Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RANGKUMAN

PERKEMBANGAN TERBARU MATERIAL BAHAN BANGUNAN

KIMIA DASAR

OLEH :

NAMA : LELI SAPUTRA

NIM :180820447

KELAS : SIPIL B

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2020
Rangkuman tentang perkembangan terbaru material bahan
bangunan 10 tahun terakhir

Industri bahan bangunan telah cukup berkembang dan membuat banyak kemudahan
untuk proses pembangunan banyak proyek konstruksi. Beberapa perkembangan itu terjadi
untuk jenis semen mortar yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bangunan alternatif
untuk fungsi maupun kebutuhan khusus yang spesifik.

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi terkait material


bangunan mengalami kemajuan yang signifikan. Banyak ditemukan inovasi terbaru mengenai
material bangunan yang unik. Banyak para peneliti maupun ilmuan mengeksplorasi
pengetahuan di bidang material bangunan. Salah satu yang aktif memberikan sumbangsih
dalam perkembangan teknologi bidang material bangunan ini yaitu PUSKIM ( Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman ).

Seiring perkembangannya, produk ini telah menjadi bahan bangunan primer di


banyak aplikasi bangunan maupun infratruktur. Penggunaannya pun menjadi lebih praktis,
efisien, mudah diaplikasikan, dengan kualitas yang terukur. Salah satunya yaitu produk
semen mortar Mortindo hasil produksi PT Triputra Group.

Menurut Deputi Direktur Marketing Mortindo Hery Chrisnantyo, produk dengan


tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 1 00 persen ini memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan produk lainnya. Dikembangkan di pabrik dengan teknologi Jerman,
campuran berbagai bahan di produk Mortindo telah disesuaikann dengan kondisi alam
maupun iklim tropis Indonesia.

“Pencampuran material pada produk ini dibuat sangat homogen yang membuat
produk ini sangat baik digunakan untuk membuat produk bangunan perumahan maupun
infrastruktur. Kapasitas produksi pabrik kami juga bisa mencapai 400 ribu ton per tahun
untuk bisa memenuhi kebutuhan permintaan pasar Indonesia yang sangat besar,” ujarnya.
Beberapa produk semen Mortindo yang saat ini tersedia di pasar yaitu Tile Adhesive
Mortindo M250. Produk ini merupakan semen instan dengan basis perekat yang bisa
digunakan untuk pemasangan keramik, homogeneous tile, marmer, granit, atau batu alam
pada lantai maupun dinding baik penggunaan interior dan eksterior.

Budi Santoso, Deputi Director Sales Mortindo menambahkan, selama ini masyarakat
hanya mengenal produk khusus seperti ini hanya untuk penggunaan tertentu misalnya khusus
untuk keramik. Sementara produk Mortindo Tile Adesive ini bisa digunakan juga untuk
granit, marmer, atau batu alam. “Artinya produk ini menawarkan efisiensi yang sangat baik
dibandingkan kita harus menggunakan produk khusus sesuai materialnya. Apapun yang akan
kita pasang baik granit, keramik, atau batu alam bisa menggunakan satu produk ini sehingga
lebih efisien dengan kualitas yang lebih terukur,” katanya.
Mortindo juga memiliki range produk lain yaitu Mortindo Water Proofing M51 0.
Produk pelapis anti bocor ini sangat penting diaplikasikan di setiap bangunan dengan iklim
tropis seperti di Indonesia yang membuat bangunan rentan bocor maupun rembes sehingga
perlu diaplikasikan produk ini. Mortindo M51 0 merupakan pelapis kedap air dua komponen
berbahan dasar semen dan akrilik emulsion yang bisa digunakan pada permukaan beton, bata,
dak semen, dan bisa digunakan untuk lantai, dinding, kamar mandi, dapur, fasad, dan
sebagainya. Selama ini banyak masyarakat hanya mengetahui produk water proofing dengan
cara dipoles, padahal ada cara aplikasi yang benar untuk menjamin kualitas bahan bangunan
tetap baik khususnya saat musim hujan.

“Pemakaian produk water proofing yang benar bisa membuat efisiensi biaya dalam
pembangunan. Untuk produk water proofing Mortindo kami memberikan edukasi maupun
tenaga pendukung untuk aplikasinya sehingga bisa diaplikasikan produk yang tepat dan
berkualitas,” imbuh Budi.

Konsep bahan bangunan yang dikembangkan oleh Puskim menggunakan bahan-bahan


yang tidak biasa, yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang sudah dianggap tidak penting.
Contohnya, limbah hingga lumpur. Melalui inovasi tersebut, bahan bangunan yang diciptakan
mampu mengurangi pemakaian sumber daya alam yang berlebih. Beberapa konsep yang akan
dipaparkan, yaitu:

a) Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalist(RCC),


b) Limbah Batu Bara (Fly-Ash) untuk KomponenBangunan,
c) Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (Lusi) untukBahan Bangunan,
d) Semen Pozolan Kapur (SPK),
e) Bambu Laminasi,

1 . Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalyst (RCC)

Residual cracking catalyst (RCC) merupakan limbah dari pemprosesan minyak


mentah di dalam reaktor. Penggunaan limbah menjadi bahan bangunan merupakan suatu
langkah untuk mengurangi pencemaran limbah. RCC Ini dikembangkan untuk dinding
bangunan bertingkat dan teknologi ini sudah diuji coba. Jenis produk bata beton ringan
memiliki proporsi campuran 75% RCC, 25% pasir silika, dan 1 ,6% foam agent. Bata beton
ringan ini memiliki kuTat tekan sebesar n35 Kgf/cm2 dengan teknik pembuatan
pengembangan dengan substitusi foam agent. Gambaran jenis bata beton ini dapat dilihat
pada gambar 1 .1 .
Gambar 1.1.Jenis Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalyst (RCC)

2. Limbah Batu Bara (Fly-Ash) untuk Komponen Bangunan

Fly-Ash merupakan sisa pembakaran limbah batu bara yang dihasilkan dari
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pengolahan limbah batu bara bertujuan untuk
mengatasi masalah lingkungan akibat berkembangnya industri yang menggunakan batu bara
sebagai energi. Pengolahan ini telah diterapkan di berbagai daerah. Jenis produk yang
dihasilkan memiliki proporsi campuran agregat (60% fly ash + 405 pasir). Jenis produk yang
dihasilkan, yaitu bata beton berlubang dengan proporsi campuran 1 semen = 8 Agregat;
interlock blok dengan proporsi campuran 1 semen = 6 agregat; genteng beton dengan
proporsi campuran 1 semen = 3 agregat; paving block dengan proporsi campuran 1 semen = 4
agregat; bata beton pejal dengan proporsi campuran 1 semen = 1 0 agregat. Gambaran jenis
komponen bangunan ini dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1 .2. Salah Satu Jenis Komponen Bangunan dari Limbah Batu Bara (Fly-Ash)

3. Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (LUSI) untuk Bahan Bangunan

Bahan bangunan ini dikembangkan untuk memanfaatkan lumpur yang keluar dari
semburan lumpur Lapindo. Unit produksi dibangun di dekat lokasi semburan lumpur.
Adapun bahan bangunan yang berasal dari lumpur ini adalah sebagai berikut.

a. Beton Ringan Lusi (Berisi)

Beton Ringan Lusi (Berisi) merupakan komponen beton yang dibentuk dari bahan
lumpur Sidoarjo (Lusi) dengan bahan pengikat semen Portland. Beton ini memiliki bobot
yang ringan, mutu sedang, dan bentuk yang stabil. Agregat (kerikil, pasir dan abu) dibuat dari
bahan lumpur Sidoarjo melalui proses pembakaran sehingga diperoleh material yang ringan,
kuat, tahan terhadap suhu tinggi, dan lingkungan agresif. Dalam pembuatan agregat Lusi
dapat ditambahkan bahan substitusi dengan abu batu bara atau abu sekam padi. Beton ini
cocok untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan api, penyerapan suara dan suhu, bobot
ringan, dan terpapar garam sulfat dan klorida. Sasaran dan manfaat pembuatan Berisi
berkaitan dengan kelebihan-kelebihan yang dapat diciptakan melalui teknologi ini. Sasaran
dari pembuatan Berisi ini adalah untuk menghasilkan agregat ringan dan beton ringan dari
Lusi; meningkatkan nilai guna Lusi, mengurangi dampak lingkungan, dan mendukung
penyediaan bahan bangunan; menyediakan petunjuk teknis pembuatan beton ringan dari Lusi.
Manfaat dari pembuatan Berisi, yaitu sebagai tumbuh dan berkembangnya agregat dan beton
ringan dari Lusi dan pendukung program pembangunan dan peningkatan peluang usaha.
Hasil produksi beton ringan Lusi dapat dilihat pada gambar 1 .3.

Gambar 1 .3. Hasil produksi beton ringan Lusi

b. Penerapan Teknologi Bahan Bangunan Berbasis Polymer dan Ceramic Base

Output dan outcome dari output teknologi bahan bangunan berbasis polymer dan
ceramic base berkaitan dengan hasil dan dampak yang dirasakan ketika menerapkan
teknologi ini.Output dari teknologi bahan bangunan berbasis polymer dan ceramic base
adalah teknologi terapan yang berupa unit produksi dan rumah. Contohnya adalah
memanfaatkan bahan bangunan dari material Lusi. Outcome yang dapat dihasilkan dari
teknologi ini, yaitu termanfaatkannya material Lusi sebagai bahan baku pembuatan
komponen bangunan sehingga mengurangi dampak negatif luapan lumpur; tersedianya
komponen bangunan dari material Lusi yang dapat mendukung penyediaan bahan bangunan
untuk perumahan. Kebaruan/keunggulan yang dihasilkan dari teknologi ini, yaitu formulasi
baru terkait bahan agregat ringan menggunakan material lumpur Sidoarjo. Selain itu,
teknologi ini mampu mengurangi jumlah penumpukan lumpur melalui pemanfaatan material
lumpur Sidoarjo sebagai alternatif bahan bangunan. Penerima manfaat dari teknologi ini,
yaitu:

 Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo Direktorat jenderal Sumber Daya Air


kemeterian PUPR
 Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Sumber Daya Air
Kemeterian PUPR
 Industri konstruksi;

c. Bahan Bersemen

Bahan bersemen ini menghasilkan beberapa jenis produk, yaitu conblock, paving
block, dan genteng semen dengan bahan baku yang berbeda-beda. Bahan baku yang
digunakan pada conblock adalah lumpur sidoarjo dengan proporsi campuran 1 semen =5 lusi
=3 pasir. Bahan bakuyang digunakan pada paving block adalah semen Portland dengan
proporsi campuran 1 semen = 3 lusi = 1 pasir. Terakhir, bahan bakuyang digunakan pada
genteng semen adalah pasir dengan proporsi campuran 1 semen = 2 lusi = 1 pasir. Hasil
pemanfaat LUSI bahan bersemen dapat dilihat pada gambar 1.4 Gambar

1.4. Hasil Pemanfaatan LUSI Bahan Bersemen

d. Proses Pembakaran

Proses pembakaran dilakukan dan menghasilkan beberapa jenis produk, yaitu lumpur
Sidoarjo (70%) dan abu batu bara (30%) dengan proporsi campuran agregat buatan, genteng
keramik, dan batu bara. Hasil pemanfaatan Lusi dengan proses pembakaran dapat dilihat pada
Gambar 1 .5. Gambar 1 .5. Hasil Pemanfaatan Lusi dengan Proses Pembakaran

4. Semen Pozolan Kapur (SPK)

Semen ini dikembangkan sebagai alternatif dari semen pozolan untuk bangunan
sederhana, terutama di daerah yang sulit transportasi, tetapi memiliki potensi kapur dan tras.
Teknologi ini sudah dirintis untuk diterapkan di Wamena, Nagrek, dan Sukabumi. Bahan ini
dipilih karena memiliki keunggulan, yaitu: Dapat menyubstitusi pemakaian pc pada bagian
nonstruktural bangunan (merupakan 75% bagian konstruksi);

1) Mudah dalam pengerjaannya (workability)


2) Mengurangi terjadinya pemisahan agregat/adukan
3) Menurunkan panas hidrasi
4) Mengurangi terjadinya retak-retak
5) Meningkatkan kerapatan adukan
6) Tahan terhadap pengaruh lingkungan.

Produk semen ini berasal dari bahan baku berupa pozolan dan kapur padam dengan
proporsi campuran 1 kapur = 2 pozolan. Wujud dari semen pozolan kapur ada pada gambar
1.6.
Gambar 1 .6. Jenis Semen Pozolan Kapur (SPK)

5. Bambu Laminasi

Pengembangan bambu laminasi ini dilakukan dalam rangka memberikan alternatif


bahan bangunan pengganti kayu yang semakin sulit didapat di pasaran terutama untuk kayu
kelas kuat I. Pemakaian bambu sebagai alternatif pengganti kayu dengan tekniklaminasi ini
dapat digunakan sebagai balok, kolom, atau papan seperti kayu. Bambu laminasi ini dapat
diaplikasikan pada hampir seluruh komponen bangunan, kecuali penutup atap. Contohnya,
ada pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7. Pemanfaatan Bambu Laminasi pada Bangunan Tradisonal

Manfaat penggunaan bambu laminasi ini adalah sebagai alternatif pengganti kayu
konstruksi (balok, kolom, papan, parquet) dan furnitur. Selain itu, berikut ini adalah paparan
lanjutan mengenai bahan bambu laminasi ini.

a) Bahan baku: bambu.


b) Bahan pengawet: borac-boric/boron, peng Bahan
c) perekat: urea formaldehyde (interior).

6. Bambu Sarang Tawon (Busaron)

Bambu sarang tawon (busaron) adalah sejenis lembaran panel yang terbuat dari
gabungan antara bambu glondongan dengan bilik rakyat (Gigantochia apus) yang proses
pembuatannya menggunakan mesin tekan panas (hot press machine). Teknologi ini masih
dalam tahap pengkajian untuk dapat diterapkan. Salah satu contohnya ada pada gambar 1 .8.
Gambar 1 .8. Hasil Pemanfaatan Bambu Sarang Tawon (Busaron)

Adapun keunggulan dari bahan busaron ini, yaitu

Berat panel ringan;

a) Ukurannya standar (1 20 cm x 240 cm) dengan tebal antara 2-3 cm dan dapat dibuat
sesuai dengan peruntukannya
b) Mudah dipotong sehingga memudahkan perencana dalam mendesain
c) Produk tidak menimbulkan bahan sisa (zero waste)
d) Harga lebih murah dibandingkan dengan bahan sejenisnya.

7. Bambu Zephyr

Bambu jenis ini merupakan hasil dari bambu yang dipipihkan dan direkatkan satu
sama lain dengan menggunakan perekat organik. Teknologi ini telah memiliki satu aplikator
dan produk telah diuji coba pada bantaran sungai di Belanda. Berikut ini adalah penjelasan
dari bambu Zephyr ini. Jenis bahan yang digunakan, yaitu batang bambu, belah bambu, serat/
pelupuh, sayatan, dan Zephyr. Bahan perekatnya berupa UF, PF, MF, dan Isocyanate, dll.
Selanjutnya, produk yang dihasilkan berupa panel bambu, balok bambu, dan struktur dan
dinding bangunan dan pintu air ( lihat gambar 1 .9. )

Gambar 1 .9. Hasil Pemanfaatan Bambu Zephyr

8. Sirap Inovasi dari Bambu

Inovasi pengembangan sirap bambu ini dilakukan dalam rangka melestarikan kearifan
lokal masyarakat serta untuk mengembangkan bahan bangunan lokal yang ramah lingkungan.
Bambu yang merupakan tumbuhan yang cepat tumbuh dan tersebar di seluruh wilayah
Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu, inovasi ini dimaksudkan untuk
meningkatkan performance, efisiensi, serta daya tahan sirap bambu dalam penggunaan di
masyarakat.
Desain sirap inovasi bambu memiliki bentuk yang sama dengan sirap konvensional
pada umumnya. Namun, jika dilihat dari segi jumlah dan pemasangan kebutuhan,
sirap inovasi lebih efisien sebesar 60% dibandingkan dengan sirap konvensional. Secara
tersirat, hal ini menunjukkan adanya perbandingan jumlah sirap yang dibutuhkan untuk
menutupi konstruksi atap seluas 1 m2 antara sirap inovasi berbanding sirap konvensional
adalah 5:1 2. Kemudian, Berdasarkan uji kelayakan rembes menunjukkan bahwa air lebih
cepat mengalir pada sirap inovasi dengan sudut ≤ 400, yaitu selisih 0.01 liter/detik.
Penggunaan teknologi ini telah diuji coba pada lapangan di Desa Panglipuran Kabupaten
Bangli, Desa Angseri Kabupaten Tabanan, serta di Komplek Anjungan Cerdas Rambut Siwi
di Kabupaten Jembrana Bali. Contohnya, dapat dilihat pada gambar 1.10.

Gambar 1.10. Hasil Pemanfaatan Sirap Inovasi dari Bambu

9. Bebak Laminasi dari Gewang

Aplikasi bebak laminasi ini dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas komponen
partisi dinding pada rumah tinggal yang berada di Pulau Timor Provinsi NTT, dilakukan
melalui teknologi laminasi dan pengempaan gewang. Teknologi laminasi dapat meningkatkan
kekuatan dan penampilan lebih menarik dibandingkan dengan gawang utuh. Papan Gewang
laminasi terbuat dari pelepah pohon gewang yang diproses melalui teknik laminasi menjadi
lembaran papan berukuran 60 x 120 cm. Ciri-ciri pelepah yang dapat digunakan adalah:

 diambil dari pohon dengan ketinggian > 5 meter


 warna pelepah kekuningan atau kecokelatan
 kondisi pelepah tidak lapuk
 ukuran pelepah = lebar 5–1 1 cm dan panjang minimal 1 ,5 meter.

Bahan lain yang digunakan adalah jenis perekat : polyurethane + crosslinker. Hasil
pemanfaatan teknologi ini terlihat pada gambar1 .1 1 .
Gambar 1 .1 1 . Hasil Pemanfaatan Bebak Laminasi dari Gewang

Kemudian seiring berjalannya juga waktu, Beton juga mulai mengeluarkan produknya
“INNOVATION FOR BETTER CONSCRUCTION” dimana campuran beton juga dapat di
beri tambahan lain dan admixture. Beton jenis ini di holcim di kenal sebagai general concrete
yang banyak di pakai secara umum. Produk yang di keluarkan holcim antara lain :

1. SpeedCreteIni

Adalah salah satu inovasi beton yang dapat mencapai kuat tekan umur 28hari hanya
dalam waktu 8 jam. Inovasi ini bermula dari permasalahan kerusakan jalan yang terjadi
dikota besar. Perbaikan jalan dengan menggunakan general concrete akan memakan waktu
lama untuk siap digunakan kembali. Akan ada efek samping dari penutupan jalan. Selain
berefek pada kemacetan yang menimbulkan polusi CO2, juga berefek pada menurunnya
pergerakan di bidang perekonomian. Dengan menggunakan SpeedCrete, perbaikan jalan
dapat dilakukan pada malam hari, dam esok harinya, setelah 8 jam pengecoran, jalan akan
siap digunakan oleh kendaraan berat sekelas tronton. Dan semua proses dilakukan secara
komputerisasi untuk memperoleh konsistensi disain campuran beton dan pelaksanaan
levelling jalan yang lebih baik.

Speedcrete juga dapat diaplikasikan di building sebagai solusi dari keterlambatan


proyek. Mixdisain dapat dibuat sesuai kebutuhan dilapangan, apakah begisting akan dibuka
diusia 3 atau 7 hari dengan kuat tekan setara dengan usia beton 28 hari.

2. ThruCrete Thrucrete

merupakan beton pori dengan void sebesar 30%. Sehingga untuk ukuran ThruCrete
seluas 1 m2 dengan tebal 7 cm, dapat menyerap air hingga 20 liter selama satu jam. Hal ini
membuat lahan terbuka yang dilapisi ThruCrete memiliki kelebihan tersendiri. Diantaranya
adalah tidak memerlukan biopori dan pipa-pipa untuk tangkapan air, permukaan lahan
menjadi lebih rata dan stabil dibanding menggunakan paving, hasilnya juga lebih artistik
dengan banyak warna dan gampang serta cepat dalam proses pengecorannya. Stadion Gelora
Bung Karno adalah proyek terbesar didunia dalam penggunaan beton ThruCrete sebanyak
40.000m3 dengan banyak warna. Beton dengan banyak pori biasanya memiliki kuat tekan
rendah, namun beton ThruCrete didisain dapat mencapai kuat tekan hingga 25 Mpa.

3. Morpla

Morpla merupakan inovasi mortar yang biasa dipakai sebagai plesteran. Morpla
menjawab solusi dari permasalahan banyaknya retak-retak dinding yang terjadi. Retak
tersebut banyak terjadi karena kualitas pasir yang tercemar oleh lumpur pada saat musim
hujan. Plesteran yang sulit dijidar juga disebabkan oleh kualitas pasir yang banyak
mengandung batu-batu kecil. Pada saat pelaksanaan, mortar yang sudah di aduk harus cepat
digunakan agar tidak mengeras. Sehingga, untuk mortar yang diaduk saat menjelang sore,
biasanya tidak habis terpakai dan menjadi waste keesokan harinya. MORPLA menjadi
solusinya, diaduk di batchingplan dengan sistem komputerisasi dan kualitas material yang
terjaga. Dikirim ke proyek dengan mini mixer (1,5 kubik) lengkap dengan 6 dolak yang dapat
digunakan untuk menyimpan morpla. Dalam dolak, morpla dapat bertahan selama 36 jam.
Pada umumnya pekerjaan plesteran 1 kamar (4x4m2) memerlukan 1 kubik morpla setebal 2
cm, sisa morpla dapat dilanjutkan untuk pekerjaan keesokan harinya (tidak ada waste),
berbeda dengan mortar kering yang dijual persak. Dengan morpla ini lahan tempat
penyimpanan pasir dan semen juga tidak lagi diperlukan.

4. DecorativeCrete

Dengan pilihan warna beton, maka jalan beton bisa menjadi lebih artistik dibanding
jalan beraspal yang hanya berwarna hitam. Saat pecah, permukaan beton warna ini juga sama
dengan warna inti betonnya. Mutu beton warna beragam sesuai dengan kebutuhan. Untuk
taman bermain yang digunakan dimalam hari, ada inovasi beton GLOW IN THE DARK.
Dimana saat siang hari, beton menyerap sinar matahari dan berpendar saat malam. Taman
bermain menjadi lebih aman dan menarik saat malam hari.

5. Flowcrete

Dalam proyek mall, diperlukan kolom-kolom ramping, sehingga banyak space yang
dapat dijual/disewakan ke tenant-tenant, atau akan terdapat lahan parkir yang lebih luas yang
dapat menampung lebih banyak mobil. Untuk memperkecil kolom, maka diperlukan beton
dengan mutu yang lebih tinggi dan jumlah tulangan yang lebih rapat. Campuran beton normal
akan sulit melewati celah-celah antar tulangan yang rapat, sehingga saat beton mengeras,
timbul yang namanya honeycomb. Honeycomb atau Rongga-rongga yang timbul karena tidak
terisi oleh beton segar tersebut akan menurunkan mutu beton. Diperlukan agregat yang lebih
kecil untuk dapat melewati celah antar tulangan tersebut, namun tetap diperlukan hasil akhir
dengan mutu beton yang tetap tinggi.Flowcrete didisain untuk mengatasi permasalahan
tersebut, digunakan beton mutu tinggi dengan agregat max 20 mm agar dapat melewati celah
tersebut dan diberi tambahan obat agar kenceran beton tidak menyebabkan segregasi.
Segregasi adalah terpisahnya pasta dengan agregat kasarnya, yang dapat menurunkan mutu
beton. Dengan flowcrete ini, juga dapat memujudkan keinginan para arsitektur terhadap
disain kolom dengan geometris yang bermacam-macam.
6. Heatcrete

Untuk bangunan tinggi, diperlukan beton mutu tinggi. Beton mutu tinggi akan
memiliki peak temperatur yang tinggi akibat dari bereaksinya semen dengan air, ASTM
membatasi peak temperatur sebesar 85 oC untuk menghindari terjadinya thermal Creck pada
struktur yang di cor. Tantangan lainnya adalah Indonesia dengan iklim tropis, suhu udara
yang rata-rata tinggi setiap harinya, akan semakin sulit untuk menjaga peak temperatur pada
beton mutu tinggi akibat tambahan pengaruh udara panas. Heatcrete dibuat dengan konsep
menurunkan suhu awal beton mutu tinggi, dengan menambahkan es untuk suhu awal sekitar
29-32 oC atau menambahkan liquid nitrogen untuk suhu awal 19 oC. Sehingga saat terjadi
hidrasi, suhunya tidak terlalu tinggi. Selain itu, campuran beton tersebut harus disimpan
dalam tank dingin yang disprinkle dengan es saat pengantaran sampai siap dicor. Semakin
tinggi mutu beton, diperlukan makin banyak campuran semennya. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa setiap penambahan semen 100kg, akan menimbulkan peningkatan panas
hidrasi sebesar 12 oC.

Jadi itulah sedikit materi tentang perkembangan material bahan bangunan dari pada
10 tahun yang lalu.

Anda mungkin juga menyukai