Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

POTENSI PEMANFAATAN FLY ASH SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN


BETON STRUKTUR PADA PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN BARU
RUMAH LAYAK HUNI SECARA SWADAYA

DRAFT PROPOSAL PENELITIAN

APRILIA YOLANDA
2306290356

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
DEPOK
2023
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.............................................................................................5

1.3 Pembatasan Masalah............................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................................6

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................6

1.6 Kerangka Teori......................................................................................................7


1.6.1 Penelitian Sebelumnya........................................................................................7
1.6.2 Sifat dan Karakteristik Fly Ash.........................................................................10
1.6.3 Prinsip Konstruksi Berkelajutan dan Infrastruktur Ramah Lingkungan...........12
1.6.4 Manajemen Limbah Konstruksi dan Potensi Sirkularitas Material..................13
1.6.5 Spesifikasi Teknis Campuran Beton pada Program Bantuan Pembangunan
Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya....................................................................15

1.7 Metode Penelitian................................................................................................16

2. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

3. DAFTAR ISTILAH.....................................................................................................18
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Fly ash merupakan partikel halus (berupa abu yang naik dan terbang) sisa
hasil pembakaran batu bara. Sumber utama fly ash adalah dari proses pembakaran
batubara pada pembangkit listrik tenaga uap dan proses pembakaran batu bara pada
boiler dan/atau tungku pada industri. Saat ini jumlah fly ash di Indonesia terus
bertambah seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan industri manufaktur
serta meningkatnya kebutuhan listrik yang dipasok PLTU. Fly ash yang dihasilkan
dari PLTU pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 12 juta ton dan diprediksi akan
mengalami peningkatan pada 2027 yaitu sebesar 16,2 juta ton (Hanafie, 2021). Dari
hasil uji karakteristik yang dilakukan oleh Kementerian LHK terhadap fly ash yang
dihasilkan dari aktivitas PLTU, disebutkan bahwa fly ash tidak mudah menyala,
tidak mudah meledak, tidak ditemukan hasil reaktif terhadap Sianida dan Sulfida,
serta tidak ditemukan sifat korosif. Dengan demikian, disimpulkan bahwa fly ash
tidak memenuhi karakteristik sebagai limbah berbahaya dan beracun (B3), sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai material pendukung infrastruktur, stabilisasi lahan,
reklamasi pada lahan bekas tambang dan sektor pertanian (LHK, 2021).

