Anda di halaman 1dari 289

RANTAI PASOK

PEKERJAAN JALAN
MENGGUNAKAN ASPAL BUTON

SUB DIREKTORAT MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KATA
PENGANTAR

PANDUAN
PENYELENGGARAAN

MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
Kata Pengantar 3

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi khususnya dalam Pasal 5 ayat (5) huruf g: Membangun Sistem Rantai Pasok Material,
Peralatan, dan Teknologi Konstruksi, dan juga dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi
Hasil Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri. Selaras dengan hal tersebut, para pelaksana proyek-
proyek konstruksi saat ini diharuskan untuk memperhatikan rantai pasok konstruksi dan penggunaan
produk material, peralatan, serta teknologi dari dalam negeri. Salah satu material dalam negeri yang
dimiliki oleh Indonesia dan dapat digunakan sebagai material infrastruktur jalan adalah Aspal Buton
(Asbuton).

Penggunaan Asbuton untuk pekerjaan jalan sampai dengan saat ini masih belum optimal. Hal ini
disebabkan penggunaan Asbuton masih menghadapi beberapa permasalahan baik teknis maupun non
teknis, antara lain: (i) inkonsistensi kualitas produk Asbuton; (ii) penerapan teknologi Asbuton yang tidak
sesuai dengan kondisi/kelas jalan; (iii) perencanaan pelaksanaan pekerjaan jalan yang kurang; (iv) rantai
pasok Asbuton; dan (v) pembinaan teknis tentang Asbuton terhadap penyedia jasa masih kurang.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut, peningkatan pengetahuan/kompetensi tentang Asbuton perlu


dilakukan baik dari jenis produk dan teknologi, spesifikasi dan standar, rantai pasok, serta teknik
pelaksanaan yang saat ini belum banyak dimiliki/dikuasai oleh para pemilik proyek, perencana, pengawas,
dan pelaksana di lapangan. Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton.
Kata Pengantar 4

Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan
jalan yang menggunakan Asbuton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan/atau
Quality Engineer (QE) yang telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan
Asbuton. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi
pengalaman dalam pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga
dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non
teknis.

Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti dengan sungguh-sungguh sehingga dapat
membawa hasil yang optimal. Kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelenggaraan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton ini kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2018


Kasubdit Material dan Peralatan Konstruksi
Direktorat Bina Kelembagaan
dan Sumber Daya Jasa Konstruksi

Ir. RUSLI, MT.


NIP. 196009301980031001
PANDUAN PENYELENGGAAN
BIMBINGAN TEKNIS RANTAI PASOK
PEKERJAAN JALAN MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu program strategis guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dengan indikasi kebutuhan investasi infrastruktur Tahun 2015-2019 sebesar Rp 4796,2 Triliun.
Program pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan untuk menciptakan konektivitas nasional dan pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai perbaikan kebijakan, kelembagaan, pembiayaan, dan penyiapan proyek-proyek strategis nasional.

Dalam hal tersebut, program pembangunan infrastruktur jalan menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu prasarana transportasi yang memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, serta barang dan jasa. Penguatan infrastruktur yang diagendakan oleh
Pemerintahan saat ini salah satunya adalah pembangunan infrastruktur jalan dengan target pembangunan jalan baru yang
akan sepanjang 2.350 km, pembangunan jalan tol ditargetkan dapat mencapai panjang 1000 km, dan pemeliharaan jalan
sebesar 46.770 km.

Sementara itu, Kementerian PUPR pada Tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran sebesar ± Rp 107,386 Triliun dimana dari
anggaran tersebut dialokasikan sebesar + Rp 75,473 Triliun (70,28%) untuk belanja modal. Khusus untuk penyelenggaraan
jalan yang disalurkan melalui Direktorat Jenderal Bina Marga dialokasikan belanja modal sebesar + Rp 34,169 Triliun (31,81%).

Besarnya program pembangunan jalan secara nasional tentu saja membutuhkan dukungan ketersediaan aspal minyak yang
andal. Berdasarkan estimasi perhitungan kebutuhan aspal minyak nasional Tahun 2017 diperkirakan sudah mencapai ± 1,5
juta ton/tahun. Sementara itu, pasokan aspal minyak nasional dari refinery plant PT. Pertamina (Persero) rata-rata hanya
mampu sebesar 344 ribu ton/tahun (diluar import). Pada satu sisi, untuk memenuhi gap permintaan aspal minyak nasional
selama ini dilakukan import aspal minyak. Sementara di sisi lainnya, Indonesia memiliki potensi aspal alam di Pulau Buton
dengan deposit mencapai ± 630 juta ton, sehingga seharusnya dapat menjadi solusi defisit aspal minyak nasional.

Panduan Bimbingan Teknis 6


I. Pendahuluan
Saat ini, dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 dimana pengaturan khususnya
terkait dengan rantai pasok kontruksi, material dan peralatan konstruksi telah diatur dalam beberapa Pasal. Dalam hal
material dan peralatan konstruksi, terdapat substansi pengaturan yaitu dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi Hasil Penelitian dan
Pengembangan Dalam Negeri. Tentu saja, program percepatan pembangunan infrastruktur nasional diharapkan juga dapat
melibatkan industri pendukung dalam negeri, sehingga berdampak pada pertumbuhan nilai industri di dalam negeri.

Selaras dengan hal tersebut, penggunaan produk dan material dalam negeri merupakan suatu keharusan bagi para pelaksana
proyek infrastruktur. Salah satu material dalam negeri yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai material
infrastruktur jalan adalah Aspal Buton (Asbuton). Akan tetapi pemanfaatan Asbuton selama ini masih menghadapi beberapa
permasalahan di lapangan antara lain: (1) inkonsistensi kualitas produk Asbuton dari masing-masing produsen, (2)
keterlambatan waktu pengiriman produk Asbuton ke lokasi proyek (rantai pasok), (3) keterbatasan teknologi peralatan
pendukung AMP yang menggunakan Asbuton, serta (4) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan
baik perencana hingga SDM operator AMP yang menggunakan Asbuton.

Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
bersama Direktorat Jenderal Bina Marga dan Balitbang Kementerian PUPR telah menyusun Draft Revisi Peraturan Menteri
PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan, dimana merupakan revisi terhadap Pemen
PU No.35/PRT/M/2006, sehingga diharapkan dapat mengakomodir substansi pengaturan guna menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi.

Sementara itu, Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2018 telah merencanakan penggunaan Asbuton untuk pekerjaan
pembangunan dan preservasi jalan sebesar + 60.961 Ton yang tersebar pada 18 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Untuk
mengantisipasi terulangnya permasalahan teknis dan non-teknis, maka salah satu upaya yang akan dilakukan adalah melalui
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang dimaksudkan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait produk dan teknologi
Asbuton yang telah terbukti dapat diaplikasikan di lapangan.

Panduan Bimbingan Teknis 7


I. Pendahuluan
Peningkatan pengetahuan/kompetensi tentang Asbuton perlu dilakukan baik dari jenis produk dan teknologi, spesifikasi dan
standar, rantai pasok, serta teknik pelaksanaan yang belum banyak dimiliki dikuasai oleh para pemilik proyek, perencana,
pengawas, dan pelaksana di lapangan.

Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
Menggunakan Aspal Buton.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan jalan yang
menggunakan Aspal Buton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan atau Quality Engineer (QE) yang
telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan
pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi
permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non-teknis.

C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan (knowledge) dan kompetensi
tentang Asbuton secara keseluruhan terhadap para GS, SE, dan atau Asisten GS/SE dari aspek rantai pasok, jenis produk dan
teknologi, spesifikasi dan standar, serta metode pelaksanaan dan teknis pelaksanaannya di lapangan.

Panduan Bimbingan Teknis 8


II. Narasumber dan Peserta
A. Narasumber
Narasumber yang bertugas sebagai fasilitator adalah tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya yang
berasal dari unsur Pemerintah dan Praktisi, dimana masing-masing memilki pengetahuan dan pengalaman
yang terkait dengan tema/judul bimbingan teknis.

B. Persyaratan Umum Peserta


Calon peserta bimbingan teknis berasal dari para pelaksana/kontraktor yang pernah/sedang dan/atau akan
melaksanakan pekerjaan pembangunan/preservasi jalan menggunakan Asbuton, serta Produsen Asbuton
dengan memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Menduduki posisi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton;
b. Menduduki posisi sebagai General Superintendant (GS), Site Engineer (SE), dan/atau Asisten GS/SE,
serta Bagian Teknik Produsen Asbuton;
c. Berpengalaman dan/atau akan melaksanakan pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton;
d. Mendapat persetujuan tertulis dari Perusahaan pengutus (surat tugas).

C. Jumlah Peserta
Jumlah peserta bimbingan teknis sebanyak 50 (lima puluh) sampai dengan 60 (enam puluh) orang peserta.

Panduan Bimbingan Teknis 9


II. Narasumber dan Peserta
D. Tata Cara Pendaftaran Peserta

Calon peserta bimbingan teknis dapat mendaftarkan diri dengan mengisi formulir usulan peserta yang
selanjutnya dapat disampaikan pada Sekretariat Bimtek dengan alamat:

Sub Direktorat Material dan Peralatan Konstruksi


Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jln. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
Telp. dan Fax 021 – 7395375
Email: mpk.djbk@gmail.com

Dengan menyerahkan persyaratan administrasi sebagai berikut:


a. Surat tugas dari instansi/perusahaan pengutus;
b. Fotocopy KTP sebanyak 1 lembar;
c. Fotocopy ijazah terakhir;
d. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 4 lembar; dan
e. Formulir biodata (CV) yang telah disediakan oleh Panitia.

Panduan Bimbingan Teknis 10


III. Metode, Sarana, dan Prasarana
A. Metode

Metode bimbingan teknis menggunakan proses belajar orang dewasa (andragogi) dimana peserta berperan
aktif dalam proses pembelajaran yang meliputi penyampaian materi oleh narasumber, diskusi, tanya jawab,
dan berbagi pengalaman.

B. Sarana dan Prasarana

Sarana bimbingan teknis meliputi:


a. Modul Bimbingan Teknis dan Alat Tulis;
b. Ruang meeting dan fasilitasnya.

Prasarana bimbingan teknis meliputi:


a. Ruang kelas dan fasilitasnya;
b. Ruang makan dan fasilitasnya.

Fasilitas yang disediakan untuk Peserta:


a. Akomodasi berupa kamar hotel @ 1 kamar untuk 2 orang peserta;
b. Konsumsi selama kegiatan berlangsung (termasuk makan malam);
c. Surat Keterangan telah mengikuti Bimbingan Teknis Asbuton.

Panduan Bimbingan Teknis 11


IV. Jadwal Pelaksanaan
 Hari Pertama

WAKTU PELAKSANAAN (OJ)


MATERI NARASUMBER MODERATOR
JUMLAH
Panel: Sesi Pertama
• Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji • Z. Tolhas P. Sidabutar, Dipl.UM, MM.
Sertifikasi Operator Asphalt Mixing (Kepala Balai Material dan Peralatan
Plant (AMP) di Balai Material dan Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi)
Peralatan Konstruksi

• Rantai Pasok Aspal Buton • Ir. Rusli, MT.


2 (Kasubdit Material dan Peralatan Utami Darma Setiawati, SE, MM.
Konstruksi, Dit. Bina Kelembagaan
dan SDJK, Ditjen Bina Konstruksi)

• Material dan Produksi Aspal Buton • Ir. Arifin Fahmi, MM.


Asosiasi Pengembang Aspal Buton
(ASPABI)
Kunjungan Lapangan
• PT Summitama Intinusa (Pabrik
Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur)
- Panitia -
• PT Bumi Andum Digdaya Makmur
(Pabrik Sidoarjo, Jawa Timur)

Panduan Bimbingan Teknis 12


IV. Jadwal Pelaksanaan
 Hari Kedua

WAKTU PELAKSANAAN (OJ)


MATERI NARASUMBER MODERATOR
JUMLAH
Panel: Sesi Kedua
• Potensi dan Strategi Pemanfaatan • Dr. Drs. Madi Hermadi, S.Si, MM.
Asbuton (Kepala Loka Litbang Asbuton,
Pusjatan Balitbang)

• Program Penggunaan dan Spesifikasi 2 • Rina Kumalasari, ST, MT. Utami Darma Setiawati, SE, MM.
Teknis Asbuton (Kasie Perkerasan Jalan dan Drainase,
Subdit Geometrik, Perkerasan, dan
Drainase, Dit. Pembangunan Jalan,
Ditjen Bina Marga)
Panel: Sesi Ketiga
• Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi • Ilman Farid, ST, MT.
Asbuton (Peneliti Loka Litbang Asbuton,
Pusjatan Balitbang
2 Utami Darma Setiawati, SE, MM.
• Perencanaan Campuran Beraspal • Dr. Drs. Madi Hermadi, S.Si, MM.
Panas dengan Asbuton (Kepala Loka Litbang Asbuton,
Pusjatan Balitbang)
Panel: Sesi Keempat
• Perencanaan Campuran Lanjutan • Ilman Farid, ST, MT.
(CPHMA) dan Proses Persetujuan (Peneliti Loka Litbang Asbuton,
DMF menjadi JMF Pusjatan Balitbang
2 Utami Darma Setiawati, SE, MM.
• K3 terkait Penyelenggaraan • Ir. Brawijaya, SE, ME.IE, MSCE, Ph.D
Konstruksi berdasarkan Undang- (Kasubdit Konstruksi Berkelanjutan,
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Dit Bina Penyelenggaraan Jasa
Jasa Konstruksi Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi)
Total = 8
Keterangan : OJ = Orang/Jam @ 60 menit

Panduan Bimbingan Teknis 13


V. Tata Tertib
Kepada peserta bimbingan teknis diwajibkan mengikuti tata tertib yang berlaku selama pelaksanaan pelatihan
berlangsung, antara lain sebagai berikut:
a. Peserta Bimbingan Teknis wajib mengikuti seluruh kegiatan dan peraturan yang akan berlangsung selama
2 (dua) hari;
b. Peserta harus sudah hadir di dalam ruangan meeting dan siap untuk mengikuti materi 15 (lima belas)
menit sebelum waktu dimulai sesuai jadwal yang diberikan;
c. Bila akan meninggalkan pelajaran selama 1 (satu) jam (OJ) atau lebih harus mendapat izin dari instruktur
yang mengajar dan ketua pelaksana pelatihan;
d. Pada saat di ruangan meeting peserta diwajibkan berpakaian rapi dan sopan, serta tidak menggunakan
celana berbahan jeans dan kaos / T-shirt;
e. Peserta diwajibkan mengenakan tanda pengenal (name tag) yang telah disiapkan oleh panitia;
f. Peserta diwajibkan menjaga kebersihan dan keamanan, serta keutuhan fasilitas yang digunakan selama
kegiatan berlangsung; dan
g. Peserta dilarang melakukan hal-hal yang tercela/melanggar norma baik di area hotel maupun di luar hotel
selama kegiatan berlangsung.

Panduan Bimbingan Teknis 14


MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
16
PELATIHAN, BIMBINGAN TEKNIS,
1 DAN UJI SERTIFIKASI OPERATOR
ASPHALT MIXING PLANT (AMP)
Lay Out
1.1 Pendahuluan

1.2 Pelatihan Operator AMP di Balai Material dan Peralatan Konstruksi

1.3 Bimbingan Teknis Operator AMP di Balai Material dan Peralatan Konstruksi

1.4 Uji Kompetensi dan Sertifikasi Operator AMP

1.5 Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Tingkat Ahli

1.6 Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Menggunakan Asbuton

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 18
Pendahuluan

2013
2015

MOU Kerjasama
2014 Memperluas kerja sama dengan
PT. Rutraindo
Perkasa dengan Butonas dan Balitbang untuk
Badan Pembinaan menggunakan Aspal Buton
Konstruksi Pelatihan Operator sebagai material pokok pada
Kementerian PU Asphalt Mixing Plant pelatihan AMP dan dikembangan
dan Asosiasi AABI untuk para penyedia ASBUTON Promotion Center di
jasa, masyarakat umum, Balai Material dan Peralatan
serta mitra kerja AABI Konstruksi Jakarta
dan PT. Rutraindo

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 19
Latar Belakang

Dasar Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Operator AMP:

• Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 02 Tahun 2017

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 382 Tahun 2013 tentang Penetapan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Konstruksi, Golongan Pokok Konstruksi
Bangunan Sipil, Golongan Konstruksi Jalan dan Rel Kereta Api, Sub Golongan Konstruksi Jalan
dan Rel Kereta Api, Kelompok Usaha Jasa Konstruksi Jalan Raya, Jabatan Kerja Operator
Mesin Pencampur Aspal

• Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Jabatan Kerja Operator Mesin
Pencampur Aspal

• Surat Edaran LPJK Nomor 01/SE/LPJK-N/I/2012 Perihal Klasifikasi Tenaga Terampil. Bidang
Mekanikal – Sub Bidang Operator Mesin Pencampur Aspal, Nomor Kode 030

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 20
Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan Operator Asphalt Mixing


Plant (AMP) untuk melatih tenaga kerja
konstruksi terampil bidang pencampuran
aspal khususnya calon-calon operator AMP
agar memiliki kapasitas sebagai Operator
Mesin Pencampur Aspal (AMP) yang
kompeten.

Persyaratan Peserta:
• Pendidikan minimal
SLTA/sederajat
• Bekerja di bidang pekerjaan
pengaspalan/produksi
campuran aspal panas
• Sehat jasmani dan rohani

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 21
Kompetensi Kerja
Kompetensi kerja Operator Mesin Pencampur Aspal sesuai SKKNI terdiri atas:

No. Kode Unit Judul Unit


Melakukan Komunikasi dan Kerja Sama di Tempat
1 F.421110.001.02
Kerja
Menerapkan Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan
2 F.421110.002.02
Kerja dan Lingkungan di Tempat Kerja
3 F.421110.003.02 Melakukan Pemeliharaan Mesin Pencampur Aspal
Menghidupkan Komponen Mesin Pencampur Aspal
4 F.421110.004.02
sesuai dengan Prosedur
Mengoperasikan Mesin Pencampur Aspal untuk
5 F.421110.005.02
Menyalurkan Aspal sesuai dengan Prosedur
Mengoperasikan Mesin Pencampur Aspal untuk
6 F.421110.006.02 Menyalurkan Agregat dan Filler sesuai dengan
Prosedur
Melakukan Pencampuran Agregat, Filler dan Aspal
7 F.421110.007.02 dalam Mixer untuk Memproduksi Campuran Aspal
Panas (Hotmix)
8 F.421110.008.02 Melakukan Kegiatan Akhir Produksi

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 22
Kurikulum Pelatihan
WAKTU PELAKSANAAN (JP)
NO. MATERI PELATIHAN
TEORI PRAKTEK JUMLAH
I Mata Latihan Kejuruan (MLK)
A. Mata Latihan Dasar Kejuruan.(MLDK)
1. Keselamatan & Kesehatan Kerja ( K3 ) 4 -
2. Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja 3 -
JUMLAH IA 7 - 7

B. Mata Lat. Inti. Kejur.(MLIK)


1. Pemeliharaan 4 8
2. Teknik Menghidupkan Komponen Mesin 4 13
3. Teknik Pengoperasian Penyaluran Aspal 8
4. Teknik Pengoperasian Penyaaluran Agregat 8 16
5. Teknik Produksi Campuran Aspal Panas 8
6. Kegiatan Akhir Produksi 8 5
JUMLAH IB 40 42 82
JUMLAH IA dan IB 47 42 89

II Ujian 3 3 6

JUMLAH TOTAL 50 45 95
Keterangan : JP = Jam Pelajaran @ 45 menit

Pelatihan dilakukan selama 12 hari, terdiri atas 6 hari teori kelas dan 6 hari praktek
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 23
Proses Kegiatan

PELATIHAN OPERATOR AMP

1 2 3 4

Kegiatan materi
Kegiatan gelar
Kegiatan materi praktek lapangan.
Kegiatan praktek campuran aspal
teori di kelas Pengenalan
produksi campuran panas hasil
dipandu oleh komponen,
aspal panas praktek
Instruktur pemeliharaan dan
(1 hari). produksi
selama 6 hari. pengoperasian alat
(1 hari).
(5 hari).

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 24
PELATIHAN OPERATOR AMP
UNIT PENGUTUS / INSTANSI
JUMLAH PESERTA (ORANG)
ANGKATAN
2014 2015 2016 2017 2018 AABI
50 %
Akt I 16 17 17 19 18 PT.
Rutraindo
Perkasa
Akt II 16 16 16 - 18 40 %

Akt III 16 16 14 -

Akt IV 16 14 15 -

Akt V - 15 - -

Total 64 78 62 19 36 Lain-lain
[VALUE]
Sumber rekap data update per Juli 2018

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 25
Kegiatan Bimbingan Teknis Operator AMP di Balai MPK
• Kegiatan Bimbingan Teknis Operator AMP dilaksanakan selama 3 hari.
• Peserta Bimbingan Teknis adalah para Operator AMP/tenaga konstruksi yang sudah
memiliki pengalaman kerja dibidang produksi campuran aspal panas.
• Tujuan kegiatan Bimbingan Teknis adalah memberikan penyuluhan dan
penyegaran kembali materi teori dan pengetahuan teknis serta update informasi
teknologi terbaru seputar pengoperasian AMP dan produksi campuran aspal
panas.
• Kegiatan terdiri atas dua hari materi teori di kelas dan satu hari praktek lapangan
produksi campuran aspal panas.

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 26
Kurikulum Bimbingan Teknis Operator AMP

Jumlah Jam
No. Mata Latih
Pelajaran (JPL)
1 Penerapan K3L 1
2 Komunikasi di Tempat Kerja 1
3 Pemeliharaan AMP 3
4 Menghidupkan Komponen Mesin 3
5 Teknik Penyaluran Aspal 3
6 Teknik Menyalurkan Agregat, Filler dan Asbuton 3
7 Teknik Produksi Campuran Aspal 3
8 Kegiatan Akhir Produksi 2
9 Praktek Produksi Campuran Aspal Panas 8

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 27
Uji Kompetensi dan Sertifikasi Operator AMP
• Uji Kompetensi dan Sertifikasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan amanat Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
• Peserta Uji Kompetensi dan Sertifikasi adalah para operator AMP yang sudah berpengalaman.
• Kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi dapat langsung dilaksanakan di lokasi proyek
pekerjaan.
• Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi dengan menggunakan skema percepatan
sertifikasi yaitu penilaian kompetensi melalui observasi langsung di lapangan oleh tim Asessor
dari LPJK.
• Peserta yang lulus Uji Kompetensi akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi (SKTK) yang
diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 28
Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Tingkat Ahli
• Pelatihan tingkat ahli: Manajer Produksi Campuran Aspal Panas
• Dasar: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 329/MEN/IX/2009 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Konstruksi Bidang Konstruksi
Gedung dan Bangunan Sipil, Sub Bidang Transportasi, Jabatan Kerja Manajer Produksi
Campuran Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant Manager)
• SKKNI Jabatan Kerja Manajer Produksi Campuran Aspal Panas
• Kode Jabatan: F 45 02 22 1 02 2 V 1
• Syarat Jabatan:
o Pendidikan minimal D-3 Teknik Sipil atau D-3 Teknik Mesin
o Pengalaman kerja: D-3 Teknik Mesin minimal 2 tahun di bidang pekerjaan pengaspalan,
D-3 Teknik Sipil minimal 3 tahun di bidang pekerjaan pengaspalan
o Sehat jasmani dan rohani disertai keterangan dokter

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 29
Kompetensi Kerja
Kompetensi kerja Manajer Produksi Campuran Aspal Panas sesuai SKKNI terdiri atas:
No. Kode Unit Judul Unit
I. Kelompok Kompetensi Umum
Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1 SPL.KS11.221.00
dan Lingkungan
II. Kelompok Kompetensi Inti
Menyiapkan pekerjaan produksi campuran aspal
1 SPL.KS21.221.00
panas secara terperinci dan jelas
Merencanakan kebutuhan peralatan AMP sesuai
2 SPL.KS21.222.00
pesanan (job order)
Menyusun jadwal kerja tenaga operator dan tenaga
3 SPL.KS21.223.00
mekanik lapangan
Merencanakan kebutuhan bahan dan material sesuai
4 SPL.KS21.224.00
pesanan (job order)
Mengatur pelaksanaan produksi sesuai kebutuhan
5 SPL.KS21.225.00
pekerjaan di lapangan
Memonitor pelaksanaan pekerjaan pengaspalan di
6 SPL.KS21.226.00
lapangan
7 SPL.KS21.227.00 Menyusun laporan hasil pelaksanaan pekerjaan

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 30
Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Menggunakan Asbuton
Stakeholder

DITJEN BINA KONSTRUKSI


Balai Material dan Peralatan Konstruksi
Subdit. Material dan Peralatan Konstruksi

KEMEN. PUPR ASOSIASI


PUSJATAN BALITBANG
DITJEN BINA MARGA B PELATIHAN D AABI
ASPABI
DINAS PU BINAMARGA AMP

C
BADAN USAHA
PT. Rutraindo Perkasa

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 31
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton

• Pada tahun 2016 telah dilaksanakan Uji Coba AMP dengan Asbuton PT. Butonas
menggunakan AMP Tipe AZP 1000 milik PT. Rutraindo Perkasa di Balai Material dan Peralatan
Konstruksi selama 1 hari.

• Hasil yang diproduksi sebanyak 3,4 ton. Penggunaan Asbuton 7,5% dari total campuran, Aspal
minyak 3,9 %.

• Secara keseluruhan uji coba berjalan dengan baik. Adapun adanya kendala dikarenakan
kurangnya pemahaman dalam proses pengisian cold bin asbuton sehingga mengakibatkan
kemacetan serta asbuton feeder system yang baru dijalankan pertama kali karena Aspal
Buton merupakan material yang lembab sehingga tidak boleh terkena tekanan walaupun
sedikit.

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 32
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton

• Pada tanggal 20 Desember 2017 dilaksanakan uji coba kedua besamaan dengan kegiatan
Bimbingan Teknis Operator AMP.

• Produksi campuran aspal panas menggunakan bahan Asbuton Butonas 25 (LGA tipe 50/30).

• Produksi dilakukan sebanyak 21 batch, dengan kapasitas per batch 800 kg hotmix, sehingga
total produksi sebanyak 16,8 Ton.

• Komposisi campuran (berat total 800 kg) sebagai berikut :


o Bin 1 berat agregat 419 kg
o Bin 2 berat agregat 187 kg
o Bin 3 berat agregat 86 kg
o Berat asbuton 80 kg
o Berat aspal 28-30 kg

• Penghamparan campuran panas pada area panjang 60 m, lebar 4 m dan tebal padat 4 cm.

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 33
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton

• Pada tanggal 21 Desember 2017 telah dilakukan FGD Evaluasi kegiatan Bimbingan Teknis
Operator AMP menggunakan Asbuton yang sebelumnya telah dilaksanakan, diadakan di
Hotel Aviary Bintaro.

• Tema FGD adalah Evaluasi Bimbingan Teknis Operator AMP menggunakan Asbuton dan
Penyusunan Kurikulum dalam rangka Persiapan Pelatihan Operator AMP menggunakan
Asbuton.

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 34
Dokumentasi

loading asbuton ke bin feeder system memakai


Asbuton Feeder System
excavator

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 35
Dokumentasi

praktek pengoperasian control panel AMP setting-an desain campuran

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 36
Dokumentasi

produksi campuran aspal panas loading hotmix ke asphalt finisher

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 37
Dokumentasi

penghamparan campuran aspal panas penghamparan campuran aspal panas

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 38
Dokumentasi

pemadatan campuran aspal panas pemadatan campuran aspal panas

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 39
Dokumentasi

Penjabaran Kurikulum Pelatihan Operator AMP


di Balai Material dan Peralatan Konstruksi

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 40
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
6 Pengendalian pencemaran lingkungan
ACUAN : SKKNI
• Identifikasi kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.01.002.01-I pencemaran
1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN • Penerapan ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan
(K3L) • Pemeriksaan potensi pencemaran lingkungan dari material
1 Umum produksi
• Pengertian dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja • Pemantauan kondisi gas buang yang keluar dari cerobong
• Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja asap
• Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja • Prosedur pelaporan kelainan yang mengakibatkan
2 Identifikasi potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja pencemaran lingkungan
• Potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada pengoperasian BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.01.001.01-I
2.
mesin pencampur aspal KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA
• Prosedur penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran, dan 1 Umum
bahaya lainnya • Pengertian dan persyaratan komunikasi
3 Rencana penerapan K3 dan pengendalian bahaya • Jenis komunikasi
• Analisis bahaya risiko kecelakaan kerja dan pencemaran • Komunikasi dalam kelompok kerja
lingkungan 2 Penerimaan dan penyampaian informasi di tempat kerja
• Identifikasi komponen yang rusak dan yang beresiko • Jenis informasi dalam pelaksanaan tugas
kecelakaan kerja • Penyampaian informasi dalm pelaksanaan tugas
• Identifikasi medan kerja yang beresiko kecelakaan kerja • Jalur komunikasi dalam pelaksanaan tugas
• Analisis dampak potensi kecelakaan kerja • Pelaksanaan prosedur perusahaan
• Analisis dampak potensi pencemaran lingkungan • Prosedur hubungan kerja antar personal
4 Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja 3 Koordinasi di tempat kerja
• Pemasangan rambu-rambu K3 • Pertemuan koordinasi
• Penggunaan APD • Tata cara penyampaian masukan dalam pertemuan
• Pemeriksaan APK • Pelaksanaan keputusan/hasil pertemuan
• Penggunaan APK • Prosedur interaksi di tempat kerja
• Laporan kecelakaan kerja dan penanggulangannya 4 Kerjasama dalam kelompok kerja
5 Sikap kepedulian terhadap pelaksanaan K3L • Peran anggota dan tujuan kelompok kerja
• Sosialisasi ketentuan K3L • Tugas dan tanggungjawab pribadi dan anggota kelompok
• Penerapan ketentuan K3L kerja
• Pengisian daftar simak potensi kecelakaan kerja dan • Penggunaan komunikasi yang tepat dalam kelompok kerja
pelaksanaan K3L • Tugas dalam kelompok kerja

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 41
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.001.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.002.01-I
3. 4.
PEMELIHARAAN HARIAN KERJA TEKNIK MENGHIDUPKAN KOMPONEN MESIN
1 Umum 1 Umum
1.1 Pengaruh pelaksanaan pemeliharaan mesin pencampur aspal • Posisi operator mesin pencampur aspal
• Tugas operator pada pelaksanaan pemeliharaan • Proses pencampuran aspal panas
2 Persiapan pemeliharaan harian 2 Persiapan menghidupkan mesin pencampur aspal
• Buku pedoman pemeliharaan dan pengoperasian • Surat perintah memproduksi campuran aspal panas
• Identifikasi komponen mesin pencampur aspal • Teknik dasar pengoperasian mesin pencampur aspal
3 Pemeriksaan komponen penyalur agregat dan Filler • Inputing data Job Mix Formula
• Pemeriksaan komponen Cold Bin dan Cold Conveyor • Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
• Pemeriksaan komponen Dryer • Teknik menghidupkan kompresor
• Pemeriksaan komponen Hot Elevator dan Vibrating Screen • Penyiapan daftar simak kondisi alat
• Pemeriksaan kondisi Hot Bin 3 Penyetelan pengatur pemanas pada Oil Heater
• Pemeriksaan komponen Elevator Filler • Pemeriksaan sumber daya listrik
• Pemeriksaan komponen Mixer • Pengaturan temperatur (Thermostat)
4 Pemeriksaan komponen penyalur aspal • Pemeriksaan katup distribusi
• Pemeriksaan komponen Oil Heater • Sirkulasi Oil Panas pada Sistem Oil Heater
• Pemeriksaan kondisi Ketel dan Persediaan Aspal • Pemanasan oli dalam sistem Oil Heater
• Pemeriksaan kondisi pompa dan pipa penyalur aspal 4 Teknik menghidupkan komponen penyalur agregat
5 Pemeriksaan komponen pendukung utama mesin pencampur aspal • Prosedur menghidupkan Exhaust Fan
• Pemeriksaan kondisi Kompresor • Teknik menghidupkan Mixer
• Pemeriksaan kondisi Pompa Air • Teknik menghidupkan Vibrating Screen
• Pemeriksaan Panel Distribusi Listrik • Teknik menghidupkan Hot Elevator
Pelumasan komponen mesin pencampuran aspal • Prosedur menghidupkan Dryer
6 • Penyiapan tools dan bahan pelumas • Teknik menyalakan Dryer Burner
• Pelumasan komponen Cold Bin • Sistem kelistrikan komponen mesin pencampur aspal
• Pelumasan komponen Dryer 5 Teknik menghidupkan komponen penyalur Filler
• Pelumasan komponen Pengumpul Debu • Pemeriksaan komponen penyalur Filler
• Pelumasan komponen Vibrating Screen • Teknik menghidupkan konveyor Ulir
• Pelumasan komponen Mixer • Teknik menghidupkan Filler Elevator
• Pelumasan komponen Mesin Pencampur Aspal secara 6 Pelumasan komponen mesin pencampur aspal
menyeluruh dalam bentuk tabel dan gambar • Pemantauan komponen yang bergerak
7 Pembuatan bahan laporan pemeliharaan harian • Pemeriksaan kebocoran aspal
• Pengisian daftar simak • Pemeriksaan panel monitor
• Pencatatan kelainan kondisi komponen • Pencatatan kelainan kondisi komponen
• Pencatatan

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 42
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.003.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.004.01-I
5. 6.
TEKNIK PENGOPERASIAN PENYALURAN ASPAL TEKNIK PENGOPERASIAN PENYALURAN AGREGAT & FILLER
1 Umum 1 Umum
• Sistem pemanasan aspal • Komponen penyalur agregat dingin
2 Teknik pemanasan aspal • Jenis Feeder
• Pemeriksaan aspal dalam tangki 2 Teknik penyaluran agregat dari Cold Bin ke dalam Dryer
• Teknik pemanasan aspal dalam tangki • Teknik pemeriksaan kecukupan agregat dalam Cold Bin
• Ketentuan panas aspal dalam tangki • Teknik menghidupkan Cold Conveyor
• Pengaturan bukaan katup distribusi aspal • Teknik menghidupkan Vibro Cold Bin
• Teknik menghidupkan pompa penyalur aspal • Teknik menghidupkan Speed Feeder dan pengaturan bukaan
• Penyaluran aspal panas dalam pipa penyalur (opening gate)
3 Teknik penyaluran aspal • Penyaluran agregat dari Cold Bin
• Pengaturan arah bukaan katup distribusi aspal 3 Pemanasan agregat dalam Dryer
• Penyaluran aspal dalam tangki • Teknik pengaturan nyala api pada Dryer Burner
• Pemantauan temperatur aspal pada pipa penyalur aspal • Pemantauan temperatur agregat dalam Dryer
4 Pemeliharaan mesin pencampur aspal selama pengoperasian untuk • Tindak lanjut bila temperatur agregat tidak sesuai dengan
menyalurkan aspal ketentuan
• Pemantauan temperatur aspal dalam tangki 4 Teknik penyaluran agregat panas ke dalam Hot Bin
• Pemeriksaan kebocoran aspal • Penyaluran agregat panas ke dalam Vibrating Screen
• Pemantauan katup tiga arah • Penyaringan agregat panas dalam Vibrating Screen
• Pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi • Pemantauan kesesuaian gradasi agregat yang masuk ke dalam
Hot Bin
5 Teknik penyaluran Filler ke dalam Filler Hopper
• Pemeriksaan persediaan Filler
• Teknik penyaluran Filler ke dalam Hopper
• Pemantauan daya tampung Filler Hopper
6 Pemeliharaan mesin pencampur aspal selama pengoperasian untuk
menyalurkan agregat dan filler
• Pemantauan timbangan
• Pemantauan posisi sabuk Cold Conveyor
• Pemantauan aliran agregat pada Cold Conveyor
• Pemantauan penyaluran Filler
• Pemantauan ketersediaan Filler pada Hopper
• Pencatatan kondisi komponen

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 43
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.005.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.006.01-I
7. 8
TEKNIK PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS (HOTMIX) KEGIATAN AKHIR PRODUKSI
1 Umum 1 Umum
• Proses penyaluran material campuran aspal panas • Menghentikan pengoperasian mesin pencampur aspal
• Proses penimbangan material • Pemeliharaan setelah selesai pengoperasian
2 Teknik penimbangan agregat • Pembuatan laporan pekerjaan
• Teknik pembukaan Gate Hot Bin 2 Teknik mematikan komponen penyalur aspal
• Teknik penimbangan agregat • Pemeriksaan katup tiga arah (Three Way Valve)
• Teknik penutupan Gate Hot BIn • Teknik penutupan katup tiga arah
3 Teknik penimbangan Filler • Pembersihan sisa aspal dalam pipa penyalur aspal
• Teknik menghidupkan Screw Conveyor Filler Hoper • Pembersihan Nozzle
• Penimbangan Filler • Teknik mematikan pompa penyalur aspal
• Teknik mematikan Screw Conveyor 3 Teknik mematikan komponen penyalur Filler
4 Teknik penimbangan aspal panas • Teknik mematikan Filler Elevator
• Teknik pembukaan katup aspal panas • Teknik mematikan Screw Conveyor Storage Filler
• Penimbangan aspal panas • Teknik pembersihan komponen penyalur Filler
• Teknik penutupan katup aspal panas pada proses penimbangan 4 Teknik mematikan komponen penyalur Agregat
5 Pencampuran aspal panas dalam Mixer • Teknik mematikan komponen Cold Conveyor
• Teknik membuka bin penimbangan agregat • Teknik mematikan Dryer
• Teknik pembukaan bin penimbangan Filler • Teknik mematikan Vibrating Screen
• Teknik penutupan Gate penimbang agregat dan Filler • Teknik mematikan Mixer
• Pencampuran kering (Dry Mix) • Teknik mematikan pompa air
• Penyemprotan aspal panas ke dalam mixer 5 Pemeriksaan akhir produksi
• Pencampuran basah (Wet Mix) • Teknik mematikan kompresor
6 Penuangan campuran aspal panas (Hot Mix) ke dalam Dump Truck • Pemeriksaan ruang operator
• Teknik membuka Gate Mixer untuk menuang campuran Hot Mix • Pembersihan komponen mesin pencampur aspal
• Pengaturan keseimbangan muatan Dump Truck • Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
• Siklus pencampuran aspal panas 6 Pembuatan laporan pekerjaan
• Siklus pengoperasian secara otomatis • Kompilasi data/hasil pencatatan pelaksanaan tugas, K3, dan
• Tata cara pembuatan laporan produksi lingkungan
• Pemeriksaan bahan laporan
• Pembuatan laporan pelaksanaan tugas
• Pembuatan laporan K3 dan Lingkungan
• Penyampaian laporan

Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 44
RANTAI PASOK ASPAL BUTON
2 (ASBUTON)
Lay Out
2.1 Latar Belakang
2.2 Konseptual Rantai Pasok Konstruksi
2.3 Pola Umum Rantai Pasok
2.4 Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi
2.5 Rantai Pasok Sumber Daya Jasa Konstruksi
2.6 Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya MPK
2.7 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Tahun 2017
2.8 Estimasi Kebutuhan MPK Tahun 2018
2.9 Estimasi Kebutuhan MPK Tiap Provinsi Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
2.10 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau Kementerian PUPR Tahun
Anggaran 2018
2.11 Substansi Pengaturan Rantai Pasok dan MPK dalam UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi
2.12 Isu-Isu Asbuton dan Usulan Rencana Tindak Lanjut
2.13 Peraturan Menteri PUPR tentang Aspal Buton untuk Pembangunan dan Reservasi Jalan
2.14 Kesimpulan

Rantai Pasok Aspal Buton 46


Latar Belakang

1. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


dimana terdapat beberapa Bab dan Pasal yang secara khusus mengatur tentang
Rantai Pasok dan Pengaturan terhadap Material dan Peralatan Konstruksi.
2. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah menyelesaikan Peraturan Menteri PUPR
Nomor 18/PRT/M/2018 tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan
dan Preservasi Jalan.
3. Pada Tahun 2017, realisasi penggunaan Asbuton hanya mencapai 80,88% dari
target penggunaan sebesar 61.576 Ton. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pekerjaan
jalan yang menggunakan Asbuton masih menghadapi persoalan, antara lain: (i)
perencanaan yang kurang, sehingga banyak paket Asbuton menjadi Aspal Minyak;
dan (ii) rantai pasok.
4. Sementara itu untuk Tahun 2018, rencana penggunaan Asbuton Direktorat
Jenderal Bina Marga ditetapkan sebesar 58.879 Ton yang yang tersebar melalui 18
Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN). Kondisi ini menjadi tantangan bersama,
sehingga permasalahan di lapangan tidak berulang kembali.

Rantai Pasok Aspal Buton 47


Konseptual Rantai Pasok Konstruksi

• Rantai Pasok (supply chain) adalah sistem


supply manufacture, transportasi,
distribusi, serta trade yang diciptakan
untuk mengubah bahan dasar menjadi
suatu produk dan memasok produk
tersebut kepada pengguna sesuai nilai yang
diminta.
• Seluruh pihak yang terlibat dalam
mensuplai sumber daya mulai dari hulu
hingga hilir kegiatan.
• Supply Chain Management (SCM) atau
Pengelolaan Rantai Pasok adalah usaha
koordinasi dan memadukan aktivitas
penciptaan produk di antara pihak-pihak
dalam suatu rantai pasok untuk
meningkatkan efisiensi operasi, kualitas,
dan layanan kepada pelanggan untuk
mendapatkan sustainable competitive
advantage bagi semua pihak yang terkait
dalam kolaborasi ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 48


Rantai Pasok – Logistik – Distribusi

Pemasok
Bahan
Baku
Intermedier
Pemasok Pemasok PRODUSEN KONSUMEN
Bahan
Baku DISTRIBUSI
Pemasok
LOGISTIK
RANTAI PASOK

RANTAI PASOK LOGISTIK DISTRIBUSI

Bahan Baku Bahan Baku


Obyek Barang ;⁄₂ Jadi Barang ;⁄₂ Jadi Barang Jadi
Barang Jadi Barang Jadi
Bahan Baku-
Pemasok-
Pemasok- Produsen-
Keterkaitan Produsen-
Produsen- Konsumen
Konsumen
Konsumen Sumber:
Prof. Senator Nur Bahagia,
Aliran Aliran Penghantaran Buku Konstruksi Indonesia
Fokus
Barang Barang Barang 2012

Rantai Pasok Aspal Buton 49


Pola Umum Rantai Pasok Konstruksi

Rantai Pasok Aspal Buton 50


Pola Umum Rantai Pasok Alat Berat

HULU HILIR

Pemasok Pabrikan Distributor Pemilik Pelayanan Pengguna

Konstruksi
Penyewaan
Infrastruktur
Pemasok Produsen Agen Pemilik
Komponen Domestik Tunggal Alat Berat
Jasa Konstruksi Non-
Pelaksana Infrastruktur

Impor Impor Penyedia Suku Sektor Lainnya


Komponen Alat Berat Cadang dan Perkebunan,
Perawatan Kehutanan, dll

Penjualan
dan Lelang

Impor
Rekondisi
Alat Bekas

Rantai Pasok Aspal Buton 51


Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi

Supply Organisation Demand Organisation


Contractors:
construction managers,
Sub contractors: Financier
developers
Supplier’s specialist,
Client:
suppliers: supply and install,
building owners
agents, equipment hire etc
developers
OEM
Materials and product Users:
manufactures etc Consultants:
suppliers tenants, owners, public
architectural,
agents, distributors, engineering, cost
secondary project management
manufactures

Pemasok RAW Production & Services Flow


Masyarakat
Material, Importir
Cash Flow

Information Flow

Produsen/Pemasok
Supply dan Infrastruktur
MPK
Demand MPK

Rantai Pasok Aspal Buton 52


Posisi Kewenangan dan Produk Regulasi Penyelenggaraan
Material dan Peralatan Konstruksi
(Regulator Industri Konstruksi)
Kementerian PUPR

• UU No.2 Tahun 2017 (Jasa


Konstruksi)
• UU No.38 Tahun 2004 (Jalan)

• Asosiasi Profesi
• Asosiasi Perusahaan (APPAKSI,
AABI, AKI, AP3I, AMBI)

Rantai Pasok Aspal Buton 53


Organizational
Structure

Rantai Pasok Aspal Buton 54


Rantai Pasok Sumber Daya Jasa Konstruksi

• Kontraktor Umum • BIM


• Kontraktor Spesialis • Teknologi berbasis
• Konsultan Umum GPS dan Digital
• Konsultan Spesialis TEKNOLOGI • Teknologi LITBANG
BADAN
USAHA JASA
KONSTRUKSI
• AMP
• Alat Berat
Konstruksi
PERALATAN • Batching Plant
• Ahli
• Teknisi/Analis
• Operator

TENAGA
KERJA INDUSTRI
KOMPETEN KONSTRUKSI • Semen
• Baja Konstruksi
• Aspal
• Beton Pracetak
dan Prategang
MATERIAL

Rantai Pasok Aspal Buton 55


Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya
Material dan Peralatan Konstruksi

TUJUAN/GOALS

• Terjaminnya
Pasokan Material
ISU STRATEGIS UTAMA PRASYARAT dan Peralatan
• Mengembangkan kapasitas sistem rantai Konstruksi dalam
• Belum Tersedianya pasok MPK. Mendukung
Informasi Demand • Meningkatkan kualitas analisis pasokan Penyelenggaraan
MPK. dan kebutuhan (supply-demand) sumber Infrastruktur
• Belum Terbentuk daya MPK. Nasional.
Jejaring Rantai • Meningkatkan kualitas informasi sistem • Meningkatnya
Pasok MPK. rantai pasok MPK. Efisiensi
• Belum • Mengharmonisasikan penerapan Penyelenggaraan
Terlaksananya kebijakan pengelolaan dan pemantauan Infrastruktur
Evaluasi dan MPK diantara Pemangku Kepentingan. Nasional.
Kinerja Rantai • Mendorong Kemandirian Industri MPK • Terwujudnya
Pasok MPK. Nasional. Kemandirian
Industri Material
dan Peralatan
Konstruksi
Nasional.

Rantai Pasok Aspal Buton 56


Estimasi Keseimbangan Suplay-Demand
Material dan Peralatan Konstruksi Tahun 2017

Kapasitas Produksi Kebutuhan (Demand)


Utilitas Gap
No. Jenis MPK Satuan Terpasang (Supply) Infrastruktur Non Infrastrukutr Total
a b c d e = c+d f = b/a g = e-b
1 Semen juta Ton 107,97 66,35 16,59 49,76 66,35 61% 0,00
Beton Pracetak
2 juta Ton 34,42 34,42 32,70 1,72 34,42 100% 0,00
dan Prategang
3 Aspal Minyak ribu Ton 350,00 350,00 1320,50 69,50 1390,00 100% 1040,00
4 Aspal Buton* ribu Ton 878,00 28,30 64,02 0,00 64,02 3% 35,72
5 Baja Konstruksi juta Ton 13,49 7,00 5,44 8,16 13,60 52% 6,60
6 Alat Berat ribu unit 10,00 6,33 4,67 7,01 11,68 63% 5.35

Catatan: Data Supply Diluar Import;


*untuk produksi Aspal Buton (made by order)

Rantai Pasok Aspal Buton 57


Estimasi Kebutuhan
Material dan Peralatan Konstruksi Tahun 2018

Kebutuhan MPK Kementerian PUPR


Anggaran Belanja
Anggaran DIPA
Satminkal Modal Beton Alat
(Rp) Aspal Semen Baja
(Rp) Pracetak Berat
(Ton) (Ton) (Ton)
(Ton) (unit)

Ditjen SDA 37.309.551.551.000 30.204.264.952.000 14.044,98 1.300.461,41 753.540,77 1.456.516,78 3.990,99

Ditjen BM 41.673.066.930.000 34.169.389.766.000 727.031,42 1.278.979,24 240.124,36 1.432.456,75 4.118,55

Ditjen CK 16.109.202.581.000 11.090.976.141.000 14.377,94 729.385,72 227.293,88 816.912,01 448,81

Ditjen PnP 9.633.756.042.000 8.768.900.000 11,37 576,68 179,71 645,88 0,35

Total 104.725.577.104.000 75.473.399.759.000 755.465,71 3.309.403,05 1.221.138,72 3.706.531,42 8.558,71

Sumber : DIPA TA 2018 Kementerian PUPR (data e-monitoring, 29 Januari 2018)

note: Total Anggaran Kementerian PUPR TA 2018 sebesar Rp 107,386 Triliun

Rantai Pasok Aspal Buton 58


Estimasi Kebutuhan MPK Tiap Provinsi
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
Estimasi Kebutuhan MPK Utama
Kode Lokasi Pagu Belanja Modal* Semen Baja Aspal Beton Pracetak Alat Berat
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Unit)
1 DKI Jakarta 21,153,435,703,000 14,923,748,888,466.50 667,423.21 214,719.21 174,329.74 961,089.43 1,598.83
2 Jawa Barat 7,707,440,467,000 5,437,599,249,468.50 243,181.52 78,234.83 63,518.57 350,181.39 582.55
3 Jawa Tengah 7,838,779,533,000 5,530,258,960,531.50 247,325.47 79,568.00 64,600.97 356,148.68 592.48
4 DI Yogyakarta 2,514,485,434,000 1,773,969,473,687.00 79,335.86 25,523.43 20,722.38 114,243.63 190.05
5 Jawa Timur 4,749,327,900,000 3,350,650,833,450.00 149,848.55 48,208.33 39,140.17 215,781.91 358.97
6 Aceh 2,545,603,897,000 1,795,923,549,333.50 80,317.69 25,839.30 20,978.84 115,657.48 192.40
7 Sumatera Utara 4,232,385,831,000 2,985,948,203,770.50 133,538.24 42,961.08 34,879.95 192,295.06 319.89
8 Sumatera Barat 2,203,909,293,000 1,554,858,006,211.50 69,536.71 22,370.91 18,162.86 100,132.86 166.58
9 Riau 1,598,912,249,000 1,128,032,591,669.50 50,448.12 16,229.85 13,176.96 72,645.30 120.85
10 Jambi 1,664,214,597,000 1,174,103,398,183.50 52,508.51 16,892.71 13,715.13 75,612.26 125.79
11 Sumatera Selatan 3,435,372,188,000 2,423,655,078,634.00 108,391.24 34,870.95 28,311.60 156,083.39 259.65
12 Lampung 2,217,893,212,000 1,564,723,661,066.00 69,977.92 22,512.86 18,278.11 100,768.20 167.63
13 Kalimantan Barat 2,987,307,476,000 2,107,545,424,318.00 94,254.11 30,322.84 24,619.00 135,725.93 225.79
14 Kalimantan Tengah 1,430,789,845,000 1,009,422,235,647.50 45,143.61 14,523.32 11,791.43 65,006.79 108.14
15 Kalimantan Selatan 2,081,158,207,000 1,468,257,115,038.50 65,663.72 21,124.92 17,151.25 94,555.76 157.30
16 Kalimantan Timur 2,128,482,215,000 1,501,644,202,682.50 67,156.87 21,605.29 17,541.25 96,705.89 160.88
17 Sulawesi Utara 3,320,197,985,000 2,342,399,678,417.50 104,757.32 33,701.87 27,362.42 150,850.54 250.95
18 Sulawesi Tengah 2,127,698,409,000 1,501,091,227,549.50 67,132.14 21,597.33 17,534.79 96,670.28 160.82
19 Sulawesi Selatan 4,405,650,004,000 3,108,186,077,822.00 139,004.99 44,719.81 36,307.85 200,167.18 332.99
20 Sulawesi Tenggara 1,870,852,995,000 1,319,886,787,972.50 59,028.27 18,990.20 15,418.08 85,000.71 141.40
21 Maluku 1,651,996,648,000 1,165,483,635,164.00 52,123.02 16,768.69 13,614.44 75,057.15 124.86
22 Bali 1,628,876,512,000 1,149,172,379,216.00 51,393.54 16,534.01 13,423.90 74,006.70 123.11
23 Nusa Tenggara Barat 2,065,534,378,000 1,457,234,503,679.00 65,170.77 20,966.33 17,022.49 93,845.90 156.12
24 Nusa Tenggara Timur 3,121,448,372,000 2,202,181,826,446.00 98,486.47 31,684.45 25,724.49 141,820.51 235.93
25 Papua 4,531,142,507,000 3,196,721,038,688.50 142,964.47 45,993.63 37,342.06 205,868.83 342.48
26 Bengkulu 875,681,039,000 617,792,973,014.50 27,629.07 8,888.65 7,216.66 39,785.87 66.19
27 Maluku Utara 1,740,235,537,000 1,227,736,171,353.50 54,907.09 17,664.36 14,341.63 79,066.21 131.53
28 Banten 1,702,905,943,000 1,201,400,142,786.50 53,729.28 17,285.45 14,033.99 77,370.17 128.71
29 Bangka Belitung 540,855,728,000 381,573,716,104.00 17,064.82 5,489.99 4,457.30 24,573.35 40.88
30 Gorontalo 1,445,450,174,000 1,019,765,097,757.00 45,606.16 14,672.13 11,912.25 65,672.87 109.25
31 Kepulauan Riau 972,982,856,000 686,439,404,908.00 30,699.10 9,876.32 8,018.55 44,206.70 73.54
32 Papua Barat 2,295,327,998,000 1,619,353,902,589.00 72,421.11 23,298.86 18,916.26 104,286.39 173.49
33 Sulawesi Barat 898,200,174,000 633,680,222,757.00 28,339.59 9,117.23 7,402.25 40,809.01 67.89
34 Kalimantan Utara 1,701,681,995,000 1,200,536,647,472.50 53,690.67 17,273.02 14,023.91 77,314.56 128.62
Total 107,386,217,301,000 75,760,976,305,855.50 3,388,199.23 1,090,030.16 884,991.53 4,879,006.89 8,116.54

Note:
*) Asumsi Belanja Modal rata-rata per Provinsi sebesar 70,55% berdasarkan data
Belanja Modal keseluruhan Rantai Pasok Aspal Buton 59
Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
PULAU TOTAL
NO. KOMPONEN PRODUKTIVITAS SATUAN MALUKU
SUMATERA JAWA BALINUSTRA KALIMANTAN SULAWESI NASIONAL
DAN PAPUA
PASOKAN (SUPPLY) TON 16,124,480.00 72,347,000.00 400,000.00 5,800,000.00 11,800,000.00 1,500,000.00 107,971,480.00
1 SEMEN KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 640,111.43 1,440,843.90 215,050.77 325,908.97 443,868.46 322,415.68 3,388,199.22
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 15,484,368.57 70,906,156.10 184,949.23 5,474,091.03 11,356,131.54 1,177,584.32 104,583,280.78
PASOKAN (SUPPLY) TON 1,090,000.00 17,709,250.00 - - 20,000.00 - 18,819,250.00
2 BAJA KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 205,932.63 463,539.28 69,184.78 104,849.39 142,798.57 103,725.55 1,090,030.18
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 884,067.37 17,245,710.75 (69,184.78) (104,849.39) (122,798.57) (103,725.55) 17,729,219.82
PASOKAN (SUPPLY)** TON 248,140.00 121,590.00 90,900.00 86,500.00 142,490.00 25,330.00 714,950.00
KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 167,195.95 376,345.82 56,170.87 85,126.84 115,937.64 84,214.39 884,991.51
3 ASPAL KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)* TON 475,817.95 104,034.92 133,200.39 266,445.41 150,250.80 20,540.89 1,150,290.36
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 80,944.05 -254,755.82 34,729.13 1,373.16 26,552.36 -58884.39 -170.041,51
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND* TON (227,677.95) 17,555.08 (42,300.39) (179,945.41) (7,760.80) 4,789.11 (435,340.36)
PASOKAN (SUPPLY)** TON 30,000.00 438,000.00 - - 410,000.00 - 878,000.00
4 ASPAL BUTON KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 18,644.69 10,170.95 1,203.67 1,629.57 23,335.07 3,895.34 58,879.29
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 11,355.31 427,829.05 (1,203.67) (1,629.57) 386,664.93 (3,895.34)
BETON PASOKAN (SUPPLY) TON 4,329,376.00 29,423,329.00 66,488.00 48,000.00 555,263.00 - 34,422,455.00
5 PRACETAK KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 1,365,571.05 3,073,800.32 458,774.98 695,272.48 946,919.39 687,820.12 7,228,158.33
PARATEGANG KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 2,963,804.95 26,349,527.68 (392,286.98) (647,272.48) (391,656.39) (687,820.12) 27,194,296.67
PASOKAN (SUPPLY)*** UNIT 1,642.00 13,205.00 417.00 1,059.00 272.00 177.00 16,772.00
6 ALAT BERAT KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)**** UNIT 4,600.21 10,354.75 1,545.48 2,342.17 3,189.90 2,317.07 24,349,58
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND UNIT (2,958.21) 2,850.25 (1,128.48) (1,283.17) (2,917.90) (2,140.07) (7,577.58)

Defisit/Minus
*) Perhitungan demand aspal oleh Ditjen Bina Marga ***) Supply alat berat baru dan hasil registrasi
Kebutuhan alat berbagai jenis (baru dan lama). Untuk
**) Supply PT Pertamina (Persero) ****) Pulau Jawa sudah termasuk kapasitas terpasang
HINABI sebesar 10.000 unti/tahun

Rantai Pasok Aspal Buton 60


Substansi Pengaturan Rantai Pasok Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

NO. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK


Menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa
III, Tanggung Jawab
1 5, ayat (1) huruf d Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa
dan Kewenangan
Konstruksi;
III, Tanggung Jawab
2 5, ayat (1) huruf f Mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
dan Kewenangan
III, Tanggung Jawab Membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi
3 5, ayat (5) huruf g
dan Kewenangan konstruksi.
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di
4 6, ayat (1) huruf d
dan Kewenangan provinsi;
IV, Usaha Jasa Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha rantai
5 17, ayat (1)
Konstruksi pasok sumber daya konstruksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi, layanan
usaha, perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha, dan usaha
IV, Usaha Jasa
6 18 rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Konstruksi
Pasal 11 sampai dengan Pasal 17 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Selain unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengurus
X, Partisipasi
7 84, ayat (4) lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok
Masyarakat
konstruksi yang terakreditasi.

Rantai Pasok Aspal Buton 61


Substansi Pengaturan Material dan Peralatan Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
NO. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK
III, Tanggung Jawab Meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta
1 4, ayat (1) huruf e
dan Kewenangan teknologi konstruksi dalam negeri;
III, Tanggung Jawab Mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi
2 5, ayat (5) huruf a
dan Kewenangan teknologi konstruksi;
Memublikasikan material dan perlatan konstruksi serta teknologi konstruksi
III, Tanggung Jawab
3 5, ayat (5) huruf d dalam negeri kepada seluruh pemangku kepentingan, baik nasional maupun
dan Kewenangan
internasional;
III, Tanggung Jawab Menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan
4 5, ayat (5) huruf e
dan Kewenangan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
III, Tanggung Jawab Melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi serta
5 5, ayat (5) huruf f
dan Kewenangan teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri;
III, Tanggung Jawab
6 5, ayat (5) huruf g Membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi.
dan Kewenangan
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi
7 6, ayat (5) huruf a
dan Kewenangan konstruksi;
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material
8 6, ayat (5) huruf d
dan Kewenangan konstruksi;
III, Tanggung Jawab Meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan
9 6, ayat (5) huruf e
dan Kewenangan Standar Nasional Indonesia.

Rantai Pasok Aspal Buton 62


Substansi Pengaturan Material dan Peralatan Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
NO. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK
IV, Usaha Jasa
10 14, ayat (3) huruf e Penyewaan Peralatan;
Konstruksi
IV, Usaha Jasa
11 20, ayat (2) huruf d Kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
Konstruksi
IV, Usaha Jasa
12 33, ayat (1) huruf f Mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri.
Konstruksi
Untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat memuat ketentuan
V, Penyelenggaraan
13 48, huruf b tentang Subpenyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau
Jasa Konstruksi
peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku;
VI, Keamanan,
Keselamatan,
14 Kesehatan dan 59, ayat (2) huruf d Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi;
Keberlanjutan
Konstruksi
VI, Keamanan,
Keselamatan,
15 Kesehatan dan 59, ayat (3) huruf 1 Standar mutu bahan;
Keberlanjutan
Konstruksi
VI, Keamanan,
Keselamatan,
16 Kesehatan dan 59, ayat (3) huruf b Standar mutu peralatan;
Keberlanjutan
Konstruksi

Rantai Pasok Aspal Buton 63


Isu-Isu Asbuton dan Usulan Rencana Tindak Lanjut
Isu-Isu Usulan Rencana Tindak Lanjut

• Melakukan pemetaan jenis/ tipe dan teknologi Aspal Buton (Asbuton)


sesuai dengan kondisi jalan tiap daerah;
Utilitas penggunaan Asbuton • Pembinaan penggunaan Asbuton oleh lembaga teknis;
masih sangat rendah, sementara • Peningkatan penggunaan Asbuton yang lebih banyak oleh Pemerintah;
kapasitas terpasang produsen • Pengembangan produk kombinasi aspal alam/ Asbuton dan aspal
berlebih (over supply). minyak;
• Optimasi Anggaran DAK  Penggunaan Asbuton pada jalan-jalan
Provinsi/ Kab/ Kota
Permintaan sering menumpuk • Perkiraan permintaan sebaiknya dilakukan per bulan;
pada akhir tahun. • Menyiapkan buffer stock Asbuton tiap wilayah;
• Perlunya pengujian mutu oleh pihak independen  SERTIFIKASI
PRODUK DAN PRODUSEN ASBUTON oleh ASPABI.
Mutu Asbuton yang belum
• Optimalisasi fasilitas Loka Teknologi Asbuton Balitbang PUPR dan
menyakinkan/ berfluktuatif
Asbuton Centre Balai MPK.
karena bahan alam
• Perbaikan proses aplikasi atau metode pelaksanaan dan teknologi di
lapangan.
Belum banyak ketersedian jalur
regular kapal pengangkut antar
• Perlu volume pemesanan ekonomis/ skala ekonomi dan pembenahan
wilayah/ pulau sehingga ongkos/
tata niaga Asbuton.
biaya pengiriman masih tinggi
(logistik).

Rantai Pasok Aspal Buton 64


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 2
1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi institusi terkait di Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, serta mitra usaha dalam mengupayakan peningkatan penggunaan asbuton untuk
pembangunan dan preservasi jalan secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.

2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:


a. meningkatkan penggunaan Asbuton sebagai bahan jalan yang berkualitas, konsisten,
berkelanjutan, dan tepat guna;
b. meningkatkan kemampuan pasokan Asbuton sebagai bahan tambah, bahan substitusi,
dan/atau bahan pengganti aspal minyak; dan
c. meningkatkan manfaat ekonomi dan kemandirian industri Asbuton bagi masyarakat dan
lingkungan setempat.

Rantai Pasok Aspal Buton 65


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 3
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penggunaan Asbuton;
b. pembinaan teknis;
c. pengadaan Asbuton; dan
d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Rantai Pasok Aspal Buton 66


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB II
PENGGUNAAN ASBUTON

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton

Pasal 5
1) Penggunaan Asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan harus menggunakan Abuton Olahan
yang sudah tersertifikasi melalui pengujian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan atau lembaga
pengujian yang telah terakreditasi.
2) Spesifikasi teknik campuran beraspal yang menggunakan Asbuton secara rinci mengikuti standar,
petunjuk, dan pedoman teknis.
3) Dalam hal diperoleh teknologi baru perkerasan jalan yang menggunakan Asbuton dan telah diuji oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, dapat diusulkan penggunaannya kepada Direktorat Jenderal
Bina Marga.
4) Rincian mengenai penggunaan teknologi dan jenis Asbuton tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 67


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB II
PENGGUNAAN ASBUTON

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton

Pasal 6
1) Dalam mendukung penggunaan Asbuton, produsen Asbuton harus sudah memperoleh sertifikat
manajemen mutu dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Dalam hal Asbuton diperoleh dari produsen Asbuton yang belum bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.

Rantai Pasok Aspal Buton 68


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB IV
PENGADAAN ASBUTON

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8
Tata cara pengadaan Asbuton untuk pembangunan dan/atau preservasi jalan mengikuti ketentuan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Bagian Kedua
Sistem Penyangga (Buffer Stock) Asbuton

Pasal 9
1) Dalam hal mencegah terjadinya ketidakstabilan harga dan tidak tersedianya pasokan Asbuton dalam
suatu periode tertentu, serta untuk menjaga pemenuhan kebutuhan Asbuton secara berkelanjutan,
Direktorat Jenderal Bina Marga menetapkan Sistem Penyangga (buffer stock) Asbuton, sesuai dengan
kewenangannya.
2) Untuk mendukung kestabilan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan adanya
dukungan jalur pelayaran regular menuju lokasi Sistem Penyangga (Buffer Stock) melalui
kementerian/lembaga yang terkait.

Rantai Pasok Aspal Buton 69


Peraturan Menteri PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12
Setiap produsen Asbuton harus sudah memiliki sertifikat manajemen mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkannya Peraturan Menteri ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 70


Kesimpulan
1. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah menyelesaikan Peraturan Menteri PUPR Nomor
18/PRT/M/2018 tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi
Jalan.
2. Dengan telah terbitnya Peraturan Menteri PUPR sebagaimana tersebut di atas, Ditjen Bina
Konstruksi melakukan beberapa inisiasi antara lain: (i) Pembentukan Asbuton Promotion
Centre di Balai Material dan Peralatan Konstruksi Jakarta, (ii) Penyelenggaraan Pelatihan
Penerapan Teknologi AMP Menggunakan Aspal Buton bagi Penyedia Jasa, (iii) Fasilitasi
penyiapan Teknologi Feeder System sebagai Peralatan Pendukung AMP yang menggunakan
Asbuton yang bekerja sama dengan Produsen AMP, dan (iv) Kajian Pendayagunaan
Industrialisasi Aspal Buton.
3. Ditjen Bina Konstruksi turut serta melakukan pengendalian pemanfaatan Asbuton bersama
dengan Ditjen Bina Marga melalui Surat Keputusan Dirjen Bina Marga Tahun 2016 tentang
Tim Pengendali Pemanfaatan Asbuton TA 2016 (perlu dioptimalkan).
4. Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) akan merealisasikan pelaksanakan
bersama anggotanya terkait rencana sertifikasi produsen Asbuton bekerja sama dengan PT.
SUCOFINDO.
5. Ditetapkannya UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dimana terdapat beberapa
Bab dan Pasal yang secara khusus mengatur tentang Material Konstruksi  Mengutamakan
Penggunaan Material Dalam Negeri (pasal 33, ayat 1, huruf f).

Rantai Pasok Aspal Buton 71


MATERIAL DAN PRODUKSI
3 ASBUTON
oleh ASPABI
Lay Out
3.1 Produsen Anggota ASPABI (Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia)

3.2 National Asphalt Consumption

3.3 Bahan Baku Asbuton

3.4 Proses Penambangan

3.5 Proses Produksi

3.6 Kemasan, Distribusi, dan Penyimpanan

3.7 Kontrol Kualitas

3.8 Kapasitas Produksi Asbuton

Material dan Produksi Asbuton 73


Produsen Anggota ASPABI
1. PT Wika Bitumen
2. PT Putindo Bintech (BAI)
3. PT Olah Bumi Mandiri
4. CV Tribina Marga Karsa Cipta
5. PT Summitama Intinusa
6. PT Mastic Utama Sarana
7. PT Asbuton Jaya Abadi
8. PT Cipta Wahana Persada
9. PT Hasrat Tata Jaya
10. PT Dua Tiga Sejahtera
11. CV Ketahanan Aspal Nasional
12. PT Buton Aspal Nasional
13. CV Asbuton Palu Utama
14. PT Bumi Andum Digdaya Makmur
15. PT Performa Alam Lestari

Material dan Produksi Asbuton 74


National Asphalt Consumption

1.667.000 Ton/year

Commonly asphalt is OIL ASPHALT,


which produced in oil refinery

Material dan Produksi Asbuton 75


National Asphalt Consumption

1.667.000 Ton/year
Data Tahun 2016

Import 79%
1.317.000 Ton/year
Local 21%
350.000 Ton/year

Material dan Produksi Asbuton 76


National Asphalt Consumption

Import 79%
1.317.000 Ton/year
If asphalt price in August 2018 US$ 460 per Ton

TOTAL IMPORT VALUE FOR ASPHALT:


US$ 605,820,000
Rp. 8.481.480.000.000,-
Material dan Produksi Asbuton 77
Tahun 2023

1.667.000 Ton/year
Data Tahun 2016

Import 100%
1.667.000 Ton/year
Local 0%
0 Ton/year

Material dan Produksi Asbuton 78


Kenaikan Harga Aspal Minyak Pertamina
Uraian Mei 2018 Juni 2018 Juli 2018 Agustus 2018
Aspal Minyak Pertamina Curah di Gresik
5.000.000 5.490.000 5.790.000 6.420.000
Excl PPn dan Ongkir
% Kenaikan 9,8% 15,8% 28,4%

ALBERTA CANADA

TRINIDAD LAKE ASPHALT


BUTON ASPHALT

Natural Asphalt Resources

Material dan Produksi Asbuton 79


Deposit Aspal Alam di Pulau Buton

312,718,460
350,000,000

226,165,670
300,000,000 THICKNESS
78 m

181,004,200
250,000,000

Deposit 662 Million Tons


Amount

130,906,500
200,000,000 Asphalt Demand of 1,2 Million Ton/year
Asphalt Content 25%

99,786,080
Meeting The Needs of Asphalt 137 years
150,000,000
57,755,000

100,000,000

19,596,780
4,530,000

2,682,120
2,011,157
1,720,000

620,000
50,000,000

-
RONGI KABUNGKA LAWELE EPE ROTA MADULLAH

Location

Speed Area TOTAL Asbuton Deposit TOTAL


(m²) 376,537,850 m² (Ton) 662,960,267 Ton

Sumber: Pusjatin, Balitbang

Material dan Produksi Asbuton 80


Chemical Properties
Chemical Composition of Mineral of Lawele and Kabungka

Values (%)
Composition Dapat dilihat bahwa bagian
Lawele Kabungka mineral dari aspal alami yang
CaCO₃ 72,90 86,66 diamati adalah terutama
karbonat dalam bentuk
MgCO₃ 1,28 1,43 CaCO₃ (72,90% untuk Lawele
CaSO₄ 1,94 1,11 dan 86,66% untuk Kabungka).
CaS 0,52 0,36
H₂O 2,94 0,99
SiO₂ 17,06 5,64
Al₂O₃ + Fe₂O₃ 2,31 1,52
LOI 1,05 0,96
Perbandingan Properties
Properties Kabungka Lawele
Jenis Aspal Keras Lunak
Kadar Aspal 15 – 25 % 20 – 30 %
Kandungan Aspaltene Tinggi Rendah
Kandungan Maltene Rendah Tinggi
Digunakan Sebagai Additive Substitusi Asmin

Material dan Produksi Asbuton 81


Material dan Produksi Asbuton 82
Material dan Produksi Asbuton 83
Pertambangan Asbuton
No. Kepemilikan Usaha Pertambangan

1 Pemilik IUP (Izin Usaha Pertambangan) adalah BUMN atau Swasta.


IUP diterbitkan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (sebelumnya diterbitkan oleh Bupati) dengan
2
tahapan IUP yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Eksploitasi.
Kedua IUP tersebut ada masa berlakunya, dimana pada saat perpanjangan akan dilakukan evaluasi dari
3
Minerba apakah diizinkan untuk diperpanjang atau diberhentikan.

