Anda di halaman 1dari 103

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM dan


PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA

Laporan Kerja Praktek

untuk memenuhi Sebagian persyaratan


mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

disusun oleh :

TIFFANI NAUFAL
NIM : D100190240

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM dan
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA

Laporan Kerja Praktek

untuk memenuhi Sebagian persyaratan


mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

disusun oleh :
TIFFANI NAUFAL
NIM : D100190240

disetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Ir. Budi Setiawan, S.T.,M.T. Dwiky Baskara, S.T.


NIDN.0622056901

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ir. Anto Budi Listyawan, S.T.,M.Sc. Ph. D


NIDN. 0622036101
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga punulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek sebagian syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Laporan ini disusun setelah penulis melaksanakan Kerja Praktek selama 2 bulan.
Setelah melaksanakan Kerja Praktek ini, penulis sangat merasakan manfaat dari
kegiatan tersebut, antara lain :
1. Mengembangkan dan melengkapi dasar-dasar ilmu teknik yang telah diperoleh
dibangku perkuliahan.
2. Dapat membandingkan antara pelaksanaan di lapangan dengan teori yang didapat
dari bangku perkuliahan sekaligus memahami bagaimana cara mengatasi masalah-
masalah di lapangan.
3. Penulis dapat merasakan pengalaman dunia kerja teknik sipil yang sesungguhnya
yang belum pernah terbayangkan oleh penulis sebelumnya.
Dengan terselesainya Laporan Kerja Praktek ini, penulis inginmengucapkan
terima kasih atas bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan dan kerjasamanya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Ir. Anto Budi Listyawan, ST.,M.Sc. Ph. D selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Ir. Budi Setiawan, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang
telah memberikan bimbingan sehingga selesai Laporan Kerja Praktek ini.
3. PT. DEBITINDO JAYA, selaku kontraktor pelaksana dan selaku pembimbing
saya di lapangan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama kerja
praktek dama proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga
4. Teman-teman seperjuangan bersama di tempat Kerja Praktek (Luthfi Syahrul
Muliawan) dan teman- teman dari UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta)

5. Kedua Orang Tua yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan laporan
Kerja Praktek.

6. Serta teman-temanku angkatan 2019 senasib seperjuangan, yang telah banyak


membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca pada
umumnya.

Surakarta, 14 September 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Proyek

1. Latar Belakang Proyek


Pengembangan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Ekonomi dan Program Pasca Sarjana kini tengah digencarkan oleh pemerintah
tepatnya Kementrian Agama. Pembangunan Gedung kuliah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga termasuk Gedung Kuliah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
di seluruh Indonesia masuk ke dalam salah satu program pemerintah pusat. Insititut
Islam Agama Negeri (IAIN) Salatiga merupakan salah satu Institusi Pendidikan di
Indonesia yang berlokasi di Salatiga, Jawa Tengah.
Dalam fungsinya sebagai tempat belajar mengajar, pengembangan
ilmu pengetahuan. Maka Gedung yang dibangun adalah ruang-ruang
administrasi, laboratorium dengan peralatan berat, ruang-ruang kelas, hall/
mushola. Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga yang bertujuan sebagai tempat penelitian, praktek,
penerimaan serta pengembangan teori-teori yang diterima oleh para
mahasiswanya.

2. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Proyek


Pembangunan Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pascasarjana ditujukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana
dalam kegiatan akademik, khususnya kegiatan belajar dan mengajar serta
praktikum laboratorium dan kegiatan penelitian yang menyangkut
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ekonomi dan Bisnis Islam.
Sehingga dapat menciptakan sarjana-sarjana yang berilmu amaliah dan
beramal ilmiah.
3. Sumber Dana dan Jangka Waktu

Pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas


Ekononmi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga dana diperoleh dari SBSN Tahun Anggaran 2022
senilai Rp 27,780,596.000.00,-. Sedangkan untuk jangka waktu pelaksanaan
proyek ini selama 180 hari kalender.

4. Lokasi Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu ini terletak di Jalan


Lingkar Selatan Nomor KM 2, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota
Salatiga. Tepatnya di Kampus 3 IAIN Salatiga.

Gambar I.1.Lokasi Proyek Gedung Kuliah Terpadu IAIN Salatiga


B. Data Teknik Proyek

1. Tanah dasar
Tanah dasar pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga merupakan
tanah asli yang ditimbun dengan tanah urug sesuai dengan rencana pelaksanaan
proyek.
2. Jenis struktur
Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga menggunakan dua jenis struktur
dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : struktur bawah (sub structure) dan struktur
atas (upper structure).
a. Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah pada pelaksanaan ini terdiri dari :
1) Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah salah satu metode rekayasa teknik
dalam pembuatan pondasi bangunan. Teknik konstruksi ini memungkinkan
pembangunan struktur pada tanah yang memiliki daya dukung yang rendah
seperti tanah lunak. Dapat dilihat pada Gambar I.2. Konstruksi pondasi
terdiri dari tiang pancang berupa beton bertulang yang dipancangkan
kedalam tanah dengan kedalaman yang disyaratkan (24 m). Panjang tiang
pancang ± 5 m. Kemudian pada bagian atas pondasi dihubungkan dengan
plat bertulang (pile cap) dengan ukuran tertentu yang berfungsi debagai
penghubung antara pondasi tiang pancang dengan kolom. Untuk dimensinya
pile cap ini berukuran 25 x 25 cm dengan mutu beton K-400
Gambar I.2 Tiang Pancang

2) Pile Cap
Pile Cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum
didirikan kolom dibagian atasnya. Untuk dimensinya pada bangunan ini ada
beberapa ukuran pile cap. Yang pertama adalah P1 dengan dimensi pile cap
berukuran 1,8 x 1,8 x 0,4 m, kemudian P2 dengan dimensi pile cap
berukuran 1,5 x 1,5 x 0,4 m. Keduannya menggunakan mutu beton K-300

Gambar I.3 Pile Cap

3) Sloof
Sloof adalah elemen struktur yang terdapat pada bangunan gedung
yang menggunakan pondasi dalam atau pondasi dangkal setempat. Untuk
ukuran sloof pada bangunan ini terdiri dari 3 jenis sloof, yaitu Sloof S1
dimensi 40 x 75 cm, Sloof S2 dimensi 35 x 60 cm. Sloof S3 dimensi 30 x 40
cm. Dapat dilihat pada ganbar 1.4. Sloof tersebut memiliki mutu beton K-
300.

Gambar I.4 Sloof

b. Struktur Atas (Upper Structure)


Struktur atas yang digunakan dalam proyek ini adalah :
1) Kolom
Kolom adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi menyalurkan
beban dari plat lantai, atap, maupun balok ke pondasi bangunan tersebut.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarik dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan akan beban tarik, sedangkan beton adalah material yang tahan
akan beban tekan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagia struktural lain seperti balok bisa menahan
gaya tekan dan gaya tarik pada bangunn. Kolom yang digunakan pada
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga terdiri dari 5 jenis kolom, yaitu
kolom K1 dimensi 600 × 600 mm, kolom K2 600 × 600 mm, kolom K3 600
× 600 mm, kolom K4 400 x 400 mm, kolom K5 600x600 mm dapat dilihat
pada Gambar I.3. Kolom tersebut memiliki mutu beton K-300.

Gambar I.5 Kolom


2) Balok
Balok adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai penahan
beban diatasnya antara lain beban dinding, plat lantai dan atap. Balok yang
digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga 3 jenis
balok, yaitu Balok B1 dimensi 40 x 75 cm, Balok B2 dimensi 35 x 60 cm,
Balok B3 dimensi 30 x 40 cm dengan mutu K-300 dapat dilihat pada
Gambar I.6.

Adapun dimensi balok yang digunakan beragam untuk setiap


lantainya. Hal ini diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan dimensi
berdasarkan pembebanan yang diterima balok pada setiap lantainya.

Gambar I.6 Balok


3) Plat Lantai
Plat lantai adalah bagian dari bangunan yang terletak pada posisi
horizontal yang ditahan oleh balok dan kolom sebagai media yang berfungsi
sebagai ruangan itu sendiri. Pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana
IAIN Salatiga ini menggunakan plat beton bertulang dengan ketebalan 130
mm dapat dilihat pada Gambar I.7.
Gambar I.7 Plat Lantai
4) Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat,
bordes, dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai
diatasnya dapat dilihat pada Gambar I.8.

Gambar I.8 Tangga


5) Atap
Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik. Pada ini
menggunakan rangka atap baja sesuai dengan Standard Nasional Indonesia
yang telah disetujui.

3. Bahan utama
Bahan utama proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga antara lain,
pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), semen, air, besi tulangan, multipleks,
bata ringan, dll. Untuk penjelasan masing-masing bahan akan dijelaskan pada BAB
III.

4. Fasilitas penunjang
Fasilitas penujang pada proyek ini antara lain: gudang material dan
peralatan, ruang kantor pelaksana dan pengawas, rambu-rambu keselamatan, warung
makan, mes pekerja.
C. Data Administrasi Proyek

1. Data Umum Proyek


Data-data umum dari Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca
Sarjana Institut Agma Islam Negeri (IAIN)
Salatiga
2. Lokasi : Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Jalan Lingkar Selatan Nomor KM 2, Kelurahan
Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
3. Fungsi Bangunan : Gedung Kuliah Terpadu
4. Jumlah Lantai : 3 Lantai
5. Luas Bangunan : ± 6.000 m2
6. Pemilik Proyek (Owner) : IAIN SALATIGA
7. Kontraktor Pelaksana : PT. DEBITINDO JAYA
8. Konsultan Pengawas : PT. TERASIS EROJAYA
9. Konsultan Perencana : PT. GAPSARY MITRA KREASI KSO
KRIDA KARYA
10. Jenis Kontrak : Kontrak Harga Satuan (Unit Price)
11. Sumber Dana : SBSN
12. Nilai Kontrak : Rp 27,780,596.000.00,-
13. Waktu Pelaksanaan : 180 Hari
14. Waktu Pemeliharaan : 180 Hari
BAB II
MANAJEMEN PROYEK

A. Pengertian Manajemen

Dalam suatu proyek perlu adanya sebuah sistem manajemen yang baik untuk
mendapatkan suatu hasil yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Pekerjaan
pengendalian proyek ini dilakukan oleh Manajemen Konstruksi (MK) atau konsultan
pengawas sebagai sistem kontrol yang akan mengendalikan dan menyelesaikan
masalah teknis maupun non teknis. Suatu proyek biasanya ditandai oleh suatu hal
yang kompleks dan banyak sekali mengandung resiko dan permasalahan serta
ketidakpastian yang terlihat dalam pelaksanaanya. Semakin besar suatu proyek, maka
semakin besar pula resiko dan tingkat ketidakpastiannya. Untuk mencapai hasil
maksimal sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, diperlukan suatu sistem kerja
terpadu, disiplin kerja dan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas atau dengan
kata lain diperlukan adanya manajemen proyek yang tepat dan baik.
Manajemen proyek adalah Secara umum dapat diartikan bahwa pengelolaan
proyek adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penempatan orang (staffing), pengendalian dan pengarahan sumber
daya dalam suatu waktu tertentu dan mencapai hasil akhir tertentu pula. Perencana,
kontraktor dan pengawas harus bisa mengelola proyek sesuai dengan peran dan
tanggung jawab masing-masing.
Adapun fungsi proses manajemen proyek adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Tujuan (Goal Setting), yaitu suatu analisa terhadap proses penyelesaian
persoalan/permasalahan yang akan dilaksanakan dimana mempertimbangkan
berbagai hal diantaranya Spesifik, Realistis, Terukur dan Terbatas waktu.
2. Perencanaan (Planning), yaitu merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan
data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan serta menyusun strategi dan prosedur
operasi di lapangan, beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya
perencanaan lingkup proyek, mutu, waktu, biaya dan sumber daya.
3. Pengorganisasian (Organizing), yaitu tindakan mempersatukan kumpulan kegiatan
manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing dan saling berhubungan satu
sama lain dengan tata cara tertentu misalkan membagi pekerjaan kedalam tugas
operasional, menggabungkan jabatan kedalam unit terkait, memilih dan
menetapkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai serta menyesuaikan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil.
4. Pelaksanaan (Actuating), yaitu proses implementasi untuk menggerakkan anggota
organisasi yang telah disusun dan ditentukan, tindakan yang dilakukan didalam
pelaksanaan ini antara lain yaitu, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan,
berkomunikasi secara efektif, mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung
jawab, memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi.
5. Pengawasan (Supervising), yaitu proses pengawasan secara menyeluruh terhadap
jalannya pelaksanaan, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
6. Pengendalian (Controlling), yaitu membandingkan hasil pekerjaan (output) dengan
rencana yang telah ada. Jika tidak sesuai maka dapat segera diambil langkah untuk
mengatasi keadaan tersebut.
B. Organisasi Proyek

1. Unsur Pengelola Proyek

Pelaksanaan suatu proyek pembangunan yang dimulai dari proses


perencanaan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai pemanfaatan dan
perawatannya adalah proses tahapan yang harus dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan.
Dalam proses ini bermacam-macam unsur pendukung saling berkaitan satu
sama lain, dimana setiap unsur tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri sendiri,
akan tetapi tetap akan saling terkait dalam melaksanakan tugasnya. Setiap unsur
mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Untuk mengatur setiap unsur
diterapkan sistem menejemen yang merupakan alat bantu untuk menjamin
terlaksananya proyek dengan baik.

Pada pekerjaan pembangunan gedung ini, pemilik proyek (owner)


menentukan kontraktor pelaksana tidak melalui proses pelelangan (tender) terlebih
dahulu.
Adapun unsur-unsur pengelola pekerjaan proyek Pembangunan Gedung
Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program PascaSarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, terdiri dari :

a. Pemilik proyek (Owner) : IAIN SALATIGA

b. Konsultan Perencana : PT. GAPSARY MITRA KARYA KSO

KRIDA KARYA

c. Konsultan Pengawas : PT. TERASIS EROJAYA

d. Kontraktor Pelaksana : PT. DEBITINDO JAYA

1) Pemilik Proyek

Pemilik proyek merupakan pihak yang mempunyai ide dan memiliki


sarana untuk mewujudkan ide tersebut sehingga memberikan hasil sesuai dengan
tujuannya. Ide tersebut disampaikan kepada seorang ahli atau badan hukum
untuk mengerjakan ide tersebut sesuai dengan rencana dan besarnya biaya.
Fungsi dari pemilik proyek (Owner) adalah melakukan pembayaran atas prestasi
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi (konsultan
perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor) berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati bersama.
Pada pekerjaan proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga yang
mempunyai wewenang dan kewajiban sebagai berikut:

a) Mempunyai wewenang penuh dalam menentukan dan mengangkat Konsultan


Perencana, Pengawas dan Kontraktor Utama dalam pembangunan proyek
tersebut.
b) Memiliki ide dan gagasan dalam penyediaan areal dan biaya perencanaan,
pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan serta memiliki kewenangan penuh
terhadap proyek, berhak menerima atau menolak pekerjaan yang tidak sesuai
dengan gambar rencana.

c) Menyediakan biaya bagi realisasi proyek termasuk pembayaran bagi pihak


yang terlibat sesuai kontrak.
d) Bersama-sama pengawas memonitoring perkembangan proyek dan berhak
memberi instruksi kepada pelaksanaan sesuai dengan mekanisme yang ada.
e) Berhak mencabut tugas Konsultan Perencana, Pengawas dan Kontraktor
Utama apabila dipandang ketiga lembaga tersebut tidak mampu
melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menggantikannya dengan
lembaga yang lain.
f) Menerima hasil kemajuan proyek.

g) Menerima pekerjaan yang telah selesai dan menyetujuinya.

2) Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah seorang atau badan hukum yang menerima


tugas dari pemilik proyek untuk merencanakan dan dan memberi nasihat dalam
bentuk gambar bestek atau gambar konstruksi. Dalam proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca
Sarjana IAIN Salatiga memiliki tugas dan kewajiban antara lain:
a) Membuat rencana pelaksanaan dan gambar kerja, merencanakan alat dan
bahan yang digunakan serta metode pelaksanaan dan membuat Rencana
Anggaran Biaya proyek (RAB) sesuai ide dan gagasan dari Owner, baik
untuk perancangan struktur dan arsitektur berdasarkan peraturan-peraturan
dan syarat–syarat kerja yang telah ada di Indonesia.
b) Bila sketsa tersebut disetujui, kemudian dibuat gambar-gambar lengkap
dengan detail-detailnya.
c) Membuat perhitungan struktur.

d) Membuat spesifikasi pekerjaan dan jenis material yang digunakan.

e) Mengadakan koordinasi dengan pemilik proyek.

f) Membuat Revisi apabila terjadi perubahan perencanaan.

3) Konsultan Pengawas

Dalam pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga sebagai
Konsultan Pengawas adalah dari PT. TERASIS EROJAYA. Konsultan
Pengawas membentuk badan pengawas proyek yang tugasnya mengawasi
pekerjaan di lapangan. Tujuan badan pengawas adalah mengkoordinasikan
pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan di lapangan agar sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
Tugas dan kewajiban konsultan pengawas antara lain:

a) Mengendalikan dan mengawasi pekerjaan sehari-hari di lapangan.

b) Mengontrol pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan gambar kerja


(bestek) dan membuat laporan tentang kemajuan proyek.
c) Melakukan pengawasan terhadap mutu dan kualitas bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan proyek.
d) Mengontrol pekerjaan sesuai dengan time schedule yang dibuat oleh
pelaksana.
e) Memberi saran dan peringatan kepada pelaksana apabila dinilai kurang baik
pelaksaannya atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
f) Membuat dan menyampaikan laporan harian, minggun, dan bulanan selama
pelaksanaan pekerjaan pembangunan fisik, serta prestasi bobot pekerjaan yang
telah dicapai.
4) Kontraktor Pelaksana

Kontraktor adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan


pembangunan proyek oleh pemberi tugas melalui prosedur lelang maupun
ditunjuk secara langsung. Segala pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai
kontrak (Rencana Kerja, syarat-syarat dan gambar) dengan biaya sesuai kontrak
yang mereka sepakati. Dalam pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga
tugas dan kewajiban kontraktor pelaksana antara lain:
a) Menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dari pemberi tugas sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak perjanjian.
b) Membuat / mengerjakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat–
syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak perjanjian.
c) Menyediakan alat keselamatan kerja yang diwajibkan dalam peraturan.

d) Membuat dokumen mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan dan


diserahkan kepada pemberi tugas.
e) Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.

f) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan pekerjaan.

g) Bertanggung jawab penuh kepada pengawas atau wakil pemilik yang ditunjuk
pemilik untuk melaksanakan proyek.
h) Menyerahkan hasil pekerjaan setelah proyek selesai kepada pemilik dan
melaksanakan pemeliharaan pasca proyek sesuai dengan kontrak.
i) Menghadiri rapat koordinasi proyek.

Tim dari kontraktor pelaksana proyek Pembangunan Gedung Kuliah


Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN
Salatiga membentuk badan pelaksana proyek yang tugasnya melaksakan
pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Tujuan badan pelaksana
ini adalah untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan dengan sistem kerja
yang jelas dan terarah. Unsur-unsur dalam badan ini mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban masing-masing.

2. Hubungan kerja antar unsur pengelola proyek


Untuk menjalin hubungan kerja yang baik dan terorganisir dalam mengelola
proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga, setiap unsur-unsur dalam proyek bekerja
sesuai dengan kedudukan, tanggung jawab, dan fungsinya masing-masing.
Yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah hubungan yang tercipta dalam
suatu pekerjaan dalam satu proyek dan menghasilkan kerjasama yang terjalin antar
tiap unsur-unsur dalam proyek. Adapun hubungan kerja antar unsur- unsur pengelola
proyek dapat dilihat pada Gambar II.1.

Pemilik Proyek
IAIN Salatiga

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas


PT. GAPSARY MITRA KARYA KSO KRIDA PT. TERASIS EROJAYA
KARYA

Kontraktor Pelaksana
PT. DEBITINDO JAYA

Gambar II.1 Hubungan kerja antara unsur pengelola proyek

Keterangan Gambar II.1


a. Garis hubungan kontrak/komando :

Garis hubungan kontrak/komando, yaitu garis yang menunjukkan kewajiban kerja


organisasi proyek yang terikat dalam ketentuan tugas pelaksanaan.
b. Garis hubungan koordinasi :

Garis hubungan koordinasi, yaitu garis yang menunjukkan kewajiban kerja


organisasi proyek yang berupa hubungan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan.
1) Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan perencana Antara
pemilik proyek dan konsultan perencana mempunyai hubungan kerja sebagai
berikut :
a) Pemilik proyek memberikan tugas kepada konsultan perencana untuk
membuat gambar kerja lengkap dengan detail konstruksi (dokumen
proyek).
b) Konsultan perencana memberi dan mengajukan hasil perencanaan sesuai
dengan permintaan pemilik proyek.

2) Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan pengawas Antara


pemilik proyek dan konsultan manajemen konstruksi mempunyai hubungan
kerja sebagai berikut :
a) Pemilik proyek memberikan wewenang kepada konsultan pengawas untuk
mengawasi pelaksanaan pembangunan sesuai dengan gambar kerja.
b) Konsultan manajemen kontruksi memberikan pertanggungjawaban kepada
pemilik proyek setiap perkembangan proyek dan membuat laporan periodik
selama proyek berlangsung.

3) Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor pelaksana Antara


pemilik proyek dan kontraktor pelaksana mempunyai hubungan kerja
sebagai berikut :
a) Pemilik proyek memberikan tugas kepada kontraktor pelaksana untuk
melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan gambar kerja serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta menandatangani kontrak.
b) Kontraktor pelaksana mempertanggungjawabkan hasil kerja sesuai dengan
kontrak kerja kepada pemilik proyek.

4) Hubungan kerja antara konsultan perencana dan kontraktor pelaksana


Antara konsultan perencana dan kontraktor pelaksana mempunyai hubungan
kerja sebagai berikut :
a) Ikatan kerja berupa peraturan pelaksanaan.

b) Konsultan perencana memberikan gambar rencana, peraturan, dan syarat-


syarat kepada kontraktor pelaksana.
c) Kontraktor pelaksana merealisasikan gambar rencana sesuai dengan
peraturan dan syarat-syarat yang telah diberikan oleh konsultan perencana
menjadi sebuah bangunan.
3. Organisasi Kontraktor

Tim PT. DEBITINDO JAYA sebagai kontraktor pelaksana proyek


Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga membentuk struktur organisasi proyek yang
tugasnya melaksakan pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Tujuan organisasi proyek ini adalah untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
pekerjaan dengan sistem kerja yang jelas dan terarah. Unsur-unsur dalam badan ini
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban masing-masing yang semuanya
dikoordinasi oleh Manajer Proyek.
STRUKTUR ORGANISASI

PROYEK : PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS ISLAM DAN

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

Gambar II.2 Struktur Organisasi Proyek


a. Kepala Cabang
Kepala cabang merupakan jabatan eksekutif yang mewakili kantor
pusat di daerah-daerah tertentu. Posisi ini dibutuhkan untuk memastikan
seluruh daerah cabang beroperasi sejalan dengan tujuan kantor pusat. Untuk
menjadi branch manager, tentu ada jenjang karier yang harus dilewati.
Adapun Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Cabang,

yaitu :

1) Melakukan pembuatan rencana kegiatan untuk perusahaan yang di pimpin


dalam cabang tersebut.

2) Bertanggung jawab penuh atas segala aktivitas yang berkaitan dengan


perusahaan yang di pimpin.

3) Melakukan monitoring atas segala kegiatan perusahaan yang dilakukanya.

4) Bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan pada cabang tersebut.

5) Menjaga hubungan yang baik terhadap Principal, General Agent dan


instansi pemerintah. Atau hal hal lain terkait dengan partnership atau kerja
sama

6) Melakukan penandatanganan dokumen – dokumen penting seperti Notice


Of Readiness ( NOR ), Letter Of Authorisation, Bill Of Lading ( B/L )dan
Kwitansi.

b. General Manager

General manager adalah manajer yang memiliki semua tanggung jawab


semua pejabat dalam suatu organisasi atau perusahaan. Beberapa unit
fungsional yang mengelola beberapa atau semua manajer fungsional dikelola
oleh general manager. General manager berkewajiban untuk memikul
tanggung jawab dan membuat keputusan tentang pencapaian tujuan perusahaan
serta fungsi utama dan kendali semua kegiatan perusahaan. General Manager
memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu sebagai berikut:

1) Memimpin perusahaan dan menjadi motivator bagi karyawannya

2) Mengelola operasional harian perusahaan.


3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan
menganalisis semua aktivitas bisnis perusahaan.
4) Mengelola perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan
5) Merencanakan, mengelola dan mengawasi proses penganggaran di
perusahaan.

c. Manajer Proyek (Manager Project)

Didalam pekerjaan kontruksi, seorang project manager sangat berperan


penting sebab tercapainya dan suksesnya suatu pekerjaan kontruksi itu tergantung
atau kapasitas kinerja seorang project manager untuk itu, peran seorang manager
itu sangat berpengaruh. Seorang Project Manager harus orang yang memiliki
keahlian khusus atau yang sudah berpengalaman dibidang kontruksi dan
mengetahui apa tugas dari seorang project manager itu sendiri. paling tidak dapat
berkontribusi bagi pekerjaannya. dalam hal ini, project manager harus dipegang
oleh orang-orang yang memiliki kedisplinan yang tinggi dan bekerja secara
maksimal.

Adapun Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Project Manager,

yaitu :
1) Membuat rencana kerja dan anggaran kontruksi.
2) Mengendalikan seluruh kegiatan kontruksi.
3) Melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait.
4) Membangun komunikasi internal dan eksternal.
5) Menetapkan kebutuhan sumber daya.
6) Menentukan alternatif mencapai target.
7) Menyetujui rencana dan metode kerja.
8) Menunjuk pemasok dan subkontraktor.
9) Tercapainya sasaran biaya, mutu waktu, K3 dan lingkungan.

d. Administrasi Keuangan (Project Finance Manager)


Agar tercapai hasil yang baik maka konsep administrasi keuangan
adalah merupakan Rangkaian kegiatan dalam mengelola keuangan secara
tertib, sah, hemat, berdayaguna dan berhasil guna mengelola keuangan tersebut
meliputi penerimaan-penerimaan dan sumber-sumber serta pembiayaan-
pembiayaannya demi Terselenggaranya administrasi teknik proyek dengan
baik.
Tugas Dan Tanggung Jawab administrasi keuangan Pada Proyek :

1) Memimpin semua aktifitas dalam bidang Administrasi,


Keuangan dan Umum
2) Mencatat dan menata semua karyawan yang di Proyek

3) Membantu Kepala Proyek untuk mencatat dan menyimpan surat


keluar dan masuk di Proyek.
4) Bertanggung jawab penuh semua aktifitas Administrasi,
Keuangan dan Umum.
5) Bertanggung jawab penuh kelangsungan sernua aktifitas
karyawan di Proyek.

6) Bertangung jawab penuh terhadap bukti dan pencatatan transaksi


keuangan di Proyek.
7) Memberikan masukan kepada, Kepala Proyek tentang kondisi
keuangan di Proyek
8) Membantu Kepala Proyek untuk mencatat transaksi keuangan di Proyek.

c. Ahli K3 (Project QHSE Manager)


Peranan K3 Konstruksi adalah dapat menyusun program K3 serta
penerapannya dalam konstruksi. Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung
jawab Tenaga Ahli K3 Konstruksi diantaranya adalah :
1) Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan
terkait K3 Konstruksi.
2) Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi.
3) Mengelola program K3.
4) Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3.
5) Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
6) Mengelola laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi.
7) Mengelola metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan.
8) Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat.

e. Manajer Teknik

Manajer teknik merencanakan, mengarahkan, dan mengoordinasikan


kegiatan di fasilitas manufaktur, perusahaan, lembaga pemerintah, lokasi
konstruksi, dan di mana pun pekerjaan teknik dilakukan. Mereka juga
merencanakan, mengatur, meninjau sumber daya, dan mengarahkan aktivitas yang
memiliki komponen teknologi atau sistem. Mereka mengerahkan keahlian mereka
dalam satu atau lebih spesialisasi teknik dan komputasi dan umumnya mengawasi
tim profesional dari berbagai disiplin ilmu. Tugas dan tanggung jawab Manager
Teknik yaitu :

1) Membuat dan mengawasi rencana untuk produk dan desain baru.

2) Menentukan staff, pelatihan, dan kebutuhan peralatan.

3) Mengevaluasi dan menyetujui anggaran untuk proyek dan program.

4) Meninjau keakuratan teknis pekerjaan orang lain.

5) Mengawasi proyek dari awal sampai akhir.

f. Logistik

Logistik mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :

1) Mencari dan mensurvey data jumlah material beserta harga bahan dari
beberapa supplier atau toko bahan bangunan sebagai data untuk memilih
material termurah.

2) Melakukan pembelian material atau alat ke supplier atau toko bahan


bangunan.
3) Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material yang sudaha
didatangkan ke area proyek.
4) Membuat label keterangan pada barang yang disimpan untuk menghindari
kesalahan akibat tertukar dengan material lain.
5) Melakukan pecatatan keluar masuknya material dan alat serta bertanggung
jawab atas penandatangan dan ketersediaan material.
6) Membuat dan menyusun laporan material sesuai dengan format yang sudah
menjadi standar perusahaan kontraktor.
g. Keamanan

Penanggungjawab keamanan pada suatu proyek memiliki tugas antara


lain :

1) Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan / kawasan


proyek.
2) Melaksanakan penjagaan dan mengawasi masuk dan keluarnya orang dan
barang/material di proyek.
3) Melaksanakan pengawasan atau pemeriksaan lapangan untuk
mengantisipati kehilangan material dan pemeriksaan terhadap pekerja
sesuai dengan prosedur.
4) Memastikan pengoperasian peralatan dengan melengkapi persyaratan
pemeliharaan preventif; mengikuti instruksi, mengevaluasi peralatan baru
dan teknik.

h. Supervisor

Seseorang yang diberi wewenang atau mempunyai jabatan untuk


mengawasi, mengarahkan suatu tatacara yang mengendalikan suatu
pelaksanaan tata cara lainnya. Berikut adalah beberapa tugas supervisor
sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugas, proyek, dan pekerjaan secara langsung.

2) Menegakkan aturan yang telah di tentukan oleh perusahaan.

3) Membuat rencana jangka pendek untuk tugas yang telah


ditetapkan oleh atasannya.
4) Memberikan info pada manajemen mengenai kondisi bawahan,
atau menjadi perantara antara pekerja dengan manajemen.
5) Bertugas membuat job description untuk staf bawahannya.
i. Surveyor

Surveyor adalah orang yang mampu melakukan teknik riset dengan


memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, peninjauan. Tugas dan
tanggung jawab surveyor sebagai berikut :
1) Membantu Kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran
topografi lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data-
data lapangan.
2) Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan akurat telah mewakili kuantitas untuk
pembayaran sertifikat bulanan untuk pembayaran terakhir.
3) Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan menjamin data
yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk keperluan
peninjauan desain atau detail desain.
4) Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan
gambar rencana.

j. Drafter
Drafter berasal dari Bahasa Inggris, drafting yang berarti menyusun,
merancang, atau merangkai. Ini berarti seorang drafter adalah orang yang
menuangkan sebuah konsep desain ke dalam bentuk gambar yang detail, lengkap
dengan ukuran, tata letak, dan fitur-fitur di dalamnya. Gambaran seorang drafter
lalu akan digunakan untuk membantu eksekusi pembangunan atau produksinya.
Tugas dan tanggung jawab drafter yaitu :
1) Menggambar dan menyiapkan rancangan menggunakan software CAD
2) Menciptakan desain produk yang efektif berdasarkan pengetahyan
mereka tentang ilmu arsitektur, manufaktur, dll.
3) Menambahkan detail berupa diagram, sketsa, catatan, pemetaan dan
kalkualasi teknik pada desain
4) Menentukan dimensi, material dan prosedur dalam proyek pembangunan
gedung atau manufaktur produk baru
5) Menyiapkan beberapa versi desain untuk ditinjau oleh arsitek atau
desainer dan melakukan revisi jika diperlukan
6) Mengoordinasikan presentasi perencanaan bangunan secara visual yang
dapat dipahami oleh orang lain dengan mudah

C. Pelelangan
Pelelangan adalah pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara terbuka untuk
umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum, bilamana dimungkinkan melalui media elektronika,
sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta memenuhi kualifikasi
dapat mengikutinya. Maksud diadakan pelelangan yaitu supaya diperoleh harga pekerjaan
yang bersaing, dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
persyaratan pembangunan proyek tersebut.
1. Jenis pelelangan

Secara umum sistem pengadaan / pelelangan dapat dibagi menjadi 4 macam


yaitu:

a. Pelelangan umum

Pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas


melalui media massa dan/ atau pada papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya.
Proses evaluasi klasifikasi, evaluasi kualifikasi, serta evaluasi penawaran
anggaran biaya dari rekanan (kontraktor/pelaksana) yang mengikuti pelelangan
umum tersebut dilakukan bersama.

b. Pelelangan terbatas

Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk suatu peerjaan tertentu yang


dilakukan diantara pemborong/rekanan yang tercatat dalam DRM (Daftar
Rekanan Mampu) sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya.

c. Pemilihan / penunjukan langsung


Pemilihan / penunjukan langsung adalah penunjukan kontraktor sebagai
pelaksana, tanpa melalui proses umum maupun terbatas.

d. Pengaduan / pelaksanaan langsung

Pengadaan / pelaksanaan langsung adalah pelaksanaan pemborong yang


dilaksanakan oleh kontraktor tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas
maupun pemilihan / penunjukan langsung.

2. Proses pelelangan pada proyek

Dalam proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan


Bisinis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga ini menggunakan proses
Pelelangan Umum dengan sistem Tender Publik Elektronik. (e-Tender General).
BAB III

BAHAN DAN PERALATAN

A. Bahan Bangunan

Material merupakan unsur utama yang memegang peranan penting dalam


keberlangsungan suatu proyek / pekerjaan sipil. Material yang dipakai harus dipilih
dari material yang berkualitas untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan proyek banyak sekali material yang digunakan agar
pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada
proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

1. Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah salah satu metode rekayasa teknik dalam
pembuatan pondasi bangunan. Teknik konstruksi ini memungkinkan pembangunan
struktur pada tanah yang memiliki daya dukung yang rendah seperti tanah lunak.
Dapat dilihat pada Gambar I.2. Konstruksi pondasi terdiri dari tiang pancang berupa
beton bertulang yang dipancangkan kedalam tanah dengan kedalaman yang
disyaratkan (24 m). Panjang tiang pancang per batan ± 5 m dan berdimensi 25x25 cm.
Pondasi tiang pancang ini di produksi dari PT. Jaya Inti Persada (JIPCON) Kemudian
pada bagian atas pondasi dihubungkan dengan plat bertulang (pile cap) dengan ukuran
tertentu yang berfungsi debagai penghubung antara pondasi tiang pancang dengan
kolom.
Gambar III.1 Tiang Pancang

2. Wiremesh

Wiremesh adalah sebuah rangkaian besi yang tampak seperti lembaran kawat
yang sengaja dibuat seolah saling berpotongan antara satu dengan yang lainnya.
Karena besi ini memiliki bentuk yang sangat unik, maka seringkali disebut sebagai
anyaman besi. Istilah anyaman besi berasal dari bentuk besinya yang tampak seperti
pola jajaran genjang dan disambung dengan menggunakan teknik pengelasan supaya
bisa terikat dan terhubung dengan sempurna. Besi wiremesh umumnya digunakan
sebagai penguat atau tulang pada saat pengecoran jalan, lantai bangunan, ataupun dak
rumah karena dikenal akan menguatkan struktur bangunan. Pada proyek ini wiremesh
yang digunakan adalah M8-15, M10-15, M12-15 dengan dimensi 5,4 m x 2,1 m.

Gambar III.2 Wiremesh

3. Pipa PVC

Pipa PVC adalah salah satu pengembangan produk perpipaan dari bahan
thermoplastik, jenis polyvinyl chloride. Jenis produk ini dikenal multi fungsi dengan
harga dan biaya instalasi pemasangan mudah dan ekonomis. Sebagai bahan yang
sering digunakan pada produk pipa plastik, bahan PVC memiliki banyak kelemahan,
meski tidak menimbulkan karat. Beberapa diantaranya bahan yang mudah getas
dimakan usia dan karena paparan sinar UV, matahari. Material yang kaku juga kerap
membuat pipa mudah rusak dan pecah. Sehingga jauh dari harapan untuk bisa
digunakan dalam jangka waktu lama. Hal tersebut akhirnya teratasi dengan solusi
menggunakan bahan uPVC. Pada proyek ini pipa yang digunakan berbagai macam
ukuran, yaitu : ½” inch, ¾ inch, 1 inch, 1 ¼ inch, 1 ½ inch, 2 inch, 2 ½ inch, 3 inch, 4
inch dengan merek Rucika.

Gambar III.3 Pipa PVC

4. Besi Tulangan

Besi tulangan merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi


beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Besi tulangan untuk
konstruksi beton bertulang ada bermacam - macam jenis dan mutu yang berbeda
tergantung dari trmpat produksi. Ada dua jenis besi tulangan, tulangan polos (Plain
bar) dan tulangan ulir (Deformed bar). Untuk dimensi tulangan yang digunakan
yaitu, Tulangan ulir 8,10,13,16,19, dan untuk tulangan polos 8-10 dengan
fy 410 Mpa. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
sistem struktur, beton dibantu dengan perkuatan penulangan yang berfungsi
menahan gaya tarik. Dalam penyimpanan besi tulangan agar tetap dalam kondisi
yang baik dan tidak korosi atau berkarat, sebelum digunakan perlu adanya
persyaratan sebagai berikut :

a. Besi tulangan harus terbebas dari karat dan disimpan dari tanah atau halhal
lain yang dapat menyebabkan besi tulangan tersebut menjadi berkarat.
Karena besi tulangan yang berkarat akan mengurangi mutu besi dan dapat
menghilangkan lekatan dalam campuran beton.

b. Penyimpanan besi tulangan tidak boleh terlalu lama sehingga akan


berdampak berkaratnya besi tersebut karena terlalu lama terkena udara
bebas.

c. Besi tulangan harus disimpan pada tempat tertutup agar terbebas dari
lumpur, tanah, air yang dapat mengurai lekatan pada beton.

d. Besi tulangan disimpan dalam jarak sedekat mungkin dengan lokasi


pekerjaan.

Gambar III.4 Tulangan Ulir

5. Beton Ready Mix

Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan pengecoran
struktur. Efisiensi waktu, biaya, tenaga kerja dan jaminan keseragaman mutu adalah
faktor utama mengapa dipilih beton ready mix, untuk pengecoran struktur Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga. Beton ready mix ini dipesan dari Batching Plant
PT. Merak Jaya Beton. Untuk tiap Truck Mixer sendiri memilik kapasitas ± 6 m 3.
Dalam proyek ini seluruh pekerjaan struktural menggunakan mutu beton K-300 dan
K-350 dapat dilihat pada Gambar III.5.
Gambar III.5 Beton Ready Mix

6. Bata Ringan

Bata ringan adalah material bangunan yang fungsinya sama dengan batu bata
merah untuk membuat dinding. Dari luar, material bahan baku bata ringan menyerupai
beton pada umumnya tetapi bobotnya lebih ringan. Permukaannya pun halus dan
bentuknya pun seragam dari segi ukuran dan ketebalannya karena dicetak dengan
cetakan press beton. Bata ringan yang digunakan dalam proyek ini berdimensi 60cm x
20cm x 7,5 cm dan menggunakan produk dari CITICON. Bata ringan umumnya dibuat
secara masal oleh pabrik dengan olahan bahan dari campuran pasir kuarsa, semen,
kapur, gypsum, dan alumunium pasta dapat dilihat pada Gambar III.6.

Gambar III.6 Bata Ringan (Hebel)

7. Bondek

Bondek atau biasa disebut floordeck adalah bahan material berupa lembaran


yang terbuat dari galvalum berlapis galvanis atau aluminium yang digunakan untuk
membuat plafon pengganti triplek. Selain itu, umumnya material ini digunakan juga
untuk mengecor lantai dua suatu bangunan yang disebut dengan Metal Decking.
Bondek akan disangga oleh balok biasa atau balok baja. Maksud dari metal
decking adalah untuk membantu atap menahan hawa panas agar tidak masuk ke
ruangan. Metode ini cocok untuk gedung bertingkat sebagai plafon atap atau lantai
beton. Bondek dalam proyek ini menggunakan bondek dengan ukuran tebal 0,75 mm
dengan dimensi 2,7x3,2 m.

Gambar III.7 Bondek

8. Semen

Semen adalah suatu bahan bangunan yang berfungsi sebagai pengikat dalam
campuran adukan beton. Semen merupakan bubuk halus yang diperoleh dari
penghancuran clinker (bahan yang diperoleh dari hasil pembakaran suatu campuran
yang baik dan merata antara kapur dengan bahan lain yang mengandung silikat,
aluminat, dan oksida besi). Pada proyek ini digunakan semen jenis Portland
Composite Cement PCC dan jenis semen Mortar Utama-302.

Gambar III.8 Portland Composite Cement (PCC)

9. Mortar Utama-290
Spesifikasi Mortar Utama tipe MU-290 Finish Plaster bisa dibilang sangat
ampuh dan bisa membuat pekerjaan cepat selesai. Sebagai bahan mortar dengan
ketebalan 3-88 mm, MU-290 Finish Plaster tidak membutuhkan proses acian lagi
setelahnya, sehingga pengerjaan bangunan bisa lebih cepat selesai. Di samping itu,
Anda pun bisa menghemat lebih banyak biaya karena MU-290 Finish Plaster mampu
menciptakan permukaan plaster yang halus dengan pengaplikasian yang sedikit dan
tipis saja. Dinding yang sudah diplester akan siap untuk dicat tujuh hari berikutnya.

Gambar III.9 Semen Mortar Utama-290

10. Agregat Kasar (Kerikil)

Batu split adalah salah satu jenis batu material bangunan yang diperoleh
dengan cara membelah atau memecah batu yang berukuran besar menjadi ukuran
kecil-kecil. Batu Split juga sering disebut dengan nama batu belah, karena disesuaikan
dengan proses mendapatkannya yaitu dengan cara membelah batu. Secara umum
fungsi utama batu split adalah sebagai bahan campuran utama untuk pembuatan beton
cor. Selaian batu split, bahan pembuatan beton cor adalah pasir dan semen dengan
ukuran batu split ½ . Namun demikian setelah melihat jenis ukuran batu split, ternyata
fungsinya tidak hanya sebagai bahan campuran beton cor saja tetapi juga berfungsi
untuk keperluan yang lain.
Gambar III.10 Agregat Kasar (Kerikil)

11. Agregat Halus (Pasir)

Pasir merupakan agraegat halus yang berasal dari butir-butir batu pecah, kerikil
atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.

Gambar III.11 Agregat Halus (Pasir)

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek, baik alat berat
maupun alat ringan sangat menunjang dalam penyelesain suatu pekerjaan, alat proyek
tersebut digunakan untuk :
1. Meningkatkan kualitas suatu pekerjaan.

2. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan serta menghemat biaya.

3. Mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan.

4. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.


Berikut merupakan alat-alat yang digunakan dalam proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca
Sarjana IAIN Salatiga :

1. Excavator

Ekskavator atau excavator (mesin pengeruk) adalah salah satu alat berat yang
terdiri dari mesin di atas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan (arm), alat
pengeruk (bucket), keranjang. Excavator digunakan untuk penggalian,
loading/unloading material dan lifting. Excavator yang digunakan pada proyek ini
adalah merek Komatsu yang memiliki kapastias bucket 0,5-1,2 m 3 Pada proyek ini
excavator digunakan untuk penggalian dn timbunan tanah saat pekerjaan persiapan
lahan dan untuk pembersihan tanah pada pondasi borepile yang akan dilakukan
pekerjaan pile cap serta pekerjaan tanah lainnya.

Gambar III.12 Excavator

2. Mobile Crane

Mobile crane (derek bergerak) adalah salah satu alat yang berfungsi untuk
mengangkat atau menurunkan material dengan beban berat dan memindahkannya
secara horizontal. Fungsi mobile crane dapat menjadi pilihan efektif bagi perusahaan
konstruksi karena prinsip dasar alat gerak yang dapat memudahkan proses
perpindahan material dengan jarak pendek serta juga dapat menjadi komponen
pendukung dalam membuat tower crane atau derek jangkung. Jenis derek ini juga
dinilai efisien dikarenakan tidak memerlukan terlalu banyak biaya untuk tambahan alat
khusus. Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini jenis SANY STC 550 dengan
kapasitas beban, satu kait utama 610 kg atau 555 kg, satu kait tambahan 90 kg, dan
maksimal mengangkat tinggi adalah 55t dan 5t.

Gambar III.13 Mobile Crane

3. Mobile Concrete Pump

Pompa beton / concrete pump adalah alat yang digunakan untuk mendorong
hasil cairan beton yang sudah diolah dari mixer truck. Biasanya concrete pump
digunakan untuk mengecor lempengan beton, lantai basement, atau bisa juga pondasi
dasar kolam renang. Intinya adalah concrete pump digunakan untuk mengerjakan
pengecoran yang sulit dilakukan secara manual. Mobile concrete pump yang
digunakan adalah merek SANY, dengan kapasitas pompa ± 10-100 m3/jam.

Gambar III.14 Mobile Concrete Pump

4. Mixer Truck

Mixer truck adalah alat untuk mengangkut adukan beton ready mix dari
tempat pencampuran beton (batching plan) ke lokasi proyek. Mixer truck
dilengkapi drum sebagai tempat adukan dalam drum tersebut terdapat bilah-
bilah baja, drum ini memiliki kapasitas ± 6 m 3, ketika dalam perjalanan menuju
lokasi proyek, drum ini berputar perlahan yang berlawanan dengan arah jarum
jam sehingga adukan mengarah kedalam. Perputaran didalam bertujuan agar
tidak terjadi pergeseran ataupun pemisahan agregat sehingga adukan tetap
homogen. Dengan demikian mutu beton akan selalu terjaga sesuai dengan
kebutuhan rencana.

Gambar III.15 Mixer Truck

5. Dump Truck

Dump Truck merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan


material dari lokasi quary ke lokasi proyek ataupun sebaliknya memindahkan
material dari proyek ke tempat penyimpanan dan bisa juga digunakan untuk
pekerjaan galian dan timbunan tanah. Dump truck dilengkapi dengan bak yang
dapat terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak
tersebut dapat diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut
bisa turun ke tempat yang diinginkan. Pada proyek ini dump truck yang
digunakan bermerek Hino Dutro dengan kapasitas bak 5-7 m3 .
Gambar III.16 Dump Truck

6. Jack In Pile
Proses pengerjaan tiang pancang dengan cara ditekan menggunakan alat
pancang type hidraulic static pile driver merk sunwad ZYJ320. Sedangkan tiang
pancang yang digunakan adalah precast concrete. Precast lebih menjamin dari segi
kualitas sehingga mutu beton tetap terjaga sesuai dengan perencanaan. Proses
pemancangan jack in pile ditekan menggunakan sistem hidraulic yang diberi beban
counter wieght sehingga tidak menimbulkan getaran. Alat jack in pile mampu
memancang tiang pondasi dengan berbagai ukuran mulai dari 200x200 mm sampai
dengan 500x500 mm. Salah satu merk alat jack in pile adalah sunwad ZYJ320 dengan
beban ultimate mencapai 320 ton. Alat penekan tiang pancang ini terdapat pada
bagian tengah mesin dan dikelilingi oleh beban counter weight. Jack in pile ini
memiliki 4 buah kaki, terdiri dari 2 kaki bagian luar (rel besi berisi air) dan 2 kaki
pada bagian dalam yang digerakkan secara hidrolis. Kaki-kaki ini disebut support
sleeper.

Gambar III.17 Jack In Pile

7. Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Dengan
adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah.
Merek dari Theodolit ini adalah Topcon. Di dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Gambar III.18 Theodolit

8. Waterpass (Penyipat Datar)

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang


dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan.
Merek dari waterpass ini adalah Topcon. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan
garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu
ukur yang vertical.

Gambar III.19 Waterpass


9. Stamper

Mesin Stamper atau yang dikenal sebagai tamping rammer merupakan


alat yang dipergunakan untuk memadatkan tanah, mesin stamper ini
menggunakan merek Yasuka. Mesin stamper sangat membantu untuk
mempercapat proses pemadatan tanah timbun, selain itu mesin stamper juga
dapat memadatkan tanah asli kohesif. Mesin stamper biasanya digunakan dalam
proses pemadatan untuk bangunan gedung, pemadatan jalan, halaman, selain itu
mesin stamper juga digunakan untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya.
Bahan bakar yang biasanya digunakan mesin stamper adalah bensin.

Gambar III.20 Stamper

10. Concrete Mixer 350 Liter

Concrete Mixer 350 Liter digunakan dalam proyek konstruksi untuk


pengerjaan beton dengan kebutuhan skala kecil. Mengaduk semen, kerikil,
bahan kimia dan sebagainya. Sangat mudah untuk dipindahkan dan memiliki
volume kecil. Manfaat dan kualitas beton yang dihasilkan sama dengan jenis
molen beton ukuran besar.
Gambar III.21 Concrete Mixer 350 Liter

11. Scafolding

Perancah (schafolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan


untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung
dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu
sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan
bahan- bahan lain. Di beberapa negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu
masih digunakan sebagai perancah. Apa itu schafolding sendiri terbuat dari pipa
– pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk
menopang beban yang ada di atasnya. Dalam pengerjaan suatu proyek, butuh
atau tidaknya penggunaan schafolding bisa tergantung kepada pemilik proyek.
Karena adanya perbedaan antara biaya menggunakan bambu dan schafolding.
Schafolding digunakan sebagai pengganti bambu dalam membangun suatu
proyek. Keuntungan penggunaan schafolding ini adalah penghematan biaya dan
efisiensi waktu pemasangan schafolding.

Gambar III.22 Scafolding


12. Drainase
Drainase adalah pembuangan massa air baik secara alami maupun buatan
dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Di bidang teknik sipil,
drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar tidak
tergenang. Dari pengertian tersebut, peran drainase sangatlah penting, terutama
ketika kawasan tersebut berada di daerah dengan curah hujan tinggi. Bahan
drainase yang digunakan dalam proyek ini adalah U-Ditch berdimensi 30 x 40 x
120 cm.

Gambar III.23 U-ditch


BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Uraian Umum
Pelaksanaan pekerjaan merupakan proses kegiatan dalam suatu proyek
konstruksi bangunan yang melibatkan unsur perencanaan, peralatan, bahan dan
pengawasan. Optimasi sumber daya manusia berpengaruh pula dalam setiap
pelaksanaan pekerjaan. Dengan membaiknya mutu sumber daya manusia dan
didukung pula oleh sumber daya lainnya, maka akan diperoleh hasil pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan owner, sesuai dengan waktu dan biaya yang telah
direncanakan dan ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat hubugan ketergantungan antar aktivitas
pekerjaan yang antara lain terdiri atas:
a) Finish to start, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas
pekerjaan berikutnya bergantung pada selesainya aktivitas sebelumnya.
b) Start to start, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktivitas
sesudahnya bergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya.
c) Finish to finish, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya pekerjaan
berikutnya bergantung pada selesainya pekerjaan sebelumnya.
d) Start to finish, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya pekerjaan
berikutnya bergantung pada dimulainya pekerjaan sebelumnya.
Di awal pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen awal pelaksanaan,
seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen lainnya. Selanjutnya
kontraktor membuat shop drawing sebagai acuan pelaksanaan dan as built drawing
sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan, setelah
adanya pekerjaan tambah maupun kurang.

B. Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan


Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga sudah memasuki tahap pekerjaan Pile Cap.
Pada poin pelaksanaan proyek ini akan dibahas mengenai proses pelaksanaan
pekerjaan di pile cap, sloof, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 dilakukan melalui tahapan
- tahapan di bawah ini:

1. Pekerjaan Pile Cap

Pile cap merupakan sebuah konstruksi beton bertulang yang berfungsi untuk
menyatukan sekelompok tiang pancang yang telah terpasang dan menyebarkan
beban dari struktur di atasnya. Pile cap memiliki peranan yang sangat penting
dalam suatu konstruksi yang mengharuskan pelaksanan konstruksi pile cap harus
menggunakan metode pelaksanaan yang sesuai.
Tahapan-tahapan pengerjaan pile cap, yaitu :
1. Setelah dilakukan penggalian tanah, dilakukan pemotongan pile sesuai
elevasi pile cap yang diinginkan.
2. Tanah disekeliling pile digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap yang telah
direncanakan.
3. Pada pile dilakukan pembobokan pada bagian betonnya hingga tersisa
tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek pondasi sebagai
pengikat dengan pile cap. Pembobokan hanya sampai elevasi dasar pile cap
saja.
4. Melakukan pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile.
Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan
beban sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun
bersama saat pengecoran.
5. Sebagai landasan pile cap, dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan
ketebalan 10 cm.
6. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap yang meliputi tulangan
utama atas dan bawah, persiapan stek pondasi, pemasangan kaki ayam, beton
decking dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom.
7. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekitar bekisting ditimbun kembali
untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah seperti
semula.
8. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan pengecoran
pada pile cap.

Gambar IV.1 Pembesian dan Bekisting Pile Cap

Gambar IV.2 Pile Cap


2. Pekerjaan Sloof

Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak di atas pondasi dan
memiliki fungsi untuk meratakan beban pondasi. Fungsi lain yang tak kalah
penting dari sloof adalah sebagai pengunci dinding sehingga jika terjadi
pergeseran tanah, maka dinding tidak mudah roboh. Oleh karenanya, sloof bisa
dibilang berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
duduk pada struktur yang kuat agar tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang
bisa mengakibatkan dinding menjadi retak atau pecah.

Dalam pengerjaan sloof pada bangunan proyek, pengerjaan sloof mempunyai


metode pelaksanaan sesuai dengan gambar kerja. Berikut langkah-langkah
dalam pekerjaan sloof :
1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix
Formula untuk pekerjaan sloof.
2. Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya
menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.
3. Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.
4. Memasang bekisting sloof, jangan lupa beton decking atau tahu beton
penyangga besi tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak
selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
sloof yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci
sloof tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa dibuat sendiri atau
membeli yang sudah jadi. Jika ingin membuat sendiri bisa menggunakan as
drat ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak sloof
sangat tergantung dari jarak pasangan kolom. Apabila jarak kolom sekitar 3-
4 m maka jumlah sabuk sloof 2 dengan jarak dibagi rata. Namun jika jarak
kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip semakin ke bawah
jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih besar di bawah.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari sloof terhadap
kolom.Untuk mendapatkan sloof struktur yang sempurna, bekisting tidak
boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan
pipa support dinilai sangat penting.
7. Setelah komponen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata
harus dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.

Gambar IV.3 Pembesian Sloof

Gambar IV.4 Bekisting Sloof


Gambar IV.5 Sloof

3. Pekerjaan Lantai 1
Pekerjaan pada lantai 1 ini meliputi ; Pemasangan schafolding, Pekerjaan
dan pengecoran beton (kolom, balok, plat lantai), dan Pekerjaan Dinding
a) Pemasangan Schafolding

Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang


digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya
perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan- bahan lain.
Berikut di bawah ini cara pemasangan schafolding agar bisa
digunakan oleh pekerja secara aman :
1) Menentukan letak schafolding atau mengatur jarak main frame
schafolding.
2) Memasang base plat atau jack base diatas landasan yang stabil.
3) Menyetel kerangka main frame.
4) Memasang cross brace pada dua sisi agar elemen perancah dapat
berdiri dengan tegak dan tidak goyang.
5) Menyusun frame vertical berikutnya sampai ketinggian perancah
dianggap cukup, gunakan jack dan u-head untuk mengatur
ketinggiannya.
6) Ketinggian perancah diatur sesuai dengan ketinggian bekisting atau
disesuaikan dengan desain dan kondisi yang telah direncanakan.

Gambar IV.6 Pemasangan Scaffolding

b) Pekerjaan dan pengecoran beton kolom, balok, plat lantai

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang


memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur.
Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku
dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju
elemen-elemen kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi
sebag pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-
kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan posisinya
semula.
Pelat lantai adalah struktur bangunan yang bukan berada di atas
tanah secara langsung. Artinya pelat lantai merupakan lantai yang
terletak di tingkat dua, tingkat tiga. Dalam pembuatannya, struktur ini
dibingkai oleh balok beton yang kemudian ditopang kolom-kolom
bangunan. Berikut ini tahapan-tahapan pengerjaanya :
a) Melakukan pekerjaan kolom bangunan.
b) Merangkai potongan besi sesuai dengan betuk kolom yang telah
direncanakan.
c) Memasang rangkaian besi tulangan kolom pada lokasi yang dibuat.
d) Membuat bekisting dinding kolom dari papan kayu dan playwood.
e) Melakukan pengecoran beton kolom.
f) Setelah melakukan pekerjaan kolom, merangkai potongan besi sesuai
dengan bentuk balok yang telah direncanakan dan memasang
wiremesh untuk tulangan pelat lantainya.
g) Membuat bekisting untuk balok dari papan kayu dan playwood
sedangkan untuk pelat lantainya dari Bondek.
h) Melakukan pengecoran balok dan pelat lantai.
i) Pekerjaan Struktur lainnya seperti tangga & sejenisnya dapat
dilakukan setelah pengecoran plat lantai selesai.
j) Untuk kolom pembongkaran bekisting dilakukan 28 hari setelah
pengecoran, untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari
setelah pengecoran, sebagai penunjang sampai pelat benar – benar
mengeras. Sedangkan untuk pelat lantai pembongkaran bekisting
dilakukan setelah 4 hari pengecoran.
k) Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu
beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang
dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari
selama 1 minggu.

Gambar IV.7 Pemasangan Tulangan Kolom


Gambar IV.8 Pemasangan Tulangan Balok

Gambar IV.9 Pemasangan Plat Lantai Bondek

Gambar IV.10 Pengecoran Plat Lantai


c) Pekerjaan Dinding

Dinding adalah elemen arsitektural dalam kontruksi bangunan sipil.


Sebagai elemen arsitektural, maka sebenarnya dinding tidak diperhitungkan
sebagai pemikul beban struktur pada struktur masif seperti
gedung. Pemikul beban struktur utama tetaplah elemen struktural seperti
kolom, balok, pelat, dan shear wall. Beban dinding sendiri akan
diperhitungkan sebagai beban SIDL. Namun pada struktur ringan seperti
perumahan, dinding dapat dijadikan sebagai elemen struktural yang
memikul beban. Berikut tahapan-tahapan pengerjaan dinding sebagai
berikut :
a. Siapkan hebel dan adukan tinbed/perekat bata.
b. Cek / sortir bata ringan agar didapat ukuran yang sama sehingga
bilamana dipasang akan mendapat permukaan yang rata.
c. Pasanglah petunjuk/alat bantu yang cukup untuk kerataan pasangan bata/
dinding (marking).
d. Pasang Profil dengan memakai hollow besi.
e. Pasang starterbar lantai atas dan bawah sesuai approval, termasuk pasang
besi kolom praktis sesuai approval.
f. Bersihkan area kerja dari kotoran – kotoran yang ada.
g. Bersihkan bata ringan dari kotoran dan debu sebelum dipasang agar
perekat dapat bekerja dengan baik.
h. Siapkan campuran adukan tinbed/ perekat bata ringan dalam keadaan
rata/homogen dan masukan kedalam bak adukan / ember plastik.
i. Bila permukaan lantai yang akan dipasang bata ringan tidak ada, maka
dipakai adukan mortar terlebih dahulu pada bagian paling dasar agar
didapatkan permukaan yang rata.
j. Lakukan Pemasangan bata ringan secara manual sebagaimana umumnya
dengan tebal spesi ± 3mm dengan roskam gerigi.
k. Pemasangan starter bar pada kolom praktis disesuaikan dengan
spesifikasi yang telah disetujui.
l. Pengadukan campuran beton untuk kolom praktis menggunakan molen.
m. Pengecoran kolom praktis dilakukan pada tiap pasangan bata ringan
mencapai ketinggian ± 1 meter.
n. Setelah pekerjaan pasangan bata ringan selesai dan dipastikan telah
mengering dilanjutkan dengan pekerjaan plesteran/acian dengan MU-
301/AKA-200 atau sejenisnya.

Gambar IV.11 Levelling dengan Adukan Mortar

Gambar IV.12 Pemasangan Hebel

Gambar IV.13 Plesteran Dinding


4. Pekerjaan Lantai 2 & 3

Untuk pekerjaan lantai 2 & 3, tahapan-tahapannya sama seperti


sebelumnya yaitu dipoint A :
1) Pekerjaan pada lantai 1,
2) Pekerjaan dan pengecoran beton kolom, balok, pelat pada lantai 1, dan
3) Pekerjaan dinding pada lantai 1.

5. Pekerjaan Ultilitas Gedung


Utilitas bangunan adalah kelengkapan fasilitas bangunan yang menjadi
penunjang segala aktivitas di dalam dan luar bangunan. Melalui adanya
kelengkapan ini, maka sebuah bangunan akan mencapai unsur-unsur
kenyamanan, kesehatan, kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam
bangunan.
Sebuah utilitas bangunan akan berbeda tergantung pada jenis dan
fungsi dari bangunan itu sendiri. Misalnya, sistem utilitas bangunan hotel,
akan saja berbeda dengan sistem utilitas bangunan untuk gedung apartemen,
perkantoran, maupun rumah sakit. Dan berikut ini pekerjaan utilitas gedung
meliputi :
a. Pekerjaan tangga
b. Pemasangan pintu & jendela
c. Pekerjaan kamar mandi
d. Pengacian
e. Pekerjaan Sistem plumbing
f. Pemasangan elektrikal
g. Pekerjaan plafond,lantai & keramik
h. Pengecatan
i. Pekerjaan finishing
BAB V
PENGENDALIAN PEKERJAAN

Suatu proyek tidak akan terlaksana dengan baik apabila pimpinan proyek tidak
dapat mengendalikan jalannya proyek tersebut dengan baik. Pengendalian proyek
harus dilakukan terus menerus selama proyek tersebut berlangsung. Peninjauan
secara periodik sangat efektif dalam membandingkan kemajuan proyek. Metode
pengendalian proyek didasarkan pada perencanaan dan rencana kerja sebagai dasar
untuk membandingkan kemajuan proyek.
Pengendalian proyek mutlak diperlukan untuk mencapai pekerjaan yang
diharapkan. Kualitas pekerjaan menjadi target tanpa meninggalkan segi ekonomis
dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian pekerjaan proyek yang dilakukan
antara lain:
1) Pengendalian mutu (Quality Control).
2) Pengendalian waktu (Time Control).
3) Pengendalian biaya (Budget Control).

1. Pengendalian Mutu (Quality Control)


Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengawasan dan
pengarahan pelaksanaan serta uji mutu bahan material selama pelaksanaan
berlangsung maupun setelah selesai pekerjaan. Dari pengendalian mutu diharapkan
akan menghasilkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam kontrak kerja.
Pengendalian dan pengawasan mutu dilakukan oleh kontraktor dan konsultan
pengawas. Kontraktor melakukan pengendalian dan pengawasan melalui divisi-
divisi yang telah dibentuk sesuai dengan struktur organisasi kontraktor. Setiap divisi
melakukan pengendalian mutu sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-
masing. Setiap tim memberikan laporan secara berkala kepada project manajer
untuk dilaporkan kepada direktur utama.

2. Pengendalian Waktu (Time Control)


Pengendalian waktu pelaksanaan adalah upaya untuk mengontrol agar
pelaksanaan proyek tidak melebihi waktu yang telah direncanakan, yang didalamnya
dibantu pengawasan aktivitas utama yang berada pada lintasan kritis dalam suatu
kerangka target waktu. Pada lintasan kritis tidak boleh terjadi keterlambatan waktu,
karena akan mempengaruhi umur proyek. Dalam monitoring dan pengendalian
waktu juga digunakan “kurva s”. Pengendalian terhadap waktu pelaksanaan
dititikberatkan pada upaya menyelesaikan proyek dalam waktu yang ditetapkan.
Pengendalian waktu sangat penting terutama menyangkut waktu pelaksanaan
proyek.

i. Man Power Schedule

Man power schedule merupakan bagian yang menganalisa kebutuhan tenaga


kerja untuk menjaga waktu tertentu. Man power schedule disusun berdasarkan bobot
kegiatan pada time schedule yaitu dengan meninjau kemampuan satu orang pekerja
untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan dalam satuan waktu
(hari/minggu/bulan). Pekerjaan alat berat, jumlah pekerjaan yang dibutuhkan,
dihitung dengan mempertimbangkan kapasitas alat. Kebutuhan pekerja saat awal
kegiatan akan mengalami peningkatan sampai pertengahan kegiatan dan akan
menurun saat akhir pekerjaan.

ii. Material Schedule

Material schedule disusun berdasarkan bobot kegiatan pada time schedule.


Material schedule menyatakan jumlah material dan peralatan yang dibutuhkan untuk
jangka waktu tertentu. Penyusunan Material schedule diperlukan untuk menjamin
ketersediaan material dan peralatan yang diperlukan di lapangan. Jenis material
yang diperlukan tergantung pada metode pelaksanaan proyek. Dalam Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pengendalian
waktu secara riil dapat dimonitoring langsung dengan curve S, sehingga dapat
diketahui perencanaan, pelaksanaan, dan kemajuan pekerjaan proyek, serta kontrol
terhadap waktu bisa dikendalikan. Bentuk Material schedule yang diterapkan dalam
curve S merupakan grafik hubungan antara bobot prestasi pekejaan dengan waktu
pelaksanaan. Untuk mengetahui prestasi pekerjaan, caranya dengan menghitung
bobot tiap jenis pekejaan dalam suatu interval waktu. Setelah menentukan bobot
prestasi kemudian dibuat rencana waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan masing-
masing pekerjaan, kemudian menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
dikerjakan terlebih dahulu.

Adapun fungsi sebenarnya dari curve S adalah:


a) Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan setiap saat sehingga jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat memenuhi jadwal yang ditentukan.
b) Untuk mempermudah bagi direksi atau pengawas dalam memeriksa dan menilai
sampai dimana prestasi kerja kontraktor.
3. Pengendalian Biaya (Budgeting Control)

Pengendalian biaya pelaksanaan bertujuan agar biaya yang dikeluarkan pada


proyek tidak menyimpang atau melebihi dari biaya yang telah direncanakan.
Pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan penekanan
pengeluaran beberapa hal.

1) Materi atau bahan

Dalam pemakaian bahan harus diusahakan seefisien mungkin dan diusahakan


tidak terjadi pembuangan material secara berlebihhan. Hal tersebut dapat dicapai
dengan memperhitungkan secara teliti kebutuhan bahan yang digunakan. Pengadaan
bahan di lokasi proyek harus sesuai dengan kepentingannya. Jadwal kedatangan
material berdasarkan volume kegiatan yang dapat dihitung dari jumlah dan jenis
material yang diperlukan, sehingga tidak terjadi pembuatan material secara percuma,
misalnya: pasir atau kerikil yang datang diperiksa oleh pengawas apakah volume
material tersebut sesuai dengan volume yang direncanakan, yaitu dengan cara
mengukur bak truck dikaitkan dengan ketinggian material yang ada di dalamnya.
Pengendalian material digunakan untuk mengetahui mutu pekerjaan yang dihasilkan
apakah sesuai dengan persyaratan dalam kontrak kerja. Pengendalian material yang
digunakan ini, misal: bahan material semen dimana pengawas berhak memeriksa
semen yang disimpan di gudang pada setiap waktu dan dapat menyatakan menerima
atau menolak semen tersebut.
2) Peralatan

Perencanaan secara cermat terhadap jenis peralatan yang dipakai sangat


diperlukan karena sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan kemudahan
pelaksanaan pekerjaan yang akhirnya akan berpengaruh pada biaya operasi yang
akan dikeluarkan. Peralatan yang digunakan pada proyek ini telah sesuai dengan
jumlah dan volume pekerjaan yang telah direncanakan. Jika terdapat keterlambatan
waktu kedatangan peralatan maka hal ini disebabkan adanya masalah teknis.

3) Tenaga Kerja

Pemakaian tenaga kerja pada suatu pekerjaan harus disesuaikan dengan


volume pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat dicapai kondisi yang
optimal antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan. Pada proyek yang ditinjau dapat diamati jumlah tenaga kerja yang
digunakan sesuai dengan pekerjaan, hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya
pekerja yang beristirahat saat jam kerja. Dari point-point di atas dapat diketahui
bahwa pengendalian biaya pelaksanaan pada proyek pembangunan Gedung Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga telah
dilaksanakan namun kurang baik.
BAB VI
PEMBAHASAN

Portal yang direncanakan berupa Portal dari Gedung Kuliah Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga pada portal pada titik B3 dengan dimensi balok 400/750, kolom 600/600, dengan
pemberian batang balok maupun kolom. Data-data yang digunakan untuk pembahasan
sebagai berikut :
 Atap gedung berupa pelat lantai beton bertulang, dan
diperhitungkan ada air hujan (sebagai beban hidup) setinggi 5 cm.
 Tebal pelat atap direncanakan 9 cm, pelat lantai 12 cm, dan berat beton
c = 25 kN/m3.
 Sekat-sekat antar ruangan digunakan dinding tembok dengan
berat 18 kN/m3.
 Dimensi balok 400/750, dan kolom 600/600.
 Beban mati dan beban hidup dihitung berdasarkan SNI -1729 : 2020
 Mutu beton f’c = 24,5 MPa, baja tulangan fy = 410 MPa
 Portal didesain dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa
(SRPMB), untuk bangunan Perkuliahan Kota Salatiga
Gambar VI. 1 Gambar Portal

A. Analisis Beban

1. Beban Mati

a. Perhitungan Beban

Dihitung beban mati yang bekerja pada balok sebagai berikut ;

Gambar VI. 2 Penyebaran beban mati pada balok

Lantai atap, tebal 20 cm : q1 = 2/3 x (0,09.25 + 0,03.19). 3,5


= 6,58 kN/m’

: q2 = 2/3 x (0,09.25 + 0,03.19). 3,5

= 6,58 kN/m’

Untuk beban trapesium :

Berat balok 400/750 = (0,4.0,75). 25

= 7,5 KN/m’

qD1 = q1 + q2 + Berat balok

= (6,58 + 6,58 + 7,5)

= 20,66 kN/m’

Lantai 3 & 2, tebal 12 cm :q = berat plat + spesi 3cm + keramik

: q1 = (0,12.25 + 0,03.19 + 0,17). 3,5

= 8,73 kN/m’

: q2 = (0,12.25 + 0,03.19 + 0,17). 3,5

= 8,73 kN/m’

Dinding tinggi 3,25 m

qD = 0,15. (4-0,75). 18

= 9,78 kN/m’

Beban balok 400/750 = (0,4.0,75). 25

= 7,5 KN/m’

qDtotal = q1 + q2 + qD + Berat balok

= (8,73 + 8,73 + 9,78 + 7,5)

= 33,73 kN/m’
Gambar VI.3 Beban Mati (kN/m’) pada portal awal

b. Analisa Gaya Dalam

Dihitung dengan bantuan komputer, program SAP 2000, seperti


Lampiran 1. Hasil hitungan momen lentur pada balok maupun kolom akibat
beban mati pada portal awal dituliskan dalam Tabel VI.1 dan Tabel VI.2,
serta dilukiskan pada Gambar VI.4.

Tabel VI.1 Momen lentur balok akibat beban mati


Besar Momen Pada Posisi Balok
Nama dan Dimensi (kNm)
Lantai
bentang balok (mm)
Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -104,1927 86,1657 -104,1927
3 B2 400/750 -187,8091 124,0553 -187,8091
2 B1 -183,2988 128,3656 -183,2988
Tabel VI.2 Momen lentur kolom akibat beban mati
Nama dan Besar Gaya Geser Pada Posisi Balok
Dimensi (kNm)
Lantai bentang
(mm)
kolom Ujung atas Ujung bawah
K6 93,2954 -104,1927
3
K5 -93,2954 104,1927
K4 104,0119 -94,3137
2 600/600
K3 -104,0119 94,3137
K2 37,4937 -79,2869
1
K1 -37,4937 79,2869

Gambar VI.4 Diagram Bidang Momen (kN/m’) akibat beban mati pada

portal akhir
c. Gaya Geser Portal

Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun kolom
akibat beban mati.

Tabel VI.3 Gaya geser balok akibat beban mati


Besar Momen Pada Posisi Balok
Nama dan Dimensi (kNm)
Lantai
bentang balok (mm)
Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -108,29 0,03 108,21
3 B2 400/750 -108,88 0,03 108,80
2 B1 -108,88 0,03 108,80

Tabel VI.4 Gaya geser kolom akibat beban mati


Nama dan Besar Gaya Geser Pada Posisi Balok (kN)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 49,372 49,372
3
K5 -49,372 -49,372
K4 49,581 49,581
2 600/600
K3 -49,581 -49,581
K2 29,195 29,195
1
K1 -29,195 -29,195
Gambar VI.5 Diagram Gaya Geser (kN/m’) akibat beban mati pada portal
akhir

d. Gaya Aksial Kolom

Gaya aksial pada kolom portal akibat beban mati dihitung dengan
gaya tribulary area system, yaitu berdasarkan pembagian daerah beban yang
harus didukung oleh kolom-kolom yang berdekatan dari gambar denah
bangunan (lihat Gambar II.6). Hitungan dilakukan pada kolom 1, kolom 3, 5

Tabel VI.5 Gaya aksial kolom akibat beban mati


Nama dan Gaya aksial pada ujung kolom
Dimens i (kN)
Lantai bentang
(mm)
kolom Ujung atas Ujung bawah
K6 -69,221 -69,221
3
K5 -69,221 -69,221
K4 -182,554 -182,554
2 600/600
K3 -182,554 -182,554
K2 -295,886 -295,886
1
K1 -295,886 -295,886
Gambar VI.6 Diagram Gaya Aksial Kolom (kN) akibat beban mati pada
portal awal

2. Beban Hidup

a. Perhitungan Beban

Beban hidup yang bekerja pada balok-balok Portal berupa beban


trapesium yang telah dilukiskan pada Gambar VI.7. Besar beban hidup
diambil dari Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Pendidikan, SNI 03-
1727-2013 (PPURG-2013), yaitu sebagai berikut :

b. Beban hidup lantai atap = 1 kN/m 2 (Pasal 2.1.2-b.1b PPPURG-1989) +


berat air hujan setebal 5 cm sehingga beban hidup total pada atap = 1 +
0,05.10 = 1,5 kN/m2
c. Beban hidup lantai kantor = 2,5 kN/m2 (Tabel 2 PPPURG-2013).
Gambar VI.7 Penyebaran beban hidup pada balok

Beban hidup pada lantai atap :

Q1 = 1 + berat air hujan

= 1 + (0,05.10)

= 1,5 kN/m2

Lantai Atap

Q1 = 2/3. (1,5.3,5)

= 3,5 kN/m’

Q2 = 2/3. (1,5.3,5)

= 3,5 kN/m’

Beban pada balok 400/750

qL1=q1 = q1 + q2

= 3,5 + 3,5

= 7 kN/m’

Beban Hidup Lantai Untuk Pendidikan Ruang Kelas :

Beban Hidup Lantai 2 dan 3

Q1 = 2/3. (2,5.3,5)

= 5,83 kN/m’
Q2 = 2/3. (2,5.3,5)

= 5,83 kN/m’

Beban balok 400/750

qL1 = q1 + q2

= 5,83 + 5,83

= 11,67 kN/m’

Momen gaya geser, gaya aksial, dan lendutan pada portal dihitung dengan
program SAP 2000. Hasil gaya dalam tersebut digambarkan pada Gambar VI.9
sampai dengan Gambar VI.10

Gambar VI.8 Beban Hidup (kN/m’) pada portal awal


b. Momen Lentur Portal

Hasil hiutngan momen lentur pada balok maupun kolom akibat beban
hidup dituliskanpada Tabel VI.6 serta digambarkan pada Gambar VI.9

Tabel VI.6 Momen lentur balok akibat beban hidup


Nama dan Besar Momen Pada Posisi Balok (kNm)
Dimensi
Lantai bentang
balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -35,6082 29,3606 -35,6082
3 B2 400/750 -65,165 43,1472 -65,165
2 B1 -63,7069 44,6053 -63,7069

Tabel VI.7 Momen lentur kolom akibat beban hidup


Nama dan Besar Gaya Geser Pada Posisi
Dimensi Kolom (kN)
Lantai bentang
(mm)
kolom Ujung atas Ujung bawah
K6 32,2735 -35,6082
3
K5 -32,2735 35,6082
K4 36,1722 -32,8915
2 600/600
K3 -36,1722 32,8915
K2 13,0226 -27,5347
1
K1 -13,0226 27,5347

Gambar VI.9 Diagram Bidang Momen (kN/m) akibat beban hidup portal
akhir

c. Gaya Geser Portal

Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun kolom
akibat beban mati dituliskan dalam Tabel VI.8 dan Tabel VI.9, serta
digambarkan pada Gambar VI.10.

Tabel VI.8 Gaya geser balok akibat beban hidup


Nama dan Besar Momen Pada Posisi Balok (kNm)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
balok
Atap B3 -25,23 0,01 25,21
3 B2 400/750 -42,05 0,01 42,01
2 B1 -42,05 0,01 42,01

Tabel VI.9 Gaya geser kolom akibat beban hidup


Nama dan Besar Gaya Geser Pada Posisi Kolom (kN)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 16,97 16,97
3
K5 -16,97 -16,97
K4 17,266 17,266
2 600/600
K3 -17,266 -17,266
K2 10,139 10,139
1
K1 -10,139 -10,139

Gambar VI.10 Diagram Gaya Geser (kN/m’) akibat beban hidup pada portal
akhir

d. Gaya Aksial Kolom

Gaya aksial pada kolom portal akibat beban hidup dihitung dengan
gaya tributary area system,yaitu berdasarkan pembagian daerah beban yang
harus didiukung oleh kolom-kolom yang berdekatan dari gambar denah
bangunan (lihat Gambar II.2).

Tabel VI.10 Gaya aksial kolom akibat beban hidup


Gaya aksial pada ujung kolom
Nama dan Dimensi (kN)
Lantai
bentang kolom (mm)
Ujung atas Ujung bawah
K6 -23,625 -23,625
3
K5 -23,625 -23,625
K4 -63,011 -63,011
2 600/600
K3 -63,011 -63,011
K2 -102,398 -102,398
1
K1 -102,398 -102,398

Gambar VI.11 Diagram Gaya Aksial (kN/m’) akibat beban hidup pada portal
akhir

6. Beban Gempa

Beban gempa yang bekerja pada portal dihitung dengan analisis static ekuivalen
menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Pendidikan di Kota
Salatiga. ( BSN, 2019. Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 1726-2019, ICS 91.120.25;91.080.01 ).

a. Berat Total Bangunan

Berat total bengunan merupakan berat beban mati ditambah beban hidup
tereduksi, atau Wt = WD + kr . WL, dengan kr adalah faktor reduksi beban
hidup. Menurut SNI 1726-2019, untuk kantor kr = 0,5.
Beban mati dan beban hidup yang didukung oleh portal diambil berdasarkan
setengah jarak antara portal tersebut dengan portal yang berada di dekatnya. Dari
Gambar II.1, maka beban mati dan beban hidup untuk Portal B diambil 4,2 m x 12,6
m = 52,920 m2.
Untuk berat total lantai bangunan, diperhitungkan dengan setengah jarak
lantai tersebut dengan lantai dibawah maupun di atasnya.

Berat total lantai atap (Watp) ;


Beban Mati :
Berat pelat, tebal 9 cm = 0,09.4,5.12.25 = 121,50 kN
Lapis kedap air 3cm = 0,03.4,5.12.19 = 30,78 kN
Berat balok 400/750 = 0,4. (0,75-0,09). (12+(4.4,5)). 25 = 198 kN
Berat dinding tebal, tebal 15cm, tinggi (3,9/2-0,5/2)
= 0,15. ((4/2)-(0,75/2)). ((12-(4,5.0,45)) + 4. (4,5-(0,45/2))). 18
= 118,79 kN
Berat kolom 600/600 = 0,6.0,6. ((4/2)-(0,5/2)). 4.25 = 63,00 kN +
Jumlah WDatp = 532,07 kN

Beban Hidup ;

Berat air hujan, tebal 5 cm = 0,05.4,.12.10 = 27,00 kN


Beban hidup atap 1 kN/m2 = 1.4,5.12 = 54,00kN +
Jumlah WL,a = 81,00 kN
Berat total Wa = WDa+kr.WL,a = 532,07+(0,9. 81,00) = 604,97kN

Berat Total lantai 3 (W3) fr = 0,8


Beban mati :
Berat plat, tebal 12 cm = 0,12.4,5.12.25 = 162,00 kN
Berat spesi 3cm dan keramik = (0,03.19+0,17).4,5.12 = 39,96 kN
Berat balok 400/750 = 0,4. (0,75-0,12). (12+(4.4,5)).25 = 189,00 kN
Berat dinding, tebal 15cm, tinggi 2. (3,5/2-0,5/2)
= 0,15. (4-0,5). ((12-4,5.0,45)+4. (4,5-0,45)).18 = 247,35 kN
Berat kolom 600/600 = 0,6.0,6. (4-0,5). 4.25 = 126,00 kN +
Jumlah = 764,31 kN
Beban hidup lantai 2,5 kN/m2, WL,3 = 2,5.4,5.12 = 135,00 kN
Berat total W3 = WD,3 + kr. WL,3 = 872,31 kN

Berat Total lantai 2 (W2) fr = 0,8


Beban mati :
Berat plat, tebal 12 cm = 0,12.4,5.12.25 = 162,00 kN
Berat spesi 3cm dan keramik = (0,03.19+0,17).3,9.12 = 34,63 kN
Berat balok 400/750 = 0,4. (0,75-0,12). (12+(4.4,5)).25 = 189,00 kN
Berat dinding, tebal 15cm, tinggi 2. (3,5/2-0,5/2)
= 0,15. (4-0,5). ((12-4,5.0,45)+4. (4,5-0,45)).18 = 247,35 kN
Berat kolom 600/600 = 0,6.0,6. (4-0,5). 4.25 = 126,00 kN +
Jumlah = 764,31 kN
Beban hidup lantai 2,5 kN/m2, WL,3 = 2,5.4,5.12 = 135,00 kN
Berat total W3 = WD,3 + kr. WL,3 = 866,99 kN
Berat total Gedung = 2344,27 kN

b. Perhitungan Beban

Karena dimensi portal telah ditetapkan, maka beban dihitung berdasarkan


periode fundamental gedung TC dengan syarat TC garus ≥ Ta dan TC harus ≤ Cu.Ta.
Hitungan beban gempa dengan fundamental Ta diperoleh koefisien gempa C =
0,220 (lihat BAB 1.B.3.3.3), faktor Ie = 1,5 dan koefisien R = 3 (portal SRPMB).
Jadi beban horizontal akibat gempa (V) dihitung dengan persamaan :
C .Ie 0,22. 1,5
× 2344,27=262,56 kN
V= R . Wt = 3
Periode alami fundamental Gedung Ta = 0,0466.H0,9 = 0,0466.120,9 = 0,4361
detik.
Tabel VI.11 Beban horizontal gempa tiap lantai (Fi)
Lantai Berat Lantai Tinggi Lantai Wi.hi Fi Jumlah Fi
(i) (Wi) (hi) (kNm) (kN) (kN)
Atap 604,972 12 7259,659 107,65 107,651
3 872,314 8 6978,510 103,48 211,133
2 866,986 4 3467,943 51,43 262,558
Jumlah 2344,271 17706,112 262,56

Gambar VI.12 Beban Gempa Nominal (kN) pada portal akhir

c. Momen Lentur Portal


Hasil hitungan momen lentur pada balok maupun kolom dituliskan dalam
Tabel VI.12 sampai Tabel VI.13, serta digambarkan pada Gambar VI.13.
Tabel VI.12 Momen lentur balok akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Dimensi Momen gempa positif (kN.m)
Lantai
bentang balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 156,665 -0,0209 -156,665
3 B2 400/750 285,8276 0,1463 -285,5349
2 B1 330,2787 0,364 -329,5506
Tabel VI.13 Momen lentur balok akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Dimensi Momen gempa positif (kN.m)
Lantai
bentang balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -156,665 0,0209 156,665
3 B2 400/750 -285,8276 -0,1463 285,5349
2 B1 -330,2787 -0,364 329,5506

Tabel VI.14 Momen lentur kolom akibat beban gempa ke kanan (positf)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 59,053 -156,665
3
K5 58,2588 -156,6232
K4 195,181 -227,5688
2 600/600
K3 195,2883 -227,5688
K2 389,5105 -134,3697
1
K1 391,7694 -134,9904

Tabel VI.15 Momen lentur kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -59,053 156,665
3
K5 -58,2588 156,6232
K4 -195,181 227,5688
2 600/600
K3 -195,2883 227,5688
K2 -389,5105 134,3697
1
K1 -391,7694 134,9904
Gambar VI.13 Diagram Bidang Momen (kNm) akibat beban gempa pada portal awal

d. Gaya Geser Portal


Hasil hitungan gaya geser pada balok maupun kolom akibat beban gempa
yang bekerja pada portal dituliskan dalam Tabel VI.16 dan Tabel VI.17.
Tabel VI.16 Gaya geser balok akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Dimensi Momen gempa positif (kN.m)
Lantai
bentang balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 34,81 34,81 34,81
3 B2 400/750 63,485 63,485 63,485
2 B1 73,314 73,314 73,314

Tabel VI.17 Gaya geser balok akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Dimensi Momen gempa positif (kN.m)
Lantai
bentang balok (mm) Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
Atap B3 -34,81 -34,81 -34,81
3 B2 400/750 -63,485 -63,485 -63,485
2 B1 -73,314 -73,314 -73,314

Tabel VI.18 Gaya geser kolom akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 53,929 53,929
3
K5 53,721 53,721
K4 105,416 105,416
2 600/600
K3 105,714 105,714
K2 130,97 130,97
1
K1 131,69 131,69

Tabel VI.19 Gaya geser kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -53,929 -53,929
3
K5 -53,721 -53,721
K4 -105,416 -105,416
2 600/600
K3 -105,714 -105,714
K2 -130,97 -130,97
1
K1 -131,69 -131,69
Gambar VI.14 Diagram Gaya Geser (kN) akibat beban gempa pada awal portal

e. Gaya Aksial Kolom

Hasil hitungan gaya aksial semua kolom akibat beban gempa arah ke kanan
maupun ke kiri secara lengkap dituliskan dalam Tabel VI.20 sampai VI.21 , dan
dilukiskan seperti pada Gambar VI.15

Tabel VI.20 Gaya Aksial kolom akibat beban gempa ke kanan (positif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 -34,81 -34,81
3
K5 34,81 34,81
K4 -98,295 -98,295
2 600/600
K3 98,295 98,295
K2 -171,609 -171,609
1
K1 171,609 171,609
Tabel VI.21 Gaya Aksial kolom akibat beban gempa ke kiri (negatif)
Nama dan Momen gempa positif (kN.m)
Dimensi
Lantai bentang
(mm) Ujung atas Ujung bawah
kolom
K6 34,81 34,81
3
K5 -34,81 -34,81
K4 98,295 98,295
2 600/600
K3 -98,295 -98,295
K2 171,609 171,609
1
K1 -171,609 -171,609

Gambar VI.15 Diagram Gaya Aksial (kN) akibat beban gempa pada awal portal
7. Kombinasi Beban

Gaya dalam akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa yang tercantum dalam
Lampiran I.1 di atas bekerja pada portal dengan kombinasi tertentu, dan diperhitungkan
sebagai kuat perlu (U) menurut persamaan berikut :

a. Bekerja beban mati D saja, dirumuskan :

U = 1,4 D

b. Bekerja beban mati D dan beban hidup L, dirumuskan

U = 1,2 D + 1,6 L

c. Bekerja beban mati D, beban hidup L, dan beban gempa E (Earth Quake Load)

U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E(+) dan U = 0,9 D + 1,0 E(-)

d. Bekerja beban mati D dan beban gempa E,

Catatan : E(+) berarti beban gempa bekerja pada portal ke arah kanan (→), E(-) berarti
beban gempa bekerja pada portal ke arah kiri (←).

Pada perencanaan portal, kuat perlu U dari berbagai jenis kombinasi beban
tersebut dapat berupa momen Mu, gaya geser perlu Vu, dan gaya aksial Pu. Hasil
hitungan berbagai kuat perlu U dituliskan di dalam table yang disajikan pada Tabel
VI.21 sampai Tabel VI.25.
Tabel VI.22 Hasil hitungan momen perlu balok
No. Posisi Momen perlu balok Mu (kNm)
Lantai
Balok Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Kiri -104,1927 -145,87 -35,61 -182,00 156,67 -3,97 -156,67 -317,30 62,89 -250,44
Atap B3 Lapangan 86,1657 120,63 29,36 150,38 -0,02 132,74 0,02 132,78 77,53 77,57
Kanan -104,1927 -145,87 -35,61 -182,00 -156,67 -317,30 156,67 -3,97 -250,44 62,89
Kiri -187,8091 -262,93 -65,17 -329,63 285,83 -4,71 -285,83 -576,36 116,80 -454,86
3 B2 Lapangan 124,0553 173,68 43,15 217,90 0,15 192,16 -0,15 191,87 111,80 111,50
Kanan -187,8091 -262,93 -65,17 -329,63 -285,53 -576,07 285,53 -5,00 -454,56 116,51
Kiri -183,2988 -256,62 -63,71 -321,89 330,28 46,61 -330,28 -613,94 165,31 -495,25
2 B1 Lapangan 128,3656 179,71 44,61 225,41 0,36 199,01 -0,36 198,28 115,89 115,17
Kanan -183,2988 -256,62 -63,71 -321,89 -329,55 -613,22 329,55 45,89 -494,52 164,58

Tabel VI.23 Hasil hitungan gaya geser perlu balok


No. Posisi Gaya geser perlu balok Vu (kN)
Lantai
Balok Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Kiri -69,221 -96,909 -23,625 -120,865 34,810 -71,880 -34,810 -141,500 -27,489 -97,109
Atap B3 Lapangan 0 0,000 0,000 0,000 34,810 34,810 -34,810 -34,810 34,810 -34,810
Kanan 69,221 96,909 23,625 120,865 34,810 141,500 -34,810 71,880 97,109 27,489
Kiri -113,333 -158,666 -39,386 -199,017 63,485 -111,901 -63,485 -238,871 -38,515 -165,485
3 B2 Lapangan 0 0,000 0,000 0,000 63,485 63,485 -63,485 -63,485 63,485 -63,485
Kanan 113,333 158,666 39,386 199,017 63,485 238,871 -63,485 111,901 165,485 38,515
Kiri -113,333 -158,666 -39,386 -199,017 73,314 -102,072 -73,314 -248,700 -28,686 -175,314
2 B1 Lapangan 0 0,000 0,000 0,000 73,314 73,314 -73,314 -73,314 73,314 -73,314
Kanan 113,333 158,666 39,386 199,017 73,314 248,700 -73,314 102,072 175,314 28,686

Tabel VI.24 Hasil hitungan momen perlu kolom


No. Posisi Momen perlu kolom Mu (kNm)
Lantai
Kolom Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Atas 93,2954 130,61 16,97 139,11 59,05 187,98 -59,05 69,87 143,02 24,91
K6
Bawah -104,1927 -145,87 16,97 -97,88 -156,67 -264,73 156,67 48,60 -250,44 62,89
3
Atas -93,2954 -130,61 -16,97 -139,11 58,26 -70,67 -58,26 -187,18 -25,71 -142,22
K5
Bawah 104,1927 145,87 -16,97 97,88 -156,62 -48,56 156,62 264,68 -62,85 250,40
Atas 104,0119 145,62 17,27 152,44 195,18 337,26 -195,18 -53,10 288,79 -101,57
K4
Bawah -94,3137 -132,04 17,27 -85,55 -227,57 -323,48 227,57 131,66 -312,45 142,69
2
Atas -104,0119 -145,62 -17,27 -152,44 195,29 53,21 -195,29 -337,37 101,68 -288,90
K3
Bawah 94,3137 132,04 -17,27 85,55 -227,57 -131,66 227,57 323,48 -142,69 312,45
Atas 37,4937 52,49 10,14 61,21 389,51 444,64 -389,51 -334,38 423,25 -355,77
K2
Bawah -79,2869 -111,00 10,14 -78,92 -134,37 -219,37 134,37 49,36 -205,73 63,01
1
Atas -37,4937 -52,49 -10,14 -61,21 391,77 336,64 -391,77 -446,90 358,03 -425,51
K1
Bawah 79,2869 111,00 -10,14 78,92 -134,99 -49,99 134,99 220,00 -63,63 206,35
Tabel VI.25 Hasil hitungan gaya aksial perlu kolom
No. Posisi Momen perlu kolom Mu (kNm)
Lantai
Kolom Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Atas -69,221 -96,909 -23,625 -120,865 -34,810 -141,500 34,810 -71,880 -97,109 -27,489
K6
Bawah -69,221 -96,909 -23,625 -120,865 -34,810 -141,500 34,810 -71,880 -97,109 -27,489
3
Atas -69,221 -96,909 -23,625 -120,865 34,810 -71,880 -34,810 -141,500 -27,489 -97,109
K5
Bawah -69,221 -96,909 -23,625 -120,865 34,810 -71,880 -34,810 -141,500 -27,489 -97,109
Atas -182,554 -255,576 -63,011 -319,882 -98,295 -380,371 98,295 -183,781 -262,594 -66,004
K4
Bawah -182,554 -255,576 -63,011 -319,882 -98,295 -380,371 98,295 -183,781 -262,594 -66,004
2
Atas -182,554 -255,576 -63,011 -319,882 98,295 -183,781 -98,295 -380,371 -66,004 -262,594
K3
Bawah -182,554 -255,576 -63,011 -319,882 98,295 -183,781 -98,295 -380,371 -66,004 -262,594
Atas -295,886 -414,240 -102,398 -518,900 -171,609 -629,070 171,609 -285,852 -437,906 -94,688
K2
Bawah -295,886 -414,240 -102,398 -518,900 -171,609 -629,070 171,609 -285,852 -437,906 -94,688
1
Atas -295,886 -414,240 -102,398 -518,900 171,609 -285,852 -171,609 -629,070 -94,688 -437,906
K1
Bawah -295,886 -414,240 -102,398 -518,900 171,609 -285,852 -171,609 -629,070 -94,688 -437,906

Tabel VI.26 Hasil hitungan gaya geser perlu kolom


No. Posisi Momen perlu kolom Mu (kNm)
Lantai
Kolom Ujung D 1,4D L 1,2D+1,6L E(+) 1,2D+L+E(+) E(-) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-)
Atas 49,372 69,12 16,97 86,40 53,93 130,15 -53,93 22,29 98,36 -9,49
K6
Bawah 49,372 69,12 16,97 86,40 53,93 130,15 -53,93 22,29 98,36 -9,49
3
Atas -49,372 -69,12 -16,97 -86,40 53,72 -22,50 -53,72 -129,94 9,29 -98,16
K5
Bawah -49,372 -69,12 -16,97 -86,40 53,72 -22,50 -53,72 -129,94 9,29 -98,16
Atas 49,581 69,41 17,27 87,12 105,42 182,18 -105,42 -28,65 150,04 -60,79
K4
Bawah -49,372 -69,12 17,27 -31,62 105,42 63,44 -105,42 -147,40 60,98 -149,85
2
Atas -49,581 -69,41 -17,27 -87,12 105,71 28,95 -105,71 -182,48 61,09 -150,34
K3
Bawah -49,581 -69,41 -17,27 -87,12 105,71 28,95 -105,71 -182,48 61,09 -150,34
Atas 29,195 40,87 10,14 51,26 130,97 176,14 -130,97 -85,80 157,25 -104,69
K2
Bawah 29,195 40,87 10,14 51,26 130,97 176,14 -130,97 -85,80 157,25 -104,69
1
Atas -29,195 -40,87 -10,14 -51,26 131,69 86,52 -131,69 -176,86 105,41 -157,97
K1
Bawah -29,195 -40,87 -10,14 -51,26 131,69 86,52 -131,69 -176,86 105,41 -157,97
Penulangan balok

1. Hitungan longitudinal

a. Hitungan tulangan

Tulangan longitudinal dihitung dari momen perlu (M u(+) dam Mu(-)) yang
bekerja pada balok. Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B8 ujung kiri,
lapangan, dan ujung kanan.
Tulangan Balok B1 ujung kiri: cari yang paling besar Mu(-) =613,94
(-)
kNm dan Mu(+) = 163,310 kNm. (lihat tabel VI.21) Mu =613,94 kNm =
613,94.106 Nmm
Dipakai tulangan D19 dan begel 10.

ds1 = 60 mm
ds2 = 55 mm
ds = 60 + 55/2 = 87,5
mm
d = 750 – 87,5 =
662,5 mm

K = Mu/(.b.d2) = 613.94.106 / (0,9.400.662,52) = 3,890 Mpa

Karena f’c < 35 maka β1 = 0,84286


382,5. β 1. f c .(600+ f y−225. β 1)
Kmaks = = 6,35
(600+ f y)2
K < Kmaks, Jadi, hitungan dengan tulangan tunggal

( √
a= 1− 1−
2. K
') ( √
0,85. f c
. d= 1− 1−
2.3,89
0,85.24,5 )
. 662,5

= 137,98 mm
A1 = 0,85.f’c.a.b/fy = 0,85.24,5.137,98.400/410 = 2803,33 mm2
As,u = 2803,33 mm2
Jumlah tulangan, n = 2803,33 /(1,4.π.192) = 9,8873 → dipakai n = 10 batang
Jumlah tulangan maksimal per baris, m = (b-2.ds)/(D+Sn)+1
= (400.2.87,5)/(19+40)+1
= 5,7458 → m = 6 batang
Jadi tulangan tarik (10 batang) cukup dipasang 3 baris

Mu(+) = 165,310 kNm


ds1= 40 + 10 + 19/2 = 59,5 mm, dipakai ds1 = 60 mm
Tulangan direncanakan 1 baris, maka d’s = 60 mm
K= Mu/(.b.d2) = 165,310.106 / (0,9.400.662,52) = 1,05 Mpa
Karena f’c ≥ 28 maka β1 = 0,843
382 , 5. β 1 . f c .(600+f y −225 . β 1 )
K maks = 2
(600+f y ) = 6,35 Mpa
K<Kmax maka dipakai tulangan tunggal
a=¿
As = = 0,85.f’c.a.b/fy = 0,85.24,5..400/410 = 1024,51 mm2
As,min = 1,4.b.d/fy = 1,4.400.662,5/410 = 605,88 mm2

As,min = 1/4. √ f 'c .b.d/f y = 1/4.√ 24,5.400.662,5/410= 582,63 mm2


Dipilih yang terbesar A,s = 904,88 mm2
Jumlah tulangan, n = = 904,88/(1,4.π.192) = 3,19 → dipakai n= 4 batang
Jumlah tulangan maksimal per baris, m = (b – 2.ds)/(D+Sn)+1
= (400-2.60)/( 19+40)+1
= 5,746 → m = 6 batang

Jadi tulangan tarik (4 batang) cukup dipasang 1 baris.


Jadi pada batang B1 ujung kiri dipasang tulangan sebagai berikut
Tulangan atas 10D19, luasnya = 10.1/4.π.19 = 2835,287 mm2
Tulangan bawah 4D19, luasnya = 4.1/4.π.19 = 1134,115 mm2
Tulangan Balok B1 lapangan dan ujung kanan :
Tulangan Balok B1 lapangan dan ujung kanan dihitung sama seperti pada
hitungan tulangan Balok B1 ujung kiri, hasil hitungan sebagai berikut :
1) Balok B1 lapangan ,Mu(+) = 0 kNm, Mu(+)= 225,41 kNm, sehingga dipasang :

Tulangan atas 4D19, luasnya = 4.1/4.ᴫ.192


= 1134,1 mm2.
Tulangan bawah 4D19, luasnya = 4.1/4.ᴫ.192
= 1134,1 mm2.

2) Balok B1 ujung kanan , Mu(+) = 165,48 kNm, Mu(-)= 613,22 kNm, sehingga
dipasang:

Tulangan atas 10D19, luasnya = 10.1/4.ᴫ.192


= 2835,3 mm2.
Tulangan bawah 4D19, luasnya = 4.1/4.ᴫ.192
= 1134,1 mm2.

b. Tulangan Geser
Tulangan geser (begel) dihitung dari gaya geser perlu (Vu) terbesar yang
bekerja pada balok, dan nilai Vu tersebut boleh diambil pada jarak d dari muka
kolom (Vud). Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B1 dengan bentang 9 m
(as ke as) atau bentang bersih 6 m. Bentang bersih dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
1,20 m dari muka kolom (kanan dan kiri), kemudian 1,20 m berikutnya, dan 4,5 m
pada tengah bentang.
Dari Tabel VI.22. pada Balok B1 ujung kiri, nilai Vu terbesar adalah -248,7 kN
(dari kombinasi beban 1,2D+L+E(-)), kemudian 73,31 kN pada tengah bentang,
dan 248,7 kN pada ujung kanan. Jika ditinjau Balok B1 ujung kanan, nilai Vu
terbesar adalah 248,7 kN, (dari kombinasi beban 1,2D+L+E(+)), kemudian 73,31
kN pada tengah bentang, dan – 248,7 kN pada ujung kiri. Sebagian gaya geser Vud
ditahan oleh beton (ϕ. Vc), sisanya ditahan oleh begel (Vs).
ϕ.Vc = ϕ. 0,17.λ.√fc’.b.d
= 0,75.0,17.1.√24,5.400.666,25
= 168186 N = 168,19 kN.
ϕ.Vc/2 = 168,19/2 = 84,09 kN.
Begel bentang 1,2 m dari muka kolom ujung kanan:
0,66625
4,5− −0,66625
2
V ud =73,31+ . ( 248,7−73,31 )=209,749 kN
4,5
>ϕ.Vc= 168,186 kN
Vs = (Vud – ϕ.Vc)/ϕ
= (209,749 – 168,186)/0,75
= 55,4175 kN = 55418 N
Vs,maks = 0,66.√fc’.b.d
= 0,66.√24,5.400.666,25
= 870611 N
½.Vs,maks= 435306 N
Vs< Vs,maks, maka ukuran balok dapat dipakai.
Luas begel per meter panjang balok (Av,u) :
Av= Vs.S/(fyt.d) = 55418.1000/(240.666,25) = 346,576 mm2.
Av,min = 0,35.b.S/fyt = 0,35.400.1000/240 = 583,333 mm2.
Dipilih yang
Av,min = 0,062.fc’.b.S/fyt terbesar, jadi Av,u
= 583,333 mm2
= 0,062.24,5.400.1000/240 = 511,474 mm2.
Digunakan begel 2 kaki dengan tulangan Ø 10 (mm).
Dipilih yang kecil dan
Spasi begel: s = 2.1/4.π.102.1000/583,333 = 269,279 mm. dibulatkan ke bawah,
Vs< ½.Vs,maks, maka smaks ≤ (d/2 = 666,25/2 = 333,123 mm) jadi s = 150 m
Jadi, untuk bentang 1,2 m dari muka kolom ujung kanan dipakai begel Ø 10-150.

Begel dengan bentang 1,1 m setelah 1,2 m dari muka kolom kanan:
0,66625
4,5− −1,07
2
V u 1=73,31+ .(248,7−73,31)=194,013 kN >¿
4,5
ϕ.Vc= 168,186 kN
Vs = (Vu1 – ϕ.Vc)/ϕ = (194,013– 168,186)/0,75 = 34,4362 kN = 34436 N
Av= Vs.S/(fyt.d) = 34436.1000/(240.666,25) = 215,361 mm2.
Av,min = 0,35.b.S/fyt = 0,35.400.1000/240 = 583,333 mm2. Dipilih yang terbesar, jadi
Av,min = 0,062.fc’.b.S/fyt Av,u = 583,333 mm2

= 0,062.24,5.400.1000/240 = 486,908 mm2


Digunakan begel 2 kaki dengan tulangan Ø 10 (mm).
Spasi begel: s = 2.1/4.π.102.1000/583,333 = 269,28 mm. Dipilih yang kecil,jadi
smaks ≤ (d/2 = 666,25 = 333,13 mm) s = 150 m
Jadi, untuk bentang 1,1 m setelah 1,1 m dari muka kolom, dipakai begel Ø 10-
150.
Begel dengan bentang 4,5 m ditengah :
ΦV c
V u 2=152,311 kN , V u 3=188,947 kN > =84,0931 kN Vu>Փ.Vc Maka dipakai
2
begel terbesar (Av,u = Av,min = 583,333 mm2)
Spasi begel: s = 2.1/4.π.102.1000/583,333 = 269,28 mm. Dipilih yang kecil
smaks ≤ (d/2 = 666,25/2 = 333,13 mm) jadi, s = 220 m
Jadi untuk 0,95 m tengah bentang digunakan begel Ø10 - 220.
Dengan cara sama, dihitung pula begel pada bentang 1 m dari muka kolom
kanandan begel bentang 1 m berikutnya, sehingga diperoleh begel Ø10 - 150 dan
Ø10 - 220.

Tabel VI.27 Hasil hitungan tulangan longitudinal balok


No. Posisi Momen Perlu
Lantai Tulangan
Balok Ujung (kNm)
Mu (-) Mu (+) Atas Tengah Bawah
Kiri 317,30 62,89 5D19 - 4D19
Atap B3
Lapangan 0,00 150,38 4D19 - 4D19
Kanan 317,30 62,89 5D19 - 4D19
Kiri 576,36 116,80 10D19 - 4D19
Lt.3 B2
Lapangan 0,00 217,90 4D19 - 4D19
Kanan 576,07 116,51 10D19 - 4D19
Kiri 613,94 165,31 10D19 - 4D19
Lt.2 B1
Lapangan 0,00 225,41 4D19 - 4D19
Kanan 613,22 164,58 10D19 - 4D19

Tabel VI.28 Hasil hitungan tulangan geser balok


Dimensi
Balok Bentang dari muka kolom kiri ke kanan (m), Luas
Lantai
(bentang begel perlu A,u (mm²) dan pemasangan begel
bersih)
1,2 1,2 4,5 1,2 1,2
B3 (450/750)
Atap 656,25 656,25 656,25 656,25 656,25
(6m)
ø10-150 ø10-150 ø10-220 ø10-150 ø10-150
1,2 1,2 4,5 1,2 1,2
B2 (450/750)
Lt.3 656,25 656,25 656,25 656,25 656,25
(6m)
ø10-150 ø10-150 ø10-220 ø10-150 ø10-150
1,2 1,2 4,5 1,2 1,2
B1 (450/750)
Lt.2 583,33 583,33 583,33 583,33 583,33
(6m)
ø10-150 ø10-150 ø10-220 ø10-150 ø10-150
2. Gambar Penulangan Balok
Hasil hitungan penulangan balok tersebut dilukiskan pada Gambar VI.16

Gambar VI.16 Hasil Penulangan Balok Berdasarkan Hitungan Mandiri


Gambar VI.17 Hasil Penulangan Balok Berdasarkan Dokumen Kontrak

Penulangan Kolom
Hitungan tulangan longitudinal dan tulangan begel kolom dengan portal
SRPMB meninjau kolom lantai 1 yaitu kolom K1-1
Ketentuan :
a) Kolom berukuran 600 mm x 600 mm

b) Mutu beton f’c = 24,5 MPa, baja fy = 410 MPa, fyt = 240 MPa

c) Kolom direncanakan dengan tulangan D19 mm, dan ø10 mm

d) Beban diambil berdasarkan hasil kombinasi, dan diambil yang tebesar :

Kolom K1 ujung atas, Pu = 629,07 kN, Mu = 449,78 kN, Mc = δs.Mu = 1,25.449,78 =


562,231 kN.m
Pu 629,07. 10
3
Dihitung : Qd = = = 0,071
f ' c.b.h 24,5.600.600
6
Mc 562,231.10
Rd = = = 0,106
f ' c . b . h2 24,5.600. 6002
Jadi diperoleh rasio tulangan ρt = 1 % + 0,4 = 1,4 %
Ast,u = ρt.b.h = 1,4 %.600.600 = 5040 mm2
Jumlah tulangan total n = Ast,u / (1/4.π.D2)
= 5040 / (1/4. π.192) = 17,776 → 18 batang
Jadi digunakan tulangan total Ast = 18D19 = 5103,517 mm2 > Ast,u (OKE)
Jumlah tulangan per baris m = ((b-2.ds)/(D+Sn))+1
= ((600-2.65)/(19+40))+1
= 8,996 → 9 batang
Kolom K1 ujung bawah, Pu = 629,07 kN, Mu = 257,67 kN, Mc = δs.Mu = 1,25.257,57 =
322,087 kN.m
Pu 629,07. 10
3
Dihitung : Qd = ' = = 0,071
f c.b.h 24,5.600.600
Mc 562,231.106
Rd = = = 0,061
f ' c . b . h2 24,5.600. 6002
Jadi diperoleh rasio tulangan ρt = 0 % + 0,86 = 0,86 %
Ast,u = ρt.b.h = 0,86 %.600.600 = 3096 mm2
Jumlah tulangan total n = Ast,u / (1/4.π.D2)
= 3096 / (1/4. π.192) = 10,920 → 12 batang
Jadi digunakan tulangan total Ast = 12D19 = 3402,345 mm2 > Ast,u (OKE)
Jumlah tulangan per baris m = ((b-2.ds)/(D+Sn))+1
= ((600-2.65)/(19+40))+1
= 8,996 → 9 batang

Hitungan tulangan Begel

θ . Vc=θ .0,17. 1+ ( Nuk


14 . Ag )
. τ . √ f c ' .b . d

0,75 . 0,17=0,75 .0,17. 1+ ( 238,41


14 .600 )
. 1 . √ 24,5. 600.513 = 203439 N = 203,439

kN
( Vu−θ . Vc ) 176,86−203,439
Vs= = =32,378 kN
θ 0,75
Karena Vs< 0 (negatif), maka digunakan begel minimum dengan luas Av,u berikut :
Av = 0,35 . b. S / fyt = 0,35 . 600 . 1000 / 240 = 875 mm2
Av = 0,062 . √ f c ' . b . S /fyt = 0,062 . √ 24,5. 600 . 1000 / 240 = 767,211 mm2
Dipilih yang besar, Av,u = 875 mm2
Digunakan begel kaki 2, diameter 10
Jarak begel : s = 2. ¼. π . 102 . 1000 / 875 = 179,520 mm
s = (48.dp = 48 . 10 = 480 mm)
s = (16.D = 16 . 19 = 304 mm)
s = (d/2 = 513/2 = 256,5 mm)
Dipilih s yang terkecil, yaitu s = 179,520 mm dibulatkan kebawah → 160 mm
Jadi untuk Kolom K1 digunakan tulangan 18D19 dan begel ∅ 10-160

Gambar Penulangan Kolom


Hasil hitungan penulangan balok tersebut dilukiskan pada Gambar VI.18
Gambar VI.18 Hasil Penulangan Kolom Berdasarkan Hitungan Mandiri

Gambar VI.19 Hasil Penulangan Kolom Berdasarkan Dokumen Kontrak


Tabel VI.29 hasil perhitungan tulangan kolom
Lantai No. Kolom Tulangan Longitudinal Begel
K6-1 18D19 φ10 – 160
Lantai 3
K5-1 18D19 φ10 – 160
K4-1 18D19 φ10 – 160
Lantai 2
K3-1 18D19 φ10 – 160
K2-1 18D19 φ10 – 160
Lantai 1
K1-1 18D19 φ10 – 160

B. Permasalahan yang Menghambat Pekerjaan dan Solusinya


a. Permasalahan yang terjadi dalam proyek
 Keterlambatan material yang terjadi karena kurangnya material scheduling yang
baik
 Keterlambatan progress pelaksanaan yang dikarenakan upah dari para pekerja
yang tidak kunjung diberikan yang menyebabkan berhentinya para pekerja
 Kurangnya komunikasi dalam proyek yang menyebabkan perbedaan argument
yang menyebabkan pelaksanaan proyek menjadi keliru
b. Solusi
 Material schedule diperbaiki agar pelaksanaan proyek tidak menjadi terhambat
 Manajemen keuangan juga diperbaiki dikarenakan jika ada keterlambatan
pemberian upah akan menyebabkan berhentinya pelaksanaan proyek
 Komunikasi dan kerja sama dalam proyek yang lebih baik agar tidak terjadi
kekeliruan yang fatal

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Pelaksanaan kerja praktek selama kurang lebih 2 bulan di Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, memberikan
banyak pengalaman serta pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pembangunan serta pelaksanaan suatu proyek gedung. Ada beberapa hal yang dapat
diambil kesimpulan selama melaksanakan Kerja Praktek tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga dilaksanakan secara
Kontrak Unit Price dengan Pemilik proyek dari IAIN Salatiga, Kontraktor
Pelaksana dari PT.DEBITINDO JAYA, Konsultan Perencana dari PT.GAPSARY
MITRA KARYA KSO KRIDA KARYA dan Konsultan pengawas dari
PT.TERASIS EROJAYA.

2. Pengaturan dan strategi dalam penjadwalan waktu serta pengelolaan sumber daya
baik material, peralatan, dan tenaga kerja (Manajemen Proyek) yang kurang baik
kunci dalam pencapaian setiap target pelaksanaan proyek sedikit terhambat.

3. Hasil dari pengendalian mutu beton dilapangan saat akan melakukan pengecoran
dilakukan Test Slump terlebih dahulu agar supaya mutu beton yang di digunakan
sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan dan Hasil Test Slump hampir
dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang telah direncakan.

4. Pengawasan dilakukan setiap hari dan setiap kemajuan pekerjaan dalam


pelaksanaan dicatat dan dijadikan dalam laporan mingguan.

5. Proyek ini berlatar belakang tempat belajar mengajar yang modern dan ekonomis.
Pengembangan ilmu dan memiliki lokasi yang strategis dan terdapat fasilitas
penunjang seperti taman, parkir, laboratorium.

6. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan didasarkan / berpedoman pada gambar shop


drawing, apabila terjadi perubahan rencana gambar dimintakan persetujuan
owner melalui konsultan perencana.
B. Saran

Berikut adalah beberapa saran diberikan penulis :

1. Pemeriksaan alat-alat / mesin kerja yang digunakan lebih diperhatikan agar


pelaksanaan pekerjaan tidak menjadi terhambat karena mengalami kerusakan
alat kerja.

2. Fasilitas keamanan lebih ditingkatkan lagi dikarenakan banyak material dan alat
yang hilang dikarenakan keamanan yang kurang dan menjadi penghambat
pelaksanaan proyek.

3. Komunikasi dan Kerjasama yang baik dari semua pihak terutama bagi pelaksana
proyek lebih ditingkatkan agar realisasi pekerjaan berjalan sesuai dengan apa
yang telah direncakan.

4. Bahan material yang dibeli lebih baik diprioritaskan terlebih dahulu untuk
pekerjaan yang sesuai dengan apa yang sedang dikerjakan dilapangan.

5. Manajemen keuangan dan jadwal material lebih ditata dengan baik agar saat
pemberi uang upah hasil kerja tidak terlambat, dikarenakan dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan proyek.

6. Kedisiplinan dan kesadaran pekerja untuk menggunakan APD harus lebih


ditingkatkan untuk menjamin keselamatan dan mengurangi risiko terhadap
kecelakaan kerja.
PENUTUP

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, nikmat, taufik, barokah dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, sebagai sebagian persyaratan untuk memenuhi derajat gelar kesarjanaan S–1
pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaadiyah Surakarta ini
dengan baik dan lancar.
Dengan terselesaikannya laporan ini penyusun dapat mengambil hikmahnya dan
hidayahnya yaitu berupa pengetahuan, pengalaman dan pembelajarannya yang sangat
bermanfaat bagi penyusun. Dan tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Luthfi
Syahrul Muliawan, rekan – rekan Kerja Praktek di Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga serta
semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya Laporan Kerja Praktek
ini.

Dan sebagai bahan pertimbangan, penyusun menyadari masih banyak sekali


kekurangan – kekurangan yang penyusun lakukan pada waktu penyusunan Laporan Kerja
Praktek ini oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan. Akhir kata semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca. Aamiin.

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Abrar Husen. (2001), Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, &


Pengendalian Proyek, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusdiklat Jalan, Perumahan,


Pemukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah. Dasar Dasar Manajemen Proyek
dan Pengendalian Proyek.

Irika Widiasantri dan Linggogeni, 2013. Manajemen Konstruksi. Penerbit Rosda


Imam Soeharto, 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional,
Erlangga, Jakarta
Istimawan Dipohusodo, 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta

M Hadi H, Ilmu Beton. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang.

https://www.ilmubeton.com/2018/05/metode-pelaksanaan-pondasi-tiang-pancang.html

Pendidikan Teknik Bangunan. Pelaksanaan Pekerjaan kolom,balok,plat lantai,


tangga. http://rromadhonunj.blogspot.com/2014/02/pelaksanaan-pekerjaan-kolom-balok-
plat.html

Sahid M Nur, 2017. Teknik Pelaksanaan Kontruksi. Surakarta : MUP UMS


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai