PEKERJAAN JALAN
MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
PANDUAN
PENYELENGGARAAN
MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
Kata Sambutan 3
Sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi khususnya dalam Pasal 5 ayat (5) huruf g: Membangun Sistem Rantai Pasok Material,
Peralatan, dan Teknologi Konstruksi, dan juga dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi
Hasil Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri. Selaras dengan hal tersebut, para pelaksana proyek-
proyek konstruksi saat ini diharuskan untuk memperhatikan rantai pasok konstruksi dan penggunaan
produk material, peralatan, serta teknologi dari dalam negeri. Salah satu material dalam negeri yang
dimiliki oleh Indonesia dan dapat digunakan sebagai material infrastruktur jalan adalah Aspal Buton
(Asbuton).
Penggunaan Asbuton untuk pekerjaan jalan sampai dengan saat ini masih belum optimal. Hal ini
disebabkan penggunaan Asbuton masih menghadapi beberapa permasalahan baik teknis maupun non
teknis, antara lain: (i) inkonsistensi kualitas produk Asbuton; (ii) penerapan teknologi Asbuton yang tidak
sesuai dengan kondisi/kelas jalan; (iii) perencanaan pelaksanaan pekerjaan jalan yang kurang; (iv) rantai
pasok Asbuton; dan (v) pembinaan teknis tentang Asbuton terhadap penyedia jasa masih kurang.
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan
jalan yang menggunakan Asbuton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan/atau
Quality Engineer (QE) yang telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan
Asbuton. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi
pengalaman dalam pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga
dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non
teknis.
Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti dengan sungguh-sungguh sehingga dapat
membawa hasil yang optimal. Kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelenggaraan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton ini kami ucapkan terima kasih.
BASTIAN S. SIHOMBING
PANDUAN PENYELENGGAAN
BIMBINGAN TEKNIS RANTAI PASOK
PEKERJAAN JALAN MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu program strategis guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dengan indikasi kebutuhan investasi infrastruktur Tahun 2015-2019 sebesar Rp 4796,2 Triliun.
Program pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan untuk menciptakan konektivitas nasional dan pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai perbaikan kebijakan, kelembagaan, pembiayaan, dan penyiapan proyek-proyek strategis nasional.
Dalam hal tersebut, program pembangunan infrastruktur jalan menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu prasarana transportasi yang memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, serta barang dan jasa. Penguatan infrastruktur yang diagendakan oleh
Pemerintahan saat ini salah satunya adalah pembangunan infrastruktur jalan dengan target pembangunan jalan baru yang
akan sepanjang 2.350 km, pembangunan jalan tol ditargetkan dapat mencapai panjang 1000 km, dan pemeliharaan jalan
sebesar 46.770 km.
Sementara itu, Kementerian PUPR pada Tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran sebesar ± Rp 107,386 Triliun dimana dari
anggaran tersebut dialokasikan sebesar + Rp 75,473 Triliun (70,28%) untuk belanja modal. Khusus untuk penyelenggaraan
jalan yang disalurkan melalui Direktorat Jenderal Bina Marga dialokasikan belanja modal sebesar + Rp 34,169 Triliun (31,81%).
Besarnya program pembangunan jalan secara nasional tentu saja membutuhkan dukungan ketersediaan aspal minyak yang
andal. Berdasarkan estimasi perhitungan kebutuhan aspal minyak nasional Tahun 2017 diperkirakan sudah mencapai ± 1,5
juta ton/tahun. Sementara itu, pasokan aspal minyak nasional dari refinery plant PT. Pertamina (Persero) rata-rata hanya
mampu sebesar 344 ribu ton/tahun (diluar import). Pada satu sisi, untuk memenuhi gap permintaan aspal minyak nasional
selama ini dilakukan import aspal minyak. Sementara di sisi lainnya, Indonesia memiliki potensi aspal alam di Pulau Buton
dengan deposit mencapai ± 630 juta ton, sehingga seharusnya dapat menjadi solusi defisit aspal minyak nasional.
Selaras dengan hal tersebut, penggunaan produk dan material dalam negeri merupakan suatu keharusan bagi para pelaksana
proyek infrastruktur. Salah satu material dalam negeri yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai material
infrastruktur jalan adalah Aspal Buton (Asbuton). Akan tetapi pemanfaatan Asbuton selama ini masih menghadapi beberapa
permasalahan di lapangan antara lain: (1) inkonsistensi kualitas produk Asbuton dari masing-masing produsen, (2)
keterlambatan waktu pengiriman produk Asbuton ke lokasi proyek (rantai pasok), (3) keterbatasan teknologi peralatan
pendukung AMP yang menggunakan Asbuton, serta (4) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan
baik perencana hingga SDM operator AMP yang menggunakan Asbuton.
Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
bersama Direktorat Jenderal Bina Marga dan Balitbang Kementerian PUPR telah menyusun Draft Revisi Peraturan Menteri
PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan, dimana merupakan revisi terhadap Pemen
PU No.35/PRT/M/2006, sehingga diharapkan dapat mengakomodir substansi pengaturan guna menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2018 telah merencanakan penggunaan Asbuton untuk pekerjaan
pembangunan dan preservasi jalan sebesar + 60.961 Ton yang tersebar pada 18 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Untuk
mengantisipasi terulangnya permasalahan teknis dan non-teknis, maka salah satu upaya yang akan dilakukan adalah melalui
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang dimaksudkan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait produk dan teknologi
Asbuton yang telah terbukti dapat diaplikasikan di lapangan.
Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
Menggunakan Aspal Buton.
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan jalan yang
menggunakan Aspal Buton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan atau Quality Engineer (QE) yang
telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan
pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi
permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non-teknis.
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan (knowledge) dan kompetensi
tentang Asbuton secara keseluruhan terhadap para GS, SE, dan atau Asisten GS/SE dari aspek rantai pasok, jenis produk dan
teknologi, spesifikasi dan standar, serta metode pelaksanaan dan teknis pelaksanaannya di lapangan.
C. Jumlah Peserta
Jumlah peserta bimbingan teknis sebanyak 50 (lima puluh) sampai dengan 60 (enam puluh) orang peserta.
Calon peserta bimbingan teknis dapat mendaftarkan diri dengan mengisi formulir usulan peserta yang
selanjutnya dapat disampaikan pada Sekretariat Bimtek dengan alamat:
Metode bimbingan teknis menggunakan proses belajar orang dewasa (andragogi) dimana peserta berperan
aktif dalam proses pembelajaran yang meliputi penyampaian materi oleh narasumber, diskusi, tanya jawab,
dan berbagi pengalaman.
• Program Penggunaan dan Spesifikasi 2 • Rina Kumalasari, ST, MT. Utami Darma Setiawati, SE, MM.
Teknis Asbuton (Kasie Perkerasan Jalan dan Drainase,
Subdit Geometrik, Perkerasan, dan
Drainase, Dit. Pembangunan Jalan,
Ditjen Bina Marga)
Panel: Sesi Ketiga
• Jenis Produk dan Aplikasi Teknologi • Ilman Farid, ST, MT.
Asbuton (Peneliti Loka Litbang Asbuton,
Pusjatan Balitbang
2 Utami Darma Setiawati, SE, MM.
• Perencanaan Campuran Beraspal • Dr. Drs. Madi Hermadi, S.Si, MM.
Panas dengan Asbuton (Kepala Loka Litbang Asbuton,
Pusjatan Balitbang)
Panel: Sesi Keempat
• Perencanaan Campuran Lanjutan • Ilman Farid, ST, MT.
(CPHMA) dan Proses Persetujuan (Peneliti Loka Litbang Asbuton,
DMF menjadi JMF Pusjatan Balitbang
2 Utami Darma Setiawati, SE, MM.
• K3 terkait Penyelenggaraan • Ir. Brawijaya, SE, ME.IE, MSCE, Ph.D
Konstruksi berdasarkan Undang- (Kasubdit Konstruksi Berkelanjutan,
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Dit Bina Penyelenggaraan Jasa
Jasa Konstruksi Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi)
Total = 8
Keterangan : OJ = Orang/Jam @ 60 menit
1.3 Bimbingan Teknis Operator AMP di Balai Material dan Peralatan Konstruksi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 18
Pendahuluan
2013
2015
MOU Kerjasama
2014 Memperluas kerja sama dengan
PT. Rutraindo
Perkasa dengan Butonas dan Balitbang untuk
Badan Pembinaan menggunakan Aspal Buton
Konstruksi Pelatihan Operator sebagai material pokok pada
Kementerian PU Asphalt Mixing Plant pelatihan AMP dan dikembangan
dan Asosiasi AABI untuk para penyedia ASBUTON Promotion Center di
jasa, masyarakat umum, Balai Material dan Peralatan
serta mitra kerja AABI Konstruksi Jakarta
dan PT. Rutraindo
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 19
Latar Belakang
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 382 Tahun 2013 tentang Penetapan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Konstruksi, Golongan Pokok Konstruksi
Bangunan Sipil, Golongan Konstruksi Jalan dan Rel Kereta Api, Sub Golongan Konstruksi Jalan
dan Rel Kereta Api, Kelompok Usaha Jasa Konstruksi Jalan Raya, Jabatan Kerja Operator
Mesin Pencampur Aspal
• Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Jabatan Kerja Operator Mesin
Pencampur Aspal
• Surat Edaran LPJK Nomor 01/SE/LPJK-N/I/2012 Perihal Klasifikasi Tenaga Terampil. Bidang
Mekanikal – Sub Bidang Operator Mesin Pencampur Aspal, Nomor Kode 030
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 20
Tujuan Pelatihan
Persyaratan Peserta:
• Pendidikan minimal
SLTA/sederajat
• Bekerja di bidang pekerjaan
pengaspalan/produksi
campuran aspal panas
• Sehat jasmani dan rohani
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 21
Kompetensi Kerja
Kompetensi kerja Operator Mesin Pencampur Aspal sesuai SKKNI terdiri atas:
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 22
Kurikulum Pelatihan
WAKTU PELAKSANAAN (JP)
NO. MATERI PELATIHAN
TEORI PRAKTEK JUMLAH
I Mata Latihan Kejuruan (MLK)
A. Mata Latihan Dasar Kejuruan.(MLDK)
1. Keselamatan & Kesehatan Kerja ( K3 ) 4 -
2. Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja 3 -
JUMLAH IA 7 - 7
II Ujian 3 3 6
JUMLAH TOTAL 50 45 95
Keterangan : JP = Jam Pelajaran @ 45 menit
Pelatihan dilakukan selama 12 hari, terdiri atas 6 hari teori kelas dan 6 hari praktek
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 23
Proses Kegiatan
1 2 3 4
Kegiatan materi
Kegiatan gelar
Kegiatan materi praktek lapangan.
Kegiatan praktek campuran aspal
teori di kelas Pengenalan
produksi campuran panas hasil
dipandu oleh komponen,
aspal panas praktek
Instruktur pemeliharaan dan
(1 hari). produksi
selama 6 hari. pengoperasian alat
(1 hari).
(5 hari).
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 24
PELATIHAN OPERATOR AMP
UNIT PENGUTUS / INSTANSI
JUMLAH PESERTA (ORANG)
ANGKATAN
2014 2015 2016 2017 2018 AABI
50 %
Akt I 16 17 17 19 18 PT.
Rutraindo
Perkasa
Akt II 16 16 16 - 18 40 %
Akt III 16 16 14 -
Akt IV 16 14 15 -
Akt V - 15 - -
Total 64 78 62 19 36 Lain-lain
[VALUE]
Sumber rekap data update per Juli 2018
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 25
Kegiatan Bimbingan Teknis Operator AMP di Balai MPK
• Kegiatan Bimbingan Teknis Operator AMP dilaksanakan selama 3 hari.
• Peserta Bimbingan Teknis adalah para Operator AMP/tenaga konstruksi yang sudah
memiliki pengalaman kerja dibidang produksi campuran aspal panas.
• Tujuan kegiatan Bimbingan Teknis adalah memberikan penyuluhan dan
penyegaran kembali materi teori dan pengetahuan teknis serta update informasi
teknologi terbaru seputar pengoperasian AMP dan produksi campuran aspal
panas.
• Kegiatan terdiri atas dua hari materi teori di kelas dan satu hari praktek lapangan
produksi campuran aspal panas.
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 26
Kurikulum Bimbingan Teknis Operator AMP
Jumlah Jam
No. Mata Latih
Pelajaran (JPL)
1 Penerapan K3L 1
2 Komunikasi di Tempat Kerja 1
3 Pemeliharaan AMP 3
4 Menghidupkan Komponen Mesin 3
5 Teknik Penyaluran Aspal 3
6 Teknik Menyalurkan Agregat, Filler dan Asbuton 3
7 Teknik Produksi Campuran Aspal 3
8 Kegiatan Akhir Produksi 2
9 Praktek Produksi Campuran Aspal Panas 8
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 27
Uji Kompetensi dan Sertifikasi Operator AMP
• Uji Kompetensi dan Sertifikasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan amanat Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
• Peserta Uji Kompetensi dan Sertifikasi adalah para operator AMP yang sudah berpengalaman.
• Kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi dapat langsung dilaksanakan di lokasi proyek
pekerjaan.
• Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi dengan menggunakan skema percepatan
sertifikasi yaitu penilaian kompetensi melalui observasi langsung di lapangan oleh tim Asessor
dari LPJK.
• Peserta yang lulus Uji Kompetensi akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi (SKTK) yang
diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 28
Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Tingkat Ahli
• Pelatihan tingkat ahli: Manajer Produksi Campuran Aspal Panas
• Dasar: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 329/MEN/IX/2009 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Konstruksi Bidang Konstruksi
Gedung dan Bangunan Sipil, Sub Bidang Transportasi, Jabatan Kerja Manajer Produksi
Campuran Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant Manager)
• SKKNI Jabatan Kerja Manajer Produksi Campuran Aspal Panas
• Kode Jabatan: F 45 02 22 1 02 2 V 1
• Syarat Jabatan:
o Pendidikan minimal D-3 Teknik Sipil atau D-3 Teknik Mesin
o Pengalaman kerja: D-3 Teknik Mesin minimal 2 tahun di bidang pekerjaan pengaspalan,
D-3 Teknik Sipil minimal 3 tahun di bidang pekerjaan pengaspalan
o Sehat jasmani dan rohani disertai keterangan dokter
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 29
Kompetensi Kerja
Kompetensi kerja Manajer Produksi Campuran Aspal Panas sesuai SKKNI terdiri atas:
No. Kode Unit Judul Unit
I. Kelompok Kompetensi Umum
Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1 SPL.KS11.221.00
dan Lingkungan
II. Kelompok Kompetensi Inti
Menyiapkan pekerjaan produksi campuran aspal
1 SPL.KS21.221.00
panas secara terperinci dan jelas
Merencanakan kebutuhan peralatan AMP sesuai
2 SPL.KS21.222.00
pesanan (job order)
Menyusun jadwal kerja tenaga operator dan tenaga
3 SPL.KS21.223.00
mekanik lapangan
Merencanakan kebutuhan bahan dan material sesuai
4 SPL.KS21.224.00
pesanan (job order)
Mengatur pelaksanaan produksi sesuai kebutuhan
5 SPL.KS21.225.00
pekerjaan di lapangan
Memonitor pelaksanaan pekerjaan pengaspalan di
6 SPL.KS21.226.00
lapangan
7 SPL.KS21.227.00 Menyusun laporan hasil pelaksanaan pekerjaan
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 30
Rencana Pengembangan Pelatihan AMP Menggunakan Asbuton
Stakeholder
C
BADAN USAHA
PT. Rutraindo Perkasa
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 31
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton
• Pada tahun 2016 telah dilaksanakan Uji Coba AMP dengan Asbuton PT. Butonas
menggunakan AMP Tipe AZP 1000 milik PT. Rutraindo Perkasa di Balai Material dan Peralatan
Konstruksi selama 1 hari.
• Hasil yang diproduksi sebanyak 3,4 ton. Penggunaan Asbuton 7,5% dari total campuran, Aspal
minyak 3,9 %.
• Secara keseluruhan uji coba berjalan dengan baik. Adapun adanya kendala dikarenakan
kurangnya pemahaman dalam proses pengisian cold bin asbuton sehingga mengakibatkan
kemacetan serta asbuton feeder system yang baru dijalankan pertama kali karena Aspal
Buton merupakan material yang lembab sehingga tidak boleh terkena tekanan walaupun
sedikit.
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 32
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton
• Pada tanggal 20 Desember 2017 dilaksanakan uji coba kedua besamaan dengan kegiatan
Bimbingan Teknis Operator AMP.