Saat ini, industri material pendukung infrastruktur yang sudah menggunakan


fly ash adalah industri semen. Namun masih terkendala dengan Peraturan Menteri
Lingkungan HK Nomor P.18/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2020 tahun 2020 tentang
Pemanfaatan Limbah B3. Berdasarkan peraturan tersebut, industri semen hanya
dapat menerima limbah B3 yang komposisi setiap jenisnya (single waste) sudah
memenuhi kriteria yang diterapkan oleh Peraturan Menteri sebelum masuk pabrik
dan tidak diperbolehkan untuk melakukan pencampuran beberapa jenis limbah
dalam proses produksi. Tujuannya adalah agar komposisi akhirnya tetap memenuhi
kriteria teknis yang ditetapkan Peraturan Menteri (Hanafie, 2021). Kondisi ini
menyebabkan sulitnya untuk memperoleh fly ash sehingga pada akhirnya limbah fly
ash ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Fly ash memiliki manfaat terhadap lingkungan yang signifikan, diantaranya
(a) meningkatkan umur beton dan struktur dengan meningkatkan daya tahan beton,
(b) mengurangi energi yang terpakai untuk ekstraksi material, (c) mengurangi
jumlah limbah produk pembakaran batu bara yang harus dibuang ke landfill, (d)
konservasi sumber daya alam dan bahan material lain yang digunakan untuk
memperoleh material baku konstruksi (Association, 2003).
Sebagai material alternatif konstruksi, fly ash dapat digunakan pada: (a)
campuran semen portland, (b) stabilisator lapisan tanah, (c) bahan pengisi lubang,
saluran, tanggul, struktur (d) bahan untuk meningkatkan sifat tanah (kepadatan,
kekuatan), (e) bahan penutup permukaan jalan yang retak. Dalam tulisan ini akan
dibahas mengenai manfaat dari fly ash sebagai campuran semen portland yang
digunakan sebagai beton struktur. Hal ini terkait dengan salah satu kontribusi yang
dinyatakan oleh Kementerian PUPR berkomitmen untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 29% dengan menggunakan sumber daya sendiri atau 41%
dengan dukungan serta kerjasama internasional (PUPR B. K., 2023). Implementasi
dari konstruksi berkelanjutan ini dapat dilakukan dengan mengutamakan
penggunaan produk lokal, unggulan dan ramah lingkungan. Langkah ini memiliki
dampak terhadap berkurangnya intensitas karbon industri semen Indonesia yaitu
dari 725 kg CO2/ton cementitious menjadi 631,70 kg CO2/ton. Pengurangan
sebanyak 12,9% ini memainkan peran kritis dalam mengurangi emisi CO 2, terutama
dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi (PUPR, Kementerian PUPR, 2023).
Kontribusi yang sudah dilaksanakan oleh Kementerian PUPR sebagai
langkah nyata dari komitmen pengurangan Gas Rumah Kaca tersebut adalah
melalui pembangunan infrastruktur yang mengadopsi prinsip bangunan hijau seperti
pembangunan pasar tradisional, stadion, dan rumah susun (rusun), serta
pemanfaatan energi terbarukan dalam pengoperasian dan pemeliharaan gedung dan
pengembangan manajemen infrastruktur pengelolaan sampah (PUPR, PUPR, 2021).
Kemudian, dari sekian banyak kegiatan konstruksi yang dilaksanakan oleh
pemerintah khususnya Kementerian PUPR, ada beberapa pekerjaan infrastruktur
yang sudah memulai penggunaan material hijau dalam proses konstruksinya.
Kegiatan konstruksi itu berupa pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, hingga
bangunan negara. Namun hingga saat ini pengaplikasian dari Peraturan Menteri
PUPR No.11 Tahun 2012 baru diadaptasi oleh sub bidang jalan dan jembatan, yang
salah satunya meliputi upaya mitigasi perubahan iklim dengan menggunakan
material jalan yang ramah lingkungan. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dibahas
mengenai potensi pemanfaatan material alternatif fly ash yang lebih luas pada
pembangunan infrastruktur khususnya pada salah satu program Kementerian PUPR,
khususnya Direktorat Jenderal Perumahan, Direktorat Rumah Swadaya, yaitu
Bantuan Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya yang merupakan
salah satu Target Renstra Dirjen Perumahan yaitu penyediaan perumahan yang
layak huni, sehat dan terjangkau. Di dalam Undang-undang No.1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman juga disebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki/ memperoleh rumah yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Namun jika dilihat
dari kondisi sekarang, pemenuhan hak akan tempat tinggal yang layak ini masih
menjadi tugas besar dari pemerintah. Hanya 54% rumah tangga yang sudah
menempati rumah layak huni. Penyebabnya adalah daya jangkau masyarakat yang
masih rendah untuk memperoleh rumah layak huni. Untuk itu, pemerintah berupaya
untuk terus mendorong tersedianya perumahan khususnya bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), dengan target pada tahun 2024 yaitu sebesar 70%
rumah tangga telah menempati rumah layak huni baik itu yang sifatnya sewa
maupun milik (RUK D. , 2020).
Salah satu usaha untuk mewujudkan perumahan yang layak huni adalah
melalui pelaksanaan kegiatan penyediaan perumahan, khususnya untuk Rumah
Swadaya yang dibangun atas upaya dan prakarsa masyarakat itu sendiri. Pengadaan
rumah melalui program ini telah banyak menyediakan rumah yang layak huni bagi
masyarakat, terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sesuai dengan
anggaran tahun 2022, Direktorat Jenderal Perumahan mendapatkan alokasi
anggaran sebesar Rp 2,23 triliun untuk program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya. Besarnya anggaran untuk memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh
hunian yang layak tersebut tentunya berbanding lurus dengan jumlah dan biaya
material yang dibutuhkan dalam proses konstruksinya.
Pemanfaatan material alternatif yang sifatnya ramah lingkungan seperti fly
ash tentunya dapat menjadi peluang jika dapat digunakan dalam proyek
infrastruktur skala besar di Kementerian PUPR. Hal ini dapat diterjemahkan dengan
menggantikan produk semen portland dengan produk samping (limbah) dari proses
kegiatan industri, sebagaimana diatur dalam SNI 2640:2014 tentang spesifikasi abu
terbang batubara dan pozolan alam mentah atau yang telah dikalsinasi untuk
digunakan dalam beton (ASTM C618-08a, IDT) dan SNI 6385:2016 tentang
spesifikasi semen slag untuk digunakan dalam beton dan mortar. Dari penelitian
yang sudah dilakukan terhadap sub bidang jalan dan jembatan, disebutkan bahwa
penggantian tersebut dapat digunakan tanpa mengurangi target kekuatan maupun
usia layanan dari infrastruktur yang dibangun. Bahkan penggunaan fly ash tersebut
dapat memberikan nilai tambah berupa penghematan biaya, peningkatan keawetan
maupun kemudahan pelaksanaan (PUPR, PU.net, 2021). Namun sayangnya
pemanfaatan material ini baru sebatas pada pelaksanaan infrastruktur sub bidang
jalan dan jembatan, belum diaplikasikan di Direktorat Jenderal Perumahan. Untuk
itu perlu dikaji mengenai potensi pemanfaatan fly ash pada campuran beton struktur,
khususnya pada Program Bantuan Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara
Swadaya.
Dari isu ini, kemudian penulis akan menganalisis potensi penggunaan fly
ash sebagai campuran beton struktur yang sesuai dengan Teknis Pembangunan
Rumah Layak Huni yang berdasarkan pada Petunjuk Teknis yang disusun oleh
Bidang Standar dan Diseminasi Pusat Litbang Pemukiman Kementerian Pekerjaan
Umum tentang Rumah ber-SNI, yang diharapkan nantinya agar pembangunan
perumahan yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan dapat terwujud.
1.2 Perumusan Masalah

Apakah fly ash berpotensi untuk dapat digunakan sebagai material campuran
beton struktur pada Program Bantuan Pembangunan Baru Rumah Layak Huni
secara Swadaya?

1.3 Pembatasan Masalah

Pada skala implementasi, pembatasan penelitian ini terfokus pada potensi


pemanfaatan fly ash sebagai material campuran beton struktur pada Program
Bantuan Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya yang dilihat dari
aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek ekonomi, mengacu pada Petunjuk Teknis
yang disusun oleh Bidang Standar dan Diseminasi Pusat Litbang Pemukiman
Kementerian Pekerjaan Umum tentang Rumah ber-SNI yaitu SNI 03-2834-2000.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur potensi pemanfaatan fly ash sebagai
material campuran beton struktur pada Program Bantuan Pembangunan Baru
Rumah Layak Huni secara Swadaya yang dilihat dari aspek teknis, aspek
lingkungan dan aspek ekonomi yang mengacu pada Petunjuk Teknis yang disusun
oleh Bidang Standar dan Diseminasi Pusat Litbang Pemukiman Kementerian
Pekerjaan Umum tentang Rumah ber-SNI, yaitu SNI 03-2834-2000.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian potensi penggunaan fly ash sebagai material campuran


beton struktur pada Program Bantuan Pembangunan Baru Rumah Layak Huni
secara Swadaya dapat memberikan sejumlah manfaat:

a. Menghasilkan data dan informasi tentang potensi pemanfaatan fly ash


sebagai material campuran beton struktur pada Program Bantuan
Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya, yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan oleh Kementerian
PUPR, khususnya pada Direktorat Rumah Swadaya, Direktorat Jenderal
Perumahan.
b. Mendorong pengembangan infrastruktur yang lebih berkelanjutan dan ramah
lingkungan;
c. Meningkatkan aksesibilitas Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
terhadap hunian yang layak.
1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Penelitian Sebelumnya


Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
adalah mengenai pengaruh fly ash pada campuran beton untuk
mencapai nilai kuat tekan tertentu, berikut dijelaskan dalam tabel:

No Nama Penulis Tahun Judul Hasil Penelitian


1 Pusat Penelitian 1987 Pemanfaatan Abu Penggunaan abu terbang dengan
dan Pengembangan Terbang (Fly Ash) jumlah 10-50% dari berat semen
Pemukiman Badan untuk Pekerjaan portland mampu memenuhi nilai
Penelitian dan Beton beton K-225 penghematan sebesar
Pengembang PU 13,5% dibanding menggunakan
Portland Cement Tipe 5
2 Masyita Dewi 2013 Pengaruh Fly ash dengan kadar 10-15% dapat
Koraia Penambahan Fly digunakan sebagai substitusi semen
Ash dalam dalam campuran beton namun
Campuran Beton memerlukan waktu yang lebih lama
sebagai Subtitusi untuk mencapai nilai kuat tekan
Semen Ditinjau maksimal yaitu 56 hari (standar 28
dari Umur dan hari)
Kuat tekan
3 Mira Setiawati 2018 Fly Ash sebagai Penggunaan fly ash dengan kadar
Bahan Pengganti 12,5% dari proporsi semen masih
Semen pada mendapatkan nilai kuat tekan beton
Beton yang direncanakan (K-300)
4 Fitria Handayani 2019 Manfaat Limbah Penggunaan abu batu sebagai
Abu Batu sebagai agregat halus pengganti pasir pada
Tambahan campuran pembuatan beton dengan
Material Bahan mutu fc’= 20MPa komposisi abu
Bangunan batu harus kurang dari 20%. Hal ini
disebabkan setiap kenaikan 20%
penambahan material abu batu
menyebabkan penurunan kuat tekan
beton dan beton K-350 untuk
mendapatkan hasil kuat tekan
optimum yaitu dengan komposisi
abu batu sebesar 40% , sedangkan
komposisi pasir 60%.
5 Triaswati M.N, 2019 Penggunaan Abu Komposisi abu batu 20% dengan zat
Didik harijanto, Batu untuk additive tipe D
Boedi Wibowo, Mengurangi Fc’ 20 Mpa, hasil kuat tekan beton
Wahyu Ismoyo Agregat Pasir umur 28 hari sebesar Fc’ 27,7 Mpa.
Alami pada Fc’ 25 Mpa, hasil kuat tekan beton
Campuran Beton umur 28 hari sebesar Fc’ 31,33 Mpa.
dengan Fc’ 40 Mpa, hasil kuat tekan beton
Penambahan Zat umur 28 hari sebesar Fc’ 47,4 Mpa.
Additive Type D Komposisi abu batu 30% dengan zat
additive tipe D
Fc’ 20 Mpa, hasil kuat tekan beton
umur 28 hari sebesar Fc’ 25,5 Mpa.
Fc’ 25 Mpa, hasil kuat tekan beton
umur 28 hari sebesar Fc’ 34 Mpa.
Fc’ 40 Mpa, hasil kuat tekan beton
umur 28 hari sebesar Fc’ 47 Mpa.
6 Muhammad Malik 2019 Studi Abu batu dapat digunakan untuk
Ibrahim, Priyanto Perancangan mensubtitusi agregat halus pada
Saelan Campuran beton campuran beton hingga kadar 40%,
Menggunakan Abu batu dapat mengurangi kuat
Abu Batu sebagai tekan beton sehingga agar tidak
Agregat Halus mengurangi kuat tekan digunakan
metode Dreux
7 Ani Firda, 2021 Pemanfaatan Fly ash dapat digunakan sebagai
Rosmalinda Limbah Batu Bara material pengganti agregat kasar
Permatasari, dan (fly ash) sebagai (kerikil) dengan perbandingan fly
Indra Syahrul Fuad material ash (60%) dan resin (40%) dengan
pengganti agregat hasil kuat tekan beton normal 10,92
kasar pada Mpa sehingga penggunaan hanya
pembuatan beton terbatas pada beton ringan non
ringan struktural.
8 Ilham Jaya 2022 Pemanfaatan Abu Penambahan abu terbang pada
Kusuma, Alex Terbang (Fly Ash) campuran beton cenderung
Kurniawandy, sebagai Bahan menurunkan nilai kuat tekan beton,
Zulfikar Djauhari Substitusi Semen yaitu campuran dengan variasi abu
pada Beton Mutu terbang 30% memiliki nilai
Normal penurunan paling tinggi yaitu
berkisar 46-60%.
9 Mhd Almahi, 2023 Pengaruh Kadar abu batu sebesar 50% pada
Yelfidar, Syaiful Penambahan Abu benda uji dapat digunakan sebagai
Hendri Rawi Batu terhadap pengganti pasir karena memenuhi
Mix Design kuat tekan K-225.
Campuran K-225
10 Abdulla Afif, 2023 Pengaruh Abu Kuat tekan optimum yang
Helmi Akbar Bale Batu sebagai dihasilkan adalah sebesar 45,44
Subtitusi Agregat MPa pada umur 28 hari dengan nilai
Halus dan kadar abu batu sebesar 20%
penambahan subtitusi terhadap agregat halus
Superplasticizer dengan penambahan
terhadap superplasticizer berjenis Sika
Karakteristik Viscocrete 3115N sebesar 0,6% dari
Beton Mutu berat semen.
Tinggi

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya karena
dilakukan dengan menganalisis potensi penggunaan fly ash sebagai campuran beton
struktur yang dilakukan berdasarkan Petunjuk Teknis tentang Rumah ber-SNI, yaitu
SNI 03-2834-2000 dengan memfokuskan pada 3 aspek, yaitu: aspek teknis,
lingkungan dan ekonomi. Kemudian dapat digunakan sebagai data dan informasi
untuk penyusunan kebijakan terkait Program Bantuan Pembangunan Baru Rumah
Layak Huni secara Swadaya dalam pembangunan infrastruktur yang lebih efektif
dan berkelanjutan.

1.6.2 Sifat dan Karakteristik Fly Ash

Persyaratan yang diperlukan oleh abu terbang untuk campuran beton


tercantum pada standar ATM C618, yaitu (PUPR T. A., 1987):
No Senyawa Kadar
1 Jumlah Oksida SiO2 + AlO3 dan Fe2O3 minimum 70%
2 SO3 maksimum 5%
3 Hilang pijar maksimum 12%
4 Na2O maksimum 1,5%
5 Kadar air maksimum 3%
Tabel 1: Persyaratan Kimia

No Jenis Pengujian Persyaratan


1 Kehalusan:
 Blaine (m/kg) 325
 Sisa di atas ayakan no 325 mesh 20
(0,045) mm maks%
2 Kuat tekan aduk (PC:FA:Psr) =
(1:0,25:2,5)
min sama dengan adukan
 7 hari
pembanding
 28 hari sda
3 Kekekalan bentuk
 Pengembangan dengan auto clave (%) 0,5
4 Penyusutan karena proses pengeringan 0,03
pada umur 28 hari (%)
5 Keaktifan pozolan (pozolanic activity)* dengan menggunakan
semen portland kuat tekan
pada umur 28 hari min
85% dari kuat tekan
pembanding
6 Pengembangan adukan pada umur 14 hari 0,20
maks (%)
Tabel 2: Persyaratan Fisik- Mekanik

Keterangan: *) persyaratan opsional

No Tipe Semen yang Diuji 1PM. 1P P


1 Kehalusan 20,0 (maks) 20,0 (maks)
 Yang tinggal pada ayakan no 325
mesh (0,045 mm) (%)
2 Pengembangan maks. dengan autoclave 0,50 0,50
(%)
3 Waktu pengikatan
a. awal minimum (menit) 45 45
b. akhir maksimum (jam) 7 7
4 Kandungan udara (metoda ASTM- (maks) (maks)
C185)% Vol
5 Kuat tekan minimum (kg/cm2)
 3 hari
126 -
 7 hari 196 105
245 210
 28 hari
6 Panas hidrasi
80 70
 7 hari maksimum (cal/gr)
7 Kebutuhan air maksimum dinyatakan
- 64
dalam (% berat semen)
8 Penyusutan karena proses pengeringan - 0,15
(%)
9 Pengembangan mortar (*)
 14 hari maksimum
0,020 0,020
 8 minggu maksimum 0,060 0,060
Tabel 3: Persyaratan Fisik "Blended Hydraulic Cement"

Keterangan:
1P : Semen portland pozolan yang digunakan dalam pekerjaan
beton umum
P : Semen portland pozolan yang digunakan dalam pekerjaan
beton umum yang tidak memerlukan kekuatan yang tinggi
1 PM : Modifikasi semen portland pozolan yang digunakan dalam
perkerjaan beton umum
*) : persyaratan opsional

Jumlah pemakaian abu terbang yang optimum dalam


campuran beton bergantung pada mutu abu terbang dan sifat beton
yang diinginkan. Yaitu dihitung berdasarkan proporsi campurannya
terhadap semen portlan yang dipakai, biasanya berkisar antara 10-
50% dari berat semen portland (PUPR T. A., 1987).
Penggunaan fly ash dalam campuran semen portland
memiliki manfaat sebagai berikut: (a) kekuatan akhir yang lebih
tinggi, (b) mengurangi hindrasi pada saat proses pengeringan beton,
(c) mengurangi permeabilitas, (d) biaya konstruksi yang lebih rendah,
(e) mengurangi penyusutan beton (Association, 2003). Sebagai
material alternatif yang digunakan pada campuran beton struktur,
campuran fly ash dengan semen ini harus memenuhi SNI 03-2834-
2000 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton
(Permukiman, 2020)

1.6.3 Prinsip Konstruksi Berkelajutan dan Infrastruktur Ramah


Lingkungan

Terdapat 4 prinsip pembangunan infrastruktur ramah lingkungan


menurut Kementerian PUPR, 2018:
a. Mengadopsi kondisi lingkungan dan budaya lokal melalui
penerapan praktik-praktik yang sesuai dengan keadaan alam
sekitar dan kebiasaan budaya masyarakat setempat. Hal ini dapat
melibatkan penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia di
sekitar. Perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa setiap
tindakan yang diambil tidak melebihi daya dukung alam dengan
memperhatikan batas-batas ekologis yang memungkinkan
kelangsungan hidup jangka panjang.
b. Preservasi sumber daya alam termasuk upaya untuk
mempertahankan dan melindungi keanekaragaman hayati dan
ekosistem lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan
strategi konservasi lingkungan untuk memulihkan ekosistem
yang terdegradasi, dan penggunaan sumber daya alam secara
bijaksana dan bertanggung jawab untuk memastikan agar tidak
dieksploitasi melebihi daya dukungnya.
c. Optimalisasi sumber daya manusia dan lingkungan sekitarnya
melalui pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat
lokal.
d. Mendorong inovasi teknologi yang dapat membantu pengelolaan
yang efisien dan berkelanjutan tanpa merusak lingkungan. Dapat
diwujudkan melalui pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi
pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Penggunaan fly ash yang dihasilkan dari limbah pembakaran
batu bara di PLTU dan pabrik-pabrik yang menggunakan batu bara
sebagai bahan bakar, dapat menerapkan prinsip keberlanjutan dengan
cara:
a. Dengan memanfaatkan fly ash, limbah dari pembakaran batu bara
dapat dikelola secara efektif karena jumlah limbah yang dibuang
tentunya akan lebih sedikit;
b. Penggunaan fly ash dalam campuran beton maupun material
bangunan lainnya dapat mengurangi ketergantungan terhadap
material semen portland yang memerlukan ekstraksi batu kapur
dalam proses produksinya;
c. Pemanfaatan fly ash sebagai material alternatif campuran beton
dapat membatu efisiensi energi karena tidak melibatkan proses
ekstraksi maupun proses produksi yang menggunakan energi
dalam jumlah yang banyak;
d. Menggunakan fly ash berarti mengurangi emisi karbon yang
secara tidak langsung akan mengurangi dampak negatif terhadap
iklim dan lingkungan.

1.6.4 Manajemen Limbah Konstruksi dan Potensi Sirkularitas Material

Dalam penggunaannya sebagai material campuran beton yang


berasal dari limbah pembakaran batu bara, terdapat beberapa
persyaratan daur ulang yang digunakan sebagai pengontrol sumber
material (FHWA, 2016), yaitu harus menghindari sumber fly ash
yang diproduksi dari:
a. Pabrik yang memuat beban dasar (bottom ash) yang biasanya
diambil dari bagian bawah tungku yang mengendap
b. Pabrik yang membakar batu bara dengan menggunakan
campuran
c. Pabrik yang membakar batu bara dengan menggunakan minyak
d. Pabrik yang menggunakan pengendap tambahan seperti amonia
e. Fly ash yang berasal dari operasi start-up atau shut-down
f. Fly ash yang berasal dari pabrik yang tidak beroperasi
g. Fly ash yang ditangani dan disimpan melalui sistem basah.
Kemudian jika dianalisis dari potensi penggunaannya dalam
konstruksi, limbah fly ash menerapkan potensi sirkularitas. Dalam
konteks ekonomi, sektor konstruksi menyumbang 10% dari total
PDB Indonesia. Namun, sektor ini membutuhkan sumber daya energi
dan air yang sangat besar. Secara global, pengoperasian dan
pembangunan infrastruktur menghabiskan kurang lebih 40% dari
anggaran energi sebuah negara. Sektor ini juga menghasilkan banyak
limbah padat. Walaupun potensi daur ulang di sektor ini signifikan, di
negara berkembang seperti Indonesia hanya sekitar 15% dari limbah
padat konstruksi yang dapat didaur ulang (Bappenas, 2022).
Prinsip sirkularitas yang diterapkan dengan pemanfaatan fly ash ini
pada campuran beton yaitu:
a. R2 (Reduce) melalui pengurangan limbah dengan memanfaatkan
teknologi yang ada
b. R5 (Refurbish) melalui peningkatan mutu bangunan dengan
penggunaan material limbah
c. R7 (Repurpose) melalui pemanfaatan produk untuk digunakan
pada hal lain
d. R9 (Recovery) melalui pemulihan energi darii pengolahan limbah
dengan teknologi (waste-to-energy)
Melalui adopsi terhadap praktik ekonomi sirkular membantu sektor
konstruksi di Indonesia menghasilkan dampak ekonomi berupa
pertambahan PDB senilai Rp 172,5 triliun pada 2030, menciptakan 1,6
juta pekerjaan neto kumulatif antara 2021 dan 2030 (dengan 90% di
antaranya dapat diisi oleh perempuan), menghasilkan penghematan
rumah tangga tahunan senilai sekitar Rp 2 juta, dan mengurangi emisi
CO2e serta penggunaan air, masing-masing sebesar 44,8 juta ton dan 0,3
miliar meter kubik pada tahun 2030 (Bappenas, 2022).

1.6.5 Spesifikasi Teknis Campuran Beton pada Program Bantuan


Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya

Spesifikasi campuran beton yang dijadikan standar dalam


penelitian ini untuk menemukan kadar (%) fly ash adalah berdasarkan
nilai yang ada pada SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pengadukan
dan Pengecoran Beton, dengan tujuan untuk mendapatkan mutu
pekerjaan beton sesuai yang direncanakan. Standar ini meliputi
persyaratan, ketentuan, dan cara pengerjaan pengadukan dan
pengecoran beton di lapangan.

No Jenis Pengujian Persyaratan


1 Kuat tekan yang disyaratkan 22,5% untuk umur 28
hari
2 Deviasi standar diketahui dari besarnya S=7 MPa
jumlah (volume) pembebasan yang akan
dibuat dalam hal ini dianggap untuk
pembuatan (1.000-3.000) m3 beton
3 Jenis semen Tipe I
4 Jenis agregat diketahui
 Agregat halus pasir kali
 Agregat kasar kerikil
5 Faktor air maksimum 0,60
6 Slump setinggi 30-60 mm
7 Ukuran agregat maksimum 40 mm
8 Kadar air bebas 170 kg/m3
9 Kadar semen maksimum dapat diabaikan
10 Susunan agregat butir halus (pasir IV:pasir V) 36% : 64%
11 Berat jenis relatif agregat
 DJ agregat halus gabungan 2,46
 DJ agregat halus 2,59
 DJ agregat gabungan 2,59
Tabel 4: Persyaratan Campuran Beton berdasarkan SNI 03-2834-2000

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui


beberapa pendekatan dan teknik yang relevan untuk dapat menganalisis potensi dari
penggunaan fly ash sebagai material campuran beton struktur pada Program Bantuan
Pembangunan Baru Rumah Layak Huni secara Swadaya, yaitu:
a. Melalui studi literatur yang melibatkan penelusuran dan analisis terhadap
literatur terhadap penggunaan fly ash dalam konstruksi rumah dan aplikasi
serupa untuk memahami pengalaman dan temuan sebelumnya;
b. Melalui pengujian di laboratorium untuk mengevaluasi karakteristik fisik dan
mekanik dari campuran fly ash pada konstruksi beton, termasuk uji tekan,
slump, dan sifat-sifat material lainnya;
c. Melibatkan studi kasus terhadap proyek-proyek rumah yang menggunakan fly
ash dan yang tidak menggunakan fly ash sebagai bahan campuran untuk
mengevaluasi kinerja jangka panjang, efisiensi biaya dan dampak lingkungan
dari penggunaan fly ash;
d. Melakukan analisis harga terperinci terkait biaya produksi, biaya konstruksi,
biaya pemeliharaan dan efek jangka panjang dari pemanfaatan fly ash pada
campuran beton struktur pada konstruksi rumah.

2. DAFTAR PUSTAKA

PUPR, K. (2022). Timbunan Pilihan dan Lapis Fondasi Menggunakan Abu Batu
Bara/Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) SKh-1.5.15. Jakarta: PUPR.
ESDM, K. (2022, Februari 22). Laporan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2022.
Diambil kembali dari Laporan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2022:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-laporan-kinerja-
kementerian-esdm-tahun-2022.pdf
EBTKE, H. (2020, Agustus 24). Kajian Potensi Penghematan Energi dan Reduksi
Emisi Gas GRK melalui Benchmarking Kinerja. Diambil kembali dari
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
(EBTKE):
https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/09/28/2642/kajian.potensi.penghematan.e
nergi.dan.reduksi.emisi.grk.melalui.benchmarking.kinerja
PUPR. (2023, Oktober 26). Kementerian PUPR. Diambil kembali dari Kementerian
PUPR: https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-dorong-penggunaan-
material-semen-ramah-lingkungan
PUPR. (2021, Agustus 30). PU-net. Diambil kembali dari PU-net:
https://binamarga.pu.go.id/index.php/berita/membangun-konektivitas-
dengan-semen-yang-ramah-lingkungan
PUPR, B. K. (2023, Maret 16). Kementerian PUPR. Diambil kembali dari
Kementerian PUPR: https://pu.go.id/berita/sustainable-infrastructure-forum-
komitmen-kementerian-pupr-wujudkan-konstruksi-ramah-lingkungan-dan-
berkelanjutan
PUPR. (2021, November 4). PUPR. Diambil kembali dari Berita PUPR:
https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-dukung-kebijakan-pengurangan-
emisi-gas-rumah-kaca-lewat-pembangunan-infrastruktur
RUK, D. (2020). Rencana Strategis Direktorat Rumah Umum dan Komersial 2020-
20224. Jakarta: Direktorat Rumah Umum dan Komersial.
DJBM. (2020). Membangun Konektivitas dengan Semen yang Ramah Lingkungan.
Bandung: Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan.
RUK. (2022). Penajaman Usulan Bantuan PSU dalam Bentuk Jalan Penghubung
Antar Perumahan atau Jalan Akses Perumahan Umum. Jakarta: RUK.
Noaman, M. F., & Khan, M. A. (2022). A review on the effect of fly ash on the
geotechnical properties and stability of soil. Cleaner Materials 6, 1-14.
Hanafie, A. (2021, 07 24). Penggunaan FLy Ash dan Bottom Ash pada Industri
Semen. Diambil kembali dari Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia: http://ikft.kemenperin.go.id/bgnl-3/
LHK, P. K. (2021, Maret 15). Fly Ash dan Bottom Ash (Hasil Pembakaran
Batubara Wajib Dikelola). Diambil kembali dari PPID Kementerian
Lingkungan Hijau dan Kehutanan: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-
pers/5864/fly-ash-dan-bottom-ash-faba-hasil-pembakaran-batubara-wajib-
dikelola#:~:text=Direktur%20Jenderal%20Pengelolaan%20Sampah%2C
%20Limbah,22%20Tahun%202021%20tentang%20Penyelenggaraan
Association, A. C. (2003). Fly Ash Facts for Highway Engineers. Washington DC:
American Coal Ash Association.
PUPR. (2021, Agustus 30). PU.net. Diambil kembali dari Binamarga:
https://binamarga.pu.go.id/index.php/berita/membangun-konektivitas-
dengan-semen-yang-ramah-lingkungan
PUPR, T. A. (1987). Penelitian Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) untuk
Pekerjaan Beton. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Permukiman, P. (2020). Rumah ber-SNI: Membangun Rumah Sejahtera. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan
Umum.
FHWA. (2016, Agustus 3). U.S Department of Transportation. Diambil kembali dari
Federal High Way Administration Research and Technology:
https://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structures/
97148/cfa53.cfm
Bappenas. (2022). Memperkuat Implementasi Ekonomi Sirkular di Indonesia.
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

3. DAFTAR ISTILAH
1. Fly Ash adalah limbah hasil pembakaran batu bara pada tungku pembangkit
listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus, bundar, tidak porous serta
bersifat pozolanik.
2. Sifat Pozolanik adalah dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan oleh
semen pada waktu proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat
mengikat pada suhu kamar (dengan adanya air).
3. Semen abu terbang adalah salah satu jenis semen portland pozolan yang terdiri
dari campuran semen portland tipe 1 dengan abu terbang.
4. Beton abu terbang adalah beton yang terbuat dari campuran semen, abu
terbang, agregat dan air.
5. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm.
6. Agregat kasar adalah kerikil sebagi hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunya
ukuran butir antara 5-40 mm.
7. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat.
8. Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton.
9. Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton yang dinyatakan
dalam mm ditentukam dengan alat kerucut abran (SNI 03-1972-1990 tentang
Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland).
10. Semen Portland Tipe 1 adalah semen portland untuk penggunaan umum tanpa
persyaratan khusus.
11. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
12. Ekonomi Sirkular adalah suatu model ekonomi yang bertujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas dengan
mempertahankan nilai barang, material, dan sumber daya semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai