Proyek Kantor Pusat PT. DAM Cibereum


Bandung, 2019
3.8 Metode Pelaksanaan Konstruksi
3.8.1 Pekerjaan Struktur Bawah
1. Pekerjaan Pondasi Bore Pile
Pondasi berfungsi untuk meneruskan beton dari bagian atas struktur
bangunan (Upper Structure) kelapisan tanah dibawahnya tanpa menyebabkan
keruntuhan geser dan penurunan tanah atu pondasi yang berlebihan. Pada proyek
pembangunan gedung PT. Daya Adicipta Motora mengguanakan jenis pondasi
bore pile.
Pemilihan jenis pondasi bore pile didasarkan atas beberapa hal sebagai
berikut :
a. Proyek pembangunan gedung PT. Daya Adicipta dibatasi dengan bangunan
baik di depan, kanan, belakang, dan kiri sehingga pemilihan jenis pondasi
harus yang tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan sekitarnya.
b. Gedung yang dibuat cukup tinggi yaitu 9 lantai, sehingga untuk mengurangi
kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap) dan
kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile maka digunakan
pondasi borepile.
c. Kedalaman tiang dapat divariasikan sesuai jenis tanah, hal ini karena kondisi
tanah diwilayah proyek memiliki perbedaan akibat fungsi bangunan
sebelumnya.
d. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.
e. Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan
kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.
f. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang
dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.
g. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah.
Pada dasarnya pelaksanaan bored pile pada tanah yang tidak mudah longsor
adalah:
a. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki.
Gambar 3.29 Proses Bor
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
b. Dasar lubang bor dibersihkan.

Gambar 3.30 Pembersihan lubang bor dengan cleaning bucket


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
c. Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.

Gambar 3.31 Pembersihan lubang bor dengan cleaning bucket


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
d. Lubang bor diisi atau dicor beton.

Gambar 3.32 Pengecoran


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
2. Pekerjaan pemasangan pile cap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bab atasnya. Pile cap ini bertujuan semoga lokasi kolom benar-benar
berada dititik sentra pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang
sanggup menyebabkan beban embel-embel pada pondasi. Selain itu, menyerupai
halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk
segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun
berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile
cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat
menjadi satu.

Gambar 3.33 Pemasangan Pile Cap


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
3. Pekerjaan pemasangan tie beam
Pada proyek ini, tie beam yang digunakan langsung terletak di atas tanah.
Bentuk dari tie beam adalah persegi panjang.

Gambar 3.34 Pemasangan Tie Beam


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
4. Pekerjaan Pembuatan Septictank
Septictank pada proyek gedung PT. Daya Adicipta Motora dibangun
dibawah basement. Septictank dibuat sebanyak 4 buah.

Gambar 3.35 Pemasangan Septictank


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
5. Pekerjaan Pembuatan Ground Water Tank
Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki
bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun
atau diletakkan di bawah permukaan tanah. Ground tank biasanya menggunakan
material pelat beton bertulang yang dilapisi waterproofing non-toxic (tidak
beracun) yang pada umumnya kemudian dilapisi dengan pasangan keramik
berwarna putih pada lantai maupun dindingnya sehingga tangki terlihat bersih.
3.8.2 Pekerjaan Struktur Atas

Gambar 3.36 Diagram Pekerjaan Struktur Atas


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
1. Pekerjaan Struktur Beton
1) Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton segar
yang sesuai dengan bentuk dan dimensi rencana. Bekisting umumnya terdiri atas
perancah dan cetakan beton.
a) Pekerjaan Bekisting Kolom
Bekisting kolom sangat penting dalam proses pembuatan kolom struktur
karena berpengaruh terhadap bentuk kolom. Semakin kuat dan presisi suatu
bekisting maka hasil akhir dari kolom tersebut juga akan baik. Sehingga
diperlukan suatu metode pemasangan bekisting yang baik agar hasil kolom
tersebut bisa dikatakan baik. 
Gambar 3.37 Pekerjaan Bekisting Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
b) Pekerjaan Bekisting Plat Bondek
Bondek adalah bahan galvanis yang dibentuk menyerupai “seng
gelombang” tapi bukan sebagai fungsi material penutup atap seng. Bondek adalah
material pelapis bawah cor lantai beton sebagai penganti bekisting kayu (triplek).
Bondek juga sekaligus di desain untuk mengkonversi penggunaan besaran
diameter besi dan mengkonversi ketebalan cor beton. Sistem tekuk (gelombang
plat) di desain sekaligus membantu kekuatan struktur beton cor plat lantai.

Gambar 3.38 Pekerjaan Bekisting Plat Bondek


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
c) Pekerjaan Leveling dan Cleanning
Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat
penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan
ukuran presisinya suatu bangunan,baik dari sisi letak dan posisi tanah, maupun
dari segi arsitektur bangunan. Siku tidak nya bangunan sangat yergantung dari
pekerjaan leveling,sehingga pekerjaan harus di lakukan pengontolan kembali.
Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekrjaan
yang di gunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu
bangunan pada tanah lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana
bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis² lurus yang
menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang di peroleh dengan
menghubungkan titik² hasil pengukuran.
2) Pekerjaan Besi Tulangan
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan
ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah
metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga
pemasangan tulangan.
a) Pekerjaan Besi Tulangan Kolom
Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
(a)   Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.
(b)  Langkah awal ialah pemasangan tulangan utama, lalu pemasangan
sengkang.
(c) Sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu perhatikan jarak antar
sengkang yang akan di buat.
(d)  Setiap pertemuan antara tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat
dengan sistem silang.
Gambar 3.39 Pekerjaan Besi Tulangan Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
b) Pekerjaan Shear Connector
Penghubung geser (shear connector) memberikan pengaruh terhadap
elemen balok baja, dalam menahan gaya geser yang terjadi antara balok baja dan
pelat beton. Balok baja dan pelat beton yang tidak dihubungkan dengan
penghubung geser memiliki tegangan yang lebih besar karena elemen profil dan
plat belum menyatu sehingga tegangan yang dihasilkan masih bersifat sendiri-
sendiri. Dari setiap variasi diambil nilai tengah dari hasil output tegangan
sehingga didapat diameter 19x100 sebagai stud yang ekonomis untuk variasi
diameter dengan jarak 125 mm dan untuk variasi panjang stud dengan diameter
16x75 sebagai stud yang ekonomis

Gambar 3.40 Pekerjaan Shear Connector pada Bondek


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
c) Pekerjaan Besi Tulangan Plat Lantai
Pemasangan besi plat lantai seluruhnya dipasang diatas besi balok.
Batasan spasi tulangan menurut Pasal 7.6 SNI-2847-2002, jarak bersih antara
tulangan sejajar dalam lais yang ridak boleh kurang dari 25 mm.

Gambar 3.41 Pekerjaan Besi Tulangan Lantai


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019

3) Pekerjaan Cor Beton


a) Pekerjaan Cor Beton Kolom
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, yaitu agar bangunan tidak
mudah roboh. Dalam pembuatan kolom, salah satu proses yang dilakukan adalah
pekerjaan pengecoran kolom.
Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar ke
area bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan
pengecoran tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang
sudah siap. Pekerjaan pengecekan ini dilakukan oleh seorang QC (Quality
Control). Setelahnya menentukan volume area siap cor. Penentuan batas stop cor
atau volume cor dilihat dari kondisi bekisting di lapangan.
Selanjutnya dilakukan pembersihan area yang akan dicor menggunakan
mesin air compressor. Selain itu, dilakukan juga pengujian test slump yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kelecakan suatu beton segar atau beton baru.
Setelah semuanya dilakukan, barulah masuk ke proses penuangan beton segar ke
dalam area siap cor dan kemudian dipadatkan dengan mesin vibrator.
Sebagai infromasi, proses pekerjaan pengecoran kolom ini memerlukan
waktu 4 sampai 7 hari hingga beton tersebut dapat menahan beban, baik dari
massa diri maupun dari luar, maka pekerjaan dapat dilanjutkan dengan proses
pembongkaran bekisting.

Gambar 3.42 Pekerjaan Cor Beton Kolom


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
b) Pekerjaan Cor Beton Lantai
Adapun proses pengecoran pelat sebagai contoh pengamatan yaitu adalah
sebagai berikut :
1.   Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi
pihak beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume
yang dibutuhkan di lapangan.
2.   Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor sampai benar – benar bersih
3.   Truck Mixer tiba di proyek, lalu memberikan laporan ke satpam.
Kemudian petugas dari PT. Adhimix Precast menyerahkan bon
penyerahan barang yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, waktu
selesai, volume.
4. Dilakukannya pengujian slump test. Hal ini menunjukkan agar nilai
slump yang diperoleh sesuai dengan rencana kerja dan syarat (RKS)
yaitu sebesar 12±2 cm.
5. Lalu pengecoran dimulai, pastikan semua sisi pelat lantai terisi semua,
permukaan pelat lantai diratakan dengan menggunakan balok kayu.

Gambar 3.43 Pekerjaan Cor Beton Lantai


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
c) Pekerjaan Curring Beton
Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan
untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai
tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing
beton selesai dan waktu total setting tercapai
Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah :
memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau
pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang
diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang
berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau
tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton
mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang
terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi
tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang
diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam
campuran beton
2. Pekerjaan Struktur Baja
1) Pekerjaan Fabrikasi
Fabrikasi tulangan kolom dikerjkan pada los pekerjaan pembesian.
Pemasangan tulangan dilakukan dengan tower crane untuk mengangkat tulangan
yang telah dirangkai. Dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam pemasangan
dan penyambungan pada kolom agar kolom tersebut benar-benar tegak lurus
seperti kolom-kolom yang berada dilantai bawahnya.
a) Pekerjaan Kolom Baja

Gambar 3.44 Pemasangan Kolom Baja


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
b) Pekerjaan Balok Baja
Gambar 3.45 Pemasangan Balok Baja
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
2) Pekerjaan Ereksi
a) Pasangan Pelat Sambungan Baut dan Angkur Baut

b) Pasangan Kolom dan Balok Baja


Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting dari proses
ereksi. Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar
ditempatkan di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom
tunggal harus sesuai dengan pola lubang baut di base plat

Gambar 3.46 Pemasangan Kolom Baja


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
c) Pekerjaan Cat Baja

Anda mungkin juga menyukai