Anda di halaman 1dari 75

PROYEk PENINGKATAN JALAN DAN PENATAAN

TROTOAR JALAN SOEKARNO- HATTA ATAS


LABUAN BAJO, NTT
Pengamatan Pekerjaan Struktur Kolom dan Balok

LAPORAN KERJA PRAKTIK

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh:
SARIYANDRI BAN
5160811280

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG 5 LANTAI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
MURIA KUDUS

Pengamatan Pekerjaan Struktur Kolom dan Balok

Disusun oleh:
SARIYANDRI BAN
5160811280

Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal……………..

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Penguji ........................ .....................

Puji Utomo, S.T., M.Eng. Pembimbing ........................ .....................

Yogyakarta, ..........2022
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng.


NIK. 110116081
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Yng bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama : Sariyandri Ban

NIM : 5160811280

Program Studi : S1 Teknik Sipil

Fakultas : Fakultas Sains dan Teknologi

Menyatakan bahwa laporan kerja praktik dengan judul PROYEK


PENINGKATAN JALAN DAN TROTOAR JALAN SOEKARNO-HATTA
ATAS LABUAN BAJO, NTT Pengamatan Pekerjaan Struktur Kolom dan Balok
ini adalah hasil karya saya sendiri, tidak mengandung plagiat dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan mengikuti tata cara
dan etika penulisan karya tulis ilmiah yang benar. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelanggaran seperti yang dinyatakan di atas, sepenuhnya menjdai
tanggung jawab penulis.

Yogyakarta,
Penulis

Sariyandri Ban
5160811280
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Penulisan
laporan Kerja Praktik ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat pencapaian
gelar Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak bantuan dan bimbingan telah
penulis terima dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan laporan Kerja Praktik ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Endy Marlina, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Yogyakarta.
2. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M. Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.
3. Bapak Puji Utomo, S.T., M.Eng., selaku Dosen Wali.
4. Bapak Puji Utomo, S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan laporan kerja praktik.
5. Pihak PPK Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Labuan Bajo selaku
pemilik proyek dan PT.Anugerah Nuansa Kasih Selaku pelaksana proyek dan
membantu dalam usaha memperoleh data yang dibutuhkan.
6. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril dan materil.
7. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Teknologi Yogyakarta yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan
kerja praktik.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas kerja praktik
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta,

Sariyandri Ban
5160811280
BAB

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara berkembang yang terus melakukan


pembangunan khususnya pembangunan di bidang infrastruktur. Seiring dengan
kemajuan zaman, pembangunan infrastruktur di Indonesia juga akan semakin
inovatif, termasuk di wilayah Labuan Bajo. Pesatnya pembangunan di kota
Labuan Bajo dikarenakan Labuan Bajo merupakan salah satu tujuan wisata yang
kerap disambangi para pelancong domestic maupun luar negeri. Oleh karena itu,
penyedia sarana dan prasarana sangat dibutuhkan seperti Banguna penunjang
pariwisata termasuk didalamnya Viewing deck sebagai sarana pendukung dalam
memenuhi infrastruktur di daerah tersebut.

Proyek Paket Peningkatan Jalan, Penataan Trotoal dan Drainase Jalan


Soekarno Hatta sebagai objek tinjauan praktikan melakukan Kerja Praktik ini
berlokasi tidak jauh dari pusat kota Labuan Bajo, di Jalan Soekarno Hatta,
Kabupaten Manggarai Barat, Kota Labuan Bajo. Viewing deck ini nantinya akan
menjadi salah satu tempat nongkrong wisatawan lokan maupun manca negara
untuk melihat keindahan kota Labuan Bajo dari puncak tebing.

Proyek viewing deck ini merupakan proyek dengan struktur kantilever


yang memiliki panjang 170 m dan lebar 6 m, dan ketinggian trotoar dari dasar
tebing 10 m. Kawasan ini nantinya akan diajadikan ruang publik dan dilengakapi
fasilitas untuk nongkrong.

Balok merupakan struktur utama pada sebuah bangunan yang memikul


beban dari plat lantai dan diteruskan ke kolom.

Kolom merupakan struktur utama pada bangunan yang memikul beban


dari balok dan diteruskan ke fondasi.
1.2. TUJUAN

Tujuan merupakan suatu maksud dan ekspektasi yang mendasar dalam


penyusunan laporan kerja praktinya meliputi tujuan proyek dan tujuan kerja
praktik.

1.2.1. Tujuan Proyek

Tujuan dari proyek peningkatan Jalan dan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta


Atas Labuan Bajo, NTT adalah sebagai berikut;

a. Memberikan fasilitas umum bagi masyarakat yang berjalan kaki.

b. Memberikan fasilitas umum atau tempat untuk menikmati keindahan


labuan bajo dari puncak tebing bagi wisatawan lokal maupun
mancanegara.

1.2.2. Tujuan Kerja Praktik

Adapun tujuan dari Kerja Praktik dengan pengamatan yang dilakukan di


lapangan adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pekerjaan kolom.

b. Mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pekerjaan balok.

1.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup adalah suatu batasan yang memudahkan penelitian agar


lebih efektif dan efisien dalam mesisahkan aspek tertentu dalam sebuah objek
pengamatan.

1.3.1. Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan yang terdapat pada proyek peningkatan Jalan dan
Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT antara lain;

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pekerjaan Fondasi

c. Pekerjaan Kolom

d. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah

e. Pekerjaan Balok

f. Pekerjaan Plat Pantai

1.3.2. Lingkup Kerja Praktik

Lingkup pengamatan pada proses pembangunan Trotoar Puncak Waringin


Labuan bajo antara lain;

a. Pekerjaan struktur kolom pada pada proyek peningkatan Jalan dan


Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT.

b. Pekerjaan struktur balok pada pada proyek peningkatan Jalan dan


Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT.

1.4. GAMBARAN UMUM PROYEK

Labuan bajo terus meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan


pelayanan bagi para wisatawan agar dapat menikmati pemandangan, dengan cara
membangun Viewing Deck di Puncak Waringin Labuan Bajo. Proyek ini
dikerjakan oleh PT. Anugerah Nuansa Kasih sebagai kontraktor pelaksana dan
PT. Yodya Karya sebagai konsultan pengawas. Nilai kontrak fisik proyek
Peningkatan Jalan dan Trotoar jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT
Senilai Rp. 55.000.000.000,-.
1.5. LOKASI PROYEK

Lokasi proyek peningkatan Jalan dan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan
Bajo, NTT ini berlokasi di jl, Soekarno-Hatta, Puncak Waringin, Labuan Bajo,
NTT.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pembangunan Trotoar

(Sumber: Google Earth 2020)

1.6. DATA PROYEK

Data proyek merupakan kumpulan data-data perencanaan dan perancangan yang


menjadi pedoman serta acuan untuk membangun bangunan. Data proyek ada dua
macam yaitu data umum proyek dan data teknis proyek.

1.6.1. Data Umum Proyek

a. Nama Perkerjaan : Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar


Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT
b. Lokasi Pekerjaan : Jalan Soekarno Hatta Atas Labuan Bajo,
NTT

c. Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Struktur Penahan Tanah dan


Viewing Deck Puncak Waringin Labuan Bajo

d. Lingkup Pekerjaan : Struktur

e. Pemilik Proyek : PPK Satker 3.1 Wilayah III NTT, Labuan


Bajo

f. Pelaksana Proyek : PT. Anugerah Nuansa Kasih

g. Panjang Ruas : ± 167 m (Sta 0 + 275 – Sta 0 + 725)

h. Waktu Pelaksanaan : April – Desember 2020

1.6.2. Data Teknis Proyek

Data teknik proyek merupakan data-data berisi karakteristik dari proyek yang
dibangun tersebut. Adapun data dalam proyek Peningkatan Jalan dan Penataan
Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT antara lain;

a. Luas bangunan : ± 1020 m2

b. Tinggi bangunan :6m

c. Jumlah Segment :7

1.7. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data sangat penting demi tersusunnya laporan kerja praktik
tentang proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta
Atas Labuan Bajo, NTT. Dalam menyusun laporan nantinya, penyusun
memperoleh data dengan dua macam metode pengumpulan data yaitu metode
pengumpulan data primer dan data sekunder.

1.7.1. Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara
langsung selama pengerjaan kerja praktik. Biasanya didapat dari lapangan
langsung, baik pengamatan visual maupun pengamatan informan. Data ini dapat
diperoleh antara lain:

a. Melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk melihat


secara langsung proses pekerjaan proyek tersebut selama masa kerja
praktik.

b. Melakukan tanya jawan maupun bimbingan secara langsung dari


pembimbing kerja praktik di proyek.

c. Dokumentasi berupa foto ketika pengamatan yang nantinya dilampirkan


dalam laporan kerja praktik.

1.7.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan memperlajari
struktur organisasi perusahaan dan segala proses yang mencangkup pelaksanaan
proyek. Data yang digunakan untuk menunjang dan melengkapi data primer yang
sudah ada biasanya diperoleh dari konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana
pada tahap perencanaan awal proyek. Data ini antara lain:

a. Gambar Teknis (DED)

b. Struktur Organisasi

c. RKS

d. Kurva S
BAB 2

DASAR-DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

2.1. DASAR PERENCANAAN PROYEK

Perencanaan merupakan suatu proses tahapan meletakkan dasar tujuan,


sasaran dalam menyiapkan segala sumber daya material maupun sumber daya
manusia untuk memenuhi target yang diinginkan. Tahapan perencanaan
merupakan tahapan yang sangat penting dalam siklus proyek konstruksi,
didalamnya terdapat apa saja metode, langkah - langkah yang harus dilakukan
dalam mencapai target akhir yang direncanakan.

Tahap perencanaan sebuah proyek dilaksanakan mengikuti standar-standar


yang berlaku, mudah diaplikasikan, efisien secara waktu dan pelaksanaan,
perhitungan secara akurat dan sesuai kondisi lapangan. Tahap perencanaan yang
sesuai kaedah perencanaan pastinya menghemat waktu dan efisiensi biaya.
Tahapan perencanaan berkaitan dengan tahap setelahnya dan sebelumnya.
Tahapan selanjutnya yaitu pada proses eksekusi kostruksi, operasi dan kontrol.

2.1.1. Uraian Umum

Tercapainya hasil karya teknik suatu rekayasa bangunan dilatarbelakangi


adanya proses perencanaan yang kompleks, oleh karena itu sebelum pelaksanaan
proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT. ini mutlak dibuat perencanaannya terlebih dahulu.
Perencanaan ini dibuat karena banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan serta
dipertimbangkan guna memenuhi segala persyaratan yang diperlukan bagi
berdirinya suatu bangunan dan sesuai kegunaannya.
Perencanaan adalah merupakan pekerjaan awal yang paling menentukan
keberhasilan suatu proyek. Perencanaan arsitektur merupakan tahap awal dari
perencanaan bangunan, dan utilitas. Setelah perancangan arsitektur disetujui oleh
pihak pemilik, dilanjutkan dengan perancangan struktur untuk menghitung
kekuaktan bangunan.

2.1.2. Dasar Perencanaan

Struktur bangunan yang direncankan harus mampu menahan beban, baik


beban vertikal (beban mati dan hidup) yang direncanakan serta berat sendiri
bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti. Adapun pedoman-
pedoman dan tata peraturan yang digunakan pada perencanaan struktur di proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo,
NTT adalah sebagi berikut:

a. Tata cara perhitungan struktur baja untuk bangunan (SNI 03-1729-2002).

b. Tata cara pembebanan (SNI 03-1727-2013).

c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983).

d. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI-2847-2019).

e. Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan Gedung


(SNI1726-2019).

f. Standard Mutu Bahan Bangunan Indonesia 1986.

2.2. DASAR PERANCANGAN PROYEK

Dasar-dasar perancangan merupakan langkah awal dalam melakukan


kajian-kajian terhadap kondisi lapangan. Hal ini diperlukan untuk membantu
proses perancangan proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan
Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT.

2.2.1. Perancangan Struktur Kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom harus memperhitungkan
secara teliti dengan memberikan kekuatan lebih tinggi daripada komponen
struktur lainnya. Prosedur desain kolom beton bertulang meliputi dua tahap yaitu
Desain Tulangan Memanjang kolom dan Desain Tulangan Geser kolom. Berikut
penjelasannya:

a. Desain Tulangan Memanjang Kolom (column longitudinal reinforcement)

Hampir semua kolom mengalami momen lentur dan gaya aksial. Karena
itu, agar terjamin adanya daktilitas pada kolom, disyaratkan minimum ada
penulangan sebanyak 1% dan kurang dari 8% pada kolom. Untuk kolom
bersengkang harus ada paling sedikit empat batang tulangan memanjang.
Tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Gaya Aksial dan Momen Terfaktor Maksimum

Gaya aksial dan momen terfaktor maksimum diperoleh dari berbagai


kombinasi pembebanan dari hasil kombinasi tipe beban (load case) yang
dikalikan dengan faktor beban sesuai dengan peraturan perencanaan yang
digunakan yaitu standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Penampang kolom didesain terhadap
gaya aksial dengan eksentritas yang terjadi pada kolom. Dalam perhitungan,
kolom didesain sebagai tulangan simetris (As = As).

2) Desain Tulangan Memanjang Kolom


Dalam proses desain, program akan menghitung banyaknya tulangan
yang diperlukan dengan As = As (tulangan simetris).
Tekan pada beton
Cc = 0.85 fc ab (2.1)
Tekan pada tulangan baja tekan (compression reinforcement)
Cs = As fy (2.2)
Tarik pada tulangan baja tarik (tension reinforcement)
T = As fy (2.3)
Dimana:
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa).
fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan baja (MPa).
a = tinggi balok tekan (mm).
b = lebar balok (mm).
As = luas tulangan baja tekan (compression reinforcement) (mm2)
As = luas tulangan baja tarik (tension reinforcement) (mm2)
Untuk keseimbangan maka
Cc + Cs = T  0.85 fc ab + Asfy = Asfy
( As− A s) f y
a= (2.4)
0.85 f c b

Diagram regangan digunakan untuk memeriksa apakah tulangan telah


leleh atau tidak. Tulangan mencapai tegangan leleh jika nilai regangannya
lebih besar dari fy/Es. Dari diagram regangan dapat diketahui nilai

c−d a−1d
 = 0,003 c = 0,003
c a
(2.5)
d−c 1d −a
 = 0,003 c = 0,003
c a
(2.6)
a−1d f y
fs = fy jika 0,003 > (2.7)
a Es
dan
1d −a f y
fs = fy jika 0,003 ≥ (2.8)
a Es
dimana:
s = regangan tulangan tekan (compression reinforcement strain)
s = regangan tulangan tarik (tension reinforcement strain)
c = jarak dari serat tekan beton terluar ke sumbu netral (mm).
= a / 1
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tekan (mm).
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tarik (mm).
1 = 0.85 untuk fc< 30 Mpa
= 0.85 – 0.008 (fc– 30) dan 1> 0.65 untuk fc> 30 Mpa
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tekan (Mpa).

fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tarik (Mpa).

Es = modulus elastisitas untuk tulangan baja (Mpa).

= 200000 MPa.

Jika kondisi ini dipenuhi, maka asumsi bahwa semua tulangan telah
mencapai tegangan leleh adalah benar maka persamaan keseimbangan gaya
dan momen dinyatakan sebagai berikut:

Pn = Cc + Cs – (2.9)

Mn = Pne = Cc( h/2 – a/2 ) + Cs( h/2 − d) + T (d – a/2 ) (2.10)

a. Desain Tulangan Geser Kolom (column shear reinforcement)


Tulangan geser didesain untuk tiap-tiap kombinasi pembebanan yang
bekerja sepanjang bentang pada kolom. Adapun tahapan yang perlu dilakukan
dalam mendesain tulangan geser adalah sebagai berikut:
1) Menentukan gaya geser terfaktor yang terjadi
Gaya geser terfaktor maksimum diperoleh dari berbagai kombinasi
pembebanan dari hasil kombinasi tipe beban (load case) yang dikalikan
dengan faktor beban sesuai dengan peraturan perencanaan yang digunakan
yaitu standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan struktur
beton untuk bangunan gedung. Penampang kolom didesain terhadap gaya
geser yang terjadi pada penampang yang paling kritis, yang diperoleh dari
semua kombinasi pembebanan yang ada.
2) Menentukan kapasitas geser beton (concrete shear capacity)
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton adalah :
Nu √f c
Vc = (1 + )( ) bwd (2.11)
14 Ag 6
Dimana Nu/Ag dinyatakan dalam besaran MPa.
3) Menentukan jumlah tulangan geser perlu (required shear reinforcement)
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada:
Vu≤ Vn (2.12)
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn
adalah kuat geser nominal yang dihitung dari:
Vn = Vc + Vs (2.13)
dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, Vs
adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser dan 
adalah faktor reduksi kekuatan untuk geser lentur,  = 0.75. Kuat leleh
rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih daripada 400 MPa. Spasi
tulangan geser tidak boleh melebihi d/2 atau 600 mm. Bila Vs melebihi
(fc/3)bwd maka spasi maksimum tersebut harus dikurangi setengahnya.
Tulangan geser perlu dihitung sebagai berikut:
Av f y d
Vs = (2.14)
S
dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak S. Kuat
geser Vs, tidak boleh diambil lebih dari:
Vs< 2/3 √𝑓c bwd (2.15)
Bila pada komponen struktur lentur beton bertulang bekerja gaya geser
terfaktor Vu yang lebih besar dari setengah kuat geser yang disumbangkan
oleh beton Vc, maka harus selalu dipasang tulangan geser minimum sebesar:
75 √ f c bwS bwS
Av = ≥½ (2.16)
1200 f y f y
dengan bw dan S dinyatakan dalam milimeter (mm).

2.2.1. Perancangan Struktur Balok


Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan dalam
arah transversal yang menyebabkan terjadinya momen lentur dan gaya geser di
sepanjang bentangnya. Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang tata cara
analisis kapasitas lentur dan perencanaan tulangan lentur pada elemen balok.
a. Asumsi-asumsi dalam Perhitungan
Perhitungan kekuatan lentur penampang beton bertulang menggunakan
asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
1) Bentuk penampang melintang tetap berupa bidang datar, baik sebelum
maupun sesudah terjadi lenturan. Hal ini berlakunya hukum Bernoulli
dimana besarnya tegangan yang terjadi di setiap titik pada penampang
balok sebanding dengan jarak titik tinjau terhadap garis netral, dengan
anggapan adanya kesatuan antara beton dengan baja tulangan secara
monolit dan tidak terjadi slip.
2) Diagram hubungan tegangan-regangan baja tulangan telah diketahui secara
pasti melalui hasil uji tarik baja yang valid. Umumnya perilaku baja
tulangan yang diperhitungkan hanya sampai saat dicapainya tegangan leleh,
hal ini dikarenakan setelah fase leleh baja mengalami strain hardening,
dimana peningkatan tegangan disertai dengan terjadinya deformasi sangat
besar.
3) Prilaku material beton yang sesungguhnya saat menerima tegangan tekan
dapat diketahui secara nyata baik dalam hal besaran maupun distribusinya,
yang dapat digambarkan dalam bentuk diagram tegangan-regangan beton
dengan mengacu hasil-hasil penelitian yang telah diakui secara luas. Beton
hanya efektif menahan tegangan tekan, sehingga kekuatan beton tidak
diperhitungkan pada bagian penampang yang menerima tegangan tarik.
4) Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terjauh harus diambil sama dengan 0,003.
5) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh fy
harus diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang
nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan fy ,
tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy .
6) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsikan berbentuk persegi, dan dapat dipenuhi oleh suatu distribusi
tegangan beton persegi ekuivalen yang didefinisikan sebagai berikut:
a) Tegangan beton sebesar ' c 0,85f diasumsikan terdistribusi secara
merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang
dan suatu garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = β1c
dari serat dengan regangan tekan maksimum.
b) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus
diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
c) Faktor β1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat
tekankarakteristik ' cf lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa.
Untuk beton dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, β1 harus direduksi
sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi b1
tidak boleh diambil kurang.

Gambar 2.1 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi Bertulang Tunggal
(Sumber: Gideon Kusuma, 2016)

b. Balok Tulangan Tunggal


Suatu balok dinyatakan bertulangan tunggal jika pada penampang beton
bertulang tersebut hanya diperhitungkan terpasang baja tulangan pada satu sisi
saja, yaitu pada bagian serat yang menerima gaya tarik.
1) Keadaan regangan saimbang
Suatu keadaan yang sangat menentukan dalam analisis dan
perencanaan beton bertulang dengan metode kekuatan dan kemampuan layan
adalah keadaan regangan berimbang (balance).
Gambar 2.2 Tegangan dan Regangan Kondisi Berimbang
(Sumber: Gideon Kusuma, 2016)

Dalam kondisi berimbang serat tekan ekstrim pada beton dan serat
tarik pada baja tulangan secara bersamaan mencapai regangan maksimum
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar diatas. Untuk keadaan berimbang,
secara geometris dapat diperoleh:

0,003
Cb Ɛcu 600
= = fy = (2.16)
d Ɛcu+ Ɛcu 0,003+ 600+fy
Es

Dimana Es = 200.000 MPa dan Ecv = 0,003


Gaya-gaya dalam penampang yang bekerja ke arah horisontal dapat dihitung
menurut Persamaan (2.2) dan (2.3):

Cb = 0,85.f ‘c.ab .b = 0,85.f ‘c.β1.cb .b (2.17)

Tb = Asb .fy = ρb .b.d.fy (2. 18)

2) Balok bertulang lemah (Under-reinforced)


Dalam kondisi penampang terpasang baja tulangan kurang dari rasio
tulangan maksimum (0,75 kali rasio tulangan dalam keadaan seimbang), baja
tulangan akan lebih dulu mencapai tegangan leleh fy sebelum beton mencapai
kekuatan maksimumnya. Gaya tarik baja tulangan tetap sebesar As.fy
meskipun besaran beban terus bertambah. Bertambahnya beban yang bekerja
menyebabkan terjadinya perpanjangan (deformasi) palstis yang semakin besar
hingga mengakibatkan retak akibat lentur pada serat beton yang terkena tarik
dan bertambahnya regangan secara non-linear pada beton yang menerima gaya
tekan hingga berakibat terjadinya keruntuhan tarik.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka dapat dihitung:
C = 0,85.f ‘c.a.b (2.19)
T = As.fy (2.20)
dimana:
As = luas tulangan rencana (m2)
f’c = mutu kuat tekan beton (MPa)
C = gaya tekan pada beto, dihitung sebagai volume balok tekan ekuivalen
pada atau dekat keadaan batas (kN)
fy = gaya tarik pada baja tulangan (MPa)
3) Balok bertulang kuat (Over-reinforced)
Dalam kondisi penampang terpasang luasan baja tulangan melebihi
batas luasan tulangan maksimum (0,75 kali luas tulangan dalam kondisi
seimbang), akan berakibat beton mencapai regangan maksimum (0,003) lebih
dahulu sementara baja tulangan belum mencapai tegangan leleh (fs<fy),
sehingga dengan analisis geometri pada diagram regangan dapat diperoleh:
εs d−c
=
0,003 c
(2.21)
Sehingga tegangan pada baja tulangan arik dapat dihitung:
d−c
fs=εs x Es=¿ 0,003 E (2.22)
c
Dimana :
Fs = nilai tegangan pada baja Tulangan (MPa)
εs = Kuat tarik beton (MPa)
Es = Modulus Elastisitas Baja (Mpa)
E = Beban Gempa (Mpa)

4) Perhitungan Tulangan Balok


Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur yang memikul
beban tegak lurus sepanjang batang tersebut biasanya terdiri dari dinding,
pelat atau atap bangunan dan menyalurkannya pada tumpuan atau struktur
dibawahnya. Adapun urutan-urutan dalam menganalisis balok:
a) Gaya lintang design balok maksimum
U = 1,2 D + 1,6 L (2.23)
Keterangan:
U = gaya geser terfaktor pada penampang (kN/m)
D = beban mati terfaktor per unit luas (kN/m)
L = beban hidup terfaktor per unit luas (kN/m)
b) Momen design balok maksimum
Mu = 1,2 MDL + 1,6 MLL (2.24)
Keterangan:
Mu = momen terfaktor pada penampang (kN/m)
MDL = momen akibat beban mati (kN/m)
MLL = momen akibat beban hidup (kN/m)
c) Penulangan lentur lapangan dan tumpuan
i) Penulangan lentur lapangan
 Tentukan deff = h – p – Ø sengkang - ½ Ø tulangan
Muρ
K= → didapat nilai ρ (2.25)
∅.b.d²
As = ρ . B. d (2.25)
 Pilih tulangan dengan dasar As terpasang ≥ As direncanakan
ii) Penulangan lentur pada tumpuan
 K=Muρ/(∅.b.d²) → didapat nilai ρ (2.26)
As = ρ. B. d (2.27)
 Pilih tulangan dengan dasar As terpasang ≥ As direncanakan
Keterangan:
As = luas tulangan tarik non-prategang (mm2)
ρ = rasio penulangan tarik non-prategang (mm2)
Beff = lebar efektif balok (mm)
d = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan Tarik
 Vc = 0,17 λ√ f ' C bw d (2.28)
(SNI 2847 – 2013 hal.89 pasal 11.2.1 butir 1)
 V ≤ Ø Vc (tidak perlu tulangan geser)
 Vu ≤ Ø Vn
 Vn = Vc + Vs
 Vu ≤ Ø Vc + Ø Vs
Av . fy . d
 Sperlu=
Vs
Keterangan:
Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan beton
Vu = kuat geser terfaktor pada penampang (kN)
Vn = kuat geser nominal (kN)
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan
geser (kN)
Av = luas tulangan geser pada daerah sejarak s (m2)
d = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan Tarik
(mm)
fy = mutu baja (MPa)
iii) Tulangan geser rencana
 Vc = 0,17 λ√(f'C) bw d (2.29)
(SNI 2847 – 2013 hal.89 pasal 11.2.1 butir 1)
 V ≤ Ø Vc (tidak perlu tulangan geser)
 Vu ≤ Ø Vn
 Vn = Vc + Vs
 Vu ≤ Ø Vc + Ø Vs
 Sperlu =(Av.fy.d)/Vs
Keterangan:
Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan beton (kN)
Vu = kuat geser terfaktor pada penampang (kN)
Vn = kuat geser nominal (kN)
Vs = kuat geser nominal yg disumbangkan tulangan geser (kN)
Av = luas tulangan geser pada daerah sejarak s (m2)
d = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan Tarik
(mm)
fy = mutu baja (MPa)
d) Menghitung beban ultimate (SNI 3.2.2 butir 1 dan 2)
U = 1,2 D + 1,6 L (2.30)
U = 1,05 (D + Lr ± E) (2.31)
U = 0,9 (D ± E) (2.32)
Menentukan d efektif
1
d = h – p – φSengkang – Tul.Pokok (2.33)
2
1
d’= p + + Tul.Pokok + φSengkang (2.34)
2
e) Menentukan momen rencana
i) Momen kombinasi akibat beban mati dan beban hidup
Mk1 = 1,2.MD + 1,6.ML
ii) Momen kombinasi akibat beban mati dan beban gempa
Mk2 = 0,9.MD + ME
iii) Momen kombinasi akibat beban mati, bebna hidup dan gempa
Mk2 = 1,05.(MD + 0,9.ML + ME)
f) Menentukan ρ syarat untuk menentukan Rn
Tulangan Tumpuan Negatif
+ ¿tumpuan
M
ρ'/ρ = −¿tumpuan
¿
M ¿
(2.35)
ρ'/ρ =0,5 (persyaratan gempa)
Mu
Rn = (2.36)
b . d2

ρ_min =
√f ;c (diambil yang terkecil)
4 fy
ρ_min = 1,4/4fy (2.37)
Tulangan tumpuan positif
M + ¿tumpuan
ρ'/ρ = −¿tumpuan
¿
M ¿
(2.38)
ρ'/ρ=1 (persyaratan gempa)
Mu
Rn = (2.39)
b . d2

ρ_min =
√ f ;c (diambil yang terkecil)
4 fy
ρ_min = 1,4/4fy (2.40)

g) Menghitung tulangan yang dibutuhkan


As = ρ.b.d < As ada (2.41)
As’ = 0,5 As (2.42)
h) Perencanaan tulangan geser
Vub−Vub terpakai
v_ujung = Vub – ln (2.43)
d
Vubterpakai
Vs = (2.44)

S < d/4 (2.45)
(Gideon kusuma “Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah
Rawan Gempa).
25

BAB 3

MANAJEMEN PROYEK

3.1. STRUKTUR ORGANISASI

3.1.1. Tinjauan Umum

Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu


terbatas, tidak berulang yang mempunyai tujuan tertentu yang telah ditentukan
dalam spesifikasi Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya
pembangunan bangunan infrastruktur. Organisasi proyek secara umum dapat
diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan
secara bersama-sama dengan kemampuan dan keahlianya masing-masing untuk
mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja
yang baik diharapkan akan memberikan hasil lebih efisien, tepat waktu dan
berkualitas tinggi. Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan
kegiatan konstruksi merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri
merupakan perangkat atau kelompok yang menyangkut beberapa unsuryang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu bangunan
fisik yang memenuhi dan persyaratan melalui suatu ruang lingkup pekerjaan
tertentu yang dilakukan beberapa orang atau beberapa kelompok orang. Untuk
proyek-proyek besar yang harus dilaksanakan oleh beberapa kontraktor, maka
pemilik proyek dapat memberikan kepercayaan yang penuh pada suatu badan
yang disebut Konsultan Pengawas yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai
manajer.
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa
kepenasihatan (consultancy service) dalam bidang keahlian tertentu, misalnya
akuntansi, pajak, lingkungan, biologi, hukum, dan lain-lain. Perbedaan antara
seorang konsultan dengan ahli biasa adalah sang konsultan bukan merupakan
pegawai perusahaan sang pengguna layanan (client), melainkan seseorang yang
menjalankan usahanya sendiri atau bekerja di sebuah perusahaan kepenasihatan,
26

serta berurusan dengan berbagai pengguna layanan dalam satu waktu. Konsultan
pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa badan
usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya masing-
masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain
sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan
efisien.
3.1.2. Unsur Pokok Pelaksanaan
Pada umumnya suatu pembangunan konstruksi terdapat beberapa unsur
pengelola proyek yang terlibat. Unsur-unsur pengelola pada proyek Peningkatan
Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT antara
lain:
a. Pemberi Tugas (owner)
b. Konsultan Perencana
c. Konsultan Pengawas
d. Kontraktor
e. Sub Kontraktor
Pada pelaksanaan kerja suatu proyek Peningkatan Jalan dan Penataan
Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT sangatlah diperlukan untuk
mendapatkan suatu rentetan atau lanjutan pekerjaan yang dilaksanakan sebagai
bagian dari manajemen suatu proyek yang sesuai serta saling berhubungan dan
tentunya harus berjalan pada peraturan-peraturan atau tata tertib yang telah
ditentukan. Setiap unsur memiliki tugas dan wewenag yang berbeda- beda yang
dikoordinasikan melalui system manajemen proyek konstruksi.
3.1.2.1 Pemberi Tugas (Owner)
Pemilik proyek atau (owner) disebut juga pemberi tugas, adalah bagian
paling utama dalam organisasi proyek konstruksi. Pemilik merupakan penguna
dari jasa perusahaan konstruksi yang akan mengimplementasikan ide atau gagasan
dan rancangan teknis menjadi bangunan fisik. Pemilik atau pemberi tugas sebagai
pemrakarsa proyek konstruksi dapat berasal dari kalangan swasta atau pejabat
yang mewakili kepentingan pemerintah. Dalam proyek Peningkatan Jalan dan
Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT, yang menjadi
27

pemilik proyek (owner) adalah PPK Satker 3.1 Wilayah III NTT, Labuan Bajo.

Dalam organisasi proyek konstruksi, tugas dan wewenang pemberi tugas


adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.

b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.

c. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan


proyek.

d. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas.

e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

3.1.2.2 Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh (owner) atau
pemilik untuk menangani merencanakan proyek. Konsultan perencana yang di
tunjuk membuat perencanaan lengkap dari suatu pembangunan antara lain
perhitungan struktur, gambar struktur, RAB serta yang diperlukan dalam
pelaksanaan. Tugas dan kewajiban konsultan perencana sebagai berikut:

a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik


bangunan.

b. Membuat gambar kerja pelaksanaan.

c. Membuat Rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan


(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.

d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.

e. Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik ke dalam


desain bangunan.

f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan


pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di
wujudkan.
28

3.1.2.3 Konsultan pengawas

Konsultan pengawas adalah tim yang bertindak untuk dan atas nama
pemilik proyek, dalam proses pengawasan pelaksanaan pembangunan suatu
proyek dan bertangung jawab atas pekerjaan kepada pemilik proyek (owner) agar
tercapai target hasil kerja yang memenuhi standar dan syarat yang telah
ditentukan. Konsultan pengawas merupakan pihak yang di tunjuk pemilik proyek
untuk mewakili dalam memimpin, mengkoordinasi, mengawasi, mengevalusai,
dan melaporkan proyek kepada pemberi tugas. Tugas dan tanggung jawab
Pengawas Lapangan antara lain :

a. Memberi petunjuk dan mengarahkan kontraktor sehubungan dengan


pelaksanaan pekerjaan.

b. Meninjau dan menguji semua data perhitungan teknis dan desain.

c. Meneliti dan menguji kebenaran serta kelengkapan dokumen kontrak dan


melaksanakannya.

d. Menguji program mobilisasi kontraktor seperti kedatangan alat,


ketetapan, waktu dan lain-lain.

e. Menguji progress (schedule) dan finansial (budgeting) beserta


realisasinya.

f. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap kontraktor tentang


pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

g. Mengadakan pengawasan kualitas dan kuantitas pekerjaan di lapangan.

h. Melaksanakan dan menyajikan pengumpulan data, pencatatan,


pembukuan, pelaporan dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan.

i. Mengurus perijinan yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaan di


lapangan.

j. Mengetahui dan memahami isi dari dokumen kontrak sebagai pedoman


kerja di lapangan.

k. Membuat laporan-laporan kegiatan pekerjaan di lapangan.


29

3.1.2.4 Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk


untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Atau dalam
definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan
telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian
pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.
Peraturan dan persetujuan tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak diatur
dalam dokumen kontrak.

Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek


(owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dan
dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah yang
terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.Tugas dan tanggung jawab kontraktor, antara lain
adalah sebagai beriku:

a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan


spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak
perjanjian pemborongan.

b. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan


harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat
antara lain:

1. Pelaksanaan pekerjaan.

2. Prestasi kerja yang dicapai.

3. Jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4. Jumlah bahan yang masuk.

5. Keadaan cuaca dan lain-lain.

c. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan


alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan
gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya,
kualitas dan keamanan pekerjaan.
30

d. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang telah


disepakati.

e. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap


kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.

f. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek


sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan
dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan yang memerlukan tambahan waktu.

g. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu


pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-
Hatta Atas Labuan Bajo, NTT yang bertindak sebagai kontraktor
pelaksana adalah PT.ANUGERAH NUANSA KASIH.

Untuk susunan organisasi proyek dapat dilihat pada gambar 3.1

STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR PELAKSANA

DIREKTUR UTAMA

W em m i Sutanto

GENERAL SUPERINTENDENT
(GS)
Muhammad Joko Rotisno, ST

MANAGER KENDALI MUTU TENAGA ADMINISTRASI


HIGHWAY ENGINEER BRIDGE ENGINEER PETUGAS K3 KONSTRUKSI DAN
(HE) (BE) (MKM ) KEUANGAN
D eddy Ivan Charles Tabun, Egilius Agun, ST Ferdinandus Jonggo, ST Ermelinda Sunarti Mawar
Sum aryono, ST ST

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

(Sumber:PT. ANUGERAH NUANSA KASIH, 2020)


31

Secara rinci tugas dan tanggung jawab kontraktor tercantum dalam struktur
organisasi proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta
Atas Labuan Bajo, NTT yaitu:
a. Direktur Utama
Tanggung jawab Direktur utama, antara lain sebagai berikut:
1. Menandatangani kontrak dan Addendum dengan pengguna jasa.
2. Mempelajari dan memahami Kontrak kerja yang akan dilaksanakan.
3. Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan
guna mendapatkan hasil yang sesuai rencana pelaksanaan pekerjaan.
4. Memantau dan mengarahkan proses pelaksanaan pekerjaan guna
mendapatkan hasil yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
5. Melakukan monitoring dan pemeliharaan serta melakukan perbaikan
bila terjadi kegagalan pelaksanaan item pekerjaan di lapangan.
6. Bertanggung Jawab atas semua pelaksanaan baik kualitas maupun
kuantitas.
b. General Superinten (GS).
Tugas dan Tanggung jawab GS:
1. Bersama dengan Direktur utama membuat rencana pelaksanaan
proyek (Construction Planning).
2. Memimpin kegiatan pelaksanaan di Lapangan dengan
mendayagunakan sumberdaya secara optimal dan memenuhi
persyaratan biaya, mutu, dan waktu.
3. Melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan pelaksanaan di
lapangan agar tercapai produk usaha yang efisien dan produktif.
4. Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dibandingkan
dengan rencana pelaksanaan di lapangan agar proyek dapat
diselesaikan untuk menjamin tercapainya laba usaha dan citra
perusahaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi proyek antara pengguna jasa, pengawas
proyek, dan Mitra usaha mempertanggung jawabkan perhitungan
rugi- laba secara metode hingga proyek selesai.
6. Melakukan koordinasi kegiatan fungsional dan pembinaan sumber
32

daya manusia.
7. Membuat laporan tentang kepegawaian, keuangan, peralatan dan
persediaan bahan proyek secara berkala.
c. Highway Engineer (HE).
Tugas dan tanggung jawab:
1. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai
rencana.
2. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan jalan.
3. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja dengan tepat.
4. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang
tersedia di dalam kontrak dan kebutuhan riil di lapangan.
5. Memebuat rencana (Schedule), mengkordinasikan dan memantau
pelaksanaan.
d. Bridge Engineer (BE)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai
rencana.
2. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pekerjaan jembatan.
3. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja dengan tepat.
4. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang
tersedia di dalam kontrak dan kebutuhan riil di lapangan.
5. Memebuat rencana (Schedule), mengkordinasikan dan memantau
pelaksanaan.
e. Manager Kendali Mutu
Tugas dan Tanggung jawab :
1. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar tepat mutu (kualitas)
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
2. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar tepat mutu (kualitas)
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
3. Mengadmisnistrasikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
33

pengujian-pengujian bahan dan hasil pekerjaan.


4. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja yang tepat.
5. Mempelajari, menganalisa dan memahami semua kegiatan Qualiti
control sesuai dengan syarat dalam spesifikasi.
6. Membuat rencana (schedule), mengkoordinasikan dan memantau
bahan yang akan diuji, peralatan dan tenaga yang diperlukan.
7. Membuat laporan hasil pengendalian mutu.
f. Petugas K3 Konstruksi
Tugas dan Tanggung Jawab :
1. Menyusun program K3 serta penerapannya dalam konstruksi.
2. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan
terkait K3 konstruksi.
3. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan.
4. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi.
5. Merencanakan dan menyusun program K3.
6. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan K3.
7. Melakukan sosialisasi penerapan dan pengawasan program, prosedur
kerja dan konstruksi K3.
8. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SKM3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi.
9. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3, jika diperlukan.
10. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat.
g. Tenaga Administrasi dan Keuangan
Tugas dan Tanggung jawab :
1. Manajemen dalam mengatur keuangan, logistik dan administrasi
umum.
2. Bertanggung jawab kepada pelaksana terhadap administrasi dan
keungan proyek.
34

3. Membuat laporan keuangan, logistik dan administrasi proyek.


4. Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan

3.1.2.5 Sub Kontraktor


Sub kontraktor adalah pihak yang ditunjuk oleh kontraktor utama dan
disetujui oleh pemberi tugas. Sub-sub kontraktor bertugas menangani sub-sub
pekerjaan tertentu yang sesuai dengan bidangnya. Dalam pelaksanaan
pekerjaannya, Sub Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada kontraktor
utama. Sub kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor utama mengenai
rencana kerja dan hasil pekerjaan sehingga kontraktor utama dapat mengatur
rencana dan metode pelaksanaan keseluruhan.

3.1.3 Jumlah Tenaga Kerja


Tenaga kerja sangat berperan penting dalam pelaksanaan suatu proyek.
Tanpa tenaga kerja suatu proyek tersebut tidak akan terlaksana. Penggunaan
tenaga kerja tergantung pada pekerjaan yang ada. Pada pekerjaan dilapangan
tersedia tenaga kerja untuk pekerjaan besi, kayu dan batu yang masing-masing
terdapat mandor, tukang dan kenek (helper). Di Indonesia standarisasi
kemampuan pekerja belum ada sehingga kemampuan pekerja dilihat dari
pengamatan presensi tenaga kerja dan opname setiap dua minggu. Dari opname
tersebut dapat diketahui volume pekerjaan yang telah dilaksanakan dan untuk
selanjutnya dapat ditentukan jumlah tenaga kerja.
3.1.3.1 Mandor
Mandor adalah orang yang memimpin dan mengatur kegiatan para tukang
atau pekerja pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
a. Mandor Struktur : Memeberi instruksi dan mengkordinasikan tukang
dalam proses pengerjaan struktur.
b. Mandor fondasi : Memeberi instruksi dan mengkordinasikan tukang
dalam proses pengerjaan fondasi.
c. Mandor Alat Berat : Memeberi instruksi dan mengkordinasikan tukang
serta operator alat berat dalam proses pengerjaan fondasi dan pekerjaan
urugan tanah.
35

3.1.3.2 Tukang
Tukang adalah orang yang bekerja dibawah kepemimpinan mandor
dengan kemampuan tertentu. Pengadaan tukang biasanya dilakukan langsung oleh
mandor, begitu juga pengaturan dan penggajian tukang. Untuk keperluan
penggajian tukang, jenis tukang digolongkan berdasarkan tingkat kemampuan dan
pengalaman yang dimilikinya:
a. Tukang Terampil adalah tukang yang mempunyai keahlian di atas rata –
rata tukang biasa, mempunyai pengalaman lebih, mampu memahami
gambar kerja dengan baik dan mampu memberi arahan kepada tukang
lainnya.
b. Tukang Kurang Terampil adalah tukang yang belum banyak mempunyai
keahlian dan masih kurang pengalaman. Tukang kurang terampil juga
belum mampu membaca gambar kerja dengan baik.
c. Kenek nadalah orang yang membantu pekerjaan tukang agar lebih mudah
dan dapat menjadi pengganti tukang sementara. Jumlah tukang yang
dibutuhkan dapat berubah – ubah sesuai dengan progress pekerjaan.

3.1.4 Rapat Kordinasi


Rapat koordinasi merupakan kegiatan yang harus di agendakan. Rapat
koordinasi membahas mengenai progress pekerjaan, metode pelaksanaan dan
langkah penyelesaian adanya masalah lain yang dapat mengganggu kelancaran
proyek. Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-
Hatta Atas Labuan Bajo, NTT, rapat koordinasi dilakukan secara rutin setiap
seminggu sekali. Pada kondisi tertentu rapat koodinasi bisa dilakukan lebih dari
satu kali dalam semingu.Hal - hal yang dibahas dalam rapat koordinasi:
a. Hal - hal yang berhubungan dengan pelaksanaan serta terdapat masalah
teknis yang timbul tak terduga dilokasi proyek.
b. Alternatif - alternatif pekerjaan dan solusi dari masalah - masalah yang
muncul baik dari segi teknis, administrasi maupun dana.
c. Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang dibuat.
d. Koordinasi masing - masing pihak yang terlibat lansung dalam
pelaksanaan.
36

e. Sebagai laporan Konsultan Pengawas untuk melakukan Controlling.


3.1.5 Pelelangan Atau Tender
Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa
dengan cara menciptakan persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa
yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
telah disepakati dan diikuti oleh pihak–pihak yang terkait secara taat azaz
sehingga terpilihnya penyedia terbaik. Proses pengadaan barang/jasa dalam
system proyek konstruksi dapat dilaksanakan dengan system pelelangan umum,
pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung dan swakelola.
Dalam PP no 29 tahun 2000, Jelas secara umum bahwa pengadaan jasa konstuksi
dibagi dalam lima (5) macam jasa perencanaan yaitu:
a. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui
media masa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum,
sehingga masyarakat maupun penyedia jasa konstruksi berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
b. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas dapat dilakukan apabila dalam hal jumlah
penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan diyakini terbatas.
Yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan
secara luas melalui media masa dan papan pengumuman resmi, dengan
mencantumkan penyedia jasa yang diyakini mampu, guna memberi
kesempatan kepada penyedia jasa lain yang memenuhi kualifikasi.
c. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia jasa yang
dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran
sekurang-kurangnya 3 penawaran dari penyedia jasa yang telah lulus
prakualifkasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta
harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum dan apabila memungkinkan melalui jalur media masa.
d. Penunjukan Langsung
37

Penunjukan langsun dapat dilakukan dalam keadaan tertentu dan kedaan


khusus terhadap 1 (satu) penyedia jasa. Pemilihan penyedia jasa dapat
dilangsungkan dengan cara melakukan negosiasi, baik secara teknis
maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis
dapat dipertanggung jawabkan.
e. Swakelola
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat
sendiri, atau upah borongan tenaga kerja. Swakelola dapat dilaksanakan
oleh pengguna jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat penerima
hibah.
Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-
Hatta Atas Labuan Bajo, NTT owner melakukan lelang, dengan jenis pelelangan
Terbatas yang di menangkan oleh PT. ANUGERAH NUANSA KASIH yang
ditetapkan juga sebagai Kontraktor utama.

3.1.6 Kontrak
3.1.6.1 Tinjauan Umum
Kontrak adalah perjanjian pemborong pekerjaan antara pihak pemilik
proyek dengan kontraktor maupun konsultan. Pemberi tugas akan memberi surat
SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) sebagai permulaan pekerjaan dilapangan
kepada kontraktor atau konsultan. Pemberian tugas ini ditegaskan dengan
pembuatan surat perjanjian/kontrak antara (pemberi tugas) dengan kontraktor
(pihak kedua) atau konsultan dan pengawas. Adapun isi surat perjanjian pelaksana
( kontrak) adalah sebagai berikut:
a. Gambar Rencana
Gambar kontrak / rencana adalah gambar dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan secara lengkap dapat memberikan informasi yang serinci
mungkin sehingga tidak terjadi keragu-raguan dalam pelaksanaan.
Gambar kontrak harus telah diperiksa dan disetujui oleh pihak konsultan
perencana.
b. Spesifikasi
38

Spesifikasi adalah uraian terperinci dari suatu pekerjaan yang


memuat secara jelas keinginan dari pemberi tugas (owner) terhadap
bangunan yang akan dilaksanakan. Spesifikasi ini memuat antara lain:
1. Uraian bagian perencanaan
2. Persyaratan bahan bangunan yang akan digunakan
3. Ukuran detail atau dimensi dari suatu bangunan
4. Peraturan-peraturan normalisasi yang gunakan
c. Syarat-Syarat Umum
Syarat-syarat umum kontrak memuat antara lain:
1. Hubungan kerja antara pihak – pihak yang terlibat dalam proyek
(pengguna jasa dan penyedia jasa).
2. Hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa.
3. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang pengguna jasa dan penyedia
jasa.
d. Risalah Penjelasan Pekerjaan
Risalah penjelasan pekerjaan atau sering disebut Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (BAPP) adalah notulen dari Rapat Penjelasan
Pekerjaan (RPP) yang diadakan oleh panitia lelang dan dihadiri oleh
peserta. Risalah penjelasan pekerjaan berisi catatan lengkap tentang
keputusan yang dihasilkan dari rapat dan ditandatangani oleh wakil dari
panitia.
e. Penawaran
Penawaran memuat harga pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor
kepada pemilik proyek dan bersifat mengikat atas dasar dokumen kontrak
lainnya (gambar rencana, spesifikasi, syarat umum kontrak dan risalah
penjelasan pekerjaan). Surat penawaran harus dilengkapi dengan daftar
harga satuan bahan dan upah, daftar analisa harga satuan, daftar rincian
anggaran biaya, dan daftar rekapitulasi.
f. Surat Perjanjian Kontrak
Surat perjanjian kontrak adalah surat persetujuan antara pihak
kontraktor kepada pemberi tugas untuk mengikatkan diri
menyelenggarakan suatu pekerjaan.
39

3.1.7 Sistem Kontrak


Kontrak jasa pemborongan adalah kegiatan menyusun kontrak paket
pekerjaan jasa pemborong yang dilakukan oleh pihak pengguna jasa dan penyedia
jasa pemborong yang telah ditunjuk pada proses pelaksanaan lelang. Sistem
kontrak yang diselenggarakan harus jelas dan independent karena sistem
pembayaran akan membedakan jenis dokumen kontrak. Pemilihan dan
penyusunan yang sesuai untuk proyek konstruksi lebih ditujukan dari karakteristik
dan kondisi proyek sendiri, hal tersebut erat kaitannya dengan antisipasi dan
penanggulangan resiko yang ada pada proyek. Secara umum jenis kontrak
dibedakan tiga jenis yaitu kontrak harga satuan, kontrak biaya plus jasa dan
kontrak menyeluruh (lump sump).
a. Kontrak Harga Satuan
Kontrak harga satuan (unit price contract) adalah penilaian harga
setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai.
Pemberi tugas dan konsultan perencana telah menghitung jumlah unit
yang terdapat pada setiap elemen pekerjaan. Besarnya biaya harus
diperhitungkan secara matang termasuk biaya overhead, keuntungan,
biaya-biaya yang tidak terduga serta biaya penanggulangan resiko.
Dalam kontrak harga satuan, pembayaran akan dilakukan kepada
kontraktor yang besarnya sesuai kuantitas terpasang menurut hasil
pengukuran. Maka pemilik atau pemberi tugas harus memeriksa sendiri
hasil pengukuran yang dilakukan kontraktor. Kelemahan kontrak ini
adalah pemberi tugas/pemilik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya
aktual dari proyek dimulai sampai selesai.
b. Kontrak Biaya Plus Jasa
kontrak biaya plus jasa (cost plus fee contract), kontraktor akan
menerima sejumlah pembayaran atas pengeluaran ditambah sejumlah
biaya untuk overhead, serta keuntungan biasanya didasarkan atas
presentase biaya yang telah dikeluarkan. Kontrak jenis ini umumnya
digunakan jika biaya aktual dari proyek belum bisa diestimasi secara
akurat, karena perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat
40

digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu


singkat, sementara rencana dan spesifikasi belum dapat diselesaikan.
Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui
biaya aktual proyek yang akan dilaksanakan.
c. Kontrak Biaya Menyeluruh
Kontrak biaya menyeluruh (lump sump) digunakan pada kondisi
kontraktor akan membangun sebuah proyek sesuai perencanaan yang
ditetapkan pada suatu biaya tertentu. Jika terjadi perubahan baik desain,
jenis material dan segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya
perubahan biaya, maka dapat dilakukan negosiasi atau rapat antara
pemberi tugas dan kontraktor diawasi konsultan perencana/pengawas
untuk menetapkan pembayaran yang akan diberikan kontraktor terhadap
perubahan pekerjaan tersebut. Persyaratan utama pada kontrak ini adalah
perencanaan harus benar – benar telah selesai sehingga kontraktor dapat
melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Jika anggaran yang dimiliki
pemberi tugas terbatas, maka jenis kontrak ini sangat direkomendasikan
karena memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.
Pada proyek pekerjaan fisik gedung kuliah Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi Surakarta berdasarkan kesepakatan kontrak
yang telah ditanda tangani antara pemberi tugas dan kontraktor adalah
menggunakan sistem kontrak harga satuan yang pembayarannya secara
bertahap berdasarkan item pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
kontraktor utama sebagai pemborong atau termin progress.

3.2 ADMINISTRASI PROYEK

3.2.1 Tinjauan Umum


Administrasi proyek adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan atau kemajuan. Administrasi
proyek merupakan hal yang penting karena keberadaannya sangat diperlukan
dalam suatu proyek. Kegiatan administrasi proyek adalah sebagai berikut:
a. Mengurus serta menyelesaikan segala jenis kegiatan yang bersifat
administratif, keuangan dan hal-hal yang bersifat umum.
41

b. Menyiapkan berita acara lapangan dan penyusunan dokumentasi serta


laporan berkala untuk komunikasi ataupun arsip yang berhubungan
dengan proyek.
3.2.2 Laporan Kerja
Laporan kerja adalah suatu penyampaian informasi tertulis kepada
pimpinan yang mencakup perkembangan pekerjaan serta memuat uraian
penyampaian pelaksanaan dilapangan dan perkembangan baru yang timbul di
lapangan. Fungsi laporan kerja adalah sebagai berikut:
a. Laporan kerja disampaikan kepada pimpinan merupakan tanggung jawab
yang harus disampaikan oleh bagian administrasi.
b. Laporan kerja merupakan salah satu sumber informasi yang dilaporkan
oleh seorang pemimpin.
c. Sebagai alat untuk pengawasan serta dasar untuk mengambil tindakan.
3.2.3.1 Laporan Harian
Laporan harian proyek merupakan laporan per hari mengenai pekerjaan
yang sedang dilaksanakan. Dari semua laporan harian proyek selama 6 hari, maka
dapat dibuat rekap selama satu minggu kerja dalam bentuk laporan mingguan.
Laporan harian diperlukan untuk memperoleh gambaran secara singkat kegiatan
harian pelaksanaan di lapangan. Laporan harian dibuat oleh kontraktor dan
disetujui konsultan pengawas setelah itu diajukan kepada pihak pemberi tugas.
Laporan ini juga berguna untuk rekapitulasi pekerjaan apa saja yang telah
dikerjakan atau masih dalam proses. Laporan harian berisikan antara lain:
a. Waktu dan jam kerja.
b. Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari yang bersangkutan
c. Keadaan cuaca.
d. Bahan – bahan yang masuk ke lapangan.
e. Peralatan yang tersedia ataupun yang kurang dilapangan.
f. Jumlah tenaga kerja di lapangan.
g. Hal – hal yang berkaitan dilapangan pada hari yang bersangkutan.
3.2.2.2 Laporan Mingguan
Laporan mingguan proyek merupakan sebuah pertanggung jawaban dalam
bentuk tertulis mengenai kegiatan yang sudah dijalankan selama satu minggu
42

untuk kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, laporan mingguan ini dibuat
oleh kontraktor atau konsultan pengawas untuk diberikan kepada owner atau
pemilik proyek. Dengan adanya laporan ini maka proses pelaksanaan pekerjaan
dapat diarsipkan. Laporan mingguan tidak dapat dipisahkan dengan time schedule
pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh pihak kontraktor dengan
persetujuan pimpinan proyek. Laporan mingguan proyek kontraktor berisi
berbagai data pekerjaan antara lain:
a. Nomor laporan mingguan.
b. Nama kontraktor dan nama konsultan.
c. Judul laporan.
d. Nama proyek yang dibuat laporan.
e. Periode tanggal dan waktu laporan.
f. Jumlah tenaga kerja dan keahlian masing-masing tenaga kerja selama
satu minggu bekerja di proyek, dapat dibuat dalam bentuk tabel untuk
mengisi jumlah absen harian.
g. Pekerjaan yang dilaksanakan dibuat sejelas mungkin mengenai lokasi
pekerjaan, nama pekerjaan dan besarnya volume progres yang sudah
diselesaikan selama satu minggu penuh.
h. Bahan atau material yang telah digunakan.
i. Alat kerja yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan.
j. Laporan curah hujan atau cuaca selama proses pelaksanaan proyek
berlangsung satu minggu , laporan ini dapat digunakan kontraktor
sebagai alasan keterlambatan kerja untuk menghindari denda
keterlambatan pekerjaan dikemudian hari.
k. Formulir persetujuan konsultan pengawas atau manajemen konstruksi.
l. Formulir pengajuan kontraktor atau yang membuat laporan mingguan
proyek.
m. lampiran -lampiran foto pelaksanaan proyek maupun hasil akhir kegiatan.
3.2.2,3 Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan rangkuman laporan mingguan dalam periode
satu bulan, yaitu berisi kumpulan dari laporan harian dan mingguan yang dijilid
dalam satu periode bulanan yang bersangkutan. Pada umumnya laporan bulanan
43

dibuat berdasarkan rekaitulasi hasil dari laporan mingguan maupun harian


dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang
bersangkutan. Isi laporan bulanan antara lain:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik.
b. Kendala-kendala yang dihadapi.
c. Pembahasan dan usulan yang diajukan.
3.2.2.4 Laporan Akhir
Laporan akhir berisi tentang rekapitulasi hasil laporan seluruh kegiatan
proyek dari awal hingga akhir yang dirangkum dalam sebuah laporan. Pada saat
melakukan kerja praktek (KP) di proyek pekerjaan fisik gedung kuliah Fakultas
Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta, laporan akhir belum selesai.