• Produksi campuran aspal panas menggunakan bahan Asbuton Butonas 25 (LGA tipe 50/30).
• Produksi dilakukan sebanyak 21 batch, dengan kapasitas per batch 800 kg hotmix, sehingga
total produksi sebanyak 16,8 Ton.
• Penghamparan campuran panas pada area panjang 60 m, lebar 4 m dan tebal padat 4 cm.
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 33
Uji Coba Pelatihan Menggunakan Asbuton
• Pada tanggal 21 Desember 2017 telah dilakukan FGD Evaluasi kegiatan Bimbingan Teknis
Operator AMP menggunakan Asbuton yang sebelumnya telah dilaksanakan, diadakan di
Hotel Aviary Bintaro.
• Tema FGD adalah Evaluasi Bimbingan Teknis Operator AMP menggunakan Asbuton dan
Penyusunan Kurikulum dalam rangka Persiapan Pelatihan Operator AMP menggunakan
Asbuton.
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 34
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 35
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 36
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 37
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 38
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 39
Dokumentasi
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 40
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
6 Pengendalian pencemaran lingkungan
ACUAN : SKKNI
• Identifikasi kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.01.002.01-I pencemaran
1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN • Penerapan ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan
(K3L) • Pemeriksaan potensi pencemaran lingkungan dari material
1 Umum produksi
• Pengertian dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja • Pemantauan kondisi gas buang yang keluar dari cerobong
• Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja asap
• Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja • Prosedur pelaporan kelainan yang mengakibatkan
2 Identifikasi potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja pencemaran lingkungan
• Potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada pengoperasian BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.01.001.01-I
2.
mesin pencampur aspal KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA
• Prosedur penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran, dan 1 Umum
bahaya lainnya • Pengertian dan persyaratan komunikasi
3 Rencana penerapan K3 dan pengendalian bahaya • Jenis komunikasi
• Analisis bahaya risiko kecelakaan kerja dan pencemaran • Komunikasi dalam kelompok kerja
lingkungan 2 Penerimaan dan penyampaian informasi di tempat kerja
• Identifikasi komponen yang rusak dan yang beresiko • Jenis informasi dalam pelaksanaan tugas
kecelakaan kerja • Penyampaian informasi dalm pelaksanaan tugas
• Identifikasi medan kerja yang beresiko kecelakaan kerja • Jalur komunikasi dalam pelaksanaan tugas
• Analisis dampak potensi kecelakaan kerja • Pelaksanaan prosedur perusahaan
• Analisis dampak potensi pencemaran lingkungan • Prosedur hubungan kerja antar personal
4 Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja 3 Koordinasi di tempat kerja
• Pemasangan rambu-rambu K3 • Pertemuan koordinasi
• Penggunaan APD • Tata cara penyampaian masukan dalam pertemuan
• Pemeriksaan APK • Pelaksanaan keputusan/hasil pertemuan
• Penggunaan APK • Prosedur interaksi di tempat kerja
• Laporan kecelakaan kerja dan penanggulangannya 4 Kerjasama dalam kelompok kerja
5 Sikap kepedulian terhadap pelaksanaan K3L • Peran anggota dan tujuan kelompok kerja
• Sosialisasi ketentuan K3L • Tugas dan tanggungjawab pribadi dan anggota kelompok
• Penerapan ketentuan K3L kerja
• Pengisian daftar simak potensi kecelakaan kerja dan • Penggunaan komunikasi yang tepat dalam kelompok kerja
pelaksanaan K3L • Tugas dalam kelompok kerja
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 41
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.001.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.002.01-I
3. 4.
PEMELIHARAAN HARIAN KERJA TEKNIK MENGHIDUPKAN KOMPONEN MESIN
1 Umum 1 Umum
1.1 Pengaruh pelaksanaan pemeliharaan mesin pencampur aspal • Posisi operator mesin pencampur aspal
• Tugas operator pada pelaksanaan pemeliharaan • Proses pencampuran aspal panas
2 Persiapan pemeliharaan harian 2 Persiapan menghidupkan mesin pencampur aspal
• Buku pedoman pemeliharaan dan pengoperasian • Surat perintah memproduksi campuran aspal panas
• Identifikasi komponen mesin pencampur aspal • Teknik dasar pengoperasian mesin pencampur aspal
3 Pemeriksaan komponen penyalur agregat dan Filler • Inputing data Job Mix Formula
• Pemeriksaan komponen Cold Bin dan Cold Conveyor • Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
• Pemeriksaan komponen Dryer • Teknik menghidupkan kompresor
• Pemeriksaan komponen Hot Elevator dan Vibrating Screen • Penyiapan daftar simak kondisi alat
• Pemeriksaan kondisi Hot Bin 3 Penyetelan pengatur pemanas pada Oil Heater
• Pemeriksaan komponen Elevator Filler • Pemeriksaan sumber daya listrik
• Pemeriksaan komponen Mixer • Pengaturan temperatur (Thermostat)
4 Pemeriksaan komponen penyalur aspal • Pemeriksaan katup distribusi
• Pemeriksaan komponen Oil Heater • Sirkulasi Oil Panas pada Sistem Oil Heater
• Pemeriksaan kondisi Ketel dan Persediaan Aspal • Pemanasan oli dalam sistem Oil Heater
• Pemeriksaan kondisi pompa dan pipa penyalur aspal 4 Teknik menghidupkan komponen penyalur agregat
5 Pemeriksaan komponen pendukung utama mesin pencampur aspal • Prosedur menghidupkan Exhaust Fan
• Pemeriksaan kondisi Kompresor • Teknik menghidupkan Mixer
• Pemeriksaan kondisi Pompa Air • Teknik menghidupkan Vibrating Screen
• Pemeriksaan Panel Distribusi Listrik • Teknik menghidupkan Hot Elevator
Pelumasan komponen mesin pencampuran aspal • Prosedur menghidupkan Dryer
6 • Penyiapan tools dan bahan pelumas • Teknik menyalakan Dryer Burner
• Pelumasan komponen Cold Bin • Sistem kelistrikan komponen mesin pencampur aspal
• Pelumasan komponen Dryer 5 Teknik menghidupkan komponen penyalur Filler
• Pelumasan komponen Pengumpul Debu • Pemeriksaan komponen penyalur Filler
• Pelumasan komponen Vibrating Screen • Teknik menghidupkan konveyor Ulir
• Pelumasan komponen Mixer • Teknik menghidupkan Filler Elevator
• Pelumasan komponen Mesin Pencampur Aspal secara 6 Pelumasan komponen mesin pencampur aspal
menyeluruh dalam bentuk tabel dan gambar • Pemantauan komponen yang bergerak
7 Pembuatan bahan laporan pemeliharaan harian • Pemeriksaan kebocoran aspal
• Pengisian daftar simak • Pemeriksaan panel monitor
• Pencatatan kelainan kondisi komponen • Pencatatan kelainan kondisi komponen
• Pencatatan
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 42
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.003.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.004.01-I
5. 6.
TEKNIK PENGOPERASIAN PENYALURAN ASPAL TEKNIK PENGOPERASIAN PENYALURAN AGREGAT & FILLER
1 Umum 1 Umum
• Sistem pemanasan aspal • Komponen penyalur agregat dingin
2 Teknik pemanasan aspal • Jenis Feeder
• Pemeriksaan aspal dalam tangki 2 Teknik penyaluran agregat dari Cold Bin ke dalam Dryer
• Teknik pemanasan aspal dalam tangki • Teknik pemeriksaan kecukupan agregat dalam Cold Bin
• Ketentuan panas aspal dalam tangki • Teknik menghidupkan Cold Conveyor
• Pengaturan bukaan katup distribusi aspal • Teknik menghidupkan Vibro Cold Bin
• Teknik menghidupkan pompa penyalur aspal • Teknik menghidupkan Speed Feeder dan pengaturan bukaan
• Penyaluran aspal panas dalam pipa penyalur (opening gate)
3 Teknik penyaluran aspal • Penyaluran agregat dari Cold Bin
• Pengaturan arah bukaan katup distribusi aspal 3 Pemanasan agregat dalam Dryer
• Penyaluran aspal dalam tangki • Teknik pengaturan nyala api pada Dryer Burner
• Pemantauan temperatur aspal pada pipa penyalur aspal • Pemantauan temperatur agregat dalam Dryer
4 Pemeliharaan mesin pencampur aspal selama pengoperasian untuk • Tindak lanjut bila temperatur agregat tidak sesuai dengan
menyalurkan aspal ketentuan
• Pemantauan temperatur aspal dalam tangki 4 Teknik penyaluran agregat panas ke dalam Hot Bin
• Pemeriksaan kebocoran aspal • Penyaluran agregat panas ke dalam Vibrating Screen
• Pemantauan katup tiga arah • Penyaringan agregat panas dalam Vibrating Screen
• Pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi • Pemantauan kesesuaian gradasi agregat yang masuk ke dalam
Hot Bin
5 Teknik penyaluran Filler ke dalam Filler Hopper
• Pemeriksaan persediaan Filler
• Teknik penyaluran Filler ke dalam Hopper
• Pemantauan daya tampung Filler Hopper
6 Pemeliharaan mesin pencampur aspal selama pengoperasian untuk
menyalurkan agregat dan filler
• Pemantauan timbangan
• Pemantauan posisi sabuk Cold Conveyor
• Pemantauan aliran agregat pada Cold Conveyor
• Pemantauan penyaluran Filler
• Pemantauan ketersediaan Filler pada Hopper
• Pencatatan kondisi komponen
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 43
NO. BALAI MPK NO. BALAI MPK
BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.005.01-I BUKU INFORMASI NO. KODE FKK.MP.02.006.01-I
7. 8
TEKNIK PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS (HOTMIX) KEGIATAN AKHIR PRODUKSI
1 Umum 1 Umum
• Proses penyaluran material campuran aspal panas • Menghentikan pengoperasian mesin pencampur aspal
• Proses penimbangan material • Pemeliharaan setelah selesai pengoperasian
2 Teknik penimbangan agregat • Pembuatan laporan pekerjaan
• Teknik pembukaan Gate Hot Bin 2 Teknik mematikan komponen penyalur aspal
• Teknik penimbangan agregat • Pemeriksaan katup tiga arah (Three Way Valve)
• Teknik penutupan Gate Hot BIn • Teknik penutupan katup tiga arah
3 Teknik penimbangan Filler • Pembersihan sisa aspal dalam pipa penyalur aspal
• Teknik menghidupkan Screw Conveyor Filler Hoper • Pembersihan Nozzle
• Penimbangan Filler • Teknik mematikan pompa penyalur aspal
• Teknik mematikan Screw Conveyor 3 Teknik mematikan komponen penyalur Filler
4 Teknik penimbangan aspal panas • Teknik mematikan Filler Elevator
• Teknik pembukaan katup aspal panas • Teknik mematikan Screw Conveyor Storage Filler
• Penimbangan aspal panas • Teknik pembersihan komponen penyalur Filler
• Teknik penutupan katup aspal panas pada proses penimbangan 4 Teknik mematikan komponen penyalur Agregat
5 Pencampuran aspal panas dalam Mixer • Teknik mematikan komponen Cold Conveyor
• Teknik membuka bin penimbangan agregat • Teknik mematikan Dryer
• Teknik pembukaan bin penimbangan Filler • Teknik mematikan Vibrating Screen
• Teknik penutupan Gate penimbang agregat dan Filler • Teknik mematikan Mixer
• Pencampuran kering (Dry Mix) • Teknik mematikan pompa air
• Penyemprotan aspal panas ke dalam mixer 5 Pemeriksaan akhir produksi
• Pencampuran basah (Wet Mix) • Teknik mematikan kompresor
6 Penuangan campuran aspal panas (Hot Mix) ke dalam Dump Truck • Pemeriksaan ruang operator
• Teknik membuka Gate Mixer untuk menuang campuran Hot Mix • Pembersihan komponen mesin pencampur aspal
• Pengaturan keseimbangan muatan Dump Truck • Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
• Siklus pencampuran aspal panas 6 Pembuatan laporan pekerjaan
• Siklus pengoperasian secara otomatis • Kompilasi data/hasil pencatatan pelaksanaan tugas, K3, dan
• Tata cara pembuatan laporan produksi lingkungan
• Pemeriksaan bahan laporan
• Pembuatan laporan pelaksanaan tugas
• Pembuatan laporan K3 dan Lingkungan
• Penyampaian laporan
Pelatihan, Bimbingan Teknis, dan Uji Sertifikasi Operator Asphalt Mixing Plant (AMP) 44
RANTAI PASOK ASPAL BUTON
2 (ASBUTON)
Lay Out
2.1 Latar Belakang
2.2 Konseptual Rantai Pasok Konstruksi
2.3 Pola Umum Rantai Pasok
2.4 Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi
2.5 Rantai Pasok Sumber Daya Jasa Konstruksi
2.6 Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya MPK
2.7 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Tahun 2017
2.8 Estimasi Kebutuhan MPK Tahun 2018
2.9 Estimasi Kebutuhan MPK Tiap Provinsi Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
2.10 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau Kementerian PUPR Tahun
Anggaran 2018
2.11 Substansi Pengaturan Rantai Pasok dan MPK dalam UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi
2.12 Isu-Isu Asbuton dan Usulan Rencana Tindak Lanjut
2.13 Peraturan Menteri PUPR tentang Aspal Buton untuk Pembangunan dan Reservasi Jalan
2.14 Kesimpulan
Pemasok
Bahan
Baku
Intermedier
Pemasok Pemasok PRODUSEN KONSUMEN
Bahan
Baku DISTRIBUSI
Pemasok
LOGISTIK
RANTAI PASOK
HULU HILIR
Konstruksi
Penyewaan
Infrastruktur
Pemasok Produsen Agen Pemilik
Komponen Domestik Tunggal Alat Berat
Jasa Konstruksi Non-
Pelaksana Infrastruktur
Penjualan
dan Lelang
Impor
Rekondisi
Alat Bekas
Information Flow
Produsen/Pemasok
Supply dan Infrastruktur
MPK
Demand MPK
• Asosiasi Profesi
• Asosiasi Perusahaan (APPAKSI,
AABI, AKI, AP3I, AMBI)
TENAGA
KERJA INDUSTRI
KOMPETEN KONSTRUKSI • Semen
• Baja Konstruksi
• Aspal
• Beton Pracetak
dan Prategang
MATERIAL
TUJUAN/GOALS
• Terjaminnya
Pasokan Material
ISU STRATEGIS UTAMA PRASYARAT dan Peralatan
• Mengembangkan kapasitas sistem rantai Konstruksi dalam
• Belum Tersedianya pasok MPK. Mendukung
Informasi Demand • Meningkatkan kualitas analisis pasokan Penyelenggaraan
MPK. dan kebutuhan (supply-demand) sumber Infrastruktur
• Belum Terbentuk daya MPK. Nasional.
Jejaring Rantai • Meningkatkan kualitas informasi sistem • Meningkatnya
Pasok MPK. rantai pasok MPK. Efisiensi
• Belum • Mengharmonisasikan penerapan Penyelenggaraan
Terlaksananya kebijakan pengelolaan dan pemantauan Infrastruktur
Evaluasi dan MPK diantara Pemangku Kepentingan. Nasional.
Kinerja Rantai • Mendorong Kemandirian Industri MPK • Terwujudnya
Pasok MPK. Nasional. Kemandirian
Industri Material
dan Peralatan
Konstruksi
Nasional.
Note:
*) Asumsi Belanja Modal rata-rata per Provinsi sebesar 70,55% berdasarkan data
Belanja Modal keseluruhan Rantai Pasok Aspal Buton 59
Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
PULAU TOTAL
NO. KOMPONEN PRODUKTIVITAS SATUAN MALUKU
SUMATERA JAWA BALINUSTRA KALIMANTAN SULAWESI NASIONAL
DAN PAPUA
PASOKAN (SUPPLY) TON 16,124,480.00 72,347,000.00 400,000.00 5,800,000.00 11,800,000.00 1,500,000.00 107,971,480.00
1 SEMEN KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 640,111.43 1,440,843.90 215,050.77 325,908.97 443,868.46 322,415.68 3,388,199.22
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 15,484,368.57 70,906,156.10 184,949.23 5,474,091.03 11,356,131.54 1,177,584.32 104,583,280.78
PASOKAN (SUPPLY) TON 1,090,000.00 17,709,250.00 - - 20,000.00 - 18,819,250.00
2 BAJA KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 205,932.63 463,539.28 69,184.78 104,849.39 142,798.57 103,725.55 1,090,030.18
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 884,067.37 17,245,710.75 (69,184.78) (104,849.39) (122,798.57) (103,725.55) 17,729,219.82
PASOKAN (SUPPLY)** TON 248,140.00 121,590.00 90,900.00 86,500.00 142,490.00 25,330.00 714,950.00
KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 167,195.95 376,345.82 56,170.87 85,126.84 115,937.64 84,214.39 884,991.51
3 ASPAL KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)* TON 475,817.95 104,034.92 133,200.39 266,445.41 150,250.80 20,540.89 1,150,290.36
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 80,944.05 -254,755.82 34,729.13 1,373.16 26,552.36 -58884.39 -170.041,51
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND* TON (227,677.95) 17,555.08 (42,300.39) (179,945.41) (7,760.80) 4,789.11 (435,340.36)
PASOKAN (SUPPLY)** TON 30,000.00 438,000.00 - - 410,000.00 - 878,000.00
4 ASPAL BUTON KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 18,644.69 10,170.95 1,203.67 1,629.57 23,335.07 3,895.34 58,879.29
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 11,355.31 427,829.05 (1,203.67) (1,629.57) 386,664.93 (3,895.34)
BETON PASOKAN (SUPPLY) TON 4,329,376.00 29,423,329.00 66,488.00 48,000.00 555,263.00 - 34,422,455.00
5 PRACETAK KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 1,365,571.05 3,073,800.32 458,774.98 695,272.48 946,919.39 687,820.12 7,228,158.33
PARATEGANG KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 2,963,804.95 26,349,527.68 (392,286.98) (647,272.48) (391,656.39) (687,820.12) 27,194,296.67
PASOKAN (SUPPLY)*** UNIT 1,642.00 13,205.00 417.00 1,059.00 272.00 177.00 16,772.00
6 ALAT BERAT KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)**** UNIT 4,600.21 10,354.75 1,545.48 2,342.17 3,189.90 2,317.07 24,349,58
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND UNIT (2,958.21) 2,850.25 (1,128.48) (1,283.17) (2,917.90) (2,140.07) (7,577.58)
Defisit/Minus
*) Perhitungan demand aspal oleh Ditjen Bina Marga ***) Supply alat berat baru dan hasil registrasi
Kebutuhan alat berbagai jenis (baru dan lama). Untuk
**) Supply PT Pertamina (Persero) ****) Pulau Jawa sudah termasuk kapasitas terpasang
HINABI sebesar 10.000 unti/tahun
Pasal 2
1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi institusi terkait di Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, serta mitra usaha dalam mengupayakan peningkatan penggunaan asbuton untuk
pembangunan dan preservasi jalan secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.
Pasal 3
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penggunaan Asbuton;
b. pembinaan teknis;
c. pengadaan Asbuton; dan
d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton
Pasal 5
1) Penggunaan Asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan harus menggunakan Abuton Olahan
yang sudah tersertifikasi melalui pengujian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan atau lembaga
pengujian yang telah terakreditasi.
2) Spesifikasi teknik campuran beraspal yang menggunakan Asbuton secara rinci mengikuti standar,
petunjuk, dan pedoman teknis.
3) Dalam hal diperoleh teknologi baru perkerasan jalan yang menggunakan Asbuton dan telah diuji oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, dapat diusulkan penggunaannya kepada Direktorat Jenderal
Bina Marga.
4) Rincian mengenai penggunaan teknologi dan jenis Asbuton tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton
Pasal 6
1) Dalam mendukung penggunaan Asbuton, produsen Asbuton harus sudah memperoleh sertifikat
manajemen mutu dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Dalam hal Asbuton diperoleh dari produsen Asbuton yang belum bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Tata cara pengadaan Asbuton untuk pembangunan dan/atau preservasi jalan mengikuti ketentuan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Bagian Kedua
Sistem Penyangga (Buffer Stock) Asbuton
Pasal 9
1) Dalam hal mencegah terjadinya ketidakstabilan harga dan tidak tersedianya pasokan Asbuton dalam
suatu periode tertentu, serta untuk menjaga pemenuhan kebutuhan Asbuton secara berkelanjutan,
Direktorat Jenderal Bina Marga menetapkan Sistem Penyangga (buffer stock) Asbuton, sesuai dengan
kewenangannya.
2) Untuk mendukung kestabilan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan adanya
dukungan jalur pelayaran regular menuju lokasi Sistem Penyangga (Buffer Stock) melalui
kementerian/lembaga yang terkait.
Pasal 12
Setiap produsen Asbuton harus sudah memiliki sertifikat manajemen mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkannya Peraturan Menteri ini.
1.667.000 Ton/year
1.667.000 Ton/year
Data Tahun 2016
Import 79%
1.317.000 Ton/year
Local 21%
350.000 Ton/year
Import 79%
1.317.000 Ton/year
If asphalt price in August 2018 US$ 460 per Ton
1.667.000 Ton/year
Data Tahun 2016
Import 100%
1.667.000 Ton/year
Local 0%
0 Ton/year
ALBERTA CANADA
312,718,460
350,000,000
226,165,670
300,000,000 THICKNESS
78 m
181,004,200
250,000,000
130,906,500
200,000,000 Asphalt Demand of 1,2 Million Ton/year
Asphalt Content 25%
99,786,080
Meeting The Needs of Asphalt 137 years
150,000,000
57,755,000
100,000,000
19,596,780
4,530,000
2,682,120
2,011,157
1,720,000
620,000
50,000,000
-
RONGI KABUNGKA LAWELE EPE ROTA MADULLAH
Location
Values (%)
Composition Dapat dilihat bahwa bagian
Lawele Kabungka mineral dari aspal alami yang
CaCO₃ 72,90 86,66 diamati adalah terutama
karbonat dalam bentuk
MgCO₃ 1,28 1,43 CaCO₃ (72,90% untuk Lawele
CaSO₄ 1,94 1,11 dan 86,66% untuk Kabungka).
CaS 0,52 0,36
H₂O 2,94 0,99
SiO₂ 17,06 5,64
Al₂O₃ + Fe₂O₃ 2,31 1,52
LOI 1,05 0,96
Perbandingan Properties
Properties Kabungka Lawele
Jenis Aspal Keras Lunak
Kadar Aspal 15 – 25 % 20 – 30 %
Kandungan Aspaltene Tinggi Rendah
Kandungan Maltene Rendah Tinggi
Digunakan Sebagai Additive Substitusi Asmin
Penambangan seperti
1
penambangan batu pecah.
langsung dengan
2
menggunakan alat berat,
setelah membuang lapisan
tanah yang menutupinya.
Kabungka
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing
Lawele
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing
Special
Packaging Screening 2 Method of
Drying
Lawele Oil
Raw Asphalt
Material
Oil Asphalt
Blending
Special
Concentrate
Blending
Packaging
Buton
Distillation
Asphaltic Liquid
Process
Rock
Asphalt Product
Extraction
Liquid - Solid
Process
Solvent
Drying and
Solvent Solid Solvent Recovery
Process
Solid Waste
Kemasan Distribusi
JUMBO Distribusi dapat dilakukan dengan
JENIS ASBUTON CURAH DRUM KANTONG
BAG
beberapa moda yaitu:
Asbuton
OK OK • Truk atau truk tangki, jika masih
Berbutir B 5/20
Asbuton
bisa dijangkau dengan darat.
Berbutir B 50/30
OK OK • Kombinasi truk dan kapal, jika
Asbuton melalui laut. Pengangkutan dengan
OK OK OK kapal dapat menggunakan kapal
Pracampur
biasa atau dalam container.
Asbuton Murni OK OK OK
• Pemilihan moda transportasi ini
tergantung biaya pengangkutan.
Penyimpanan
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Ketepatan waktu kedatangan barang dipengaruhi dengan kesiapan stock produsen dan lamanya
pengangkutan. Hal ini dapat disiasati dengan penyusunan jadwal kebutuhan barang yang tepat.
• Fasilitas infrastruktur dan jadwal kapal regular dari pelabuhan keberangkatan sangat menentukan
ketepatan waktu pengiriman. Sebagai contoh jadwal kapal regular dari Tanjung Perak Surabaya ke
Indonesia bagian Timur sangat banyak, sehingga lebih leluasa dalam mengatur jadwal pengiriman.
• Volume kebutuhan juga sangat menentukan penetapan moda transportasi yang berujung pada biaya
transportasi. Volume yang besar dapat menyewa kapal khusus sehingga lebih cepat sampai,
sedangkan volume kecil sangat bergantung pada kesediaan kapal.
Pembongkaran
JENIS ASBUTON KEMASAN CURAH DRUM KARUNG JUMBO BAG
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 5/20 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 50/30 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Disusun berdiri
Pracampur ke tangki gudang tertutup
Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Asbuton Murni Disusun berdiri
ke tangki gudang tertutup
Penyimpanan
• Pembongkaran kemasan karung jangan menggunakan gancu karena akan merusak.
• Karung untuk B 5/20 dapat disusun hingga 10 tumpuk.
• Karung untuk B 50/30 maksimal 3 karung tumpuk.
• Karung dan jumbo bag harus disimpan dalam gudang tertutup untuk menjaga kualitas barang.
• Drum dapat ditumpuk di luar asalkan rapi. Biasanya menggunakan drum bekas 200 kg yang lebih
tebal. Jika menggunakan drum aspal bekas 150 kg lebih tipis, sehingga rapuh dan mudah rusak saat
penyimpanan.
No No
Reject Reject
Metode pengambilan sampel untuk pengujian kualitas berdasarkan sampling yang diisyaratkan
BAB II
PENGGUNAAN ASBUTON
Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Asbuton
Pasal 6
1) Dalam mendukung penggunaan Asbuton, produsen Asbuton harus sudah memperoleh
sertifikat manajemen mutu dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Dalam hal Asbuton diperoleh dari produsen Asbuton yang belum bersertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang beranggotakan Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.
Penyusunan Pelaporan
Presentasi
Brainstorming Kriteria Audit Audit dan
Hasil
dan Penilaian Klasifikasi
Audit Metode
Objective
Verifikasi proses produksi asbuton oleh produsen agar menghasilkan
produk yang berkualitas dan berkelanjutan dengan kriteria audit yang
Interview
mencakup :
Quality Sistem
Control Manajemen Site Visit
Asbuton CPHMA
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Kendari 5.000 Ton 60.000 Ton
Bogor 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 7.500 Ton 90.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
CV Tibina Marga Karsa Cipta Padalarang 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Dua Tiga Sejahtera Kedari 3.000 Ton 36.000 Ton
Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Asbuton Palu Utama Palu 1.500 Ton 18.000 Ton
PT Bumi Andum Digdaya Makmur Sidoarjo 1.000 Ton 12.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi CPHMA 28.000 Ton 336.000 Ton
• Kecepatan pengangkatan Pulau Buton 0,7 – 0,8 mm/tahun ini dengan anggapan ketinggian
muka air laut saat ini sama dengan 7.000 tahun lalu.
• Muka air laut dapat berubah akibat:
o adanya tektonik-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
epirogenesis atau orogenesis;
o adanya sedimento-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
perubahan jumlah beban sedimentasi yang mempengaruhi dimensi cekungan;
o adanya glasial-isostasi yaitu perubahan volume air laut yang diakibatkan oleh
pengglasian yang menyebabkan pembekuan, serta penambahan volume es dikedua
kutub bumi;
o adanya erosi-tektonik yaitu perubahan atau pergerakan lantai samudera, karena
sejumlah besar sedimen dasar laut dari cekungan lantai samudera menunjam
disebabkan oleh proses subdikasi.
LPMA 100%
Asbuton
B 50/30 (Lawele)
CPHMA Max. 75%
Granular
Hot Mix Max. 75%
Asbuton
Pre-blend
Hot Mix Max. 10%
Asbuton
Full Extraction
100%
Asbuton
3 years old
1 years old
Nort Java Corridor in Brebes (228) Palembang (2009)
Jalan Tol China (2009) Proyek Persiapan Jembatar Antar Pulau dengan
ACWC-asb di Provnsi Jiangsu China (2010)
Pelet - Rajapolah
Pre-Blend Yogyakarta Pre-Blend Sentolo – Tasikmalaya (2013)
(2010) Kulonprogo (2011)
Peningkatan Batas
Kab. Ngawi - Batas Kota Caruban,
Jawa Timur (2013)
Buton Utara
Buton Utara (2010) Buton Utara (2013) Jln. Lingkungan
dibanding sebaliknya banyak yang belum • Kadar dan nilai penetrasi menyebabkan perencanaan campuran
seimbang, sehingga seringkali saat bitumen dalam Asbuton tidak tidak maksimal dan pelaksanaan
kembali angkutan dalam keadaan kosong. sesuai persyaratan sebagai pekerjaan tidak sesuai ketentuan.
• Tranportasi tidak terjadwal baik serta akibat dari variatifnya kondisi
biaya angkutan relatif mahal. bahan baku alam.
• Sebagai contoh, biaya pengiriman • Kurangnya kontrol produk di
Asbuton dari Surabaya ke Aceh biayanya pabrik maupun saat penerimaan
dua kali biaya pengiriman dari Surabaya ke di lapangan.
Cina, Korea, dan Jepang.
• Buffer stock. • Meningkatkan peran Asosiasi. • Melakukan pembinaan pada semua
• Tol laut. • Peningkatan komitmen produsen pihak terkait (termasuk para pelaksana
Rekomendasi Penanggulangan
5.2 Program dan realisasi Penggunaan Asbuton di lingkungan Ditjen Bina Marga
5.6 Penutup
• PT Wika Bitumen bekerja sama dengan Pertamina akhir tahun 2018 akan
memproduksi aspal buton murni.
20,2 %
50,3 %
29,5 %
90,000
80,000
70,000
60,000
Volume (Ton)
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rencana 78,223 25,194 32,171 33,478 42,392 37,671 56,127 64,310 86,767 70,448 68,391 58,879
Realisasi 4,031 13,824 21,265 25,097 51,192 56,046 43,521 25,553 55,868 60,214 61,576 10,599
Semi
Butir
• 68.391 Ton Ekstraksi
Rencana (usulan dari Balai)
31.733 Ton
29.843 Ton
51,54%
48,46%
• 61.576 Ton
Realisasi (status Januari 2018)
Semi Butir
Ekstraksi 27.726 Ton;
• 61.106 Ton
Rencana (usulan dari Balai)
33.380 Ton;
45,37%
54,63%
3 Semi Ekstraksi Campuran Aspal Minyak Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
dengan Aspal Buton 2010 Revisi 3, Tipe II-A Aspal yang
• Penterasi min. 50 Dimodifikasi
• Kadar Aspal 100%
Tipe Tipe
No. Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
B 5/20 B 50/30
1. Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air; % SNI 2490;2008 Maks. 2 Maks. 4
2. Sifat Bitumen Hasil Ekstraksi (SNI 8279:2016) dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438:2015 Min.99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40 -- 70
detik; 0,1 mm
- Titik Lembek; C SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktilitas pada 25C; cm SNI 2432:2011 - 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min. 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada 25 °C,
SNI 2456:2011 - ≥ 54
100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi awal)
Asbuton Asbuton
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Murni Pra-campur1)
1. Penetrasi pada 25C, 100 g, 5 detik (0,1 mm) SNI 2456:2011 45 - 55 50 - 60
2. Viskositas pada 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 350 - 3000 350 - 3000
3. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 ≥ 49 ≥ 50
4. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
5. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232
6. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
7. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0
8. Pertikel yang lebih halus dari 150 µm (%) SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
Pengujian residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10. Penetrasi pada 25C (%) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
11. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50
12. Kadar Parafin Lilin (%) SNI-03-3639-2002 ≤2 ≤2
Jalur A (Jakarta – Bandung) sepanjang 140 m (Km 109 +200 – Km 109 +340) dengan
menggunakan Campuran Aspal Buton tebal = 5 cm
Kondisi perkerasan dengan Lalu Lintas Berat pada lokasi Uji Gelar Asbuton
Jalan Tol Cipularang Km. 109 +200 Jalur A (arah Jakarta – Bandung)
Rutting
Komitmen dan pelayanan kepada pelanggan berupa bantuan teknik dari Produsen Asbuton
anggota ASPABI kepada Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa menjadi penting untuk
keberlangsungan penggunaan produk oleh pelanggan.
Asbuton Murni
Catatan:
a) Kelas lalu lintas jalan kumulatif selama umur rencana: I = Lalu lintas > 30 Juta ESAL; II = Lalu lintas 10-30 Juta
ESAL; III = Lalu lintas 4-10 Juta ESAL; IV = Lalu lintas 0,1-4 Juta ESAL; V = Lalu lintas < 0,1 Juta ESAL.
b) Asbuton Feeder System adalah alat tambahan yang dipergunakan untuk memasukkan asbuton ke dalam sistem
AMP, Lump Breaker adalah alat penghalus gumpalan asbuton butir, dan Pengaduk Aspal adalah pengaduk
tambahan pada tangki asbuton pracampur agar tidak terjadi pengendapan filler.
c) Asbuton Butir B 5/20 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi bitumen sekitar 5 ( < 10 dmm) dan
kandungan bitumen sekitar 20% (18-23%). Asbuton Butir B 50/30 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi
bitumen sekitar 50 (40-60 dmm) dan kandungan bitumen sekitar 30% (25-35%). Asbuton Pracampur adalah
aspal modifikasi yang dicampur dengan asbuton. Asbuton Murni adalah bitumen asbuton hasil ekstraksi dengan
kemurnian (kelarutan dalam pelarut C₂HCl ₂) minimum 99%.
d) CPHMA adalah singkatan dari Cold Paving Hot Mix Asbuton yang artinya Asbuton Campuran Panas Hampar
Dingin . LPMA adalah singkatan dari Lapis Penetrasi Makadam Asbuton.
(CPHMA)
Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
Catatan:
Pembuatan briket Marshall dipadatkan 2 x 75 tumbukan pada temperatur udara (30oC) dan diuji
stabilitas Marshall juga pada temperatur udara (30oC).
LPMA-Asbuton
5,00 cm
Lapis Pondasi
Batu Kapur
15,00 cm
prime coat – 1
Scrab dan Padatkan LPAPerkerasan
Eksisting (Lapis Kls B Lama)
4 5. tack – coat
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal
LPMA-Asbuton
(Permukaan)
5,00 cm
tack coat
LPA - Base
LPMA Kls B
AC-Base Kelas B
Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Pondasi
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan
DRAFT
SPESIFIKASI UMUM
SEKSI – 6.5
Catatan:
Rujukan dari paparan ini adalah “Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 mengenai Campuran Beraspal
dengan Asbuton”. Secara prinsip teknologi, tidak ada perbedaan mendasar antara Draft Spesifikasi
Umum Seksi - 6.5 dengan spesifikasi sebelumnya kecuali pada Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5
sudah lebih disempurnakan berdasarkan masukan-masukan di lapangan yang sebelumnya tidak
tercantum dalam spesifikasi lama. Dengan demikian, maka spesifikasi mana saja yang digunakan
tetap harus memahami apa yang disampaikan pada Drfat Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 agar
pelaksanaan perkerasan jalan Asbuton sesuai dengan yang diharapkan.
Tipe B Tipe B
Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
5/20 50/30
Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
Lolos Ayakan No.8 inci (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton ; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 4
Sifat Bitumen Hasil Ekstrasi (SNI 8279:2016 dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438: 2015 Min. 99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 ᴼC, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40--70
detik; 01 mm
- Titik lemebek ; ᴼC SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktalitas pada 25ᴼC; cm SNI 2432:2011 - ≥ 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada
25ᴼC, 100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi SNI 2456:2011 - ≥ 54
awal)
Catatan:
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas “Bahan Bergradasi
Senjang” dimana bahan yang lolos No.8 (2,36) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm).
2. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada
tumpukan bahan pemasok dingin.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Jumlah tumbukan per bidang 50
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ◦C⁽=⁾ Min. 90
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston dengan Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30
Lataston
Sifat- Sifat Campuran Lapisan Aus Lapisan Pondasi
Senjang Semi Senjang Senjang Semi Senjang
Jumlah tumbukan per bidang 75
Kadar aspal efektif (%) Min. 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Maks. 18 17 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam. 60ᴼC ⁽=⁾
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC) dengan Bitumen Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30
Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapisan Aus Lapisan Antara Pondasi
Jumlah Tumbukan Per Bidang 75 112⁽;⁾
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan Min. 0,6
kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800⁽;⁾
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6⁽;⁾
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min. 90
selama 24 jam, 60ᴼC ⁽=⁾
• Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang menggunakan
asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit
Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan cara basah, sedangkan
untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Kekentalan optimum:
• pencampuran = 170 cst = 154
• pemadatan = 280 cst = 142
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 207
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 208
Peralatan Lab. untuk Perencanaan
Ekstraksi Soklet
Alat Core Drill
Alat Wheel Tracking
Ekstraksi Sentrifius
ket:
Pb = kadar aspal total optimum perkiraan
AK = agregat kasar (tertahan #2,36 mm)
AH = agregat halus (lolos #2,36 mm tertahan #0,075 mm)
F = filler (lolos #0,075)
K = nilai konstanta 0,5 sampai 1,0 untuk Laston (AC)
Kepadatan (gr/cc)
Stabilitas (kg)
Rentang yang
memenuhi
Kelelehan (mm) parameter
Campuran
Hasil bagi Marshall (kg/mm) Beraspal
2) Penyiapan Aspal
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.2)
3) Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal
panas menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer, diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan
agregat, yaitu kurang lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai antisipasi terjadinya penurunan temperatur
campuran akibat penambahan asbuton yang dingin dan mengandung air.
4) Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang
menggunakan asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan
cara basah, sedangkan untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Metode pencampuran basah merupakan tahapan proses pencampuran yang dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam
dryer, setelah itu agregat masuk ke dalam pugmill yang disertai dengan masuknya aspal sesuai dengan proporsi aspal pada Formula Rancangan
Kerja (job Mix Formula, JMF), kemudian dicampur terlebih dahulu. Waktu pencampuran agregat di dalam pugmill sebelum dimasukkan aspal
adalah sekitar 10 detik, kemudian dimasukkan aspal dan dicampur kembali sekitar 20 detik baru kemudian dimasukkan asbuton tipe B 5/20 dan
dicampur sekitar 15 detik.
Metode pencampuran kering, tahapan proses pencampuran dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam dryer, setelah itu
agregat dari masing-masing Bin masuk ke dalam timbangan sesuai dengan proporsinya, setelah itu asbuton B 50/30 dimasukkkan dan ditimbang,
kemudian dicampur dan dimasukkan kurang lebih 20 detik. Kemudian dimasukkan aspal dan dicampur sekitar 20 detik.
Metoda pencampuran untuk asbuton pracampur dan asbuton nurni dilakukan seperti prosedur dengan aspal minyak pen 60/70.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 228
Latar Belakang
• Daerah terpencil dan pulau terluar mengalami keterbatasan untuk pembangunan
jalan menggunakan aspal, karena keterbatasan akses pada Unit Pencampur Aspal
(Asphalt Mixing Plan/AMP).
• Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran beraspal yang
mengandung asbuton dan bahan tambah lain, yang sudah dicampur dengan baik
di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan.
• Produk ini menjadi alternatif pilihan terutama untuk pembangunan jalan di daerah
yang memiliki keterbatasan ketersediaan Unit Pencampur Aspal.
• Beberapa produsen telah mulai memproduksi CPHMA, namun belum ada standar
untuk menilai kualitas campuran serta pedoman pelaksanaannya.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 229
Prinsip CPHMA
• Pencampuran CPHMA dilakukan secara panas menggunakan Unit Pencampur
Aspal (AMP).
• Agar campuran CPHMA dapat dihampar dan dipadatkan pada temperatur dingin,
maka:
o gradasi khusus (semi terbuka);
o sifat aspal khusus (lebih lunak dari aspal keras Pen 60 untuk campuran
beraspal panas);
o ada lapisan anti penggumpalan; dan
o emi aspal emulsi dan semi cutback asphalt.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 230
Persyaratan Aspal dalam Campuran CPHMA
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 231
Persyaratan Gradasi Campuran CPHMA
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 232
Persyaratan Campuran Sifat CPHMA
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 233
Prinsip Pengujian Sifat Bahan CPHMA
Agregat
CPHMA
Aspal Larutan
Aspal
Centrifuse
Sifat Aspal Pemulih Aspal Mineral
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 234
Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA
CPHMA
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 235
Pelaksanaan Lapangan CPHMA
• Perkerasan eksisting harus diberi lapis pengikat atau lapis resap ikat.
• Pada saat pemadatan, sering kali terjadi campuran menempel pada roda alat
pemadat dan terangkat. Untuk menghindari hal tersebut, roda pemadat harus
cukup basah. Hal ini dikarenakan ikatan awal di dalam campuran beraspal (antar
campuran beraspal) pada CPHMA lebih tidak kuat karena aspal lebih lunak, adanya
minyak ringan atau adanya bahan anti penggumpalan.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 236
Tahapan Pelaksanaan CPHMA
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 237
Hasil Pelaksanaan CPHMA
1 tahun 2 tahun
3 tahun
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 238
Hasil Pelaksanaan CPHMA
Bau - Bau, 1 tahun Wakatobi, 1 tahun
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 239
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
Mulai
Yes
Kesesuaian peralatan No Perbaikan alat
dengan standar pengujian atau ganti alat uji
Yes
Pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran
Perbaikan
Kesesuaian karakteristik No gradasi, jika perlu
campuran dengan spesifikasi
ganti bahan
Yes
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan
bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh
dari bin panas dan diuji gradasinya
A
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 240
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
B
Yes
Uji coba pemadatan di lapangan untuk
menentukan jumlah lintasan pemadat
Yes
Pengesahan FCR menjadi FCK
Selesai
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 241
Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 242
Persetujuan DMF menjadi JMF
• Percobaan campuran di Instalasi Pencampuran Aspal (AMP) dan penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan, akan menjadikan Formula Campuran
Rencana (DMF) dapat disetujui sebagai Formula Campuran Kerja (JMF).
• 12 benda uji marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh
dapat diambil dari Instalasi Pencampuran (AMP) atau dari truk di AMP.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 243
Kalibrasi Bukaan Pintu Bin Dingin
• Kalibrasi bukaan pintu bin dingin
sesuai dengan proporsi
perbandingan agregat campuran
dari Formula Campuran Rencana
(DMF)
• Buat grafik kalibrasi bukaan pintu
bin dingin dengan berat agregat
yang keluar dari pintu bin dingin.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 244
Grafik Bukaan Pintu Bin Dingin
jenis getar
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 245
Mengambil Contoh Uji dari Bin Panas
• Pengambilan contoh uji fraksi agregat
pada setiap bin panas.
• Terjadi segregasi horizontal agregat pada
setiap bin panas.
• Jangan mengambil contoh uji dari pintu
bin panas menggunakan singkup.
• Pergunakan alat yang dapat menampung
semua pengeluaran agregat dari bin
panas.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 246
Pengambilan Contoh Uji dari Bin Panas
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 247
Percobaan Penghamparan dan Pemadatan
Pengambilan Contoh Inti Mengukur Tebal Contoh Inti Menimbang Contoh Inti
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 248
Pelaksanaan Pencampuran Asbuton di AMP
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 249
Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Asbuton Panas
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 250
Kesimpulan
• CPHMA adalah campuran panas Asbuton yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat dihampar secara dingin.
• Lalu lintas jalan yang dapat dilayani adalah lalu lintas ringan sampai sedang.
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 251
Contoh AMP Khusus Hot Mix Asbuton
Perencanaan Campuran Lanjutan (CPHMA) dan Proses Persetujuan DMF menjadi JMF 252
KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI
9 (K3) BERDASARKAN UU 2/2017
JASA KONSTRUKSI
Lay Out
9.2 Regulasi dan Kebijakan: Overview K3 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi
PERBAIKAN
PENERAPAN
SMK3 Perhatian kesejahteraan pekerja
PENGUATAN K3
02 Biaya K3 masuk dalam BoQ
(1-2,5% dari nilai pekerjaan atau sesuai kebutuhan)
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
KEMBALI
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Perancangan
4. Pengawasan
5. Manajemen
Penyelenggaraan
Konstruksi
PEMBONGKARAN PENGOPERASIAN
PEMELIHARAAN
(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi geografis
yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH
TERIMA
A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH TERIMA
K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 265
Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Tahap Pelaksanaan Konstruksi
A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH TERIMA
K3 berdasrkan UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi 266
Penerapan K3 pada Penyelenggaraan Konstruksi
Tahap Serah Terima Pekerjaan
A B C D
PRA KONSTRUKSI PEMILIHAN KONSTRUKSI SERAH
TERIMA
Kebijakan tentang K3
diputuskan oleh Menteri
PU Tahun 2009
71%
DECREASE PROJECT BUDGET
73% BY 1% OR MORE
51% 27% decrease by less than 1%
49% decrease by 1%-5%
43%
39% 17% decrease by 6%-10%
7% decrease by 11% or more
Positif Negatif
* ROI : Return of Investment 82% IMPROVE FIRMS REPUTATION
Sumber: safety management in the construction
industry : indentifying risk and reducing accident
to improve site productivity and project ROI, 2013,
McGrawHill
66% IMPROVE PROJECT QUALITY
SUBJEK
DAMPAK SOLUSI
TERDAMPAK
• Cedera, Luka, Meninggal • Tool Box Meeting saat memulai pekerjaan
Tenaga Kerja • Menimbulkan Keragu-raguan bagi setiap hari.
Tenaga Kerja lainnya • Mengikuti Pelatihan/Pembinaan Metode Kerja
• Sosialisasi ke Masyarakat mengenai
• Cedera, Luka, Meninggal Pengendalian Bahaya yang dapat ditimbulkan
Masyarakat • Merasa tdak nyaman tinggal disekitar oleh proyek tersebut
area proyek • Melakukan Pengendalian Bahaya secara
maksimal
• Proyek Terhenti Sementara
• Hasil Pembangunan terlambat
digunakan • Menyusun Job Safety Analysis setiap sebelum
Proyek • Tenaga Kerja Idle melakukan pekerjaan
• Peralatan Idle
• Return of Investment mengalami
penurunan
• Menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan
• Tidak berkompeten Kontraktor.
Perusahaan
• Nilai Saham turun • Memberikan Pelatihan/Pembinaan Metode
Kerja ke Tenaga Kerjanya
• Dinilai belum mampu melaksanakan • Membuat Regulasi Keselamatan Konstruksi
Negara
pembangunan dengan selamat secara komprehensif
2017
• Jatuhnya crane
4 Agt KECELAKAAN KONSTRUKSI
(LRT Palembang)
22 Sep
• JPO runtuh
(Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi)
2018
• Jatuhnya crane • Beton Girder runtuh
26 Okt 2 Jan
(Jalan Tol Bogor Outer Ring Road/BORR) (Jalan Tol Depok-Antasari)
KECELAKAAN KONSTRUKSI
JATUHNYA BEKISTING PIER HEAD PCB 34 BECAKAYU
20 Februari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 03.40 WIB terjadi kecelakaan kerja
proyek Becakayu saat para pekerja melakukan pengecoran tiang
pancang
Korban : 7 orang luka-luka
KECELAKAAN KONSTRUKSI
PROYEK DOUBLE DOUBLE TRACK JATINEGARA
4 Februari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 05.00 WIB, dudukan bantalan rel yang
sedang di angkat menggunakan crane berada pada posisi yang
tidak pas mengakibatkan bantalan rel jatuh dan menimpa
korban
Korban : 4 orang meninggal
KECELAKAAN KONSTRUKSI
LRT JAKARTA (Velodrome)
23 Januari 2018
Kecelakaan terjadi pukul 00.30 WIB, tiang konstruksi LRT
jatuh saat pemasangan boxgilder pada tiang P28 dan P29
mengakibatkan sejumlah pekerja yang sedang berada di atas
terjatuh
Korban : 5 orang luka-luka
KEGAGALAN BANGUNAN
2018
Sekitar Pukul 11.00 WIB Jembatan Kembar Sisi Barat Wilayah Kec.
Widang Tuban tiba-tiba ambrol mengakibatkan 1 Dump Truk, 2
Truk Tronton dan 1 sepeda motor tercebur ke air
ASSOCIATIONS
PROVIDE MORE DATA ON THE BUSINESS BENEFITS OF SAFETY
APPLY PRESSURE TO THE INSURANCE INDUSTRY TO REDUCE CONTRACTOR
INSURANCE RATES BASED ON USE OF STRONG SAFETY MANAGEMENT PROGRAM
CONTRACTORS
IMPLEMENT SAFETY PRACTICES FROM THE BOTTOM UP
TAKE ADVANTAGE OF ONSITE MOBILE TOOLS
ENCOURAGE GREATER INVESTMENT IN SAFETY BY ENGAGING SENIOR LEADERSHIP
Sumber : safety management in the construction industry : indentifying risk and reducing accident to improve
site productivity and project ROI, 2013, McGrawHill