No. Lokasi Proses Penambangan


Kabungka

Penambangan seperti
1
penambangan batu pecah.

Karena lunak, penambangan


dapat dilakukan secara
Lawele

langsung dengan
2
menggunakan alat berat,
setelah membuang lapisan
tanah yang menutupinya.

Material dan Produksi Asbuton 84


Diagram Proses Produksi
Asbuton B 5/20

Kabungka
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing

Packaging Screening 2 Drying

Material dan Produksi Asbuton 85


Diagram Proses Produksi
Asbuton B 50/30

Lawele
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing

Special
Packaging Screening 2 Method of
Drying

Material dan Produksi Asbuton 86


Struktur Harga
Uraian Persentase
Bahan Baku 21%
Biaya Produksi 43%
Biaya Tidak Langsung 6%
Biaya Transportasi 30%
Harga sampai di User 100%

Material dan Produksi Asbuton 87


Diagram Proses Produksi
Asbuton Pracampur

Lawele Oil
Raw Asphalt
Material
Oil Asphalt

Blending
Special
Concentrate
Blending

Packaging

Material dan Produksi Asbuton 88


Struktur Harga
Uraian Persentase
Bahan Baku Aspal Buton 7%
Bahan Baku Aspal Minyak 63%
Biaya Produksi 10%
Biaya Tidak Langsung 9%
Biaya Transportasi 11%
Harga sampai di User 100%

Material dan Produksi Asbuton 89


Flowchart Digram Proses Ekstraksi
Sumber: WIKA Bitumen
Oil Product

Buton
Distillation
Asphaltic Liquid
Process
Rock

Asphalt Product

Extraction
Liquid - Solid
Process

Solvent

Drying and
Solvent Solid Solvent Recovery
Process

Solid Waste

Material dan Produksi Asbuton 90


Kemasan, Distribusi, dan Penyimpanan

 Kemasan  Distribusi
JUMBO Distribusi dapat dilakukan dengan
JENIS ASBUTON CURAH DRUM KANTONG
BAG
beberapa moda yaitu:
Asbuton
OK OK • Truk atau truk tangki, jika masih
Berbutir B 5/20
Asbuton
bisa dijangkau dengan darat.
Berbutir B 50/30
OK OK • Kombinasi truk dan kapal, jika
Asbuton melalui laut. Pengangkutan dengan
OK OK OK kapal dapat menggunakan kapal
Pracampur
biasa atau dalam container.
Asbuton Murni OK OK OK
• Pemilihan moda transportasi ini
tergantung biaya pengangkutan.

 Penyimpanan
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Ketepatan waktu kedatangan barang dipengaruhi dengan kesiapan stock produsen dan lamanya
pengangkutan. Hal ini dapat disiasati dengan penyusunan jadwal kebutuhan barang yang tepat.
• Fasilitas infrastruktur dan jadwal kapal regular dari pelabuhan keberangkatan sangat menentukan
ketepatan waktu pengiriman. Sebagai contoh jadwal kapal regular dari Tanjung Perak Surabaya ke
Indonesia bagian Timur sangat banyak, sehingga lebih leluasa dalam mengatur jadwal pengiriman.
• Volume kebutuhan juga sangat menentukan penetapan moda transportasi yang berujung pada biaya
transportasi. Volume yang besar dapat menyewa kapal khusus sehingga lebih cepat sampai,
sedangkan volume kecil sangat bergantung pada kesediaan kapal.

Material dan Produksi Asbuton 91


Pembongkaran dan Penyimpanan

 Pembongkaran
JENIS ASBUTON KEMASAN CURAH DRUM KARUNG JUMBO BAG
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 5/20 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 50/30 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Disusun berdiri
Pracampur ke tangki gudang tertutup
Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Asbuton Murni Disusun berdiri
ke tangki gudang tertutup

 Penyimpanan
• Pembongkaran kemasan karung jangan menggunakan gancu karena akan merusak.
• Karung untuk B 5/20 dapat disusun hingga 10 tumpuk.
• Karung untuk B 50/30 maksimal 3 karung tumpuk.
• Karung dan jumbo bag harus disimpan dalam gudang tertutup untuk menjaga kualitas barang.
• Drum dapat ditumpuk di luar asalkan rapi. Biasanya menggunakan drum bekas 200 kg yang lebih
tebal. Jika menggunakan drum aspal bekas 150 kg lebih tipis, sehingga rapuh dan mudah rusak saat
penyimpanan.

Material dan Produksi Asbuton 92


Diagram Kontrol Kualitas

Yes Yes Yes Yes


Quality Quality
Raw Material Production Packaging
Control Control

No No

Reject Reject

Metode pengambilan sampel untuk pengujian kualitas berdasarkan sampling yang diisyaratkan

Material dan Produksi Asbuton 93


Sertifikasi Manajemen Mutu

BAB II
PENGGUNAAN ASBUTON

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton

Pasal 6
1) Dalam mendukung penggunaan Asbuton, produsen Asbuton harus sudah memperoleh
sertifikat manajemen mutu dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Dalam hal Asbuton diperoleh dari produsen Asbuton yang belum bersertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang beranggotakan Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.

Material dan Produksi Asbuton 94


Proses Audit Produsen Asbuton
oleh PT. SUCOFINDO

Penyusunan Pelaporan
Presentasi
Brainstorming Kriteria Audit Audit dan
Hasil
dan Penilaian Klasifikasi

Audit Metode
Objective
Verifikasi proses produksi asbuton oleh produsen agar menghasilkan
produk yang berkualitas dan berkelanjutan dengan kriteria audit yang
Interview
mencakup :

Informasi Supply Chain


Terdokumentasi Bahan Baku Infrastruktur
Finansial SDM
& Produk Verifikasi Dokumen

Quality Sistem
Control Manajemen Site Visit

Material dan Produksi Asbuton 95


Kapasitas Produksi Asbuton Butir
 Asbuton Tipe B 5/20
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Wika Bitumen Buton 1.600 Ton 20.000 Ton
PT Putindo Bintech (BAI) Buton 5.000 Ton 60.000 Ton
PT Summitama Intinusa Surabaya 2.000 Ton 24.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi B 5/20 8.600 Ton 104.000 Ton

 Asbuton Tipe B 50/30


Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Buton 5.000 Ton 60.000 Ton
PT Summitama Intinusa Mojosari 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
PT Buton Aspal Nsional Kendari 4.000 Ton 48.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 2.500 Ton 30.000 Ton
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 2.000 Ton 24.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi B 50/30 21.500 Ton 258.000 Ton

Material dan Produksi Asbuton 96


Kapasitas Produksi Asbuton
 Asbuton Tipe Pra Campur
Produsen Nama Pabrik Lokasi Pabrik Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Olah Mandiri Bumi Retona Jakarta/Pasuruan 10.000 Ton 120.000 Ton
PT Summitama Intinusa SBMA Surabaya 2.500 Ton 30.000 Ton
PT Hasrat Tata Jaya JBMA-50 Pekanbaru 2.500 Ton 30.000 Ton
PT Performa Alam Lestari BNA-blend NA NA NA
Jumlah Kapasitas Produksi Asbuton Pracampur 15.000 Ton 180.000 Ton

 Asbuton CPHMA
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Kendari 5.000 Ton 60.000 Ton
Bogor 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 7.500 Ton 90.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
CV Tibina Marga Karsa Cipta Padalarang 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Dua Tiga Sejahtera Kedari 3.000 Ton 36.000 Ton
Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Asbuton Palu Utama Palu 1.500 Ton 18.000 Ton
PT Bumi Andum Digdaya Makmur Sidoarjo 1.000 Ton 12.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi CPHMA 28.000 Ton 336.000 Ton

Material dan Produksi Asbuton 97


POTENSI DAN STRATEGI
4 PEMANFAATAN ASBUTON
Lay Out
4.1 Latar Belakang
4.2 Sejarah Terbentuknya Pulau Buton
• Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Stratigrafi Undak Laut Pulau Buton
• Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton
4.3 Potensi dan Validasi Deposit Asbuton
4.4 Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
4.5 Success Story Teknologi Asbuton
4.6 Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
4.7 Rekomendasi Penggunaan Asbuton Berdasarkan Kelas Jalan Nasional
4.8 Kendala dan Penanggulangannya dalam Pemanfaatan Asbuton
4.9 Saran Wilayah Cluster Pendistribusian Asbuton di Indonesia

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 99


Latar Belakang
• Pengertian dan Lokasi Deposit Asbuton
Asbuton adalah singkatan dari Aspal Buton atau Aspal Batu Buton. Asbuton digunakan untuk menyebut
aspal alam yang depositnya berada di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
• Manfaat Asbuton
a. Aditif Aspal;
b. Substitusi Aspal;
c. Bahan lokal;
d. Dapat memenuhi lebih dari 100 tahun kebutuhan Aspal Nasional;
e. Membuka lapangan kerja; dan
f. Meningkatkan APBN dan APBD.

Sejarah Terbentuknya Pulau Buton


1. Potensi deposit asbuton erat kaitannya dengan peristiwa geologi terbentuknya Pulau Buton.
2. Pergerakan vertikal dan horizontal lempeng tektonik memunculkan berbagai potensi mineral dan minyak
bumi di Pulau Buton.
3. Pad awalnya Pulau Buton merupakan bagian dari Pulau Austrlia, namun terlepas dan bergeser hingga
berbenturan dengan Pulau Muna mengangkat berbagai potensi geologi.

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 100


Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Pulau Buton memiliki panjang
sekitar 130 km dan lebar sekitar 50
km.
• Berdasrkan patahan tektonik, Pulau
Buton terdiri dari 9 formasi, yaitu:
1. Formasi Mukito;
2. Formasi Doole;
3. Formasi Winto;
4. Formasi Ogena;
5. Formasi Rumu;
6. Formasi Tobelo;
7. Formasi Tondo;
8. Formasi Sampolakosa; dan
9. Formasi Wapulaka.
• Rembesan minyak dan aspal
terdapat pada Formasi Tondo,
Sampolakosa, dan Wapulaka.
Ketiga formasi tersebut pada peta
tam[ak sangat luas.
• Aspal mengisi pori-pori batuan dan Gambar: Peta Geologi
dapat keluar melalui rekahan. Regional Pulau Buton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 101


Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Formasi Tondo terendapkan dalam lingkungan
heritik hingga bathial bawah. Tebal formasi lebih
dari 1300 m.
• Formasi Sampolakosa disusun oleh batuan napal,
berlapis tebal sampai massif, berumur N16/N17-N21
dengan lingkungan perendapan neritik hingga
abisal, dengan puncak genang laut terjadi pada
N19/N20.
• Formasi Wapulaka berumur kuarter disusun oleh
batu gamping bioklastika wackstone. Formasi itu
terbentuk pada lingkaran laguna-litorial dengan
tebal sekitar 700 m.
Gambar: Formasi Tondo

Gambar: Formasi Sampolakosa


Gambar: Formasi Wapulaka

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 102


Stratigrafi Undak Laut Pulau Buton
• Undak laut mengindikasikanaktifitas vertikal
lempeng tektonik.
• Undak laut di Pulau Buton terdiri dari batu
gamping terumbu yang terangkat.
• Ketinggian undak laut di atas muka laut mencapai
±400 m di puncak Tanjung Labokeh Baubau,
± 100 m di Desa Kondawa Pasarwajo, dan ± 110
m di Tanjung Lombe Baubau.
• Adanya empat undak laut utama dan lebih dari
lima sub-undak laut menggambarkan Pulau
Buton terbentuk dari proses pengangkatan
tektonik.
• Berdasarkan ketinggian undak laut dan umur
batuan terumbu dapat diketahui kecepatan
pengangkatan Pulau Buton dapat mencapai
0,7 – 0,8 mm/tahun.
• Undak laut tersebut ada yang berumur Holosen
dan ada pula Interglasial.

Gambar: Undak Laut Batuan Gamping Terumbu di Pulau Buton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 103


Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton
Perubahan Muka Air Laut Kuarter

• Kecepatan pengangkatan Pulau Buton 0,7 – 0,8 mm/tahun ini dengan anggapan ketinggian
muka air laut saat ini sama dengan 7.000 tahun lalu.
• Muka air laut dapat berubah akibat:
o adanya tektonik-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
epirogenesis atau orogenesis;
o adanya sedimento-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
perubahan jumlah beban sedimentasi yang mempengaruhi dimensi cekungan;
o adanya glasial-isostasi yaitu perubahan volume air laut yang diakibatkan oleh
pengglasian yang menyebabkan pembekuan, serta penambahan volume es dikedua
kutub bumi;
o adanya erosi-tektonik yaitu perubahan atau pergerakan lantai samudera, karena
sejumlah besar sedimen dasar laut dari cekungan lantai samudera menunjam
disebabkan oleh proses subdikasi.

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 104


Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton

Perubahan Muka Air Laut Kuarter

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 105


Potensi Deposit Asbuton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 106


Validasi Deposit Asbuton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 107


Deposit Asbuton Tervalidasi
Besarnya deposit Asbuton di Pulau Buton sudah
divalidasi oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan pada
Tahun 2012 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Deposit Asbuton

Area Ketebalan Jumlah Deposit


No. Lokasi
(m²) (m) (Ton)
1 Rongi 57.755.000 78 226.165.670
2 Kabungka 181.004.200 78 312.718.460
3 Lawele 130.906.500 78 99.786.080
4 Epe 1.720.000 78 2.011.157
5 Rota 4.530.000 78 19.596.780
6 Madullah 620.000 78 2.682.120
Total 376.537.850 78 662.960.267

Gambar: Peta Deposit Asbuton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 108


Deposit Asbuton Tervalidasi
 Deposit Asbuton di Kabungka

 Deposit Asbuton di Lawele

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 109


Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
Jenis Teknologi Persen Substitusi

Butur Seal 100%

LPMA 100%
Asbuton
B 50/30 (Lawele)
CPHMA Max. 75%

Granular
Hot Mix Max. 75%
Asbuton

Hot Mix Max. 10%


Asbuton
B 5/20 (Kabungka)
Type of Asbuton Warm Mix Max. 25%

Pre-blend
Hot Mix Max. 10%
Asbuton

Full Extraction
100%
Asbuton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 110


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 5/20

Gorontalo (2006) Southaest Sulawesi (2006) Riau (2009)

3 years old

1 years old
Nort Java Corridor in Brebes (228) Palembang (2009)

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 111


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 5/20

Jalan Tol China (2009) Proyek Persiapan Jembatar Antar Pulau dengan
ACWC-asb di Provnsi Jiangsu China (2010)

Proyek Jalan di Provinsi


Proyek Jalan di Provinsi Anhui, China (2012)
Shanghai, China (2010)
Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 112
Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 50/30

Takalar (2007) Konawe (2008)

Buton (2015) Buton (2015)


Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 113
Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Pracampur

Pelet - Rajapolah
Pre-Blend Yogyakarta Pre-Blend Sentolo – Tasikmalaya (2013)
(2010) Kulonprogo (2011)

Pre-Blend Milir – Pelet - Rajapolah Pelet - Rajapolah


Kulonprogo (2012) Tasikmalaya (2013) Tasikmalaya (2013)

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 114


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Pracampur

Peningkatan Batas
Kab. Ngawi - Batas Kota Caruban,
Jawa Timur (2013)

Peningkatan Struktur Jalan


Caruban – Nganjuk – Kertosono (2013)

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 115


Success Story Teknologi Asbuton
Uji Coba Gussasphalt Asbuton di Jepang

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 116


Success Story Teknologi Asbuton
Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)

Buton (2013) Wakatobi (2012) Kolaka(2011)

Kolaka (2010) Konawe (2010) Sulawesi Selatan (2011)

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 117


Success Story Teknologi Asbuton
Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 118


Success Story Teknologi Asbuton
Lapis Penetrasi Makadam Asbuton (LPMA)

Muna 2008 Muna 2008 Buton 2008

Buton 2008 Buton 2008 Buton 2008

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 119


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 120


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
Butur Seal

Buton Utara
Buton Utara (2010) Buton Utara (2013) Jln. Lingkungan

Buton Utara Buton Utara Buton Utara


Jln. Lingkungan Jalan keluar kota Jalan keluar kota

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 121


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
Butur Seal

Buton Utara Buton Utara


Jalan ke Pelabuhan Jalan ke Pelabuhan

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 122


Rekomendasi Penggunaan Asbuton
Berdasarkan Kelas Jalan Nasional

1. Butur Seal, LPMA (warna hijau):


• panjang : 6.185.641 m
• kebutuhan asbuton : 494.851 Ton

2. Hot Mix LGA, CPHMA (warna biru):


• panjang : 22.543.255 m
• kebutuhan asbuton : 1.036.990 Ton

3. Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton (warna merah):


• panjang : 14.446.368 m
• kebutuhan asbuton : 199.360 Ton

Total Kebutuhan Asbuton = 1.731.201 Ton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 123


Rekomendasi Penggunaan Asbuton
Berdasarkan Kelas Jalan Nasional

Gambar: Simulasi Pemilihan Teknologi Asbuton

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 124


Kendala dan Penanggulangannya dalam Pemanfaatan Asbuton
Terkendalanya Tidak Konsistennya Belum Dipahaminya Teknologi Asbuton
Rantai Pasok Asbuton Kualitas Produk Asbuton oleh Pihak Terkait
• Transportasi Asbuton antar pulau • Bentuk produk yang seharusnya • Kendala pelaksanaan perkerasan jalan
biasanya dilakukan dengan menggunakan butiran lolos saringan ASTM No. Asbuton juga terjadi karena masih
angkutan laut. 4 (4,75 mm) ternyata terjadi belum dikuasainya teknologi Asbuton
• Kondisi saat ini, penggunaan transportasi penggumpalan, sehingga oleh para pihak terkait, khususnya para
laut dari satu pulau ke pulau lain menyulitkan saat pelaksanaan. pelaksana di lapangan. Hal ini dapat
Permasalahan

dibanding sebaliknya banyak yang belum • Kadar dan nilai penetrasi menyebabkan perencanaan campuran
seimbang, sehingga seringkali saat bitumen dalam Asbuton tidak tidak maksimal dan pelaksanaan
kembali angkutan dalam keadaan kosong. sesuai persyaratan sebagai pekerjaan tidak sesuai ketentuan.
• Tranportasi tidak terjadwal baik serta akibat dari variatifnya kondisi
biaya angkutan relatif mahal. bahan baku alam.
• Sebagai contoh, biaya pengiriman • Kurangnya kontrol produk di
Asbuton dari Surabaya ke Aceh biayanya pabrik maupun saat penerimaan
dua kali biaya pengiriman dari Surabaya ke di lapangan.
Cina, Korea, dan Jepang.
• Buffer stock. • Meningkatkan peran Asosiasi. • Melakukan pembinaan pada semua
• Tol laut. • Peningkatan komitmen produsen pihak terkait (termasuk para pelaksana
Rekomendasi Penanggulangan

• Zonasi produk/teknologi Asbuton. Asbuton. di lapangan). Sinergi antara Balitbang,


• Prioritasisasi penerapan teknologi • Sertifikasi produk Asbuton. Ditjen Bina Marga, dan Ditjen Bina
Asbuton. • Sertifikasi produksi/produsen Konstruksi, BPSDM, serta Asosiasi.
• Penggunaan Asbuton di jalan daerah Asbuton. • Melanjutkan kegiatan diseminsasi.
sekitar Buton. • Peningkatan pelaksanaan kontrol • Melanjutkan kegiatan pendampingan
• Pemberian subsidi Asbuton. di lapangan. teknis.
• Memperluas keterlibatan instansi lain • Mendorong pembinaan industri • Melanjutkan kegiatan advis teknis.
(Menkoekuin, Menperin, Mendag, dan oleh pihak terkait. • Mendukung penggunaan Balai di
Menhub). Suratmo milik Ditjen Bina Konstruksi
• Mendorong kajian Rantai Pasok oleh sebagai tempat pelatihan dan
pihak terkait. percontohan AMP khusus Asbuton.

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 125


Saran Wilayah Cluster Pendistribusian Asbuton di Indonesia

Potensi dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 126


PROGRAM PENGGUNAAN DAN
5 SPESIFIKASI TEKNIS ASBUTON
Lay Out
5.1 Regulasi Pemanfaatan Asbuton

5.2 Program dan realisasi Penggunaan Asbuton di lingkungan Ditjen Bina Marga

5.3 Spesifikasi Teknis Asbuton

5.4 Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan Asbuton

5.5 Strategi Ditjen Bina Marga untuk Meningkatkan Penggunaan Asbuton

5.6 Penutup

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 128


Regulasi Pemanfaatan Asbutom

• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dimana


terdapat beberapa Bab dan Pasal yang secara khusus mengatur tentang
Material Konstruksi → Mengutamakan Penggunaan Material Dalam
Negeri (Pasal 33, ayat 1, huruf f)

• Peraturan Menteri PU Nomor 18/PRT/M/2018 tanggal 9 Juli 2018 tentang


Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 129


Kebijakan Penggunaan Aspal Buton

• Potensi aspal buton yang merupakan sumber daya alam Indonesia.

• Deposit aspal buton sangat besar (±660 juta Ton).

• Indonesia masih mengimpor ±50% kebutuhan aspal minyak.

• Tahun 2022 Pertamina tidak lagi memproduksi aspal minyak.

• PT Wika Bitumen bekerja sama dengan Pertamina akhir tahun 2018 akan
memproduksi aspal buton murni.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 130


Pasokan Aspal Nasional

20,2 %

50,3 %
29,5 %

Import - Non Pertamina


Import - Pertamina
Lokal - Pertamina Cilacap

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 131


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
PANJANG TARGET
NO. PROVINSI EFEKTIF ASBUTON
(KM) (TON) PANJANG TARGET
NO. PROVINSI EFEKTIF ASBUTON
1. Provinsi Aceh 13,96 653,43 (KM) (TON) PANJANG TARGET
NO. PROVINSI EFEKTIF ASBUTON
Provinsi Sumatera Provinsi Jawa
2. 60,36 5.000,00 14. 43,15 2.420,80 (KM) (TON)
Utara Tengah
Provinsi Sulawesi
3. Provinsi Riau 10,00 700,00 Provinsi DIY 25. 30,60 8.902,16
15. 10,48 808,90 Selatan
Provinsi Sumatera Yogyakarta
4. 12,30 962,54 Provinsi Sulawesi
Barat 16. Provinsi Jawa Timur 44,12 4.031,82 26. 0,00 0,00
Barat
5. Provinsi Bengkulu 6,97 1.108,19 17. Provinsi Bali 0,60 3,67 Provinsi Sulawesi
6. Provinsi Jambi 40,50 2.362,43 27. 11,00 3.690,18
Provinsi Nusa Tengah
18. 6,00 400,00
7. Provinsi Kep. Riau 12,00 1.039,38 Tenggara Barat Provinsi Sulawesi
28. 56,44 9.647,49
Provinsi Sumatera Provinsi Nusa Tenggara
8. 43,16 3.001,09 19. 800,00
Selatan Tenggara Timur Provinsi Sulawesi
29. 30,85 979,49
9. Provinsi Lampung 62,15 3.289,51 Provinsi Kalimantan Utara
20. 3,60 252,88
Selatan 30. Provinsi Gorontalo 7,10 115,75
Provinsi Bangka
10. 1,80 528,12 Provinsi Kalimantan
Belitung 21. 5,00 450,00 31. Provinsi Maluku 84,78 2.237,28
Tengah
11. Provinsi Banten 13,07 454,71 Provinsi Maluku
Provinsi Kalimantan 32. 32,00 979,96
12. Provinsi DKI Jakarta 3,50 2.254,00 22. 6,00 447,00 Utara
Barat
13. Provinsi Jawa Barat 8,85 200,72 Provinsi Papua
Provinsi Kalimantan 33. 35,41 586,39
23. 4,00 179,69 Barat
Timur
34. Provinsi Papua 5,60 91,71
Provinsi Kalimantan
24. 3,70 300,00 TOTAL 709,05 58.879,29
Utara

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 132


Realisasi Penggunaan Asbuton Tahun 2018
(Status Juli 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 133


Realisasi Penggunaan Asbuton Tahun 2018
(Status Juli 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 134


Realisasi Penggunaan Asbuton Tahun 2018
(Status Juli 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 135


Realisasi Penggunaan Asbuton Tahun 2018
(Status Juli 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 136


Rencana vs Realisasi Penggunaan Asbuton Ditjen Bina Marga

Grafik Pemanfaatan Asbuton 2017-2018

90,000

80,000

70,000

60,000
Volume (Ton)

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rencana 78,223 25,194 32,171 33,478 42,392 37,671 56,127 64,310 86,767 70,448 68,391 58,879
Realisasi 4,031 13,824 21,265 25,097 51,192 56,046 43,521 25,553 55,868 60,214 61,576 10,599

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 137


Total Kapasitas Produksi Produsen Asbuton Tahun 2018
Total Kapasitas Produksi
No. Jenis Asbuton
(Ton/Tahun)
Butir
1. • B 5/20 104.000
• B 50/30 258.000
2. Pracampur 180.000
3. CPHMA 336.000
Total 878.000

Kapasitas Per Bulan Kapasitas Per Tahun Ratio


Tipe Produk
(Ton) (Ton) D/S
Total Kapasitas Produksi 2018 73.100 878.000
Penyerapan 2013 43.521 5%
Penyerapan 2014 25.553 3%
Penyerapan 2015 55.868 6%
Penyerapan 2016 60.214 7%
Penyerapan 2017 61.576 7%
Sumber : ASPABI 2018 dan Ditjen Bina Marga pemanfaatan masih sangat rendah

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 138


Tipe Penggunaan Aspal Tahun 2017

Semi
Butir
• 68.391 Ton Ekstraksi
Rencana (usulan dari Balai)
31.733 Ton
29.843 Ton
51,54%
48,46%
• 61.576 Ton
Realisasi (status Januari 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 139


Tipe Penggunaan Aspal Tahun 2018

Semi Butir
Ekstraksi 27.726 Ton;
• 61.106 Ton
Rencana (usulan dari Balai)
33.380 Ton;
45,37%
54,63%

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 140


Spesifikasi Teknis Asbuton

No. Tipe Asbuton Uraian Spesifikasi yang Digunakan

1 Butir B 5/20 (Kabungka) • Penetrasi 5 SE Menteri PU No. 10/SE/M/2013


• Kadar Aspal 20% tentang Pedoman Spesifikasi Teknis
Campuran Beraspal Panas dengan
Asbuton

2 Butir B 50/30 (Lawele) • Penetrasi 50 Spesifikasi Khusus Interim - 5 Seksi 6.3


• Kadar Aspal 30% Campuran Beraspal Panas dengan
Asbuton Lawele (SKh-6.6.3.1) Tahun
2016

3 Semi Ekstraksi Campuran Aspal Minyak Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
dengan Aspal Buton 2010 Revisi 3, Tipe II-A Aspal yang
• Penterasi min. 50 Dimodifikasi
• Kadar Aspal 90%

4 Campuran Panas Hampar Revisi Spesifikasi Khusus Interim -1


Dingin Cold Paving Seksi 6.3 Asbuton Campuran Panas
Hotmix Asbuton Hampar Dingin Cold Paving Hotmix
(CPHMA) Asbuton (CPHMA) (SKh-2.6.3.3) Tahun
2016

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 141


Persyaratan Asbuton Kabungka (B 5/20)
SE Menteri PU No. 10/SE/M/2013
• Asbuton B 5/20 adalah aspal buton dari Tambang Kabungka yang diproses menjadi butiran.
• Nilai penetrasi sekitar 5 dan kadar aspal sekitar 20.
• Asbuton B 5/20 digunakan sebagai modifikasi aspal minyak, adapun biasanya pemakaian di lapangan
antara 2-3% terhadap berat campuran.

Ketentuan-Ketentuan untuk Asbuton Butir Kabungke


Sifat-Sifat Asbuton Butir Metode Pengujian Tipe B 5/20 Tipe B 30/25 Tipe B 50/30
Sifat Bentuk Asli
• Ukuran Butir Asbuton Butir
 lolos ayakan 3/8 inchi (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 100
 lolos ayakan no.4 (4,75 mm); % SNI 03-4142-1996 100
 lolos ayakan no.8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100
• Kadar Air; % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 2 Maks. 2
• Kadar Bitumen Asbuton; % SNI 03-3640-1994 18-22 23-27 25-30
Sifat Hasil Ekstraksi
• Kelarutan dalam TCE; % berat RSNI M 04-2004 Min. 99 Min. 99 Min. 99
• Penetrasi Asbuton pada 25:C, 100 gr, 5 det; 0,1 mm SNI 2456:2011 ≤ 15 25-35 40-60
• Titik Lembek; :C SNI 2434:2011 Min. 55
• Daktalitas pada 25:C; cm SNI 2432:2011 ≥ 100
• Berat Jenis SNI 2441:2011 Min. 1,0
• Titik Nyala; :C SNI 2433:2011 Min. 232
• Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 ≤3 ≤3
• Ppenetrasi Asbuton setelah LOH pada 25:C, 100 gr,
SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
5 det; % terhadap penetrasi awal

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 142


Persyaratan Asbuton Lawele (B 50/30)
Sesuai Spesifikasi Khusus SKh-6.6.3.1 Tahun 2016
• Asbuton B 50/30 adalah aspal buton dari Tambang Lawele yang diproses menjadi butiran.
• Nilai penetrasi sekitar 50 dan kadar aspal sekitar 50.
• Asbuton B 50/30 digunakan sebagai substitusi aspal minyak, adapun biasanya pemakaian di lapangan
antara 7-10% terhadap berat campuran.

Ketentuan-Ketentuan untuk Asbuton Lawele

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


A. Sifat Bentuk Asli
1 Ukiran Butir (Inchi) SNI 03-1969-1990 < 3/8
2 Kadar Air (%) SNI 06-2490-1991 Maks. 2
B. Sifat-Sifat Asbuton Lawele Hasil Ekstraksi
1 Kadar Aspal Asbuton (%) SNI 03-3640-1994 25-40
2 Penetrasi pada 25:C, 100 gr, 5 det (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 40-60
3 Titik Lembek (:C) SNI 06-2434-1991 Min. 55
4 Duktilitas pada 25:C, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
C. Pengujian Residu Hasil TFOT
1 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤3
2 Penetrasi pada 25:C, 100 gr, 5 det (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 143


Persyaratan Asbuton Semi Ekstraksi
Spesifikasi Umum Ditjen BM Tahun 2010 Revisi 3
• Asbuton Semi Ektraksi/Pracampur adalah aspal minyak yang sudah dimodifikasi dengan aspal buton.
• Berbentuk persis seperti aspal minyak dengan kandungan filler mineral aspal buton maksimum 10%.

Ketentuan-Ketentuan Aspal Keras


Tipe II Aspal yang
Dimodifikasi
Tipe I Aspal
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian A⁽¹⁾ B
Pen. 60-70
Asbuton yang Elastomer
Diproses Sintetis
1 Penetrasi pada 25:C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 50 Min. 40
2 Viskositas Dinamis 60:C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 160-240 240-360 320-480
3 Viskositas Kinematis 135:C (cSt) SNI 06-6441-2000 ≥ 300 385-2000 ≤ 3000
4 Titik Lembek (:C) SNI 2434:2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54
5 Daktalitas pada 25:C, (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100
6 Titik Nyala (:C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232
7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 ≥ 99 ≥ 90⁽;⁾ ≥ 99
8 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥ 1,0
Stabilitas Penyimpanan : Perbedaan
9 ASTM D 5976 part 6.1 - ≤ 2,2 ≤ 2,2
Titik Lembek (:C)
Partikel yang Lebih Halus dari 150
10 - Min. 95⁽;⁾ -
Micron (μm)(%)
Pengujian Residu Hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) tau RTFOT (SNI 03-6835-2002):
11 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8
12 Viskositas Dinamis 60:C (Pa.s) SNI 03-6441-2000 ≤ 800 ≤ 1200 ≤ 1600
13 Penetrasi pada 25:C (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
14 Daktalitas pada 25:C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 50 ≥ 25
15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - ≥ 60

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 144


Persyaratan Asbuton CPHMA
Spesifikasi Khusus Interim SKh-2.6.3.3 Tahun 2016
• Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin (Cold Paving Hot Mix Asbuton/CPHMA) terdiri dari agregat
bergradasi tertentu, asbuton butir, bahan peremaja, dan bahan tambahan lain bila diperlukan.
• Campuran ini dapat digunakan sebagai lapis perata ataupun lapis permukaan.

Kadar dan Sifat Aspal Hasil Ekstraksi CPHMA harus memenuhi:

Uraian Metode Pengujian Persyaratan Satuan

Kadar Aspal SNI 03-3640-1994 6-8 %

Karakteristik Bitumen Hasil Ekstraksi

Penetrasi 25:C, 100 gr, 5 det SNI 2456:2011 minimum 100 1 mm

Titik Lembek SNI 2434:2011 minimum 40 :C

Daktalitas pada 25:C, 5 cm/menit SNI 2432:2011 minimum 100 cm

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 145


Rencana Ketentuan Spesifikasi Umum Asbuton Tahun 2017

Ketentuan untuk Asbuton Butir Tipe B 5/20 dan Tipe B 50/30

Tipe Tipe
No. Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
B 5/20 B 50/30
1. Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
 Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
 Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air; % SNI 2490;2008 Maks. 2 Maks. 4
2. Sifat Bitumen Hasil Ekstraksi (SNI 8279:2016) dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438:2015 Min.99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40 -- 70
detik; 0,1 mm
- Titik Lembek; C SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktilitas pada 25C; cm SNI 2432:2011 -  100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min. 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada 25 °C,
SNI 2456:2011 - ≥ 54
100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi awal)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 146


Rencana Ketentuan Spesifikasi Umum Asbuton Tahun 2017

Ketentuan untuk Asbuton Murni dan Asbuton Pra-campur

Asbuton Asbuton
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Murni Pra-campur1)
1. Penetrasi pada 25C, 100 g, 5 detik (0,1 mm) SNI 2456:2011 45 - 55 50 - 60
2. Viskositas pada 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 350 - 3000 350 - 3000
3. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 ≥ 49 ≥ 50
4. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
5. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232
6. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
7. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0
8. Pertikel yang lebih halus dari 150 µm (%) SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
Pengujian residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10. Penetrasi pada 25C (%) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
11. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50
12. Kadar Parafin Lilin (%) SNI-03-3639-2002 ≤2 ≤2

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 147


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
PELAKSANAAN UJI COBA DI TOL CIPULARANG KM 109
Tanggal 11 - 13 November 2015

Jalur A (Jakarta – Bandung) sepanjang 140 m (Km 109 +200 – Km 109 +340) dengan
menggunakan Campuran Aspal Buton tebal = 5 cm

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 148


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
Monev 26 Januari 2016
KONDISI VISUAL
PERKERASAN

Kondisi perkerasan dengan Lalu Lintas Berat pada lokasi Uji Gelar Asbuton
Jalan Tol Cipularang Km. 109 +200 Jalur A (arah Jakarta – Bandung)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 149


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
Konsisi Perkerasan (26 Januari 2016)

Perbandingan kondisi lapis permukaan


Asbuton dengan Aspal Minyak Shell

Rutting

Pada lapis permukaan


dengan Aspal Minyak
Shell timbul alur
(rutting), sedangkan
dengan Asbuton masih
baik.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 150


Contoh Penggunaan Asbuton Butir
di Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) tahun 2017

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 151


Permasalahan: Bleeding

Paket dalam Kota Pasuruan TA 2017, aspal buton semi ektraksi :


• Pencampuran dilakukan di AMP oleh kontraktor sendiri
• 2 minggu paska kontruksi -> Kadar Aspal berlebihan

 Pencampuran yang dilakukan sendiri di lapangan tidak dianjurkan

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 152


Permasalahan: Ampas Aspal
- Ampas aspal buton semi
ekstraksi BNA (Buton Natural
Aspal) yang bisa menyumbat
sirkulasi di AMP
- Seharusnya ampas material pada
teknologi aspal modifikasi
asbuton yang diproses sudah
tidak ada lagi

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 153


Permasalahan Pemanfaatan Asbuton di Lapangan
1. Kualitas produk asbuton dari produsen sering tidak seragam;
2. Penurunan suhu lebih cepat dibandingkan dengan hotmix biasa;
3. Pengiriman produk asbuton ke lokasi proyek sering terlambat (rantai pasok):
• mekanisme suplai antara produsen dengan kontraktor belum terbentuk dengan baik,
produsen menunggu kepastian order dari kontraktor.
• stok hanya tersedia di beberapa daerah tertentu.
• pengiriman terlambat, disesuaikan dengan jadwal dan muatan kapal.
• sistem pembayaran dari pengguna/penyedia.
4. Keterbatasan teknologi peralatan pendukung AMP yang menggunakan asbuton;
5. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan baik dari pihak
pengguna jasa maupun pihak penyedia jasa;
6. Pihak perencana belum memahami perencanaan asbuton:
• volume berubah pada saat pelaksanaan
• pemilihan jenis teknologi asbuton tidak tepat
7. Laporan penggunaan asbuton dari Balai tidak sama dengan laporan dari produsen aspal
buton.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 154


Strategi Ditjen Bina Marga
dalam Upaya Peningkatan Penggunaan Asbuton
1. Membuat roadmap jalan untuk peng-cluster-an penerapan teknologi perkerasan jalan.
2. Mengupayakan penyediaan asbuton type CPHMA untuk memenuhi kebetuhan
pemeliharaan rutin pelasanakan jalan yang dilaksanakan dengan swakelola.
3. Bersama BBPJN/BJPN menetapkan jenis aspal buton sebagai bahan perkerasan jalan pada
tahap desain untuk paket-paket usulan program Tahunan dan Kontrak Tahun Jamak.
4. Melaksanakan sosialisasi dan pendampingan teknis di lapangan.
5. Mengupayakan Sistem Penjaminan Mutu Produk untuk anggota Aspabi:
• Sertifikasi Produsen dan Sertifikasi Produk, dan
• inspeksi dan pengendalian mutu lapangan
7. Bersama Puslitbang menyusun Revisi Spesifikasi Aspal Buton, yang nanti akan dituangkan
dalam Spesifikasi Umum 2017.
8. Dukungan Ditjen Bina Marga terhadap usulan PT. WIKA BITUMEN untuk investasi Intalasi
Full Ekstraksi Aspal Buton Murni kapasitas produksi PEN 40/50 sebesar 60.000 Ton/Tahun.
9. Memperbaiki mekanisme rantai pasok asbuton, sehingga para pelaku saling bersinergi
sebagai bagian dari Rantai Pasok pendukung terbentuknya Industri Produksi Aspal Buton
Indonesia.
10. Memberikan Reward kepada PPK yang telah melaksanakan program asbuton dengan baik.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 155


Penutup
 Pemerintah harus meningkatkan konsistensi dalam program pemakaian asbuton, karena
tanpa kepastian pembeli maka akan sulit bagi Produsen Asbuton untuk menjustifikasi
investasi asbuton.

 Pemerintah harus meningkatkan kontrol tentang kualifikasi Produsen Asbuton terutama


Quality Produk. Mendorong untuk memulai proses sertifikasi oleh Sucofindo untuk
menyaring produsen berkualitas dengan produsen oportunis.

 Komitmen dan pelayanan kepada pelanggan berupa bantuan teknik dari Produsen Asbuton
anggota ASPABI kepada Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa menjadi penting untuk
keberlangsungan penggunaan produk oleh pelanggan.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 156


JENIS PRODUK DAN APLIKASI
6 TEKNOLOGI ASBUTON
Lay Out
6.1 Latar Belakang
6.2 Produk Asbuton
6.3 Klasifikasi Penggunaan Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
6.4 Campuran Beraspal dengan Asbuton
• Teknologi Asbuton Campuran Panas Tipe A dan Tipe B
6.5 Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
• Teknologi CPHMA
6.6 Persyaratan Campuran Aspal Buton
6.7 Lapisan Penetrasi Makadam Asbuton
• Gambar Potongan Melintang LPMA Tipe A dan Tipe B
• Ketentuan Gradasi Agregat Pokok, Pengunci , dan Penutup
• Persyaratan Kuantitas Bahan Tipe Asbuton
6.8 Lapisan Tipis Butur Seal
• Kriteria Lapis Tipis Butur Seal

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 158


Latar Belakang
1. Asbuton merupakan salah satu kekayaan alam (bahan lokal) Indonesia yang harus dapat dimanfaatkan
untuk kemakmuran bangsa, antara lain untuk meningkatkan kemandirian bangsa melalui swasembada
aspal nasional;
2. Deposit asbuton sangat melimpah yaitu sebesar 663 juta ton dengan jumlah bitumen sekitar 132 juta
ton atau setara dengan kebutuhan aspal nasional Indonesia (1,2 juta Ton/tahun) selama lebih dari 100
tahun;
3. Jika digunakan untuk substitusi aspal minyak import sebesar 600.000 Ton/tahun, maka asbuton dapat
digunakan selama lebih dari 200 tahun;
4. Teknologi perkerasan jalan asbuton sudah cukup memadai dan tersedia untuk berbagai kelas jalan
(berat, sedang, dan ringan);
5. Namun penggunaan sampai saat ini masih kurang dari 100.000 Ton/tahun atau (100.000 Ton setara
dengan aspal minyak 20.000 Ton/tahun atau setara dengan 3,5% substitusi aspal impor);
6. Berdasarkan pemantauan di lapangan, permasalahan asbuton adalah:
• belum konsistennya produk asbuton,
• terkendalanya rantai pasok, dan
• belum dikuasainya teknologi asbuton oleh para pelaksana.
7. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu kerjas ama lintas Kementerian dan Lembaga/Asosiasi;
8. Kementrian PUPR sebagai pihak yang telah berpuluh-puluh tahun berupaya memanfaatkan asbuton,
perlu memberikan pemahaman kondisi terkini pemanfaatan asbuton pada Kementerian lain dan
Lembaga/Asosiasi, serta mengajak peran serta mereka.

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 159


Produk Asbuton
• Sebagai produk alam, raw material asbuton sangat bervariasi.
• Perlu diolah terlebih dahulu agar diperoleh sifat yang homogen, serta bentuknya
memudahkan dalam penggunaannya.
• Jenis-Jenis produk asbuton yang sudah akan beredar dipasaran:
a. Asbuton Butir:
o BGA (Buton Granular Asphalt) Tipe B 5/20
o LGA (Lawele Granular Asphalt) Tipe B 50/30
b. Asbuton Pra Campur
c. Asbuton Murni

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 160


Asbuton Butir
Asbuton Butir
Tipe B 5/20
BGA (Buton Granular Asphalt)
Dibuat dari Asbuton deposit
Teknologi campuran beraspal
Kabungka dengan cara Berfungsi untuk memodifikasi
yang dapat menggunakan tipe
dikeringkan dan dihaluskan, aspal dan campuran beraspal,
ini adalah Asbuton Campuran
sehingga berbentuk butir agar memiliki kualitas dan
Panas, dan Gussasphalt
dengan ukuran maksimum 1,18 kinerja yang lebih tinggi.
Asbuton.
mm.
Asbuton Butir
Tipe B 50/30
LGA (Lawele Granular Asphalt)
Teknologi campuran beraspal
Dibuat dari Asbuton deposit
yang dapat menggunakan tipe
Lawele dengan cara
ini adalah Campuran Panas
dikeringkan, dihaluskan, dan
Berfungsi sebagai substitusi Asbuton Lawele, Lapis Penetrasi
diberi anti penggumpalan,
aspal minyak. Makadam Asbuton (LPMA),
sehingga berbentuk butir
Campuran Panas Asbuton
dengan ukuran maksimum 9,5
Hampar Dingin (CPHMA), Butur
mm.
Seal, dan Cape Buton Seal.

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 161


Asbuton Pracampur dan Asbuton Murni
Asbuton Pra Campur

Asbuton Pra Campur atau


Asbuton Semi Ekstraksi adalah
Asbuton yang diekstraksi
Teknologi campuran asbuton
sampai dengan kemurnian Berfungsi untuk memodifikasi
yang dapat menggunakan
sekitar 50-60% (merujuk pada aspal minyak agar memiliki
Asbuton Pracampur ini adalah
TLA) yang untuk kemudahan kinerja yang lebih baik.
Asbuton Campuran Panas.
pelaksanaan, asbuton ini
dicampur dengan aspal minyak
20:80.

Asbuton Murni

Teknologi perkerasan jalan yang


Asbuton Murni adalah asbuton menggunakan asbuton murni
Kemasaan berupa drum atau
yang diekstraksi sampai adalah semua teknologi
curah.
kemurnian sekitar 99%. perkerasan jalan yang
menggunakan aspal minyak.

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 162


Klasifikasi Penggunaan Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
Kelas Lalu Lintas
No. Jenis Asbuton Jenis Teknologi Jalan Alat Khusus
I II III IV V
B 5/20 Campuran Panas - v v - - -
Campuran Panas - - v v v Asbuton Feeder System
1 Asbuton Butir CPHMA - - - v v -
B 50/30
LPMA - - - v v Lump Breaker
Butur Seal - - - - v Lump Breaker
2 Asbuton Pracampur Campuran Panas - v v - - Pengaduk Aspal
3 Asbuton Murni Campuran Panas - - v v v -

Catatan:
a) Kelas lalu lintas jalan kumulatif selama umur rencana: I = Lalu lintas > 30 Juta ESAL; II = Lalu lintas 10-30 Juta
ESAL; III = Lalu lintas 4-10 Juta ESAL; IV = Lalu lintas 0,1-4 Juta ESAL; V = Lalu lintas < 0,1 Juta ESAL.
b) Asbuton Feeder System adalah alat tambahan yang dipergunakan untuk memasukkan asbuton ke dalam sistem
AMP, Lump Breaker adalah alat penghalus gumpalan asbuton butir, dan Pengaduk Aspal adalah pengaduk
tambahan pada tangki asbuton pracampur agar tidak terjadi pengendapan filler.
c) Asbuton Butir B 5/20 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi bitumen sekitar 5 ( < 10 dmm) dan
kandungan bitumen sekitar 20% (18-23%). Asbuton Butir B 50/30 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi
bitumen sekitar 50 (40-60 dmm) dan kandungan bitumen sekitar 30% (25-35%). Asbuton Pracampur adalah
aspal modifikasi yang dicampur dengan asbuton. Asbuton Murni adalah bitumen asbuton hasil ekstraksi dengan
kemurnian (kelarutan dalam pelarut C₂HCl ₂) minimum 99%.
d) CPHMA adalah singkatan dari Cold Paving Hot Mix Asbuton yang artinya Asbuton Campuran Panas Hampar
Dingin . LPMA adalah singkatan dari Lapis Penetrasi Makadam Asbuton.

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 163


Campuran Beraspal dengan Asbuton

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 164


Teknologi Asbuton
Asbuton Campuran Panas Tipe A

Campuran Asbuton Panas


(ACMod-WC, ACMod-BC)

Lapis Pondasi Agregat Atas

Lapis Pondasi Agregat Bawah

Tanah Dasar (Subgrade)

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 165


Teknologi Asbuton
Asbuton Campuran Panas Tipe B

Campuran Asbuton Panas


(ACMod-WC, ACMod-BC)

Lapis Perkerasan ACMod-Base

Lapis Pondasi Agregat Bawah

Tanah Dasar (Subgrade)

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 166


Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 167


Teknologi CPHMA (Cold Paving Hot Mix Asbuton)

Gambar Tipe A Tipe B Tipe C

(CPHMA)
Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin

Prime Coat Tack Coat Prime Coat

Lapis Pondasi Eksisting atau Lapis Lapis Pondasi


Kelas A Perkerasan Lama Batu Kapur

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 168


Persyaratan Gradasi Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
Persen Berat Lolos
No. Ukuran Ayakan Nominal Maksimum Nominal Maksimum
12,5 mm 19 mm
1 1 inch (25 mm) - 100
2 ¾ inch (19 mm) 100 90 -- 100
3 ½ inch (12,5 mm) 90 -- 100 -
4 3/8 inch (9,5 mm) - 60 -- 80
5 No. 4 (4,76 mm) 45 -- 70 35 -- 65
6 No. 8 (2,36 mm) 25 -- 55 20 -- 50
7 No. 50 (0,300 mm) 5 -- 20 3 -- 20
8 No. 200 (0,075 mm) 2 -- 9 2 -- 8

Persyaratan Aspal dalam Campuran

No. Kadar dan Sifat Aspal dalam Campuran Standar Persyaratan


1 Kadar aspal dalam campuran; % SNI 03-3640-1994 6 -- 8
2 Sifat aspal dalam campuran
- Penetrasi aspal pada temperatur 250C,
SNI 2456:2011 Minimum 100
100 g, 5 detik; dmm
- Titik lembek; oC SNI 2434:2011 Minimum 40
- Daktilitas pada 250C, 5 cm/menit; cm SNI 2432:2011 Minimum 100

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 169


Persyaratan Sifat Campuran Setelah Dipadatkan

No. Sifat Campuran Standar Persyaratan


1 Rongga di antara agregat (VMA); % Minimum 16
2 Rongga terisi aspal, (VFB); % AASHTO M 323-12 Minimum 60
3 Rongga udara dalam campuran (VIM); % 4 - 10
4 Stabilitas Marshall pada temperatur udara; kg ASTM D 6927-06 Minimum 500
Stabilitas sisa setelah perendaman selama 2 x 24
5 Minimum 60
jam pada temperatur udara; %

Catatan:
Pembuatan briket Marshall dipadatkan 2 x 75 tumbukan pada temperatur udara (30oC) dan diuji
stabilitas Marshall juga pada temperatur udara (30oC).

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 170


Lapisan Penetrasi Makadam Asbuton

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 171


Potongan Melintang LPMA Tipe A
7 7. agregat penutup
6
6. asbuton – 2
5
5. tack – coat
4
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal

LPMA-Asbuton
5,00 cm

Lapis Pondasi
Batu Kapur
15,00 cm
prime coat – 1
Scrab dan Padatkan LPAPerkerasan
Eksisting (Lapis Kls B Lama)

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 172


Potongan Melintang LPMA Tipe B 7 7. agregat penutup
6
5 6. asbuton – 2

4 5. tack – coat
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal

LPMA-Asbuton
(Permukaan)
5,00 cm

tack coat

LPA - Base
LPMA Kls B

AC-Base Kelas B

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 173


Ketentuan Gradasi Agregat Pokok, Pengunci, dan Penutup
Tebal lapisan (cm)
Ukuran ayakan
6-7 5-6 4-5
ASTM (mm) % Berat yang lolos
1. Agregat Pokok
3” 75,0 100 - -
2;⁄₂” 62,5 90 – 100 100 -
2 50,0 35 – 70 95 – 100 100
1;⁄₂” 37,5 0 – 15 35 – 70 95 – 100
1” 25,0 0–5 0 – 15 -
=∕₄” 19,0 - 0–5 0–5
2. Agregat Pengunci
1” 25,0 100 100 100
=∕₄” 19,0 95 – 100 95 – 100 95 – 100
=∕₈” 9,5 0–5 0–5 0–5
3. Agregat Penutup
;⁄₂” 12,5 100 100 100
=∕₈” 9,5 85 – 100 85 – 100 85 – 100
No.4 4,75 10 – 30 10 – 30 10 – 30
No.8 2,36 0 - 10 0 - 10 0 - 10
Catatan: Pemilihan gradasi disesuaikan dengan tebal lapisan yang direncanakan. Untuk
penggunaan lapis pondasi tidak digunakan agregat penutup, sehingga tebal lapisan harus
dikurangi ukuran agregat penutup (±1 cm).

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 174


Persyaratan Bahan Asbuton Butir B 50/30

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


A. Sifat Bentuk Asli
1 Ukuran butir, mm SNI ASTM C136-2012 Maks. 9,5
2 Kadar Air, % SNI 2490:2008 Maks. 2
B. Sifat-Sifat Asbuton Butir B 50/30 Hasil Ekstraksi
1 Kadar Bitumen Asbuton, % SNI 03-3640-1994 25-30
2 Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
3 Penetrasi pada 250C; 100 g; 5 det; 0,1 mm SNI 2456:2011 40-60
4 Titik Lembek, 0C SNI 2434:2011 Min. 55
5 Daktalitas pada 250C, cm SNI 2432:2011 ≥ 100
6 Berat jenis SNI 2441:2011 Min. 1,0
7 Titik Nyala, 0C SNI 2433:2011 Min. 232
C. Pengujian Residu Hasil TFOT
8 Berat yang Hilang (LOH), % SNI 06-2440-1991 ≤3
9 Penetrasi pada 250C; 100 g; 5 det, % (terhadap penetrasi awal) SNI 2456:2011 ≥ 54

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 175


Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Permukaan
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30 Agregat
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2 penutup
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2 10 + 1
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2 10 + 1
4–5 85 ± 1 0,18 – 0,3 8±2 19 ± 1 10 ± 2 10 + 1
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan

Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Pondasi
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 176


Lapisan Tipis Butur Seal

Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 177


Kriteria Lapis Tipis Butur Seal
Persyaratan Bahan Asbuton Butir B 50/30
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan
A Sifat Bentuk Asli
1 Ukuran granular/butiran, mm SNI 1969:2008 9.5 mm
2 Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2
B Sifat Bitumen Asbuton Butir B 50/30 Hasil Ekstraksi
1 Kadar aspal asbuton, % SNI 03 3640-1994 25 - 30
2 Penetrasi aspal asbuton pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik, 0.1 mm SNI 2456:2011 40 - 60
3 Titik lembek, ᴼC SNI 2434:2011 Min. 55
4 Daktalitas, 25ᴼC, cm SNI 2432:2011 ≥ 100
5 Berat jenis SNI 2441:2011 Min. 10
6 Titik nyala, ᴼC SNI 2433:2011 Min. 232
C Pengujian Residu Hasil TFOT
1 Berat yang hilang (LoH), % SNI 06-2440-1991 ≤3
2 Penetrasi aspal asbuton pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik, 0.1 mm SNI 2456:2011 ≥ 54

Perkiraan Kuantitas Penghamparan Asbuton B 50/30


Penempatan Perkiraan Kuantitas Penghamparan
Tebal Lapis Butur Seal Asbuton
Hamparan Asbuton B 50/30 (kg/m²)
(cm)
Butur Seal Asbuton Hamparan - 1 Hamparan - 2
Di atas perkerasan
1 ±0.2 9 - 12 -
beraspal lama
Di atas lapis pondasi 2 ±0.3 6-9 9 - 12
Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi Asbuton 178
PERENCANAAN CAMPURAN
7 BERASPAL PANAS DENGAN
ASBUTON
Lay Out
7.1 Latar Beakang
7.2 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
7.3 Jenis-Jenis Campuran Beraspal Panas Asbuton
7.4 Jenis Campuran dan Tebal Nominal Minimum
7.5 Komposisi Campuran Beraspal Panas Asbuton
7.6 Ketentuan Agregat Kasar dan Halus
7.7 Ketentuan Aspal dan Asbuton
7.8 Ketentuan Gradasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
7.9 Ketentuan Sifat Campuran Latasir, Lataston, Laston, dan Laston Modifikasi Asbuton
7.10 Ketentuan Temperatur Pencampuran dan Pemadatan
7.11 Ketentuan Cara Pencampuran Campuran Asbuton
7.12 Skema Tahapan Perencanaan Campuran
7.13 Pengambilan Contoh Bahan
7.14 Penyiapan Benda Uji Agregat
7.15 Pengujian Mutu Bahan Aspal dan Asbuton, serta Kekentalan Aspal Keras
7.16 Peralatan Laboratorium
7.17 Blending Agregat cara Grafis, serta Blending Agregat Trial dan Error dengan Komputer
7.18 Membuat Campuran Beraspal Panas
7.19 Penanganan Benda Uji Marshall
7.20 Pengujian dan Grafik Hasil Pengujian
7.21 Menentukan Kadar Aspal Maksimum
7.22 Ketentuan Instalasi Pencampuran Aspal
7.23 Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal
7.24 Pengukuran dan Pembayaran
7.25 Stabilitas Sisa

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 180


Latar Belakang
• Saat ini teknologi perkerasan jalan dengan Asbuton sudah cukup lengkap untuk
berbagai kelas jalan dengan kualitas yang sudah terbukti baik.
• Namun karena sifatnya yang tidak persis sama dengan aspal minyak, terdapat
beberapa perbedaan mendasar dibanding perkerasan aspal minyak yang apabila
tidak difahami dapat menjadi penyebab kegagalan perkerasan jalan.
• Oleh sebab itu, perlu dilakukan sosialisasi pada semua pihak terkait mengenai
perkerasan jalan Asbuton mulai dari perencanaan campuran hingga pelaksanaan.
• Pada paparan ini akan disampaikan perencanaan campuran beraspal panas yang
menggunakan Asbuton.
• Berdasarkan jenis Asbuton yang digunakan, terdapat empat alternatif campuran
beraspal panas yaitu yang menggunakan Asbuton Butir B 5/20, Asbuton Butir B
50/30, Asbuton Pracampur dan Asbuton Murni

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 181


Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Asbuton

DRAFT
SPESIFIKASI UMUM
SEKSI – 6.5

CAMPURAN BERASPAL DENGAN ASBUTON

Catatan:
Rujukan dari paparan ini adalah “Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 mengenai Campuran Beraspal
dengan Asbuton”. Secara prinsip teknologi, tidak ada perbedaan mendasar antara Draft Spesifikasi
Umum Seksi - 6.5 dengan spesifikasi sebelumnya kecuali pada Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5
sudah lebih disempurnakan berdasarkan masukan-masukan di lapangan yang sebelumnya tidak
tercantum dalam spesifikasi lama. Dengan demikian, maka spesifikasi mana saja yang digunakan
tetap harus memahami apa yang disampaikan pada Drfat Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 agar
pelaksanaan perkerasan jalan Asbuton sesuai dengan yang diharapkan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 182


Jenis-Jenis Campuran Beraspal Panas Asbuton
Cakupan Perencanaan
Campuran:
1. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Butir B 5/20
2. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Butir B 50/30
3. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Pra-Campur
4. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Pra-Campur

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 183


Jenis Campuran dan Tebal Nominal Minimum

Tabel. Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Tebal Nominal Minimum


Jenis Campuran Simbol
(cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5

Latasir Kelas B SS-B 2,0

Lapis Aus HRS-WC 3,0


Lataston
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5

Lapis Aus AC-WC 4,0

Laston Lapis Antara AC-BC 6,0

Lapis Pondasi AC-Base 7,5

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 184


Komposisi Campuran Beraspal Panas Asbuton
1) Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal panas dengan asbuton dapat terdiri dari agregat dan asbuton murni
atau agregat dan asbuton pracampur atau agregat, aspal, dan asbuton butir.

2) Komposisi Aspal dalam Campuran


Persentase asbuton murni dan asbuton pra campur dalam campuran beraspal panas
masing-masing ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan,
sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan. Sedangkan persentase pemakaian Asbuton Butir B
5/20 dibatasi 2% sampai dengan 3%, sedangkan Asbuton Butir B 50/30 dibatasi 7% sampai
dengan 10%, masing-masing terhadap berat total campuran beraspal panas dengan
persentase aspal pen 60-70 berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan,
sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) serta dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan.

3) Prosedur Rancangan Campuran


Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan
pasal 6.3.3.3) kecuali Tabel 6.3.3 (1a) sampai dengan Tabel 6.3.3. (1d) diganti dengan Tabel
6.4.1.3 (1a) sampai dengan Tabel 6.4.1.3 (1d) berikut:

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 185


Ketentuan Agregat Kasar dan Halus
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium  Ketentuan Agregat Kasar
SNI 3407:2008 Maks. 12%
dan magnesium sulfat
Campuran AC bergradasi
Maks. 30%
Abrasi dengan mesin kasar
SNI 2417:2008
Los Angeles Semua jenis campuran aspal
Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat kepada aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Angularitas (kedalaman dari permukaan ˂ 10 Cm) DoT's 95/90¹
Pennsylvania
Angularitas kedalaman dari permukaan ≥ 10 Cm) Test Method, 80/75¹
PTM No.621
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Penguji Setara Pasir Standar Nilai


Min 50% untuk SS, HRS dan AC
bergradasi Halus
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC bergradasi
kasar
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
Kadar Lempung SNI 3423:2008 Maks. 1%
Angualaritas (kedalaman dari
Min. 45
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 atau
 Ketentuan Agregat Halus Angualaritas (kedalaman dari ASTM C 1252-93
Min. 40
permukaan ≥ 10 cm)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 186


Ketentuan Aspal dan Asbuton

 Ketentuan-Ketentuan Asbuton Butir Tipe B 5/20 dan Tipe B 50/30

Tipe B Tipe B
Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
5/20 50/30
Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
 Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
 Lolos Ayakan No.8 inci (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton ; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 4
Sifat Bitumen Hasil Ekstrasi (SNI 8279:2016 dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438: 2015 Min. 99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 ᴼC, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40--70
detik; 01 mm
- Titik lemebek ; ᴼC SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktalitas pada 25ᴼC; cm SNI 2432:2011 - ≥ 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada
25ᴼC, 100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi SNI 2456:2011 - ≥ 54
awal)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 187


Ketentuan Aspal dan Asbuton

 Ketentuan-Ketentuan Asbuton Murni dan Asbuton Pracampur

Asbuton Asbuton Pra- Catatan:


No. Jenis Pengujian Metode Pengujian
Murni Campuran ;⁾ ¹⁾ Hasil pengujian adalah untuk
Penetrasi pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik bahan pengikat (bitumen)
1 SNI 2456:2011 40--50 50--60 yang diekstraksi dengan
(dmm)
2 Viskositas pada 135ᴼC (cSt) SNI 06-6441-2000 400--3000 350--3000 menggunakan metode SNI
8279:2016 serta dipulihkan
3 Titik Lembek (ᴼC) SNI 2434:2011 ≥ 50 ≥ 50
dengan menggunakan
Daktilitas pada 25ᴼC, 5 cm/menit metode SNI 03-4797-1998.
4 SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
(cm) Sedangkan untuk pengujian
5 Titik Nyala (ᴼC) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232 kelarutan dan partikel yang
Kelarutan dalam Trichloroethylene lebih halus dari 150 μm
6 SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
(%) dilaksanakan pada seluruh
7 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0 bahan pengikat termasuk
Partikel yang lebih halus dari 150 kandungan mineralnya.
8 SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
μm (%)
Penegujian residu hasil TFOT (SNI 06-24440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10 Penetras pada 25ᴼC (%) SNI 2456:2011 ≥ 58 ≥ 58
Daktalitas pada 25ᴼC,5 cm/menit
11 SNI 2432:2011 ≥ 50 ≥ 50
(cm)
12 Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002 ≤2 ≤2

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 188


Ketentuan Gradasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Aspal


Ukuran
Ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
(mm) Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2 Gradasi Halus Gradasi Kasar1
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Bace WC BC Bace
37,5 100 100
25 100 90 - 100 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 - 90 58 - 80 45 - 66
4,75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5
2,36 75 - 100 50 - 723 35 - 553 50 - 62 32 - 44 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8
1,18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
0,600 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
0,300 15 - 35 5 - 35 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
0,150 9 - 15 4 - 13 4 - 10 6 - 13 5 - 11 4,5 - 9
0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8 4 - 10 4-8 3-6 4 - 10 4-8 3 -7

Catatan:
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas “Bahan Bergradasi
Senjang” dimana bahan yang lolos No.8 (2,36) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm).
2. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada
tumpukan bahan pemasok dingin.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 189


Ketentuan Sifat Campuran Latasir Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Latasir dengan Asbuton Murni

Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Jumlah tumbukan per bidang 50
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ◦C⁽=⁾ Min. 90

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 190


Ketentuan Sifat Campuran Lataston Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston dengan Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30

Lataston
Sifat- Sifat Campuran Lapisan Aus Lapisan Pondasi
Senjang Semi Senjang Senjang Semi Senjang
Jumlah tumbukan per bidang 75
Kadar aspal efektif (%) Min. 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Maks. 18 17 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam. 60ᴼC ⁽=⁾

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 191


Ketentuan Sifat Campuran Laston Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC) dengan Bitumen Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30

Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapisan Aus Lapisan Antara Pondasi
Jumlah Tumbukan Per Bidang 75 112⁽;⁾
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan Min. 0,6
kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800⁽;⁾
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6⁽;⁾
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min. 90
selama 24 jam, 60ᴼC ⁽=⁾

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 192


Ketentuan Sifat Campuran Laston Modifikasi Asbuton
 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod) dengan Asbuton B 5/20 atau
Asbuton Pracampur
Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112(1)
Min. 0,6
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan kadar aspal efektif
Maks. 1,2
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250(1)
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6(1)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60ᴼC(3) Min. 90
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm(4) Min. 2500
Catatan:
⁽;⁾ Modifikasi Marshall lihat Lampiran 6.3 B Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3.
⁽<⁾ Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, SNI 03-6893-2002).
⁽=⁾ Direksi Pekerjaan dapat atau menyetujui AASHTO T283-89 sebagai alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air.
Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Nilai Indect Tensile Strength Retained (ITSR) minimum 80%
pada VIM (Rongga dalam Campuran) 7% ± 0,5%. Untuk mendapatkan VIM 7% ± 0,5%, buatlah benda uji Marshall dengan variasi
tumbukan pada kadar aspal optimum, misal 2x40, 2x50, 2x60, dan 2x75 tumbukan. Kemudian dari setip benda uji tersebut,
hitung nilai VIM dan buat hubungan antara jumlah tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlah tumbukan
yang memiliki nilai VIM 7% ± 0,5%, kemudian lakukan pengujian ITSR untuk mendapatkan Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR)
sesuai SNI 6753:2008 atau AASHTHO T 283-89 tanpa pengondisian -18 ± 3ᴼC.
⁽>⁾ Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur 60ᴼC untuk jalan dengan beban lalu lintas lebih dari
10 juta ESAL selama umur rencana. Prosedur pengujian harus mengikuti seperti pada Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan
Perkerasan Aspal. JRA Japan Road Association (1980).
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 193
Ketentuan Temperatur Pencampuran dan Pemadatan

 Ketentuan Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan

Perkiraan Temperatur Aspal (°C)


No. Prosedur Pelaksanaan Asbuton Asbuton B Asbuton Pra- Asbuton
Murni 50/30 Campur B 5/20
1 Pencampuran benda uji Marshall 155 ± 1 160 ± 1 165 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 145 ± 1 150 ± 1 155 ± 1
3 Pencampuran di Unit Pencampuran Aspal
• Pemanasan Agregat di Dryer 150-160 170-180 160-170
• Pemasangan Aspal di Tangki 155-165 160-170 165-175
Menuangkan campuran aspal dari alat
4 135-150 140-155 145-160
pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 130-150 135-155 140-160
6 Pemadatan Awal (roda baja) 125-145 130-150 135-155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 100-125 105-130 110-135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) >95 >100 >105

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 194


Ketentuan Cara Pencampuran Campuran Asbuton
• Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal panas
menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer,
diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan agregat, yaitu kurang
lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai
antisipasi terjadinya penurunan temperatur campuran akibat penambahan
asbuton yang dingin dan mengandung air.

• Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang menggunakan
asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit
Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan cara basah, sedangkan
untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 195


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Butir B 5/20
Keterangan:
Asbuton • Tahapan perencanaan
campuran beraspal panas
Mineral
dengan 3% Asbuton Butir
B 5/20 relatif sama
Bitumen dengan perencanaan
campuran beraspal panas
dengan aspal minyak pen
60-70 kecuali pada saat
blending agregat harus
mengakomodir gradasi
mineral Asbuton dan
variasi kadar aspal
dikoreksi kadar bitumen
Asbuton.
• Temperatur pencampuran
dan pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 196


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Butir B 50/30
Keterangan:
Asbuton • Tahapan perencanaan
campuran beraspal panas
Mineral dengan maksimum 10%
Asbuton Butir B 50/30
Bitumen relatif sama dengan
perencanaan campuran
beraspal panas dengan
aspal minyak pen 60-70
kecuali kadar Asbuton
ditentukan pada saat
blending agregat dan
variasi kadar aspal
dikoreksi kaadar bitumen
Asbuton.
• Temperatur pencampuran
dan pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 197


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Murni
Keterangan:
• Tahapan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan Asbuton
Murni persis sama
dengan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan aspal
minyak pen 60-70.
• Temperatur
pencampuran dan
pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 198


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Pra Campur
Keterangan:
• Tahapan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan Asbuton
Pra Campur persis
sama dengan
perencanaan
campuran beraspal
panas dengan aspal
minyak pen 60-70.
• Temperatur
pencampuran dan
pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 199


Pengambilan Contoh Bahan
• Kualitas hasil pengujian dapat dipengaruhi oleh pengambilan contoh.
• Contoh harus representative (acak dengan jumlah memadai)
• Petugas harus jujur dan berpengalaman dalam pengujian.
• Secara legal formal, petugas pengambil contoh perlu disertifikasi.

A. Pengambilan Contoh Agregat (AASHTO D T 2-84 dan SNI 03-6889-2002)

Kemungkinan timbunan agregat berbentuk kerucut, trapesium, atau ban berjalan.


Ukuran Agregat Berat Contoh
Nominal Maksimum (kg)
2,36 mm (No.8) 10 (25)
4,75 mm (No.4) 10 (25)
9,5 mm (⅜inch.) 10 (25)
12,5 mm (;⁄₂ inch.) 15 (35)
19,0 mm (=∕₄ inch.) 25 (55)
25,0 mm (1;⁄₂ inch.) 50 (110)
37,5 mm (1;⁄₂ inch.) 75 (165)
50,0 mm (2 inch.) 100 (220)
Ketentuan Pengambilan Contoh Agregat
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 200
Penyiapan Benda Uji Agregat
SNI 03-6717-2002

Metode Pembagi Metode Perempatan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 201


Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat
Metode Pembagi dari Alat Spliter SNI 03-6717-2002

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 202


Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat
Metode Perempatan (Quartering) SNI 03-6717-2002

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 203


Pengambilan Contoh Bahan
Aspal dan Asbuton (ASTM D 140 93 dan SNI 03-6399-2000)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 204


Pengujian Mutu Bahan
Mutu Aspal dan Asbuton
A. Pengujian Mutu Aspal dan Asbuton B. Pengujian Mutu Agregat

Jenis Pengujian Aspal Keras: • Abrasi (untuk agregat kasar)


• Ekstraksi dan recovery • Berat Jenis (untuk agregat kasar
• Ukuran butir maksimum dan halus)
• Kadar Air • Penyerapan (untuk agregat kasar
• Pengujian nilai penetrasi dan halus)
• Pengujian titik lembek • Sand Equivalent (untuk agregat
• Pengujian titik nyala halus)
• Pengujian kehilangan berat • Kepipihan dan Kelonjongan (untuk
• Pengujian kelarutan dalam CCL4 agregat kasar)
• Pengujian daktalitas • Analisa Saringan (untuk agregat
• Pengujian berat jenis kasar dan halus)
• Pengujian viskositas pada 135 oC • Kemampuan Lekat terhadap Aspal
• Tempertaur pencampuran dan
pemadatan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 205


Pengujian Kekentalan Aspal Keras

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 206


Temperatur Pencampuran dan Pemadatan
Tabel konversi detik ke cSt

Kekentalan optimum:
• pencampuran = 170 cst = 154
• pemadatan = 280 cst = 142
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 207
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 208
Peralatan Lab. untuk Perencanaan

Alat Marshall Saringan Alat Spliter

Wadah Pemanas Timbangan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 209


Peralatan Lab. untuk Perencanaan
Alat Vacum Alat Refusal Alat Ekstraksi

Ekstraksi Soklet
Alat Core Drill
Alat Wheel Tracking

Ekstraksi Sentrifius

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 210


Peralatan Lab. untuk Perencanaan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 211


Blending Agregat

Blending Agregat Cara Grafis


Gambarkan gradasi ideal campuran yang diinginkan.
Kemudian ditentukan persen gradasi ideal pada
masing-masing saringan atau hitung gradasi ideal
berdasarkan persyaratan gradasi.

Menentukan posisi ukuran saringan sehingga gradasi


ideal merupakan garis lurus diagonal.

Gambarkan gradasi masing-masing fraksi agregat


termasuk mineral Asbuton.

Menentukan proporsi masing-masing fraksi agregat.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 212


Blending Agregat Trial dan Error dengan Komputer

Uraian Persen berat lolos saringan


Inc 3/4" 1/2" 3/8" no. 4 no. 8 no. 16 no. 30 no. 50 no. 100 #200
mm 19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15 0,075
Data material
Agregat Kasar 100,0 55,9 30,9 18,5 8,3 6,2 4,2
Agregat Sedang 100,0 100,0 84,7 50,5 22,8 15,5 8,0 5,2 3,2
Agregat Halus 100,0 100,0 100,0 82,2 60,6 44,4 31,2 24,2 15,6 8,6
Pasir 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 90,4 75,5 60,6 34,2 14,5
Data Gradasi
Agregat Kasar 16% 16,0 8,9 4,9 3,0 1,3 1,0 0,7 0,0 0,0 0,0
Agregat Sedang 34% 34,0 34,0 28,8 17,2 7,8 5,3 2,7 1,8 1,1 0,0
Agregat Halus 35% 35,0 35,0 35,0 28,8 21,2 15,5 10,9 8,5 5,5 3,0
Pasir 15% 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 13,6 11,3 9,1 5,1 2,2
Total campuran 100,00 92,94 83,73 63,90 45,29 35,37 25,62 19,34 11,68 5,17
Spec.gradsi
max 100,0 100,0 90,0 69,0 53,0 40,0 30,0 22,0 15,0 10,0
min 100,0 90,0 72,0 54,0 39,1 31,6 23,1 16,0 9,0 4,0

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 213


Gradasi Gabungan Agregat AC-WC

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 214


• Dihitung Kadar Aspal Optimum Perkiraan/Kadar Aspal Efektif

Pb = 0,035 (%AK) + 0,045 (% AH) + 0,18 (%F) + K

ket:
Pb = kadar aspal total optimum perkiraan
AK = agregat kasar (tertahan #2,36 mm)
AH = agregat halus (lolos #2,36 mm tertahan #0,075 mm)
F = filler (lolos #0,075)
K = nilai konstanta 0,5 sampai 1,0 untuk Laston (AC)

• Menentukan 5 Variasi Kadar Aspal Campuran


• Kemudian Lakukan Pengujian Marshall

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 215


Membuat Campuran Beraspal Panas

Agregat gabungan dipanaskan pada temperatur 160 ±5 oC dan aspal keras


dipanaskan 155 ±5 oC, kemudian dicampurkan aspal sesuai kebutuhan dan
dicampur pada temperatur 155 ±1 oC. Setelah tercampur rata semua bagian
permukaan agregat terselaputi aspal, setelah itu masukkan dalam cetakan
(mold) dan dipadatkan pada temperatur 145 ±1 oC.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 216


Penanganan Benda Uji Marshall

• Keluarkan benda uji dari cetakan


dan beri tanda sesuai kadar aspal
yang ditambahkan.
• Rendam dalam air pada
temperatur ruang 25oC selama 15
sampai 20 menit.
• Kemudian timbang benda uji di
udara dan dalam air untuk
menghitung volume benda uji.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 217


Pengujian

Pengujian dengan Alat Marshall


( SNI 06-2489-1991 )
• Benda uji direndam dalam wadah pemanas
selama 60 menit pada temperatur 60 oC.
• Kemudian diuji dengan alat Marshall untuk
mengetahui nilai stabilitas (kg) dan
kelelehan (mm).

Pengujian Berat Jenis Maksimum


( SNI 03-6893-2002 )
• Lakukan pengujian berat jenis maksimum
(mm) pada kadar aspal perkiraan (Pb).

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 218


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Rongga di antara Agregat


(VMA) vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC min. 15%
Laston BC min. 14%
Laston Base min. 13%

Rongga Terisi Aspal (VFB)


vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC min. 65%
Laston BC min. 63%
Laston Base min. 60%

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 219


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Rongga dalam Campuran


(VIM) vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC 3,5 – 5,0%
Laston BC 3,5 – 5,0%
Laston Base 3,5 – 5,0%

Stabilitas vs Kadar Aspal


Syarat:
Laston WC min. 800 kg
Laston BC min. 800 kg
Laston Base min. 1800 kg

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 220


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Kelelahan vs Kadar Aspal


Syarat:
Laston WC min. 3 mm
Laston BC min. 3 mm
Laston Base min. 4,5 mm

Marshall Quotient vs Kadar


Aspal
Syarat:
Laston WC 250 kg/mm
Laston BC 250 kg/mm
Laston Base 300 kg/mm

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 221


Menentukan Kadar Aspal Maksimum
Rentang kadar aspal yang memenuhi
Sifat-Sifat Campuran
Spesifikasi
4 5 6 7 8

Kepadatan (gr/cc)

Rongga diantara Agregat (%)


VMA

Rongga terisi aspal (%)


VFB

Rongga dalam campuran (%)


VIM

Rongga dalam campuran (%)


pada kepadatan mutlak VIM

Stabilitas (kg)
Rentang yang
memenuhi
Kelelehan (mm) parameter
Campuran
Hasil bagi Marshall (kg/mm) Beraspal

Kadar Aspal Rencana


Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 222
Ketentuan Instalasi Pencampuran Aspal
Ketentuan pasal ini harus meneuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.4
kecuali pasal 6.3.4.7) dan pasal 6.3.4.8) diubah menjadi sebagai berikut:

1. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton B 5/20


Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan
pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan. Pada campuran beraspal panas
dengan Asbuton butir B 5/20, silo dan pemasok bahan pengisi dapat digunakan untuk
memasok Asbuton Butir B 5/20 ke dalam timbangan bahan pengisi dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam pugmill untuk dicampur dengan agregat dan aspal secara basah.

2. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton B 50/30


Jika Asbuton Butir B 50/30 digunakan untuk pekerjaan harus disediakan sebuah tempat
penyimpanan yang tahan cuaca serta conveyor pemasok asbuton. Penakaran (penimbangan)
asbuton dapat dilakukan di bin penampung sesuai dengan proporsi asbuton yang dibutuhkan
dan selanjutnya diangkut ke atas melalui ban berjalan (conveyor) dimasukkan ke pugmill.
Kecepataan conveyor disesuaikan dengan rentang waktu pencampuran.

3. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton Pracampur


Jika Asbuton pracampur digunakan, harus disediakan ke tangki penampung khusus di
lapangan yang dilengkapi dengan alat pengaduk yang dapat menjamin tidak terjadinya
pengendapan mineral.

4. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton Murni


Tidak perlu alat tambahan, khusus di instalasi pencampuran aspal.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 223


Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal
1) Kemajuan Pekerjaan
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.1)

2) Penyiapan Aspal
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.2)

3) Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal
panas menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer, diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan
agregat, yaitu kurang lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai antisipasi terjadinya penurunan temperatur
campuran akibat penambahan asbuton yang dingin dan mengandung air.

4) Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang
menggunakan asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan
cara basah, sedangkan untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Metode pencampuran basah merupakan tahapan proses pencampuran yang dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam
dryer, setelah itu agregat masuk ke dalam pugmill yang disertai dengan masuknya aspal sesuai dengan proporsi aspal pada Formula Rancangan
Kerja (job Mix Formula, JMF), kemudian dicampur terlebih dahulu. Waktu pencampuran agregat di dalam pugmill sebelum dimasukkan aspal
adalah sekitar 10 detik, kemudian dimasukkan aspal dan dicampur kembali sekitar 20 detik baru kemudian dimasukkan asbuton tipe B 5/20 dan
dicampur sekitar 15 detik.
Metode pencampuran kering, tahapan proses pencampuran dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam dryer, setelah itu
agregat dari masing-masing Bin masuk ke dalam timbangan sesuai dengan proporsinya, setelah itu asbuton B 50/30 dimasukkkan dan ditimbang,
kemudian dicampur dan dimasukkan kurang lebih 20 detik. Kemudian dimasukkan aspal dan dicampur sekitar 20 detik.
Metoda pencampuran untuk asbuton pracampur dan asbuton nurni dilakukan seperti prosedur dengan aspal minyak pen 60/70.

5) Temperatur Pencampuran dan Penghamparan Campuran


Tahapan pelaksanaan pekerjaan dan temperatur aspal umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.4.1.5.(1). Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan atau menyetujui tentang temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual terhadap Asbuton Murni atau Asbuton Pra-
campur hasil ekstraksi dan pemulihan, dan atau Aspal Pen 60-70 yang sudah mengandung bitumen Asbuton yang sesuai, yang digunakan pada
proyek tersebut dalam rentang temperatur seperti diberikan pada Tabel 6.4.1.5.(1). Selain itu, juga dengan melihat sifat-sifat campuran di
lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak memenuhi
batas temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 224


Pengukuran dan Pembayaran
a) Pengukuran pekerjaan mengacu pada seksi 6.3.8 dengan penyesuaian pada jenis campuran.
b) Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar
aspal yang ditetapkan dalam rumus campuran kerja. Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan tonase
hamparan yang dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk
kadar aspal yang melampaui nilai yang diisyaratkan dalam Rumus Campuran Kerja.

• Campuran yang menggunakan Asbuton Murni:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

• Campuran yang menggunakan Asuton Butir B 5/20 atau B 50/30:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑏𝑢𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑏𝑢𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
Catatan:
Kadar aspal total dalam campuran adalah kadar aspal pen 60-70 ditambah kadar bitumen asbuton dalam campuran.
Kadar bitumen asbuton dalam campuran dihitung berdaarkan kadar asbuton dalam campuran dan kadar bitumen
dalam asbuton.

• Campuran yang menggunakan Asbuton Pra-campur:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝑘
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑘
Catatan:
k = faktor koreksi untuk mengkonversi berat aspal hasil ekstraksi ke berat Asbuton Pra-campur yaitu 100/(100-
kadar mineral Asbuton)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 225


Stabilits Sisa
Buat 6 buah benda uji Marshall, tiga benda uji dilakukan rendaman dalam air 60 oC
selama 24 jam, kemudian dilakukan pengujian Marshall dan tiga buah benda uji
lainnya diuji dengan cara Marshall (SNI 06-2489-1991).

Pengujian dengan Alat Wheel Tracking

Alat Wheel Tracking untuk menentukan


Deformasi Permanen (kedalaman alur) dan
Stabilitas Dinamis

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 226


PERENCANAAN CAMPURAN
8 LANJUTAN (CPHMA) DAN PROSES
PERSETUJUAN DMF MENJADI JMF
Lay Out
8.1 Latar Belakang
8.2 Prinsip CPHMA
• Persyaratan Aspal dalam Campuran CPHMA
• Persyaratan Gradasi Campuran CPHMA
• Persyaratan Campuran Sifat CPHMA
8.3 Prinsip Pengujian CPHMA
• Prinsip Pengujian Sifat Bahan CPHMA
• Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA
8.4 Pelaksanaan Lapangan CPHMA
8.5 Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
8.6 Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF
8.7 Kalibrasi dan Grafik Bukaan Pintu Bin Dingin
8.8 Contoh Uji dari Bin Panas
8.9 Pelakanaan Pencampuran Asbuton di AMP
8.10 Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Asbuton Panas
8.11 Kesimpulan
8.12 Lampiran Pelaksanaan

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 228
Latar Belakang
• Daerah terpencil dan pulau terluar mengalami keterbatasan untuk pembangunan
jalan menggunakan aspal, karena keterbatasan akses pada Unit Pencampur Aspal
(Asphalt Mixing Plan/AMP).

• Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran beraspal yang
mengandung asbuton dan bahan tambah lain, yang sudah dicampur dengan baik
di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan.

• Produk ini menjadi alternatif pilihan terutama untuk pembangunan jalan di daerah
yang memiliki keterbatasan ketersediaan Unit Pencampur Aspal.

• Beberapa produsen telah mulai memproduksi CPHMA, namun belum ada standar
untuk menilai kualitas campuran serta pedoman pelaksanaannya.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 229
Prinsip CPHMA
• Pencampuran CPHMA dilakukan secara panas menggunakan Unit Pencampur
Aspal (AMP).

• Agar campuran CPHMA dapat dihampar dan dipadatkan pada temperatur dingin,
maka:
o gradasi khusus (semi terbuka);
o sifat aspal khusus (lebih lunak dari aspal keras Pen 60 untuk campuran
beraspal panas);
o ada lapisan anti penggumpalan; dan
o emi aspal emulsi dan semi cutback asphalt.

• Beban lalu lintas harus disesuaikan.


Kriteria lalu lintas: lalu lintas ringan sampai sedang
(1.000.000 sampai dengan 10.000.000 CESA)

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 230
Persyaratan Aspal dalam Campuran CPHMA

Sifat Aspal dalam


Metode Pengujian Persyaratan
Campuran

Penetrasi aspal pada


temperatur 250C, 100 g, SNI 2456:2011 Min. 100
5 detik; dmm

Titik lembek; oC SNI 2434:2011 Min. 40

Daktilitas pada 250C,


SNI 2432:2011 Min. 100
5 cm/menit; cm

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 231
Persyaratan Gradasi Campuran CPHMA

Persen Berat Lolos


Ukuran Ayakan Nominal Maksimum Nominal Maksimum
12,5 mm 19 mm
1 in (25 mm) 100
¾ in (19 mm) 100 90 -- 100
½ in (12,5 mm) 90 -- 100 --
3/8 in (9,5 mm) -- 60 -- 80
No.4 (4,76 mm) 45 -- 70 35 -- 65
No.8 (2,36 mm) 25 -- 55 20 -- 50
No.50 (0,300 mm) 5 -- 20 3 -- 20
No.200 (0,075 mm) 2 -- 9 2 -- 8

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 232
Persyaratan Campuran Sifat CPHMA

Sifat Campuran Metode Pengujian Persyaratan


Rongga di antara agregat (VMA); % AASHTO M 323-12 Min.16
Rongga terisi aspal, (VFB); % AASHTO M 323-12 Min. 60
Rongga udara dalam campuran
AASHTO M 323-12 4 - 10
(VIM); %
Stabilitas Marshall pada ASTM D 6927-06
Min. 500
temperatur udara; kg
Stabilitas sisa setelah perendaman
selama 2 x 24 jam pada ASTM D 6927-06 Min. 60
temperatur udara; %

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 233
Prinsip Pengujian Sifat Bahan CPHMA

Agregat

CPHMA

Ekstraksi CPHMA Larutan Aspal

Aspal Larutan
Aspal
Centrifuse
Sifat Aspal Pemulih Aspal Mineral
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 234
Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA

CPHMA

PENGUJIAN STABILITAS DAN VOLUMETRIK


MARSHALL CAMPURAN CPHMA
(pada Temperatur Dingin/Udara/30OC)

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 235
Pelaksanaan Lapangan CPHMA
• Perkerasan eksisting harus diberi lapis pengikat atau lapis resap ikat.

• Penghamparan dapat dengan menggunakan mesin penghampar (finisher) atau


secara manual, dengan memperhatikan kerataan elevasi hamparan serta
keseragaman butiran agregat (tidak segregasi).

• Pada saat pemadatan, sering kali terjadi campuran menempel pada roda alat
pemadat dan terangkat. Untuk menghindari hal tersebut, roda pemadat harus
cukup basah. Hal ini dikarenakan ikatan awal di dalam campuran beraspal (antar
campuran beraspal) pada CPHMA lebih tidak kuat karena aspal lebih lunak, adanya
minyak ringan atau adanya bahan anti penggumpalan.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 236
Tahapan Pelaksanaan CPHMA

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 237
Hasil Pelaksanaan CPHMA

1 tahun 2 tahun

3 tahun

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 238
Hasil Pelaksanaan CPHMA
Bau - Bau, 1 tahun Wakatobi, 1 tahun

Buton, 1 tahun Unahaa, 1 tahun

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 239
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
Mulai

Evaluasi jenis campuran


dan persyaratannya

Kesesuaian mutu bahan No


dengan spesifikasi Ganti bahan

Yes
Kesesuaian peralatan No Perbaikan alat
dengan standar pengujian atau ganti alat uji
Yes
Pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran

Perbaikan
Kesesuaian karakteristik No gradasi, jika perlu
campuran dengan spesifikasi
ganti bahan
Yes
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan
bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh
dari bin panas dan diuji gradasinya

A
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 240
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
B

Penentuan komposisi tiap bin sesuai gradasi rencana,


selanjutnya pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran. Hasil yang diperoleh dievaluasi
untuk menentukan kadar aspal optimum.

Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat


kesesuaian operasional dengan rencana

Sesuai dengan No Perbaiakan AMP atau jika terjadi banyak


rencana overflow lakukan perubahan gradasi

Yes
Uji coba pemadatan di lapangan untuk
menentukan jumlah lintasan pemadat

Campuran beraspal No Perubahan gradasi atau penambahan


mudah dipadatkan pasir pada proporsi yang diijinkan

Yes
Pengesahan FCR menjadi FCK

Selesai
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 241
Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 242
Persetujuan DMF menjadi JMF
• Percobaan campuran di Instalasi Pencampuran Aspal (AMP) dan penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan, akan menjadikan Formula Campuran
Rencana (DMF) dapat disetujui sebagai Formula Campuran Kerja (JMF).

• Harus melaksanakan penghamparan percobaan paling sedikit 50 Ton untuk setiap


jenis campuran beraspal panas dengan menggunakan produksi di AMP,
penghamparan, perlatan dan prosedur pemadatan yang diusulkan.

• Mutu campuran harus dikendalikan terutama dalam toleransi yang diijinkan.

• 12 benda uji marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh
dapat diambil dari Instalasi Pencampuran (AMP) atau dari truk di AMP.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 243
Kalibrasi Bukaan Pintu Bin Dingin
• Kalibrasi bukaan pintu bin dingin
sesuai dengan proporsi
perbandingan agregat campuran
dari Formula Campuran Rencana
(DMF)
• Buat grafik kalibrasi bukaan pintu
bin dingin dengan berat agregat
yang keluar dari pintu bin dingin.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 244
Grafik Bukaan Pintu Bin Dingin

jenis getar

jenis ban berjalan

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 245
Mengambil Contoh Uji dari Bin Panas
• Pengambilan contoh uji fraksi agregat
pada setiap bin panas.
• Terjadi segregasi horizontal agregat pada
setiap bin panas.
• Jangan mengambil contoh uji dari pintu
bin panas menggunakan singkup.
• Pergunakan alat yang dapat menampung
semua pengeluaran agregat dari bin
panas.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 246
Pengambilan Contoh Uji dari Bin Panas

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 247
Percobaan Penghamparan dan Pemadatan

Produksi Campuran Beraspal Penghamparan Campuran Beraspal Pemadatan Campuran Beraspal

Pengambilan Contoh Inti Mengukur Tebal Contoh Inti Menimbang Contoh Inti

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 248
Pelaksanaan Pencampuran Asbuton di AMP

Asbuton butir dimasukkan lewat


elevator filler, lewat screw, dan
kemudian ditimbang pada timbangan
filler.

Untuk asbuton campuran


hangat, maka tangki aspal diisi
dengan peremaja

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 249
Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Asbuton Panas

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 250
Kesimpulan
• CPHMA adalah campuran panas Asbuton yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat dihampar secara dingin.

• CPHMA sesuai untuk diaplikasikan di lokasi-lokasi terpencil, termasuk pulau-pulau


kecil yang tidak memiliki fasilitas Unit Pencampur Aspal Panas.

• Lalu lintas jalan yang dapat dilayani adalah lalu lintas ringan sampai sedang.

• Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa setelah umur 3 - 4 tahun


kerusakan pada perkerasan jalan relatif kecil, yaitu berkisar antara 15 – 20%.

• CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis,


antara lain konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen, serta kerataan
permukaan yang lebih baik.

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 251
Contoh AMP Khusus Hot Mix Asbuton

Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 252
KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI
9 (K3) BERDASARKAN UU 2/2017
JASA KONSTRUKSI
Lay Out

9.1 Urgensi K3 dalam Penyelenggaraan Konstruksi

9.2 Regulasi dan Kebijakan: Overview K3 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi

9.3 Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi

9.4 Kebijakan dan Komitmen

9.5 Dampak Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi

9.6 Strategi Pembinaan

9.7 Peran dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 254


K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Data pada Sektor Konstruksi
ANGGARAN
INFRASTRUKTUR
2015 – 2018 Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi
TERHADAP APBN 8,1 Juta Jiwa
Jumlah Konsultan
‘MENINGKAT’ TAHUN % Konstruksi
(6,38% Bersertifikat)

Akselerasi 2018 18,49% Pendidikan


Kualifikasi Jumlah No Jumlah
(sederajat)
pembangunan 2017 18,18%
Kecil 6.562 Tidak sekolah/
infrastruktur saat ini 2016 15,48% 1
Tidak tamat SD
1 Juta
Sedang 880
berkontribusi 2015 14,23%
Besar 386
2 SD 2,9 Juta
besar dalam 2014 9,48% 3 SMP 2,1 Juta
4 SMU 1,8 Juta
menciptakan pasar
Jumlah BUJK 5 D1-D3 80 Ribu
jasa konstruksi PAKET Kontraktor Umum 6 D4/S1/S2/S3 280 Ribu
KONTRAKTUAL
KEMENTERIAN Kualifikasi Jumlah JUMLAH TENAGA KERJA KONSTRUKSI
PUPR 2018 Kecil 105.918
BERSERTIFIKAT
Terampil Ahli
10.202 PAKET
tersebar di seluruh Indonesia
Sedang
Besar
18.534
1.633
351.110
*Konstruksi dalam Angka Tahun 2017
167.713

Unit Jumlah Unit Organisasi Jumlah ANGGARAN KEMENTERIAN PUPR 2018


SIB4
Organisasi Paket Paket
Kontraktual
Jumlah BUJK Kontraktor 2,660 Triliun
Kontraktual
Spesialis
SETJEN 60 PbP 29 Sumber
Cipta Karya Daya Air
SDA 3535 ITJEN 0 Kualifikasi Jumlah 16,109 37,309
Triliun Triliun
BM 3683 BPIW 30 Kecil 4.852 PAGU
CK 1819 BALITBANG 66 107,386
Sedang 1.051 Triliun Bina Marga
PnP
PnP 879 BPSDM 87 9,633 41,673
Besar 37 Triliun Triliun
BK 14

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 255


Regulasi dan Kebijakan
K3 pada Sektor Konstruksi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah kegiatan


untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP 50
Tahun 2012)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah


sebuah ilmu untuk antisipasi, rekognisi, evaluasi dan
pengendalian bahaya yang muncul di tempat kerja
yang dapat berdampak pada kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, serta dampak yang mungkin
bisa dirasakan oleh komunitas sekitar dan lingkungan
umum. (ILO 2008)

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 256


Regulasi dan Kebijakan
K3 pada Sektor Konstruksi

UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi


• Penyelenggaraan jasa konstruksi berdasarkan keamanan dan keselamatan
• Mewujudkan keselamatan publik dan kenyamanan lingkungan terbangun

Permen PUPR No. 5/2014 tentang Pedoman SMK3 Bidang PU


• Job Safety Analysis • Rencana K3 Konstruksi melekat
• K3 pada dokumen pemilihan pada kontrak
• Biaya K3 dialokasikan dalam biaya umum • Ahli/petugas K3

SE Menteri PUPR No. 66/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi


Bidang PU
• Rincian kegiatan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
• Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi

Substansi K3 dimasukkan ke dalam Revisi Permen PUPR No. 31/2017


• Perbaikan Penerapan SMK3

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 257


Regulasi dan Kebijakan
Substansi K3 Dimasukkan ke dalam Revisi Permen PUPR No.31 Tahun 2017

Esensi Masalah Rekomendasi

SOP Pelaksanaan sesuai SOP

Sertifikasi operator (SIO)

SDM Pengaturan shifting pekerja

PERBAIKAN
PENERAPAN
SMK3 Perhatian kesejahteraan pekerja

Standarisasi, kalibrasi dan masa layanan


PERALATAN
peralatan (SILO)

KONSULTAN Peningkatan pengawasan pekerjaan (oleh


PENGAWAS penyedia dan pengguna jasa)

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 258


Regulasi dan Kebijakan
Pokok Perubahan Permen No.31 Tahun 2015

SERTIFIKAT BADAN USAHA (SBU)


01 Masa berlaku sesuai yang tertulis pada sertifikat

PENGUATAN K3
02 Biaya K3 masuk dalam BoQ
(1-2,5% dari nilai pekerjaan atau sesuai kebutuhan)

03 SKA TIDAK DISYARATKAN DALAM TENDER

04 SKA WAJIB DIBUKTIKAN SEBELUM SPPBJ

PENGGUNA/PENYEDIA JASA WAJIB MEMENUHI


05 STANDAR REMUNERASI MINIMAL

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 259


Regulasi dan Kebijakan
Siklus Konsultansi dan Pekerjaan Konstruksi pada UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
KEMBALI

1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Perancangan
4. Pengawasan
5. Manajemen
Penyelenggaraan
Konstruksi
PEMBONGKARAN PENGOPERASIAN

PEMELIHARAAN

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 260


Regulasi dan Kebijakan
UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan


(Pasal 59)

(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

(2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 261


Regulasi dan Kebijakan
UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan


(Pasal 59)

(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

(4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.

(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi geografis
yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 262


Peraturan Menteri PUPR Nomor 5 Tahun 2014
PEKERJAAN
Konsultan Perencana
KONSTRUKSI YANG Mencantumkan telaahan aspek K3 terkait hasil Conceptual design, Basic Design, AMDAL,
BERKESELAMATAN RPL dan RKL
Konsultan Perancangan
Mencantumkan telaahan aspek K3 terkait kriteria dan hasil perancangan, termasuk
TAHAP metode pelaksanaan konstruksi, metode operasi dan pemeliharaan.
PRA KONSTRUKSI Pengguna Jasa (PPK)
• Mencantumkan potensi bahaya, jenis bahaya dan Tingkat Risiko K3 Proyek
• Menyusun HPS dengan memperhitungkan Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi

Pengguna Jasa (Pokja ULP)


• Mensyaratkan Calon Penyedia Jasa (Kontraktor) wajib merekrut Ahli K3 Konstruksi dan
memiliki Sertifikat SMK3 Perusahaan untuk pekerjaan dengan Tingkat Risiko K3 Tinggi; atau
merekrut Ahli K3 Konstruksi untuk pekerjaaan dengan Tingkat Risiko K3 Rendah
TAHAP PEMILIHAN • Menjelaskan potensi, jenis dan Tingkat Risiko K3 pada saat Aanwijzing

PENYEDIA Calon Penyedia Jasa (Kontraktor)


• Berhak meminta penjelasan terkait RK3 pada saat Aanwijzing
• Wajib memperhitungkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi dan melampirkan RK3 pada
Dokumen Penawaran

Penyedia Jasa (Kontraktor)


• Mempresentasikan RK3 pada saat PCM untuk disahkan dan ditandatangani oleh
Pengguna Jasa (PPK)
TAHAP • Melaksanakan RK3K dan meninjau ulang apabila terdapat ketidaksesuaian dalam
PELAKSANAAN penerapan di lapangan
KONSTRUKSI Pengguna Jasa (PPK)
Melakukan pengawasan terkait pelaksanaan RK3K di lapangan

TAHAP Ahli K3/Petugas K3 Konstruksi


• Saat Testing & Commisioning, telah memastikan prosedur K3 telah dilaksanakan
PENYERAHAN HASIL • Menyusun Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan memuat hasil kinerja Sistem
AKHIR PEKERJAAN Manajemen K3

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 263


Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Tahap Pra Konstruksi

Studi kelayakan/survei/investigasi wajib memuat telaahan


aspek K3

DED wajib mengidentifikasi, analisis dan pengendalian


risiko K3

Penyusunan Dokumen pemilihan wajib memuat:


1. Potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 Konstruksi
2. Kriteria evaluasi pemenuhan persyaratan K3 termasuk
penilaian dokumen RENCANA K3 KONSTRUKSI (RK3K)

HPS meliputi biaya K3

A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH
TERIMA

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 264


Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi

Dokumen pemilihan penyedia jasa harus memuat:


1. Persyaratan K3 yang merupakan bagian dari ketentuan
persyaratan teknis
2. Ketentuan kriteria evaluasi RK3K
Persyaratan Ahli K3 dan sertifikat SMK3 perusahaan untuk
pekerjaan bahaya tinggi

Dapat melibatkan ahli K3 dalam evaluasi penawaran

Evaluasi RK3K bagian dari evaluasi teknis dan


bersifat menggugurkan
Penjelasan bahaya dan persyaratan K3 pada saat
aanwizing

RK3K penawaran termasuk rencana biaya K3

Pemenang wajib melengkapi RK3K dengan rencana


penerapan K3 Konstruksi pada pekerjaan

A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH TERIMA
K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 265
Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Penerapan K3 untuk pekerjaan


tambah kurang
Penerapan RK3K untuk KSO
Laporan kecelakaan kerja
(jika terjadi)

Laporan berkala penerapan


Pelaksanaan RK3K
dan pengendalian RK3K

Tinjauan ulang RK3K


1. RK3K dibahas dan disetujui
secara berkala
pengguna jasa pada PCM
2. RK3K yang disetujui menjadi satu
kesatuan dengan KONTRAK

A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH TERIMA
K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 266
Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Tahap Serah Terima Pekerjaan

Pada saat testing/commisioning,


Ahli/petugas K3 memastikan
prosedur K3 telah dilaksanakan

Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan:


1. Hasil kinerja SMK3
2. Statistik kecelakaan dan penyakit kerja
3. Usulan perbaikan

A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH
TERIMA

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 267


Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan tentang K3
diputuskan oleh Menteri
PU Tahun 2009

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 268


Komitmen Rencana Aksi Keselamatan Konstruksi

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 269


Komitmen Rencana Aksi Keselamatan Konstruksi
dengan Badan Usaha Jalan Tol

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 270


Dampak Positif
Pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan pada Sektor Konstruksi

DECREASE PROJECT SCHEDULE


50%
DAMPAK POSITIF BY ONE WEEK OR MORE
50% decrease by less than 1 week
IMPLEMENTASI K3 DALAM PROYEK 31% decrease by one week
12% decrease by two weeks
7% decrease by 3 weeks or more

71%
DECREASE PROJECT BUDGET
73% BY 1% OR MORE
51% 27% decrease by less than 1%
49% decrease by 1%-5%
43%
39% 17% decrease by 6%-10%
7% decrease by 11% or more

INCREASE PROJECT ROI


13% 15% 73% BY 1% OR MORE
5% 6% 27% increase by less than 1%
53% increase by 1%-5%
15% increase by 6%-10%
Jadwal Biaya ROI* Kecelakaan 5% increase by 10% or more

Positif Negatif
* ROI : Return of Investment 82% IMPROVE FIRMS REPUTATION
Sumber: safety management in the construction
industry : indentifying risk and reducing accident
to improve site productivity and project ROI, 2013,
McGrawHill
66% IMPROVE PROJECT QUALITY

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 271


Dampak Negatif
Setelah Terjadi Kecelakaan Konstruksi

SUBJEK
DAMPAK SOLUSI
TERDAMPAK
• Cedera, Luka, Meninggal • Tool Box Meeting saat memulai pekerjaan
Tenaga Kerja • Menimbulkan Keragu-raguan bagi setiap hari.
Tenaga Kerja lainnya • Mengikuti Pelatihan/Pembinaan Metode Kerja
• Sosialisasi ke Masyarakat mengenai
• Cedera, Luka, Meninggal Pengendalian Bahaya yang dapat ditimbulkan
Masyarakat • Merasa tdak nyaman tinggal disekitar oleh proyek tersebut
area proyek • Melakukan Pengendalian Bahaya secara
maksimal
• Proyek Terhenti Sementara
• Hasil Pembangunan terlambat
digunakan • Menyusun Job Safety Analysis setiap sebelum
Proyek • Tenaga Kerja Idle melakukan pekerjaan
• Peralatan Idle
• Return of Investment mengalami
penurunan
• Menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan
• Tidak berkompeten Kontraktor.
Perusahaan
• Nilai Saham turun • Memberikan Pelatihan/Pembinaan Metode
Kerja ke Tenaga Kerjanya
• Dinilai belum mampu melaksanakan • Membuat Regulasi Keselamatan Konstruksi
Negara
pembangunan dengan selamat secara komprehensif

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 272


Dampak Negatif
Tidak Terpenuhinya Standar Keamanan Keselamatan Kesehatan & Keberlanjutan Sektor Konstruksi

2017
• Jatuhnya crane
4 Agt KECELAKAAN KONSTRUKSI
(LRT Palembang)

22 Sep
• JPO runtuh
(Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi)
2018
• Jatuhnya crane • Beton Girder runtuh
26 Okt 2 Jan
(Jalan Tol Bogor Outer Ring Road/BORR) (Jalan Tol Depok-Antasari)

• Girder FO runtuh • Box girder runtuh


29 Okt 22 Jan
(Jalan Tol Paspro) (LRT Jakarta)

• Beton lepas dari crane • Runtuhnya girder launcher


15 Nov 4 Feb
(LRT Jakarta) Proyek DDT Jatinegara)

• Jatuhnya crane • Jatuhnya bekisting pier head


16 Nov 20 Feb
(Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (El.)) PCB 34 (Proyek Tol Beckayu)

• Runtuhnya penopang • Jatuhnya besi holow (Pembangunan


9 Des 18 Mar Rusun Tingkat Tinggi Pasar Rumput)
(Jembatan Ciputrapinggan)

• Beton girder runtuh • Runtuhnya Pengecoran in situ slab


30 Des 17 Apr (Proyek Jalan Tol Manado-Bitung)
(Jalan Tol Pemalang-Banten)

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 273


Dampak Negatif
Tidak Terpenuhinya Standar Keamanan Keselamatan Kesehatan & Keberlanjutan Sektor Konstruksi

KECELAKAAN KONSTRUKSI
JATUHNYA BEKISTING PIER HEAD PCB 34 BECAKAYU
20 Februari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 03.40 WIB terjadi kecelakaan kerja
proyek Becakayu saat para pekerja melakukan pengecoran tiang
pancang
Korban : 7 orang luka-luka

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 274


Dampak Negatif
Tidak Terpenuhinya Standar Keamanan Keselamatan Kesehatan & Keberlanjutan Sektor Konstruksi

KECELAKAAN KONSTRUKSI
PROYEK DOUBLE DOUBLE TRACK JATINEGARA
4 Februari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 05.00 WIB, dudukan bantalan rel yang
sedang di angkat menggunakan crane berada pada posisi yang
tidak pas mengakibatkan bantalan rel jatuh dan menimpa
korban
Korban : 4 orang meninggal

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 275


Dampak Negatif
Tidak Terpenuhinya Standar Keamanan Keselamatan Kesehatan & Keberlanjutan Sektor Konstruksi

KECELAKAAN KONSTRUKSI
LRT JAKARTA (Velodrome)
23 Januari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 00.30 WIB, tiang konstruksi LRT
jatuh saat pemasangan boxgilder pada tiang P28 dan P29
mengakibatkan sejumlah pekerja yang sedang berada di atas
terjatuh
Korban : 5 orang luka-luka

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 276


Dampak Negatif
Tidak Terpenuhinya Standar Keamanan Keselamatan Kesehatan & Keberlanjutan Sektor Konstruksi

KEGAGALAN BANGUNAN
2018

15 Jan • Ambruknya selasar Gedung BEI, Jakarta

• Turap longsor di KM 8 +⁶⁄₇ underpass Jalan


5 Feb
Parimeter Selatan Bandara Soekarna Hatta

• Ambruknya Jembatan Widang-Tuban


17 Apr
(Jawa Timur)

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 277


Kegagalan Bangunan

AMBRUKNYA SELASAR GEDUNG BEI


15 JAN 2018
Kecelakaan terjadi pukul 11.56 WIB pada lantai 1 Tower 2 yang
berfungsi untuk jalan penghubiung, tiba-tiba runtuh. Upaa
pemeliharaan yang sudah dilakukan berupa Mekanikal Elektrikal
tanp[a pemeliharaan struktur
Korban : 77 orang luka-luka

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 278


Kegagalan Bangunan

RUNTUHNYA PERIMETER SELATAN BANDARA SOETTA


5 FEB 2018
Kecelakaan terjadi pukul 17.00 WIB, kemungkinan masalah
pada kekuatan fondasi tembok untuk menahan jalan
perimeter tersebut dan dinding penahan tanah yang berada
di samping jalan memang akan memberi dorongan yang
besar apabila tanah basah
Korban : 1 orang meninggal ,
1 orang luka-luka

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 279


Kegagalan Bangunan

AMBRUKNYA JEMBATAN WIDANG-TUBAN (JAWA TIMUR)


17 APRIL 2018

Sekitar Pukul 11.00 WIB Jembatan Kembar Sisi Barat Wilayah Kec.
Widang Tuban tiba-tiba ambrol mengakibatkan 1 Dump Truk, 2
Truk Tronton dan 1 sepeda motor tercebur ke air

Korban : 2 orang meninggal

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 280


PROMOTING THE USE OF A WIDE RANGE
OF SAFETY MANAGEMENT PRACTICES
OWNERS
REQUIRE A FULL RANGE OF SAFETY PRACTICES
REQUIRE EARLIER CONTRACTOR INVOLVEMENT IN PROJECT
ENCOURAGE USE OF BIM AND PREFABRICATION

ASSOCIATIONS
PROVIDE MORE DATA ON THE BUSINESS BENEFITS OF SAFETY
APPLY PRESSURE TO THE INSURANCE INDUSTRY TO REDUCE CONTRACTOR
INSURANCE RATES BASED ON USE OF STRONG SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

CONTRACTORS
IMPLEMENT SAFETY PRACTICES FROM THE BOTTOM UP
TAKE ADVANTAGE OF ONSITE MOBILE TOOLS
ENCOURAGE GREATER INVESTMENT IN SAFETY BY ENGAGING SENIOR LEADERSHIP

Sumber : safety management in the construction industry : indentifying risk and reducing accident to improve
site productivity and project ROI, 2013, McGrawHill

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 281


Strategi Pembinaan
Komitmen Kementerian PUPR terhadap K3
Menerbitkan Permen tentang
Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
bidang Pekerjaan Umum
Memastikan komponen Biaya
Memastikan Peralatan /item pekerjaan Penyelenggaraan
pekerjaan telah memenuhi K3 dan Keselamatan Konstruksi
standar kelaikan alat dalam Daftar Kuantitas dan Harga
(Bill of Quantity/BOQ);

Melaksanakan Membentuk Komite


Investigasi Kecelakaan Keselamatan Konstruksi
Konstruksi

Memastikan setiap pekerjaan


Memastikan penggunaan konstruksi telah memenuhi
Material yang memenuhi Metode Kerja yang telah teruji
standar mutu yang
dipersyaratkan
Meningkatkan kapasitas Manusia dengan
melaksanakan Bimbingan Teknis SMK3
Konstruksi dan pelatihan yang terkait
pekerjaan konstruksi

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 282


Strategi Pembinaan
Pelaksana Pembinaan

PRA KONSTRUKSI PROSES KONSTRUKSI PEMAANFAATAN

1. KKB KOMITE KESELAMATAN KEGAGALAN


2. KKJTJ KONSTRUKSI (K3) BANGUNAN OLEH
(PERMEN NO 2-2018 DAN PENILAI AHLI (AD HOC)
3. KKBG KEPMEN NO 66-2018) (UU NO 2-2017)

KKB = Komisi Keamanan Bendungan (Permen PUPR No 27/PRT/M/2015);


KKJTJ = Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (Permen PUPR No 41/PRT/M/2015);
KKBG = Komisi Keamanan Bangunan Gedung (dalam proses);

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 283


Pengembangan SDM
Pelaksana Pembinaan

BIMBINGAN TEKNIS K3 BIMBINGAN TEKNIS


Pada tahun 2018 sampai BETON PRACETAK
PRATEGANG SIBIMA (SISTEM INFORMASI
dengan Bulan April 2018,
Kementerian PUPR telah BELAJAR INTENSIF MANDIRI)
Bimbingan Teknis Beton
melakukan 40 Bimbingan Pracetak Prategang yang SIBIMA menjadi salah satu solusi
Teknis K3 yang dilaksanakan di Jakarta PELAYANAN PUBLIK pemenuhan
diselenggarakan oleh Balai dengan kerjasama antara kebutuhan tenaga ahli bersertifikat
Jasa Konstruksi, Pemerintah Balai Jasa Konstruksi dan memperluas Akses Penyediaan
Daerah Kabupaten/Kota dan BUMN Pengetahuan Bidang Konstruksi
Provinsi dalam rangka Peningkatan Kapasitas
SDM Konstruksi Nasional
Tahun 2017, sebanyak 11,846 Peserta
Terlatih melalui Distance Learning

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 284


Peran dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Memastikan Terpenuhinya KETENTUAN K3 KONSTRUKSI

KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS


Memastikan DED Menyusun Rencana Mutu Menyusun rencana
memenuhi kaidah Kontrak/Program Mutu Pekerjaan/Quality pemeriksaan dan pengujian
keteknikan Plan (Inspection and Test
Memastikan DED Melakukan risk assessment yang Plan/ITP) serta memastikan
memperhitungkan aspek dituangkan dalam RK3K dilaksanakan secara
K3 konsisten
Bertanggung jawab atas terjadinya
Menyiapkan metode kecelakaan kerja dan penyakit akibat Memastikan bahwa setiap
pelaksanaan pekerjaan kerja pekerjaan hanya
yang aman dan selamat dilaksanakan ada
Menyusun pengawasan internal terkait persetujuan dari konsultan
Melakukan risk assessment pelaksanaan K3 pengawas
awal terhadap pelaksanaan Memastikan adanya unit kerja khusus
proyek Memastikan RK3K telah
yang menangani QHSE dilaksanakan secara
konsisten oleh kontraktor
dan sub kontraktor

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 285


Peran dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Memastikan digunakannya TENAGA KERJA KOMPETEN BERSERTIFIKAT

KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS


Memastikan agar seluruh Memastikan seluruh operator alat berat Memastikan agar seluruh
tenaga ahli memiliki memiliki kompetensi yang dibuktikan tenaga ahli/terampil yang
kompetensi dan dibuktikan dengan Surat Izin Operator (SIO) yang terlibat dalam pengawasan
dengan sertifikat masih berlaku memiliki kompetensi sesuai
kompetensi Memastikan seluruh tenaga kerja bidangnya dan dibuktikan
memiliki kompetensi dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi
dengan sertifikat kompetensi
Memastikan jadwal pembagian shift
pekerjaan tenaga kerja sesuai dengan
ketentuan perundangan
ketenagakerjaan
Memperhatikan kesejahteraan pekerja
dan program perlindungan pekerja

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 286


Peran dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Memastikan digunakannya PERALATAN YANG MEMENUHI STANDAR KELAIKAN

KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS


Memastikan desain dapat Memastikan setiap peralatan yang Memastikan setiap
dilaksanakan dilapangan digunakan harus memenuhi standardisasi, pelaksanaan pekerjaan,
dengan peralatan yang kalibrasi, dan masa layanan sebelum digunakan peralatan yang
memenuhi standar kelaikan pelaksanaan pekerjaan yang dibuktikan laik dan memenuhi standar
dengan Sertifikat Izin Layak Operasi (SILO) kelaikan
yang masih berlaku

Memastikan digunakannya MATERIAL YANG MEMENUHI STANDAR MUTU


KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS
Memastikan desain yang Memastikan material yang digunakan Melakukan review pada
dihasilkan mengacu pada mengacu pada SNI atau standar desain perencana bahwa
standar perlatan yang ada internasional yang (minimal) material yang digunakan
dipersyaratkan oleh pemilik proyek sesuai dengan standar dan
memastikan material yang
digunakan sesuai dengan
yang dipersyaratkan

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 287


Peran dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa

Memastikan digunakannya TEKNOLOGI YANG MEMENUHI STANDAR KELAIKAN

KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS


Menyiapkan metode Menyusun Rencana Mutu Memastikan teknologi yang
pelaksanaan pekerjaan Kontrak/Program Mutu diterapkan sesuai dengan dengan
yang aman dan selamat Pekerjaan/Quality Plan yang dipersyaratkan dalam kontrak

Memastikan dilaksanakannya STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR (SOP)


KONSULTAN PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS
Memastikan SOP ditaati Menyempurnakan metode dan SOP Hadir dan melakukan pengawasan
dalam melakukan proses pelaksanaan pekerjaan serta selama pelaksanaan pekerjaan di
perencaan dilaksanakan secara konsisten lapangan, terutama untuk bagian
pekerjaan yang berisiko tinggi sesuai
SOP

K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 288


Terima kasih
Sub Direktorat Material dan Peralatan Konstruksi
Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gd. Utama Lt. 11, Kementerian PUPR


Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
Telp./Fax. : (021) 7395375
Email: mpk.djbk@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai