Oleh
NIM 1915124002
BAB I
PENDAHULUAN
Di era new normal seperti sekarang ini banyak gedung dan infrastruktur lain
sedang gencar-gencarnya dibangun, khususnya di Bali. Hal ini tentunya
memudahkan mahasiswa Politeknik Negeri Bali Jurusan Teknik Sipil untuk
menentukan proyek yang akan dijadikan sebagai tempat Magang Industri (MI).
Dari banyaknya proyek tersebut, penulis memilih proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group yang berlokasi di Jalan Bypass Ngurah Rai,
Sidakarya, Denpasar Selatan sebagai tempat Magang Industri (MI). Penulis
memilih proyek ini dikarenakan waktu pelaksanaan pekerjaannya yang tergolong
lama yakni selama 540 hari kalender. Dengan harapan, penulis dapat memiliki
waktu yang lebih banyak untuk mempelajari dan memahami setiap item
pekerjaannya. Disamping itu, PT. Tunas Jaya Sanur merupakan salah satu
2
perusahaan jasa konstruksi terbesar di Bali, sehingga penulis berharap hal ini akan
membuka peluang untuk nantinya penulis dapat bekerja di PT. Tunas Jaya Sanur.
Proyek dengan nilai Rp32.757.700.000,00 ini difungsikan sebagai kantor
bersama yang memiliki 2 bagian gedung yakni, tower A sebagai kantor yang
terdiri dari 4 lantai dan tower B sebagai cafetaria yang terdiri dari 2 lantai dengan
masing-masing tower memiliki lantai basement yang difungsikan sebagai tempat
parkir. Untuk pembangunan gedung ini sendiri dikerjakan langsung oleh
kontraktor PT. Tunas Jaya Sanur selaku owner. Proyek ini mulai dikerjakan pada
tanggal 1 Maret 2022 dengan jam kerja per harinya selama 9 jam yang dimulai
dari pukul 08.00 – 17.00 WITA. Dalam kegiatan Magang Industri (MI) di proyek
ini, penulis ditugaskan sebagai asisten Quantity Surveyor (QS) yang bertugas
untuk menghitung kebutuhan material dan menghitung progres realisasi mingguan
untuk selanjutnya dibuatkan weekly report.
Tujuan proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menyediakan fasilitas yang menunjang proses bekerja seluruh
karyawan dan staff PT. Tunas Jaya Sanur Group.
b. Untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antar perusahaan yang
tergabung dalam PT. Tunas Jaya Sanur Group.
Manfaat proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas
kerja PT. Tunas Jaya Sanur Group.
b. Untuk meningkatkan kualitas manajemen baik dari segi penanganan
informasi maupun aktivitas perekonomian.
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
6. Pekerjaan Atap Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Baja
F. Pekerjaan Arsitektur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
e. Pekerjaan Sanitary
f. Pekerjaan Lain-Lain
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Kap dan Plafond
d. Pekerjaan Atap Drop Off
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Atap Café
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
7
c. Pekerjaan Beton
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A dan Slab Tower B
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Lantai 4 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
B. Pekerjaan Arsitektur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
9
Peta lokasi proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group dapat dilihat pada gambar berikut.
10
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group
Lokasi detail proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group dapat dilihat pada link https://bit.ly/LokasiGedungKantorPTTJSGroup.
11
BAB II
Project Director
I Km. Samudra
Project Manager
Eddy Slamet, ST
Site Manager
I Gede Oka Suwitra
Mandor
diteruskan ke pondasi. Selain itu balok juga berfungsi untuk mengikat antar kolom
agar kuat dari gaya horizontal.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
menggunakan 2 jenis balok, yaitu balok konvensional dan balok precast. Balok
konvensional adalah balok yang seluruh pekerjaannya mulai dari pekerjaan
pembesian, pekerjaan pemasangan bekisting, hingga pekerjaan beton dilakukan
atau dikerjakan secara langsung di lokasi konstruksi. Sedangakan balok precast
atau balok pracetak adalah balok yang seluruh atau sebagian besar dikerjakan di
tempat lain yang khusus dirancang untuk produksi elemen struktur pracetak (pre-
fabricated).
Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group,
pabrikasi balok precast dilakukan langsung di lapangan berdekatan dengan
gedung yang sedang dikerjakan sehingga memudahkan dalam pemindahan balok
precast dari tempat pabrikasi ke area konstruksi dengan bantuan tower crane.
Adapun tower crane yang digunakan memiliki tinggi 35 m dari lantai basement
dengan panjang lengan 60 m. Ketinggian dan panjang lengan tersebut disesuaikan
dengan tinggi bangunan dan luas area konstruksi yang harus dijangkau.
Untuk perhitungan pembesian pada balok konvensional dan balok precast
memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan untuk balok precast dibuat atau
dipabrikasi sesuai dengan bentang balok pada gambar kerja dengan tulangan
utama yang memiliki overstek di bagian ujung serta bagian kanan dan kirinya
untuk balok induk. Overstek ini berfungsi untuk menyambung balok precast
dengan kolom atau dengan balok lainnya yang dikaitkan dengan tulangan spiral.
Sedangkan untuk balok konvensional memiliki pembesian tulangan utama yang
berlanjut antara balok yang satu dengan yang lain, sehingga secara otomatis balok
sudah tersambung dengan kolom dan balok yang lainnya.
Perhitungan pembesian balok dilakukan dengan mengacu pada gambar
denah balok dan detail balok. Tipe balok yang dihitung adalah balok BP1 precast
dan konvensional, balok B3 precast dan konvensional, balok B4 konvensional,
balok B1 konvensional, balok BD konvensional, balok B7 konvensional, balok B9
konvensional, dan balok B5 konvensional. Adapun spesifikasi dari balok tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
14
adalah diameter besi tulangan yaitu 0,019 m (besi D19). Berikut adalah contoh
perhitungan pembesian salah satu balok precast dan konvensional, untuk
perhitungan keseluruhan jenis balok dapat dilihat pada lampiran.
Tulangan Sengkang
Panjang 1 sengkang = 2 x ( 0.15 + 0.45 ) + ( 2 x 5d )
= 1.28 m
Jumlah sengkang tumpuan = 1/4l : 0.075
= 19 buah
Panjang total sengkang tumpuan = 1.28 x 19 x 2
= 48.64 m
Jumlah sengkang lapangan = 1/2l : 0.15
= 19 buah
Panjang total sengkang lapangan = 1.28 x 19
= 24.32 m
Panjang total = 72.96 m
Berat jenis = 0.3946
Berat sengkang = 28.79 kg
Tulangan Ikat
Panjang 1 tulangan ikat = 5.2 + ( 2 x 0.25 )
= 5.7 m
Panjang total tulangan ikat = 5.7 x 2
= 11.4 m
Berat jenis = 0.6165
Berat tulangan ikat = 11.4 x 0.617
= 7.0281 kg
Total berat tulangan 1 balok = 211.64 kg
18
Panjang Stek
2 stek di 1 sisi = 0.2 - 0.025 + ( 2 x 0.3 )
= 0.775 x 6
= 4.65 m
= 10.349 kg
2 stek di 2 sisi = 0.2 - 0.05 + ( 4 x 0.3 )
= 1.35 x 6
= 8.1 m
= 18.027 kg
Gambar 2.5 Baja tulangan yang telah dipindahkan dengan tower crane
Sumber: Dokumen pribadi
c. Seluruh besi yang telah dipindahkan ke tempat masing-masing kemudian
disatukan antar tulangannya dengan menggunakan kawat dan gem. Dapat
dilihat pada gambar berikut, sedang dilakukan pekerjaan perakitan tulangan
balok konvensional lantai 2.
Gambar 2.7 Posisi sengkang yang benar pada pembesian balok precast
Sumber: Dokumen pribadi
Gambar 2.9 Posisi sengkang yang benar pada pembesian balok konvensional
Sumber: Dokumen pribadi
B. Pengelolaan Material
dari total kebutuhan besi. Untuk 20% sisanya digunakan sebagai pertimbangan,
jika pekerjaan di lapangan dapat terselesaikan dengan jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan yang telah dihitung maka besi sebanyak 20% tersebut tidak
akan didistribusikan ke lapangan. Namun jika ternyata jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi tersebut tidak mencukupi untuk menyelesaikan
pekerjaan di lapangan, barulah sisa 20% tersebut dikeluarkan.
Dalam pelaksanaannya, jika terdapat kelebihan atau sisa besi maka akan
dikembalikan ke gudang material pusat untuk didata dan di-input menjadi stok
yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya. Adapun material yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian balok adalah:
a. Besi D19
b. Besi D16
c. Besi Ø10
d. Besi Ø8
e. Besi Ø4
f. Kawat beton
Dari time schedule di atas, dapat dilihat bahwa pada minggu ke-18 yaitu
pada tanggal 28 Juni – 4 Juli seharusnya pekerjaan basement telah selesai
dikerjakan. Namun, pada progres realisasi pekerjaan pembesian balok baru
mencapai angka 89,43%. Akibatnya, pekerjaan-pekerjaan selanjutnya juga
26
dimulai tenaga kerja di-briefing terlebih dahulu terkait pembagian tugas dan
metode pelaksanaan pekerjaan pembesian balok. Namun, jika ternyata ditemukan
ketidaksesuaian antara hasil pembesian di lapangan dengan gambar kerja maka
pembesian balok tersebut harus dibongkar dan dibuat kembali sesuai dengan
pembesian yang benar.
Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pekerjaan pembesian
balok adalah:
a. 3 orang tenaga kerja bertugas melakukan pabrikasi baja tulangan mulai dari
memotong hingga membengkokkan.
b. 3-4 orang tenaga kerja seperti gambar berikut bertugas di lapangan untuk
merakit baja tulangan balok konvensional yang terdiri dari tulangan utama,
tulangan ikat, dan tulangan sengkang yang diikat dengan menggunakan
kawat.
rusak, maka alat tersebut harus dikembalikan untuk diperbaiki terlebih dahulu
tanpa adanya biaya tambahan.
Adapun perlatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian balok adalah:
a. Bar cutter
b. Bar bender
c. Meteran
d. Tower crane
e. Gem
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.
terdiri dari kayu papan, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok
(pada lantai). Bekisting konvensional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk
yang diinginkan pada kerja beton.
Bekisting konvensional memiliki keunggulan, seperti: material yang mudah
untuk dicari, harga material yang terjangkau, dan tidak memerlukan pekerja yang
ahli. Namun, terdapat beberapa kekurangan pada bekisting konvensional, seperti:
tidak awet jika digunakan berulang kali karena menggunakan material kayu,
memiliki waktu pasang dan bongkar yang relatif lama, dalam pengerjaannya
menghasilkan banyak sampah kayu dan paku, dan bentuknya yang tidak presisi.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group,
bekisting konvensional hanya digunakan pada balok yang berada di grid 5.8-A.E
dan grid 5.9-E.J yaitu pada area planter, toilet, dan sekitar lift. Sedangkan
bekisting knock down digunakan pada balok di luar dari area tersebut.
Perhitungan volume bekisting dilakukan dengan berpedoman pada gambar
kerja denah balok. Tipe balok yang dihitung adalah balok BP1 precast dan
konvensional, balok B3 precast dan konvensional, balok B4 konvensional, balok
B1 konvensional, balok BD konvensional, balok B7 konvensional, balok B9
konvensional, dan balok B5 konvensional. Spesifikasi dari balok tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7 Spesifikasi balok
BP1 B3 B4 B1 BD B7 B9 B5
Dimensi (m) 0.2 x 0.5 0.2 x 0.35 0.2 x 0.35 0.2 x 0.5 0.4 x 0.6 0.12 x 0.5 0.2 x 0.4 0.2 x 0.4
Tulangan Utama D19 D16 D16 D19 D19 Ø10 D16 D16
Tulangan Sengkang Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8
Tulangan Ikat Ø10 - - Ø10 - Ø4 Ø10 -
Berikut adalah hasil rekap dari perhitungan volume bekisting balok pada
lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4.
32
Tabel 2.8 Rekap perhitungan volume bekisting balok lantai 1 (ground floor)
Bentang Bekisting
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m2)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 21 98.28
2 Balok B3 Bentang 2.35 m 0.2 x 0.35 2.35 10 14.10
3 Balok B3 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.35 5.2 30 93.60
4 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 5 8.55
5 Balok B4 Bentang 2.05 m 0.2 x 0.35 2.05 4 4.92
6 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 2.61
7 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 0.89
8 Balok B4 Bentang 1.5 m 0.2 x 0.35 1.5 8 7.20
9 Balok B4 Bentang 1.975 m 0.2 x 0.35 1.975 2 2.37
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 4 7.56
11 Balok B4 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 11 16.83
12 Balok B4 Bentang 1.66 m 0.2 x 0.35 1.66 1 1.00
13 Balok B3 Bentang 5.6 m 0.2 x 0.35 5.6 4 13.44
14 Balok B3 Bentang 4.35 m 0.2 x 0.35 4.35 4 10.44
15 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 19 64.98
16 Balok B3 Bentang 5.8 m 0.2 x 0.35 5.8 4 13.92
17 Balok B3 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 4 6.84
18 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 3.07
19 Balok B3 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.35 2.25 1 1.35
20 Balok B3 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.35 2.4 1 1.44
21 Balok B3 Bentang 1.65 m 0.2 x 0.35 1.65 1 0.99
22 Balok B3 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.35 3.545 2 4.25
23 Balok B3 Bentang 3.6 m 0.2 x 0.35 3.6 2 4.32
24 Balok B3 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 2 3.78
25 Balok B3 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 2 3.06
26 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 2 15.39
27 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 37 189.81
28 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 2 5.13
29 Balok B1 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.5 2.25 2 4.05
30 Balok B1 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.5 2.4 2 4.32
31 Balok B1 Bentang 6.1 m 0.2 x 0.5 6.1 1 5.49
32 Balok B1 Bentang 7.15 m 0.2 x 0.5 7.15 2 12.87
33 Balok B1 Bentang 22.8 m 0.2 x 0.5 22.8 1 20.52
34 Balok B1 Bentang 9.67 m 0.2 x 0.5 9.67 1 8.70
35 Balok B1 Bentang 6.05 m 0.2 x 0.5 6.05 3 16.34
36 Balok B1 Bentang 3.725 m 0.2 x 0.5 3.725 1 3.35
37 Balok B1 Bentang 7.145 m 0.2 x 0.5 7.145 1 6.43
38 Balok B1 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.5 3.545 1 3.19
39 Balok BD Bentang 5.7 m 0.4 x 0.6 5.7 5 37.05
40 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 10.26
41 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 2.42
42 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.53
43 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 4.13
44 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
45 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
TOTAL 747.74
B. Pengelolaan Material
Untuk bekisting konvensional yang menggunakan material plywood,
kebutuhan plywood dihitung terlebih dahulu sebelum dilakukan order material.
Dari keseluruhan volume plywood yang di-order, hanya 80% dari keseluruhan
volume tersebut yang didatangkan ke lapangan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kelebihan material yang terlalu banyak. Sehingga, jika
80% dari volume tersebut sudah dapat meng-cover seluruh kebutuhan plywood di
lapangan maka sisa 20%-nya tidak akan didatangkan ke lapangan. Namun jika
ternyata volume 80% tersebut masih belum mencukupi kebutuhan plywood di
lapangan, barulah sisa volume 20% tersebut didatangkan ke lapangan. Jika
pekerjaan telah selesai namun tetap ada material yang tersisa, maka material
tersebut akan dikirim ke gudang material pusat untuk di-input menjadi stok
barang yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya.
Sedangkan, untuk bekisting knock down juga dilakukan pemesanan yang
sama sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan di lapangan. Namun karena
bekisting knock down ini didatangkan dari proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang
lain, maka ketersediaannya tidak dapat dipastikan. Hal ini dikarenakan proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group ini merupakan proyek
sendiri yang kontraktornya sekaligus adalah owner-nya, maka lebih diutamakan
proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain. Jadi, bekisting knock down dapat
didatangkan ke lapangan jika sudah selesai digunakan pada proyek yang lain.
Ini mengakibatkan bekisting yang datang sering kali masih dalam keadaan
yang kotor akibat sisa-sisa agregat pada saat dilakukan pengecoran, sehingga
harus dibersihkan dulu sebelum digunakan. Namun tidak jarang juga bekisting
38
yang datang dalam kondisi yang tidak baik atau rusak, sehingga harus dikirim ke
bengkel pusat terlebih dahulu untuk diperbaiki. Selain itu, bekisting yang datang
pun sering kali tidak sesuai pesanan sehingga pekerjaan pengecoran harus
dilakukan secara bertahap karena penggunaan bekisting yang dilakukan secara
bergantian.
Adapun material yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. Plywood 9 mm
b. Bekisting knock down
c. Paku
d. Spons
e. Minyak bekisting
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.
Berikut adalah tabel rekap perhitungan pekerjaan beton balok untuk lantai 1
(ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4.
43
B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dibuat
perhitungan volume beton berdasarkan jenis dan jumlah balok yang akan dicor.
Biasanya, pekerjaan pengecoran balok baik itu balok precast maupum balok
konvensional dilakukan bersamaan dengan pengecoran pelat. Namun tidak jarang
pula pengecoran hanya dilakukan untuk balok precast saja ketika pelat dan balok
konvensional belum siap untuk dicor. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis balok
apa saja yang akan dicor beserta jumlahnya.
Untuk order material yaitu beton ready mix, dilakukan penambahan
sebanyak 5% dari hasil perhitungan volume beton yang dianggap sebagai waste.
Waste ini timbul akibat adanya beton yang terjatuh saat pemindahan beton dari
concrete mixer ke concrete bucket. Selain itu, dalam proses pengecoran balok
precast sering kali beton terjatuh diluar dari bekisting balok sehingga
mengakibatkan beton terbuang.
Hal ini juga terjadi pada saat pengecoran balok konvensional yang
menggunakan concrete pump. Sering kali beton tersangkut dan mengendap di
dalam pump. Inilah mengapa sangat penting untuk menambah volume 5% dari
49
keseluruhan volume yang dihitung agar volume beton untuk pekerjaan balok
dapat terpenuhi meskipun dengan adanya waste beton.
Adapun material yang dibutuhkan dalam pekerjaan beton balok adalah
beton ready mix K300 yang di-order dari PT. Adi Jaya Beton.
Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (m3) Bobot
1 18 / 28 Juni - 4 Juli Ground 6.00 4.88%
2 19 / 5 Juli - 11 Juli Ground 15.00 12.20%
Basement 80.17 100.00%
3 20 / 12 Juli - 18 Juli
Ground 24.72 20.10%
4 21 / 19 Juli - 25 Juli Ground 37.02 30.10%
5 22 / 26 Juli - 1 Agustus Ground 49.32 40.10%
6 23 / 2 Agustus - 8 Agustus Ground 65.44 53.20%
7 24 / 9 Agustus - 15 Agustus Ground 71.59 58.20%
8 25 / 16 Agustus - 22 Agustus Ground 80.96 65.82%
9 26 / 23 Agustus - 29 Agustus Ground 93.26 75.82%
10 28 / 6 September - 12 September Ground 112.66 91.59%
11 29 / 13 September - 19 September Lantai 2 40.39 59.96%
12 33 / 11 Oktober - 17 Oktober Lantai 3 8.37 10.23%
Dari tabel rekap prestasi mingguan di atas, terlihat bahwa progres pekerjaan
beton balok lantai 1 (ground floor) mengalami peningkatan yang tergolong rendah
dari minggu ke minggu. Rata-rata peningkatan progres pekerjaan beton balok
50
hanya 9,12% setiap minggunya, sehingga pekerjaan beton balok untuk lantai 1
(ground floor) baru dapat terselesaikan di minggu ke-28. Progres pekerjaan beton
balok pada minggu ke-28 hanya sampai di 91,59% dikarenakan 8,41% dari total
keseluruhan volume pekerjaan balok lantai 1 (ground floor) berada di grid 15.16-
F.H yang merupakan lokasi tower crane didirikan. Hal ini mengakibatkan, sisa
volume 8,41% tersebut baru dapat diselesaikan jika tower crane sudah dibongkar.
Akibat dari rendahnya peningkatan progres pekerjaan beton balok adalah
terjadinya keterlambatan pada time schedule yang dapat dilihat pada gambar
berikut.
Rencana Realisasi
selesai pek. selesai pek.
beton balok beton balok
lantai 1 lantai 1
Gambar 2.14 Keterlambatan pada pekerjaan beton balok lantai 1 (ground floor)
Sumber: Time schedule
Pada time schedule di atas, terlihat bahwa pekerjaan lantai 1 (ground floor)
mengalami keterlambatan 5 minggu. Pekerjaan ini direncanakan selesai pada
minggu ke-23, namun pada kenyataannya pekerjaan baru dapat diselesaikan pada
minggu ke-28. Tidak hanya pada pekerjaan lantai 1 (ground floor) saja, melainkan
pada lantai 2 dan lantai 3 juga mengalami keterlambatan.
Pekerjaan lantai 2 direncanakan selesai pada minggu ke-28, namun pada
kenyataannya pekerjaan beton balok baru mencapai progres 59,96% pada minggu
ke-29. Sedangkan untuk pekerjaan lantai 3 direncanakan selesai pada minggu ke-
32, namun pada kenyataannya pekerjaan beton balok baru mencapai progres
10,23% pada minggu ke-23.
51
Tabel 2.18 Hasil perhitungan kebutuhan scaffolding lantai 1 (ground floor) sumbu
x
Sumbu X
Grid Bentang Jumlah Set Scaffolding U-head Jack Base Crossbrace
4 D-F 5.2 2.105 2 8 8 8
4 F-H 5.2 2.105 2 8 8 8
A H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
4 J-K 2.35 0.605 1 4 4 2
5 D-E 2.35 0.605 1 4 4 2
5 E-G 5.2 2.105 2 8 8 8
5 G-H 2.35 0.605 1 4 4 2
5 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
5 J-K 2.35 0.605 1 4 4 2
5 A-B 2.35 0.605 1 4 4 2
5 B-C 5.2 2.105 2 8 8 8
5 C-D 5.2 2.105 2 8 8 8
8 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
8 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
10A A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
10A B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
13 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
13 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
15 A1-B 5.4 2.842 2 8 8 8
15 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
16 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
16 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
5 A-L 39.5 20.789 21 84 84 106
6 A-E 16.6 8.421 8 32 32 40
6 E-F 3.3 1.105 1 4 4 2
6 G-H 2.35 0.605 1 4 4 2
6 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
6 J-K 2.365 0.613 1 4 4 2
6 K-L 5.255 2.450 2 8 8 8
7 K-K' 2.8 1.158 2 8 8 8
7 K'-M 6.645 3.182 3 12 12 14
8 C-D 1.575 0.197 1 4 4 2
8 C-D 3.525 1.224 1 4 4 2
8 D-E 2.53 1.016 2 8 8 4
8 G-K 11.14 5.863 6 24 24 32
8 E-F 3.4 1.474 1 4 4 2
9 C-D 1.575 0.513 1 4 4 2
57
B. Pengelolaan Material
Scaffolding dipesan berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan scaffolding
yang telah dilakukan. Biasanya, jumlah scaffolding yang tiba di lapangan tidak
sesuai dengan jumlah yang dipesan dikarenakan faktor ketersediaan scaffolding
itu sendiri. Oleh karena itu, pemasangan scaffolding lebih didahulukan untuk grid
yang pekerjaannya akan segera dilaksanakan.
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan bekisting balok ini sangat
penting untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.
Mortar instan yang beredar di pasaran adalah mortar utama (MU) 200 yang
biasanya digunakan untuk pekerjaan acian dan plesteran beton. Tiap-tiap merk
MU 200 memiliki daya sebar dan ketebalannya masing-masing, oleh karena itu
untuk mengetahui berapa sak MU 200 yang dibutuhkan harus dihitung terlebih
dahulu volume balok dan kolom yang akan di-scim coat. Dalam hal ini penulis
hanya ditugaskan untuk menghitung volume balok dan kolom yang akan di-scim
coat saja, untuk perhitungan jumlah MU 200 yang dibutuhkan dilakukan oleh
Quantity Surveyor (QS).
Tabel perhitungan volume balok yang akan di-scim coat pada lantai 1
(ground floor) sumbu x dapat dilihat pada tabel berikut. Sedangkan untuk
perhitungan volume pada lantai 1 (ground floor) sumbu y, lantai 2, lantai 3, dan
lantai 4 dapat dilihat di lampiran.
Tabel 2.20 Perhitungan volume scim coat balok lantai 1 (ground floor) sumbu x
Jenis Dimensi
No Jumlah Vol (m2)
Balok P L T
1 BP2 2.35 0.2 0.35 9 19.035
2 BP1 5.2 0.2 0.35 21 98.28
3 B7 2.95 0.12 0.35 1 2.419
4 B9 2.45 0.2 0.25 2 3.43
5 B6 2.7 0.15 0.2 1 1.485
6 BA1 2.35 0.3 0.45 3 8.46
7 BA 5.2 0.3 0.45 3 18.72
8 B5 5.5 0.2 0.25 1 3.85
9 B1 4.3 0.2 0.35 2 7.74
10 B4 2.6 0.2 0.2 3 4.68
11 B1A 2.55 0.2 0.35 1 2.295
12 B1A 2.45 0.2 0.35 2 4.41
13 B3 2.65 0.2 0.2 2 3.18
14 B1A 2.365 0.2 0.35 2 4.257
15 B1A 0.85 0.2 0.35 2 1.53
16 B3 5.5 0.2 0.2 1 3.3
17 B1 3.3 0.2 0.35 1 2.97
18 B1 1.4 0.2 0.35 1 1.26
19 B4 1.85 0.2 0.2 1 1.11
20 B4 1.3 0.2 0.2 1 0.78
65
Jenis Dimensi
No Jumlah Vol (m2)
Balok P L T
21 B6 3.44 0.15 0.2 1 1.892
22 B1 5.2 0.2 0.35 6 28.08
23 B4 2.66 0.2 0.2 1 1.596
24 BA 5.45 0.3 0.45 7 45.78
25 BP1 5.45 0.2 0.35 2 9.81
26 BB 5.45 0.3 0.35 2 10.9
27 B4 1.625 0.2 0.2 2 1.95
28 B1 3.225 0.2 0.35 2 5.805
29 B1 5.3 0.2 0.35 1 4.77
30 B1 5.4 0.2 0.35 13 63.18
31 B1A 2.35 0.2 0.35 3 6.345
32 B1A 2.8 0.2 0.35 1 2.52
33 B1A 2.7 0.2 0.35 1 2.43
34 B1 6.65 0.2 0.35 1 5.985
35 B1 6.95 0.2 0.35 1 6.255
36 B3 0.8 0.2 0.2 1 0.48
37 B4 6.95 0.2 0.2 1 4.17
38 B1 1.2 0.2 0.35 2 2.16
39 B1 5.35 0.2 0.35 1 4.815
40 B1A 0.95 0.2 0.35 1 0.855
41 B2 5.55 0.3 0.65 1 8.88
42 B2 5.2 0.3 0.65 3 24.96
43 B3 5.4 0.2 0.2 1 3.24
44 B1 2.7 0.2 0.35 1 2.43
45 B1 3.3 0.2 0.35 1 2.97
46 B1 5.225 0.2 0.35 1 4.7025
47 B2 5.25 0.3 0.65 4 33.6
48 B2 6.7 0.3 0.65 1 10.72
49 B5 5.4 0.2 0.25 2 7.56
50 B5 5.71 0.2 0.25 1 3.997
51 B5 5.3 0.2 0.25 1 3.71
52 B5 4.7 0.2 0.25 6 19.74
Total Vol Sumbu x 529.479
Sedangakan, untuk hasil perhitungan volume kolom yang akan di-scim coat
pada lantai basement dan lantai 1 (ground floor) dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 2.22 Perhitungan volume scim coat kolom lantai 1 (ground floor)
Adapun metode pelaksanaan pekerjaan scim coat balok dan kolom adalah
sebagai berikut.
a. Dikarenakan pada saat pekerjaan scim coat balok dan kolom dilakukan
seluruh scaffolding telah dilepas, maka sebelum pekerjaan dimulai
dilakukan pemasangan end frame scaffolding dan cross brace. Kemudian di
bagian atas end frame dibentangkan bodeman yang digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja saat melakukan pekerjaan scim coat.
b. Campurkan MU 200 dengan air sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan
berdasarkan masing-masing merk MU 200 dan aduk hingga rata.
c. Sebelum pekerjaan scim coat dilakukan, permukaan balok dan kolom yang
akan di-scim coat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debu dengan
menggunakan kuas.
d. Jika permukaan balok dan kolom telah dibersihkan, maka pekerjaan scim
coat dapat dimulai.
e. Pekerjaan scim coat dilakukan secara manual dengan menggunakan roskam
baja.
f. Ketebalan scim coat yang dianjurkan adalah 1,5 mm namun disesuaikan
kembali dengan kondisi permukaan balok dan kolom di lapangan.
B. Pengelolaan Material
Adapun material yang digunakan dalam pekerjaan scim coat balok dan
kolom adalah Mortar Utama (MU) 200. MU 200 merupakan mortar instan yang
digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air berdasarkan takaran yang
dianjurkan dari masing-masing merk MU 200. Pada proyek Pembangunan
Gedung Kantor Tunas Jaya Sanur Group jenis MU 200 yang digunakan adalah
MU 200 Skim Wall seperti gambar berikut.
MU 200 ini memiliki daya sebar 10 m2 untuk ukuran 20 kg dan 20 m2 untuk
ukuran 40 kg dengan ketebalan 1,5 mm. Oleh karena itu, untuk mengetahui
banyaknya sak MU 200 yang dibutuhkan harus dihitung terlebih dahulu volume
balok dan kolom yang akan di-scim coat. Dalam hal ini penulis hanya ditugaskan
untuk menghitung volume saja, sedangkan untuk menghitung jumlah sak MU 200
yang dibutuhkan dilakukan secara langsung oleh Quantity Surveyor (QS).
70
Rencana pek.
arsitektur
mulai Realisasi pek.
dikerjakan arsitektur
mulai
dikerjakan
tenaga kerja melakukan pencampuran MU 200 dengan air hingga pada saat
pelaksanaan pekerjaan scim coat itu dilakukan. Hal ini bertujuan agar volume air
yang dicampurkan pada MU 200 sesuai dengan anjuran sehingga mutunya tetap
terjaga. Selain itu, agar pada proses pengaplikasian MU 200 pada permukaan
balok dan kolom tidak terlalu tebal namu merata pada setiap permukaan balok dan
kolom.
f. Bodeman
Ukuran
Lokasi Jenis Keramik
(cm)
30 x 60 Dinding kamar mandi lantai basement Valentino
Lantai dan skirting store
Lantai dan skirting koridor toilet
Lantai dan skirting ruang operasional Homogenous Blunt Ivory
60 x 60
Lantai dan skirting pantry dan smoking area Valentino Gress
Lantai dan skirting menuju tangga darurat
Lantai dan skirting janitor
Lantai dan skirting toilet male dan female Homogenous Trope Beige
60 x 60
Lantai dan skirting tangga Matt Valentino Gress
40 x 40 Lantai dan skirting electrical panel room Platinum
30 x 60 Dinding kamar mandi Dexa Cream Décor
60 x 60 Lantai dan skirting foyer Marmer Grey Bandung
Selain itu juga terdapat item pekerjaan yang tidak tercantum di RAB
namun terdapat pada gambar arsitektur, salah satunya dalah toilet
disabilitas. Hal ini mengakibatkan volume pasangan keramik toilet yang
penulis hitung melebihi volume pada RAB. Untuk toilet pada lantai
basement berdasarkan pehitungan diperoleh volume 22,788 m2 sedangkan
volume pada RAB adalah 19,18 m2.
dinding yang di ukur tidak termasuk dengan kusen pintu. Untuk pengurangan
terhadap kusen jendela sebenarnya dapat dilakukan langsung dengan cara
mengurangi tinggi bersih dinding dengan tinggi kusen jendela. Namun untuk
memudahkan perhitungan mengingat terdapat spesifikasi kusen jendela yang
berbeda-beda, maka dilakukan akumulasi volume terlebih dahulu kemudian
dikurangi dengan volume kusen jendela.
Untuk menghitung volume pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan
dilakukan dengan mengalikan dua volume pekerjaan pasangan bata, dikarenakan
pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan dilakukan pada kedua sisi dinding.
Namun terdapat beberapa bagian yang tidak memungkinkan dilakukan plesteran,
acian, dan pengecatan, seperti: area dekat tangga darurat dan area dekat toilet atau
yang ditunjukkan pada gambar dengan tanda silang. Untuk bagian ini maka
volume pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan memiliki volume yang sama
dengan volume pasangan bata. Adapun hasil perhitungan volume dinding untuk
pekerjaan pasangan bata, plesteran, acian, dan pengecatan pada lantai basement
dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk hasil perhitungan pada lantai ground, lantai
2, lantai 3, dan lantai 4 dapat dilihat di lampiran.
78
Pekerjaan pasangan bata ringan dimulai pada minggu ke-33 yaitu pada
tanggal 11 Oktober 2022, namun penulis tidak melakukan pengawasan secara
langsung di lapangan terkait dengan pekerjaan pasangan bata ringan ini.
79
langsung, diperoleh panjang lembah dan gunung bondek adalah seperti gambar
berikut.
Dalam bentang bondek 1 m terdapat 3 gunung dan 3 lembah. Sehingga,
panjang permukaan 1 m bondek adalah panjang lembah dan gunung dikali 3.
Pada format excel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 kolom progres,
yaitu: last week, this week, dan until this week. Sebelum volume pekerjaan pada
minggu yang bersangkutan di-input, volume pekerjaan pada minggu sebelumnya
harus dipindahkan terlebih dahulu ke kolom last week dengan menggunakan paste
values. Selanjutnya volume masing-masing item pekerjaan pada minggu tersebut
yang telah dihitung sebelumnya di-input ke kolom until this week dengan
mengakumulasikan volume pekerjaan pada minggu tersebut dengan volume
pekerjaan pada minggu sebelumnya.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat persentase total realisasi,
rencana, dan deviasi. Persentase total realisasi adalah akumulasi progres pekerjaan
realisasi yang dapat diselesaikan, baik itu pada last week, this week, dan until this
week. Persentase realisasi pada kolom until this week adalah besarnya persentase
yang akan di-input pada time schedule untuk melihat grafik progres pekerjaan
mingguannya. Untuk persentase rencana adalah persentase yang diperoleh dari
time schedule yang merupakan rencana persentase pekerjaan yang dapat
83
a. Siapkan besi yang akan digunakan sesuai dengan diameter tulangan kolom
yang akan dikerjakan.
b. Besi tersebut selanjutnya dipotong menggunakan bar cutter dengan ukuran
panjang sesuai dengan gambar detail penulangan kolom.
c. Besi tulangan yang telah dipotong selanjutnya dibengkokkan dengan alat
bar bender.
89
B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, dilakukan perhitungan terlebih
dahulu untuk mengetahui berapa kebutuhan besi yang diperlukan. Dari hasil
perhitungan tersebut dilakukan pemesanan atau pre-order (PO) sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi. Untuk 20% sisanya digunakan sebagai pertimbangan,
jika pekerjaan di lapangan dapat terselesaikan dengan jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan yang telah dihitung maka besi sebanyak 20% tersebut tidak
akan didistribusikan ke lapangan. Namun jika ternyata jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi tersebut tidak mencukupi untuk menyelesaikan
pekerjaan di lapangan, barulah sisa 20% tersebut dikeluarkan.
Dalam pelaksanaannya, jika terdapat kelebihan atau sisa besi maka akan
dikembalikan ke gudang material pusat untuk didata dan di-input menjadi stok
yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya. Adapun material yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian kolom adalah:
a. Besi D19
b. Besi D16
c. Besi Ø8
90
d. Kawat beton
safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berfungsi
untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di lingkungan
konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan pembesian
kolom, seperti: tangan terkena mesin bar cutter dan bar bender, tangan tertusuk
kawat, tangan terjepit gem, dan terjatuhnya besi tulangan pada saat dipindahkan
dengan tower crane yang dapat mengenai kepala. Oleh karena itu, penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan pembesian kolom ini sangat penting
untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.
B. Pengelolaan Material
Untuk bekisting knock down dilakukan pemesanan yang sama sesuai dengan
hasil perhitungan kebutuhan di lapangan. Namun karena bekisting knock down ini
didatangkan dari proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain, maka ketersediaannya
tidak dapat dipastikan. Hal ini dikarenakan proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Tunas Jaya Sanur Group ini merupakan proyek milik sendiri yang
kontraktornya sekaligus adalah owner-nya, maka lebih diutamakan proyek PT.
Tunas Jaya Sanur yang lain. Jadi, bekisting knock down dapat didatangkan ke
lapangan jika sudah selesai digunakan pada proyek yang lain.
97
Ini mengakibatkan bekisting yang datang sering kali masih dalam keadaan
yang kotor akibat sisa-sisa agregat pada saat dilakukan pengecoran, sehingga
harus dibersihkan dulu sebelum digunakan. Namun tidak jarang juga bekisting
yang datang dalam kondisi yang tidak baik atau rusak, sehingga harus dikirim ke
bengkel pusat terlebih dahulu untuk diperbaiki. Selain itu, jumlah bekisting yang
datang pun sering kali tidak sesuai pesanan sehingga pekerjaan pengecoran harus
dilakukan secara bertahap karena penggunaan bekisting yang dilakukan secara
bergantian.
Adapun material yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. Spons
b. Minyak bekisting
c. Elektroda las listrik
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan bekisting kolom ini sangat
penting untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dibuat
perhitungan volume beton berdasarkan jenis dan jumlah kolom yang akan dicor.
Untuk order material yaitu beton ready mix, dilakukan penambahan sebanyak 5%
dari hasil perhitungan volume beton yang dianggap sebagai waste. Waste ini
timbul akibat adanya beton yang terjatuh saat pemindahan beton dari concrete
mixer ke concrete bucket. Selain itu, dalam proses pengecoran kolom sering kali
beton terjatuh diluar dari bekisting kolom sehingga mengakibatkan beton
terbuang. Adapun material yang dibutuhkan dalam pekerjaan beton balok adalah
beton ready mix K300 yang di-order dari PT. Adi Jaya Beton.
Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (m3) Bobot
1 27 / 30 Agustus - 5 September Ground 27.63 59.87%
2 28 / 6 September - 12 September Ground 31.69 68.68%
3 29 / 13 September - 19 September Ground 34.94 75.72%
4 33 / 11 Oktober - 17 Oktober Ground 40.40 87.56%
Dari tabel rekap prestasi mingguan di atas, terlihat bahwa pekerjaan beton
kolom lantai 1 tower A terselesaikan pada minggu ke-33. Sehingga, pekerjaan
lantai 2 tower A baru dapat dimulai di minggu ke-34. Berdasarkan time schedule
102
rencana yang dapat dilihat pada gambar berikut, pekerjaan lantai 2 tower A
seharusnya dimulai pada minggu ke-18.
f. 2 orang tenaga kerja bertugas menggunakan alat vibrator, baik itu vibrator
internal maupun vibrator external untuk mengurangi rongga yang akan
terbentuk pada balok nantinya.
F. Pengawasan terhadap Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran kolom
adalah sebagai berikut.
a. Tower crane
b. Concrete bucket
c. Vibrator internal
d. Vibrator external
e. Unting-unting
f. Meteran