3.2.3 Rencana Kerja (Time Schedule)

Rencana kerja merupakan pembagian waktu secara terperinci yang


disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan dari suatu proyek
pembangunan dalam jumlah waktu yang sudah direncanakan. Penyusunan
rencana kerja ini disesuaikan dengan metode konstruksi yang akan digunakan.
Pihak pengelola proyek melakukan kegiatan pendataan lokasi proyek guna
mendapatkan informasi detail untuk keperluan penyusunan rencana kerja.
Pertimbangan yang digunakan sebagai penyusunan rencana kerja antara lain:

a. Keadaan lapangan lokasi proyek

b. Kemampuan tenaga kerja.

c. Pengadaan material konstruksi.

d. Pengadaan alat pembangunan.

e. Gambar kerja.

f. Metode pelaksanaan pekerjaan.

Fungsi dari rencana kerja yaitu:

a. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan proyek.

b. Sebagai pedoman kerja pelaksanaan..

c. Sebagai penilaian progress pekerjaan.


44

d. Sebagai evaluasi pekerjaan.

Rencana kerja yang dibuat untuk pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan


dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT yaitu proses
perencanaan kerja dan pelaksanaan dilakukan secara bersama dikarenakan pihak
pemberi tugas menghendaki adanya percepatan proyek, dalam artian proyek
tersebut diharapkan mampu diselesaikan lebih cepat daripada perencanaan awal.

3.2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman sesuai bidangnya masing –


masing sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan. Pada proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo,
NTT khususnya pada kontraktor terdapat dua golongan tenaga kerja yaitu staf dan
pelaksana.

3.2.4.1 Tenaga Kerja Ahli Struktur Gedung Bertingkat (Staf)

Tenaga ahli merupakan tenaga kerja yang mempunyai pendidikan minimal


sarjana pada bidangnya atau berpengalaman dalam bidang struktur, manajemen
dan arsitektural serta telah memiliki SKA (Surat Keterangan Ahli). Berikut
merupakan tugas tenaga ahli yaitu:
a. Mengkoordinasi serta mengawasi pelaksanaan kegiatan konstruksi
dilapangan.
b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan dan biaya pekerjaan.
c. Mengevaluasi hasil pekerjaan dilapangan.
d. Membuat laporan harian progress dilapangan.
e. Merevisi gambar kerja serta memberikan pengarahan kepada drafter agar
membuat ulang gambar yang kurang benar.
f. Mengontrol pelaksanaan pekerjaan.
g. Memberikan pengarahan kepada pihak sub kontraktor dalam penempatan
alat dan material.
h. Mengawasi jalannya tenaga kerja dilapangan, jika memungkinkan pihak
staf berhak mengganti tukang atau mandor bila dirasa pekerjaannya
lambat.
3.2.4.2 Tenaga Kerja Pelaksanaan
45

Tenaga kerja pelaksanaan bertugas melakukan tiap bagian pekerjaan


pembangunan seperti melakukan pembersihan di lingkungan pekerjaan, merakit
tulangan, membuat bekisting, melakukan pengecoran, melakukan uji material, dan
lain – lain. Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-
Hatta Atas Labuan Bajo, NTT yang berperan sebagai tenaga pelaksana yaitu
tenaga besi, tenaga kayu/bekisting, tenaga batu/cor, dan tenaga cleaning area.
Masing-masing tenaga kerja pelaksana terdapat mandor, tukang dan kenek.
3.2.5 Waktu dan Upah Kerja
Pekerjaan yang dilakukan dinilai berhasil apabila telah selesai sesuai
tujuan yang diharapkan (time schedule). Setiap pekerjaan diharuskan disiplin dari
semua unsur proyek agar efisiensi kerja dan waktu dapat tercapai. Tenaga kerja
mendapat haknya untuk menerima upah hasil pekerjaan sesuai kontrak kerja yang
sebelumnya telah ditanda tangani, besarnya gaji harus sesuai dan dibayarkan tepat
waktu.
3.2.5.1 Waktu Kerja
Waktu kerja pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan
Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT dibagi menjadi dua yaitu:
a. Jam Kerja Normal
Jumlah waktu kerja dalam 1 minggu adalah 6 hari, jumlah waktu
kerja 1 hari adalah 8 jam dan 1 jam istirahat. Kelebihan jam kerja
tersebut dianggap lembur. Rincian jam kerja normal yaitu:
1. Pukul 08.00 – 12.00 WIB adalah jam bekerja.
2. Pukul 12.00 – 13.00 WIB adalah jam istirahat.
3. Pukul 13.00 – 17.30 WIB adalah jam bekerja.
4. Pukul 17.30 – 08.00 WIB adalah jam istirahat.
b. Jam Kerja Lembur
Jam kerja lembur dihitung apabila pekerjaan dilakukan melebihi
jam kerja normal dan dilakukan jika ada pekerjaan yang menuntut harus
segera diselesaikan agar target bagian pekerjaan tersebut tercapai, tidak
terjadi deviasi atau keterlambatan terlalu banyak. Apabila tenaga kerja
bekerja dari jam 08.00 sampai 22.00 maka upah pekerjaan dihitung dua
hari. Akan tetapi pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar
46

Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT tidak ada jam kerja lembur
dikarenakan proyek berada ditengah-tengah perkampungan dan tidak
diizinkan oleh warga setempat untuk melakukan kerja lembur
dikarenakan mengganggu jam istirahat warga setempat.

3.2.5.2 Upah Kerja


Upah kerja adalah gaji yang diberikan sebagai pembalas jasa atau ongkos
tenaga kerja yang sudah dikeluarkan. Pembayaran upah tenaga kerja proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo,
NTT adalah sebagai berikut:
a. Tenaga kerja ahli/staf (tenaga kerja yang ada di kontraktor), pembayaran
upah dilakukan setiap awal bulan (sesuai dengan kontrak perjanjian
kerja).
b. Tenaga kerja honorer (tenaga kerja lapangan yang ada di kontraktor yaitu
mandor, tukang, dan pembantu tukang). Pembayaran upah dilakukan
setiap seminggu sekali pada akhir pekan.
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT rincian pembayaran upah tenaga kerja tidak diperlihatkan
untuk umum.
47

BAB 4
BAHAN DAN ALAT

4.1 BAHAN
Bahan pada pekerjaan di proyek adalah material yang digunakan selama
proses membangun konstruksi. Bahan – bahan bangunan yang digunakan untuk
pembangunan konstruksi harus memenuhi standar yang ditentukan di dalam RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-syarat), supaya hasil akhir pekerjaan memiliki mutu
yang baik. Berikut ini adalah bahan – bahan yang digunakan dalam proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo,
NTT.
4.1.1 Semen
Semen portland digunakan untuk pekerjaan konstruksi, yaitu bahan
campuran beton, pasangan bekisting permanen pada tie beam, plesteran talud
galian, dan pekerjaan lantai kerja. Semen portland yang digunakan pada proyek
gedung ini adalah jenis II menurut NI-8 atau type-1 menurut ASTM dan
memenuhi S.400 menurut standard Portland Cement yang digariskan oleh
Assosiasi Cement Indonesia (Semen Gresik atau setara). Merk yang dipilih tidak
dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Pengawas. Semen dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
48

Gambar 4.1 Semen


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.1.2 Agregat Halus (Pasir)


Merupakan material berupa butiran-butiran mineral yang berfungsi
sebagai pengisi celah antara agregat kasar dan tulangan. Persyaratan agregat halus
secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:
a. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka atau Saturated Surface
Dry (SSD).
b. Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam, kuat dan bersudut.
c. Bebas dari bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan pada bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung
garam.
d. Mempunyai variasi besar butir atau gradasi yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,5-3,80.
Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT, pasir yang digunakan adalah pasir lokal dari muntilan,
magelang. Pasir dapat dilihat pada gambar dibawah ini
49

Gambar 4.2 Pasir


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.1.3 Agregat Kasar (Kerikil)


Kerikil split adalah agregat kasar dengan besar butir lebih dari 3 cm. Split
yang digunakan terdiri dari butiran-butirang yang keras dan tidak berpori. Besar
butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya seperti halnya
dengan semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai campuran beton
mempunyai kualitas yang baik. Agregat kasar juga harus disimpan ditempat yang
terpisah. Ukuran agregat ditentukan ukuran 1 x 2 cm. Agregat kasar dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3 Agregat Kasar


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.1.4 Air
Air merupakan bahan campuran yang digunakan untuk mencampur
adukan semen, pasir, kerikil sehingga dapat menjadi adukan beton, air berfungsi
untuk mengatur adukan agar tidak cepat kering sampai sebelum digunakan atau
50

dituangkan pada cetakan yang telah direncanakan. Dalam adukan beton, air
berpengaruh pada keadaan sebagai berikut:
a. Pembentukan pasta semen, yang berpengaruh pada sifat adukan beton
yang dapat dikerjakan, kekuatan susut, dan keawetan beton.
b. Kelangsungan reaksi dengan semen sehingga dihasilkan kekerasan dan
kekuatan selang beberapa waktu.
c. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang
sempurna.
d. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan
lain yang dapat merusak beton (PBBI, 1971, hal 28). Apabila dipandang
perlu, perencana dapat minta kepada kontraktor supaya air yang dipakai
diperiksa di laboratorium dan diawasi oleh pihak pengawas.
4.1.5 Baja Tulangan
51

Baja yang digunakan sebagai tulangan di dalam proyek ini harus


memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SNI-03-2847-2002.
Kualitas baja yang digunakan harus diperhatikan agar tegangannya sesuai dengan
tegangan yang dibutuhkan dan bersih dari kotoran-kotoran serta karat. Baja
tulangan tidak boleh diluruskan/dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat
merusak bahan. Pelaksanaan pembengkokkan baja tulangan harus dalam keadaan
dingin. Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar

konstruksi. Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan Ukuran


masing-masing. Besi penulangan bertekstur (deformed bars) harus sesuai dengan
persyaratan dalam Baja Tulangan Beton. Semua dipergunakan BJTD 40 (Baja
Tulangan Beton Sirip/Deform), atau fy = 400 Mpa serta fy = 300 Mpa BJTP 30
untuk tulangan praktis. Baja dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4 Baja Tulangan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
4.1.6 Multiplex
Multiplex digunakan untuk bekisting semua bagian dari struktur yaitu
shear wall, kolom, balok, tangga dan pelat lantai. Sebelum pengecoran, bahan
cetakan harus licin, bebas dari celah kotoran, dan multiplek ini dilapisi dengan
minyak begesting dengan tujuan agar pada saat proses pelepasan cetakan dari
beton yang telah mengeras tidak mengalami kesulitan dan didapat permukaan
beton yang halus dan rapi. Penggunaan multiplek lebih ekonomis karena dapat
digunakan lebih dari satu kali jika masih dapat dikencangkan dengan baik, masih
kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton yang dicetak, dan
dianggap layak oleh pengawas. Pada proyek gedung ini, multiplex yang
52

digunakan adalah multiplex dengan rangka kayu meranti (setara) + steiger dari
besi.

Gambar 4.5 Multiplex


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.1.6 Beton Decking


Merupakan bahan yang digunakan untuk mencegah besi tulangan
mengenai begisting sehingga bagian besi tulangan dapat diselimuti oleh beton cair
pada saat pelaksanaan pengecoran. Beton decking terbuat dari adukan beton
dengan dicetak dengan bentuk tabung dengan diameter ±5-7cm dan ketebalan
disesuaikan dengan tebal selimut beton perencanaan dan diisikan kawat bendrat
pada bagian tengah. Penggunaan beton decking di lapangan dilakukan dengan
cara mengikatkan kawat yang terdapat pada tengah beton decking pada besi
tulangan agar tidak mudah bergeser dan tetap pada titik yang dibutuhkan.

Gambar 4.6 Beton Decking


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.1.7 Ready Mix


53

Proyek besar seperti Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan


Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT ini, harus menggunakan jenis beton yang
siap pakai atau disebut dengan ready mix. Beton ready mix adalah beton yang
diolah dalam batching plant dalam jumlah besar sesuai dengan pesanan, baik
jumlah, karakteristik, maupun kekentalannya, yang kemudian diantar ke lokasi
dengan menggunakan mobil mixer truck.
Penggunaan beton ready mix untuk mempersingkat waktu, baik dari segi
pembuatan maupun dari segi proses pengeringan beton dibandingkan dengan
pembuatan dengan proses konvensional (manual) yang memerlukan waktu lama
pada proses pembuatan serta membutuhkan tenaga kerja yang tidak
sedikitsehingga mempengaruhi biaya. Beton ready mix digunakan untuk struktur
utama seperti kolom, balok, plat lantai, dan struktur utama lainnya. Struktur-
struktur tersebut memerlukan beton dengan kekuatan tertentu dan proses
pengecoran harus dilakukan dengan simultan. Ready Mix dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 4.7 Ready Mix


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.2 ALAT KERJA


Merupakan benda atau perkakas yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan manusia, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu pengerjaan.
Adapun alat–alat kerja yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan kolom dan
balok pada Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT antara lain:
54

4.2.1 Concrete Pump Mobile


Merupakan alat yang digunakan untuk memompa adukan beton dari truk
mixer kabagian yang akan dicor. Cara kerja concrete pump adalah yang pertama
adukan dari truck mixer dituangkan ke bucket yang ada di concrete pump secara
berkala. Lalu, adukan yang ada di bucket kemudian dipompa keatas melalui pipa
yang ada pada concrete pump dan dituang kebagian yang dicor.

Gambar 4.8 Concrete Pump Mobile


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
4.2.2 Concrete Mixer Truck
Merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete mixer dengan
kapasitas 0,35 M3 – 0,6 M3. Truk ini mengangkut beton siap pakai (ready mix)
dari tempat pencampuran beton (batching plan) sampai ke lokasi pengecoran.
Selama pengangkutan, truk terus berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8-
12 putaran per menit agar adukan beton tersebut terus homogen dan tidak
mengeras.

Gambar 4.9 Concrete Mixer Truck


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.2.3 Concrete Vibrator


55

Untuk mendapatkan kemampatan beton yang baik dan mencegah


timbulnya rongga-rongga dalam adukan beton karena gradasi agregat kurang baik,
khususnya pada tempat-tempat yang tulangannya rapat sehingga kerikil sulit
untuk menempati ruang di sela-sela tulangan maka diatasi dengan menggunakan
concrete vibrator. Pada proyek pembangunan gedung ini menggunakan concrete
vibrator dari Mikasa

Gambar 4.10. Concrete Vibrator


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.2.4 Scaffoldin
Alat ini berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan bekisting balok dan
plat lantai basement. Scalffolding terdiri dari beberapa bagian, antara lain: main
frame, cross brace, joint pin, U head, support dan jack base. Cara operasionalnnya
adalah dengan menggabungkan tiap bagian di atas, sehingga menjadi suatu
konstruksi scaffolding. Scaffolding dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 4.11 Scaffolding


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.2.5 Bar Cutter


56

Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk


keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap
tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu
gunting tulangan. Pada proyek Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan
Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT ini menggunakan bar cutter dari
Dynamic DC 40 dan DBC-45. Bar cutter dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.12 Bar cutter


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.2.5 Bar Bender

Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan


sehingga bengkok dan membentuk berbagai macam sudut disesuaikan dengan
kebutuhan untuk keperluan membuat tulangan geser balok, tumpuan balok, kaki
ayam pelat lantai. Bar bender yang digunakan pada Peningkatan Jalan dan
Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT adalah Bar
bender berkapasitas 40 dan 45 mm dengan merk dan tipe Dynamic DB 40 dan
DBB-45.
57

Gambar 4.13 Bar bender


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)

4.2.6 Waterpass

Alat ini bisa disebut juga dengan pesawat penyipat datar yang merupakan
alat ukur optik yang digunakan untuk pengukuran beda tinggi suatu pekerjaan.
Pekerjaan ini dapat pula diaplikasikan pada pekerjaan konstruksi alat pengukur
beda tinggi yang memiliki nilai yang tinggi. Alat yang bisa dipakai pada
pekerjaan pengukuran beda tinggi adalah air pas, selang ukur dan pesawat
penyipat datar. Alat penyipat datar dipakai untuk pekerjaan sampingan tinggi
harus memiliki akurasi yang disyaratkan tertentu alat itu harus akurat sehingga
bisa menghasilkan pengukuran yang tepat. Pemakaian alat ini juga harus
mengetahui bagaimana cara mengamati benang atas, benang bawah, benang
tengah pada pembacaan rambu

Gambar 4.14 Waterpass


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
58

BAB 5
PELAKSANAAN PROYEK

5.1 PELAKSANAAN PROYEK


Merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek. Oleh
karena itu diperlukan persiapan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang
profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik. Tujuan dari tahap
pelaksanaan adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek
yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu
yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang disyaratkan. Pelaksanaan yang
akan diuraikan pada bab ini adalah pekerjaan kolom dan balok.

5.1.1 PEKERJAAN KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
yang memikul beban dari balok kemudian meneruskannya ke pondasi. Pekerjaan
kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain: penentuan as kolom, pembuatan
bekisting kolom, pemasangan bekisting kolom, pembuatan tulangan kolom,
59

pengecoran kolom, dan pembongkaran bekisting kolom. Metode pelaksanaan


pekerjaan kolom adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan Pembesian
1. Pekerjaan Pemotongan Besi
Pemotongan besi berdasarkan kebutuhan dan juga mengikuti AS
shop drawing. Untuk pemotongan besi menggunakan alat pemotong
besi makita. Pemotongan besi dilakukan di lokasi pekerjaan.
2. Pembengkokan dan pembuatan sengkang spiral kolom
Pembengkokan besi dilakukan secara dingin. Pembentukan
sengkang spiral untuk kolom menggunakan alat fabrikasi dari roda
mobil menyesuaikan dengan diameter tulangan.

Gambar 5.1 Pembentukan Sengkang Spiral


(Dokumentasi Pribadi, 2020)
3. Pemasangan Pembesian Kolom
Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan cara menyambung
tulangan utama kolom pada tulangan overstek pondasi bor dan diikat
menggunakan kawat. Tulangan sengkang dipasang saat setelah
pemasangan tulangan utama dengan dimensi besi BjTS 16D16.
Untuk pembesian tulangan utama pada kolom ketinggiannya
menyesuaikan dengan elevasi jalan yang sudah di level dan diberi
tanda menggunakan benang. Tulangan sengkang dipasang saat
setelah pemasangan besi tulangan utama selesai, besi tulangan
sengkang dipasang membentuk heliks. Besi yang digunakan untuk
tulangan sengkang adalah BjTS 10- 150 mm.
60

Gam bar
5.2
Detail dan

Pemasangan Tulangan Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2020)
b. Pekerjaan Acuan atau Bekisting Kolom
1. Pabrikasi Bekisting
Pabrikasi/pembuatan bekisting dilakukan di lokasi proyek
menyesuaikan dengan ketersedian bahan dan alat yang ada di lokasi
proyek. Bekisting kolom menggunakan bahan kayu dengan tipe kayu
kelas II dolken dengan ukuran 5/7 cm untuk usuk, papan 2/20 cm
dan multipleks 9 mm. Bekisting pada bagian dalam bekisting dilapisi
dengan plat seng 0, 55 mm. untuk bekisting kolom

Gambar 5.3 Pembuatan Bekisting di Lokasi


(Dokumentasi Pribadi, 2020)
2. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting, sebelum pemasangan bekisting, bersamaan
dengan pekerjaan fabrikasi bekisting dibuatkan lantai kerja terlebih
dahulu dengan ketebalan 5 cm, agar pada saat didirikan bekisting
dalam keadaan rata. Sebelum dipasang terlebih dahulu dipasang
beton decking. Pemasangan bekisting dipastikan rapat dan tanpa
61

rongga atau tanpa celah pada persambungan. Sebelum dipasang


bekisting di oleskan dengan solar terlebih dahulu. Pengikatan kedua
sisi bekisting menggunakan sabuk pengikat yang terbuat dari pelat
baja dengan baut sebagai kuncian.
Untuk item pekerjaan di ketinggian diatas 150 cm harus dipasang
tiang Perancah/scaffolding terlebih dahulu untuk keamanan dalam
pekerjaan pada ketinggian tertentu. Setelah dipasang bekisting
dipasang balok penunjang dengan balok 8/12 cm

Gambar 5.4 Pemasangan Bekisting


(Dokumentasi Pribadi, 2020)

3. Pembongkaran Bekisting
Pekerjaan Pembongkaran bekisting dilaksanakan setelah 24 jam
pengecoran. Bekisting yang sudah digunakan akan dipakai kembali
dan harus dibersihkan terlebih dahulu dan dioles dengan solar pada
saat sebelum pemasangan kembali.
62

Ga mbar
5.5

Pembongkaran Bekisting
(Dokumentasi Pribadi, 2020)

c. Pengecoran Beton f‟c 30 MPa untuk Kolom


1. Persiapan Pengecoran
a) Pengecoran Manual
Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu disiapkan alat
pendukung pengecoran seperti, pembuatan talang dari bahan
kayu dan pelat seng, tremi (peredam), concrete vibrator
(pemadat beton), bahan tambahan (penyambung beton lama dan
beton baru) dan juga memastikan tulang dan bekisting dalam
keadaan yang aman.
b) Pengecoran menggunakan Concrete Pump
Untuk persiapan pekerjaan pengecoran menggunakan
concrete pump lebih singkat dan tidak membutuhkan waktu
yang lama. Alat concrete pump harus sudah di lokasi 1 jam
sebelum pengecoran, hal ini dikarenakan persiapan penggunaan
dan letak atau posisi dari alat concrete pump (jalan satu arah dan
sebagian jalan digunakan untuk rambu pekerjaan).

2. Pengecoran Beton
a) Pengecoran Manual menggunakan alat bantu talang (sebelum
ada concrete pump).
63

Pelaksanaan pekerjaan pengecoran secara manual atau


menggunakan alat bantu talang berlangsung selama selama 14
hari pengecoran. Pelaksanaan pekerjaan pengecoran secara
manual ini dikarenakan keterbatasan alat penunjang seperti alat
concrete pump. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan apabila
sudah disetujui oleh pengawas pekerjaan . Pada saat pengecoran
penggunaan vibrator dan tremi perlu diperhatikan karena
berpengaruh terhadap kualitas beton yang akan dihasilkan.
Persiapan pengecoran secara manual menggunakan waktu yang
lebih lama. Untuk pengecoran secara manual menggunakan
tenaga kerja sebanyak 6-8 orang untuk satu tiang kolom.
Pengecoran secara manual beton mengalir pada jarak yang lebih
dari 1 m, sehingga banyak beton yang terbuang keluar dari
talang aliran beton. Pengecoran secara manual juga
menggunakan tremi yang terbuat dari plat seng dan kayu.

Gambar 5.6 Pengecoran secara Manual


(Dokumentasi Pribadi, 2020)

b) Pengecoran Menggunakan Concrete Pump


Pengecoran dengan concrete pump tidak menggunakan tremi
karena pipa dapat dijangkau ke dalam bekisting sehingga titik
jatuhnya beton tidak jauh. Penggunaan vibrator pada saat
pengecoran masih tetap diperhatikan. Penggunaan concrete
64

pump tentu saja lebih efisien baik dari segi pelaksanaan dan juga
tenaga yang dibutuhkan.

Gambar 5.7 Pengecoran dengan Concrete Pump

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

d. Pemadatan
Pada pelaksanaan di Lapangan pemadatan menggunakan concrete
vibrator. Penggunaan vibrator tidak digunakan dengan maksimal. Proses
pemadatan dilakukan saat proses pengecoran, alat penggetar dimasukan
kedalam bekisting pada saat pengecoran. Pemadat harus digerakan
dengan perlahan dan kecepatan tertentu agar tidak merusak ikatan pada

tulangan.

Gambar 5.8 Pemadatan Beton


(Dokumentasi Pribadi, 2020)

e. Perawatan
65

Perawatan beton dilakukan apabila bekisting atau acuan sudah


dilepaskan. Perawatan yang dilakukan berupa perwatan
basah/penyiraman cairan dan juga (curing membran) untuk permukaan
beton yang tidak rata.
Perawatan basah, perawatan basah dilakukan saat setelah pembongkaran
bekisting yaitu dengan penyiraman beton dengan air bersih untuk
mengurangi pengikatan terlalu dini akibat suhu yang tinggi. Perawatan
dengan penyiraman ini dilakukan secara rutin selama 1 minggu setelah

pengecoran menggunakan water tank truck.


Gambar 5.10 Air Bersih untuk menyiram Beton
(Dokumentasi Pribadi, 2020)

5.1.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK


Balok adalah bagian struktur sebuah bangunan yang dirancang untuk
menerima dan mentranfer beban menuju elemen-elemen kolom. Selain itu kolom
juga berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom, apabila terjadi pergerakan kolom-
kolom tersebut tetap bersatu mempertahankan bentuk dan posisinya. Metode
pelaksanaan pekerjaan balok adalah sebagai berikut.
a. Pembengkokan Besi Balok
Pelaksanaan pembengkokan besi balok menggunakan alat bantu
sederhana yang terbuat dari meja balok kayu dengan ditancapkan besi
sebagai tahanan untuk pembengkokan. Pembengkokan sengkang balok
menyesuaikan dengan gambar kerja.
66

Gambar 5.10 Pembengkokan Besi Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2020)

b. Pemasangan Bekisting Balok


Bekisting yang terbuat dari kayu kelas II/dolken diperkuat dengan usuk
5/7 dan papan 2/20 cm atau multiplak 9 mm. Pembuatan bekisting kolom
langsung dipasang di atas timbunan tanah setelah pekerjaan kolom dan
dinding penahan tanah. Bekisting dibuat menyesuaikan dengan area
balok dan pelat sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan bekisiting
balok juga memperhitungkan ketinggian scaffolding pada balok bagian
luar untuk keamanan pekerjaan dan kekuatan bekisting.

Gambar 5.11 Pemasanga Bekisting


Balok (Dokumentasi Pelaksana, 2020)

c. Pemasangan Tulangan Balok


Tulangan utama dan sengkang balok dipasang diatas bekisting, tulangan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak berubah kedudukannya.
Bagian tulangan/sengkang yang berimpit dengan bidang permukaan
bekisting tidak boleh menempel, untuk itu diberi ganjal beton dengan
tebal 50 mm berdasarkan selimut beton rencana. Berikut beberapa contoh
detail penulangan balok dapat dilihat pada gambar 5.12.
67

Gambar 5.12 Detail Tulangan Balok


(Dokumentasi Pelaksana, 2020)
d. Pengecoran Balok

Pelaksanaan pekerjaan pengecoran balok menggunakan Concrete Pump.


Pengecoran dilakukan secara monolit dengan pelat lantai. Karena dicor
monolit dengan pelat lantai proses pengecoran dilakukan hingga
mencapai ketebalan sesuai dengan gambar rencana. Pengecoran diratakan
menggunakan alat bantu yang terbuat dari kayu.

Gambar 5.13 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


(Dokumentasi Pelaksana, 2020)

e. Pemadatan
pemadatan dilakukan bersamaan pada proses pengecoran
menggunakan concrete vibrator. Penggunaan concrete
vibrator dilakukan sedemikian rupa sehingga semua bagian
terisi dengan beton dengan cara bagian ujung dimasukan di
sela-sela besi balok dan pelat lantai.

Gambar 5.14 Pemadatan Balok dan Pelat Lantai


68

(Dokumentasi Pelaksana, 2020)


69

f. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah 7 hari setelah proses
pengecoran.
g. Perawatan
Perawatan balok untuk menjaga kualitas mutu beton yang diinginkan
yaitu dengan cara disiram selama 1 kali pada siang hari dan ditutup
dengan karung goni, untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.

Gambar 5.15 Perawatan Beton


(Dokumentasi Pelaksana, 2020)

5.2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH PROYEK


Dalam setiap pekerjaan proyek kontruksi terkadang tidak selalu berjalan
lancar seperti yang diharapkan, pasti akan terjadi berbagai macam masalah
maupun kendala baik teknis maupun non-teknis. Masalah bisa terjadi kapan saja
misalnya pada saat pra-konstruksi bisa berupa masalah pada saat proses tender,
perizinan dan pembebasan lahan, pada saat pelaksanaan konstruksi bisa berupa
kendala teknis pada peralatan, tenaga kerja dan keterlambatan pekerjaan, dan
masalah pada pasca konstruksi bisa berupa kerusakan bangunan dan perawatan
yang kurang diperhatikan. Permasalahan yang muncul harus segera diselesaikan
dengan solusi apapun agar meminimalkan kerugian dan dampak negatif sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.

5.2.1 Masalah yang dihadapi pada Proyek

Dalam sebuah proyek konstruksi pasti mengaharapkan seluruh


pelaksanannya berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi
penghambat atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek konstruksi untuk
70

pihak kontraktor pelaksana sangatlah beragam. Permasalahan tersebut bisa


kondisi alam, pelaksanaan teknis, jumlah tenaga, keterlambatan pekerjaan dan
lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus sesegera mungkin diatasi agar
pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai rencana. Berikut ini adalah
beberapa permasalahan dan pemecahannya yang terjadi dalam proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan
Bajo, NTT yang dilakukan oleh PT. ANUGERAH NUANSA KASIH sebagai
kontraktor pelaksana:

a. Permasahan Teknis
Permasalahan teknis yang terjadi selama kerja praktek di proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT adalah
1. Terjadi perubahan pada DED yang menyebabkan addendum
sehingga membuat kemunduran pada time schedule atau waktu
pelaksanaan.
2. Keterlambatan pada persiapan alat Bor Pile sehingga membuat
kemunduran pada time schedule atau waktu pelaksanaan.
3. Terjadi keretakan (retak rambut) pada dinding penahan tanah pada
saat pengurugaan tanah disebabkan karena dinging penahan tanah
yang terlalu tipis dan pengurugan tanah pada saat beton belum cukup
umur untuk menahan beban yang direncanakan.
b. Permasalahan Non Teknis
Permasalahan non teknis yang terjadi selama kerja praktek di proyek
Peningkatan Jalan dan Penataan Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas
Labuan Bajo, NTT adalah:
a. Pekerja yang tidak menggunakan peralatan pengaman. Keamanan
kerja sangat penting dalam proyek. Keamanan ini sangat
berpengaruh pada nyawa manusia. Jika terjadi kesalahan sedikit saja
bisa berakibat fatal.

5.2.2 Solusi Masalah yang dihadapi pada Proyek


71

Berdasarkan analisis permasalahan proyek Peningkatan Jalan dan Penataan


Trotoar Jalan Soekarno-Hatta Atas Labuan Bajo, NTT, diperoleh solusi sebagai
berikut:
a. Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah
pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak konsultan pengawas
atau owner untuk mengajukan perbaikan, karena pihak kontraktor sebisa
mungkin akan langsung memperbaiki, agar nanti hasil yang sudah
diperbaiki sebisa mungkin sesuai dengan hasil perencanaan.
b. Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
keterlambatan pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak
kontraktor mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan
menambah jumlah jam kerja (lembur) agar keterlambatan pekerjaan
dapat dikejar. Akan tetapi semua itu harus atas seijin dari pihak
pengawas, karena pihak pengawas adalah yang berwenang terhadap
pelaksanaan pekerjaan pada proyek setelah owner.
c. Bila pekerja tidak mengikuti aturan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3), maka perlu adanya kesadaran diri dalam bekerja tentang
pentingnya keselamatan kerja dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Manajemen K3 harus aktif dalam mengawasi tenaga kerja agar selalu
mengunakan alat pelindung kerja sesuai undang-undang yang berlaku.
Pengawas K3 juga harus aktif dalam mensosialisasi terkait pentingnya
penggunaan alat pelindung saat bekerja agar para pekerja mempunyai
pengetahuan terkait pentingnya keselamatan dan kesehatan saat bekerja.
72

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktek kerja di proyek


pembangunan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMK dapat disimpulkan
secara garis besar, pelaksanaan proyek pembangunan gedung Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UMK sudah sesuai dengan kaidah-kaidah dan gambar rencana. Dari
proyek ini bisa disimpulkan bahwa terdapat antara teori yang didapat di
perkuliahan dengan praktek yang ada dilapangan. Proyek ini juga memiliki
beberapa hal yang menjadi masalah seperti:

a. Proses pelaksanaan pekerjaan kolom di lapangan, telah berjalan dengan


baik dan lancar dan sudah sesuai dengan RKS, diawali dengan proses
pekerjaan penentuan titik as kolom, pembesian tulangan kolom,
penyusunan bekisting triplek pada setiap bagian, uji slump, pengecoran,
dan yang terakhir adalah pelepasan bekisting kolom dan perawatan sudah
sesuai dengan langkah kerja yang dibentuk. Dan ada beberapa
permasalahan yang dihadapi di proyek lokasi pengecoran masih terdapat
sampah dan keropos pada kolom beton.
b. Proses pelaksanaan pekerjaan balok di lapangan, telah berjalan dengan
baik dan lancar dan sudah sesuai dengan RKS, diawali dengan proses
pekerjaan penentuan elevasi balok dan lantai, penyusunan bekisting
triplek pada setiap bagian, pembesian tulangan balok, uji slump,
pengecoran, dan yang terakir adalah pelepasan bekisting balok sudah
sesuai dengan langkah kerja yang dibentuk. Dan ada beberapa
permasalahan yang dihadapi di proyek lokasi pengecoran masih terdapat
sampah, pipa yang berlubang pada saat pengecoran dan keropos pada
balok beton.

6.2 SARAN
73

Berdasarkan pengamatan selama melakukan kerja praktik di proyek


pembangunan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMK, saran yang penulis
berikan untuk pengembangan proses pengamatan kerja praktik kedepannya
sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pengamatan di lapangan diharapkan untuk selalu


menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk mencegah kecelakaan
pada saat pekerjaan serta proses pengamatan di lapangan.
b. Penyimpanan material baja tulangan sebaiknya diletakkan di tempat yang
tidak terbuka atau terpapar langsung oleh pengaruh lingkungan, atau
dapat menutupinya menggunakan terpal berbahan parasut atau sejenisnya
yang dapat melindungi baja tulangan dari sinar matahari dan hujan,
sehingga dapat meminimalisir pengaruh korosi pada baja tulangan.
74

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.

Elby , Ainunhabib. (2022). Proyek Pembangunan Gedung 5 Lantai Fakultas


Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muria Kudus. Yogyakarta: Universitas
Teknologi Yogyakarta.

Sultan, F. M. (2021). Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Fakultas Ekonomi


Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Yogyakarta: Universitas Teknologi
Yogyakarta.
75

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai