Anda di halaman 1dari 20

BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK


2.1 Data Umum Proyek

Gambar 2.1 Papan Proyek

(Sumber : Lokasi Proyek Kampus II IAIN)

Nama Proyek : Pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah


FEBI ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis )
Lokasi Pekerjaan : Kampus II IAIN Desa Pombewe
Kabupaten Sigi Biromaru
Sumber Dana : SBSN Tahun 2020
No. Surat Perjanjian / Kontrak : 1297/ln.13/KU.00.2/07/2020
Tanggal Kontrak :
Nilai Kontrak : Rp. 23.374.338.000,-
Jangka Waktu Pelaksanaan : 170 Hari Kalender
Kontraktor Pelaksana : PT. Sunsifa Parkir Solusindo
Konsultan Pengawas : PT. Graha Citra Nusantara
Konsultan Perencana : CV. Usfa Wuldia

II-1
2.2 Data Umum Proyek
2.2.1. Nama Proyek
Nama proyek pada lokasi kerja praktek ini adalah Pekerjaan Pembangunan
Gedung Kuliah FEBI ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis ).

2.2.2. Lokasi Proyek


Lokasi proyek kerja praktek ini berada di Kampus II IAIN Desa Pombewe
Kabupaten Sigi Biromaru, Provinsi Sulawesi Tengah seperti terlihat pada Gambar
2.2 dibawah ini :

Lokasi Proyek

Gambar 2.2 Peta Lokasi Proyek


(Sumber : Google Earth)

2.2.3. Anggaran Proyek


Anggaran untuk Pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah FEBI (Fakultas
Ekonomi dan Bisnis ), Kabupaten Sigi Biromaru,Provinsi Sulawesi Tengah adalah
sebesar Rp. 23.374.338.000,- (Dua Puluh Tiga Milyar Tiga Ratus Tujuh Puluh

II-2
Empat Juta Tiga Ratus Tiga Puluh Delapan Ribu Rupiah) yang bersumber dari
dana pemerintah yaitu SBSN Tahun 2020.

2.2.4. Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan proyek ini dilaksanakan selama 170 hari kalender, dimana
pekerjaan pelaksanaan dan pengawasan terhitung sejak bulan Juli 2020 hingga
bulan Desember 2020.

2.2.5. Data Teknis


Data teknis Proyek Pembangunan Gedung Kuliah FEBI ( Fakultas
Ekonomi dan Bisnis ), sebagai berikut :
a. Struktur Bangunan : Baja
b. Jumlah Lantai : 3 (Tiga) Lantai
c. Luas Lantai : ± 570 m²
d. Tinggi Perlantai
1) Lantai 1 : ± 350 m’
2) Lantai 2 : ± 350 m’
3) Lantai 3 : ± 350 m’

2.2.6. Lingkup Pekerjaan


Proyek Pembangunan Gedung Kuliah FEBI secara besar mempunyai
lingkup pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Pondasi
1) Pekerjaan Galian
2) Pekerjaan Urugan
3) Pekerjaan Pile Cap
a. Pekerjaan Pembesian
b. Pekerjaan Bekesting
4) Pekerjaan Pemadatan
b. Pekerjaan Beton
1) Pekerjaan rabat beton ready mix B0 (pekerjaan cor lantai kerja
dibawah pile cap dan tie beam).

II-3
2) Pekerjaan beton pile cap (2000x2000),ready mix K 350.
a) Pekerjaan pembesian
b) Pekerjaan cetakan (bekisting)
c) Pekerjaan pengecoran beton
3) Pekerjaan kolom pedestal 60x60, ready mix K 350.
a) Pekerjaan pembesian
b) Pekerjaan cetakan (bekisting)
c) Pekerjaan pengecoran beton
4) Pekerjaan tie beam (40x60), ready mix K 350.
a) Pekerjaan pembesian
b) Pekerjaan cetakan (bekisting)
c) Pekerjaan pengecoran beton
5) Pekerjaan Pelat Lantai. ready mix K 350
a) Pekerjaan Pemasangan Lantai Bondek dengan pengikat shear
connector
b) Pekerjaan cetakan (bekisting)
c) Pekerjaan Pemasangan Wiremesh
d) Pekerjaan pengecoran
6) Pekerjaan dinding precast, ready mix K 300.
a) Pekerjaan cetakan (bekisting)
b) Pekerjaan pemasangan wiremesh
c) Pekerjaan pengecoran beton
c. Perkerjaan Struktur Baja
1) Perkerjaan ereksi baja struktural

2.3 Pihak-Pihak Pelaksana Pembangunan Proyek


Secara garis besar pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksana
pembangunan proyek meliputi pemberi tugas (Owner), pengelola proyek,
kontraktor pelaksana, konsultan perencana, konsultan pengawas dan tenaga kerja.
Pihak-pihak tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai
kedudukan dan fungsinya. Hubungan kerja dalam pengelolaan proyek

II-4
Pembangunan Gedung Kuliah FEBI ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis ), dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini :

PEMBERI TUGAS (OWNER)


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU

KONSULTAN KONSULTAN
PERENCANA PENGAWAS
CV. USFA WULDIA PT. GRAHA CITRA
NUSANTARA

KONTRAKTOR
PELAKSANA
PT. SUNSIFA PARKIR
SOLUSINDA

Gambar 2.3 Hubungan Kerja Stakeholders Proyek Pembangunan Gedung Kuliah


FEBI ( Fakultas Ekonmi Dan Bisnis )

2.3.1. Pemberi Tugas (Owner)


Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan hukum yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa serta
yang membayar biaya pekerjaan tersebut (Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi
Revisi). Wulfram I. Ervianto, 2005).
Pemberi tugas dalam surat perjanjian pemborongan adalah sebagai pihak
pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan
yang dilakukan, dengan cara menulis surat kepada kontraktor apabila terjadi hal-
hal di luar kontrak yang telah disepakati dalam undang-undang didalam surat
perjanjian kerja (SPK). Pemberi tugas juga berhak untuk memberitahukan hasil
lelang secara tertulis kepada kontraktor. Pemilik proyek Pembangunan
Pembangunan Gedung FEBI ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis ). Menurut Wulfram
I. Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek meliputi :

II-5
1) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3) Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
6) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
7) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikehendaki.
9) Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
10) Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal
di luar kontrak yang telah ditetapkan.

2.3.2 Konsultan Perencana


Konsultan perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik
swasta maupun pemerintah. Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh
pemberi tugas atau pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan proyek
perencanaandan mendesain dalam hal ini bangunan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek. Selain itu konsultan perencana juga dapat memberikan saran dan
pertimbangan akan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan
proyek tersebut. Pekerjaan perencanaan meliputi perencanaan arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran yang diperlukan

II-6
dalam pelaksanaan pembangunan (Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi).
Wulfram I. Ervianto, 2005). Pada proyek ini, pihak yang bertindak sebagai
perencana adalah CV. Usfa Wuldia.
Menurut Wulfram I. Ervianto (2005) tugas dan wewenang konsultan
perencana adalah sebagai berikut :
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana
anggaran biaya.
2) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek,
konsultan supervisi, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
4) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
5) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-
hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan
syarat-syarat.

2.3.3 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa
badan usaha atau perorangan baik swasta maupun instansi pemerintah. Pada
proyek ini, pihak yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah PT. Graha
Citra Nusantara. Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas dan
wewenang menurut Wulfram I. Ervianto (2005) sebagai berikut :
1) Melaksanaan pengawasan terhadap pihak kontraktor pelaksana dalam
pekerjaan proyek agar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancar.

II-7
5) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
6) Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas,
kuantitas serta waktu pelaksanaan yang ditetapkan.
7) Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
8) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku.
9) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekerjaan.

2.3.4 Pelaksana Proyek (Kontraktor)


Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah
ditetapkan (Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Wulfram I. Ervianto,
2005). Pada proyek ini, yang bertindak sebagai kontraktor yaitu PT. Sunsifa
Parkir Solusindo
Menurur Wulfram I. Ervianto (2005) tugas dan wewenang kontraktor
pelaksana yaitu :
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, yang ditetapkan oleh
pemilik proyek.
2) Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
manajemen konstruksi.
3) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada konsultan manajemen konstruksi.
4) Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek.

II-8
5) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

Tenaga ahli kontraktor yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini


harus bekerja secara penuh dan mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
a. Site Manager
Site Manager merupakan penanggung jawab bidang perencanaan teknis
dan pengendalian operasionalnya. Tugas dan tanggung jawab site
managerantara lain :
1) Memimpin dan mengkoordinasikan tim, baik dalam lingkup
internal maupun dengan pemberi tugas / pemilik proyek.
2) Mempersiapkan / merencanakan rencana kerja secara rinci semua
jenis pekerjaan dan mengoperasionalkan rencana dan metode kerja
secara lengkap meliputi hal-hal penjadwalan, metode pelaksanaan
material, personil dan kebutuhan proyek lainnya sesuai dengan
jumlah dan kualitasnya.
3) Mengatur pelaksanaan, pengendalian mutu mekanik dan peralatan
mesin dan semua bagian yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan.
4) Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan agar efisien dan
efektif untuk mencapai hasil yang optimal dari segi kualitas dan
kuantitas dan tepat waktu sesuai jadwal pelaksanaan.
5) Memahami seluruh aspek kegiatan dan berperan aktif membina
sumber daya sesuai kebutuhan kegiatan.
6) Mengeleminiasi segala hambatan yang timbul, yang dapat
memperlambat proses penyelesaian suatu tahapan pekerjaan agar
hasil pekerjaan dapat terselesaikan sesua jadwal (schedule) rencana
serta menyelesaikan permasalahan teknis di lapangan selama
pelaksanaan pekerjaan.
7) Dengan persetujuan pemberi tugas dan Direktur Utama/Direktur
Kontraktor, harus dapat mengambil keputusan sehubungan dengan

II-9
perubahan pelaksanaan pekerjaan demi efektifitas dan efisiensi
pekerjaan.
8) Memimpin Tim Pelaksana Operasional (Kontraktor) dalam rapat
pembahasan/presentasi/diskusi/konsultasi dengan pemimpin
kegiatan/koordinator/pelaksana teknis (pemberi tugas) dan pihak-
pihak terkait.
b. Quality dan Quantity Control
Tugas dan tanggung jawab Quality dan Quantity Control antara lain:
1) Bertanggung jawab mengontrol kesesuaian kualitas dan kuantitas
semua item pekerjaan di lapangan berdasarkan rencana mutu
kontrak.
2) Mengkoordinasi dan mengarahkan pelaksanaan pengujian jenis
material agar mutu yang dihasilkan sesuai tepat waktu.
3) Membuat laporan hasil volume terlaksana dalam periode mingguan
sebagai dasar perhiitungan bobot realisasi mingguan.
4) Membuat laporan harian dan mingguan hasil pelaksanaan
pekerjaan.
5) Membuat backup dan kuantitas item pekerjaan yang telah
terlaksana.
6) Menyusun Change Contract Order (CCO) jika terjadi selisih
kuantitas volume item pekerjaan terhadap volume kontrak.
7) Mendokumentasikan seluruh hasil tes laboraturium yang sudah
diakui oleh tim direksi untuk proyek.
c. Penanggung Jawab K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Tugas penanggung jawab K3 antara lain :
1) Melakukan pengawasan terhadap kondisi lingkungan.
2) Memimpin pelaksanaan penerapan K3 selama pelaksanaan proyek.
3) Membuat program tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik dan
aman.
4) Memberikan/peringatan tanda pada tiap-tiap resiko pekerjaan.

II-10
5) Melakukan rapat/sosialisasi kepada tenaga kerja akan menfaat
penggunaan pelindung tubuh.
d. Logistik
Tugas dan tanggung jawab Logistik yaitu :
1) Menyiapkan/menghitung pemakaian bahan dan alat dipakai.
2) Menganalisa kebutuhan material, tenaga kerja dan peralatan dari
segi kualitas dan kuantitas.
3) Memberikan solusi dan alternatif untuk penyediaan bahan, material
dan alat kepada bagian terkait dengan mengacu pada percepatan
proyek dan penghematan biaya tapi tidak menyimpang dan dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
e. Drafter
Tugas dan tanggung jawab Drafter antara lain :
1) Meneliti kelengkapan gambar konstruksi/ gambar pelelangan.
2) Membuat standar pengambaran.
3) Membuat shop drawing sebelum melaksanakan item pekerjaan
sesuai kondisi lapangan dan disetujui oleh tim direksi.
4) Melaksanakn proses gambar kerja secara detail sesuai kebutuhan
lapangan termasuk revisi yang diperlukan.
5) Melaksanakan proses gambar mutual check untuk keperluan
penagihan.
6) Melaksanakan proses gambar setelah pelaksanaan (As Built
Drawing).
7) Melaksanakan pekerjaan pencetakan atau pembuatan duplikasi
setiap gambar yang dibutuhkan pelaksana untuk dikerjakan.
8) Menyimpan seluruh dokumen perhitungan hasil pengukuran.
9) Bersama pelaksana dan quantity/quality melaksanakan joint survei
dan joint inspection dengan pihak direksi pekerjaan dan konsultan
supervisi.
10) Membuat as build drawing terhadap item-item pekerjaan yang
mengalami perubahan berdasarkan persetujuan tim direksi.

II-11
f. Surveyor
1) Melaksanakan Staking Out tata letak bangunan berdasarkan site
rencana.
2) Mengukur dan menentukan elevasi, peil nol bangunan dan presisi
letak titik-titik struktur serta posisi komponan bangunan lainnya
berdasarkan gambar rencana dengan menggunakan theodolith.
g. Mandor
Mandor sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan pekerjan proyek
yang dalam istilah manajemen konstruksi selalu berada dan memiliki
efisiensi kerja yang cukup besar.Tugas mandor tidak bisa dianggap
ringan dalam suatu proyek, eksistensi mandor sangat diperlukan sebagai
pengawas langsung bagi pekerja yang melakukan pekerjaan supaya
terarah dan menggunakan waktu dengan seefisien mungkin. Mandor
bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai instruksi pelaksana lapangan
dan bertanggung jawab atas hasil kerja manager lapangan.

2.4 Hubungan Kerja antara Pihak-Pihak Organisasi Proyek


Dalam pelaksanaan setiap proyek, hubungan kerja antara pihak-pihak
organisasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu hubungan kerja
fungsional dan hubungan teknis secara hukum (kontraktual).
2.4.1. Hubungan Kerja Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai fungsi masing-masing pihak
yang terlibat dalam proyek. Dalam bagan hubungan fungsional, owner atau
pemilik proyek berfungsi sebagai pemberi tugas kepada konsultan dan kontraktor.
Kemudian kedudukan antara kontraktor dan konsultan berada di bawah owner
dengan posisi sejajar, dimana kedua pihak saling berkoordinasi dalam
menjalankan tugasnya. Contohnya seperti hubungan antara konsultan perencana
dan kontraktor, misalnya ada tahap desain dimana konsultan perencana berfungsi
sebagai perencana, kontraktor belum berfungsi. Demikian pulasebaliknya pada
saat kontraktor berfungsi sebagai pelaksana konstruksi konsultan perencana sudah
tidak berfungsi. Bila pada saat pelaksanaan konstruksi terdapat masalah yang

II-12
berkaitan dengan perencanaan, penyelesaian masalah tergantung hubungan
kerjasama (kontrak) antara pemilik dengan konsultan perencana dan kontraktor.
Skema Hubungan

Pemilik

Konsultan Kontraktor

Gambar 2.4 Hubungan Kerja Fungsional


(Sumber : https://rrayarra.wordpress.com/2015/10/10)

2.4.2. Hubungan Kerja Secara Hukum


Dalam hubungan kerja secara hukum masing-masing pihak mempunyai
kedudukan yang terikat secara hukum (kontrak). Masing-masing pihak dalam
melaksanakan tugas haruslah sesuai dengan kedudukannya dan tidak boleh
menyimpang dari kontrak. Untuk lebih jelas kedudukan masing-masing pihak
secara hukum dapat terlihat pada Gambar 2.5 sebagai berikut :

Gambar 2.5 Hubungan Kerja Secara Hukum


(Sumber : http://kanthiasihgusti.blogspot.co.id/2015/10)

II-13
2.5 Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Pengawasan proyek adalah usaha pencegahan dengan sistem evaluasi
pekerjaan guna meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan
pelaksanaan dari ketentuan yang telah ada dalam bestek dan hal-hal apa saja yang
menjadi hambatan selama pelaksanaannya.
Pengendalian proyek adalah suatu sistem untuk mengawasi pelaksanaan
proyek agar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek dapat berfungsi dan bekerja
secara optimal, efisiensi waktu, dan tenaga kerja. Pengendalian proyek tidak
hanya dilakukan pada satu aspek saja, melainkan pada semua aspek yang
mempengaruhi jalannya pembangunan. Kegiatan pengendalian proyek di
dalamnya sudah termasuk kegiatan-kegiatan pengawasan terhadap setiap aspek
untuk memberikan hasil yang optimal dan sesuai standar dan spesifikasi yang ada.
Dengan demikan efisiensi, efektifitas waktu, mutu, dan biaya dapat tercapai.
Suatu keadaan yang menyimpang dari standar dan spesifikasi yang ada harus di
atasi.
2.5.1. Unsur-Unsur Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari
rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar
kejadian-kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek bisa segera
diselesaikan dengan baik.
Pengawasan (supervising) adalah suatu proses pengevaluasian atau
perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan
peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai
dengan perencanaan proyek. Sedangkan, pengendalian (controlling) adalah usaha
yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan
standar, kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar
sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Bertitik tolak pada definisi-definisi di atas, maka proses pengawasan dan
pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut :

II-14
a. Menentukan sasaran
b. Menentukan standar dan kriteria sebagai acuan dalam rangka mencapai
sasaran.
c. Merancang atau menyusun system informasi, pemantauan, dan laporan
hasil pelaksanaan pekerjaan.
d. Mengumpulkan data informasi hasil implementasi (pelaksanaan dari
apa yang telah direncanakan).
e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan perencanaan.
f. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan dengan standar, kriteria, dan
sasaran yang telah ditentukan.
Setelah mengetahui prosesnya,langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
unsur-unsur pengawasan dan pengendalian yang juga merupakan sasaran proyek
yaitu :
a. Pengawasan dan pengendalian mutu proyek (quality control).
b. Pengawasan dan pengendalian biaya proyek (cost control).
c. Pengawasan dan pengendalian pengawasan dan pengendalian waktu
proyek (time control).
Pada pelaksanaan pembangunan ini pihak kontraktor berusaha untuk
mencapai unsur-unsur pengawasan dan pengendalian proyek yaitu :
a. Pengawasan dan pengendalian mutu proyek (Quality Control)
Pengendalian kualitas bahan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan
pengujian bahan bangunan yang dipakai dalam proyek. Sebagai contoh
adalah uji slump dan pengujian mutu beton yang digunakan dalam
pengecoran dengan compression test.
b. Pengawasan dan pengendalian biaya proyek (Cost Control)
Pada suatu proyek, manager proyekperlu memperhatikan tentang
anggaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan proyek, manager
tidak dapat menafsirkan bahwa sebesar anggaran itulah akhir biaya
proyek. Anggaran adalah suatu perkiraan yang disusun berdasarkan
informasi yang tersedia pada saat pembuatan anggaran. Ada beberapa
asumsi yang digunakan untuk merumuskan ketidakpastian yang

II-15
dihadapi proyek sehingga menjadi bagian dari anggaran proyek. Oleh
sebab itu, rencana proyek yang dibuat sebelum dimulai dan dituangkan
dalam Petunjuk Operasional (PO) haruslah memuat sifat :
1) Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu
berjalan.
2) Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua dalam
komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.
Dengan dimilikinya sifat-sifat ini dalam rencana proyek, semua pihak akan
dapat mengetahui bahwa anggaran proyek dapat meningkat lebih besar selama
proyek berjalan dan dapat pula realisasi biaya proyek lebih kecil dari pada
anggarannya setelah proyek selesai asalkan proyek tersebut dapat berjalan secara
efektif dan efisien.Penyimpangan realisasi biaya proyek dari anggarannya
terutama terjadi karena ketidakpastiannya, sehingga dapat menambah beban atau
dapat sama sekali tidak menimbulkan beban proyek seperti yang di perkirakan
sebelumnya. Sehubungan dengan itu, program menghemat biaya proyek wajib
menjadi bagian dari disiplin manajemen proyek. Manager proyek wajib
mempertimbangkan alternatif kerja untuk dapat menekan biaya proyek sebagai
kesatuan. Karenanya pengawasan dan pengendalian biaya proyek setidak-tidaknya
perlu mencakup pengawasan dan pengendalian :
1) Jadwal pembiayaan (cash flow).
2) Besarnya keseluruhan biaya proyek.
Manager proyek perlu mengawasi dan mengendalikan para pegawainya
yang bertanggung jawab menimbulkan pengeluaran-pengeluaran. Pengawasan
dan pengendalian bukan hanya melalui prosedur dan metode serta kebijaksanaan,
namun perlu diperhatikan pula bagaimana jalannya koordinasi untuk memecahkan
hambatan-hambatan dan perbedaan pendapat diantara mereka dan perbedaan
pendapat dalam unit kerjanya sendiri, kecepatan mereka mengambil keputusan
terhadap masalah yang di bawahnya, bagaimana mereka memberi petunjuk
kepada bawahan dalam memecahkan masalah, apakah mereka menyarankan cara
kerja yang lebih baik, dan apakah mereka berusaha menciptakan iklim atau
lingkungan pengawasan dan pengendalian menghargai pelaksanaan tugas yang

II-16
lebih baik dan memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas yang tidak
memuaskan.
Dalam proyek ini pengendalian biaya dilakukan dengan memeriksa apakah
biaya yang sudah dikeluarkan sesuai dengan kemajuan atau progres prestasi yang
telah dicapai. Hal ini dapat diketahui dengan melihat Kurva S yang secara grafis
menyajikan beberapa ukuran kemajuan komulatif pada suatu sumbu tegak,
terhadap waktu pada sumbu mendatar. Kurva S ini digambarkan pada suatu
diagram yang menunjukkan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Diagram ini disebut
bar chart. Jumlah biaya yang dikeluarkan dapat diukur menurut kemajuan yang
dicapai.
Bar chart adalah diagram batang yang menggambarkan berbagai pekerjaan
yang dapat diselesaikan dalam satu-satuan waktu tertentu. Dalam suatu proyek,
bar chart diuraikan menjadi beberapa macam pekerjaan kemudian diperkirakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing pekerjaan tersebut.
Lamanya waktu ini di perkirakan data-data yang dipakai serta pengalaman kerja
sebelumnya dan dibuat secara paralel tanpa mengabaikan cash flow dari biaya.
Bar chart dilengkapi dengan Kurva S untuk membandingkan lamanya suatu
pekerjaan dengan bobot.
Karena satuan waktu yang dipakai adalah mingguan, maka elevasi
terhadap biayayang telah dikeluarkan dilakukan mingguan pula. Besarnya biaya
yang telah dikeluarkan ini dibandingkan dengan rencana anggaran biaya dan
dicari persentasenya. Dengan mengetahui nilai persentase dan posisi waktu saat
ini dapat digambarkan Kurva S aktual ke bar chart yang memuat Kurva S
rencana.Dengan membandingkan Kurva S aktual dengan Kurva S rencana dapat
diketahui apakah pembiayaan proyek berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
Dari perbandingan Kurva S aktual dan Kurva S rencana akan diperoleh
kemungkinan :
1) Kurva S aktual berada di bawah Kurva S rencana, ini berarti
pelaksanaan pekerjaan mengalami keterlambatan.
2) Kurva S aktual berhimpit dengan Kurva S rencana, ini berarti
pelaksanaan pekerjaan tepat sesuai dengan pekerjaan.

II-17
3) Kurva S aktual berada di atas Kurva S rencana, ini berarti
pelaksanaan pekerjaan lebih cepat dari rencana.
c. Pengawasan dan Pengendalian Waktu (Time Control)
Pelaksanaan suatu proyek harus tepat waktu dengan rencana sehingga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengendalian waktu
dimaksudkan untuk mengetahui apakah proyek berjalan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan. Pengendalian waktu dilakukan dengan
menggunakan Time Schedule, Bar Chart, dan NetworkPlanning. Secara
rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Time Schedule
Time schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang
disediakan untuk masing-masing bagian proyek, mulai dari
permulaan sampai dengan pekerjaan berakhir. Time schedule
diperlukan oleh semua pihak sebagai pedoman koordinasi dan
kerjasama antar bagian pelaksana proyek di lapangan. Dalam Time
schedule waktu pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga setiap
pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.Sebelum poyek
dilaksanakan pelaksana harus mengetahui rencana kerja yang telah
dicantumkan dalam Time schedule agar waktu yang tersedia benar-
benar efektif dan efisien untuk pekerjaan tersebut. Time schedule
digunakan sebagai dasar pertimbangan penambahan personalia
sesuai dengan perkembangan pelaksanaan pekerjaan. Dalam
hubungan dengan bahan dan alat yang digunakan, Time schedule
ini akan mencegah penyimpangan bahan yang tepat diperoleh, serta
menjaga keefektifan pemakaian alat-alat berat yang disewa, dengan
demikian penghematan biaya dan waktu akan lebih baik. Tetapi
pelaksanaan Time schedule secara umum sering mengalami
hambatan-hambatan yang disebabkan oleh :
a) Keadaan cuaca yang tidak memungkinkan dilaksanakan
pekerjaan.
b) Kesalahan yang dibuat pelaksanaan.

II-18
c) Ketidakteraturan penyedian bahan.
d) Perubahan-perubahan yang diinginkan pemberi tugas.
2) Bar Chart
Bar chart merupakan metode yang bersifat praktis dan sederhana
yang berfungsi untuk mengendalikan proyek, dan sangat
memudahkan pelaksana proyek dalam mengerjakan bagian
pekerjaannya. Bar chart yang dibuat kontraktor harus disetujui
direksi. Hal-hal yang dapat dilihat pada suatu Bar chart adalah :
a) Jenis-jenis pekerjaan yang ada di proyek.
b) Waktu yang disediakan untuk setiap jenis pekerjaan.
c) Kapan waktu pekerjaan harus dimulai dan dilaksanakan.
3) Network Planning
Network planning adalah gambar yang memperlihakan susunan
urutan pekerjaan dan logika ketergantungan antara kegiatan yang
satu dengan yang lainnya serta rencana waktu pelaksanaannya
berupa lintasan kritis maupun bukan lintasan kritis. Lintasan kritis
adalah lintasan terpanjang yang menentukan waktu pelaksanaan
pekerjaan proyek yang apabila salah satu kegiatan terlambat, maka
pelaksanaan pekerjaan yang lain ikut terlambat.

2.5.2. Sistem Koordinasi dan Laporan Pekerjaan


Untuk mengetahui kemajuansuatu proyek perlu diadakan rapat koordinasi
dan prestasi pekerjaan (reporting).
a. Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi membahas permasalahan yang ada yaitu permasalahan
yang dapat meghambat berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan proyek.
Rapat koordinasi yang dilakukan bersifat insidentil yaitu rapat diadakan
jika timbul masalah dalam pelaksanaan proyek dan harus segera
dipecahkan.

II-19
b. Reporting
Reporting (laporan prestasi kerja) yang dilakukan dalam proyek ini
yaitu :
1) Laporan harian meruakan segala kegiatan pekerjaan yang
dilakukan pada hari tersebut.
2) Laporan mingguan berisi kegiatan harian selama satu minggu dan
masalah-masalah atau hambatan yang terjadi.
3) Laporan Bulanan merupakan rekapitulasi dari laporan mingguan
yang disertai laporan visual yang berupa foto-foto proyek.

II-20

Anda mungkin juga menyukai