Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PT. TUNAS JAYA


SANUR GROUP

Oleh

NI PUTU RIA ASILIA

NIM 1915124002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI BALI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya tingkat kemajuan teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini


diikuti dengan tingginya tingkat persaingan di dunia kerja. Di era perdagangan
bebas ini, seluruh negara berlomba-lomba untuk bersaing baik dari segi ekonomi,
sosial budaya, bahkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sehinggga, perlu
dilakukan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dari lembaga
pendidikan, guna menghasilkan lulusan yang siap bersaing dalam dunia kerja.
Politeknik Negeri Bali merupakan salah satu lembaga pendidikan vokasi yang
menerapkan metode perkuliahan dengan analisis teori di bangku perkuliahan yang
dikombinasikan dengan praktek langsung di lapangan. Hal ini diwujudkan dengan
penerapan program Magang Industri (MI) yang bertujuan agar mahasiswa
memiliki pengalaman secara langsung bagaimana tantangan yang akan dihadapi
ketika memasuki dunia kerja nantinya. Selain itu, diharapkan mahasiswa mampu
mengasah kemampuan berkomunikasi dan bersikap dengan orang lain, memupuk
etos kerja dan etika kerja, serta mengalisis masalah di lapangan berdasarkan teori
yang telah diberikan sebelumnya.

Di era new normal seperti sekarang ini banyak gedung dan infrastruktur lain
sedang gencar-gencarnya dibangun, khususnya di Bali. Hal ini tentunya
memudahkan mahasiswa Politeknik Negeri Bali Jurusan Teknik Sipil untuk
menentukan proyek yang akan dijadikan sebagai tempat Magang Industri (MI).
Dari banyaknya proyek tersebut, penulis memilih proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group yang berlokasi di Jalan Bypass Ngurah Rai,
Sidakarya, Denpasar Selatan sebagai tempat Magang Industri (MI). Penulis
memilih proyek ini dikarenakan waktu pelaksanaan pekerjaannya yang tergolong
lama yakni selama 540 hari kalender. Dengan harapan, penulis dapat memiliki
waktu yang lebih banyak untuk mempelajari dan memahami setiap item
pekerjaannya. Disamping itu, PT. Tunas Jaya Sanur merupakan salah satu
2

perusahaan jasa konstruksi terbesar di Bali, sehingga penulis berharap hal ini akan
membuka peluang untuk nantinya penulis dapat bekerja di PT. Tunas Jaya Sanur.
Proyek dengan nilai Rp32.757.700.000,00 ini difungsikan sebagai kantor
bersama yang memiliki 2 bagian gedung yakni, tower A sebagai kantor yang
terdiri dari 4 lantai dan tower B sebagai cafetaria yang terdiri dari 2 lantai dengan
masing-masing tower memiliki lantai basement yang difungsikan sebagai tempat
parkir. Untuk pembangunan gedung ini sendiri dikerjakan langsung oleh
kontraktor PT. Tunas Jaya Sanur selaku owner. Proyek ini mulai dikerjakan pada
tanggal 1 Maret 2022 dengan jam kerja per harinya selama 9 jam yang dimulai
dari pukul 08.00 – 17.00 WITA. Dalam kegiatan Magang Industri (MI) di proyek
ini, penulis ditugaskan sebagai asisten Quantity Surveyor (QS) yang bertugas
untuk menghitung kebutuhan material dan menghitung progres realisasi mingguan
untuk selanjutnya dibuatkan weekly report.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Proyek

Tujuan proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menyediakan fasilitas yang menunjang proses bekerja seluruh
karyawan dan staff PT. Tunas Jaya Sanur Group.
b. Untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antar perusahaan yang
tergabung dalam PT. Tunas Jaya Sanur Group.

1.2.2 Tujuan Magang Industri

Tujuan pelaksanaan Magang Industri (MI) di Proyek Pembangunan Gedung


Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengaplikasikan dan membandingkan ilmu yang telah di dapat di
bangku perkuliahan dengan di lapangan.
b. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang terjadi di
lapangan untuk selanjutnya dicarikan solusi dari permasalahan tersebut.
c. Untuk membantu pelaksanaan dan memberikan input atau masukan terkait
pekerjaan proyek konstruksi di lapangan.
3

1.2.3 Manfaat Proyek

Manfaat proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas
kerja PT. Tunas Jaya Sanur Group.
b. Untuk meningkatkan kualitas manajemen baik dari segi penanganan
informasi maupun aktivitas perekonomian.

1.2.4 Manfaat Magang Industri

Manfaat pelaksanaan Magang Industri (MI) di Proyek Pembangunan


Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui permasalahan yang sering terjadi di lapangan sehingga
kedepannya dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya
permasalahan yang sama.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal
ketika terjun ke dunia kerja.
c. Perusahaan dapat melihat potensi mahasiswa sehingga memperbesar
peluang untuk direkrut langsung menjadi karyawan.

1.3 Identitas Proyek


Berikut merupakan identitas proyek Pembangunan Gedung Kantor PT.
Tunas Jaya Sanur Group.
Nama Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya
Sanur Group
Luas Tanah : 6475 m2
Luas Bangunan : 8891 m2
Pemilik Proyek : PT. Tunas Jaya Sanur Group
Konsultan Perencana : Grounds Kent Arsitek Indonesia (GKAI)
Konsultan Supervisi : PT. Mitra Tri Sakti
Kontraktor : PT. Tunas Jaya Sanur
Jenis Kontrak : Lumpsum
Sumber Dana : PT. Tunas Jaya Sanur
Nilai Proyek : Rp32.757.700.000,00
4

Tanggal Kontrak : 1 Januari 2022


Waktu Pelaksanaan : 540 (Lima Ratus Empat Puluh) hari kalender
Metode Pembayaan : Termin
Lokasi : Jalan Bypass Ngurah Rai, Sidakarya

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang Lingkup Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group


merupakan proyek pembangunan kantor bersama untuk seluruh anggota
perusahaan dari PT. Tunas Jaya Group. Gedung kantor ini direncanakan memiliki
luas bangunan 8891 m2 yang dibagi menjadi 2 gedung yaitu tower A yang
difungsikan menjadi gedung kantor, dan tower B yang difungsikan menjadi
kitchen and café.
Tower A terdiri dari 5 lantai, yaitu: lantai basement yang berfungsi sebagai
tempat parkir, lantai 1 (ground floor) yang berfungsi sebagai PT. Tunas Jaya
Sanur office, lantai 2 berfungsi sebagai PT. Sanur Jaya Utama dan PT. Citra Exact
Engineering office, lantai 3 berfungsi sebagai PT. Mardika Griya Prasta, PT.
Serangan Wana View, dan PT. Tri Duta Dewata office, dan lantai 4 berfungsi
sebagai PT. Dapir Brothers office.
Sedangkan tower B terdiri dari 3 lantai, yaitu: lantai basement yang
berfungsi sebagai tempat parkir, lantai 1 (ground floor) yang berfungsi sebagai
kitchen and café, dan lantai 2 yang berfungsi sebagai kitchen and café pula namun
dilengkapi dengan roof seating. Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas
Jaya Sanur Group yang dikerjakan oleh PT. Tunas Jaya Sanur ini mencakup ruang
lingkup pekerjaan yang terdiri dari:
A. Pekerjaan Grading
1. Cutting Site
2. Urugan Tanah Bekas Galian untuk Peninggian Lantai
3. Urugan Tanah Peninggian Lantai
4. Urugan Sirtu 20 cm
B. Pekerjaan Persiapan
1. Pekerjaan Pembersihan
5

2. Pekerjaan Pemasangan Bouwplank


C. Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Menerus
2. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Pile Cap
3. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali
4. Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Pondasi dan Lantai
5. Pekerjaan Plastic Membrane
D. Pekerjaan Pondasi
1. Pekerjaan Pondasi Batu Kali
2. Pekerjaan Tiang Pancang Diameter 400 mm K500
3. Pekerjaan Potong Kepala Tiang Pancang
E. Pekerjaan Struktur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A dan Slab Tower B
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Baja
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Baja
4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Baja
5. Pekerjaan Lantai 4 Tower A
6

a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
6. Pekerjaan Atap Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Baja
F. Pekerjaan Arsitektur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
e. Pekerjaan Sanitary
f. Pekerjaan Lain-Lain
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Kap dan Plafond
d. Pekerjaan Atap Drop Off
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Atap Café
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
7

4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A


a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Atap Café
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
5. Pekerjaan Lantai 4 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Atap Café
e. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
f. Pekerjaan Sanitary
g. Pekerjaan Lain-Lain
6. Pekerjaan Atap Tower A
7. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu, dan Jendela
8. Pekerjaan MEP

1.4.2 Ruang Lingkup Magang Industri

Dalam pelaksanaan Magang Industri (MI) pada proyek Pembangunan


Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group, penulis diposisikan sebagai asisten
Quantity Surveyor (QS) yang bertugas untuk menghitung volume dan kebutuhan
material yang akan digunakan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan dan
menghitung volume pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan untuk mengetahui
progress realisasi pekerjaan setiap minggunya. Adapun lingkup pekerjaan yang
ditinjau adalah sebagai berikut:
A. Pekerjaan Struktur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
8

c. Pekerjaan Beton
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A dan Slab Tower B
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Lantai 4 Tower A
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Begesting
c. Pekerjaan Beton
B. Pekerjaan Arsitektur
1. Pekerjaan Lantai Basement
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
2. Pekerjaan Lantai 1 (Ground) Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
3. Pekerjaan Lantai 2 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
4. Pekerjaan Lantai 3 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
9

b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding


c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing
5. Pekerjaan Lantai 4 Tower A
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
c. Pekerjaan Pengecatan dan Waterproofing

1.5 Lokasi Proyek


Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
berlokasi di Jalan Baypass Ngurah Rai, Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali

1.5.1 Peta Lokasi Proyek

Peta lokasi proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group dapat dilihat pada gambar berikut.
10

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group

1.5.2 Link Peta Lokasi Proyek

Lokasi detail proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur
Group dapat dilihat pada link https://bit.ly/LokasiGedungKantorPTTJSGroup.
11

BAB II

PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI

2.1 Gambaran Umum


Magang Industri (MI) dilaksanakan pada proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group yang berlokasi di Jalan Bypass Ngurah Rai,
Sidakarya, Denpasar Selatan. Proyek ini dikerjakan langsung oleh kontraktor PT.
Tunas Jaya Sanur selaku owner atau pemilik proyek. Proyek ini dikerjakan di atas
tanah seluas 6475 m2 dengan luas total bangunan 8891 m2 yang terdiri dari 2
tower yakni tower A yang difungsikan sebagai gedung kantor dan tower B yang
difungsikan sebagai cafetaria. Tower A terdiri dari 4 lantai dan tower B terdiri
dari 2 lantai dengan masing-masing tower terdapat basement tempat parkir.
Proyek dengan nilai Rp32.757.700.000,00 (Tiga Puluh Dua Miliar Tujuh
Ratus Lima Puluh Tujuh Juta Tujuh Ratus Rupiah) ini direncanakan memiliki
jangka waktu pelaksanaan selama 540 hari kalender terhitung sejak 1 Maret 2022
hingga 26 Juni 2023 berdasarkan time schedule yang sudah ada.
Pelaksanaan magang industri pada proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Tunas Jaya Sanur Group dimulai pada tanggal 22 Juni 2022 pada saat
pekerjaan realisasi di lapangan mencapai progres 12,75%. Namun dikarenakan
pada bulan Juni dan Juli masih terdapat perkuliahan di kampus, magang industri
dilaksanakan setelah jam kuliah di kampus selesai. Sehingga, magang industri
baru dapat dilaksanakan secara penuh setelah berakhirnya Ujian Akhir Semester
(UAS), tepatnya pada bulan Agustus.
Pada pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya
Sanur Group penulis ditugaskan menjadi asisten QS (Quantity Surveyor) untuk
menghitung volume dan kebutuhan material yang akan digunakan dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan, serta maping dan menghitung progres realisasi pekerjaan
di lapangan untuk selanjutnya dibuat menjadi weekly report.

2.2 Struktur Organisasi


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group adalah sebagai berikut:
11

Project Director
I Km. Samudra

Procrument Project Control Logistik Pusat K3L


I Km. Adhi Mulyawan I Gst. Lanang W, ST I Ketut Mudita I Nengah Resta

Project Manager
Eddy Slamet, ST

Site Manager
I Gede Oka Suwitra

Quantity Surveyor Drafter Surveyor Supervisor Logistik Administrasi Safety


Kadek Purwita A.A.N Gde Aditya I Made Bala Artha I Km. Maha Eswarya I Kd Nik Pranawidya I Md Rai Sukra I Gd Pt Eka Bariana
D. W.

Mandor

Gambar 2.1 Struktur organisasi


Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur
12

2.3 Pelaksanaan Magang Industri

Pada pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung kantor PT. Tunas Jaya


Sanur Group penulis ditugaskan menjadi asisten QS (Quantity Surveyor).
Quantity Surveyor adalah seorang profesional industri konstruksi dengan
pengetahuan ahli tentang manajemen proyek yang meliputi manajemen biaya dan
manajemen kontrak dalam suatu proyek konstruksi.. Adapun tugas yang diberikan
adalah untuk menghitung volume dan kebutuhan material yang akan digunakan
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Adapun beberapa pekerjaan yang
dihitung adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan pemasangan scaffolding
b. Pekerjaan pembesian balok
c. Pekerjaan bekisting balok
d. Pekerjaan beton balok
e. Pekerjaan scim coat balok dan kolom
f. Pekerjaan pemasangan dan pengecatan bondek
g. Pekerjaan pasangan bata, plesteran, acian, dan pengecatan dinding
h. Pekerjaan pemasangan keramik lantai, keramik dinding, dan skirting
Asisten QS (Quantity Surveyor) juga memiliki tugas untuk maping progres
pekerjaan di lapangan yang kemudian digunakan menghitung progres realisasi
mingguan untuk selanjutnya dibuatkan laporan mingguan (weekly report). Pada
proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group, progres
mingguan di-update dan dilaporkan setiap hari selasa berdasarkan format laporan
yang telah ditentukan.
Selain ditugaskan menjadi asisten QS (Quantity Surveyor), penulis juga
diberikan tugas tambahan yaitu sebagai asisten pelaksana dan asisten logistik.
Namun, pekerjaan tambahan ini hanya dikerjakan setelah pekerjaan utama sebagai
asisten QS (Quantity Surveyor) telah terselesaikan.

2.3.1 Tugas sebagai Asisten QS (Quantity Surveyor)


2.3.1.1 Pekerjaan Pembesian Balok
Balok adalah suatu elemen struktur bangunan yang bersifat kaku serta
dirancang untuk menanggung dan menahan beban menuju ke kolom untuk
13

diteruskan ke pondasi. Selain itu balok juga berfungsi untuk mengikat antar kolom
agar kuat dari gaya horizontal.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
menggunakan 2 jenis balok, yaitu balok konvensional dan balok precast. Balok
konvensional adalah balok yang seluruh pekerjaannya mulai dari pekerjaan
pembesian, pekerjaan pemasangan bekisting, hingga pekerjaan beton dilakukan
atau dikerjakan secara langsung di lokasi konstruksi. Sedangakan balok precast
atau balok pracetak adalah balok yang seluruh atau sebagian besar dikerjakan di
tempat lain yang khusus dirancang untuk produksi elemen struktur pracetak (pre-
fabricated).
Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group,
pabrikasi balok precast dilakukan langsung di lapangan berdekatan dengan
gedung yang sedang dikerjakan sehingga memudahkan dalam pemindahan balok
precast dari tempat pabrikasi ke area konstruksi dengan bantuan tower crane.
Adapun tower crane yang digunakan memiliki tinggi 35 m dari lantai basement
dengan panjang lengan 60 m. Ketinggian dan panjang lengan tersebut disesuaikan
dengan tinggi bangunan dan luas area konstruksi yang harus dijangkau.
Untuk perhitungan pembesian pada balok konvensional dan balok precast
memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan untuk balok precast dibuat atau
dipabrikasi sesuai dengan bentang balok pada gambar kerja dengan tulangan
utama yang memiliki overstek di bagian ujung serta bagian kanan dan kirinya
untuk balok induk. Overstek ini berfungsi untuk menyambung balok precast
dengan kolom atau dengan balok lainnya yang dikaitkan dengan tulangan spiral.
Sedangkan untuk balok konvensional memiliki pembesian tulangan utama yang
berlanjut antara balok yang satu dengan yang lain, sehingga secara otomatis balok
sudah tersambung dengan kolom dan balok yang lainnya.
Perhitungan pembesian balok dilakukan dengan mengacu pada gambar
denah balok dan detail balok. Tipe balok yang dihitung adalah balok BP1 precast
dan konvensional, balok B3 precast dan konvensional, balok B4 konvensional,
balok B1 konvensional, balok BD konvensional, balok B7 konvensional, balok B9
konvensional, dan balok B5 konvensional. Adapun spesifikasi dari balok tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
14

Tabel 2.1 Spesifikasi balok


BP1 B3 B4 B1 BD B7 B9 B5
Dimensi (m) 0.2 x 0.5 0.2 x 0.35 0.2 x 0.35 0.2 x 0.5 0.4 x 0.6 0.12 x 0.5 0.2 x 0.4 0.2 x 0.4
Tulangan Utama D19 D16 D16 D19 D19 Ø10 D16 D16
Tulangan Sengkang Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8
Tulangan Ikat Ø10 - - Ø10 - Ø4 Ø10 -

Sumber: Schedule of beam pada gambar kerja

Beberapa balok memiliki dimensi yang sama namun memiliki detail


penulangan yang berbeda-beda. Panjang kait pada balok dihitung dengan
ketentuan panjang adalah 5d dan untuk overlap dihitung dengan ketentuan
panjang 40d, dengan d adalah diameter besi tulangan. Adapun detail penulangan
pada balok dapat dilihat pada gambar berikut:
15
16

Gambar 2.2 Detail penulangan balok


Sumber: Gambar kerja

Khusus untuk balok precast, dalam perhitungan tulangan terdapat tambahan


tulangan yang berfungsi sebagai gantungan crane agar memudahkan dalam proses
pemindahan balok precast ke area konstruksi. Panjang kait pada gantungan crane
dihitung dengan ketentuan 5d, lebar gantungan crane dihitung dengan ketentuan
20d, dan tinggi gantungan crane disesuaikan dengan tinggi balok, dengan d
17

adalah diameter besi tulangan yaitu 0,019 m (besi D19). Berikut adalah contoh
perhitungan pembesian salah satu balok precast dan konvensional, untuk
perhitungan keseluruhan jenis balok dapat dilihat pada lampiran.

1 Balok BP1 Bentang 5.2 m


bentang = 5.2 m
dimensi = 0.2 x 0.5 m
diameter tul. utama = D19
= 0.019 m
Diameter sengkang = 0.008 m
Selimut beton = 0.025 m
Tulangan Utama
Panjang 1 tulangan bawah = 5.2 + ( 4 x 0.3 ) - 0.05
= 6.35 m
Panjang total tulangan bawah = 6.35 x 4
= 25.4 m
Panjang 1 tulangan atas = 5.2 + ( 2 x 0.3 )
= 5.8 m
Panjang total tulangan atas = 5.8 x 4
= 23.2 m
Panjang 1 tumpuan = 1/4l + 0.25 + 5d
= 1.3 + 0.25 + 0.1
= 1.645 m
Panjang total tumpuan = 1.645 x 4 x 2
= 13.16 m
Panjang 1 lapangan = 1/2l + ( 2 x 40d ) + ( 2 x 5d )
= 4.31 m
Panjang total lapangan = 4.31 x 4
= 17.24 m
Panjang total = 79 m
Berat jenis = 2.2256
Berat tulangan utama = 175.82 kg

Tulangan Sengkang
Panjang 1 sengkang = 2 x ( 0.15 + 0.45 ) + ( 2 x 5d )
= 1.28 m
Jumlah sengkang tumpuan = 1/4l : 0.075
= 19 buah
Panjang total sengkang tumpuan = 1.28 x 19 x 2
= 48.64 m
Jumlah sengkang lapangan = 1/2l : 0.15
= 19 buah
Panjang total sengkang lapangan = 1.28 x 19
= 24.32 m
Panjang total = 72.96 m
Berat jenis = 0.3946
Berat sengkang = 28.79 kg

Tulangan Ikat
Panjang 1 tulangan ikat = 5.2 + ( 2 x 0.25 )
= 5.7 m
Panjang total tulangan ikat = 5.7 x 2
= 11.4 m
Berat jenis = 0.6165
Berat tulangan ikat = 11.4 x 0.617
= 7.0281 kg
Total berat tulangan 1 balok = 211.64 kg
18

Panjang Stek
2 stek di 1 sisi = 0.2 - 0.025 + ( 2 x 0.3 )
= 0.775 x 6
= 4.65 m
= 10.349 kg
2 stek di 2 sisi = 0.2 - 0.05 + ( 4 x 0.3 )
= 1.35 x 6
= 8.1 m
= 18.027 kg

Berat total balok


BP1 2 stek di 1 sisi = ( 211.64 + 10.35 ) x 5
= 1109.9 kg
BP1 2 stek di 2 sisi = ( 211.64 + 18.03 ) x 16
= 3674.7 kg
Berat Gantungan Crane = ( 5d + 20d + 0.5 - 0.05 ) x 2 + 0.1
= ( 0.095 + 0.38 + 0.5 - 0.05 ) x 2 + 0.1
= 1.95 x 2
= 3.9 m
= 8.6798 kg
= 182.28 kg
Total = 4966.9 kg

Gambar 2.3 Perhitungan pembesian balok BP1 precast


Sumber: Hasil perhitungan penulis
1 Balok B3 Bentang 5.6 m
bentang = 5.6 m
dimensi = 0.2 x 0.35 m
diameter tul. utama = D16
= 0.016 m
Diameter sengkang = 0.008 m
Selimut beton = 0.025 m
Tulangan Utama
Panjang 1 tulangan bawah = 5.6 + ( 2 x 0.3 ) - 0.03
= 6.175 m
= 1/4l - 0.025 + 0.6 + 0.08
= 2.055 m
= 1/2l + 1.28 + 0.16
= 4.24 m
Panjang total tulangan bawah = ( 6.175 x 2 ) + ( 2.06 x 2 ) + ( 4.24 x 2 )
= 24.94 m
Panjang 1 tulangan atas = 5.6 + ( 2 x 0.3 ) - 0.03
= 6.175 m
= 1/4l - 0.025 + 0.6 + 0.08
= 2.055 m
= 1/2l + 1.28 + 0.16
= 4.24 m
Panjang total tulangan atas = ( 6.175 x 2 ) + ( 2.06 x 4 ) + 4.24
= 24.81 m
Panjang total = 49.75 m
Berat jenis = 1.5782
Berat tulangan utama = 78.515 kg
Tulangan Sengkang
Panjang 1 sengkang = 2 x ( 0.15 + 0.3 ) + ( 2 x 5d )
= 0.98 m
Jumlah sengkang tumpuan = 1/4l : 0.075
= 20 buah
Panjang total sengkang tumpuan = 0.98 x 20 x 2
= 39.2 m
Jumlah sengkang lapangan = 1/2l : 0.15
= 20 buah
Panjang total sengkang lapangan = 0.98 x 20
= 19.6 m
Panjang total = 58.8 m
Berat jenis = 0.3946
Berat sengkang = 23.202 kg
Total berat tulangan 1 balok = 101.72 kg
Jumlah balok = 4 buah
Total = 406.87 kg

Gambar 2.4 Perhitungan pembesian balok B3 konvensional


Sumber: Hasil perhitungan penulis
19

Adapun rekap hasil perhitungan pembesian balok pada lantai 1 (ground


floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Rekap perhitungan pembesian balok lantai 1 (ground floor)


Bentang Pembesian (kg)
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) D16 D19 Ø8 Ø10 Ø4 Total
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 21 4214.73 604.59 147.59 4966.91
2 Balok B3 Bentang 2.35 m 0.2 x 0.35 2.35 10 443.47 73.44 104.41 621.33
3 Balok B3 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.35 5.2 30 2283.50 220.33 661.27 3165.10
4 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 5 145.35 63.81 209.16
5 Balok B4 Bentang 2.05 m 0.2 x 0.35 2.05 4 82.86 37.12 119.98
6 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 43.80 20.88 64.68
7 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 16.57 6.96 23.53
8 Balok B4 Bentang 1.5 m 0.2 x 0.35 1.5 8 131.86 55.69 187.54
9 Balok B4 Bentang 1.975 m 0.2 x 0.35 1.975 2 42.61 18.56 61.17
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 4 121.92 55.69 177.60
11 Balok B4 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 11 292.65 127.61 420.27
12 Balok B4 Bentang 1.66 m 0.2 x 0.35 1.66 1 21.16 8.12 29.28
13 Balok B3 Bentang 5.6 m 0.2 x 0.35 5.6 4 314.06 92.81 406.87
14 Balok B3 Bentang 4.35 m 0.2 x 0.35 4.35 4 244.31 74.25 318.55
15 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 19 1498.26 440.85 1939.11
16 Balok B3 Bentang 5.8 m 0.2 x 0.35 5.8 4 322.90 97.45 420.35
17 Balok B3 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 4 181.65 51.05 232.70
18 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 76.73 22.04 98.77
19 Balok B3 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.35 2.25 1 37.88 10.44 48.32
20 Balok B3 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.35 2.4 1 39.53 10.44 49.98
21 Balok B3 Bentang 1.65 m 0.2 x 0.35 1.65 1 34.88 8.12 43.00
22 Balok B3 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.35 3.545 2 111.63 30.16 141.79
23 Balok B3 Bentang 3.6 m 0.2 x 0.35 3.6 2 112.84 30.16 143.00
24 Balok B3 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 2 99.27 27.84 127.11
25 Balok B3 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 2 82.38 23.20 105.58
26 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 2 340.96 90.92 21.08 452.96
27 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 37 4217.29 1121.30 260.04 5598.62
28 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 2 137.99 33.34 7.03 178.35
29 Balok B1 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.5 2.25 2 105.60 27.27 5.55 138.43
30 Balok B1 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.5 2.4 2 107.27 27.27 5.92 140.47
31 Balok B1 Bentang 6.1 m 0.2 x 0.5 6.1 1 123.19 33.34 7.52 164.04
32 Balok B1 Bentang 7.15 m 0.2 x 0.5 7.15 2 283.76 75.76 17.63 377.16
33 Balok B1 Bentang 22.8 m 0.2 x 0.5 22.8 1 420.53 116.68 28.11 565.31
34 Balok B1 Bentang 9.67 m 0.2 x 0.5 9.67 1 186.75 51.52 11.92 250.19
35 Balok B1 Bentang 6.05 m 0.2 x 0.5 6.05 3 363.22 100.01 22.38 485.60
36 Balok B1 Bentang 3.725 m 0.2 x 0.5 3.725 1 77.23 21.21 4.59 103.03
37 Balok B1 Bentang 7.145 m 0.2 x 0.5 7.145 1 141.79 37.88 8.81 188.48
38 Balok B1 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.5 3.545 1 81.37 19.70 4.37 105.44
39 Balok BD Bentang 5.7 m 0.4 x 0.6 5.7 5 1903.44 222.55 2126.00
40 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 348.08 60.61 14.06 422.75
41 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 12.27 2.88 15.14
42 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 3.76 0.96 4.72
43 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 40.72 28.13 7.27 76.12
44 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 37.72 25.57 7.03 70.32
45 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 83.25 25.57 108.82
TOTAL 6943.75 13346.99 4802.16 596.94 3.83 25693.67

Sumber: Hasil perhitungan penulis


20

Tabel 2.3 Rekap perhitungan pembesian balok lantai 2


Bentang Pembesian (kg)
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) D16 D19 Ø8 Ø10 Ø4 Total
1 Balok BP1 Bentang 5.4 m 0.2 x 0.5 5.4 9 1847.80 259.11 65.47 2172.39
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 4 696.17 121.22 28.11 845.50
3 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 1424.64 132.20 417.64 1974.49
4 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 13 1006.02 301.63 1307.66
5 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 76.73 22.04 98.77
6 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 11 322.90 140.38 463.27
7 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 3 66.10 27.84 93.94
8 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 16.33 6.96 23.30
9 Balok B4 Bentang 4.575 m 0.2 x 0.35 4.575 1 43.32 19.72 63.04
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 3 105.11 41.76 146.87
11 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 561.96 151.53 35.14 748.63
12 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 4 674.58 181.83 42.17 898.58
13 Balok B1 Bentang 3.64 m 0.2 x 0.5 3.64 1 79.39 21.21 4.49 105.09
14 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 65.32 16.67 3.51 85.50
15 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 12.27 2.88 15.14
16 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 3.76 0.96 4.72
17 Balok B7 Bentang 1.7 m 0.12 x 0.5 1.7 2 15.29 3.83 19.12
18 Balok B7 Bentang 9.8 m 0.12 x 0.5 9.8 1 37.61 8.31 45.91
19 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 40.72 28.13 7.27 76.12
20 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 6 224.74 153.42 42.17 420.32
21 Balok B9 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.4 2.85 1 21.62 14.06 3.51 39.20
22 Balok B9 Bentang 1.53 m 0.2 x 0.4 1.53 2 19.32 17.90 3.77 40.99
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 12 960.65 363.66 84.34 1408.65
24 Balok B10 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.5 3.15 3 144.88 54.55 11.65 211.08
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 45.37 17.17 3.51 66.06
26 Balok B10A Bentang 1.8 m 0.2 x 0.5 1.8 2 64.23 22.22 4.44 90.90
27 Balok B10A Bentang 1.7 m 0.2 x 0.5 1.7 2 61.71 22.22 4.19 88.12
28 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 83.25 25.57 108.82
TOTAL 4727.64 4057.42 2448.47 412.69 15.97 11662.19

Sumber: Hasil perhitungan penulis

Tabel 2.4 Rekap perhitungan pembesian balok lantai 3


Bentang Pembesian (kg)
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) D16 D19 Ø8 Ø10 Ø4 Total
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 1215.18 172.74 42.17 1430.09
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 1 197.86 30.31 7.64 235.81
3 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 870.21 151.53 35.14 1056.88
4 Balok BP1 Bentang 7.7 m 0.2 x 0.5 7.7 2 474.50 81.82 18.99 575.31
5 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 1424.64 132.20 417.64 1974.49
6 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 18 1382.35 417.64 1799.99
7 Balok B3 Bentang 4.275 m 0.2 x 0.35 4.275 2 120.50 37.12 157.62
8 Balok B3 Bentang 5.1 m 0.2 x 0.35 5.1 1 76.62 20.88 97.50
9 Balok B3 Bentang 4.65 m 0.2 x 0.35 4.65 2 128.78 39.44 168.23
10 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 13 384.45 165.90 550.35
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 2 31.72 13.92 45.64
12 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 41.19 20.88 62.07
13 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 46.59 18.56 65.15
14 Balok B4 Bentang 2.025 m 0.2 x 0.35 2.025 2 38.35 18.56 56.91
15 Balok B4 Bentang 1.4 m 0.2 x 0.35 1.4 1 15.62 6.96 22.58
16 Balok B4 Bentang 2.01 m 0.2 x 0.35 2.01 2 42.80 18.56 61.36
17 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 1131.27 303.05 70.28 1504.61
18 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 101.89 28.79 6.30 136.98
19 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 12.27 2.88 15.14
20 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 3.02 0.96 3.98
21 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 40.72 28.13 7.27 76.12
22 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 37.72 25.57 7.03 70.32
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 162.71 60.61 14.06 237.38
24 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 83.25 25.57 108.82
TOTAL 5291.17 2889.94 2104.20 224.17 3.83 10513.32

Sumber: Hasil perhitungan penulis


21

Tabel 2.5 Rekap perhitungan pembesian balok lantai 4


Bentang Pembesian (kg)
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) D16 D19 Ø8 Ø10 Ø4 Total
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 1215.18 172.74 42.17 1430.09
2 Balok BP1 Bentang 5.3 m 0.2 x 0.5 5.3 1 197.52 28.79 7.15 233.46
3 Balok BP1 Bentang 5.35 m 0.2 x 0.5 5.35 1 198.86 28.79 7.21 234.86
4 Balok BP1 Bentang 5.45 m 0.2 x 0.5 5.45 1 201.53 30.31 7.34 239.17
5 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 522.13 90.92 21.08 634.13
6 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 12 949.76 88.13 278.43 1316.32
7 Balok B3 Bentang 4.075 m 0.2 x 0.35 4.075 6 380.43 44.07 104.41 528.90
8 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 9 687.54 208.82 896.37
9 Balok B3 Bentang 4.375 m 0.2 x 0.35 4.375 4 259.93 74.25 334.18
10 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 76.73 22.04 98.77
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 10 158.61 69.61 228.22
12 Balok B4 Bentang 1.44 m 0.2 x 0.35 1.44 1 16.00 6.96 22.96
13 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 2 61.55 25.52 87.07
14 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 43.56 20.88 64.44
15 Balok B4 Bentang 2 m 0.2 x 0.35 2 2 37.88 18.56 56.44
16 Balok B4 Bentang 1.52 m 0.2 x 0.35 1.52 1 16.76 8.12 24.88
17 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 46.59 18.56 65.15
18 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 1127.60 303.05 70.28 1500.93
19 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 101.89 28.79 6.30 136.98
20 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 12.27 2.88 15.14
21 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 3.76 0.96 4.72
22 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 40.72 28.13 7.27 76.12
23 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 37.72 25.57 7.03 70.32
24 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 244.07 90.92 21.08 356.07
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 45.37 17.17 3.51 66.06
26 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 83.25 25.57 108.82
TOTAL 3186.46 3696.90 1726.91 216.47 3.83 8830.58

Sumber: Hasil perhitungan penulis

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pembesian balok adalah sebagai


berikut:
a. Pekerjaan pembesian balok dimulai dengan memotong besi menggunakan
alat bar cutter sesuai dengan bentang balok pada gambar kerja. Selanjutnya
besi yang telah dipotong dibengkokkan dengan alat bar bender.
b. Setelah seluruh besi dibengkokkan sesuai dengan jumlah tulangan yang
diperlukan, besi tulangan kemudian dipindahkan ke tempat pabrikasi
precast untuk tulangan balok precast dan ke area konstruksi untuk tulangan
balok konvensional dengan bantuan alat tower crane. Baja tulangan tersebut
diletakkan dekat dengan lokasi balok yang akan dikerjakan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
22

Gambar 2.5 Baja tulangan yang telah dipindahkan dengan tower crane
Sumber: Dokumen pribadi
c. Seluruh besi yang telah dipindahkan ke tempat masing-masing kemudian
disatukan antar tulangannya dengan menggunakan kawat dan gem. Dapat
dilihat pada gambar berikut, sedang dilakukan pekerjaan perakitan tulangan
balok konvensional lantai 2.

Gambar 2.6 Pekerjaan pembesian balok konvensional


Sumber: Dokumen pribadi
d. Dalam pemasangan tulangan sengkang diperlukan meteran untuk mengukur
jarak antar sengkang agar sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
e. Untuk bagian kait pada sengkang disusun zig-zag atau berseberangan satu
sama lain dengan tujuan meminimalisir bagian kait tersebut terlepas
sehingga dapat mengakibatkan keruntuhan pada balok. Untuk lebih
jelasnya, posisi sengkang yang benar dapat dilihat pada gambar berikut.
23

Gambar 2.7 Posisi sengkang yang benar pada pembesian balok precast
Sumber: Dokumen pribadi

Gambar 2.9 Posisi sengkang yang benar pada pembesian balok konvensional
Sumber: Dokumen pribadi

B. Pengelolaan Material

Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, dilakukan perhitungan terlebih


dahulu untuk mengetahui berapa kebutuhan besi yang diperlukan. Dari hasil
perhitungan tersebut dilakukan pemesanan atau pre-order (PO) sebanyak 80%
24

dari total kebutuhan besi. Untuk 20% sisanya digunakan sebagai pertimbangan,
jika pekerjaan di lapangan dapat terselesaikan dengan jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan yang telah dihitung maka besi sebanyak 20% tersebut tidak
akan didistribusikan ke lapangan. Namun jika ternyata jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi tersebut tidak mencukupi untuk menyelesaikan
pekerjaan di lapangan, barulah sisa 20% tersebut dikeluarkan.
Dalam pelaksanaannya, jika terdapat kelebihan atau sisa besi maka akan
dikembalikan ke gudang material pusat untuk didata dan di-input menjadi stok
yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya. Adapun material yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian balok adalah:
a. Besi D19
b. Besi D16
c. Besi Ø10
d. Besi Ø8
e. Besi Ø4
f. Kawat beton

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan

Pengawasan terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan menggunakan time


schedule sebagai acuan di lapangan. Dari kontraktor sendiri sebenarnya tidak
memberikan toleransi terhadap adanya keterlambatan pekerjaan. Namun, pada
kenyataan di lapangan terdapat faktor yang mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan
tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Faktor tersebut adalah gambar kerja yang
kerap kali mengalami perubahan salah satunya terkait jenis balok yang digunakan
sehingga hal ini mengakibatkan terjadi perubahan pula pada kebutuhan dan
dimensi tulangan balok. Sehingga, dikarenakan hal-hal tersebut waktu
pelaksanaan pekerjaan pembesian balok tidak dapat diselesaikan tepat waktu.
Berikut adalah rekap prestasi mingguan pekerjaan pembesian balok.
25

Tabel 2.6 Rekap prestasi mingguan pekerjaan pembesian balok


Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (kg) Bobot
Basement 19736.86 89.43%
1 17 / 21 Juni - 27 Juni
Ground 14724.38 40.00%
Basement 21060.98 95.43%
2 19 / 5 Juli - 11 Juli
Ground 16564.93 45.00%
Basement 22068.81 100.00%
3 20 / 12 Juli - 18 Juli
Ground 17301.14 47.00%
4 21 / 19 Juli - 25 Juli Ground 24663.33 67.00%
5 22 / 26 Juli - 1 Agustus Ground 25399.55 69.00%
6 24 / 9 Agustus - 15 Agustus Ground 27608.21 75.00%
7 25 / 16 Agustus - 22 Agustus Ground 30637.75 83.23%
8 26 / 23 Agustus - 29 Agustus Ground 34720.08 94.32%
9 29 / 13 September - 19 September Lantai 2 7387.73 38.17%
10 30 / 20 September - 26 September Lantai 2 11735.58 60.63%
11 32 / 4 Oktober - 10 Oktober Lantai 3 3954.58 16.74%

Sumber: Laporan mingguan

Berdasarkan rekap prestasi mingguan pekerjaan pembesian balok di atas,


terlihat bahwa pada minggu ke-18 tidak terdapat progres pekerjaan pembesian
balok. Hal ini mengakibatkan pekerjaan selanjutnya akan mengalami
keterlambatan yang dapat dilihat pada time schedule dibawah ini.

Gambar 2.10 Time schedule keterlambatan akibat pekerjaan pembesian balok


Sumber: Laporan mingguan

Dari time schedule di atas, dapat dilihat bahwa pada minggu ke-18 yaitu
pada tanggal 28 Juni – 4 Juli seharusnya pekerjaan basement telah selesai
dikerjakan. Namun, pada progres realisasi pekerjaan pembesian balok baru
mencapai angka 89,43%. Akibatnya, pekerjaan-pekerjaan selanjutnya juga
26

mengalami keterlambatan sehingga memengaruhi progres keseluruhan pekerjaan.


Pada minggu ke-18 progres realisasi hanya mencapai di angka 13,13% padahal
progres rencananya adalah sebesar 20,61%, yang berarti pekerjaan mengalami
keterlambatan sebesar 7,49%.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan

Pengawasan mutu terhadap pekerjaan pembesian balok dimulai dari


pengawasan material yang tiba di lapangan. Sebelum diterima, material akan
dicek terlebih dahulu kesesuaian besi yang datang dengan besi yang di-order oleh
tim logistik. Setelah material dinyatakan sesuai, barulah data material akan di-
input pada nota barang masuk.
Saat proses pabrikasi baja tulangan, mandor besi akan diberikan gambar
kerja detail penulangan balok agar baja tulangan yang dikerjakan sesuai dengan
yang direcanakan. Selanjutnya pada saat perakitan baja tulangan akan diawasi
oleh Site Manager (SM) yang merangkap sebagai pelaksana dan didampingi oleh
mandor besi. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan baja tulangan yang
akan dirakit sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, seperti: diameter besi yang
digunakan, jumlah tulangan yang digunakan, dan jarak tulangan.
Terkait dengan spesifikasi besi yang digunakan, proyek Pembangunan
Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group berpedoman pada spesifikasi teknis
pada proyek yang dikerjakan PT. Tunas Jaya Sanur sebelumnya dikarenakan tidak
ada dokumen spesifikasi teknis khusus untuk proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group ini. Namun untuk pengujian mutunya, tidak
ada tes kuat tarik baja yang dilakukan.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja

Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group


menggunakan sistem kontrak dengan mandor dalam hal penggunaan tenaga kerja.
Jadi, kebijakan terkait jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah
penambahan atau pengurangan tenaga kerja seluruhnya diserahkan kepada
mandor.
Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, mandor besi telah dibekali
dengan gambar kerja detail penulangan balok. Sehingga, sebelum pekerjaan
27

dimulai tenaga kerja di-briefing terlebih dahulu terkait pembagian tugas dan
metode pelaksanaan pekerjaan pembesian balok. Namun, jika ternyata ditemukan
ketidaksesuaian antara hasil pembesian di lapangan dengan gambar kerja maka
pembesian balok tersebut harus dibongkar dan dibuat kembali sesuai dengan
pembesian yang benar.
Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pekerjaan pembesian
balok adalah:
a. 3 orang tenaga kerja bertugas melakukan pabrikasi baja tulangan mulai dari
memotong hingga membengkokkan.
b. 3-4 orang tenaga kerja seperti gambar berikut bertugas di lapangan untuk
merakit baja tulangan balok konvensional yang terdiri dari tulangan utama,
tulangan ikat, dan tulangan sengkang yang diikat dengan menggunakan
kawat.

Gambar 2.11 Tenaga kerja melakukan perakitan tulangan balok konvensional


Sumber: Dokumen pribadi
c. 4 orang tenaga kerja bertugas di tempat pabrikasi precast untuk merakit baja
tulangan balok precast yang terdiri dari tulangan utama dengan overstek,
tulangan ikat, tulangan sengkang, dan tulangan yang berfungsi sebagai
gantungan crane yang diikat dengan menggunakan kawat.

F. Pengawasan terhadap Peralatan

Seluruh peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian balok


bersifat menyewa dengan jumlah alat disesuaikan terhadap kebutuhan di
lapangan. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian ternyata terdapat alat yang
28

rusak, maka alat tersebut harus dikembalikan untuk diperbaiki terlebih dahulu
tanpa adanya biaya tambahan.
Adapun perlatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian balok adalah:
a. Bar cutter
b. Bar bender
c. Meteran
d. Tower crane
e. Gem

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian balok terdapat permasalahan,


sebagai berikut:
a. Jarak tulangan sengkang yang tidak sesuai

Gambar 2.12 Jarak tulangan sengkang tidak beraturan


Sumber: Dokumen pribadi

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian balok sering kali terjadi


ketidaksesuaian jarak tulangan sengkang dengan gambar kerja.
Ketidaksesuaian ini menyebabkan jumlah tulangan sengkang yang
digunakan dapat melebihi dari yang direncanakan karena jarak tulangan
kurang dari yang seharusnya. Namun, dapat pula menyebabkan jumlah
29

tulangan sengkang yang dibutuhkan berkurang dari yang direncanakan


karena jarak tulangan yang melebihi dari jarak tulangan yang seharusnya.
Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian tenaga kerja di lapangan
dalam mengukur jarak sengkang pada saat proses perakitan tulangan.
Disamping itu, tidak jarang terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan
meteran sebagai alat bantu ukur dalam menentukan jarak tulangan
sengkang.
Solusi dari permasalahan ini yaitu, meningkatkan pengawasan pada
saat dilakukan pekerjaan perakitan besi tulangan dan memberikan informasi
kepada tenaga kerja terkait pentingnya memerhatikan jarak tulangan
sengkang karena berpengaruh terhadap kebutuhan besi dan biaya.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group diterapkan dengan
cara penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) wajib untuk setiap tenaga kerja, staff,
pengunjung, serta anak magang. Untuk pekerjaan pembesian balok, APD (Alat
Pelindung Diri) yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: helm, rompi, sepatu
safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berfungsi
untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di lingkungan
konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan pembesian balok,
seperti: tangan terkena mesin bar cutter dan bar bender, tangan tertusuk kawat,
tangan terjepit gem, dan terjatuhnya besi tulangan pada saat dipindahkan dengan
tower crane yang dapat mengenai kepala. Oleh karena itu, penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) pada pekerjaan pembesian balok ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
30

Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.

2.3.1.2 Pekerjaan Bekisting Balok


Setelah pekerjaan pembesian balok, pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan
pemasangan bekisting balok. Bekisting adalah suatu sarana pembantu struktur
beton untuk pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi
yang direncanakan. Terdapat beberapa jenis bekisting yang umumnya digunakan
di lapangan, seperti: bekisting konvensional (kayu atau plywood), bekisting knock
down, dan bekisting fiberglass. Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Tunas
Jaya Sanur Group jenis bekisting yang digunakan adalah bekisting knock down
dan bekisting konvensional.
Bekisting knock down adalah jenis bekisting yang terbuat dari pelat baja dan
besi hollow. Istilah knock down berasal dari cara penggunaan cetakan yang bisa
dengan mudah dibongkar pasang. Jika dibandingkan dari segi harga dengan
bekisting yang konvensional, tentu saja harga untuk bekisting knock down akan
lebih mahal. Akan tetapi, bekisting knock down memiliki keunggulan yaitu dapat
digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena dapat digunakan berulang
kali.
Namun, bekisting knock down juga memiliki kekurangan, yaitu dalam hal
bentuk dan ukuran. Karena bekisting knock down tidak bisa dibentuk sesuai
keinginan, maka bentuk dan ukuran bekisting knock down yang digunakan harus
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Oleh karena itu, pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group sering kali
memperoleh bekisting yang kurang sesuai dari segi bentangnya. Sehingga, untuk
menutupi kekurangan bekisting tersebut digunakan plywood pada bentang
sisanya.
Sedangkan, bekisting konvensional adalah [1] bekisting yang setiap kali
setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar dan dapat disusun
kembali menjadi sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting konvensional
31

terdiri dari kayu papan, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok
(pada lantai). Bekisting konvensional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk
yang diinginkan pada kerja beton.
Bekisting konvensional memiliki keunggulan, seperti: material yang mudah
untuk dicari, harga material yang terjangkau, dan tidak memerlukan pekerja yang
ahli. Namun, terdapat beberapa kekurangan pada bekisting konvensional, seperti:
tidak awet jika digunakan berulang kali karena menggunakan material kayu,
memiliki waktu pasang dan bongkar yang relatif lama, dalam pengerjaannya
menghasilkan banyak sampah kayu dan paku, dan bentuknya yang tidak presisi.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group,
bekisting konvensional hanya digunakan pada balok yang berada di grid 5.8-A.E
dan grid 5.9-E.J yaitu pada area planter, toilet, dan sekitar lift. Sedangkan
bekisting knock down digunakan pada balok di luar dari area tersebut.
Perhitungan volume bekisting dilakukan dengan berpedoman pada gambar
kerja denah balok. Tipe balok yang dihitung adalah balok BP1 precast dan
konvensional, balok B3 precast dan konvensional, balok B4 konvensional, balok
B1 konvensional, balok BD konvensional, balok B7 konvensional, balok B9
konvensional, dan balok B5 konvensional. Spesifikasi dari balok tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7 Spesifikasi balok
BP1 B3 B4 B1 BD B7 B9 B5
Dimensi (m) 0.2 x 0.5 0.2 x 0.35 0.2 x 0.35 0.2 x 0.5 0.4 x 0.6 0.12 x 0.5 0.2 x 0.4 0.2 x 0.4
Tulangan Utama D19 D16 D16 D19 D19 Ø10 D16 D16
Tulangan Sengkang Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8
Tulangan Ikat Ø10 - - Ø10 - Ø4 Ø10 -

Sumber: Schedule of beam pada gambar kerja

Berikut adalah hasil rekap dari perhitungan volume bekisting balok pada
lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4.
32

Tabel 2.8 Rekap perhitungan volume bekisting balok lantai 1 (ground floor)
Bentang Bekisting
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m2)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 21 98.28
2 Balok B3 Bentang 2.35 m 0.2 x 0.35 2.35 10 14.10
3 Balok B3 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.35 5.2 30 93.60
4 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 5 8.55
5 Balok B4 Bentang 2.05 m 0.2 x 0.35 2.05 4 4.92
6 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 2.61
7 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 0.89
8 Balok B4 Bentang 1.5 m 0.2 x 0.35 1.5 8 7.20
9 Balok B4 Bentang 1.975 m 0.2 x 0.35 1.975 2 2.37
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 4 7.56
11 Balok B4 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 11 16.83
12 Balok B4 Bentang 1.66 m 0.2 x 0.35 1.66 1 1.00
13 Balok B3 Bentang 5.6 m 0.2 x 0.35 5.6 4 13.44
14 Balok B3 Bentang 4.35 m 0.2 x 0.35 4.35 4 10.44
15 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 19 64.98
16 Balok B3 Bentang 5.8 m 0.2 x 0.35 5.8 4 13.92
17 Balok B3 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 4 6.84
18 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 3.07
19 Balok B3 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.35 2.25 1 1.35
20 Balok B3 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.35 2.4 1 1.44
21 Balok B3 Bentang 1.65 m 0.2 x 0.35 1.65 1 0.99
22 Balok B3 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.35 3.545 2 4.25
23 Balok B3 Bentang 3.6 m 0.2 x 0.35 3.6 2 4.32
24 Balok B3 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 2 3.78
25 Balok B3 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 2 3.06
26 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 2 15.39
27 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 37 189.81
28 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 2 5.13
29 Balok B1 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.5 2.25 2 4.05
30 Balok B1 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.5 2.4 2 4.32
31 Balok B1 Bentang 6.1 m 0.2 x 0.5 6.1 1 5.49
32 Balok B1 Bentang 7.15 m 0.2 x 0.5 7.15 2 12.87
33 Balok B1 Bentang 22.8 m 0.2 x 0.5 22.8 1 20.52
34 Balok B1 Bentang 9.67 m 0.2 x 0.5 9.67 1 8.70
35 Balok B1 Bentang 6.05 m 0.2 x 0.5 6.05 3 16.34
36 Balok B1 Bentang 3.725 m 0.2 x 0.5 3.725 1 3.35
37 Balok B1 Bentang 7.145 m 0.2 x 0.5 7.145 1 6.43
38 Balok B1 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.5 3.545 1 3.19
39 Balok BD Bentang 5.7 m 0.4 x 0.6 5.7 5 37.05
40 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 10.26
41 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 2.42
42 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.53
43 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 4.13
44 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
45 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
TOTAL 747.74

Sumber: Hasil perhitungan penulis


33

Tabel 2.9 Rekap perhitungan volume bekisting balok lantai 2


Bentang Bekisting
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m2)
1 Balok BP1 Bentang 5.4 m 0.2 x 0.5 5.4 9 43.74
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 4 20.52
3 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 59.40
4 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 13 44.46
5 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 3.07
6 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 11 18.81
7 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 3 3.71
8 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 0.89
9 Balok B4 Bentang 4.575 m 0.2 x 0.35 4.575 1 2.75
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 3 5.67
11 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 25.65
12 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 4 30.78
13 Balok B1 Bentang 3.64 m 0.2 x 0.5 3.64 1 3.28
14 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 2.57
15 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 2.42
16 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.53
17 Balok B7 Bentang 1.7 m 0.12 x 0.5 1.7 2 2.79
18 Balok B7 Bentang 9.8 m 0.12 x 0.5 9.8 1 8.04
19 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 4.13
20 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 6 23.94
21 Balok B9 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.4 2.85 1 2.00
22 Balok B9 Bentang 1.53 m 0.2 x 0.4 1.53 2 2.14
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 12 61.56
24 Balok B10 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.5 3.15 3 8.51
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 2.57
26 Balok B10A Bentang 1.8 m 0.2 x 0.5 1.8 2 3.24
27 Balok B10A Bentang 1.7 m 0.2 x 0.5 1.7 2 3.06
28 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
TOTAL 394.18

Sumber: Hasil perhitungan penulis


34

Tabel 2.10 Rekap perhitungan volume bekisting balok lantai 3


Bentang Bekisting
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m2)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 28.08
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 1 5.13
3 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 25.65
4 Balok BP1 Bentang 7.7 m 0.2 x 0.5 7.7 2 13.86
5 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 59.40
6 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 18 61.56
7 Balok B3 Bentang 4.275 m 0.2 x 0.35 4.275 2 5.13
8 Balok B3 Bentang 5.1 m 0.2 x 0.35 5.1 1 3.06
9 Balok B3 Bentang 4.65 m 0.2 x 0.35 4.65 2 5.58
10 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 13 22.23
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 2 1.71
12 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 2.61
13 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 2.47
14 Balok B4 Bentang 2.025 m 0.2 x 0.35 2.025 2 2.43
15 Balok B4 Bentang 1.4 m 0.2 x 0.35 1.4 1 0.84
16 Balok B4 Bentang 2.01 m 0.2 x 0.35 2.01 2 2.41
17 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 51.30
18 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 4.60
19 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 2.42
20 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.53
21 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 4.13
22 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 10.26
24 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
TOTAL 323.38

Sumber: Hasil perhitungan penulis


35

Tabel 2.11 Rekap perhitungan volume bekisting balok lantai 4


Bentang Bekisting
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m2)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 28.08
2 Balok BP1 Bentang 5.3 m 0.2 x 0.5 5.3 1 4.77
3 Balok BP1 Bentang 5.35 m 0.2 x 0.5 5.35 1 4.82
4 Balok BP1 Bentang 5.45 m 0.2 x 0.5 5.45 1 4.91
5 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 15.39
6 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 12 39.60
7 Balok B3 Bentang 4.075 m 0.2 x 0.35 4.075 6 14.67
8 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 9 30.78
9 Balok B3 Bentang 4.375 m 0.2 x 0.35 4.375 4 10.50
10 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 3.07
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 10 8.55
12 Balok B4 Bentang 1.44 m 0.2 x 0.35 1.44 1 0.86
13 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 2 3.42
14 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 2.61
15 Balok B4 Bentang 2 m 0.2 x 0.35 2 2 2.40
16 Balok B4 Bentang 1.52 m 0.2 x 0.35 1.52 1 0.91
17 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 2.47
18 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 51.30
19 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 4.60
20 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 2.42
21 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.53
22 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 4.13
23 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
24 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 15.39
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 2.57
26 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 3.99
TOTAL 266.72

Sumber: Hasil perhitungan penulis

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Pekerjaan bekisting balok konvensional dan bekisting balok knock down
memiliki metode pelaksanaan pekerjaan yang berbeda. Adapun metode
pelaksanaan pekerjaan bekisting balok knock down adalah, sebagai berikut:
a. Bekisting knock down yang telah tiba di lapangan dipilih terlebih dahulu
berdasarkan bentangnya agar sesuai dengan kebutuhan dan selanjutnya
dipindahkan ke area konstruksi dengan bantuan alat tower crane.
b. Karena bekisting didatangkan dari proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain,
maka bekisting harus dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa agregat yang
masih menempel.
36

c. Setelah dibersihkan, sisi-sisi bekisting kemudian diberi spons untuk


memudahkan proses perakitan agar bekisting tidak mudah bergeser dan
mengurangi kemungkinan terdapat celah antar sisi bekisting yang dapat
mengakibatkan kebocoran bekisting.
d. Setelah itu bekisting diolesi dengan minyak bekisting dengan tujuan untuk
mencegah melekatnya beton pada bekisting dan menghasilkan balok dengan
permukaan yang halus.
e. Pekerjaan pemasangan bekisting balok dimulai dengan peletakan bodeman
di atas suri-suri sesuai dengan posisi balok yang direncanakan.
f. Setelah bodeman terpasang biasanya dilanjutkan dengan pekerjaan
pembesian balok terlebih dahulu. Setelah pembesian balok selesai barulah
tembiring balok dipasang beserta dengan penyangganya yaitu baja siku-siku
pada sisi kanan dan kirinya. Beton decking dipasang setelah pembesian
selesai dan tembiring telah terpasang.
g. Untuk balok precast, dikarenakan pembesiannya sudah diselesaikan terlebih
dahulu maka setelah bodeman terpasang segera dilanjutkan dengan
pemasangan tembiring. Setelah bodeman dan tembiring terpasang barulah
beton decking diletakkan dan pembesian balok dimasukkan ke dalam
bekisting.
h. Pemasangan beton decking ini berfungsi untuk memastikan jarak antara
selimut beton dan pembesian sesuai dengan yang direncanakan.

Sedangkan, untuk bekisting balok konvensional memiliki metode


pelaksanaan pekerjaan, sebagai berikut:

a. Plywood dipotong terlebih dahulu menjadi 3 bagian, 1 bagian untuk


bodeman dan 2 bagian untuk tembiring. Ukuran plywood disesuaikan
dengan lebar, tinggi, dan bentang balok yang akan dibuat.
b. Bagian plywood yang berfungsi sebagai bodeman diletakkan terlebih dahulu
di atas suri-suri sesuai dengan posisi balok yang direncanakan.
c. Sama seperti bekisting knock down, setelah bodeman terpasang dilanjutkan
dengan pekerjaan pembesian balok. Setelah pekerjaan pembesian selesai,
barulah tembiring disatukan dengan bodeman dengan menggunakan paku
dan palu.
37

d. Pada saat pemasangan tembiring, kemiringan tembiring harus diperhatikan


karena akan berpengaruh pada bentuk balok saat pengecoran nanti.
e. Selain itu harus diperhatikan juga apakah ketinggian tembiring sudah sesuai
dan dapat menyatu dengan baik dengan plywood yang berfungsi sebagai
bekisting slab.
f. Setelah tembiring selesai dipasang, selanjutnya beton decking dimasukkan
pada bagian bawah, kanan, dan kiri agar jarak pembesian dengan selimut
beton sesuai dengan yang direncanakan.

B. Pengelolaan Material
Untuk bekisting konvensional yang menggunakan material plywood,
kebutuhan plywood dihitung terlebih dahulu sebelum dilakukan order material.
Dari keseluruhan volume plywood yang di-order, hanya 80% dari keseluruhan
volume tersebut yang didatangkan ke lapangan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kelebihan material yang terlalu banyak. Sehingga, jika
80% dari volume tersebut sudah dapat meng-cover seluruh kebutuhan plywood di
lapangan maka sisa 20%-nya tidak akan didatangkan ke lapangan. Namun jika
ternyata volume 80% tersebut masih belum mencukupi kebutuhan plywood di
lapangan, barulah sisa volume 20% tersebut didatangkan ke lapangan. Jika
pekerjaan telah selesai namun tetap ada material yang tersisa, maka material
tersebut akan dikirim ke gudang material pusat untuk di-input menjadi stok
barang yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya.
Sedangkan, untuk bekisting knock down juga dilakukan pemesanan yang
sama sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan di lapangan. Namun karena
bekisting knock down ini didatangkan dari proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang
lain, maka ketersediaannya tidak dapat dipastikan. Hal ini dikarenakan proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group ini merupakan proyek
sendiri yang kontraktornya sekaligus adalah owner-nya, maka lebih diutamakan
proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain. Jadi, bekisting knock down dapat
didatangkan ke lapangan jika sudah selesai digunakan pada proyek yang lain.
Ini mengakibatkan bekisting yang datang sering kali masih dalam keadaan
yang kotor akibat sisa-sisa agregat pada saat dilakukan pengecoran, sehingga
harus dibersihkan dulu sebelum digunakan. Namun tidak jarang juga bekisting
38

yang datang dalam kondisi yang tidak baik atau rusak, sehingga harus dikirim ke
bengkel pusat terlebih dahulu untuk diperbaiki. Selain itu, bekisting yang datang
pun sering kali tidak sesuai pesanan sehingga pekerjaan pengecoran harus
dilakukan secara bertahap karena penggunaan bekisting yang dilakukan secara
bergantian.
Adapun material yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. Plywood 9 mm
b. Bekisting knock down
c. Paku
d. Spons
e. Minyak bekisting

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pengawasan terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting balok
dilakukan dengan berpedoman pada time schedule. Namun, pada kenyataannya di
lapangan sering kali terjadi keterlambatan pada pekerjaan bekisting balok yang
diakibatkan karena kedatangan bekisting knock down yang terlambat. Selain itu,
bekisting yang datang sering kali tidak sesuai dengan pesanan karena masalah
ketersediaan bekisting. Hal ini mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan bekisting balok menjadi lebih lama dari waktu yang
direncanakan karena bekisting knock down yang harus digunakan secara
bergantian. Berikut adalah rekapan prestasi mingguan pekerjaan bekisting balok.

Tabel 2.12 Rekap prestasi mingguan pekerjaan bekisting balok


Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (kg) Bobot
1 18 / 28 Juni - 4 Juli Ground 41.04 2.93%
2 20 / 12 Juli - 18 Juli Ground 379.16 27.10%
3 21 / 19 Juli - 25 Juli Ground 513.62 36.71%
4 22 / 26 Juli - 1 Agustus Ground 793.44 56.71%
5 23 / 2 Agustus - 8 Agustus Ground 965.40 69.00%
6 24 / 9 Agustus - 15 Agustus Ground 1021.36 73.00%
7 25 / 16 Agustus - 22 Agustus Ground 1251.24 89.43%
8 26 / 23 Agustus - 29 Agustus Ground 1265.23 90.43%

Sumber: Laporan mingguan


39

Berdasarkan rekap prestasi mingguan di atas, pada minggu ke-19 tidak


terdapat penambahan progres untuk pekerjaan bekisting balok. Hal ini diakibatkan
karena keterlambatan datangnya bekisting knock down ke lapangan, sehingga
mengakibatkan terjadi keterlambatan yang juga memengaruhi waktu pelaksanaan
pekerjaan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada time schedule di bawah
ini.

Gambar 2.13 Keterlambatan akibat pekerjaan bekisting balok


Sumber: Time schedule

Dari time schedule di atas terlihat bahwa minggu ke-13 mengalami


keterlambatan sebesar 8,73% dengan progres pekerjaan rencana 22,19% dan
progres pekerjaan realisasi 13,46% yang salah satunya diakibatkan karena
terjadinya keterlambatan pada pekerjaan bekisting balok.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan terhadap mutu pekerjaan bekisting balok dilakukan mulai saat
material datang ke tempat konstruksi. Untuk bekisting konvensional, plywood
yang datang dicek terlebih dahulu oleh tim logistik terkait keseuaian material
yang di-order dengan material yang tiba di lapangan. Jika sudah sesuai, material
akan di-input pada nota barang masuk.
Sedangkan untuk bekisting knock down yang datang ke lapangan dicek
terlebih dahulu kondisinya apakah terdapat bekisting yang mengalami kerusakan
atau tidak. Bekisting yang rusak akan dikirim ke bengkel pusat terlebih dahulu
untuk diperbaiki, dan bekisting yang dalam keadaan baik akan segera dipindahkan
40

ke area konstruksi dengan menggunakan tower crane untuk dibersihkan terlebih


dahulu.
Dalam proses pelaksanaannya, pekerjaan bekisting balok diawasi secara
langsung oleh Site Manager (SM) yang sekaligus menjadi pelaksana untuk
memastikan bekisting terpasang dengan baik dan benar. Khususnya saat
pemberian minyak bekisting dan pemasangan spons pada bekisting knock down
untuk meminimalisir terjadinya kebocoran bekisting pada saat pengecoran balok
nantinya.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Jumlah tenaga kerja yang digunakan termasuk dengan penambahan dan
pengurangan tenaga kerja pada pekerjaan bekisting balok sepenuhnya merupakan
kebijakan mandor. Hal ini dikarenakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group menggunakan sistem kontrak untuk tenaga
kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, mandor telah dibekali dengan gambar kerja denah
balok yang berisi informasi terkait panjang bentang balok yang akan dikerjakan.
Sehingga, ukuran bekisting knock down yang dipilih dan ukuran bekisting
konvensional yang akan dibuat berpedoman pada gambar tersebut. Adapun
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. 3 orang pekerja bertugas pada bekisting knock down, mulai dari
membersihkan bekisting, memasang spons, mengoleskan minyak bekisting,
hingga sampai tahap pemasangan bekisting.
b. 3 orang pekerja bertugas pada bekisting konvensional, mulai dari memotong
plywood berdasarkan ukuran dan bentang balok hingga proses penyatuan
plywood tersebut dengan menggunakan paku.

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Seluruh peralatan yang digunakan dalam pekerjaan bekisting balok bersifat
menyewa dengan jumlah alat disesuaikan terhadap kebutuhan di lapangan. Jika
dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting balok ternyata terdapat alat yang rusak,
maka alat tersebut harus dikembalikan untuk diperbaiki terlebih dahulu tanpa
adanya biaya tambahan.
41

Adapun peralatan yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah


sebagai berikut:
a. Bekisting knock down
b. Baja kanal siku

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pekerjaan bekisting balok tidak terdapat permasalahan fatal yang
terjadi karena telah dilakukan pengawasan dengan baik, mengingat pekerjaan
bekisting balok ini adalah pekerjaan yang penting karena akan menentukan bentuk
balok yang dihasilkan. Dikarenakan tidak terdapat permasalahan fatal yang terjadi
maka tidak ada akibat, dampak, dan solusi yang diberikan.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group diterapkan dengan
cara penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) wajib untuk setiap tenaga kerja, staff,
pengunjung, serta anak magang. Untuk pekerjaan bekisting balok, APD (Alat
Pelindung Diri) yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: helm, rompi, sepatu
safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berfungsi
untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di lingkungan
konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan bekisting balok,
seperti: terluka karena terkena alat pemotong plywood, tertusuk paku, dan terkena
palu. Oleh karena itu, penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan
bekisting balok ini sangat penting untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan
kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
42

(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.

2.3.1.3 Pekerjaan Beton Balok


Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
menggunakan 2 jenis balok, yaitu balok precast dan balok konvensional yang
memiliki metode pengecoran yang berbeda. Pengecoran balok precast akan
dilakukan di tempat pabrikasi precast sedangkan pengecoran balok konvensional
akan dilakukan di area konstruksi bersamaan dengan pengecoran pelat.
Namun untuk pengecoran balok precast tidak dilakukan setinggi h balok
dikarenakan bagian atas balok precast tersebut akan dicor kembali bersamaan
dengan pengecoran pelat. Oleh karena itu dalam perhitungan beton balok, h balok
harus dikurangi h pelat terlebih dahulu, yang dimana h pelat adalah 15 cm. Pada
pekerjaan pengecoran, beton yang digunakan adalah beton ready mix dengan mutu
K300.
Adapun tipe balok yang dihitung adalah balok BP1 precast dan
konvensional, balok B3 precast dan konvensional, balok B4 konvensional, balok
B1 konvensional, balok BD konvensional, balok B7 konvensional, balok B9
konvensional, dan balok B5 konvensional. Untuk spesifikasi dari balok tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi balok


BP1 B3 B4 B1 BD B7 B9 B5
Dimensi (m) 0.2 x 0.5 0.2 x 0.35 0.2 x 0.35 0.2 x 0.5 0.4 x 0.6 0.12 x 0.5 0.2 x 0.4 0.2 x 0.4
Tulangan Utama D19 D16 D16 D19 D19 Ø10 D16 D16
Tulangan Sengkang Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8 Ø8
Tulangan Ikat Ø10 - - Ø10 - Ø4 Ø10 -

Sumber: Schedule of beam pada gambar kerja

Berikut adalah tabel rekap perhitungan pekerjaan beton balok untuk lantai 1
(ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4.
43

Tabel 2.13 Rekap perhitungan beton balok lantai 1 (ground floor)


Bentang Beton
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m3)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 21 10.92
2 Balok B3 Bentang 2.35 m 0.2 x 0.35 2.35 10 1.65
3 Balok B3 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.35 5.2 30 10.92
4 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 5 1.00
5 Balok B4 Bentang 2.05 m 0.2 x 0.35 2.05 4 0.57
6 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 0.30
7 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 0.10
8 Balok B4 Bentang 1.5 m 0.2 x 0.35 1.5 8 0.84
9 Balok B4 Bentang 1.975 m 0.2 x 0.35 1.975 2 0.28
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 4 0.88
11 Balok B4 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 11 1.96
12 Balok B4 Bentang 1.66 m 0.2 x 0.35 1.66 1 0.12
13 Balok B3 Bentang 5.6 m 0.2 x 0.35 5.6 4 1.57
14 Balok B3 Bentang 4.35 m 0.2 x 0.35 4.35 4 1.22
15 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 19 7.58
16 Balok B3 Bentang 5.8 m 0.2 x 0.35 5.8 4 1.62
17 Balok B3 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 4 0.80
18 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 0.36
19 Balok B3 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.35 2.25 1 0.16
20 Balok B3 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.35 2.4 1 0.17
21 Balok B3 Bentang 1.65 m 0.2 x 0.35 1.65 1 0.12
22 Balok B3 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.35 3.545 2 0.50
23 Balok B3 Bentang 3.6 m 0.2 x 0.35 3.6 2 0.50
24 Balok B3 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 2 0.44
25 Balok B3 Bentang 2.55 m 0.2 x 0.35 2.55 2 0.36
26 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 2 1.71
27 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 37 21.09
28 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 2 0.57
29 Balok B1 Bentang 2.25 m 0.2 x 0.5 2.25 2 0.45
30 Balok B1 Bentang 2.4 m 0.2 x 0.5 2.4 2 0.48
31 Balok B1 Bentang 6.1 m 0.2 x 0.5 6.1 1 0.61
32 Balok B1 Bentang 7.15 m 0.2 x 0.5 7.15 2 1.43
33 Balok B1 Bentang 22.8 m 0.2 x 0.5 22.8 1 2.28
34 Balok B1 Bentang 9.67 m 0.2 x 0.5 9.67 1 0.97
35 Balok B1 Bentang 6.05 m 0.2 x 0.5 6.05 3 1.82
36 Balok B1 Bentang 3.725 m 0.2 x 0.5 3.725 1 0.37
37 Balok B1 Bentang 7.145 m 0.2 x 0.5 7.145 1 0.71
38 Balok B1 Bentang 3.545 m 0.2 x 0.5 3.545 1 0.35
39 Balok BD Bentang 5.7 m 0.4 x 0.6 5.7 5 6.84
40 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 1.14
41 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 0.18
42 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.04
43 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 0.47
44 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
45 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
TOTAL 87.35
Sumber: Hasil perhitungan penulis
44

Tabel 2.14 Rekap perhitungan beton balok lantai 2


Bentang Beton
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m3)
1 Balok BP1 Bentang 5.4 m 0.2 x 0.5 5.4 9 4.86
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 4 2.28
3 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 6.93
4 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 13 5.19
5 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 0.36
6 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 11 2.19
7 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 3 0.43
8 Balok B4 Bentang 1.475 m 0.2 x 0.35 1.475 1 0.10
9 Balok B4 Bentang 4.575 m 0.2 x 0.35 4.575 1 0.32
10 Balok B4 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.35 3.15 3 0.66
11 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 2.85
12 Balok B1 Bentang 8.55 m 0.2 x 0.5 8.55 4 3.42
13 Balok B1 Bentang 3.64 m 0.2 x 0.5 3.64 1 0.36
14 Balok B1 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 0.29
15 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 0.18
16 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.04
17 Balok B7 Bentang 1.7 m 0.12 x 0.5 1.7 2 0.20
18 Balok B7 Bentang 9.8 m 0.12 x 0.5 9.8 1 0.59
19 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 0.47
20 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 6 2.74
21 Balok B9 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.4 2.85 1 0.23
22 Balok B9 Bentang 1.53 m 0.2 x 0.4 1.53 2 0.24
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 12 6.84
24 Balok B10 Bentang 3.15 m 0.2 x 0.5 3.15 3 0.95
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 0.29
26 Balok B10A Bentang 1.8 m 0.2 x 0.5 1.8 2 0.36
27 Balok B10A Bentang 1.7 m 0.2 x 0.5 1.7 2 0.34
28 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
TOTAL 44.16

Sumber: Hasil perhitungan penulis


45

Tabel 2.15 Rekap perhitungan beton balok lantai 3


Bentang Beton
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m3)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 2.18
2 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 1 0.40
3 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 5 2.85
4 Balok BP1 Bentang 7.7 m 0.2 x 0.5 7.7 2 1.54
5 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 18 3.96
6 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 18 7.18
7 Balok B3 Bentang 4.275 m 0.2 x 0.35 4.275 2 0.60
8 Balok B3 Bentang 5.1 m 0.2 x 0.35 5.1 1 0.36
9 Balok B3 Bentang 4.65 m 0.2 x 0.35 4.65 2 0.65
10 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 13 2.59
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 2 0.20
12 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 0.30
13 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 0.29
14 Balok B4 Bentang 2.025 m 0.2 x 0.35 2.025 2 0.28
15 Balok B4 Bentang 1.4 m 0.2 x 0.35 1.4 1 0.10
16 Balok B4 Bentang 2.01 m 0.2 x 0.35 2.01 2 0.28
17 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 5.70
18 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 0.51
19 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 0.18
20 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.04
21 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 0.47
22 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
23 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 2 1.14
24 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
TOTAL 32.72

Sumber: Hasil perhitungan penulis


46

Tabel 2.16 Rekap perhitungan beton balok lantai 4


Bentang Beton
No Jenis Balok Dimensi (m) Jumlah
(m) (m3)
1 Balok BP1 Bentang 5.2 m 0.2 x 0.5 5.2 6 3.12
2 Balok BP1 Bentang 5.3 m 0.2 x 0.5 5.3 1 0.53
3 Balok BP1 Bentang 5.35 m 0.2 x 0.5 5.35 1 0.54
4 Balok BP1 Bentang 5.45 m 0.2 x 0.5 5.45 1 0.55
5 Balok BP1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 1.71
6 Balok B3 Bentang 5.5 m 0.2 x 0.35 5.5 12 4.62
7 Balok B3 Bentang 4.075 m 0.2 x 0.35 4.075 6 1.71
8 Balok B3 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.35 5.7 9 3.59
9 Balok B3 Bentang 4.375 m 0.2 x 0.35 4.375 4 1.23
10 Balok B3 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.35 5.11 1 0.36
11 Balok B4 Bentang 1.425 m 0.2 x 0.35 1.425 10 1.00
12 Balok B4 Bentang 1.44 m 0.2 x 0.35 1.44 1 0.10
13 Balok B4 Bentang 2.85 m 0.2 x 0.35 2.85 2 0.40
14 Balok B4 Bentang 2.175 m 0.2 x 0.35 2.175 2 0.30
15 Balok B4 Bentang 2 m 0.2 x 0.35 2 2 0.28
16 Balok B4 Bentang 1.52 m 0.2 x 0.35 1.52 1 0.11
17 Balok B4 Bentang 2.06 m 0.2 x 0.35 2.06 2 0.29
18 Balok B1 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 10 5.70
19 Balok B1 Bentang 5.11 m 0.2 x 0.5 5.11 1 0.51
20 Balok B7 Bentang 2.95 m 0.12 x 0.5 2.95 1 0.18
21 Balok B7 Bentang 0.65 m 0.12 x 0.5 0.65 1 0.04
22 Balok B9 Bentang 2.95 m 0.2 x 0.4 2.95 2 0.47
23 Balok B9 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
24 Balok B10 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.5 5.7 3 1.71
25 Balok B10A Bentang 2.85 m 0.2 x 0.5 2.85 1 0.29
26 Balok B5 Bentang 5.7 m 0.2 x 0.4 5.7 1 0.46
TOTAL 30.23

Sumber: Hasil perhitungan penulis

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan beton untuk balok precast adalah
sebagai berikut:
a. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, dilakukan pengecekan terlebih
dahulu terkait tulangan dan bekisting baloknya. Tulangan balok harus dalam
posisi yang lurus dan overstek-nya tidak membengkok ke samping.
Bekisting juga harus dipastikan dalam posisi yang sesuai karena akan
memengaruhi bentuk balok yang akan dihasilkan nantinya. Selain itu, harus
dipastikan pula beton decking sudah terpasang dengan baik.
b. Setelah bekisting dan tulangan balok siap, maka pekerjaan beton atau
pekerjaan pengecoran balok dapat dikerjakan.
47

c. Pengecoran balok precast dilakukan di tempat pabrikasi precast dengan


menggunakan alat concrete bucket. Beton ready mix yang telah tiba di
lapangan kemudian dimasukkan ke concrete bucket dengan bantuan tower
crane untuk selanjutnya dituangkan pada bekisting balok yang telah siap
dicor.
d. Tenaga kerja yang bertugas pada concrete bucket akan menarik tuas agar
beton dapat turun ke bawah yang lebar bukaannya disesuaikan dengan
banyaknya beton yang diperlukan berdasarkan arahan dari tenaga kerja yang
bertugas mengarahkan pipa tremie di bawah.
e. Jika beton pada concrete bucket telah habis maka harus mengambil beton
kembali pada concrete mixer dan mengulangi langkah-langkah di atas
hingga seluruh bekisting beton terisi dengan beton yang cukup.
f. Pada saat pengecoran, balok tidak dicor hingga setinggi h balok melainkan
dikurangi h pelat yaitu 15 cm. Hal ini dikarenakan 15 cm tersebut akan
dicor bersamaan nantinya dengan pelat.
g. Setelah pengecoran selesai, sisa-sisa beton yang tumpah pada saat
pengecoran harus dibersihkan dan permukaan balok yang telah dicor
dirapikan dengan menggunakan cetok.
h. Bekisting balok biasanya dibuka 2-3 hari setelah pekerjaan pengecoran atau
setelah betonnya mengeras.
i. Setelah bekisting dilepas, akan dilakukan tindakan pemeliharaan (curing)
terhadap balok precast tersebut dengan cara menyiramnya dengan air dan
ditutup dengan menggunakan karung goni. Hal ini dilakukan untuk
memastikan reaksi hidrasi senyawa semen agar berlangsung secara optimal.
Tujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai
tindakan menjaga kelembaban/suhu beton sehingga beton dapat mencapai
mutu beton yang diinginkan.
j. Setelah dilakukan pemeliharaan, balok precast siap untuk dipindahkan ke
area konstruksi menggunakan tower crane.

Sedangkan metode pelaksanaan pekerjaan beton untuk balok precast adalah


sebagai berikut:
48

a. Pengecoran balok konvensional biasanya dilakukan bersamaan dengan


pengecoran pelat.
b. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, balok konvensional dibersihkan
terlebih dahulu dari debu dan kotoran dengan cara disemprot menggunakan
alat air compressor. Pembersihan ini sebenarnya lebih ditujukan pada pelat
yang akan dicor, namun dikarenakan pengecorannya bersamaan dengan
balok konvensional maka area balok yang akan dicor pun ikut dibersihkan.
c. Balok konvensional yang akan dicor harus dicek kembali posisi tulangan
dan bekistingnya serta harus dipastikan pula beton decking-nya sudah
terpasang.
d. Dikarenakan pengecoran dilakukan bersamaan dengan pelat, alat yang
digunakan adalah concrete pump dan dibantu dengan vibrator agar tidak ada
rongga dalam balok.
e. Bekisting balok biasanya dibuka 2-3 hari setelah pekerjaan pengecoran atau
setelah betonnya mengeras.

B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dibuat
perhitungan volume beton berdasarkan jenis dan jumlah balok yang akan dicor.
Biasanya, pekerjaan pengecoran balok baik itu balok precast maupum balok
konvensional dilakukan bersamaan dengan pengecoran pelat. Namun tidak jarang
pula pengecoran hanya dilakukan untuk balok precast saja ketika pelat dan balok
konvensional belum siap untuk dicor. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis balok
apa saja yang akan dicor beserta jumlahnya.
Untuk order material yaitu beton ready mix, dilakukan penambahan
sebanyak 5% dari hasil perhitungan volume beton yang dianggap sebagai waste.
Waste ini timbul akibat adanya beton yang terjatuh saat pemindahan beton dari
concrete mixer ke concrete bucket. Selain itu, dalam proses pengecoran balok
precast sering kali beton terjatuh diluar dari bekisting balok sehingga
mengakibatkan beton terbuang.
Hal ini juga terjadi pada saat pengecoran balok konvensional yang
menggunakan concrete pump. Sering kali beton tersangkut dan mengendap di
dalam pump. Inilah mengapa sangat penting untuk menambah volume 5% dari
49

keseluruhan volume yang dihitung agar volume beton untuk pekerjaan balok
dapat terpenuhi meskipun dengan adanya waste beton.
Adapun material yang dibutuhkan dalam pekerjaan beton balok adalah
beton ready mix K300 yang di-order dari PT. Adi Jaya Beton.

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan pengecoran balok di lapangan sering kali mengalami
keterlambatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya keterlambatan pada pekerjaan
sebelumnya yaitu pekerjaan bekisting. Jika bekisting belum terpasang maka
pekerjaan pengecoran balok tidak dapat dilaksanakan.
Selain itu, keterlambatan juga sering kali disebabkan karena terlambatnya
concrete mixer tiba di lapangan. Beberapa kali pengecoran pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group bersamaan dengan
pengecoran pada proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain yaitu proyek Samigitha,
sehingga beton ready mix lebih didahulukan untuk proyek tersebut. Pada tabel
berikut dapat dilihat rekap prestasi mingguan untuk pekerjaan beton balok.

Tabel 2.17 Rekap prestasi mingguan pekerjaan beton balok

Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (m3) Bobot
1 18 / 28 Juni - 4 Juli Ground 6.00 4.88%
2 19 / 5 Juli - 11 Juli Ground 15.00 12.20%
Basement 80.17 100.00%
3 20 / 12 Juli - 18 Juli
Ground 24.72 20.10%
4 21 / 19 Juli - 25 Juli Ground 37.02 30.10%
5 22 / 26 Juli - 1 Agustus Ground 49.32 40.10%
6 23 / 2 Agustus - 8 Agustus Ground 65.44 53.20%
7 24 / 9 Agustus - 15 Agustus Ground 71.59 58.20%
8 25 / 16 Agustus - 22 Agustus Ground 80.96 65.82%
9 26 / 23 Agustus - 29 Agustus Ground 93.26 75.82%
10 28 / 6 September - 12 September Ground 112.66 91.59%
11 29 / 13 September - 19 September Lantai 2 40.39 59.96%
12 33 / 11 Oktober - 17 Oktober Lantai 3 8.37 10.23%

Sumber: Laporan mingguan

Dari tabel rekap prestasi mingguan di atas, terlihat bahwa progres pekerjaan
beton balok lantai 1 (ground floor) mengalami peningkatan yang tergolong rendah
dari minggu ke minggu. Rata-rata peningkatan progres pekerjaan beton balok
50

hanya 9,12% setiap minggunya, sehingga pekerjaan beton balok untuk lantai 1
(ground floor) baru dapat terselesaikan di minggu ke-28. Progres pekerjaan beton
balok pada minggu ke-28 hanya sampai di 91,59% dikarenakan 8,41% dari total
keseluruhan volume pekerjaan balok lantai 1 (ground floor) berada di grid 15.16-
F.H yang merupakan lokasi tower crane didirikan. Hal ini mengakibatkan, sisa
volume 8,41% tersebut baru dapat diselesaikan jika tower crane sudah dibongkar.
Akibat dari rendahnya peningkatan progres pekerjaan beton balok adalah
terjadinya keterlambatan pada time schedule yang dapat dilihat pada gambar
berikut.

Rencana Realisasi
selesai pek. selesai pek.
beton balok beton balok
lantai 1 lantai 1

Gambar 2.14 Keterlambatan pada pekerjaan beton balok lantai 1 (ground floor)
Sumber: Time schedule

Pada time schedule di atas, terlihat bahwa pekerjaan lantai 1 (ground floor)
mengalami keterlambatan 5 minggu. Pekerjaan ini direncanakan selesai pada
minggu ke-23, namun pada kenyataannya pekerjaan baru dapat diselesaikan pada
minggu ke-28. Tidak hanya pada pekerjaan lantai 1 (ground floor) saja, melainkan
pada lantai 2 dan lantai 3 juga mengalami keterlambatan.
Pekerjaan lantai 2 direncanakan selesai pada minggu ke-28, namun pada
kenyataannya pekerjaan beton balok baru mencapai progres 59,96% pada minggu
ke-29. Sedangkan untuk pekerjaan lantai 3 direncanakan selesai pada minggu ke-
32, namun pada kenyataannya pekerjaan beton balok baru mencapai progres
10,23% pada minggu ke-23.
51

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan terhadap mutu pekerjaan beton balok dilakukan mulai dari
beton ready mix tiba di lapangan. Pengawasan mutu dilakukan dengan melakukan
pengujian slump dengan nilai 10±2 cm. Jika nilai slump sudah terpenuhi maka
beton ready mix dapat dimasukkan ke benda uji silinder untuk dilakukan
pembuatan benda uji. Namun jika ternyata nilai slump tidak terpenuhi maka beton
ready mix tidak akan diterima.
Dalam proses pelaksanaannya, seluruh air di lingkungan proyek dimatikan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari beton ready mix ditambahkan air dengan
sengaja yang dapat mengurangi mutu beton.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Pada pelaksanaan pengecoran balok, jumlah tenaga kerja yang digunakan
disesuaikan dengan volume pengecoran yang akan dikerjakan pada saat itu.
Namun untuk pengecoran balok precast, meskipun volume balok yang akan dicor
tergolong banyak pekerjaan hanya akan dikerjakan oleh 3 orang tenaga kerja
dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. 1 orang tenaga kerja bertugas di concrete bucket. Mulai dari memindahkan
beton dari concrete mixer ke concrete bucket, mengatur tuas yang terdapat
pada concrete bucket untuk mengeluarkan beton, hingga berkomunikasi
dengan operator tower crane untuk mengarahkan concrete mixer sesuai
dengan posisi bekisting balok yang akan dicor.
b. 1 orang tenaga kerja bertugas mengarahkan tenaga kerja yang berada di
concrete bucket untuk mengatur banyaknya beton yang dikeluarkan serta
mengarahkan pipa tremie agar beton dapat jatuh tepat di tengah bekisting.
c. 1 orang tenaga kerja bertugas menggunakan alat vibrator, baik itu vibrator
internal maupun vibrator external untuk mengurangi rongga yang akan
terbentuk pada balok nantinya.
Sedangkan pada pekerjaan pengecoran balok konvensional dikarenakan
bersamaan dengan pengecoran balok, maka jumlah tenaga kerja yang digunakan
disesuaikan dengan volume area yang akan dicor. Namun, rata-rata pekerjaan
pengecoran balok konvensional dikerjakan oleh 10 tenaga kerja yang secara
langsung bertugas untuk pengecoran pelat dan balok konvensional.
52

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran balok
adalah sebagai berikut.
a. Tower crane
b. Concrete pump
c. Concrete bucket
d. Cetok
e. (yg buat ngeratain)
f. (yg kayak helicopter)

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pelaksanaan pekerjaan beton balok terdapat beberapa permasalahan,
sebagai berikut:
a. Tulangan overstek yang menempel dengan tulangan yang lain

Gambar 2.15 Tulangan overstek balok menempel dengan tulangan lain


Sumber: Dokumen pribadi

Overstek tulangan utama pada balok precast mengalami kemiringan


sehingga menempel dengan tulangan lain yang mengakibatkan terjadinya
kesulitan dalam penyambungan balok precast terhadap kolom dan balok
anak.
Masalah ini disebabkan karena pada saat pemasangan tulangan
sengkang, tulangan utama tidak dicek terlebih dahulu posisinya sebelum
53

diikat menggunakan kawat. Selain itu, sebelum proses pengecoran juga


tidak dilakukan pengecekan kembali sehingga balok precast di cor dengan
posisi tulangan utama yang miring.
Solusi dari permasalahan ini yaitu, untuk balok yang belum di cor
maka harus diperhatikan terlebih dahulu posisi tulangan utama sebelum
tulangan sengkang diikat dengan kawat dan sebelum pengecoran dilakukan.
Sedangkan, untuk balok yang sudah di cor maka harus dilakukan
pembengkokan tulangan utama kembali dengan menggunakan pleser.
b. Beton nyangkut sampe cpnya meledak
c. Beton kekentelan

2.3.1.4 Pekerjaan Pemasangan Scaffolding


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01
Per/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan, scaffolding atau perancah adalah struktur sementara yang dibuat
dengan tujuan sebagai penyangga tenaga kerja, material bangunan, dan alat-alat
yang digunakan dalam setiap pekerjaan konstruksi. Selain pembangunan,
scaffolding juga biasanya digunakan dalam pemeliharaan dan pembongkaran
bangunan. Scaffolding atau perancah memiliki beberapa komponen, sebagai
berikut.
a. Main Frame
Main frame merupakan komponen utama dari scaffolding yang
berfungsi menentukan ketinggian dan lebar scaffolding yang akan dibangun.
Main frame memiliki berbagai macam tipe dan ukuran yang disesuaikan
dengan kebutuhan bangunan. Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Tunas Jaya Sanur Group tipe main frame yang digunakan adalah main
frame yang memiliki tinggi 170 cm dan lebar 122 cm.
b. Cross Brace
Merupakan dua pipa besi yang saling bersilangan yang memiliki
fungsi sebagai pengikat antara masing-masing main frame sehingga main
frame dapat berdiri tegak.
c. Lock Pin
54

Merupakan kelengkapan scaffolding yang berfungsi sebagai


pengaman untuk mengunci cross brace. Jika cross brace tidak terpasang
dan terkunci dengan baik oleh lock pin akan dapat mengganggu kestabilan
main frame dan akan membahayakan keselamatan para tenaga kerja.
d. Joint Pin
Merupakan kelengkapan scaffolding yang berfungsi menyambung
suatu main frame dengan main frame lain secara vertikal sehingga
memungkinkan untuk membuat lebih dari satu tingkatan perancah.
e. End Frame
End frame adalah komponen scaffolding yang berfungsi untuk
menambah ketinggian dari scaffolding yang digunakan berdasarkan
kebutuhan konstruksi bangunan. Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Tunas Jaya Sanur Group end frame yang digunakan memiliki tinggi 90
cm.
f. Jack Base
Merupakan komponen yang berfungsi sebagai alas kaki dari
scaffolding atau perancah.
g. U-head
Adalah komponen scaffolding yang memiliki bentuk menyerupai
huruf “U” yang berfungsi untuk menyangga, mengapit, dan menahan
konstruksi di atasnya agar tidak mudah goyah.
h. Catwalk
Catwalk berfungsi sebagai tempat berpijak antar main frame yang
digunakan oleh tenaga kerja sebagai landasan kerja. Catwalk terbuat dari
logam agar dapat menopang bobot tenaga kerja dan peralatan yang
digunakan.
i. Tangga
Tangga scaffolding berfungsi sebagai akses naik turunnya tenaga kerja
untuk untuk menuju susunan perancah yang dikehendaki berdasarkan situasi
dimana pekerjaan tersebut akan dilakukan. Tangga merupakan komponen
yang sangat penting dan merupakan standar keselamatan kerja dalam
menggunakan perancah.
55

Perhitungan kebutuhan scaffolding dilakukan dengan tujuan untuk


mengetahui jumlah set scaffolding, u-head, cross brace, dan jack base yang
dibutuhkan untuk masing-masing lantai, dengan satu set scaffolding terdiri dari 2
main frame. Dalam perhitungannya, jarak kolom ke scaffolding disesuaikan
dengan bentang balok yang akan ditopang sehingga dapat berbeda-beda dengan
jumlah set yang sama.
Untuk jumlah kebutuhan u-head dan jack base dihitung dengan cara
mengalikan jumlah set scaffolding yang dibutuhkan dengan jumlah u-head dan
jack base yang digunakan untuk 1 set scaffoldingnya. Satu set scaffolding terdiri
dari 2 main frame, dengan 1 main frame membutuhkan masing-masing 2 buah u-
head dan jack base. Sehingga, untuk 1 set scaffolding dibutuhkan masing-masing
4 u-head dan jack base.
Sedangkan untuk perhitungan cross brace dikarenakan metode pemasangan
yang berselang-seling antar main frame, maka untuk 2 set scaffolding
memerlukan 4 pasang cross brace utama (1 set scaffolding menggunakan 1
pasang cross brace pada masing-masing sisinya) ditambah 4 pasang cross brace
untuk menghubungkan main frame dari dua set scaffolding yang berbeda tersebut.
Untuk 3 set scaffolding membutuhkan 6 pasang cross brace utama dan 8 pasang
cross brace tambahan. Untuk 4 set scaffolding membutuhkan 8 pasang cross
brace utama dan 12 pasang cross brace tambahan, begitu pun seterusnya.
Kebutuhan scaffolding yang dihitung adalah kebutuhan scaffolding pada
lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4. Penulis tidak menghitung
kebutuhan scaffolding pada lantai basement dikarenakan saat magang industri
dimulai scaffolding lantai basement telah terpasang. Berikut adalah tabel
perhitungan kebutuhan scaffolding lantai 1 (ground floor) pada sumbu x. Untuk
tabel perhitungan kebutuhan scaffolding pada lantai 1 (ground floor) pada sumbu
y, lantai 2, lantai 3, dan lantai 4 dapat dilihat pada lampiran.
56

Tabel 2.18 Hasil perhitungan kebutuhan scaffolding lantai 1 (ground floor) sumbu
x
Sumbu X
Grid Bentang Jumlah Set Scaffolding U-head Jack Base Crossbrace
4 D-F 5.2 2.105 2 8 8 8
4 F-H 5.2 2.105 2 8 8 8
A H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
4 J-K 2.35 0.605 1 4 4 2
5 D-E 2.35 0.605 1 4 4 2
5 E-G 5.2 2.105 2 8 8 8
5 G-H 2.35 0.605 1 4 4 2
5 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
5 J-K 2.35 0.605 1 4 4 2
5 A-B 2.35 0.605 1 4 4 2
5 B-C 5.2 2.105 2 8 8 8
5 C-D 5.2 2.105 2 8 8 8
8 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
8 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
10A A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
10A B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
13 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
13 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
15 A1-B 5.4 2.842 2 8 8 8
15 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
16 A1-B 5.4 2.211 2 8 8 8
16 B-C 5.4 2.211 2 8 8 8
5 A-L 39.5 20.789 21 84 84 106
6 A-E 16.6 8.421 8 32 32 40
6 E-F 3.3 1.105 1 4 4 2
6 G-H 2.35 0.605 1 4 4 2
6 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
6 J-K 2.365 0.613 1 4 4 2
6 K-L 5.255 2.450 2 8 8 8
7 K-K' 2.8 1.158 2 8 8 8
7 K'-M 6.645 3.182 3 12 12 14
8 C-D 1.575 0.197 1 4 4 2
8 C-D 3.525 1.224 1 4 4 2
8 D-E 2.53 1.016 2 8 8 4
8 G-K 11.14 5.863 6 24 24 32
8 E-F 3.4 1.474 1 4 4 2
9 C-D 1.575 0.513 1 4 4 2
57

9 C-D 3.225 1.066 2 8 8 8


9 D-E 2.35 0.605 1 4 4 2
9 E-G 5.2 2.105 2 8 8 8
9 G-H 2.35 0.605 1 4 4 2
9 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
9 J-K 2.365 0.613 1 4 4 2
9 K-K' 2.687 0.783 1 4 4 2
9 K'-M 6.77 3.247 3 12 12 14
10 K'-M 6.77 3.247 3 12 12 14
10A C-K' 26.7 14.053 14 56 56 72
12 C-D 1.575 0.513 1 4 4 2
12 C-D 3.225 1.066 2 8 8 8
12 D-F 5.2 2.421 2 8 8 8
12 F-H 5.2 2.105 2 8 8 8
12 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
12 J-K 5.55 2.289 2 8 8 8
13 C-D 5.225 2.118 2 8 8 8
13 D-F 5.25 2.132 2 8 8 8
13 F-H 5.25 2.132 2 8 8 8
13 H-J 5.25 2.132 2 8 8 8
13 J-K' 5.6 2.316 2 8 8 8
13 L-M 5.2 2.105 2 8 8 8
14 C-D 5.265 2.139 2 8 8 8
14 D-F 5.25 2.132 2 8 8 8
14 F-H 5.25 2.132 2 8 8 8
14 H-J 5.25 2.132 2 8 8 8
14 J-K' 5.6 2.316 2 8 8 8
14 K'-M 6.77 3.247 3 12 12 14
14A H-J 5.45 2.237 2 8 8 8
15 C-D 5.2 2.105 2 8 8 8
15 D-F 5.2 2.105 2 8 8 8
15 F-H 5.2 2.105 2 8 8 8
15 H-J 5.2 2.105 2 8 8 8
15 J-K' 5.55 2.289 2 8 8 8
15 L-M 5.2 2.105 2 8 8 8
15 C-D 5.44 2.863 2 8 8 8
15 D-L 25.25 13.289 13 52 52 66
16 C-D 5.225 2.118 2 8 8 8
16 D-F 5.25 2.132 2 8 8 8
16 F-H 5.2 2.105 2 8 8 8
16 H-J 5.25 2.132 2 8 8 8
16 J-K' 5.6 2.316 2 8 8 8
16 K'-M 6.67 2.879 2 8 8 8
16 F-G 1.66 0.558 1 4 4 2
16 G-K 9.4 4.316 4 16 16 20
16 J-K 1.54 0.495 1 4 4 2
17 L-M 2.9 1.211 2 8 8 8
17 G-K 10.74 5.653 5 20 20 26
16 B-C 5.4 2.211 2 8 8 16
17 B-C 5.4 2.211 2 8 8 16
Sumber: Hasil perhitungan penulis
58

Selain melakukan perhitungan jumlah scaffolding yang dibutuhkan, penulis


juga ditugaskan untuk menghitung panjang u-head yang akan dipasang, jumlah
main frame dan end frame, jumlah shapot, serta jumlah suri-suri yang dibutuhkan
pada lantai 2, lantai 3, dan lantai 4. Perhitungan ini kembali dilakukan karena
terdapat perubahan gambar kerja pada lantai tersebut terkait posisi dan dimensi
balok yang digunakan.
Panjang u-head yang akan dipasang dihitung berdasarkan ketinggian dari
masing-masing lantai, di mana tinggi masing-masing lantai dikurangi tinggi main
frame, end frame, dan tinggi baja canal. Tinggi maksimal u-head yang digunakan
adalah 35 cm, sehingga jika h balok terlalu besar maka akan ada kemungkinan
ketinggian yang dihasilkan melebihi tinggi lantai tersebut. Jika terjadi kondisi
seperti ini maka end frame dapat tidak digunakan atau dapat pula menambah
jumlah u-head yang digunakan.
Untuk jumlah shapot dan suri-suri yang dibutuhkan 1 set scaffolding adalah
2 buah shapot dan 2 buah suri-suri. Namun pada pelaksanaan di lapangan
ketersediaan shapot cukup terbatas, sehingga penggunaan shapot diprioritaskan
untuk scaffolding yang menopang bekisting pelat lantai.
Berikut adalah tabel perhitungan panjang u-head, jumlah main frame dan
end frame, jumlah shapot, dan jumlah suri-suri pada lantai 2 sumbu x. Untuk tabel
perhitungan pada lantai 2 sumbu y, lantai 3, dan lantai 4 dapat dilihat pada
lampiran.
59

Tabel 2.19 Hasil perhitungan panjang u-head dan kebutuhan komponen


scaffolding lantai 2 sumbu x
Dimensi Balok Jumlah Mainframe Jumlah Endframe Jumlah Shapot Jumlah Suri-Suri
Grid Jenis Balok Tingi U Head Jumlah U head
Lebar Tinggi (set) (set) (buah) (buah)
1 A-B 0.2 0.5 B1A 0.1 1 1 2 2 4
1 J-K 0.2 0.5 B1A 0.1 1 1 2 2 4
5 A-B 0.2 0.5 B1A 0.1 1 1 2 2 4
1 B-C 0.2 0.5 B1 0.1 2 2 4 4 8
1 C-D 0.2 0.5 B1 0.1 2 2 4 4 8
1 D-F 0.2 0.5 B1 0.1 2 2 4 4 8
1 F-H 0.2 0.5 B1 0.1 2 2 4 4 8
1 H-J 0.2 0.5 B1 0.1 2 2 4 4 8
2 A-C 0.2 0.5 B1 0.1 4 4 8 8 16
2 H-K 0.2 0.5 B1 0.1 4 4 8 8 16
2 C-D 0.2 0.5 BP1 0.1 1 1 2 2 4
2 D-F 0.2 0.5 BP1 0.1 1 1 2 2 4
2 F-H 0.2 0.5 BP1 0.1 1 1 2 2 4
3 A-C 0.4 0.6 BC 0 3 3 6 6 12
3 H-K 0.4 0.6 BC 0 3 3 6 6 12
4 A-C 0.4 0.6 BC 0 3 3 6 6 12
4 H-K 0.4 0.6 BC 0 3 3 6 6 12
5 H-K 0.4 0.6 BC 0 3 3 6 6 12
4 C-D 0.2 0.5 BP1 0.1 2 2 4 4 8
4 D-F 0.2 0.5 BP1 0.1 2 2 4 4 8
4 F-H 0.2 0.5 BP1 0.1 2 2 4 4 8
5 B-C 0.2 0.5 BP1 0.1 2 2 4 4 8
5 C-D 0.2 0.5 BP1 0.1 2 2 4 4 8
5 D-E 0.2 0.5 B1A 0.1 1 1 2 2 4
5 G-H 0.2 0.5 B1A 0.1 1 1 2 2 4
13 C-D 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
13 D-F 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
13 F-H 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
13 J-K' 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
14 C-D 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
14 D-F 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
14 F-H 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
14 J-K' 0.2 0.5 B10 0.1 2 2 4 4 8
13 K'-L 0.2 0.5 B10A 0.1 1 1 2 2 4
14 K'-L 0.2 0.5 B10A 0.1 1 1 2 2 4
TOTAL 69 69 138 138 276

Sumber: Hasil perhitungan penulis

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan scaffolding adalah
sebagai berikut:
a. Scaffolding yang telah tiba di lapangan segera dipindahkan dari truk ke
lantai dimana scaffolding tersebut akan dipasang dengan bantuan tower
crane.
b. Biasanya komponen scaffolding datang secara bertahap, jadi ada
kemungkinan main frame tiba terlebih dahulu sedangkan kelengkapan lain,
seperti jack base, u-head, dan cross brace belum tiba. Oleh karena itu,
komponen scaffolding yang datang dikumpulkan terlebih dahulu pada suatu
area di lantai yang akan dipasang scaffolding.
c. Setelah seluruh komponen scaffolding tiba di lapangan, barulah perakitan
scaffolding dapat dimulai.
60

d. Perakitan dimulai dengan pemasangan u-head dan jack base sebagai


penyangga main frame scaffolding dengan tinggi u-head disesuaikan
berdasarkan ketinggian lantai tersebut.
e. Namun, u-head pada bagian bawah main frame hanya dipasang pada lantai
basement saja. Untuk lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4
tidak terdapat u-head melainkan langsung dipasang main frame scaffolding.
f. Pada lantai basement, setelah u-head terpasang dilanjutkan dengan
pemasangan main frame scaffolding. Satu set scaffolding terdiri dari 2 main
frame yang dipasang dengan jarak 122 cm kemudian diperkuat dengan cross
brace yang dipasang menyilang sehingga main frame dapat berdiri tegak.
g. Pemasangan cross brace dilakukan berselang-seling antar masing-masing
main frame. Cross brace pertama akan dipasang pada main frame pertama
dan ketiga, cross brace kedua akan dipasang pada main frame kedua dan
keempat, begitu pun seterusnya. Metode pemasangan seperti ini bertujuan
untuk meningkatkan kekakuan scaffolding sehingga dapat menopang beban
di atasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
h. Setelah itu dilakukan pemasangan u-head kembali di atas main frame. U-
head ini akan menopang suri-suri dengan tinggi 20 cm dan balok dengan
ketinggian yang berbeda-beda berdasarkan jenisnya. Oleh karena itu, tinggi
u-head harus disesuaikan agar tidak melebihi tinggi lantai basement yaitu
3,1 m.
i. Sedangkan, pada lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan lantai 4,
setelah main frame terpasang dilanjutkan dengan pemasangan end frame.
Kemudian dipasang u-head mengikuti ketentuan pada point g dengan tinggi
lantai 1 (ground floor), lantai 2, dan lantai 3 adalah 3,4 m dan lantai 4
adalah 2,9 m.
j. Untuk scaffolding yang menopang bekisting pelat lantai digunakan 2 u-head
bagian atas dan 2 baja canal agar tinggi masing-masing lantai dapat
terpenuhi. Jadi, setelah pemasangan main frame pada basement dan
pemasangan end frame pada lantai 1 (ground floor), lantai 2, lantai 3, dan
lantai 4 dilanjutkan dengan pemasangan u-head kemudian pemasangan baja
canal dengan tinggi 20 cm. Setelah itu dipasang u-head dan baja canal
61

kembali dengan ketinggian masing-masing u-head disesuaikan dengan


ketinggian masing-masing lantai dan ketinggian baja canal yang digunakan
adalah 5 cm.
k. Selain itu, bekisting pelat lantai juga ditopang oleh shapot dengan
ketinggian 2,8 m. Di atas shapot dipasang u-head dengan tinggi 35 cm dan
baja canal setinggi 5 cm.
l. Shapot dipasang pada masing-masing set scaffolding yang menopang
bekisting pelat lantai atau disesuaikan dengan ketersediaan di lapangan.

B. Pengelolaan Material
Scaffolding dipesan berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan scaffolding
yang telah dilakukan. Biasanya, jumlah scaffolding yang tiba di lapangan tidak
sesuai dengan jumlah yang dipesan dikarenakan faktor ketersediaan scaffolding
itu sendiri. Oleh karena itu, pemasangan scaffolding lebih didahulukan untuk grid
yang pekerjaannya akan segera dilaksanakan.

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan pemasangan scaffolding dilakukan setelah pekerjaan
pengecoran pelat lantai selesai dilakukan. Biasanya pekerjaan pemasangan
scaffolding dikerjakan dalam waktu yang bersamaan dengan pekerjaan kolom. Hal
ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
sehingga setelah pekerjaan kolom selesai dapat segera dilanjutkan dengan
pekerjaan balok dikarenakan scaffolding sudah terpasang.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pelaksanaan


Pengawasan terhadap mutu pelaksanaan pekerjaan pemasangan scaffolding
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan scaffolding yang dipasang telah sesuai
dari segi kekuatan scaffolding dan posisinya. Posisi yang dimaksud disini adalah
scaffolding tidak boleh dipasang terlalu rapat antar baris satu dengan yang lain
karena dapat mempersulit atau menghambat jalur evakuasi. Adanya jalur evakuasi
sangat penting untuk diperhatikan sebagai upaya antisipasi jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan saat berlangsungnya kegiatan konstruksi, sehingga tenaga
kerja dapat menyelamatkan dirinya.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


62

Pekerjaan pemasangan scaffolding di lapangan dikerjakan oleh 3 orang


tenaga kerja. Pemasangan main frame dan cross brace akan dilakukan secara
bersama-sama, namun setelah main frame berdiri tegak tiap-tiap tenaga kerja akan
memasang end frame yang dibagi berdasarkan grid bangunan. Jadi, tiap-tiap
tenaga kerja akan memiliki tanggung jawab untuk memastikan seluruh end frame
pada grid tersebut telah terpasang dengan baik.

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan scaffolding yang penulis amati
tidak ada perlatan yang digunakan. Dikarenakan dalam proses pemasangannya
hanya dilakukan dengan merakit atau menyatukan antar komponen scaffolding.
Satu-satunya alat yang digunakan adalah tower crane untuk memindahkan
scaffolding yang tiba di lapangan dari truk ke area konstruksi.

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pekerjaan pemasangan scaffolding tidak terdapat permasalahan fatal
yang terjadi karena telah dilakukan pengawasan dan pengecekan dengan baik. Hal
ini terlihat dari tidak adanya kecelakaan kerja yang timbul akibat dari kegagalan
scaffolding. Selain itu, scaffolding yang dipasang juga tidak terlalu rapat sehingga
untuk ketersediaan jalur evakuasi dapat dikatakan baik. Dikarenakan tidak
terdapat permasalahan fatal yang terjadi maka tidak ada akibat, dampak, dan
solusi yang diberikan.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group diterapkan dengan
cara penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) wajib untuk setiap tenaga kerja, staff,
pengunjung, serta anak magang. Untuk pekerjaan pemasangan scaffolding, APD
(Alat Pelindung Diri) yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: helm, rompi,
sepatu safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di
lingkungan konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan
pemasangan scaffolding, seperti: tertimpa komponen scaffolding dan tangan
terjepit saat melakukan perakitan komponen scaffolding. Oleh karena itu,
63

penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan bekisting balok ini sangat
penting untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.

2.3.1.5 Pekerjaan Scim Coat Balok dan Kolom


Scim coat adalah acian siap pakai yang berfungsi untuk meratakan dan
menghaluskan permukaan dinding plesteran atau beton (dalam hal ini adalah
permukaan balok dan kolom). Pekerjaan scim coat menggunakan mortar instan
yang berbahan dasar semen, filler, dan aditif yang tercampur secara homogen dan
menggunakan air sebagai pelarutnya. Scim coat dengan menggunakan mortar
instan memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan acian
menggunakan semen, seperti:
a. Dapat diaplikasikan pada bidang plesteran dan beton baik pada interior
maupun eksterior,
b. Mencegah terjadinya retak rambut pada dinding akibat adanya penyusutan,
c. Tidak memerlukan plamir sebagai dasar pengecatan,
d. Dapat langsung dicat setelah berumur 7 hari,
e. Hasil acian lebih halus dan berwarna abu-abu muda,
f. Tidak menyerap bahan cat sehingga menghemat penggunaan cat, dan
g. Memiliki daya rekat yang tinggi dan plastis saat diaplikasikan.
64

Mortar instan yang beredar di pasaran adalah mortar utama (MU) 200 yang
biasanya digunakan untuk pekerjaan acian dan plesteran beton. Tiap-tiap merk
MU 200 memiliki daya sebar dan ketebalannya masing-masing, oleh karena itu
untuk mengetahui berapa sak MU 200 yang dibutuhkan harus dihitung terlebih
dahulu volume balok dan kolom yang akan di-scim coat. Dalam hal ini penulis
hanya ditugaskan untuk menghitung volume balok dan kolom yang akan di-scim
coat saja, untuk perhitungan jumlah MU 200 yang dibutuhkan dilakukan oleh
Quantity Surveyor (QS).
Tabel perhitungan volume balok yang akan di-scim coat pada lantai 1
(ground floor) sumbu x dapat dilihat pada tabel berikut. Sedangkan untuk
perhitungan volume pada lantai 1 (ground floor) sumbu y, lantai 2, lantai 3, dan
lantai 4 dapat dilihat di lampiran.

Tabel 2.20 Perhitungan volume scim coat balok lantai 1 (ground floor) sumbu x

Jenis Dimensi
No Jumlah Vol (m2)
Balok P L T
1 BP2 2.35 0.2 0.35 9 19.035
2 BP1 5.2 0.2 0.35 21 98.28
3 B7 2.95 0.12 0.35 1 2.419
4 B9 2.45 0.2 0.25 2 3.43
5 B6 2.7 0.15 0.2 1 1.485
6 BA1 2.35 0.3 0.45 3 8.46
7 BA 5.2 0.3 0.45 3 18.72
8 B5 5.5 0.2 0.25 1 3.85
9 B1 4.3 0.2 0.35 2 7.74
10 B4 2.6 0.2 0.2 3 4.68
11 B1A 2.55 0.2 0.35 1 2.295
12 B1A 2.45 0.2 0.35 2 4.41
13 B3 2.65 0.2 0.2 2 3.18
14 B1A 2.365 0.2 0.35 2 4.257
15 B1A 0.85 0.2 0.35 2 1.53
16 B3 5.5 0.2 0.2 1 3.3
17 B1 3.3 0.2 0.35 1 2.97
18 B1 1.4 0.2 0.35 1 1.26
19 B4 1.85 0.2 0.2 1 1.11
20 B4 1.3 0.2 0.2 1 0.78
65

Jenis Dimensi
No Jumlah Vol (m2)
Balok P L T
21 B6 3.44 0.15 0.2 1 1.892
22 B1 5.2 0.2 0.35 6 28.08
23 B4 2.66 0.2 0.2 1 1.596
24 BA 5.45 0.3 0.45 7 45.78
25 BP1 5.45 0.2 0.35 2 9.81
26 BB 5.45 0.3 0.35 2 10.9
27 B4 1.625 0.2 0.2 2 1.95
28 B1 3.225 0.2 0.35 2 5.805
29 B1 5.3 0.2 0.35 1 4.77
30 B1 5.4 0.2 0.35 13 63.18
31 B1A 2.35 0.2 0.35 3 6.345
32 B1A 2.8 0.2 0.35 1 2.52
33 B1A 2.7 0.2 0.35 1 2.43
34 B1 6.65 0.2 0.35 1 5.985
35 B1 6.95 0.2 0.35 1 6.255
36 B3 0.8 0.2 0.2 1 0.48
37 B4 6.95 0.2 0.2 1 4.17
38 B1 1.2 0.2 0.35 2 2.16
39 B1 5.35 0.2 0.35 1 4.815
40 B1A 0.95 0.2 0.35 1 0.855
41 B2 5.55 0.3 0.65 1 8.88
42 B2 5.2 0.3 0.65 3 24.96
43 B3 5.4 0.2 0.2 1 3.24
44 B1 2.7 0.2 0.35 1 2.43
45 B1 3.3 0.2 0.35 1 2.97
46 B1 5.225 0.2 0.35 1 4.7025
47 B2 5.25 0.3 0.65 4 33.6
48 B2 6.7 0.3 0.65 1 10.72
49 B5 5.4 0.2 0.25 2 7.56
50 B5 5.71 0.2 0.25 1 3.997
51 B5 5.3 0.2 0.25 1 3.71
52 B5 4.7 0.2 0.25 6 19.74
Total Vol Sumbu x 529.479

Sumber: Hasil perhitungan penulis

Sedangakan, untuk hasil perhitungan volume kolom yang akan di-scim coat
pada lantai basement dan lantai 1 (ground floor) dapat dilihat pada tabel berikut.
66

Tabel 2.21 Perhitungan volume scim coat kolom lantai basement

No Lokasi Keliling Tinggi Tembok Jumlah Vol (m2)


1 Basement 0.415 3.1 1 1.29
2 Basement 1.845 3.1 1 5.72
3 Basement 0.315 3.1 1 0.98
4 Basement 0.245 3.1 1 0.76
5 Basement 1.15 3.1 1 3.57
6 Basement 0.1 3.1 1 0.31
7 Basement 0.5 3.1 1 1.55
8 Basement 1.1 3.1 1 3.41
9 Basement 0.27 3.1 1 0.84
10 Basement 1.2 3.1 1 3.72
11 Basement 1.32 3.1 1 4.09
12 Basement 0.2 3.1 1 0.62
13 Basement 1 3.1 3 9.30
14 Basement 0.535 3.1 1 1.66
15 Basement 1.075 3.1 1 3.33
16 Basement 0.1 3.1 1 0.31
17 Basement 0.777 3.1 1 2.41
18 Basement 0.78 3.1 1 2.42
19 Basement 0.285 3.1 2 1.77
20 Basement 0.98 3.1 1 3.04
21 Basement 1.28 3.1 1 3.97
22 Basement 1.04 3.1 2 6.45
23 Basement 0.53 3.1 2 3.29
67

No Lokasi Keliling Tinggi Tembok Jumlah Vol (m2)


24 Basement 0.39 3.1 1 1.21
25 Basement 1.47 3.1 1 4.56
26 Basement 0.93 3.1 4 11.53
27 Basement 0.195 3.1 1 0.60
28 Basement 1.47 3.1 1 4.56
29 Basement 0.365 3.1 1 1.13
30 Basement 0.93 3.1 1 2.88
31 Basement 0.49 3.1 1 1.52
32 Basement 1.13 3.1 1 3.50
33 Basement 0.82 3.1 1 2.54
34 Basement 0.15 3.1 3 1.40
35 Basement 0.75 3.1 3 6.98
36 Basement 0.45 3.1 2 2.79
37 Basement 0.35 3.1 2 2.17
38 Basement 0.825 3.1 1 2.56
39 Basement 0.2 3.1 1 0.62
40 Basement 0.225 3.1 1 0.70
41 Basement 1.025 3.1 1 3.18
42 Basement 0.6 3.1 1 1.86
43 Basement 0.85 3.1 4 10.54
44 Basement 0.6 3.1 1 1.86
Vol. Total 133.46

Sumber: Hasil perhitungan penulis


68

Tabel 2.22 Perhitungan volume scim coat kolom lantai 1 (ground floor)

No Lokasi Keliling Tinggi Tembok Jumlah Vol (m2)


1 Ground 0.38 3.4 1 1.292
2 Ground 1.06 3.4 14 50.456
3 Ground 2.56 3.4 16 139.264
4 Ground 0.955 3.4 1 3.247
5 Ground 0.577 3.4 1 1.9618
6 Ground 0.302 3.4 1 1.0268
7 Ground 1.104 3.4 1 3.7536
8 Ground 0.302 3.4 1 1.0268
9 Ground 1.557 3.4 1 5.2938
10 Ground 0.38 3.4 1 1.292
11 Ground 1.37 3.4 1 4.658
12 Ground 0.245 3.4 1 0.833
13 Ground 0.1 3.4 1 0.34
14 Ground 1.76 3.4 1 5.984
15 Ground 0.535 3.4 1 1.819
16 Ground 0.19 3.4 1 0.646
17 Ground 0.37 3.4 1 1.258
18 Ground 0.78 3.4 1 2.652
19 Ground 0.219 3.4 1 0.7446
20 Ground 0.43 3.4 1 1.462
21 Ground 1.03 3.4 1 3.502
22 Ground 0.98 3.4 1 3.332
23 Ground 0.285 3.4 2 1.938
24 Ground 1.28 3.4 1 4.352
25 Ground 0.69 3.4 1 2.346
26 Ground 0.78 3.4 1 2.652
27 Ground 1.04 3.4 1 3.536
28 Ground 0.72 3.4 2 4.896
29 Ground 0.14 3.4 3 1.428
30 Ground 0.43 3.4 4 5.848
31 Ground 0.72 3.4 1 2.448
32 Ground 0.115 3.4 1 0.391
33 Ground 0.745 3.4 1 2.533
34 Ground 1.2 3.4 2 8.16
Vol. Total 276.3724

Sumber: Hasil perhitungan penulis

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


69

Adapun metode pelaksanaan pekerjaan scim coat balok dan kolom adalah
sebagai berikut.
a. Dikarenakan pada saat pekerjaan scim coat balok dan kolom dilakukan
seluruh scaffolding telah dilepas, maka sebelum pekerjaan dimulai
dilakukan pemasangan end frame scaffolding dan cross brace. Kemudian di
bagian atas end frame dibentangkan bodeman yang digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja saat melakukan pekerjaan scim coat.
b. Campurkan MU 200 dengan air sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan
berdasarkan masing-masing merk MU 200 dan aduk hingga rata.
c. Sebelum pekerjaan scim coat dilakukan, permukaan balok dan kolom yang
akan di-scim coat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debu dengan
menggunakan kuas.
d. Jika permukaan balok dan kolom telah dibersihkan, maka pekerjaan scim
coat dapat dimulai.
e. Pekerjaan scim coat dilakukan secara manual dengan menggunakan roskam
baja.
f. Ketebalan scim coat yang dianjurkan adalah 1,5 mm namun disesuaikan
kembali dengan kondisi permukaan balok dan kolom di lapangan.

B. Pengelolaan Material
Adapun material yang digunakan dalam pekerjaan scim coat balok dan
kolom adalah Mortar Utama (MU) 200. MU 200 merupakan mortar instan yang
digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air berdasarkan takaran yang
dianjurkan dari masing-masing merk MU 200. Pada proyek Pembangunan
Gedung Kantor Tunas Jaya Sanur Group jenis MU 200 yang digunakan adalah
MU 200 Skim Wall seperti gambar berikut.
MU 200 ini memiliki daya sebar 10 m2 untuk ukuran 20 kg dan 20 m2 untuk
ukuran 40 kg dengan ketebalan 1,5 mm. Oleh karena itu, untuk mengetahui
banyaknya sak MU 200 yang dibutuhkan harus dihitung terlebih dahulu volume
balok dan kolom yang akan di-scim coat. Dalam hal ini penulis hanya ditugaskan
untuk menghitung volume saja, sedangkan untuk menghitung jumlah sak MU 200
yang dibutuhkan dilakukan secara langsung oleh Quantity Surveyor (QS).
70

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pekerjaan scim coat balok dan kolom mulai dikerjakan setelah pekerjaan
pembongkaran scaffolding selesai dikerjakan. Pekerjaan ini dikerjakan bersamaan
dengan pekerjaan pemasangan bata ringan untuk balok dan kolom yang tidak
dipasang bata ringan. Namun untuk balok dan kolom yang akan dipasang bata
ringan, pekerjaan scim coat dilakukan setelah pekerjaan bata ringan selesai
dikerjakan.
Jika dilihat dari waktu pelaksanaan pada time schedule, pekerjaan arsitektur
pada lantai basement seharusnya dimulai pada bulan Mei tepatnya pada tanggal
31 Mei. Namun pada kenyataannya, pekerjaan baru dapat dimulai pada minggu
pertama bulan Oktober. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Rencana pek.
arsitektur
mulai Realisasi pek.
dikerjakan arsitektur
mulai
dikerjakan

Gambar 2.x Time schedule keterlambatan pekerjaan arsitektur lantai basement


Sumber: Laporan mingguan

Keterlambatan ini diakibatkan karena terjadinya keterlambatan pada


pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan struktur pada lantai basement baru
terselesaikan pada bulan Juli. Namun pekerjaan arsitektur lantai basement tidak
dapat langsung dikerjakan, karena lebih difokuskan pada pekerjaan struktur untuk
mengejar target selesainya pekerjaan struktur yaitu pada bulan Desember. Oleh
karena itu, pekerjaan arsitektur yaitu pekerjaan scim coat balok dan kolom pada
lantai basement baru dimulai pada minggu pertama bulan Oktober saat pekerjaan
struktur lantai 3 mulai dikerjakan.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan mutu pekerjaan scim coat balok dan kolom dilakukan secara
langsung oleh Site Manager (SM) selaku pelaksana. Pengawasan dilakukan sejak
71

tenaga kerja melakukan pencampuran MU 200 dengan air hingga pada saat
pelaksanaan pekerjaan scim coat itu dilakukan. Hal ini bertujuan agar volume air
yang dicampurkan pada MU 200 sesuai dengan anjuran sehingga mutunya tetap
terjaga. Selain itu, agar pada proses pengaplikasian MU 200 pada permukaan
balok dan kolom tidak terlalu tebal namu merata pada setiap permukaan balok dan
kolom.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Dalam proses pelaksanaannya, pekerjaan scim coat balok dan kolom
dikerjakan oleh 4 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. 2 orang tenaga kerja bertugas pada pekerjaan scim coat balok, mulai dari
pembersihan hingga proses pengaplikasian.
b. 2 orang tenaga kerja bertugas pada pekerjaan scim coat kolom, mulai dari
pembersihan hingga proses pengaplikasian.
Dalam proses pencampuran MU 200 dengan air juga dilakukan oleh 4 orang
tenaga kerja tersebut dalam satu wadah, kemudian barulah dibagi ke dalam 4
ember untuk masing-masing tenaga kerja.

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Pada pekerjaan scim coat balok dan kolom dilakukan pengawasan terhadap
peralatan-peralatan yang digunakan dengan cara melakukan pencatatan setiap
harinya alat-alat apa saja yang digunakan beserta jumlahnya. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir alat-alat yang hilang atau tercecer pada saat pelaksanaan
pekerjaan scim coat balok dan kolom. Jika terdapat alat-alat yang mengalami
kerusakan maka akan dikirim ke bengkel pusat untuk dilakukan perbaikan terlebih
dahulu.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan scim coat
balok dan kolom adalah sebagai berikut.
a. Roskam besi
b. Ember
c. Kuas
d. End frame scaffolding
e. Cross brace scaffolding
72

f. Bodeman

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pekerjaan scim coat balok dan kolom tidak terdapat permasalahan
fatal yang terjadi karena telah dilakukan pengawasan dengan baik. Dikarenakan
tidak terdapat permasalahan fatal yang terjadi maka tidak ada akibat, dampak, dan
solusi yang diberikan.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Untuk pekerjaan scim coat balok dan kolom, APD (Alat Pelindung Diri)
yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: helm, rompi, sepatu safety, masker,
dan kacamata pelindung saat melakukan pencampuran MU 200 dengan air.
Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berfungsi untuk mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja di lingkungan konstruksi. Adapun risiko
terjadinya kecelakaan pada pekerjaan scim coat balok dan kolom, seperti: iritasi
mata akibat bubuk MU 200, gangguan pernafasan, dan terkena tumpahan cairan
MU 200. Oleh karena itu, penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan
scim coat balok dan kolom ini sangat penting untuk mencegah terjadinya risiko
kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.

2.3.1.6 Pekerjaan Pasangan Keramik dan Skirting


73

Pekerjaan pasangan keramik adalah pekerjaan finishing penutup lantai dan


dinding menggunakan material keramik. Pada pekerjaan ini penulis ditugaskan
untuk menghitung volume kebutuhan keramik, yang meliputi: keramik lantai,
keramik dinding, dan skirting lantai dan tangga. Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group menggunakan 3 ukuran keramik yang
berbeda, yaitu ukuran 40 cm x 40 cm, 60 cm x 60 cm, dan 30 cm x 60 cm.
Keramik dengan ukuran 30 cm x 60 cm digunakan di dinding toilet. Keramik
dengan ukuran 60 cm x 60 cm digunakan di lantai store, lantai foyer, lantai
koridor toilet, lantai janitor, lantai toilet male dan female, dan lantai tangga. Dan
keramik dengan ukuran 40 cm x 40 cm digunakan di lantai electrical panel room.
Adapun jenis keramik yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.23 Spesifikasi keramik yang digunakan

Ukuran
Lokasi Jenis Keramik
(cm)
30 x 60 Dinding kamar mandi lantai basement Valentino
Lantai dan skirting store
Lantai dan skirting koridor toilet
Lantai dan skirting ruang operasional Homogenous Blunt Ivory
60 x 60
Lantai dan skirting pantry dan smoking area Valentino Gress
Lantai dan skirting menuju tangga darurat
Lantai dan skirting janitor
Lantai dan skirting toilet male dan female Homogenous Trope Beige
60 x 60
Lantai dan skirting tangga Matt Valentino Gress
40 x 40 Lantai dan skirting electrical panel room Platinum
30 x 60 Dinding kamar mandi Dexa Cream Décor
60 x 60 Lantai dan skirting foyer Marmer Grey Bandung

Sumber: Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Perhitungan volume pasangan keramik dilakukan dengan berpedoman pada


gambar arsitektur yang dapat dilihat di lampiran. Untuk volume pasangan keramik
lantai dilakukan dengan menghitung luas daerah yang akan dipasang keramik
dengan mengalikan panjang dan lebar dikurangi volume kolom. Untuk volume
pasangan keramik dinding dilakukan dengan mengukur panjang daerah yang akan
dipasang keramik dinding dengan membuat polyline terlebih dahulu kemudian
klik kanan pada autocad dan pilih properties untuk mengetahui length atau
panjang polyline tersebut. Jika panjangnya sudah diketahui, maka untuk
74

menghitung volume pasangan keramik dinding tinggal mengalikan panjang


dengan tinggi keramik yang akan dipasang. Dalam hal ini tinggi keramik dinding
yang akan dipasang adalah 2 m.
Dan untuk menghitung volume pasangan keramik skirting dilakukan dengan
mengukur panjang daerah yang akan dipasang skirting dengan membuat polyline
terlebih dahulu kemudian klik kanan pada autocad dan pilih properties untuk
mengetahui length atau panjang polyline tersebut. Tinggi pekerjaan skirting
adalah 10 cm, namun dalam perhitungan kebutuhannya hanya dihitung panjang
dalam satuan m. Karena dalam pengerjaannya dilakukan per grid, maka
perhitungan volume skirting pun dilakukan berdasarkan grid.
Adapun hasil perhitungan volume keramik dan skirting koridor pada lantai
basement dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk hasil perhitungan yang lainnya
dapat dilihat di lampiran.

Tabel 2.24 Hasil perhitungan volume keramik koridor lantai basement


Keramik Lantai Koridor Toilet 60 x 60 cm
Volume Kolom Volume Keramik
Lokasi Uraian Panjang Lebar Total (m2)
(m2) (m2)
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 11.225 2.65 0.717 29.030
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 5.82 2.7 0.170 15.544
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 5.355 2.845 0.137 15.098
68.208
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 0.15 1.05 0.000 0.158
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 0.22 1.302 0.000 0.573
Koridor Keramik lantai 60 x 60 cm 5.56 1.475 0.395 7.807

Sumber: Hasil perhitungan penulis

Tabel 2.25 Hasil perhitungan volume skirting koridor lantai basement


Skriting Keramik 60 x 60 cm
Lokasi Uraian Grid Volume (m) Total (m)
Koridor Keramik 60 x 60 cm 5 G-H 3.042
Koridor Keramik 60 x 60 cm H 5-9 9.360
Koridor Keramik 60 x 60 cm 9 D-H 12.225
Koridor Keramik 60 x 60 cm D 5-9 9.965
58.240
Koridor Keramik 60 x 60 cm 5 D-E 2.595
Koridor Keramik 60 x 60 cm E 5-9 10.265
Koridor Keramik 60 x 60 cm 8 F-G 2.300
Koridor Keramik 60 x 60 cm G 5-9 8.488

Sumber: Hasil perhitungan penulis

Dikarenakan hingga tanggal 22 Desember 2022 yang merupakan tanggal


berakhirnya magang industri pekerjaan pasangan keramik belum dimulai, maka
75

penulis tidak dapat melihat dan memperlajari secara langsung bagaimana


pekerjaan pasangan keramik ini dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam laporan
magang ini penulis tidak dapat menjabarkan metode pelaksanaan pekerjaan,
pengelolaan material, pengawasan terhadap waktu, pengawasan terhadap mutu,
pengawasan terhadap tenaga kerja, pengawasan terhadap peralatan, dan
pengawasan terhadap SMK3L pada pekerjaan pasangan keramik. Namun terdapat
beberapa permasalahan yang penulis hadapi dalam melakukan perhitungan
volume keramik dan skirting, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya ketidaksesuaian item pekerjaan pada RAB arsitektur dengan
gambar arsitektur
Dalam perhitungan volume keramik dan skirting penulis berpedoman
pada rincian item pekerjaan pasangan keramik yang tercantum dalam
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan gambar arsitektur proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group. Namun,
terdapat beberapa item pekerjaan pada RAB yang tidak sesuai dengan
gambar kerja. Dapat dilihat pada gambar berikut, bahwa pada RAB
pekerjaan pasangan keramik lantai basement terdapat beberapa lokasi yang
menggunakan keramik dengan ukuran 60 cm x 60 cm, yaitu: store, foyer,
koridor toilet, dan janitor.

Gambar 2.x Item pekerjaan pasangan keramik 60 cm x 60 cm pada lantai


basement
Namun, dapat dilihat pada gambar arsitektur lantai basement di
lampiran bahwa tidak terdapat area foyer pada lantai basement. Hal ini
mengakibatkan hasil perhitungan volume keramik 60 cm x 60 cm pada
lantai basement tidak sesuai dengan volume pada RAB. Di mana, volume
pada RAB adalah 88,90 m2 sedangkan volume hasil perhitungan penulis
adalah 68,208 m2.
76

Selain itu juga terdapat item pekerjaan yang tidak tercantum di RAB
namun terdapat pada gambar arsitektur, salah satunya dalah toilet
disabilitas. Hal ini mengakibatkan volume pasangan keramik toilet yang
penulis hitung melebihi volume pada RAB. Untuk toilet pada lantai
basement berdasarkan pehitungan diperoleh volume 22,788 m2 sedangkan
volume pada RAB adalah 19,18 m2.

Penyebab dan solusi

2.3.1.7 Pekerjaan Dinding


Pekerjaan dinding meliputi pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran,
pekerjaan acian, dan pekerjaan pengecatan. Pekerjaan pasangan bata pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group menggunakan
material utama bata ringan dan Mortar Utama (MU) 300. Terdapat 2 tipe bata
ringan yang digunakan, yaitu bata ringan dengan tebal 12,5 cm dan 20 cm. Bata
ringan dengan tebal 12,5 cm digunakan untuk pasangan dinding dan penebalan
kolom, sedangkan bata ringan dengan tebal 20 cm digunakan untuk penebalan
kolom yang lebih besar.
Penulis ditugaskan melakukan perhitungan volume dinding untuk pekerjaan
pasangan bata ringan, pekerjaan plesteran, pekerjaan acian, dan pekerjaan
pengecatan. Untuk itu penulis berpedoman pada gambar arsitektur, gambar denah
balok, dan gambar section. Gambar arsitektur digunakan untuk mengetahui
panjang dinding yang akan dipasang bata ringan dan mengetahui posisi pintu.
Gambar denah balok digunakan untuk mengetahui tipe balok yang berada di atas
dinding, karena tiap-tiap dinding akan memiliki ketinggian yang berbeda
tergantung dari tipe balok di atasnya. Dan gambar section digunakan untuk
mengetahui ketinggian dari masing-masing lantai.
Dalam menentukan volume dinding untuk pekerjaan pasangan bata
dilakukan dengan mengalikan lebar dinding dengan tinggi bersih. Tinggi bersih
adalah tinggi masing-masing lantai dikurangi dengan tinggi balok yang berada di
atas dinding. Setelah diperoleh volume dinding untuk pasangan bata ringan secara
keseluruhan pada masing-masing lantai, selanjutnya dikurangi dengan volume
kusen jendela sesuai dengan spesifikasi kusen yang digunakan pada RAB. Namun
volume ini tidak perlu dikurangi dengan volume kusen pintu dikarenakan lebar
77

dinding yang di ukur tidak termasuk dengan kusen pintu. Untuk pengurangan
terhadap kusen jendela sebenarnya dapat dilakukan langsung dengan cara
mengurangi tinggi bersih dinding dengan tinggi kusen jendela. Namun untuk
memudahkan perhitungan mengingat terdapat spesifikasi kusen jendela yang
berbeda-beda, maka dilakukan akumulasi volume terlebih dahulu kemudian
dikurangi dengan volume kusen jendela.
Untuk menghitung volume pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan
dilakukan dengan mengalikan dua volume pekerjaan pasangan bata, dikarenakan
pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan dilakukan pada kedua sisi dinding.
Namun terdapat beberapa bagian yang tidak memungkinkan dilakukan plesteran,
acian, dan pengecatan, seperti: area dekat tangga darurat dan area dekat toilet atau
yang ditunjukkan pada gambar dengan tanda silang. Untuk bagian ini maka
volume pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan memiliki volume yang sama
dengan volume pasangan bata. Adapun hasil perhitungan volume dinding untuk
pekerjaan pasangan bata, plesteran, acian, dan pengecatan pada lantai basement
dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk hasil perhitungan pada lantai ground, lantai
2, lantai 3, dan lantai 4 dapat dilihat di lampiran.
78

Tabel 2.26 Hasil perhitungan volume pekerjaan pasangan bata, pekerjaan


plesteran, pekerjaan acian, dan pekerjaan pengecatan
Vol Ps. Bata Vol Plesteran Vol Acian Vol Cat
No Lebar Tinggi Tembok Tinggi Balok Tinggi Bersih Jumlah
(m2) (m2) (m2) (m2)
1 2.3 3.1 0.6 2.5 2 11.5 23 23 23
2 1.395 3.1 0.6 2.5 2 6.975 13.95 13.95 13.95
3 2.41 3.1 0.6 2.5 1 6.025 6.025 6.025 6.025
4 1.04 3.1 0.4 2.7 2 5.616 5.616 5.616 5.616
5 1.54 3.1 0.35 2.75 2 8.47 16.94 16.94 16.94
6 3.29 3.1 0.5 2.6 1 8.554 17.108 17.108 17.108
7 1.41 3.1 0.5 2.6 1 3.666 7.332 7.332 7.332
8 1.86 3.1 0.35 2.75 1 5.115 10.23 10.23 10.23
9 1.26 3.1 0.35 2.75 1 3.465 6.93 6.93 6.93
10 2.35 3.1 0.5 2.6 2 12.22 24.44 24.44 24.44
11 5.2 3.1 0.5 2.6 1 13.52 27.04 27.04 27.04
12 5.4 3.1 0.6 2.5 2 27 54 54 54
13 3.8 3.1 0.5 2.6 1 9.88 19.76 19.76 19.76
14 8.05 3.1 0.6 2.5 1 20.125 40.25 40.25 40.25
15 0.5 3.1 0.5 2.6 1 1.3 2.6 2.6 2.6
16 0.91 3.1 0.5 2.6 1 2.366 4.732 4.732 4.732
17 5.2 3.1 0.5 2.6 1 13.52 27.04 27.04 27.04
18 3.88 3.1 0.5 2.6 1 10.088 20.176 20.176 20.176
19 2.75 3.1 0.35 2.75 1 7.5625 15.125 15.125 15.125
20 3.21 3.1 0.5 2.6 1 8.346 16.692 16.692 16.692
21 0.65 3.1 0.5 2.6 1 1.69 3.38 3.38 3.38
22 0.8 3.1 0.35 2.75 1 2.2 4.4 4.4 4.4
23 0.34 3.1 0.35 2.75 1 0.935 1.87 1.87 1.87
24 1.535 3.1 0.35 2.75 1 4.22125 8.4425 8.4425 8.4425
25 1.345 3.1 0.35 2.75 1 3.69875 7.3975 7.3975 7.3975
26 5.15 3.1 0.5 2.6 1 13.39 26.78 26.78 26.78
27 3.66 3.1 0.5 2.6 1 9.516 19.032 19.032 19.032
28 5.4 3.1 0.5 2.6 1 14.04 28.08 28.08 28.08
29 3.85 3.1 0.5 2.6 1 10.01 20.02 20.02 20.02
30 5.2 3.1 0.6 2.5 1 13 26 26 26
31 0.784 3.1 0.6 2.5 1 1.96 3.92 3.92 3.92
32 3.016 3.1 0.6 2.5 1 7.54 15.08 15.08 15.08
33 2.84 3.1 0.5 2.6 1 7.384 7.384 7.384 7.384
34 2.685 3.1 0.5 2.6 1 6.981 13.962 13.962 13.962
35 0.625 3.1 0.4 2.7 1 1.6875 1.6875 1.6875 1.6875
36 0.575 3.1 0.4 2.7 1 1.5525 3.105 3.105 3.105
37 0.295 3.1 0.5 2.6 1 0.767 0.767 0.767 0.767
38 1.995 3.1 0.5 2.6 1 5.187 10.374 10.374 10.374
39 1.565 3.1 0.15 2.95 1 4.61675 9.2335 9.2335 9.2335
40 0.345 3.1 0.5 2.6 1 0.897 1.794 1.794 1.794
41 2.045 3.1 0.5 2.6 1 5.317 10.634 10.634 10.634
42 0.345 3.1 0.5 2.6 1 0.897 0.897 0.897 0.897
43 5.3 3.1 0.5 2.6 1 13.78 27.56 27.56 27.56
44 0.29 3.1 0.35 2.75 2 1.595 1.595 1.595 1.595
45 0.54 3.1 0.35 2.75 2 2.97 5.94 5.94 5.94
46 0.45 3.1 0.35 2.75 1 1.2375 2.475 2.475 2.475
47 0.55 3.1 0.35 2.75 1 1.5125 3.025 3.025 3.025
48 3.85 3.1 0.5 2.6 1 10.01 20.02 20.02 20.02
49 5.2 3.1 0.6 2.5 1 13 26 26 26
50 0.51 3.1 0.15 2.95 2 3.009 3.009 3.009 3.009
Total 349.91525 672.85 672.85 672.85
Vol Kusen (m2) 20.43
Volume Pekerjaan 329.48525 652.42 652.42 652.42

Sumber: Hasil perhitungan penulis

Pekerjaan pasangan bata ringan dimulai pada minggu ke-33 yaitu pada
tanggal 11 Oktober 2022, namun penulis tidak melakukan pengawasan secara
langsung di lapangan terkait dengan pekerjaan pasangan bata ringan ini.
79

Sedangkan, hingga tanggal 22 Desember 2022 yang merupakan hari terakhir


magang industri untuk pekerjaan plesteran, acian, dan pengecatan dinding belum
mulai dikerjakan. Oleh karena itu, dalam laporan magang industri ini penulis tidak
dapat menjabarkan metode pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan material,
pengawasan terhadap waktu, pengawasan terhadap mutu, pengawasan terhadap
tenaga kerja, pengawasan terhadap peralatan, dan pengawasan terhadap SMK3L
pada pekerjaan dinding, yang meliputi: pekerjaan pasangan bata, pekerjaan
plesteran, pekerjaan acian, dan pekerjaan pengecatan. Dalam melakukan
perhitungan volume pekerjaan dinding ini penulis tidak mengalami masalah yang
berarti, dikarenakan gambar-gambar yang diperlukan dan item pekerjaan pada
RAB sudah cukup jelas.

2.3.1.7 Pekerjaan Pengecatan Bondek


Bondek atau floordeck adalah material bangunan berupa lembaran yang
terbuat dari dari galvalum berlapis galvanis atau aluminium yang digunakan untuk
pembuatan plafond pengganti triplek. Selain itu, material ini umumnya juga
digunakan untuk pengecoran lantai pada gedung bertingkat atau yang disebut
dengan metal decking. Bondek yang digunakan pada proyek Pembangunan
Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group dapat dilihat pada gambar berikut.
Bondek adalah material yang berbentuk lembaran bergelombang dan terbuat
dari bahan yang kokoh. Selain sebagai pengganti triplek, bondek juga sekaligus
berfungsi sebagai tulangan positif pada beton. Oleh karena itu, bondek lebih
dipilih dibandingkan triplek karena penggunaannya lebih efisien dan dapat
menghemat volume beton hingga 25%.
Dikarenakan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group ini mengambil
tema industrial, maka dilakukan pekerjaan pengecatan pada bondek agar tampilan
bondek expose lebih menarik. Dalam hal ini, penulis ditugaskan untuk
menghitung luas area bondek yang akan dicat pada lantai ground, lantai 2, lantai
3, dan lantai 4. Perhitungan dilakukan dengan mengacu pada gambar denah
bondek.
Karena bondek memiliki bentuk yang bergelombang, maka untuk
menentukan volume bondek yang akan dicat harus diukur terlebih dahulu panjang
bondek termasuk lembah dan gunungnya. Berdasarkan hasil pengukuran secara
80

langsung, diperoleh panjang lembah dan gunung bondek adalah seperti gambar
berikut.
Dalam bentang bondek 1 m terdapat 3 gunung dan 3 lembah. Sehingga,
panjang permukaan 1 m bondek adalah panjang lembah dan gunung dikali 3.

Panjang gunung = 6 + 16,5 + 6 = 28,5 cm


Panjang lembah = 12 cm
Panjang permukaan 1 m bondek = (panjang gunung + panjang lembah) x 3
= (28,5 + 12) x 3
= 40,5 x 3
= 121,5 cm = 1,215 m
Maka, untuk menghitung volume permukaan bondek yang akan dicat adalah
panjang bondek x lebar bondek x 1,215 m. Besarnya nilai panjang dan lebar
bondek diukur pada gambar denah bondek. Adapun tabel hasil perhitungan
volume pengecatan bondek pada lantai 1 (ground floor) dapat dilihat pada tabel
berikut. Untuk hasil perhitungan volume pengecatan bondek pada lantai 2, lantai
3, dan lantai 4 dapat dilihat di lampiran.
Tabel 2.27 Hasil perhitungan volume pengecatan bondek pada lantai 1 (ground
floor)
No Lebar Panjang Panjang Total Jumlah Volume Satuan
1 2.65 2.65 3.220 2 17.065 m2
2 2.65 1.7 2.066 15 82.104 m2
3 5.5 2.65 3.220 4 70.835 m2
4 5.5 1.7 2.066 30 340.808 m2
5 5.45 2.65 3.220 2 35.095 m2
6 5.45 1.7 2.066 21 236.396 m2
7 2.7 1.3 1.580 1 4.265 m2
8 2.6 2.66 3.232 1 8.403 m2
9 2.66 2.65 3.220 2 17.129 m2
10 2.66 2.62 3.183 1 8.468 m2
11 1.7 5.5 6.683 12 136.323 m2
12 2.64 2.65 3.220 3 25.500 m2
13 2.64 2.58 3.135 1 8.276 m2
14 1.7 4.15 5.042 6 51.431 m2
15 1.7 5.6 6.804 6 69.401 m2
Volume Total 1111.497 m2
Sumber: Hasil perhitungan penulis
81

Hingga tanggal 22 Desember 2022 yang merupakan hari terakhir magang


industri, pekerjaan pengecatan bondek belum mulai dikerjakan. Oleh karena itu,
dalam laporan magang industri ini penulis tidak dapat menjabarkan metode
pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan material, pengawasan terhadap waktu,
pengawasan terhadap mutu, pengawasan terhadap tenaga kerja, pengawasan
terhadap peralatan, dan pengawasan terhadap SMK3L pada pekerjaan pengecatan
bondek. Dalam melakukan perhitungan volume pekerjaan pengecatan bondek ini
penulis tidak mengalami masalah yang berarti, dikarenakan gambar yang
diperlukan dan instruksi dari Quantity Surveyor (QS) selaku mentor sudah cukup
jelas.

2.3.1.8 Laporan Mingguan Pekerjaan


Sebagai asisten Quantity Surveyor (QS) selain ditugaskan untuk menghitung
volume pekerjaan dan material yang dibutuhkan, penulis juga ditugaskan untuk
membuat laporan mingguan pekerjaan. Pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group, laporan mingguan pekerjaan dan update
progres pekerjaan realisasi pada time schedule dilakukan setiap hari selasa. Jadi
setiap hari selasa penulis melakukan maping terlebih dahulu di lapangan untuk
mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan.
Dari hasil maping, selanjutnya dilakukan perhitungan volume pekerjaan
yang telah diselesaikan. Perhitungan volume pekerjaan dilakukan dengan
menggunakan bantuan software Microsoft Excel. Setelah volume pekerjaan di
hitung, kemudian di-input pada format laporan mingguan yang telah diberikan
untuk mengetahui persentase pekerjaan yang telah diselesaikan dari masing-
masing item pekerjaan tersebut. Untuk format laporan mingguan dapat dilihat
pada gambar berikut, atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

Gambar 2.x Format laporan mingguan pekerjaan


Sumber: Laporan mingguan
82

Pada format excel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 kolom progres,
yaitu: last week, this week, dan until this week. Sebelum volume pekerjaan pada
minggu yang bersangkutan di-input, volume pekerjaan pada minggu sebelumnya
harus dipindahkan terlebih dahulu ke kolom last week dengan menggunakan paste
values. Selanjutnya volume masing-masing item pekerjaan pada minggu tersebut
yang telah dihitung sebelumnya di-input ke kolom until this week dengan
mengakumulasikan volume pekerjaan pada minggu tersebut dengan volume
pekerjaan pada minggu sebelumnya.

Namun untuk memudahkan perhitungan pada beberapa pekerjaan, volume


yang dihitung adalah volume pekerjaan keseluruhan yang telah diselesaikan pada
minggu tersebut. Misalnya pada item pekerjaan beton kolom, tentu akan lebih
mudah menghitung volumenya dengan melihat di lapangan jumlah kolom yang
telah dicor. Maka volume pekerjaan yang di-input pada kolom until this week
adalah volume pekerjaan seluruhnya. Sehingga, untuk melihat volume pekerjaan
pada minggu tersebut dapat dilihat pada kolom this week. Dari volume yang telah
ter-input akan secara langsung dapat menunjukkan persentase progres dari item
pekerjaan tersebut. Setelah seluruh volume pekerjaan di-input, pada bagian bawah
terlihat akumulasi persentase progres pekerjaan pada minggu tersebut seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 2.x Akumulasi persentase progres pekerjaan


Sumber: Laporan mingguan

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat persentase total realisasi,
rencana, dan deviasi. Persentase total realisasi adalah akumulasi progres pekerjaan
realisasi yang dapat diselesaikan, baik itu pada last week, this week, dan until this
week. Persentase realisasi pada kolom until this week adalah besarnya persentase
yang akan di-input pada time schedule untuk melihat grafik progres pekerjaan
mingguannya. Untuk persentase rencana adalah persentase yang diperoleh dari
time schedule yang merupakan rencana persentase pekerjaan yang dapat
83

diselesaikan pada minggu tersebut. Dan persentase deviasi adalah hasil


pengurangan persentase realisasi dengan persentase rencana. Jika nilai persentase
deviasi minus, maka progres pekerjaan pada minggu tersebut mengalami
keterlambatan dari yang direncanakan.
Dalam mengerjakan laporan mingguan pekerjaan ini penulis tidak
mengalami masalah yang berarti, dikarenakan untuk perhitungan volume
pekerjaan telah diajarkan sebelumnya di kampus dan format laporan mingguannya
mudah untuk dimengerti.

2.3.1.9 Hambatan yang Dihadapi sebagai Asisten Quantity Surveyor (QS)


Dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan selaku asisten Quantity
Surveyor (QS), yaitu: melakukan perhitungan volume pekerjaan dan material yang
dibutuhkan serta membuat laporan mingguan, terdapat beberapa hambatan yang
penulis hadapi diantaranya adalah:

a. Perubahan gambar kerja yang kerap kali terjadi


Dalam pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas
Jaya Sanur Group sempat terjadi perubahan gambar kerja beberapa kali.
Perubahan ini, seperti: penambahan dan pengurangan balok, perubahan
dimensi balok, perubahan jenis balok dari balok precast menjadi
konvensional, perubahan denah bondek, dan perubahan RC Wall pada
daerah porte cochre.
Perubahan ini diakibatkan karena adanya banyak saran, masukan, dan
pertimbangan dari pihak-pihak owner yang terlibat. Sehingga, gambar
sebelumnya harus ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan. Adanya
perubahan gambar ini tentunya cukup menghambat proses perhitungan
dikarenakan harus menyesuaikan kembali dengan gambar yang terbaru.
Oleh karena itu, penting untuk selalu dilakukan pemeriksaan kembali oleh
mentor terhadap tugas-tugas yang telah diselesaikan sehingga dapat
meminimalisir adanya kesalahan.

2.3.2 Tugas Tambahan sebagai Asisten Pelaksana


Selain ditugaskan sebagai asisten Quantity Surveyor (QS), penulis juga
diberikan tugas tambahan sebagai asisten pelaksana untuk mengawasi
84

pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Namun, tugas ini dilakukan setelah tugas


utama sebagai asisten Quantity Surveyor (QS) telah selesai. Adapun pekerjaan
yang ditugaskan adalah mengawasi pekerjaan kolom lantai 1 pada gedung A,
meliputi: pekerjaan pembesian kolom, pekerjaan bekisting kolom, dan pekerjaan
beton kolom.

2.3.2.1 Pekerjaan Pembesian Kolom


Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group
terdapat 6 jenis kolom beton bertulang dan 2 jenis kolom baja. Namun yang
digunakan pada lantai 1 gedung A hanya 5 jenis kolom beton bertulang, yaitu:
kolom C1, kolom C3, kolom C4, kolom C5, dan kolom C6. Kelima jenis kolom
tersebut memiliki spesifikasi berbeda-beda yang dapat dilihat pada gambar
berikut.
85
86
87
88

Gambar 2.x Detail penulangan kolom lantai 1 gedung A


Sumber: Gambar kerja
A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom adalah sebagai
berikut.

a. Siapkan besi yang akan digunakan sesuai dengan diameter tulangan kolom
yang akan dikerjakan.
b. Besi tersebut selanjutnya dipotong menggunakan bar cutter dengan ukuran
panjang sesuai dengan gambar detail penulangan kolom.
c. Besi tulangan yang telah dipotong selanjutnya dibengkokkan dengan alat
bar bender.
89

d. Seluruh tulangan yang telah dibengkokkan dipindahkan ke area konstruksi


dengan menggunakan bantuan alat tower crane.
e. Perakitan tulangan kolom dilakukan di dekat kolom yang akan disambung
dengan tulangan selanjutnya.
f. Tulangan utama diposisikan terlebih dahulu, kemudian tulangan sengkang
dimasukkan satu per satu dan disesuaikan jarak antar sengkangnya pada
tumpuan dan lapangan.
g. Setelah jaraknya sesuai, tulangan sengkang dan tulangan utama diikat
menggunakan kawat.
h. Pemasangan sengkang pada bagian atas dan bawah kolom diberi jarak 40d
yang berfungsi sebagai overlay dengan tulangan kolom pada lantai
basement dan lantai 2.
i. Jika perakitan tulangan telah selesai, selanjutnya tulangan tersebut
disambungkan dengan tulangan kolom pada lantai basement dengan bantuan
alat tower crane.

B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, dilakukan perhitungan terlebih
dahulu untuk mengetahui berapa kebutuhan besi yang diperlukan. Dari hasil
perhitungan tersebut dilakukan pemesanan atau pre-order (PO) sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi. Untuk 20% sisanya digunakan sebagai pertimbangan,
jika pekerjaan di lapangan dapat terselesaikan dengan jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan yang telah dihitung maka besi sebanyak 20% tersebut tidak
akan didistribusikan ke lapangan. Namun jika ternyata jumlah besi sebanyak 80%
dari total kebutuhan besi tersebut tidak mencukupi untuk menyelesaikan
pekerjaan di lapangan, barulah sisa 20% tersebut dikeluarkan.
Dalam pelaksanaannya, jika terdapat kelebihan atau sisa besi maka akan
dikembalikan ke gudang material pusat untuk didata dan di-input menjadi stok
yang dapat digunakan kembali pada proyek selanjutnya. Adapun material yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian kolom adalah:
a. Besi D19
b. Besi D16
c. Besi Ø8
90

d. Kawat beton

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pengawasan terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan menggunakan time
schedule sebagai acuan di lapangan. Namun pada pelaksanaan di lapangan,
pekerjaan pembesian kolom tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan pada time schedule dikarenakan keterlambatan beton ready mix tiba
di lapangan yang mengakibatkan pekerjaan pengecoran pelat menjadi terlambat.
Pekerjaan pengecoran pelat merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
pekerjaan pembesian kolom, sehingga jika pekerjaan pengecoran pelat mengalami
keterlambatan akan berpengaruh terhadap waktu selesainya pekerjaan pembesian
kolom. Berikut adalah rekap prestasi mingguan pekerjaan pembesian kolom.
Tabel 2.28 Rekap prestasi mingguan pekerjaan pembesian kolom lantai 1
Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (kg) Bobot
1 28 / 6 September - 12 September Ground 5124.87 49.77%
2 29 / 13 September - 19 September Ground 5977.65 58.05%
3 30 / 20 September - 26 September Ground 7273.81 70.63%
4 31 / 27 September - 3 Oktober Ground 7417.73 72.03%

Sumber: Laporan mingguan

Dari rekap prestasi mingguan diatas, dapat dilihat bahwa pekerjaan


pembesian kolom lantai 1 dimulai pada minggu ke-28. Namun, jika dilihat dari
waktu pelaksanaan pada time schedule, pekerjaan lantai 1 seharusnya dimulai
pada minggu ke-14 dan selesai dikerjakan pada minggu ke-23. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.x Time schedule rencana pelaksanaan pekerjaan lantai 1


Sumber: Laporan mingguan
91

Keterlambatan ini diakibatkan karena pekerjaan lantai basement yang tidak


dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan sehingga berakibat
pekerjaan pada lantai 1 tidak dapat dimulai tepat waktu. Ditambah lagi dengan
masalah bekisting balok dan beton ready mix yang terlambat tiba di lapangan,
yang menyebabkan pekerjaan balok dan pelat lantai 1 mengalami keterlambatan.
Sedangkan pekerjaan pembesian kolom dapat dimulai jika pekerjaan balok dan
pelat selesai dikerjakan. Akibatnya, pekerjaan pembesian kolom baru mulai
dikerjakan pada minggu ke-28.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan mutu terhadap pekerjaan pembesian kolom dimulai dari
pengawasan material yang tiba di lapangan. Sebelum diterima, material akan
dicek terlebih dahulu kesesuaian besi yang datang dengan besi yang di-order oleh
tim logistik. Setelah material dinyatakan sesuai, barulah data material akan di-
input pada nota barang masuk.
Saat proses pabrikasi baja tulangan, mandor besi akan diberikan gambar
kerja detail penulangan kolom agar baja tulangan yang dikerjakan sesuai dengan
yang direcanakan. Selanjutnya pada saat perakitan baja tulangan akan diawasi
oleh Site Manager (SM) yang merangkap sebagai pelaksana dan didampingi oleh
mandor besi. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan baja tulangan yang
akan dirakit sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, seperti: diameter besi yang
digunakan, jumlah tulangan yang digunakan, dan jarak tulangan.
Terkait dengan spesifikasi besi yang digunakan, proyek Pembangunan
Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group berpedoman pada spesifikasi teknis
pada proyek yang dikerjakan PT. Tunas Jaya Sanur sebelumnya dikarenakan tidak
ada dokumen spesifikasi teknis khusus untuk proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group ini. Namun untuk pengujian mutunya, tidak
ada tes kuat tarik baja yang dilakukan.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom di lapangan, mandor besi
telah dibekali dengan gambar kerja detail penulangan kolom. Sehingga, sebelum
pekerjaan dimulai tenaga kerja di-briefing terlebih dahulu terkait pembagian tugas
92

dan metode pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom. Namun, jika ternyata


ditemukan ketidaksesuaian antara hasil pembesian di lapangan dengan gambar
kerja maka pembesian kolom tersebut harus dibongkar dan dibuat kembali sesuai
dengan pembesian yang benar.
Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pekerjaan pembesian
balok adalah:
d. 2 orang tukang besi bertugas melakukan pabrikasi baja tulangan mulai dari
memotong hingga membengkokkan.
e. 2 orang tenaga kerja bertugas di lapangan untuk merakit tulangan kolom
yang terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang yang diikat dengan
menggunakan kawat.

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Seluruh peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian kolom
bersifat menyewa dengan jumlah alat disesuaikan terhadap kebutuhan di
lapangan. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian ternyata terdapat alat yang
rusak, maka alat tersebut harus dikembalikan untuk diperbaiki terlebih dahulu
tanpa adanya biaya tambahan.
Adapun perlatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan pembesian balok adalah:
a. Bar cutter
b. Bar bender
c. Meteran
d. Tower crane
e. Gem

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian balok terdapat permasalahan,
sebagai berikut:
a. Jarak tulangan sengkang yang tidak sesuai
93

Gambar 2.12 Jarak tulangan sengkang tidak sesuai


Sumber: Dokumen pribadi

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom sering kali terjadi


ketidaksesuaian jarak tulangan sengkang dengan gambar kerja.
Ketidaksesuaian ini menyebabkan jumlah tulangan sengkang yang
digunakan dapat melebihi dari yang direncanakan karena jarak tulangan
kurang dari yang seharusnya. Namun, dapat pula menyebabkan jumlah
tulangan sengkang yang dibutuhkan berkurang dari yang direncanakan
karena jarak tulangan yang melebihi dari jarak tulangan yang seharusnya.
Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian tenaga kerja di lapangan
dalam mengukur jarak sengkang pada saat proses perakitan tulangan.
Disamping itu, tidak jarang terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan
meteran sebagai alat bantu ukur dalam menentukan jarak tulangan
sengkang.
Solusi dari permasalahan ini yaitu, meningkatkan pengawasan pada
saat dilakukan pekerjaan perakitan besi tulangan dan memberikan informasi
kepada tenaga kerja terkait pentingnya memerhatikan jarak tulangan
sengkang karena berpengaruh terhadap kebutuhan besi dan biaya.

b. Kesulitan dalam melakukan penyambungan tulangan kolom


Setelah tulangan kolom selesai dirakit, maka tulangan harus
disambung dengan tulangan kolom pada lantai basement. Namun sering kali
94

dalam penyambungan tulangan ini terjadi kesulitan dalam memasukkan


tulangan kolom lantai 1 ke tulangan kolom lantai basement. Hal ini
disebabkan karena adanya kesalahan dalam pembengkokkan tulangan
kolom pada lantai basement. Pada gambar detail penulangan kolom yang
dapat dilihat pada gambar berikut, tulangan kolom pada lantai basement
seharusnya dibengkokkan sebesar 150. Maka jika tulangan dibengkokkan
kurang dari 150, akan mengakibatkan tulangan kolom lantai 1 akan sulit
untuk dimasukkan.

Gambar 2.x Detail sambungan tulangan kolom


Sumber: Gambar kerja

Solusi dari permasalahan ini adalah, sebelum penyambungan tulangan


dilakukan harus diperiksa terlebih dahulu apakah tulangan yang
dibengkokkan sesuai atau tidak. Jika tidak, maka tulangan harus diperbaiki
terlebih dahulu dengan cara dibengkokkan dengan menggunakan pleser
besi. Setelah sesuai, barulah penyambungan tulangan kolom dapat
dikerjakan.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group diterapkan dengan
cara penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) wajib untuk setiap tenaga kerja, staff,
pengunjung, serta anak magang. Untuk pekerjaan pembesian kolom, APD (Alat
Pelindung Diri) yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: helm, rompi, sepatu
95

safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berfungsi
untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di lingkungan
konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan pembesian
kolom, seperti: tangan terkena mesin bar cutter dan bar bender, tangan tertusuk
kawat, tangan terjepit gem, dan terjatuhnya besi tulangan pada saat dipindahkan
dengan tower crane yang dapat mengenai kepala. Oleh karena itu, penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan pembesian kolom ini sangat penting
untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.
Pada struktur organisasi terlihat bahwa tidak terdapat ahli K3 yang bertugas
untuk mengawasi penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Sehingga, dalam pengawasan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lapangan hanya dilakukan oleh security
yang bertugas pada hari yang bersangkutan. Security tersebut bertugas mengawasi
tenaga kerja di lapangan terkait penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sekaligus
mengawasi pengunjung yang datang terkait kelengkapan APD (Alat Pelindung
Diri) yang digunakan. Jika terdapat tenaga kerja yang tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) akan mendapat teguran karena dianggap telah menyalahi
aturan. Sedangkan, jika terdapat pengunjung yang datang tanpa menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) maka pengunjung tersebut tidak diperbolehkan
memasuki lingkungan proyek.

2.3.2.2 Pekerjaan Bekisting Kolom


Setelah pekerjaan pembesian kolom selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan
pemasangan bekisting kolom. Jenis bekisting yang digunakan adalah bekisting
knock down. Bekisting knock down adalah jenis bekisting yang terbuat dari pelat
baja dan besi hollow. Istilah knock down berasal dari cara penggunaan cetakan
yang bisa dengan mudah dibongkar pasang. Bekisting knock down memiliki
keunggulan yaitu dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena dapat
digunakan berulang kali.

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting kolom adalah
sebagai berikut.
96

a. Siapkan bekisting kolom yang telah dibersihkan.


b. Pada bagian sudut bekisting diisi dengan spon untuk memudahkan proses
perakitan agar bekisting tidak mudah bergeser dan mengurangi
kemungkinan terdapat celah antar sisi bekisting yang dapat mengakibatkan
kebocoran bekisting.
c. Oleskan minyak bekisting pada permukaan dalam bekisting knock down
dengan tujuan untuk mencegah melekatnya beton pada bekisting dan
menghasilkan kolom dengan permukaan yang halus.
d. Sebelum bekisting dipasang ke tulangan kolom, sepatu kolom dipasang
terlebih dahulu dengan cara di las. Pastikan juga beton decking sudah
terpasang dengan baik.
e. Dengan bantuan tower crane, bekisting knock down yang telah dirakit
kemudian dipasang pada tulangan kolom.
f. Kunci bekisting pada tiap-tiap sudutnya dan tegakkan dengan bantuan pull
push atau shapot di bagian atas dan bawah pada 2 sisi yang berseberangan.
g. Atur jarak bekisting dengan marking-an kolom sebesar 24,7 cm pada setiap
sisanya.
h. Pasang unting-unting pada bagian atas bekisting untuk memastikan
bekisting kolom benar-benar lurus.
i. Jika bekisting belum lurus maka posisinya harus diatur kembali dengan cara
mengatur pull push atau shapot pada sisi yang bersangkutan. Hal ini penting
untuk dilakukan karena jika bekisting tidak terpasang dengan benar, maka
akan berpengaruh pada bentuk kolom yang dihasilkan.

B. Pengelolaan Material
Untuk bekisting knock down dilakukan pemesanan yang sama sesuai dengan
hasil perhitungan kebutuhan di lapangan. Namun karena bekisting knock down ini
didatangkan dari proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain, maka ketersediaannya
tidak dapat dipastikan. Hal ini dikarenakan proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Tunas Jaya Sanur Group ini merupakan proyek milik sendiri yang
kontraktornya sekaligus adalah owner-nya, maka lebih diutamakan proyek PT.
Tunas Jaya Sanur yang lain. Jadi, bekisting knock down dapat didatangkan ke
lapangan jika sudah selesai digunakan pada proyek yang lain.
97

Ini mengakibatkan bekisting yang datang sering kali masih dalam keadaan
yang kotor akibat sisa-sisa agregat pada saat dilakukan pengecoran, sehingga
harus dibersihkan dulu sebelum digunakan. Namun tidak jarang juga bekisting
yang datang dalam kondisi yang tidak baik atau rusak, sehingga harus dikirim ke
bengkel pusat terlebih dahulu untuk diperbaiki. Selain itu, jumlah bekisting yang
datang pun sering kali tidak sesuai pesanan sehingga pekerjaan pengecoran harus
dilakukan secara bertahap karena penggunaan bekisting yang dilakukan secara
bergantian.
Adapun material yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. Spons
b. Minyak bekisting
c. Elektroda las listrik

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pengawasan terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting kolom
dilakukan dengan berpedoman pada time schedule. Namun, pada kenyataannya di
lapangan sering kali terjadi keterlambatan pada pekerjaan bekisting kolom yang
diakibatkan karena kedatangan bekisting knock down yang terlambat. Selain itu,
bekisting yang datang sering kali tidak sesuai dengan pesanan karena masalah
ketersediaan bekisting. Hal ini mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan bekisting balok menjadi lebih lama dari waktu yang
direncanakan karena bekisting knock down yang harus digunakan secara
bergantian. Berikut adalah rekapan prestasi mingguan pekerjaan bekisting kolom.

Tabel 2.29 Rekap prestasi mingguan pekerjaan bekisting kolom


Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (m2) Bobot
1 26 / 23 Agustus - 29 Agustus Ground 135.85 34.25%
2 27 / 30 Agustus - 5 September Ground 221.00 55.72%
3 28 / 6 September - 12 September Ground 253.50 63.91%
4 29 / 13 September - 19 September Ground 279.50 70.47%

Sumber: Laporan mingguan


98

Dari rekap prestasi mingguan diatas, dapat dilihat bahwa pekerjaan


bekisting kolom lantai 1 dimulai pada minggu ke-26. Namun, jika dilihat dari
waktu pelaksanaan pada time schedule, pekerjaan lantai 1 seharusnya dimulai
pada minggu ke-14 dan selesai dikerjakan pada minggu ke-23. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.x time schedule rencana pelaksanaan
pekerjaan lantai 1 dalam pembahasan keterlambatan pekerjaan pembesian kolom.

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan terhadap mutu pekerjaan bekisting kolom dilakukan mulai saat
material datang ke tempat konstruksi. Bekisting knock down yang datang ke
lapangan dicek terlebih dahulu kondisinya apakah terdapat bekisting yang
mengalami kerusakan atau tidak. Bekisting yang rusak akan dikirim ke bengkel
pusat terlebih dahulu untuk diperbaiki, dan bekisting yang dalam keadaan baik
akan segera dipindahkan ke area konstruksi dengan menggunakan tower crane
untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Dalam proses pelaksanaannya, pekerjaan bekisting kolom diawasi secara
langsung oleh Site Manager (SM) yang sekaligus menjadi pelaksana untuk
memastikan bekisting terpasang dengan baik dan benar. Khususnya saat
pemberian minyak bekisting dan pemasangan spons pada bekisting knock down
untuk meminimalisir terjadinya kebocoran bekisting pada saat pengecoran kolom
nantinya.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Jumlah tenaga kerja yang digunakan termasuk dengan penambahan dan
pengurangan tenaga kerja pada pekerjaan bekisting kolom sepenuhnya merupakan
kebijakan mandor. Hal ini dikarenakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group menggunakan sistem kontrak untuk tenaga
kerjanya.
Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan bekisting
kolom adalah sebagai berikut:
a. 3 orang pekerja bertugas membersihkan, mengoleskan minyak bekisting,
dan memasang spons pada bekisting knock down.
99

b. 3 orang pekerja bertugas dalam pemasangan bekisting pada tulangan kolom


termasuk memberikan arahan kepada operator tower crane agar bekisting
terpasang pada tempatnya.

F. Pengawasan terhadap Peralatan


Seluruh peralatan yang digunakan dalam pekerjaan bekisting balok bersifat
menyewa dengan jumlah alat disesuaikan terhadap kebutuhan di lapangan. Jika
dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting balok ternyata terdapat alat yang rusak,
maka alat tersebut harus dikembalikan untuk diperbaiki terlebih dahulu tanpa
adanya biaya tambahan.
Adapun peralatan yang digunakan pada pekerjaan bekisting balok adalah
sebagai berikut:
a. Bekisting knock down
b. Shapot atau pull push
c. Unting-unting
d. Las listrik
G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi
Dalam pekerjaan bekisting kolom tidak terdapat permasalahan fatal yang
terjadi karena telah dilakukan pengawasan dengan baik, mengingat pekerjaan
bekisting kolom ini adalah pekerjaan yang penting karena akan menentukan
bentuk kolom yang dihasilkan. Dikarenakan tidak terdapat permasalahan fatal
yang terjadi maka tidak ada akibat, dampak, dan solusi yang diberikan.

H. Pengawasan terhadap SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group diterapkan dengan
cara penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) wajib untuk setiap tenaga kerja, staff,
pengunjung, serta anak magang. Untuk pekerjaan bekisting kolom, APD (Alat
Pelindung Diri) yang digunakan oleh tenaga kerja, meliputi: kacamata las, helm,
rompi, sepatu safety, dan sarung tangan. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja di
lingkungan konstruksi. Adapun risiko terjadinya kecelakaan pada pekerjaan
bekisting kolom, seperti: mata terkena percikan las, tangan terjepit shapot, dan
terjatuhnya bekisting saat dipindahkan dengan tower crane. Oleh karena itu,
100

penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerjaan bekisting kolom ini sangat
penting untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut.

2.3.2.3 Pekerjaan Beton Kolom


Setelah pekerjaan pembesian dan bekisting kolom diselesaikan, pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan beton kolom. Pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group, jenis beton yang digunakan untuk
pengecoran kolom adalah beton ready mix dengan mutu K300.

A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan beton kolom adalah sebagai berikut.
a. Sebelum pengecoran kolom dilakukan, bekisting kolom harus diperiksa
kembali posisi dan ketegakannya. Selain itu harus diperhatikan juga apakah
beton decking sudah terpasang dengan benar.
b. Setelah bekisting kolom siap, maka pekerjaan beton atau pekerjaan
pengecoran kolom dapat dikerjakan.
c. Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan alat concrete bucket.
Beton ready mix yang telah tiba di lapangan kemudian dimasukkan ke
concrete bucket dengan bantuan tower crane untuk selanjutnya dituangkan
pada bekisting kolom.
d. Tenaga kerja yang bertugas pada concrete bucket akan menarik tuas agar
beton dapat turun ke bawah yang lebar bukaannya disesuaikan dengan
banyaknya beton yang diperlukan berdasarkan arahan dari tenaga kerja yang
bertugas mengarahkan pipa tremie di bawah.
e. Tinggi jatuh beton tidak boleh melebihi 1,5 meter, jika melebihi maka akan
terjadi segregasi pada kolom.
f. Saat proses penuangan beton, vibrator internal dimasukkan ke dalam
bekisting untuk meminimalisir adanya rongga pada beton.
g. Jika beton pada concrete bucket telah habis maka harus mengambil beton
kembali pada concrete mixer dan mengulangi langkah-langkah di atas
hingga seluruh bekisting kolom terisi dengan beton yang cukup.
h. Setelah pengecoran selesai, ketegakan bekisting harus dicek kembali untuk
memastikan bekisting tetap dalam posisi yang lurus.
101

B. Pengelolaan Material
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dibuat
perhitungan volume beton berdasarkan jenis dan jumlah kolom yang akan dicor.
Untuk order material yaitu beton ready mix, dilakukan penambahan sebanyak 5%
dari hasil perhitungan volume beton yang dianggap sebagai waste. Waste ini
timbul akibat adanya beton yang terjatuh saat pemindahan beton dari concrete
mixer ke concrete bucket. Selain itu, dalam proses pengecoran kolom sering kali
beton terjatuh diluar dari bekisting kolom sehingga mengakibatkan beton
terbuang. Adapun material yang dibutuhkan dalam pekerjaan beton balok adalah
beton ready mix K300 yang di-order dari PT. Adi Jaya Beton.

C. Pengawasan terhadap Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan pengecoran kolom di lapangan sering kali
mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya keterlambatan
pada pekerjaan sebelumnya yaitu pekerjaan bekisting. Jika bekisting belum
terpasang maka pekerjaan pengecoran kolom tidak dapat dilaksanakan.
Selain itu, keterlambatan juga sering kali disebabkan karena terlambatnya
concrete mixer tiba di lapangan. Beberapa kali pengecoran pada proyek
Pembangunan Gedung Kantor PT. Tunas Jaya Sanur Group bersamaan dengan
pengecoran pada proyek PT. Tunas Jaya Sanur yang lain yaitu proyek Samigitha,
sehingga beton ready mix lebih didahulukan untuk proyek tersebut. Pada tabel
berikut dapat dilihat rekap prestasi mingguan untuk pekerjaan beton kolom.

Tabel 2.30 Rekap prestasi mingguan pekerjaan beton balok

Prestasi Pekerjaan
No Minggku ke- / Tangggal Lokasi
Volume (m3) Bobot
1 27 / 30 Agustus - 5 September Ground 27.63 59.87%
2 28 / 6 September - 12 September Ground 31.69 68.68%
3 29 / 13 September - 19 September Ground 34.94 75.72%
4 33 / 11 Oktober - 17 Oktober Ground 40.40 87.56%

Sumber: Laporan mingguan

Dari tabel rekap prestasi mingguan di atas, terlihat bahwa pekerjaan beton
kolom lantai 1 tower A terselesaikan pada minggu ke-33. Sehingga, pekerjaan
lantai 2 tower A baru dapat dimulai di minggu ke-34. Berdasarkan time schedule
102

rencana yang dapat dilihat pada gambar berikut, pekerjaan lantai 2 tower A
seharusnya dimulai pada minggu ke-18.

Gambar 2.x Time schedule rencana pelaksanaan pekerjaan lantai 2 tower A


Sumber: Time schedule

D. Pengawasan terhadap Mutu Pekerjaan


Pengawasan terhadap mutu pekerjaan beton kolom dilakukan mulai dari
beton ready mix tiba di lapangan. Pengawasan mutu dilakukan dengan melakukan
pengujian slump dengan nilai 10±2 cm. Jika nilai slump sudah terpenuhi maka
beton ready mix dapat dimasukkan ke benda uji silinder untuk dilakukan
pembuatan benda uji. Namun jika ternyata nilai slump tidak terpenuhi maka beton
ready mix tidak akan diterima.
Dalam proses pelaksanaannya, seluruh air di lingkungan proyek dimatikan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari beton ready mix ditambahkan air dengan
sengaja yang dapat mengurangi mutu beton.

E. Pengawasan terhadap Tenaga Kerja


Pada pelaksanaan pengecoran kolom, jumlah tenaga kerja yang digunakan
adalah 6 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas sebagai berikut.
d. 1 orang tenaga kerja bertugas di concrete bucket. Mulai dari memindahkan
beton dari concrete mixer ke concrete bucket, mengatur tuas yang terdapat
pada concrete bucket untuk mengeluarkan beton, hingga berkomunikasi
dengan operator tower crane untuk mengarahkan concrete mixer sesuai
dengan posisi bekisting balok yang akan dicor.
e. 3 orang tenaga kerja bertugas mengarahkan tenaga kerja yang berada di
concrete bucket untuk mengatur banyaknya beton yang dikeluarkan serta
mengarahkan pipa tremie agar beton dapat jatuh tepat di tengah bekisting.
103

f. 2 orang tenaga kerja bertugas menggunakan alat vibrator, baik itu vibrator
internal maupun vibrator external untuk mengurangi rongga yang akan
terbentuk pada balok nantinya.
F. Pengawasan terhadap Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran kolom
adalah sebagai berikut.
a. Tower crane
b. Concrete bucket
c. Vibrator internal
d. Vibrator external
e. Unting-unting
f. Meteran

G. Pengendalian terhadap Masalah, Penyebab, dan Solusi


Dalam pelaksanaan pekerjaan beton kolom terdapat beberapa permasalahan,
sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai