disusun oleh :
TIFFANI NAUFAL
NIM : D100190240
disusun oleh :
TIFFANI NAUFAL
NIM : D100190240
disetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga punulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek sebagian syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Laporan ini disusun setelah penulis melaksanakan Kerja Praktek selama 2 bulan.
Setelah melaksanakan Kerja Praktek ini, penulis sangat merasakan manfaat dari
kegiatan tersebut, antara lain :
1. Mengembangkan dan melengkapi dasar-dasar ilmu teknik yang telah diperoleh
dibangku perkuliahan.
2. Dapat membandingkan antara pelaksanaan di lapangan dengan teori yang didapat
dari bangku perkuliahan sekaligus memahami bagaimana cara mengatasi masalah-
masalah di lapangan.
3. Penulis dapat merasakan pengalaman dunia kerja teknik sipil yang sesungguhnya
yang belum pernah terbayangkan oleh penulis sebelumnya.
Dengan terselesainya Laporan Kerja Praktek ini, penulis inginmengucapkan
terima kasih atas bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan dan kerjasamanya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Ir. Anto Budi Listyawan, ST.,M.Sc. Ph. D selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Ir. Budi Setiawan, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang
telah memberikan bimbingan sehingga selesai Laporan Kerja Praktek ini.
3. PT. DEBITINDO JAYA, selaku kontraktor pelaksana dan selaku pembimbing
saya di lapangan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama kerja
praktek dama proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga
4. Teman-teman seperjuangan bersama di tempat Kerja Praktek (Luthfi Syahrul
Muliawan) dan teman- teman dari UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta)
5. Kedua Orang Tua yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan laporan
Kerja Praktek.
4. Lokasi Proyek
1. Tanah dasar
Tanah dasar pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga merupakan
tanah asli yang ditimbun dengan tanah urug sesuai dengan rencana pelaksanaan
proyek.
2. Jenis struktur
Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga menggunakan dua jenis struktur
dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : struktur bawah (sub structure) dan struktur
atas (upper structure).
a. Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah pada pelaksanaan ini terdiri dari :
1) Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah salah satu metode rekayasa teknik
dalam pembuatan pondasi bangunan. Teknik konstruksi ini memungkinkan
pembangunan struktur pada tanah yang memiliki daya dukung yang rendah
seperti tanah lunak. Dapat dilihat pada Gambar I.2. Konstruksi pondasi
terdiri dari tiang pancang berupa beton bertulang yang dipancangkan
kedalam tanah dengan kedalaman yang disyaratkan (24 m). Panjang tiang
pancang ± 5 m. Kemudian pada bagian atas pondasi dihubungkan dengan
plat bertulang (pile cap) dengan ukuran tertentu yang berfungsi debagai
penghubung antara pondasi tiang pancang dengan kolom. Untuk dimensinya
pile cap ini berukuran 25 x 25 cm dengan mutu beton K-400
Gambar I.2 Tiang Pancang
2) Pile Cap
Pile Cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum
didirikan kolom dibagian atasnya. Untuk dimensinya pada bangunan ini ada
beberapa ukuran pile cap. Yang pertama adalah P1 dengan dimensi pile cap
berukuran 1,8 x 1,8 x 0,4 m, kemudian P2 dengan dimensi pile cap
berukuran 1,5 x 1,5 x 0,4 m. Keduannya menggunakan mutu beton K-300
3) Sloof
Sloof adalah elemen struktur yang terdapat pada bangunan gedung
yang menggunakan pondasi dalam atau pondasi dangkal setempat. Untuk
ukuran sloof pada bangunan ini terdiri dari 3 jenis sloof, yaitu Sloof S1
dimensi 40 x 75 cm, Sloof S2 dimensi 35 x 60 cm. Sloof S3 dimensi 30 x 40
cm. Dapat dilihat pada ganbar 1.4. Sloof tersebut memiliki mutu beton K-
300.
3. Bahan utama
Bahan utama proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga antara lain,
pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), semen, air, besi tulangan, multipleks,
bata ringan, dll. Untuk penjelasan masing-masing bahan akan dijelaskan pada BAB
III.
4. Fasilitas penunjang
Fasilitas penujang pada proyek ini antara lain: gudang material dan
peralatan, ruang kantor pelaksana dan pengawas, rambu-rambu keselamatan, warung
makan, mes pekerja.
C. Data Administrasi Proyek
A. Pengertian Manajemen
Dalam suatu proyek perlu adanya sebuah sistem manajemen yang baik untuk
mendapatkan suatu hasil yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Pekerjaan
pengendalian proyek ini dilakukan oleh Manajemen Konstruksi (MK) atau konsultan
pengawas sebagai sistem kontrol yang akan mengendalikan dan menyelesaikan
masalah teknis maupun non teknis. Suatu proyek biasanya ditandai oleh suatu hal
yang kompleks dan banyak sekali mengandung resiko dan permasalahan serta
ketidakpastian yang terlihat dalam pelaksanaanya. Semakin besar suatu proyek, maka
semakin besar pula resiko dan tingkat ketidakpastiannya. Untuk mencapai hasil
maksimal sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, diperlukan suatu sistem kerja
terpadu, disiplin kerja dan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas atau dengan
kata lain diperlukan adanya manajemen proyek yang tepat dan baik.
Manajemen proyek adalah Secara umum dapat diartikan bahwa pengelolaan
proyek adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penempatan orang (staffing), pengendalian dan pengarahan sumber
daya dalam suatu waktu tertentu dan mencapai hasil akhir tertentu pula. Perencana,
kontraktor dan pengawas harus bisa mengelola proyek sesuai dengan peran dan
tanggung jawab masing-masing.
Adapun fungsi proses manajemen proyek adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Tujuan (Goal Setting), yaitu suatu analisa terhadap proses penyelesaian
persoalan/permasalahan yang akan dilaksanakan dimana mempertimbangkan
berbagai hal diantaranya Spesifik, Realistis, Terukur dan Terbatas waktu.
2. Perencanaan (Planning), yaitu merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan
data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan serta menyusun strategi dan prosedur
operasi di lapangan, beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya
perencanaan lingkup proyek, mutu, waktu, biaya dan sumber daya.
3. Pengorganisasian (Organizing), yaitu tindakan mempersatukan kumpulan kegiatan
manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing dan saling berhubungan satu
sama lain dengan tata cara tertentu misalkan membagi pekerjaan kedalam tugas
operasional, menggabungkan jabatan kedalam unit terkait, memilih dan
menetapkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai serta menyesuaikan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil.
4. Pelaksanaan (Actuating), yaitu proses implementasi untuk menggerakkan anggota
organisasi yang telah disusun dan ditentukan, tindakan yang dilakukan didalam
pelaksanaan ini antara lain yaitu, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan,
berkomunikasi secara efektif, mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung
jawab, memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi.
5. Pengawasan (Supervising), yaitu proses pengawasan secara menyeluruh terhadap
jalannya pelaksanaan, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
6. Pengendalian (Controlling), yaitu membandingkan hasil pekerjaan (output) dengan
rencana yang telah ada. Jika tidak sesuai maka dapat segera diambil langkah untuk
mengatasi keadaan tersebut.
B. Organisasi Proyek
KRIDA KARYA
1) Pemilik Proyek
2) Konsultan Perencana
3) Konsultan Pengawas
g) Bertanggung jawab penuh kepada pengawas atau wakil pemilik yang ditunjuk
pemilik untuk melaksanakan proyek.
h) Menyerahkan hasil pekerjaan setelah proyek selesai kepada pemilik dan
melaksanakan pemeliharaan pasca proyek sesuai dengan kontrak.
i) Menghadiri rapat koordinasi proyek.
Pemilik Proyek
IAIN Salatiga
Kontraktor Pelaksana
PT. DEBITINDO JAYA
yaitu :
b. General Manager
yaitu :
1) Membuat rencana kerja dan anggaran kontruksi.
2) Mengendalikan seluruh kegiatan kontruksi.
3) Melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait.
4) Membangun komunikasi internal dan eksternal.
5) Menetapkan kebutuhan sumber daya.
6) Menentukan alternatif mencapai target.
7) Menyetujui rencana dan metode kerja.
8) Menunjuk pemasok dan subkontraktor.
9) Tercapainya sasaran biaya, mutu waktu, K3 dan lingkungan.
e. Manajer Teknik
f. Logistik
1) Mencari dan mensurvey data jumlah material beserta harga bahan dari
beberapa supplier atau toko bahan bangunan sebagai data untuk memilih
material termurah.
h. Supervisor
j. Drafter
Drafter berasal dari Bahasa Inggris, drafting yang berarti menyusun,
merancang, atau merangkai. Ini berarti seorang drafter adalah orang yang
menuangkan sebuah konsep desain ke dalam bentuk gambar yang detail, lengkap
dengan ukuran, tata letak, dan fitur-fitur di dalamnya. Gambaran seorang drafter
lalu akan digunakan untuk membantu eksekusi pembangunan atau produksinya.
Tugas dan tanggung jawab drafter yaitu :
1) Menggambar dan menyiapkan rancangan menggunakan software CAD
2) Menciptakan desain produk yang efektif berdasarkan pengetahyan
mereka tentang ilmu arsitektur, manufaktur, dll.
3) Menambahkan detail berupa diagram, sketsa, catatan, pemetaan dan
kalkualasi teknik pada desain
4) Menentukan dimensi, material dan prosedur dalam proyek pembangunan
gedung atau manufaktur produk baru
5) Menyiapkan beberapa versi desain untuk ditinjau oleh arsitek atau
desainer dan melakukan revisi jika diperlukan
6) Mengoordinasikan presentasi perencanaan bangunan secara visual yang
dapat dipahami oleh orang lain dengan mudah
C. Pelelangan
Pelelangan adalah pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara terbuka untuk
umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum, bilamana dimungkinkan melalui media elektronika,
sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta memenuhi kualifikasi
dapat mengikutinya. Maksud diadakan pelelangan yaitu supaya diperoleh harga pekerjaan
yang bersaing, dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
persyaratan pembangunan proyek tersebut.
1. Jenis pelelangan
a. Pelelangan umum
b. Pelelangan terbatas
A. Bahan Bangunan
1. Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah salah satu metode rekayasa teknik dalam
pembuatan pondasi bangunan. Teknik konstruksi ini memungkinkan pembangunan
struktur pada tanah yang memiliki daya dukung yang rendah seperti tanah lunak.
Dapat dilihat pada Gambar I.2. Konstruksi pondasi terdiri dari tiang pancang berupa
beton bertulang yang dipancangkan kedalam tanah dengan kedalaman yang
disyaratkan (24 m). Panjang tiang pancang per batan ± 5 m dan berdimensi 25x25 cm.
Pondasi tiang pancang ini di produksi dari PT. Jaya Inti Persada (JIPCON) Kemudian
pada bagian atas pondasi dihubungkan dengan plat bertulang (pile cap) dengan ukuran
tertentu yang berfungsi debagai penghubung antara pondasi tiang pancang dengan
kolom.
Gambar III.1 Tiang Pancang
2. Wiremesh
Wiremesh adalah sebuah rangkaian besi yang tampak seperti lembaran kawat
yang sengaja dibuat seolah saling berpotongan antara satu dengan yang lainnya.
Karena besi ini memiliki bentuk yang sangat unik, maka seringkali disebut sebagai
anyaman besi. Istilah anyaman besi berasal dari bentuk besinya yang tampak seperti
pola jajaran genjang dan disambung dengan menggunakan teknik pengelasan supaya
bisa terikat dan terhubung dengan sempurna. Besi wiremesh umumnya digunakan
sebagai penguat atau tulang pada saat pengecoran jalan, lantai bangunan, ataupun dak
rumah karena dikenal akan menguatkan struktur bangunan. Pada proyek ini wiremesh
yang digunakan adalah M8-15, M10-15, M12-15 dengan dimensi 5,4 m x 2,1 m.
3. Pipa PVC
Pipa PVC adalah salah satu pengembangan produk perpipaan dari bahan
thermoplastik, jenis polyvinyl chloride. Jenis produk ini dikenal multi fungsi dengan
harga dan biaya instalasi pemasangan mudah dan ekonomis. Sebagai bahan yang
sering digunakan pada produk pipa plastik, bahan PVC memiliki banyak kelemahan,
meski tidak menimbulkan karat. Beberapa diantaranya bahan yang mudah getas
dimakan usia dan karena paparan sinar UV, matahari. Material yang kaku juga kerap
membuat pipa mudah rusak dan pecah. Sehingga jauh dari harapan untuk bisa
digunakan dalam jangka waktu lama. Hal tersebut akhirnya teratasi dengan solusi
menggunakan bahan uPVC. Pada proyek ini pipa yang digunakan berbagai macam
ukuran, yaitu : ½” inch, ¾ inch, 1 inch, 1 ¼ inch, 1 ½ inch, 2 inch, 2 ½ inch, 3 inch, 4
inch dengan merek Rucika.
4. Besi Tulangan
a. Besi tulangan harus terbebas dari karat dan disimpan dari tanah atau halhal
lain yang dapat menyebabkan besi tulangan tersebut menjadi berkarat.
Karena besi tulangan yang berkarat akan mengurangi mutu besi dan dapat
menghilangkan lekatan dalam campuran beton.
c. Besi tulangan harus disimpan pada tempat tertutup agar terbebas dari
lumpur, tanah, air yang dapat mengurai lekatan pada beton.
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan pengecoran
struktur. Efisiensi waktu, biaya, tenaga kerja dan jaminan keseragaman mutu adalah
faktor utama mengapa dipilih beton ready mix, untuk pengecoran struktur Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga. Beton ready mix ini dipesan dari Batching Plant
PT. Merak Jaya Beton. Untuk tiap Truck Mixer sendiri memilik kapasitas ± 6 m 3.
Dalam proyek ini seluruh pekerjaan struktural menggunakan mutu beton K-300 dan
K-350 dapat dilihat pada Gambar III.5.
Gambar III.5 Beton Ready Mix
6. Bata Ringan
Bata ringan adalah material bangunan yang fungsinya sama dengan batu bata
merah untuk membuat dinding. Dari luar, material bahan baku bata ringan menyerupai
beton pada umumnya tetapi bobotnya lebih ringan. Permukaannya pun halus dan
bentuknya pun seragam dari segi ukuran dan ketebalannya karena dicetak dengan
cetakan press beton. Bata ringan yang digunakan dalam proyek ini berdimensi 60cm x
20cm x 7,5 cm dan menggunakan produk dari CITICON. Bata ringan umumnya dibuat
secara masal oleh pabrik dengan olahan bahan dari campuran pasir kuarsa, semen,
kapur, gypsum, dan alumunium pasta dapat dilihat pada Gambar III.6.
7. Bondek
8. Semen
Semen adalah suatu bahan bangunan yang berfungsi sebagai pengikat dalam
campuran adukan beton. Semen merupakan bubuk halus yang diperoleh dari
penghancuran clinker (bahan yang diperoleh dari hasil pembakaran suatu campuran
yang baik dan merata antara kapur dengan bahan lain yang mengandung silikat,
aluminat, dan oksida besi). Pada proyek ini digunakan semen jenis Portland
Composite Cement PCC dan jenis semen Mortar Utama-302.
9. Mortar Utama-290
Spesifikasi Mortar Utama tipe MU-290 Finish Plaster bisa dibilang sangat
ampuh dan bisa membuat pekerjaan cepat selesai. Sebagai bahan mortar dengan
ketebalan 3-88 mm, MU-290 Finish Plaster tidak membutuhkan proses acian lagi
setelahnya, sehingga pengerjaan bangunan bisa lebih cepat selesai. Di samping itu,
Anda pun bisa menghemat lebih banyak biaya karena MU-290 Finish Plaster mampu
menciptakan permukaan plaster yang halus dengan pengaplikasian yang sedikit dan
tipis saja. Dinding yang sudah diplester akan siap untuk dicat tujuh hari berikutnya.
Batu split adalah salah satu jenis batu material bangunan yang diperoleh
dengan cara membelah atau memecah batu yang berukuran besar menjadi ukuran
kecil-kecil. Batu Split juga sering disebut dengan nama batu belah, karena disesuaikan
dengan proses mendapatkannya yaitu dengan cara membelah batu. Secara umum
fungsi utama batu split adalah sebagai bahan campuran utama untuk pembuatan beton
cor. Selaian batu split, bahan pembuatan beton cor adalah pasir dan semen dengan
ukuran batu split ½ . Namun demikian setelah melihat jenis ukuran batu split, ternyata
fungsinya tidak hanya sebagai bahan campuran beton cor saja tetapi juga berfungsi
untuk keperluan yang lain.
Gambar III.10 Agregat Kasar (Kerikil)
Pasir merupakan agraegat halus yang berasal dari butir-butir batu pecah, kerikil
atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek, baik alat berat
maupun alat ringan sangat menunjang dalam penyelesain suatu pekerjaan, alat proyek
tersebut digunakan untuk :
1. Meningkatkan kualitas suatu pekerjaan.
1. Excavator
Ekskavator atau excavator (mesin pengeruk) adalah salah satu alat berat yang
terdiri dari mesin di atas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan (arm), alat
pengeruk (bucket), keranjang. Excavator digunakan untuk penggalian,
loading/unloading material dan lifting. Excavator yang digunakan pada proyek ini
adalah merek Komatsu yang memiliki kapastias bucket 0,5-1,2 m 3 Pada proyek ini
excavator digunakan untuk penggalian dn timbunan tanah saat pekerjaan persiapan
lahan dan untuk pembersihan tanah pada pondasi borepile yang akan dilakukan
pekerjaan pile cap serta pekerjaan tanah lainnya.
2. Mobile Crane
Mobile crane (derek bergerak) adalah salah satu alat yang berfungsi untuk
mengangkat atau menurunkan material dengan beban berat dan memindahkannya
secara horizontal. Fungsi mobile crane dapat menjadi pilihan efektif bagi perusahaan
konstruksi karena prinsip dasar alat gerak yang dapat memudahkan proses
perpindahan material dengan jarak pendek serta juga dapat menjadi komponen
pendukung dalam membuat tower crane atau derek jangkung. Jenis derek ini juga
dinilai efisien dikarenakan tidak memerlukan terlalu banyak biaya untuk tambahan alat
khusus. Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini jenis SANY STC 550 dengan
kapasitas beban, satu kait utama 610 kg atau 555 kg, satu kait tambahan 90 kg, dan
maksimal mengangkat tinggi adalah 55t dan 5t.
Pompa beton / concrete pump adalah alat yang digunakan untuk mendorong
hasil cairan beton yang sudah diolah dari mixer truck. Biasanya concrete pump
digunakan untuk mengecor lempengan beton, lantai basement, atau bisa juga pondasi
dasar kolam renang. Intinya adalah concrete pump digunakan untuk mengerjakan
pengecoran yang sulit dilakukan secara manual. Mobile concrete pump yang
digunakan adalah merek SANY, dengan kapasitas pompa ± 10-100 m3/jam.
4. Mixer Truck
Mixer truck adalah alat untuk mengangkut adukan beton ready mix dari
tempat pencampuran beton (batching plan) ke lokasi proyek. Mixer truck
dilengkapi drum sebagai tempat adukan dalam drum tersebut terdapat bilah-
bilah baja, drum ini memiliki kapasitas ± 6 m 3, ketika dalam perjalanan menuju
lokasi proyek, drum ini berputar perlahan yang berlawanan dengan arah jarum
jam sehingga adukan mengarah kedalam. Perputaran didalam bertujuan agar
tidak terjadi pergeseran ataupun pemisahan agregat sehingga adukan tetap
homogen. Dengan demikian mutu beton akan selalu terjaga sesuai dengan
kebutuhan rencana.
5. Dump Truck
6. Jack In Pile
Proses pengerjaan tiang pancang dengan cara ditekan menggunakan alat
pancang type hidraulic static pile driver merk sunwad ZYJ320. Sedangkan tiang
pancang yang digunakan adalah precast concrete. Precast lebih menjamin dari segi
kualitas sehingga mutu beton tetap terjaga sesuai dengan perencanaan. Proses
pemancangan jack in pile ditekan menggunakan sistem hidraulic yang diberi beban
counter wieght sehingga tidak menimbulkan getaran. Alat jack in pile mampu
memancang tiang pondasi dengan berbagai ukuran mulai dari 200x200 mm sampai
dengan 500x500 mm. Salah satu merk alat jack in pile adalah sunwad ZYJ320 dengan
beban ultimate mencapai 320 ton. Alat penekan tiang pancang ini terdapat pada
bagian tengah mesin dan dikelilingi oleh beban counter weight. Jack in pile ini
memiliki 4 buah kaki, terdiri dari 2 kaki bagian luar (rel besi berisi air) dan 2 kaki
pada bagian dalam yang digerakkan secara hidrolis. Kaki-kaki ini disebut support
sleeper.
7. Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Dengan
adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah.
Merek dari Theodolit ini adalah Topcon. Di dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
11. Scafolding
A. Uraian Umum
Pelaksanaan pekerjaan merupakan proses kegiatan dalam suatu proyek
konstruksi bangunan yang melibatkan unsur perencanaan, peralatan, bahan dan
pengawasan. Optimasi sumber daya manusia berpengaruh pula dalam setiap
pelaksanaan pekerjaan. Dengan membaiknya mutu sumber daya manusia dan
didukung pula oleh sumber daya lainnya, maka akan diperoleh hasil pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan owner, sesuai dengan waktu dan biaya yang telah
direncanakan dan ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat hubugan ketergantungan antar aktivitas
pekerjaan yang antara lain terdiri atas:
a) Finish to start, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas
pekerjaan berikutnya bergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya.
b) Start to start, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas
sesudahnya bergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya.
c) Finish to finish, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya pekerjaan
berikutnya bergantung pada selesainya pekerjaan sebelumnya.
d) Start to finish, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya pekerjaan
berikutnya bergantung pada dimulainya pekerjaan sebelumnya.
Di awal pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen awal pelaksanaan,
seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen lainnya. Selanjutnya
kontraktor membuat shop drawing sebagai acuan pelaksanaan dan as built drawing
sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan, setelah
adanya pekerjaan tambah maupun kurang.
Pile cap merupakan sebuah konstruksi beton bertulang yang berfungsi untuk
menyatukan sekelompok tiang pancang yang telah terpasang dan menyebarkan
beban dari struktur di atasnya. Pile cap memiliki peranan yang sangat penting
dalam suatu konstruksi yang mengharuskan pelaksanan konstruksi pile cap harus
menggunakan metode pelaksanaan yang sesuai.
Tahapan-tahapan pengerjaan pile cap, yaitu :
1. Setelah dilakukan penggalian tanah, dilakukan pemotongan pile sesuai
elevasi pile cap yang diinginkan.
2. Tanah disekeliling pile digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap yang telah
direncanakan.
3. Pada pile dilakukan pembobokan pada bagian betonnya hingga tersisa
tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek pondasi sebagai
pengikat dengan pile cap. Pembobokan hanya sampai elevasi dasar pile cap
saja.
4. Melakukan pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile.
Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan
beban sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun
bersama saat pengecoran.
5. Sebagai landasan pile cap, dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan
ketebalan 10 cm.
6. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap yang meliputi tulangan
utama atas dan bawah, persiapan stek pondasi, pemasangan kaki ayam, beton
decking dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom.
7. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekitar bekisting ditimbun kembali
untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah seperti
semula.
8. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan pengecoran
pada pile cap.
Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak di atas pondasi dan
memiliki fungsi untuk meratakan beban pondasi. Fungsi lain yang tak kalah
penting dari sloof adalah sebagai pengunci dinding sehingga jika terjadi
pergeseran tanah, maka dinding tidak mudah roboh. Oleh karenanya, sloof bisa
dibilang berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
duduk pada struktur yang kuat agar tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang
bisa mengakibatkan dinding menjadi retak atau pecah.
3. Pekerjaan Lantai 1
Pekerjaan pada lantai 1 ini meliputi ; Pemasangan schafolding, Pekerjaan
dan pengecoran beton (kolom, balok, plat lantai), dan Pekerjaan Dinding
a) Pemasangan Schafolding
Suatu proyek tidak akan terlaksana dengan baik apabila pimpinan proyek tidak
dapat mengendalikan jalannya proyek tersebut dengan baik. Pengendalian proyek
harus dilakukan terus menerus selama proyek tersebut berlangsung. Peninjauan
secara periodik sangat efektif dalam membandingkan kemajuan proyek. Metode
pengendalian proyek didasarkan pada perencanaan dan rencana kerja sebagai dasar
untuk membandingkan kemajuan proyek.
Pengendalian proyek mutlak diperlukan untuk mencapai pekerjaan yang
diharapkan. Kualitas pekerjaan menjadi target tanpa meninggalkan segi ekonomis
dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian pekerjaan proyek yang dilakukan
antara lain:
1) Pengendalian mutu (Quality Control).
2) Pengendalian waktu (Time Control).
3) Pengendalian biaya (Budget Control).
3) Tenaga Kerja
Portal yang direncanakan berupa Portal dari Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga pada portal pada titik B3 dengan dimensi balok 400/750, kolom 600/600, dengan
pemberian batang balok maupun kolom. Data-data yang digunakan untuk pembahasan
sebagai berikut :
Atap gedung berupa pelat lantai beton bertulang, dan
diperhitungkan ada air hujan (sebagai beban hidup) setinggi 5 cm.
Tebal pelat atap direncanakan 9 cm, pelat lantai 12 cm, dan berat beton
c = 25 kN/m3.
Sekat-sekat antar ruangan digunakan dinding tembok dengan
berat 18 kN/m3.
Dimensi balok 400/750, dan kolom 600/600.
Beban mati dan beban hidup dihitung berdasarkan SNI -1729 : 2020
Mutu beton f’c = 24,5 MPa, baja tulangan fy = 410 MPa
Portal didesain dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa
(SRPMB), untuk bangunan Perkuliahan Kota Salatiga
Gambar VI. 1 Gambar Portal
A. Analisis Beban
1. Beban Mati
a. Perhitungan Beban
= 6,58 kN/m’
= 7,5 KN/m’
= 20,66 kN/m’
= 8,73 kN/m’
= 8,73 kN/m’
qD = 0,15. (4-0,75). 18
= 9,78 kN/m’
= 7,5 KN/m’
= 33,73 kN/m’
Gambar VI.3 Beban Mati (kN/m’) pada portal awal
Gambar VI.4 Diagram Bidang Momen (kN/m’) akibat beban mati pada
portal akhir
c. Gaya Geser Portal
Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun kolom
akibat beban mati.
Gaya aksial pada kolom portal akibat beban mati dihitung dengan
gaya tribulary area system, yaitu berdasarkan pembagian daerah beban yang
harus didukung oleh kolom-kolom yang berdekatan dari gambar denah
bangunan (lihat Gambar II.6). Hitungan dilakukan pada kolom 1, kolom 3, 5
2. Beban Hidup
a. Perhitungan Beban
= 1 + (0,05.10)
= 1,5 kN/m2
Lantai Atap
Q1 = 2/3. (1,5.3,5)
= 3,5 kN/m’
Q2 = 2/3. (1,5.3,5)
= 3,5 kN/m’
qL1=q1 = q1 + q2
= 3,5 + 3,5
= 7 kN/m’
Q1 = 2/3. (2,5.3,5)
= 5,83 kN/m’
Q2 = 2/3. (2,5.3,5)
= 5,83 kN/m’
qL1 = q1 + q2
= 5,83 + 5,83
= 11,67 kN/m’
Momen gaya geser, gaya aksial, dan lendutan pada portal dihitung dengan
program SAP 2000. Hasil gaya dalam tersebut digambarkan pada Gambar VI.9
sampai dengan Gambar VI.10
Hasil hiutngan momen lentur pada balok maupun kolom akibat beban
hidup dituliskanpada Tabel VI.6 serta digambarkan pada Gambar VI.9
Gambar VI.9 Diagram Bidang Momen (kN/m) akibat beban hidup portal
akhir
Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun kolom
akibat beban mati dituliskan dalam Tabel VI.8 dan Tabel VI.9, serta
digambarkan pada Gambar VI.10.
Gambar VI.10 Diagram Gaya Geser (kN/m’) akibat beban hidup pada portal
akhir
Gaya aksial pada kolom portal akibat beban hidup dihitung dengan
gaya tributary area system,yaitu berdasarkan pembagian daerah beban yang
harus didiukung oleh kolom-kolom yang berdekatan dari gambar denah
bangunan (lihat Gambar II.2).
Gambar VI.11 Diagram Gaya Aksial (kN/m’) akibat beban hidup pada portal
akhir
6. Beban Gempa
Beban gempa yang bekerja pada portal dihitung dengan analisis static ekuivalen
menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Pendidikan di Kota
Salatiga. ( BSN, 2019. Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 1726-2019, ICS 91.120.25;91.080.01 ).
Berat total bengunan merupakan berat beban mati ditambah beban hidup
tereduksi, atau Wt = WD + kr . WL, dengan kr adalah faktor reduksi beban
hidup. Menurut SNI 1726-2019, untuk kantor kr = 0,5.
Beban mati dan beban hidup yang didukung oleh portal diambil berdasarkan
setengah jarak antara portal tersebut dengan portal yang berada di dekatnya. Dari
Gambar II.1, maka beban mati dan beban hidup untuk Portal B diambil 4,2 m x 12,6
m = 52,920 m2.
Untuk berat total lantai bangunan, diperhitungkan dengan setengah jarak
lantai tersebut dengan lantai dibawah maupun di atasnya.
Beban Hidup ;
b. Perhitungan Beban
Tabel VI.14 Momen lentur kolom akibat beban gempa ke kanan (positf)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 59,053 -156,665
3
K5 58,2588 -156,6232
K4 195,181 -227,5688
2 600/600
K3 195,2883 -227,5688
K2 389,5105 -134,3697
1
K1 391,7694 -134,9904
Tabel VI.15 Momen lentur kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -59,053 156,665
3
K5 -58,2588 156,6232
K4 -195,181 227,5688
2 600/600
K3 -195,2883 227,5688
K2 -389,5105 134,3697
1
K1 -391,7694 134,9904
Gambar VI.13 Diagram Bidang Momen (kNm) akibat beban gempa pada portal awal
Tabel VI.17 Gaya geser balok akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Dimensi Momen gempa positif (kN.m)
Lantai
bentang balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -34,81 -34,81 -34,81
3 B2 400/750 -63,485 -63,485 -63,485
2 B1 -73,314 -73,314 -73,314
Tabel VI.18 Gaya geser kolom akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 53,929 53,929
3
K5 53,721 53,721
K4 105,416 105,416
2 600/600
K3 105,714 105,714
K2 130,97 130,97
1
K1 131,69 131,69
Tabel VI.19 Gaya geser kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -53,929 -53,929
3
K5 -53,721 -53,721
K4 -105,416 -105,416
2 600/600
K3 -105,714 -105,714
K2 -130,97 -130,97
1
K1 -131,69 -131,69
Gambar VI.14 Diagram Gaya Geser (kN) akibat beban gempa pada awal portal
Hasil hitungan gaya aksial semua kolom akibat beban gempa arah ke kanan
maupun ke kiri secara lengkap dituliskan dalam Tabel VI.20 sampai VI.21 , dan
dilukiskan seperti pada Gambar VI.15
Tabel VI.20 Gaya Aksial kolom akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -34,81 -34,81
3
K5 34,81 34,81
K4 -98,295 -98,295
2 600/600
K3 98,295 98,295
K2 -171,609 -171,609
1
K1 171,609 171,609
Tabel VI.21 Gaya Aksial kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 34,81 34,81
3
K5 -34,81 -34,81
K4 98,295 98,295
2 600/600
K3 -98,295 -98,295
K2 171,609 171,609
1
K1 -171,609 -171,609
Gambar VI.15 Diagram Gaya Aksial (kN) akibat beban gempa pada awal portal
7. Kombinasi Beban
Gaya dalam akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa yang tercantum dalam
Lampiran I.1 di atas bekerja pada portal dengan kombinasi tertentu, dan diperhitungkan
sebagai kuat perlu (U) menurut persamaan berikut :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
c. Bekerja beban mati D, beban hidup L, dan beban gempa E (Earth Quake Load)
Catatan : E(+) berarti beban gempa bekerja pada portal ke arah kanan (→), E(-) berarti
beban gempa bekerja pada portal ke arah kiri (←).
Pada perencanaan portal, kuat perlu U dari berbagai jenis kombinasi beban
tersebut dapat berupa momen Mu, gaya geser perlu Vu, dan gaya aksial Pu. Hasil
hitungan berbagai kuat perlu U dituliskan di dalam table yang disajikan pada Tabel
VI.21 sampai Tabel VI.25.
Tabel VI.22 Hasil hitungan momen perlu balok
No. Posisi Momen perlu balok Mu (kNm)
Lantai
Balok Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Kiri -104,1927 -145,87 -35,61 -182,00 156,67 -3,97 -156,67 -317,30 62,89 -250,44
Atap B3 Lapangan 86,1657 120,63 29,36 150,38 -0,02 132,74 0,02 132,78 77,53 77,57
Kanan -104,1927 -145,87 -35,61 -182,00 -156,67 -317,30 156,67 -3,97 -250,44 62,89
Kiri -187,8091 -262,93 -65,17 -329,63 285,83 -4,71 -285,83 -576,36 116,80 -454,86
3 B2 Lapangan 124,0553 173,68 43,15 217,90 0,15 192,16 -0,15 191,87 111,80 111,50
Kanan -187,8091 -262,93 -65,17 -329,63 -285,53 -576,07 285,53 -5,00 -454,56 116,51
Kiri -183,2988 -256,62 -63,71 -321,89 330,28 46,61 -330,28 -613,94 165,31 -495,25
2 B1 Lapangan 128,3656 179,71 44,61 225,41 0,36 199,01 -0,36 198,28 115,89 115,17
Kanan -183,2988 -256,62 -63,71 -321,89 -329,55 -613,22 329,55 45,89 -494,52 164,58
1. Hitungan longitudinal
a. Hitungan tulangan
Tulangan longitudinal dihitung dari momen perlu (M u(+) dam Mu(-)) yang
bekerja pada balok. Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B8 ujung kiri,
lapangan, dan ujung kanan.
Tulangan Balok B1 ujung kiri: cari yang paling besar Mu(-) =613,94
(-)
kNm dan Mu(+) = 163,310 kNm. (lihat tabel VI.21) Mu =613,94 kNm =
613,94.106 Nmm
Dipakai tulangan D19 dan begel 10.
ds1 = 60 mm
ds2 = 55 mm
ds = 60 + 55/2 = 87,5
mm
d = 750 – 87,5 =
662,5 mm
( √
a= 1− 1−
2. K
') ( √
0,85. f c
. d= 1− 1−
2.3,89
0,85.24,5 )
. 662,5
= 137,98 mm
A1 = 0,85.f’c.a.b/fy = 0,85.24,5.137,98.400/410 = 2803,33 mm2
As,u = 2803,33 mm2
Jumlah tulangan, n = 2803,33 /(1,4.π.192) = 9,8873 → dipakai n = 10 batang
Jumlah tulangan maksimal per baris, m = (b-2.ds)/(D+Sn)+1
= (400.2.87,5)/(19+40)+1
= 5,7458 → m = 6 batang
Jadi tulangan tarik (10 batang) cukup dipasang 3 baris
2) Balok B1 ujung kanan , Mu(+) = 165,48 kNm, Mu(-)= 613,22 kNm, sehingga
dipasang:
b. Tulangan Geser
Tulangan geser (begel) dihitung dari gaya geser perlu (Vu) terbesar yang
bekerja pada balok, dan nilai Vu tersebut boleh diambil pada jarak d dari muka
kolom (Vud). Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B1 dengan bentang 9 m
(as ke as) atau bentang bersih 6 m. Bentang bersih dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
1,20 m dari muka kolom (kanan dan kiri), kemudian 1,20 m berikutnya, dan 4,5 m
pada tengah bentang.
Dari Tabel VI.22. pada Balok B1 ujung kiri, nilai Vu terbesar adalah -248,7 kN
(dari kombinasi beban 1,2D+L+E(-)), kemudian 73,31 kN pada tengah bentang,
dan 248,7 kN pada ujung kanan. Jika ditinjau Balok B1 ujung kanan, nilai Vu
terbesar adalah 248,7 kN, (dari kombinasi beban 1,2D+L+E(+)), kemudian 73,31
kN pada tengah bentang, dan – 248,7 kN pada ujung kiri. Sebagian gaya geser Vud
ditahan oleh beton (ϕ. Vc), sisanya ditahan oleh begel (Vs).
ϕ.Vc = ϕ. 0,17.λ.√fc’.b.d
= 0,75.0,17.1.√24,5.400.666,25
= 168186 N = 168,19 kN.
ϕ.Vc/2 = 168,19/2 = 84,09 kN.
Begel bentang 1,2 m dari muka kolom ujung kanan:
0,66625
4,5− −0,66625
2
V ud =73,31+ . ( 248,7−73,31 )=209,749 kN
4,5
>ϕ.Vc= 168,186 kN
Vs = (Vud – ϕ.Vc)/ϕ
= (209,749 – 168,186)/0,75
= 55,4175 kN = 55418 N
Vs,maks = 0,66.√fc’.b.d
= 0,66.√24,5.400.666,25
= 870611 N
½.Vs,maks= 435306 N
Vs< Vs,maks, maka ukuran balok dapat dipakai.
Luas begel per meter panjang balok (Av,u) :
Av= Vs.S/(fyt.d) = 55418.1000/(240.666,25) = 346,576 mm2.
Av,min = 0,35.b.S/fyt = 0,35.400.1000/240 = 583,333 mm2.
Dipilih yang
Av,min = 0,062.fc’.b.S/fyt terbesar, jadi Av,u
= 583,333 mm2
= 0,062.24,5.400.1000/240 = 511,474 mm2.
Digunakan begel 2 kaki dengan tulangan Ø 10 (mm).
Dipilih yang kecil dan
Spasi begel: s = 2.1/4.π.102.1000/583,333 = 269,279 mm. dibulatkan ke bawah,
Vs< ½.Vs,maks, maka smaks ≤ (d/2 = 666,25/2 = 333,123 mm) jadi s = 150 m
Jadi, untuk bentang 1,2 m dari muka kolom ujung kanan dipakai begel Ø 10-150.
Begel dengan bentang 1,1 m setelah 1,2 m dari muka kolom kanan:
0,66625
4,5− −1,07
2
V u 1=73,31+ .(248,7−73,31)=194,013 kN >¿
4,5
ϕ.Vc= 168,186 kN
Vs = (Vu1 – ϕ.Vc)/ϕ = (194,013– 168,186)/0,75 = 34,4362 kN = 34436 N
Av= Vs.S/(fyt.d) = 34436.1000/(240.666,25) = 215,361 mm2.
Av,min = 0,35.b.S/fyt = 0,35.400.1000/240 = 583,333 mm2. Dipilih yang terbesar, jadi
Av,min = 0,062.fc’.b.S/fyt Av,u = 583,333 mm2
Penulangan Kolom
Hitungan tulangan longitudinal dan tulangan begel kolom dengan portal
SRPMB meninjau kolom lantai 1 yaitu kolom K1-1
Ketentuan :
a) Kolom berukuran 600 mm x 600 mm
b) Mutu beton f’c = 24,5 MPa, baja fy = 410 MPa, fyt = 240 MPa
kN
( Vu−θ . Vc ) 176,86−203,439
Vs= = =32,378 kN
θ 0,75
Karena Vs< 0 (negatif), maka digunakan begel minimum dengan luas Av,u berikut :
Av = 0,35 . b. S / fyt = 0,35 . 600 . 1000 / 240 = 875 mm2
Av = 0,062 . √ f c ' . b . S /fyt = 0,062 . √ 24,5. 600 . 1000 / 240 = 767,211 mm2
Dipilih yang besar, Av,u = 875 mm2
Digunakan begel kaki 2, diameter 10
Jarak begel : s = 2. ¼. π . 102 . 1000 / 875 = 179,520 mm
s = (48.dp = 48 . 10 = 480 mm)
s = (16.D = 16 . 19 = 304 mm)
s = (d/2 = 513/2 = 256,5 mm)
Dipilih s yang terkecil, yaitu s = 179,520 mm dibulatkan kebawah → 160 mm
Jadi untuk Kolom K1 digunakan tulangan 18D19 dan begel ∅ 10-160
BAB VII
2. Pengaturan dan strategi dalam penjadwalan waktu serta pengelolaan sumber daya
baik material, peralatan, dan tenaga kerja (Manajemen Proyek) yang kurang baik
kunci dalam pencapaian setiap target pelaksanaan proyek sedikit terhambat.
3. Hasil dari pengendalian mutu beton dilapangan saat akan melakukan pengecoran
dilakukan Test Slump terlebih dahulu agar supaya mutu beton yang di digunakan
sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan dan Hasil Test Slump hampir
dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang telah direncakan.
5. Proyek ini berlatar belakang tempat belajar mengajar yang modern dan ekonomis.
Pengembangan ilmu dan memiliki lokasi yang strategis dan terdapat fasilitas
penunjang seperti taman, parkir, laboratorium.
2. Fasilitas keamanan lebih ditingkatkan lagi dikarenakan banyak material dan alat
yang hilang dikarenakan keamanan yang kurang dan menjadi penghambat
pelaksanaan proyek.
3. Komunikasi dan Kerjasama yang baik dari semua pihak terutama bagi pelaksana
proyek lebih ditingkatkan agar realisasi pekerjaan berjalan sesuai dengan apa
yang telah direncakan.
4. Bahan material yang dibeli lebih baik diprioritaskan terlebih dahulu untuk
pekerjaan yang sesuai dengan apa yang sedang dikerjakan dilapangan.
5. Manajemen keuangan dan jadwal material lebih ditata dengan baik agar saat
pemberi uang upah hasil kerja tidak terlambat, dikarenakan dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan proyek.
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, nikmat, taufik, barokah dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, sebagai sebagian persyaratan untuk memenuhi derajat gelar kesarjanaan S–1
pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaadiyah Surakarta ini
dengan baik dan lancar.
Dengan terselesaikannya laporan ini penyusun dapat mengambil hikmahnya dan
hidayahnya yaitu berupa pengetahuan, pengalaman dan pembelajarannya yang sangat
bermanfaat bagi penyusun. Dan tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Luthfi
Syahrul Muliawan, rekan – rekan Kerja Praktek di Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga serta
semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya Laporan Kerja Praktek
ini.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ilmubeton.com/2018/05/metode-pelaksanaan-pondasi-tiang-pancang.html